I. Kewajiban Pembukuan
Kewajiban pembukuan terhadap setiap perusahaan tidak terbatas pada aturan yang ada
pada Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD), namun juga pada aturan yang
dimuat dalam Undang – Undang yang mempunyai dasar sama yaitu kepada setiap orang
yang menjalankan perusahaan untuk menyelenggarakan pembukuan.
Prinsip taat asas mengharuskan wajib pajak menggunakan prinsip yang sama
dalm metode pembukuan yang konsisten dengan tahun – tahun sebelumnya. Tujuannya
adalah mencegah pergeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas dalam metode pembukuan
dapat diterapkan dalam hal :
a. Pengakuan penghasilan
b. Tahun buku
c. Metode penilaian persediaan, atau
d. Metode penyusutan dan amortisasi
Dalam UU KUP pasal 28 ayat 5 : “Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip
taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas”
a. Stelsel akrual : Suatu metode perhitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan
diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang, sehingga tidak
bergantng pada kapan penghasilan diterima dan kapan biaya dibayar secara tunai.
Termasuk dalam pengertian setsel akrual :
1. Pengakuan penghasilan berdasarkan metode persentase tingkat penyelesaian
pekerjaan yang umumnya dipakai dalam bidang akuntansi
2. Metode lain yang dipakai dalam bidang usaha tertentu seperti Build operate and
transfer (BOT) dan real estate.
b. Stelsel kas : Suatu metode yang perhitungannya didasarkan atas penghasilan yang
diterima dan biaya yang di bayar secara tunai, sehingga penghasilan baru dianggap
sebagai penghasilan apabila benar – benar telah diterima secara tunai dalam periode
tertentu dan biaya baru dianggap sebagai biaya apabila benar – benar telah dibayar
secara tunai dalam periode tertentu.
Setsel kas biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau
perusahaan jasa, misalnya transportasi, hiburan, dan restoran yang tenggang waktu
antara penyerahan jasa dan penerimaan pembayaran tidak berlangsung lama.
Untuk menghitung pajak penghasilan, setsel kas harus memperhatikan hal – hal
berikut ::
1. Perhitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan,
baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam menghitung harga pokok penjualan
harus diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan.
2. Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak – hak yang dapat
diamortisasi, biaya yang dikurangi dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui
penyusutan dan amortisasi.
3. Pemakaian setsel kas harus dilakukan secara taas asas(konsisten)
Dengan demikian penggunaan setsel kas untuk tujuan perpajakn dapat juga
dinamakan SETSEL CAMPURAN.
PSAK no. 1 paragraf 25-26 : “Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual,
kecuali laporan arus kas. Ketika akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui
pos-pos sebagai aset, laibilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan
keuangan) ketika pos-pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsur-
unsur tersebut dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.”
Dalam hal ini ada perbedaan yaitu tidak diberlakukannya lagi stelsel kas pada
penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK.
Contoh :
Sebuah perusahaan jasa menggunakan dasar akrual dalam pelaporan keuangan
usahanya ( sesuai PSAK) maka dalam perhitungan pajak/penggunaan laporan keuangan
tersebut dalam kewajiban perpajakan perusahaan tersebut tidak perlu mengubahnya ke
dasar kas karena dalam UU KUP disebutkan bahwa wajib pajak diberi pilihan (dan
konsisten).
Perubahan mungkin dapat terjadi dalam hal metode pembukuan atau tahun pajak,
tetapi metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu konsisten dengan tahun –
tahun sebelumnya misalnya dalam hal penggunaan metode pengakuan penghasilan dan
biaya (metode kas atau akrual), metode penyusutan aktiva/aset tetap, dan metode penilaian
persediaan.
Perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat telah mendapat
persetujuan dari Direktur Jendral Pajak. Perubahan metode pembukuan harus diajukan
kepada Direktur Jendral Pajak sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan
menyampaikan alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat mungkin timbul dari
perubahan tersebut.
Catatan : ”Tahun pajak adalah sama dengan tahun kalender. Apabila tahun buku
tidak sama dengan tahun kalender, penyebutan tahun pajak menggunakan tahun yang di
dalamnya termasuk 6 (enam) bulan pertama atau lebih”.
1. Wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundangn – undangan Penanaman Modal Asing.
2. Wajib pajak dalam rangka Kontrak Karya , yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasarkan kontrak dengan Pemerintah RI sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
peraturan perundang – undangan Pertambangan selain pertambangan minyak dan gas
bumi.
3. Wajib pajak dalam rangka Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang – undangan pertambangan minyak dan gas bumi
4. Bentuk usaha tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5)
Undang – Undang Pajak.
5. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya
dibursa efek luar negeri
6. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan Raksadana dalam dominasi mata
uang Dollar Amerika Serikat dan telah menerima Surat Pemberitahuan Efektif
Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawasan Pasar Modal Lembaga Keuangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan pasar modal.
7. Wajib pajak yang berfiliasi langsung dengan perusahaan induk diluar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary Company) yang dimiliki dan atau dikuasai oleh
perusahaan induk (parent Company) diluar negeri mempunyai hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan b Undang – Undang Pajak
Penghasilan.
III. Peminjaman Buku dan Dokumen Perusahaan
Dalam proses pemeriksaan pajak, peminjaman buku, catatan dan dokumen Wajib
Pajak adalah mutlak diperlukan. Kenapa? Karena biasanya Pemeriksa Pajak akan
mengerjakan tugasnya (mengolah data dan pembukuan Wajib Pajak sampai selesai
pemeriksaan) di Kantor Pajak. Pemeriksa Pajak setelah melakukan pemeriksaan di lokasi
usaha Wajib Pajak kemudian akan meminjam Buku, Catatan dan Dokumen yang
berkaiatan.
Buku, catatan dan dokumen yang dipinjam oleh pemeriksa pajak disesuaikan dengan
jenis usaha dari Wajib Pajak antara lain: Laporan keuangan yang telah diaudit (kalau
ada), ledger, R/K, perjanjian/kontrak jual/beli, Laporan Produksi, Laporan Pengiriman
Barang, perjanjian usaha, bukti kas/bank, SPT (PPh badan, 21, 23 PPN), PBB, Faktur
Pajak (PM dan PK), akta pendirian dan perubahan terakhir, tanda daftar perusahaan dan
dokuemen lain yang dianggap perlu (sesuai perkembangan pemeriksaan dan sesuai jenis
usaha Wajib Pajak).
Aturan Lain Peminjaman Buku, catatan dan atau dokumen Wajib Pajak yaitu :
1. Setiap penyerahan buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara
elektronik serta keterangan lain dari Wajib Pajak, Pemeriksa Pajak harus membuat
bukti peminjaman.
2. Dalam hal buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam berupa fotokopi dan/atau data
yang dikelola secara elektronik, Wajib Pajak yang diperiksa harus membuat surat
pernyataan bahwa fotokopi dan/atau data yang dikelola secara elektronik yang
dipinjamkan kepada Pemeriksa Pajak adalah sesuai dengan aslinya.
3. Dalam hal jangka waktu 1 (satu) bulan terlampaui dan surat permintaan peminjaman
sebagaimana tidak dipenuhi sebagian atau seluruhnya, Pemeriksa Pajak harus
membuat berita acara mengenai hal tersebut.
4. Dalam hal buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik
serta keterangan lain perlu dilindungi kerahasiaannya, Wajib Pajak dapat mengajukan
permintaan agar pelaksanaan Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat Wajib Pajak
dengan menyediakan ruangan khusus.
5. Dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak tidak memenuhi
sebagian atau seluruh permintaan peminjaman sehingga besarnya penghasilan kena
pajak tidak dapat dihitung, Pemeriksa Pajak dapat menghitung penghasilan kena pajak
secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
6. Dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak badan dan Wajib Pajak tidak
memenuhi sebagian atau seluruh permintaan peminjaman
7. Sehingga besarnya penghasilan kena pajak tidak dapat dihitung, Pemeriksa Pajak
mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan.
IV. Penggunaan Computer dalam Pembukuan
Perlunya
penyesuaianaturan
terkait dengan
kewajibanentitas
Prinsip Ketepatan
Tidak diatur secara khusus Dianjurkan agar entitas untuk memenuhi
Waktu
4 kapan entitas menyajikan menyajikan laporan keuangan kewajiban
(Timeliness)
laporan keuangan paling lama 4 bulan setelah perpajakan dalam
tanggal neraca menyampaikan
SPT Tahunan
paling lambat
tanggal 31 Maret
untuk WP Orang
Pribadi dan
30April untuk WP
Badan
Menganut standar
akuntansi berbasis prinsip
untuk meningkatkan Menganut standar akuntansi
Basis
5 transparansi,akuntabilitas, berbasis aturan.
Standar
dan keterbandingan
laporan keuangan antar
entitas secara global.
PSAK 46 menggunakan konsep akrual dalam mengakui beba, aset dan kewajiban
perpajakan. Sehingga setiap penghasilan menurut akuntansi harus tetap diperhitungkan
dampak pajak yang harus dibayarkan di masa mendatang atau telah dibayarkan pada masa
sekarang. Untuk itulah timbul istilah aset dan pajak tangguhan.
- Pengungkapan -- --
Berdasarkan Tabel II.6, ketentuan PPh hanya mengatur aspek pengukuran dan
pengakuan.Sementara itu, ketentuan KUP mengatur aspek penyajian dan pengaturannya pun
juga tidak mendetil. Pengaturan di UU KUP hanya menyangkut unsur laporan keuangan yang
terdiri dari neraca (harta, kewajiban, dan modal) serta laporan laba rugi (penghasilan dan
biaya).
PSAK 68 mendefinisikan nilai wajar (fair value) sebagai “harga yang akan diterima
untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas
dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran”. Nilai wajar adalah
pengukuran berbasis pasar, bukan pengukuran berbasis entitas. Pengukuran nilai wajar adalah
untuk aset atau liabilitas tertentu yang berdisi sendiri maupun berkelompok.
Mempertimbangkan hal tersebut, maka ketika pengukuran nilai wajar, entitas
mengasumsikan karakteristik aset atau liabilitas (seperti kondisi dan lokasi, dan pembatasan)
diperhitungkan jika karakteristik tersebut dipertimbangkan oleh pelaku pasar (market
participants) pada tanggal pengukuran berdasarkan kondisi saat ini.
Dalam mengukur nilai wajar, entitas menggunakan asumsi bahwa pelaku pasar yang
menentukan harga aset atau liabilitas berdasarkan kepentingan ekonomi terbaiknya
memenuhi karakteristik seperti independent (not related parties), knowledgable, able to enter
into transaction, and willing to enter.
Hal yang dipertimbangkan dalam mengidentifikasi pelaku pasar secara umum adalah:
1. Aset atau liabilitas (baik berdiri sendiri ataupun aset/liabilitas kelompok)
2. Pasar (baik pasar utama atapun pasar yang paling menguntungkan ketika pasar utama
tidak ada)
3. Pelaku pasar yang melakukan transaksi
Dalam nilai wajar, harga yang ditetapkan adalah harga yang akan diterima untuk
menjual aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi
teratur dipasar utama (atau pasar yang paling menguntungkan) pada tanggal pengukuran
berdasarkan kondisi pasar saat ini (yaitu exit price) terlepas apakah harga tersebut dapai
diobservasi secara langsung atau tidak (diestimasi menggunakan teknik penilaian lain).
Menurut Waluyo & Ilyas, revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap
perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut dipasaran artau karena
rendahnya niali aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh
devaluasi atau sebab lain, sehingga niali aktiva tetap dalam laporan keuangan tidak lagi
mencerminkan nilai yang wajar.
Revaluasi sebenarnya tidak hanya bisa dilakukan pada aktiva tetap ataupun aktiva
lainnya saja tapi dapat dilakukan pada kewajiban dan bagian kekayaan lainnya.
Syarat – syarat revaluasi yaitu :
1. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan dengan syarat telah memenuhi semua
kewajiban pajaknya sampai degan masa pajak terakhir sebelum masa pajak
dilakukannya penilaian kembali
2. Aktiva tetap perusahaan yang dapat dinilai kembali adalah aktiva tetap berwujud
yang terletak atau berada di Indonesia yang dimiliki dan dipergunakan untk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak
3. Penilaian kembali dapat meliputi seluruh atau sebagian aktiva tetap perusahaan
termasuk aktiva tetap perusahaan yang sudah pernah dilakukan penilaian kembali
berdasarkan ketentuan yang berlaku sebelumnya dan hanya dapat dilakukan
penilaian kembali paling banyak satu kali pada tahun buku yang sama.
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Revaluasi sangat penting
dilakukan untuk menyesuaikan perubahan ataupun pertambahan nilai dari suatu aset tetap
ataupun akun lain yang dapat mempengaruhi laporan keuangan.