BAB 4 : Pembukuan
Disusun oleh :
Aji Andri Dwipa (02)
Kelas/Prodi:
5-AC/D-III Akuntansi
PENDAHULUAN
1.Ketentuan tentang menyelenggarakan pembukuan
Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak orang pribadi
yang melakuan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia
wajib menyelenggarakan pembukuan.
2. Pengertian Pembukuan
Dalam Pasal 1 huruf v UU KUP pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi
harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa yang terutang maupun yang tidak terutang Pajak
Pertambahan Nilai,yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0% dan yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
3. Defenisi Akuntansi
a. Dari fungsinya
Akuntansi adalah aktivitas jasa yang berfungsi memberikan informasi kualitatif
terutama yang bersifat keuangan ,tentang suatu organisasi atau badan usaha yang
bermanfaat sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi
b. Dari prosesnya
Akuntansi adalah seni pencatatan,pengklasifikasian dan pengikhtisaran transaksitransaksi keuangan,dengan cara tertentu dan penginterprestasikan hasil hasilnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian pembukuan dan akuntansi secara
prinsip tidak ada perbedaan
SYARAT-SYARAT PEMBUKUAN
Tujuan penyelenggaraan pembukuan adalah untuk mempermudah:
1. Pengisian SPT;
2. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak;
3. Penghitungan PPN dan PPnBM;
4. Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan
usaha/pekerjaan bebas.
Sesuai dengan peraturan perpajakan,pembukuan untuk tujuan perpajakan harus
memenuhi syarat-syarat yang ada pada Pasal 28 UU KUP, sebagai berikut:
1. Diselenggarakan sesuai dengan kelaziman pembukuan yang berlaku yang di
Indonesia yaitu menggunakan Standar Akuntansi Keuangan kecuali peraturan perpajakan
mengatur lain.(Penjelasan Pasal 28 KUP)
2. Diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan
atau kegiatan usaha yang sebenarnya. (Pasal 28 ayat (3) UU KUP)
3. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan. (Pasal 28 ayat (4) UU KUP)
4. Sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang. (Pasal 28 ayat (7) UU KUP)
5. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
(Pasal 28 ayat (5) UU KUP)
Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan
dengan tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba atau rugi,
misalnya stelsel pengakuan penghasilan, tahun buku, metode penilaian persediaan
atau metode penyusutan dan amortisasi;
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti
penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi,
tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar secara
tunai, termasuk pengakuan penghasilan berdasarkan metode persentase tingkat
penyelesaian pekerjaan yang umumnya dipakai daiam bidang konstruksi dan metode
lain yang dipakai dalam bidang usaha tertentu seperti Build Operate and
Transfer (BOT) dan Real Estate;
Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan
yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai, penggunaan stelsel kas untuk
tujuan perpajakan dapat juga dinamakan stelsel campuran karena dalam
penggunaannya harus memperhatikan syarat-syarat tertentu.
(Pembahasan mengenai taat asas,stelsel akrual dan stelsel kas dikutip dari
http://www.pajak.go.id/content/221111-kewajiban-pembukuan)
dokumen perpajakan dan pendukungnya dapat dilakukan oleh Wajib Pajak untuk
dokumen yang berumur lebih dari 3 (tiga) tahun hingga tahun ke sepuluh sesudah
terutang pajak atau berakhirnya masa pajak.
Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yang beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan Penanaman Modal Asing;
b. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak
Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
d. Bentuk Usaha Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) UU PPh atau
Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
bursa efek luar negeri;
f.
g. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
h. Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang USD sesuai SAK yang berlaku di Indonesia
2. Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang
USD untuk wajib pajak Wajib Pajak PMA, Bentuk Usaha Tetap, Wajib Pajak yang
mendaftarkan emisi sahamnya di bursa efek, harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis
dari Menteri Keuangan.
3. Untuk Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama
Prosedur untuk menyampaikan pemberitahuan menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata USD bagi adalah :
a. Surat pemberitahuan disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib
Pajak terdaftar dengan formuilir yang telah ditentukan, paling lambat 3 (tiga) bulan:
b. Pemberitahuan harus dilampiri dengan :
1. fotokopi Kontrak Karya bagi Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya;
2. fotokopi Kontrak Kerja Sama bagi Waji b Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
4.
Ketentuan penyampaian pemberitahuan secara tertulis berlaku bagi Kerja Sama Operasi
(KSO) sepanjang dipersyaratkan dalam perjanjian kerjasama/akta pendirian KSO dan
semua anggota KSO telah mendapatkan izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat dengan melampirkan :
a. fotokopi perjanjian kerjasama/akta pendirian KSO; dan
b. fotokopi Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang Per setujuan Pemberian Izin
4. apabila terjadi revaluasi aktiva tetap, disamping menggunakan nilai historis, atas nilai
selisih lebih dikonversi ke dalam mata USD dengan menggunakan kurs yang
sebenarnya berlaku pada saat dilakukannya revaluasi.
5. untuk laba ditahan atau sis a kerugian dalam mata uang Rupiah dari tahun-tahun
sebelumnya, dikonversi ke dalam mata USD dengan menggunakan kurs yang
sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan sistem
pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat asas.
6. untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada saat terjadinya transaksi.
7. Dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konversi dari mata uang
Rupiah ke mata USD sebagaimana dimaksud pada angka i sampai angka v, maka
selisih laba atau rugi tersebut dibebankan pada rekening laba ditahan.
b.Dalam tahun berjalan :
1. Untuk transaksi yang dilakukan dengan mata USD, pembukuannya dicatat sesuai dengan
dokumen transaksi yang bersangkutan
2. Untuk transaksi, baik dalam negeri maupun luar negeri, yang menggunakan mata uang
selain USD, dikonversikan ke mata uang USD dengan menggunakan kurs yang sebenarnya
berlaku pada saat terjadinya transaksi, yaitu sebagai berikut :
apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku, maka kurs yang dipakai
adalah kurs yang diketahui dari transaksi tersebut
apabila dari dokumen tr ansaksi tidak diketahui kurs yang berlaku, maka kurs yang
dipakai adalah kurs yang sebenarnya berlaku, berdasarkan sistem pembukuan yang
dianut yang dilakukan secara taat asas.
Dalam hal Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan atau Wajib Pajak yang telah
mengajukan permohonan tetapi ditolak, tetapi tetap melaksanakan penyelenggaraan
pembukuan menggunakan bahasa Inggris dan mata USD, maka Wajib Pajak tersebut
PEMBAYARAN PAJAK.
Bagi wajib yang menggunakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang USD,
berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Besarnya PPh Pasal 25, untuk tahun Pajak pertama penyelenggaraan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan mata USD adalah sebesar Pajak Penghasilan Pasal 25
dalam mata uang Rupiah yang dikonversikan dengan menggunakan kurs yang ditetapkan
dalam Kep utusan Menteri Keuangan yang berlaku pada akhir tahun buku sebelum
dimulainya pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata USD.
b. Pembayaran PPh Pasal 25 dan Pasal 29 serta PPh Final yang dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak yang memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan mata uang USD, dapat dilakukan dengan mata uang rupiah.
c. Dalam hal pembayaran Pajak dilakukan dalam mata uang Rupiah, Wajib Pajak harus
mengkonversikan pembayaran dalam mata uang Rupiah ters ebut ke mata Uang USD
dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang
berlaku pada tanggal pembayaran.
c. Dalam hal terdapat bukti pembayaran atau pemotongan/ pemungutan PPh Pasal 22
dan Pasal 23 dengan menggunakan mata uang Rupiah yang akan dikreditkan dalam
SPT Tahunan PPh Badan, maka harus dikonversi ke dalam mata USD dengan
menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku
pada tanggal pembayaran atau pemotongan/ pemungutan pajak tersebut.
d. Sisa kerugian fiskal dalam mata uang Rupiah dari tahun-tahun sebelumnya yang dapat
dikompensasikan ke Tahun Pajak dimulainya pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan mata uang USD, dikonversi ke dalam mata uang USD dengan
menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Keputusan Ment eri Keuangan yang
berlaku pada akhir tahun buku pada saat kerugian fiskal tersebut terjadi.
c. penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya
bersifat final, baik yang berasal dari kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
maupun dari luar kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
2) Selain harus menyelenggarakan pencatatan sebagaimana tersebut diatas, WP orang
pribadi harus menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban baik yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas maupun yang
tidak digunakan untuk melaksanakan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas.
3) Pencatatan yang dibuat oleh Wajib Pajak yang memilih menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto harus men ggambarkan jumlah peredaran atau
penerimaan bruto secara lengkap dan benar dan harus didukung dengan dokumen yang
dijadikan dasar penghitungan peredaran/penerimaan bruto.
4) Bagi Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha, maka catatan tentang
peredaran/penerimaan bruto secara jelas harus dapat menggambarkan mengenai jenisjenis usaha yang bersangkutan.
5) Untuk memudahkan bagi WP yang melaksanakan pencatatan,maka dirjen pajak
mengeluarkan panduan sebagai berikut.
a. Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Yang Diterima Dari Kegiatan Usaha
dan/atau Pekerjaan Bebas Yang Merupakan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai Pajak
Bersifat Final
b. Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Yang Diterima Dari Luar Kegiatan
Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Yang Merupakan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai
Pajak Bersifat Final (Penghasilan Lainnya)
c. Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Bruto Yang Diterima oleh WP Orang
Pribadi Yang Tidak Melakukan Kegiatan Usaha Dan/Atau Pekerjaan Bebas
d. Bentuk
dan Tata
Cara
Bukan
Objek
Pajak
menyelenggarakan
pembukuan
atau
pencatatan
di
Indonesia,
tidak
AKUNTANSI
PEMBUKUAN
Standar
Pembuatan
Laporan
Keuangan
Pajak)
Akuntan Indonesia )
Bentuk
Laporan
konservatif,karena administrasi
suatu fakta.
Metode
Pembukua
accrual basis
Jangka
Waktu
Pelaporan
Desember)
Laporan
mengawasi kewajiban
Keuangan
Badan
yang
melaporka
kewajiban pembukuan