Anda di halaman 1dari 15

TUGAS AKUNTANSI PERPAJAKAN

BAB 4 : Pembukuan

Disusun oleh :
Aji Andri Dwipa (02)
Kelas/Prodi:
5-AC/D-III Akuntansi

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


TAHUN AJARAN 2016/2017

PENDAHULUAN
1.Ketentuan tentang menyelenggarakan pembukuan
Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak orang pribadi
yang melakuan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia
wajib menyelenggarakan pembukuan.
2. Pengertian Pembukuan
Dalam Pasal 1 huruf v UU KUP pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi
harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa yang terutang maupun yang tidak terutang Pajak
Pertambahan Nilai,yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0% dan yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
3. Defenisi Akuntansi
a. Dari fungsinya
Akuntansi adalah aktivitas jasa yang berfungsi memberikan informasi kualitatif
terutama yang bersifat keuangan ,tentang suatu organisasi atau badan usaha yang
bermanfaat sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi
b. Dari prosesnya
Akuntansi adalah seni pencatatan,pengklasifikasian dan pengikhtisaran transaksitransaksi keuangan,dengan cara tertentu dan penginterprestasikan hasil hasilnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian pembukuan dan akuntansi secara
prinsip tidak ada perbedaan

KEWAJIBAN MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN


1. Yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan
1. Wajib Pajak (WP) Badan;
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
2. Tidak Wajib Menyelenggarakan Pembukuan
a. WPOP tertentu boleh tidak menyelenggarakan pembukuan diatur dalam (Pasal 28
ayat 2 UU KUP ). WPOP tertentu maksudnya adalah yang peredaran brutonya
kurang dari 4,8 M (Pasal 14 UU no 38 Tahun 2008)
b. WPOP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

SYARAT-SYARAT PEMBUKUAN
Tujuan penyelenggaraan pembukuan adalah untuk mempermudah:
1. Pengisian SPT;
2. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak;
3. Penghitungan PPN dan PPnBM;
4. Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan
usaha/pekerjaan bebas.
Sesuai dengan peraturan perpajakan,pembukuan untuk tujuan perpajakan harus
memenuhi syarat-syarat yang ada pada Pasal 28 UU KUP, sebagai berikut:
1. Diselenggarakan sesuai dengan kelaziman pembukuan yang berlaku yang di
Indonesia yaitu menggunakan Standar Akuntansi Keuangan kecuali peraturan perpajakan
mengatur lain.(Penjelasan Pasal 28 KUP)
2. Diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan
atau kegiatan usaha yang sebenarnya. (Pasal 28 ayat (3) UU KUP)
3. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan. (Pasal 28 ayat (4) UU KUP)
4. Sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang. (Pasal 28 ayat (7) UU KUP)
5. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
(Pasal 28 ayat (5) UU KUP)

Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan
dengan tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba atau rugi,
misalnya stelsel pengakuan penghasilan, tahun buku, metode penilaian persediaan
atau metode penyusutan dan amortisasi;

Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti
penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi,
tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar secara
tunai, termasuk pengakuan penghasilan berdasarkan metode persentase tingkat
penyelesaian pekerjaan yang umumnya dipakai daiam bidang konstruksi dan metode
lain yang dipakai dalam bidang usaha tertentu seperti Build Operate and
Transfer (BOT) dan Real Estate;

Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan
yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai, penggunaan stelsel kas untuk
tujuan perpajakan dapat juga dinamakan stelsel campuran karena dalam
penggunaannya harus memperhatikan syarat-syarat tertentu.
(Pembahasan mengenai taat asas,stelsel akrual dan stelsel kas dikutip dari
http://www.pajak.go.id/content/221111-kewajiban-pembukuan)

PERUBAHAN METODE PEMBUKUAN


Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat asas namun masih
dimungkinkan perubahan metode pembukuandengan syarat telah mendapat persetujuan
dari Dirjen Pajak dan diajukan sebelum tahun buku yang bersangkutan dengan
menyampaikan alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat yang mungkin timbul dari
perubahan tersebut.

PENYIMPANAN BUKTI PEMBUKUAN


Bukti-bukti dan Catatan pembukuan harus disimpan di Indonesia dalam jangka waktu 10
tahun, tempat penyimpanan dokumen adalah :
1. Wajib Pajak orang pribadi, ditempat kegiatan atau tempat tinggal.
2. Wajib Pajak badan, ditempat kedudukan.

Sedang syarat-syarat penyimpanan bukti-bukti pembukuan antara lain


1. bukti-bukti pembukuan harus disimpan secara fisik untuk 3 (tiga) tahun pertama

sesudah terhutang pajak atau berakhirnya masa pajak.


2. penyimpanan secara elektronik berupa microfilm, scan ke dalam disket untuk

dokumen perpajakan dan pendukungnya dapat dilakukan oleh Wajib Pajak untuk
dokumen yang berumur lebih dari 3 (tiga) tahun hingga tahun ke sepuluh sesudah
terutang pajak atau berakhirnya masa pajak.

PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA UANG ASING

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.03/2007, tanggal. 28


Desember 2007 yang telah diubah menjadi PMK No.24/PMK.011/2012 tanggal 2 Februari
2012. Wajib Pajak dapat menggunakan bahasa dan mata uang asing selain bahasa Indonesia
dan mata uang Rupiah, dalam rangka pembukuan adalah bahasa Inggris dan mata uang Dollar
Amerika Serikat (USD).
1. Wajib Pajak yang dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang USD adalah:
a.

Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yang beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan Penanaman Modal Asing;

b. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak

dengan Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan


peraturan perundang-undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas
bumi;
c.

Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;

d. Bentuk Usaha Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) UU PPh atau

sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Paj ak Berganda (P3B) terkait;


e.

Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
bursa efek luar negeri;

f.

Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi


satuan mata uang Dollar Amerika Serikat da n telah memperoleh Surat Pemberitahuan
Efektif Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga
Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal;atau

g. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu

perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh


perusahaan induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan
istimewa sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (4) huruf a dan huruf b UU PPh.

h. Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya

menggunakan satuan mata uang USD sesuai SAK yang berlaku di Indonesia

2. Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang
USD untuk wajib pajak Wajib Pajak PMA, Bentuk Usaha Tetap, Wajib Pajak yang
mendaftarkan emisi sahamnya di bursa efek, harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis
dari Menteri Keuangan.

Prosedur untuk mengajukan permohonan izin menyelenggarakan pembukuan dengan


menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang USD adalah :
a. Izin tertulis dapat diperoleh Wajib Pajak dengan mengajukan surat permohonan kepada
Kepala Kantor Wilayah dengan formulir yang sesuai dengan peraturan perpajakan, paling
lambat 3 (tiga) bulan:
b. Permohonan ijin tersebut harus dilampiri dengan dokumen yang dijelaskan dalam
Per DJP No : PER - 23/PJ/2015 pasal 3

3. Untuk Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama
Prosedur untuk menyampaikan pemberitahuan menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata USD bagi adalah :
a. Surat pemberitahuan disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib
Pajak terdaftar dengan formuilir yang telah ditentukan, paling lambat 3 (tiga) bulan:
b. Pemberitahuan harus dilampiri dengan :
1. fotokopi Kontrak Karya bagi Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya;
2. fotokopi Kontrak Kerja Sama bagi Waji b Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama.

4.

Ketentuan penyampaian pemberitahuan secara tertulis berlaku bagi Kerja Sama Operasi
(KSO) sepanjang dipersyaratkan dalam perjanjian kerjasama/akta pendirian KSO dan
semua anggota KSO telah mendapatkan izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat dengan melampirkan :
a. fotokopi perjanjian kerjasama/akta pendirian KSO; dan
b. fotokopi Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang Per setujuan Pemberian Izin

Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata


Uang USD atas nama anggota-anggota KSO yang telah mendapatkannya.
5. Wajib Pajak yang telah memperoleh izin atau menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang USD, harus menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang USD tersebut dalam jangka waktu paling sedikit 5 (lima)
tahun pajak sejak diterbitkan izin atau penyampaian pemberitahuan.
6. Dalam hal Wajb Pajak telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang USD namun merencanakan
untuk tidak memanfaatkan izin yang dimilikinya, maka Wajib Pajak wajib harus :
a. menyampaikan pemberitahuan pembatalan secara tertulis dalam hal Tahun Pajak
sebagai mana tercantum dalam surat izin belum dimulai dan pemberitahuan tersebut
harus sudah diterima oleh KPP tempat Wajib Pajak terdaftar sebelum Tahun Pajak
tersebut dimulai; atau
b. mengajukan permohonan pembatalan secara tertulis kepada Kepala KPP tempat Waji b
Pajak terdaftar paling lama 3 (tiga) bulan setelah tahun buku yang diselenggarakan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang USD tersebut dimulai,
dengan melampirkan fotokopi surat izin.
c. Atas permohonan izin tersebut Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan
harus memberikan keputusan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak
permohonan dari Wajib Pajak diterima secara lengkap.

TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DALAM


BAHASA INGGRIS DAN MATA US DOLLARS
1. Untuk transaksi yang dilakukan dengan USD, pembukuannya dicatat sesuai dengan
dokumen transaksi yang bersangkutan.
2. Untuk transaksi dalam negeri yang menggunakan mata uang Rupiah atau mata uang
asing selain USD, konversi ke mata uang USD dilakukan berdasarkan kurs konversi
Bank Indonesia pada saat pengakuan penghasilan atau biaya sesuai dengan metode
pembukuan yang dianut.

KONVENSI MATA UANG DARI RUPIAH KE MATA UANG USD


Bagi Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa
Inggris dan mata uang USD, berlaku ketentuan konversi ke mata uang USD sbb :
a.

Pada awal tahun buku :


Penyelengaraan pembukuan dengan menggunakan mata USD untuk pertama kali dil
akukan dengan bertitik tolak dari Neraca akhir tahun buku sebelumnya dalam mata uang
rupiah (Jika WP menggunakan pembukuan dalam USD pertama dalam tahun 2011, maka titik
tolak neraca adalah Neraca per 31 Desember 2010) yang dikonversikan ke mata USD dengan
menggunakan kurs :
1. untuk harga perolehan harta berwujud dan atau harta tidak berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada
saat perolehan harta tersebut.
2. untuk akumulasi penyusutan dan atau amortisasi harta sebagaimana dimaksud pada
angka 1 menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta
tersebut.
3. untuk harta lainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada
akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang
dilakukan secara taat asas.

4. apabila terjadi revaluasi aktiva tetap, disamping menggunakan nilai historis, atas nilai
selisih lebih dikonversi ke dalam mata USD dengan menggunakan kurs yang
sebenarnya berlaku pada saat dilakukannya revaluasi.
5. untuk laba ditahan atau sis a kerugian dalam mata uang Rupiah dari tahun-tahun
sebelumnya, dikonversi ke dalam mata USD dengan menggunakan kurs yang
sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan sistem
pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat asas.
6. untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada saat terjadinya transaksi.
7. Dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konversi dari mata uang
Rupiah ke mata USD sebagaimana dimaksud pada angka i sampai angka v, maka
selisih laba atau rugi tersebut dibebankan pada rekening laba ditahan.
b.Dalam tahun berjalan :
1. Untuk transaksi yang dilakukan dengan mata USD, pembukuannya dicatat sesuai dengan
dokumen transaksi yang bersangkutan
2. Untuk transaksi, baik dalam negeri maupun luar negeri, yang menggunakan mata uang
selain USD, dikonversikan ke mata uang USD dengan menggunakan kurs yang sebenarnya
berlaku pada saat terjadinya transaksi, yaitu sebagai berikut :
apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku, maka kurs yang dipakai
adalah kurs yang diketahui dari transaksi tersebut
apabila dari dokumen tr ansaksi tidak diketahui kurs yang berlaku, maka kurs yang
dipakai adalah kurs yang sebenarnya berlaku, berdasarkan sistem pembukuan yang
dianut yang dilakukan secara taat asas.
Dalam hal Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan atau Wajib Pajak yang telah
mengajukan permohonan tetapi ditolak, tetapi tetap melaksanakan penyelenggaraan
pembukuan menggunakan bahasa Inggris dan mata USD, maka Wajib Pajak tersebut

dianggap tidak menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28


UU KUP.

PEMBAYARAN PAJAK.
Bagi wajib yang menggunakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang USD,
berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Besarnya PPh Pasal 25, untuk tahun Pajak pertama penyelenggaraan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan mata USD adalah sebesar Pajak Penghasilan Pasal 25
dalam mata uang Rupiah yang dikonversikan dengan menggunakan kurs yang ditetapkan
dalam Kep utusan Menteri Keuangan yang berlaku pada akhir tahun buku sebelum
dimulainya pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata USD.
b. Pembayaran PPh Pasal 25 dan Pasal 29 serta PPh Final yang dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak yang memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan mata uang USD, dapat dilakukan dengan mata uang rupiah.
c. Dalam hal pembayaran Pajak dilakukan dalam mata uang Rupiah, Wajib Pajak harus
mengkonversikan pembayaran dalam mata uang Rupiah ters ebut ke mata Uang USD
dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang
berlaku pada tanggal pembayaran.

PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN


a. Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan mata uang USD, wajib menyampaikan SPT
Tahunan PPh Badan beserta lampirannya dalam bahasa Indonesia (menggunakan
formulir 1771$) kecuali lampiran laporan keuangannya dengan menggunakan mata
uang USD dan bahasa Inggris.
b. Dalam penerapan tarif Pasal 17 UU PPh, lapisan penghasilan kena pajak dikonversi
ke dalam mata uang USD dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku pada akhir Tahun Pajak yang
bersangkutan.

c. Dalam hal terdapat bukti pembayaran atau pemotongan/ pemungutan PPh Pasal 22
dan Pasal 23 dengan menggunakan mata uang Rupiah yang akan dikreditkan dalam
SPT Tahunan PPh Badan, maka harus dikonversi ke dalam mata USD dengan
menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku
pada tanggal pembayaran atau pemotongan/ pemungutan pajak tersebut.
d. Sisa kerugian fiskal dalam mata uang Rupiah dari tahun-tahun sebelumnya yang dapat
dikompensasikan ke Tahun Pajak dimulainya pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan mata uang USD, dikonversi ke dalam mata uang USD dengan
menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Keputusan Ment eri Keuangan yang
berlaku pada akhir tahun buku pada saat kerugian fiskal tersebut terjadi.

TATACARA PENYELENGGARAAN PENCATATAN


Bagi Wajib Pajak yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dibebaskan dari kewajiban untuk mengadakan pembukuan, sekurang-kurangnya harus
menyelenggarakan pencatatan untuk dijadikan dasar pengenaan pajak yang terhutang.
Kewajiban pencatatan itu antara lain diperuntukan bagi Wajib Pajak yang memilih
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto :
Untuk memudahkan Wajib Pajak melaksanakan kewajibannya, Direktur Jenderal
Pajak telah mengeluarkan Peraturan Nomor PER-4/PJ/2009 tanggal 20 Januari 2009 tentang
Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, sebagai berikut :
1) Pencatatan yang harus diselenggarakan oleh Wajib Pajak orang pribadi harus meliputi:
a. peredaran dan/atau penerimaan bruto yang diterima dari kegiatan usaha dan/atau
pekerjaan bebas yang penghasilannya merupakan objek pajak yang tidak dikenai
pajak bersifat final;
b. penghasilan bruto yang diterima dari luar kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
yang penghasilannya merupakan objek pajak yang tidak dikenai pajak bers ifat
final, termasuk biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan tersebut; dan/atau

c. penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya
bersifat final, baik yang berasal dari kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
maupun dari luar kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
2) Selain harus menyelenggarakan pencatatan sebagaimana tersebut diatas, WP orang
pribadi harus menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban baik yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas maupun yang
tidak digunakan untuk melaksanakan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas.
3) Pencatatan yang dibuat oleh Wajib Pajak yang memilih menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto harus men ggambarkan jumlah peredaran atau
penerimaan bruto secara lengkap dan benar dan harus didukung dengan dokumen yang
dijadikan dasar penghitungan peredaran/penerimaan bruto.
4) Bagi Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha, maka catatan tentang
peredaran/penerimaan bruto secara jelas harus dapat menggambarkan mengenai jenisjenis usaha yang bersangkutan.
5) Untuk memudahkan bagi WP yang melaksanakan pencatatan,maka dirjen pajak
mengeluarkan panduan sebagai berikut.
a. Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Yang Diterima Dari Kegiatan Usaha
dan/atau Pekerjaan Bebas Yang Merupakan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai Pajak
Bersifat Final
b. Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Yang Diterima Dari Luar Kegiatan
Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Yang Merupakan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai
Pajak Bersifat Final (Penghasilan Lainnya)
c. Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Penghasilan Bruto Yang Diterima oleh WP Orang
Pribadi Yang Tidak Melakukan Kegiatan Usaha Dan/Atau Pekerjaan Bebas
d. Bentuk

dan Tata

Cara

Pencatatan Penghasilan yang

Bukan

Objek

dan/atau Penghasilan Yang Pengenaan Pajaknya Bersifat Final

SANKSI TIDAK MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN

Pajak

Apabila WP tidak menyelenggarakan atau tidak memenuhi kewajiban pembukuan


seperti yang disyaratkan oleh Undang-undang maka kepadanya dapat dikenakan sanksi,
antara lain :
1. Dikenakan pajak dimana Pajak yang terhutang akan dihitung secara jabatan (SKP secara
jabatan) ditambah dengan sanksi kenaikan 50% dari Pajak yang terhutang. (memori
penjelasan UU KUP (Penjelasan Pasal 13 dan 14))
2. Pasal 39 ayat (1) UU KUP Setiap orang dengan sengaja :
f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
g. tidak

menyelenggarakan

pembukuan

atau

pencatatan

di

Indonesia,

tidak

memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;


h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang
dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line di
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11)
Dipidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat
1 tahun,terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan maka hukuman
pidana akan menjadi 2 kali dari yang seharusnya dikenakan (Pasal 39 ayat 2 UU KUP).

PERBANDINGAN ANTARA AKUNTANSI KOMERSIAL DAN PEMBUKUAN


Dasar
Tujuan

AKUNTANSI

PEMBUKUAN

Memberikan informasi yg bermanfaat

Untuk menghitung besarnya pajak

bagi para pengambil keputusan yg

penghasilan dan pajak pajak

beragam mengenai posisi keuangan

lainnya termasuk PPN dan/atau

dan hasil operasi bisnis

PPnBM juga harus dapat dihitung


dari pembukuan tersebut

Standar

Dalam pembuatan laporan

Peraturan perpajakan yang

Pembuatan

keuangan harus mengikuti prinsip-

ditetapkan oleh DPR dan

Laporan

prinsip akuntansi yang berlaku (di

Pemerintah (UU, PP, Kep Men,

Keuangan

Indonesia dipakai Standar Akuntansi

Kep Dirjen Pajak, SE Dirjen

Keuangan yang dibuat oleh Ikatan

Pajak)

Akuntan Indonesia )
Bentuk

Laporan keuangan, meliputi neraca,

Laporan keuangan, meliputi

Laporan

labarugi, laporan perubahan posisi

neraca, laba rugi , koreksi fiskal,

keuangan (laporan arus kas atau

dan SPT Tahunan.

laporan arus dana), CALK dan laporan


lainnya.
Neraca terdiri dari Aktiva, Hutang dan
Ekuitas
Laba Rugi terdiri dari pendapatan,biaya
keuangan
Azas

Neraca terdiri dari Harta,


Kewajiban/Utang dan Modal
Laba Rugi terdiri dari Penjualan,
Pembelian dan Biaya

Akuntansi bersifat konservatif terhadap

Pembukuan fiscal tidak bersifat

sesuatu transaksi yang belum menjadi

konservatif,karena administrasi

suatu fakta.

perpajakan tidak tertarik pada


estimasi tetapi lebih cenderung ke
realitas

Metode

Menurut SAK menggunakan metode

Pada ketentuannya dapat

Pembukua

accrual basis

menggunakan cash basis atau

accrual basistetapi dengan


beberapa modifikasi sesuai
ketentuan perpajakan yang
berlaku. Sehingga pajak pada
dasarnya menggunakan metode
campuran.

Jangka

Entitas menyajikan laporan keuangan

Memakai periode tahun pajak atau

Waktu

lengkap setidaknya setahun sekali.

tahun takwim (dari 1 Januari s.d 31

Pelaporan

Laporan keuangan dapat dibuat

Desember)

per Periode. Sedang periode yang


digunakan dapat dibuat per bulan, per
kuartal, per semester per tahun
tergantung kebutuhan pemakai laporan.
Pemakai

Para manajer, Direksi, Pemegang

Dirjen Pajak, Sebagai sarana untuk

Laporan

Saham dan Pihak luar lainnya [Pajak,

mengawasi kewajiban

Keuangan

Pemberi Pinjaman (bank, kreditor

perpajakan yang dilakukan

lainnya), Investor dllnya].

oleh Wajib Pajak

Badan

Biasanya perusahaan yang dianggap

Seluruh Wajib Pajak yang

yang

sebagai satu kesatuan (organisasi). Di

diwajibkan untuk melaksanakan

melaporka

Indonesia sudah ada ketentuan tertentu

kewajiban pembukuan

bahwa untuk perusahaan yg


mempunyai kekayaan tertentu laporan
harus di audit oleh Akuntan Publik

Anda mungkin juga menyukai