Anda di halaman 1dari 22

MENCEGAH SANKSI PAJAK DENGAN

PENCATATAN & PEMBUKUAN

Andreas Budiman,SE.,SH.,M.Si.,MH.,CTL.,BKP Lilisen,SE.,M.Ak.,BKP


Ketua IKPI Palembang Ketua IKPI Pekanbaru
PEMBUKUAN, PENCATATAN DAN PRINSIPNYA
Banyak wajib pajak yang merasa bingung dengan konsep pembukuan dan
pencatatan serta menentukan apakah mereka harus melakukan pembukuan atau
pencatatan. Padahal, proses pembukuan dan pencatatan merupakan kegiatan
utama di dalam akuntansi komersial.
PEMBUKUAN, PENCATATAN DAN PRINSIPNYA
Kegunaan:
✓ Mengontrol biaya operasional.
✓ Memantau aset-aset perusahaan.
✓ Mengetahui posisi keuangan dan hasil
kegiatan usaha serta keuntungan secara
pasti.
✓ Membuat prediksi keuangan untuk jangka
pendek maupun panjang
✓ Dari sisi pajak, menjadi dasar bagi wajib
pajak untuk menghitung besarnya pajak
yang terutang.
DEFINISI PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa
neraca, dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.
Pasal 1 angka 29 UU KUP

Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang peredaran atau


penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak
dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
Pasal 28 ayat (9) UU KUP.
PROSES PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan:
1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
Pasal 28 ayat 3 UU KUP

2. Diselengarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,


satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
Pasal 28 ayat 4 UU KUP

3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
kas.
Pasal 28 ayat 5 UU KUP
PROSES PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan:
4. Diselenggarakan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menteri
Keuangan.
Pasal 28 ayat 8 UU KUP

Bahasa asing yang diperkenankan adalah bahasa Inggris dengan mata uang
asing yang dikenankan adalah dolar AS.
PMK No.1/PMK.03/2015

Permohonan izin/pemberitahuan pembukuan dengan menggunakan bahasa


asing dan mata uang selain rupiah.
PER - 23/PJ/2015

5. Terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya,
serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang.
Pasal 28 ayat 7 UU KUP
PROSES PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan:
6. Penyimpanan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan
wajib disimpan selama 10 tahun.
7. Wajib Pajak melakukan transaksi dengan para pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak, kewajiban menyimpan dokumen
lain meliputi dokumen dan/atau informasi tambahan untuk mendukung bahwa
transaksi yang dilakukan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa
telah sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha.

Pasal 28 ayat 11 UU KUP


PP 74/2011 Pasal 10
PROSES PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pencatatan:
1. Pencatatan harus menggambarkan antara lain:
a. Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang
diterima dan/atau diperoleh.
b. Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final. Pasal 28 ayat 9 UU KUP

2. Bagi WP yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha,
pencatatan harus menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis
usaha dan/atau tempat usaha yang bersangkutan.
3. WP harus menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban.
SIAPA YANG WAJIB MENYELENGGARAKAN?
ASPEK PEMBUKUAN PENCATATAN

Subjek Pajak - WP Badan WP OP


- WP OP yang
melakukan usaha &
pekerjaan bebas
<4,8 Miliar
Peredaran
Usaha > 4,8 Miliar

Note:
WP OP yang melakukan pencatatan dapat menghitung penghasilan neto dengan menggunakan
norma penghitungan penghasilan neto, dengan syarat memberitahukan ke Direktur Jenderal Pajak
dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.
KELONGGARAN WAKTU WAJIB PEMBUKUAN
Kelonggaran waktu Wajib Pajak dianggap
mampu untuk melakukan pembukuan:
• WPOP => 7 tahun.
• WP Badan (Koperasi, CV, Firma) => 4 tahun.
• WP Badan (PT) => 3 tahun.
Tahun 2020 merupakan tahun terakhir bagi WP
Badan (PT) menggunakan tarif PPh Final.
Tahun 2025 untuk WPOP mulai untuk diwajibkan
pembukuan. Hal ini juga berpengaruh kepada
tarif Pajak Penghasilannya yang akan mulai
dikenakan berdasarkan tarif Pasal 17 ayat (1)
huruf a, Pasal 17 ayat (2a), atau Pasal 31E
Undang Undang Pajak Penghasilan.
KONSEKUENSI TIDAK MENYELENGGARAKAN
1. Sanksi Administrasi
Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak dipenuhi
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang, maka atas
kekurangan pembayaran pajak tersebut ditagih dengan SKPKB ditambah sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar :
• 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak.
• 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut,
tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau
kurang disetor atau
• 100% dari PPN dan PPn BM yang tidak atau kurang dibayar.

Pasal 13 ayat 1 UU KUP


KONSEKUENSI TIDAK MENYELENGGARAKAN
2. Sanksi Pidana
Setiap orang yang dengan sengaja:
• memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang
palsu/dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan
yang sebenarnya atau
• tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain
atau
• tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan
data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan
secara program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (11).
KONSEKUENSI TIDAK MENYELENGGARAKAN
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Pasal 39 ayat 1 UU KUP

Pidana tersebut ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila
seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu)
tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.
Pasal 39 ayat 2 UU KUP
ALASAN TIDAK MELAKUKAN PEMBUKUAN/PENCATATAN
1. Karena merasa proses pembukuan ini cukup merepotkan dan kurang
mengerti dalam melakukannya sehingga malas melakukannya.
2. Karena tidak mengerti sehingga ini yang membuat pemilik bisnis merasa
harus mengeluarkan biaya lebih untuk membayar seorang tenaga ahli.
3. Karena keterbatasan waktu yang dimiliki untuk melakukan pembukuan.
MENGAPA HARUS PEMBUKUAN/PENCATATAN?
MENGAPA HARUS PEMBUKUAN/PENCATATAN?
1. Memudahkan Wajib Pajak pada saat menghitung dan memperhitungkan
serta melaporkan pajak terutang baik pada SPT Masa maupun SPT Tahunan.
2. Perhitungan pajak terutang lebih akurat..
3. Jika Wajib Pajak tidak dapat menunjukkan dokumen pembukuan atau
pencatatan pada saat pemeriksaan sehingga tidak dapat dihitung
penghasilan kena pajak, maka penghasilan kena pajak dapat dihitung
secara jabatan berdasarkan data lain yang diperoleh pada saat
pemeriksaan.
4. Laporan keuangan memberikan informasi posisi keuangan dan kemajuan
dari usaha Wajib Pajak.
MENGAPA HARUS PEMBUKUAN/PENCATATAN?
Self Assesment System:
1. Wewenang untuk menetapkan besarnya
pajak yang terutang ada pada WP sendiri ,
dengan cara menghitung, menyetorkan
dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang.
2. Fiskus tidak ikut campur dan hanya
mengawasi dengan SP2DK, pemeriksaan
pajak.
PEMBUKUAN YANG BAGAIMANA?
1. Upayakan semua transaksi terecord dalam rekening
2. Gunakan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan
3. Perkuat Kevalid-an transaksi; Omzet, HPP, Biaya, dll
KETIKA TERIMA SP2DK / SURAT PEMERIKSAAN
RESIKO YANG DITERIMA

Pada umumnya, fiskus berpikir bahwa Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan


sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Sehingga fiskus menyampaikan
permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen.

Fungsi dokumen yang dipinjam adalah untuk menguji kebenaran SPT yang
dilaporkan. Karena SPT dibuat berdasarkan kegiatan sebenarnya Wajib Pajak. Dan
setiap kegiatan wajib hukumnya didokumentasikan. Jika tidak ada dokumen maka
dapat disimpulkan bahwa SPT yang dilaporkan tidak benar.
RESIKO YANG DITERIMA
Jika dokumen yang diminta fiskus tidak dapat ditunjukkan, maka fiskus akan
menentukan besarnya pajak terutang secara jabatan.
Bukan berdasarkan pembukuan. Secara jabatan artinya penghitungan pajak
berdasarkan analisis dan kewajaran menurut fiskus.

Dalam hal terhadap Wajib Pajak badan atau Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dilakukan pemeriksaan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, ternyata Wajib Pajak orang pribadi atau badan tersebut tidak
atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan atau tidak bersedia
memperlihatkan pembukuan atau pencatatan atau bukti-bukti pendukungnya,
penghasilan netonya dihitung dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
PER 17/PJ/2015 Pasal 3 (1)

Anda mungkin juga menyukai