Anda di halaman 1dari 14

PEMBUKUAN

Pengertian pembukuan sendiri sesuai dengan Pasal 1 Angka 29 KUP menyatakan


bahwa pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data-data dan informasi keuangan meliputi harta, hutang dan kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang dan jasa,
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk
Periode Tahun Pajak tersebut.

Sedangkan pada beberapa buku akuntansi mendefinisikan pembukuan adalah kegiatan


mengumpulkan, mencatat dan menganalisis data transaksi keuangan kedalam buku atau
catatan yang telah disiapkan, serta pengendalian proses akuntansi melalui prinsip
pengendalian interna, pengukuran nilai transaksi kedalam nilai moneter berdasarkan standar
akuntansi yang berlaku, dan penyajian hasil transaksi keuangan menjadi informasi keuangan
yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Bentuk dari informasi keuangan itulah yang
disebut laporan keuangan.

Apabila dibandingkan dengan pengertian akuntansi, maka pengertian pembukuan lebih


sempit tapi bermakna sama, yaitu menghasilkan laporan keuangan dan lebih mengacu pada
kebutuhan informasi keuangan sebagai pertanggungjawaban wajib pajak yang dituangkan
kedalam Surat Pemberitahuan (SPT). Laporan keuangan yang dihasilkan dari pembukuan
harus mampu mendukung atau membuktikan kebenaran angka – angka yang dilaporkan
dalam SPT pada saat dilakukan pemeriksaan atau penyidikan yang sering disebut sebagai
akuntabilitas pajak.

I. Kewajiban Pembukuan

Kewajiban pembukuan terhadap setiap perusahaan tidak terbatas pada aturan yang ada
pada Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD), namun juga pada aturan yang
dimuat dalam Undang – Undang yang mempunyai dasar sama yaitu kepada setiap orang
yang menjalankan perusahaan untuk menyelenggarakan pembukuan.

Ketentuan perpajakan Indonesia mengharuskan wajib pajak badan untuk


menyelenggarakan pembukuan. Ketentuan terkait penyelenggaraan pembukuan tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan


iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan
huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas:
4. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang.
5. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan, dimana
bahasa asing yang dapat digunakan dalam pembukuan Wajib Pajak adalah bahasa
Inggris.
6. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh)
tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang
pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.

Yang wajib menyelenggarakan pembukuan yaitu :

1. Wajib pajak (WP)


2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang
dari Rp 4.800.000.000(Empat milyar delapan ratus juta rupiah)

1.1. Prinsip Taat Asas

Prinsip taat asas mengharuskan wajib pajak menggunakan prinsip yang sama
dalm metode pembukuan yang konsisten dengan tahun – tahun sebelumnya. Tujuannya
adalah mencegah pergeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas dalam metode pembukuan
dapat diterapkan dalam hal :
a. Pengakuan penghasilan
b. Tahun buku
c. Metode penilaian persediaan, atau
d. Metode penyusutan dan amortisasi
Dalam UU KUP pasal 28 ayat 5 : “Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip
taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas”
a. Stelsel akrual : Suatu metode perhitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan
diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang, sehingga tidak
bergantng pada kapan penghasilan diterima dan kapan biaya dibayar secara tunai.
Termasuk dalam pengertian setsel akrual :
1. Pengakuan penghasilan berdasarkan metode persentase tingkat penyelesaian
pekerjaan yang umumnya dipakai dalam bidang akuntansi
2. Metode lain yang dipakai dalam bidang usaha tertentu seperti Build operate and
transfer (BOT) dan real estate.

b. Stelsel kas : Suatu metode yang perhitungannya didasarkan atas penghasilan yang
diterima dan biaya yang di bayar secara tunai, sehingga penghasilan baru dianggap
sebagai penghasilan apabila benar – benar telah diterima secara tunai dalam periode
tertentu dan biaya baru dianggap sebagai biaya apabila benar – benar telah dibayar
secara tunai dalam periode tertentu.
Setsel kas biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau
perusahaan jasa, misalnya transportasi, hiburan, dan restoran yang tenggang waktu
antara penyerahan jasa dan penerimaan pembayaran tidak berlangsung lama.
Untuk menghitung pajak penghasilan, setsel kas harus memperhatikan hal – hal
berikut ::
1. Perhitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan,
baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam menghitung harga pokok penjualan
harus diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan.
2. Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak – hak yang dapat
diamortisasi, biaya yang dikurangi dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui
penyusutan dan amortisasi.
3. Pemakaian setsel kas harus dilakukan secara taas asas(konsisten)
Dengan demikian penggunaan setsel kas untuk tujuan perpajakn dapat juga
dinamakan SETSEL CAMPURAN.
PSAK no. 1 paragraf 25-26 : “Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual,
kecuali laporan arus kas. Ketika akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui
pos-pos sebagai aset, laibilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan
keuangan) ketika pos-pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsur-
unsur tersebut dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.”
Dalam hal ini ada perbedaan yaitu tidak diberlakukannya lagi stelsel kas pada
penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK.
Contoh :
Sebuah perusahaan jasa menggunakan dasar akrual dalam pelaporan keuangan
usahanya ( sesuai PSAK) maka dalam perhitungan pajak/penggunaan laporan keuangan
tersebut dalam kewajiban perpajakan perusahaan tersebut tidak perlu mengubahnya ke
dasar kas karena dalam UU KUP disebutkan bahwa wajib pajak diberi pilihan (dan
konsisten).

1.2. Perubahan Metode Pembukuan (Pasal 28 UU KUP)

Perubahan mungkin dapat terjadi dalam hal metode pembukuan atau tahun pajak,
tetapi metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu konsisten dengan tahun –
tahun sebelumnya misalnya dalam hal penggunaan metode pengakuan penghasilan dan
biaya (metode kas atau akrual), metode penyusutan aktiva/aset tetap, dan metode penilaian
persediaan.
Perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat telah mendapat
persetujuan dari Direktur Jendral Pajak. Perubahan metode pembukuan harus diajukan
kepada Direktur Jendral Pajak sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan
menyampaikan alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat mungkin timbul dari
perubahan tersebut.

Perubahan Periode Tahun Buku (Pasal 28 UU KUP) harus mendapat persetujuan


dari Direktur Jendral Pajak.

Catatan : ”Tahun pajak adalah sama dengan tahun kalender. Apabila tahun buku
tidak sama dengan tahun kalender, penyebutan tahun pajak menggunakan tahun yang di
dalamnya termasuk 6 (enam) bulan pertama atau lebih”.

1.3. Jangka Waktu Penyimpanan Dokumen

Di Indonesia, buku – buku, catatan – catatan, dan dokumen – dokumen yang


menjadi dasar pembukuan atau pencatatan atau dokumen lainwajib disimpan selama 10
(sepuluh) tahun, selaras dengan kadaluarsa penetapan. Penyimpanan ini diletakkan di
tempat tinggal atau tempat kegiatan bagi wajib pajak Orang Pribadi, atau di tempat
kedudukan bagi Wajib Pajak Badan.
Hal ini sesuai dengan UU KUP pasal 28 ayat 11 : “ Pembukuan harus
diselenggarakan di Indonesia. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang
dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10
(sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak
orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan”.
Dalam hal Wajib Pajak melakukan transaksi dengan para pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak, kewajiban menyimpan dokumen lain meliputi
dokumen dan/atau informasi tambahan untuk mendukung bahwa transaksi yang dilakukan
dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa telah sesuai dengan prinsip kewajaran
dan kelaziman usaha.
Ketentuan tersebut dimaksudkan agar apabila Direktur Jenderal Pajak akan
mengeluarkan surat ketetapan pajak, bahan pembukuan atau pencatatan yang diperlukan
masih tetap ada dan dapat segera disediakan. Kurun waktu 10 (sepuluh) tahun
penyimpanan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
adalah sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai batas daluwarsa penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan.
Penyimpanan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk yang diselenggarakan secara program aplikasi on-
line harus dilakukan dengan memperhatikan faktor keamanan, kelayakan, dan kewajaran
penyimpanan.
PSAK No.1 paragraf 36 : “Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif
dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan
keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh SAK. Informasi komparatif yang
bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan
kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
Dilihat dari bunyi peraturannya, dalam perpajakan pembukuan harus disimpan
entitas minimal selama 10 tahun sedangkan secara komersil minimal adalah 1 tahun, untuk
dapat dibandingkan dengan pembukuan tahun-tahun berikutnya.
Contoh :
Ketika dilakukan pemeriksaan, Pak Bondan seorang pemeriksa pajak meminta arsip
pembukuan selama 10 tahun terakhir suatu entitas sebagai sumber bukti, jika ternyata
hanya ada pembukuan selama 8 tahun terakhir maka akan dicatat sebagai pelanggaran di
bidang perpajakan. Tapi ketika pembukuan itu digunakan dalam rangka pengumpulan
investasi, hal tersebut tidak melanggar PSAK asalkan minimal pembukuan 2 tahun
terakhir ada.

II. Pembukuan dengan Bahasa Asing

Wajib pajak yang diperkenankan menyelenggarakan pembukuan dengan


meggunakan bahasa asig atau mata uang selain Rupiah yaitu bahasa inggris dan stuan
mata uang dollar Amerika Serikar adalah :

1. Wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundangn – undangan Penanaman Modal Asing.
2. Wajib pajak dalam rangka Kontrak Karya , yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasarkan kontrak dengan Pemerintah RI sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
peraturan perundang – undangan Pertambangan selain pertambangan minyak dan gas
bumi.
3. Wajib pajak dalam rangka Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang – undangan pertambangan minyak dan gas bumi
4. Bentuk usaha tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5)
Undang – Undang Pajak.
5. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya
dibursa efek luar negeri
6. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan Raksadana dalam dominasi mata
uang Dollar Amerika Serikat dan telah menerima Surat Pemberitahuan Efektif
Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawasan Pasar Modal Lembaga Keuangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan pasar modal.
7. Wajib pajak yang berfiliasi langsung dengan perusahaan induk diluar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary Company) yang dimiliki dan atau dikuasai oleh
perusahaan induk (parent Company) diluar negeri mempunyai hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan b Undang – Undang Pajak
Penghasilan.
III. Peminjaman Buku dan Dokumen Perusahaan

Dalam proses pemeriksaan pajak, peminjaman buku, catatan dan dokumen Wajib
Pajak adalah mutlak diperlukan. Kenapa? Karena biasanya Pemeriksa Pajak akan
mengerjakan tugasnya (mengolah data dan pembukuan Wajib Pajak sampai selesai
pemeriksaan) di Kantor Pajak. Pemeriksa Pajak setelah melakukan pemeriksaan di lokasi
usaha Wajib Pajak kemudian akan meminjam Buku, Catatan dan Dokumen yang
berkaiatan.
Buku, catatan dan dokumen yang dipinjam oleh pemeriksa pajak disesuaikan dengan
jenis usaha dari Wajib Pajak antara lain: Laporan keuangan yang telah diaudit (kalau
ada), ledger, R/K, perjanjian/kontrak jual/beli, Laporan Produksi, Laporan Pengiriman
Barang, perjanjian usaha, bukti kas/bank, SPT (PPh badan, 21, 23 PPN), PBB, Faktur
Pajak (PM dan PK), akta pendirian dan perubahan terakhir, tanda daftar perusahaan dan
dokuemen lain yang dianggap perlu (sesuai perkembangan pemeriksaan dan sesuai jenis
usaha Wajib Pajak).

Aturan Lain Peminjaman Buku, catatan dan atau dokumen Wajib Pajak yaitu :

1. Setiap penyerahan buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara
elektronik serta keterangan lain dari Wajib Pajak, Pemeriksa Pajak harus membuat
bukti peminjaman.
2. Dalam hal buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam berupa fotokopi dan/atau data
yang dikelola secara elektronik, Wajib Pajak yang diperiksa harus membuat surat
pernyataan bahwa fotokopi dan/atau data yang dikelola secara elektronik yang
dipinjamkan kepada Pemeriksa Pajak adalah sesuai dengan aslinya.
3. Dalam hal jangka waktu 1 (satu) bulan terlampaui dan surat permintaan peminjaman
sebagaimana tidak dipenuhi sebagian atau seluruhnya, Pemeriksa Pajak harus
membuat berita acara mengenai hal tersebut.
4. Dalam hal buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik
serta keterangan lain perlu dilindungi kerahasiaannya, Wajib Pajak dapat mengajukan
permintaan agar pelaksanaan Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat Wajib Pajak
dengan menyediakan ruangan khusus.
5. Dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak tidak memenuhi
sebagian atau seluruh permintaan peminjaman sehingga besarnya penghasilan kena
pajak tidak dapat dihitung, Pemeriksa Pajak dapat menghitung penghasilan kena pajak
secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
6. Dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak badan dan Wajib Pajak tidak
memenuhi sebagian atau seluruh permintaan peminjaman
7. Sehingga besarnya penghasilan kena pajak tidak dapat dihitung, Pemeriksa Pajak
mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan.
IV. Penggunaan Computer dalam Pembukuan

Ketentuan yang harus di penuhi sehubungan dengan penggunaan komputer dalam


pembukuan Wajib Pajak, antara lain :

1. Pembukuan tersebut memenuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal 28 Undang –


Undang KUP
2. Hasil cetak (print-out) yang berkenan dengan pembukuan perusahaan dapat tersedia
dengan cepat bila diperlukan dalam pemeriksaan
3. Kewajiban bagi wajib pajak memperlihatkan dan meminjamkan pembukuan atau
pencatatan dan dokumen sebagaimana diatr dalam Pasal 29 ayat (3) huruf a Undang –
Undang KUP berlaku pula untuk memperlihatkan dan meminjamkan semua sarana
atau perangkat sehubungan dengan kegiatan penyelenggraan pembukuan dengan
komputer, misalnya :
a. Memberikan jenis program komputer yang digunakan
b. Menjelaskan mekanisme sistem pembukuan dan prosedur atau arus dokumen
c. Memberikan kata sandi (password) yang digunakan
d. Memperlihatkan dan meminjamkan segala dokumen yang dipakai sebagai
masukan (input) komputer, termasuk keluaran (output) program dalam bentuk
kartu punch (punch card), floppy disket, maupun dalam bentuk pita (tape).

V. IFRS Dan Perpajakan

IFRS merupakan singkatan dari International Financial Accounting Standard yang


merupakan Standar Pelaporan Internasional. IFRS adalah bagian dari akuntansi
internasional yang mengatur dan melaporkan informasi keuangan setiap negara. IFRS
kadang – kadang betentangan dengan IAS (International Accounting Standard) yaitu
standar internasional sebelum diganti dengan IFRS.
Tujuan IFRS adalah untuk menyediakan kerangka kerja global untuk bagaimana
perusahaan publik mempersiapkan dan mengungkapkan laporan keuangan mereka. IFRS
memberikan panduan umum untuk penyusunan laporan keuangan dibandingkan dengan
menetapkan aturan untuk penetapan industri-pasifik
Tujuan lain dari IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan
keuangan interim perusahaan untuk periode – periode yang dimaksud dalam laporan
keuangan tahunan mengandung laporan keuangan yang berkualitas tinggi yang :
1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang di
sajikan
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat bagi para pengguna
Tabel Kerangka Pengaruh Utama Konvergensi IFRS terhadap Perpajakan

Penjelasan Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap


No Pajak Akuntansi Perpajakan

 Konvergensi IFRS tidak berpengaruh terhadap


perpajakan karena aspek perpajakan memiliki
aturan sendiri
Ada ketentuan Ada perubahan perlakuan  Hanya muncul perubahan koreksi fiskal saat
1. khusus dalam akuntansi akibat penyusunan SPT PPh Badan karena masih ada
perpajakan konvergensi IFRS perbedaan antara perlakuan akuntansi &
pajak.
 Jika koreksi fiskal tersebut merupakan
perbedaan temporer, akan terjadi perubahan
perhitungan pajak tangguhan

 Konvergensi IFRS berpengaruh terhadap


perpajakan karena perlakuan perpajakan akan
Tidak ada ketentuan Ada perubahan perlakuan menyesuaikan dengan perlakuan akuntansi
2. khusus dalam akuntansi akibat  Tidak akan muncul koreksi fiskal saat
perpajakan konvergensi IFRS penyusunan SPT PPh Badan karena tidak ada
perbedaan perlakuan akuntansi dan pajak.

V.I. SAK dan IFRS

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman dalam


melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir semua
aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan
orang dengan kemampuan dalam bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga
yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dengan kata lain, Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi
pedoman tentang segala hal yang ada hubungannya dengan akuntansi.

Pemahaman di atas memberikan gambaran bahwa Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan (PSAK) berisi “tata cara penyusunan laporan keuangan” yang selalu mengacu
pada teori yang berlaku, atau dengan kata lain didasarkan pada kondisi yang sedang
berlangsung.

Berikut adalah perbedaan IFRS dan PSAK


No Perbedaan IFRS PSAK Efek Konvergensi
Desain IFRS SAK diperuntukkan untuk
diperuntukkan untuk Entitas yang bersifat Akan ada
entitas yang bersifat profitoriented, Nirlaba, UKM penerapan standar
profitoriented dan SME (Usaha kecil menengah) yang yang bersifat
1 Cakupan (Small Medium disebut SAK-ENTAP, dan setengah setengah
Pengaturan Enterprise). IFRS belum Perusahaan berbasis syariah. terhadap
mengatur standar perusahaan yang
akuntansi untuk berbasis syariah.
perusahaan berbasis
syariah.
Memungkinkan penilaian Sama seperti IFRS, PSAK
aktiva tetap berwujud dan memberikan alternatif
tidak berwujud penggunaan nilai wajar untuk
Kerangka menggunakan nilai wajar. menilai kembali aktiva tetap
2 Dasar Laporan keuangan harus berwujud dan tidak berwujud.
disajikan dengan basis true Laporan keuangan disajikan
and fair (IFRS Framework dengan basis “fairly stated”
par 46) (Kerangka dasar par 46)

Entitas harus membuat Entitas tidak harus membuat Harus dibuat


3 pernyataan eksplisit pernyataan kepatuhan akan pernyataaneksplisit
Pernyataan kepatuhan
tentang kepatuhan akan SAK akan kepatuhan
akan Standar
standar IFRS pada PSAK di
CALK

Perlunya
penyesuaianaturan
terkait dengan
kewajibanentitas
Prinsip Ketepatan
Tidak diatur secara khusus Dianjurkan agar entitas untuk memenuhi
Waktu
4 kapan entitas menyajikan menyajikan laporan keuangan kewajiban
(Timeliness)
laporan keuangan paling lama 4 bulan setelah perpajakan dalam
tanggal neraca menyampaikan
SPT Tahunan
paling lambat
tanggal 31 Maret
untuk WP Orang
Pribadi dan
30April untuk WP
Badan

Menganut standar
akuntansi berbasis prinsip
untuk meningkatkan Menganut standar akuntansi
Basis
5 transparansi,akuntabilitas, berbasis aturan.
Standar
dan keterbandingan
laporan keuangan antar
entitas secara global.

6 Tidak lagi mengakui


Prinsip
prinsip konservatif, namun Masih mengkui prinsip
Konservatif
diganti dengan prinsip konservatif
kehati-hatian (Prudence)
Pengungkapan dan penyajian laporan keuangan (IAS 1; PSAK 1 Rev 1998)

No Perbedaan IFRS PSAK Efek


Konvergensi
Komponen laporan keuangan Komponen laporan keuangan
lengkap terdiri atas : lengkap terdiri atas :
· Laporan posisi keuangan(neraca)
· Laporan laba rugi komprehensif · Neraca
· Laporan perubahan ekuitas · Laporan laba rugi
Komponen · Laporan arus kas · Laporan perubahan ekuitas
1 Laporan Keuangan · Catatan atas laporan keuangan · Laporan arus ka
yang lengkap · Laporan posisi keuangan · Catatan atas laporan keuangan
komparatif awal periode dan
penyajian retrospektif terhadap
penerapan kebijakan akuntansi

Berdasar ilustrasi IFRS: Berdasar PSAK:


Aset: Aset Lancar, Aset Tidak
Aset: Aset Tidak Lancar, Aset Lancar
lancar Ekuitas : Hak nonpengendali
Pengungkapan Ekuitas: Ekuitas yang dapat Ekuitas yang dapat diatribusikan
2 dalam Laporan diatribusikan ke pemilik entitas ke pemilik entitas induk
posisi keuangan induk Hak nonpengendali Laibilitas : Laibilitas jangka
(neraca) Laibilitas : Laibilitas jangka panjang, Laibilitas jangka
pendek, Laibilitas jangka panjang pendek
Istilah minority interest (hak
minoritas) diganti menjadi non
3 Istilah minority controlling interest (hak non Menggunakan istilah hak
interest pengendali) dan disajikan dalam minoritas
Laporan perubahan ekuitas.
Pos luar biasa Tidak mengenal istilah pos luar Masih memakai istilah pos luar
4 (extraordinary biasa (extraordinary item) biasa (extraordinary item)
item)

Laibilitas jangka panjang


disajikan sebagai Laibilitas jangka
Penyajian laibilitas pendek jika akan jatuh tempo
5 jangka panjang dalam 12 bulan meskipun Tetap disajikan sebagai
yang akan dibiayai perjanjian pembiayaan kembali Laibilitas jangka panjang
kembali sudah selesai setelah periode
pelaporan dan sebelum penerbitan
laporan keuangan

V.2. SAK dan Perpajakan

PSAK 46 adalah PSAK yang mengatur bagaimana entitas melaporan pajak


penghasilan dalam laporan keuangan baik dalam laporan posisi keuangan maupun dalam
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Seringkali praktisi akuntan
meremehkan keberadaan informasi pajak dalam laporan keuangan. Atau seringkali
beranggapan antara administrasi perpajakan dan akuntansi tidak memiliki kaitan.

PSAK 46 menggunakan konsep akrual dalam mengakui beba, aset dan kewajiban
perpajakan. Sehingga setiap penghasilan menurut akuntansi harus tetap diperhitungkan
dampak pajak yang harus dibayarkan di masa mendatang atau telah dibayarkan pada masa
sekarang. Untuk itulah timbul istilah aset dan pajak tangguhan.

Ketika perlakuan akuntansi dan perlakuan perpajakan ditandingkan, acuan utamanya


adalah Pasal 28 ayat (7) UU KUP 2007, khususnya penjelasannya. Ketentuan pajak tersebut
di antaranya menyebutkan bahwa “...Dengan demikian, pembukuan harus diselenggarakan
dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundang-undangan perpajakan menentukan lain”.
Tabel II.6 Hubungan antara Perlakuan Akuntansi dan Perpajakan

SAK UU KUP UU PPh

- Pengukuran -- Penghitungan pajak terutang

Penentuan saat terutang


- Pengakuan -- (pemotongan,pemungutan, dan
penyetoran pajak)
Pembukuan dan unsur laporan
- Penyajian keuangan yang dilampirkan --
dalam SPT

- Pengungkapan -- --

Berdasarkan Tabel II.6, ketentuan PPh hanya mengatur aspek pengukuran dan
pengakuan.Sementara itu, ketentuan KUP mengatur aspek penyajian dan pengaturannya pun
juga tidak mendetil. Pengaturan di UU KUP hanya menyangkut unsur laporan keuangan yang
terdiri dari neraca (harta, kewajiban, dan modal) serta laporan laba rugi (penghasilan dan
biaya).

V.3. Penggunaan Nilai Wajar

PSAK 68 mendefinisikan nilai wajar (fair value) sebagai “harga yang akan diterima
untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas
dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran”. Nilai wajar adalah
pengukuran berbasis pasar, bukan pengukuran berbasis entitas. Pengukuran nilai wajar adalah
untuk aset atau liabilitas tertentu yang berdisi sendiri maupun berkelompok.
Mempertimbangkan hal tersebut, maka ketika pengukuran nilai wajar, entitas
mengasumsikan karakteristik aset atau liabilitas (seperti kondisi dan lokasi, dan pembatasan)
diperhitungkan jika karakteristik tersebut dipertimbangkan oleh pelaku pasar (market
participants) pada tanggal pengukuran berdasarkan kondisi saat ini.
Dalam mengukur nilai wajar, entitas menggunakan asumsi bahwa pelaku pasar yang
menentukan harga aset atau liabilitas berdasarkan kepentingan ekonomi terbaiknya
memenuhi karakteristik seperti independent (not related parties), knowledgable, able to enter
into transaction, and willing to enter.
Hal yang dipertimbangkan dalam mengidentifikasi pelaku pasar secara umum adalah:
1. Aset atau liabilitas (baik berdiri sendiri ataupun aset/liabilitas kelompok)
2. Pasar (baik pasar utama atapun pasar yang paling menguntungkan ketika pasar utama
tidak ada)
3. Pelaku pasar yang melakukan transaksi

Dalam nilai wajar, harga yang ditetapkan adalah harga yang akan diterima untuk
menjual aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi
teratur dipasar utama (atau pasar yang paling menguntungkan) pada tanggal pengukuran
berdasarkan kondisi pasar saat ini (yaitu exit price) terlepas apakah harga tersebut dapai
diobservasi secara langsung atau tidak (diestimasi menggunakan teknik penilaian lain).

Penerapan pada Aset Nonkeuangan


Nilai wajar dihitung berdasarkan kemampuan pelaku pasar untuk menghasilkan
manfaat ekonomik dari penjualan aset kepada pelaku pasar yang akan menggunakan aset
tersebut dengan penggunaan terbaik dan tertinggi. Hal ini memperhitungkan:
1. penggunaan yang secara fisik dimungkinkan (physically possible);
2. secara hukum diizinkan (legally permissible); dan
3. layak secara keuangan (financially feasible).

Premis Penilaian untuk Aset Nonkeuangan


Penggunaan tertinggi dan terbaik juga menetapkan premis penilaian (valuation
premise) yang digunakan untuk mengukur nilai wajar. Penggunaan tertinggi dan terbaik ini
didasarkan pada kondisi:
1. penggunaan kombinasi dengan aset atau liabilitas, yaitu ketika aset digunakan
bersama dengan aset atau liabilitas lain
2. penggunaan aset secara terpisah

VI. Revaluasi Aktiva Tetap

Menurut Waluyo & Ilyas, revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap
perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut dipasaran artau karena
rendahnya niali aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh
devaluasi atau sebab lain, sehingga niali aktiva tetap dalam laporan keuangan tidak lagi
mencerminkan nilai yang wajar.
Revaluasi sebenarnya tidak hanya bisa dilakukan pada aktiva tetap ataupun aktiva
lainnya saja tapi dapat dilakukan pada kewajiban dan bagian kekayaan lainnya.
Syarat – syarat revaluasi yaitu :
1. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan dengan syarat telah memenuhi semua
kewajiban pajaknya sampai degan masa pajak terakhir sebelum masa pajak
dilakukannya penilaian kembali
2. Aktiva tetap perusahaan yang dapat dinilai kembali adalah aktiva tetap berwujud
yang terletak atau berada di Indonesia yang dimiliki dan dipergunakan untk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak
3. Penilaian kembali dapat meliputi seluruh atau sebagian aktiva tetap perusahaan
termasuk aktiva tetap perusahaan yang sudah pernah dilakukan penilaian kembali
berdasarkan ketentuan yang berlaku sebelumnya dan hanya dapat dilakukan
penilaian kembali paling banyak satu kali pada tahun buku yang sama.

Wajib Pajak yang boleh melakukan Revaluasi yaiitu :


1. Wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT), tidak termasuk perusahaan
yang memperoleh ijin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata
uang Dollar Amerika Serikat
2. Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir
sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali
3. Mendapat persetujuan Direktur Jendral Pajak.

Manfaat Revolusi Aktiva tetap bagi Perusahaan yaitu :


1. Dapat menciptakan Performance of Balance Sheet yang lebih baik, sebagai akibat
meningkatnya nilai aktiva dan modal
2. Meningkatkan kepercayaan para pemegang saham karena kenaikan nilai aktiva dapat
dicatat sebagai tambahan nilai saham (saham bonus)
3. Meningkatkan kepercayaan kreditur sebagai dampak membaiknya beberapa rasio
keuangan perusahaan, khususnya yang ditunjukkan oleh debt to assets ratio dan debt
to equity ratio.

Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Revaluasi sangat penting
dilakukan untuk menyesuaikan perubahan ataupun pertambahan nilai dari suatu aset tetap
ataupun akun lain yang dapat mempengaruhi laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai