Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

Di susun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Perpajakan

Dosen: Juita Tanjung SE, M.Ak

Oleh Kelompok 6:

Andi Setiawan (2019320133)

Andika Cahyo Wicaksono (2019320142)

Aufa Rifki (2019320157)

Clara Aurellia Putri (2019320139)

Meinendy Hikmawardhani D.P (2019320150)

Muhammad Muhyiddin (2019320143)

KELAS D
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas Perpajakan ini dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang
sudah kita tahu Pembukuan dan Pencatatan itu sangat berarti dalam Perpajakan. Semuanya akan dibahas
dalam makalah ini.

Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan secara detail mengenai teori teori Pembukuan dan
Pencatatan. Mudah- mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita
jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Juita Tanjung SE, M.Ak. Kepada pihak yang
sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami
sampaikan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah

Bab II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembukuan dan Pencatatan


2.2 Ketentuan Umum Pembukuan dan Pencatatan
2.3 Syarat Syarat Penyelenggaraan Pembukuan dan Pencatatan
2.4 Pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang selain Rupiah
2.5 Prinsip Taat Asas
2.6 Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan dan Pencatatan
2.7 Tempat Menyimpan Buku/Dokumen/Catatan
2.8 Perubahan Tahun Bukun dan Metode Pembukuan

Bab III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia perpajakan, pembukuan dan pencatatan merupakan dua proses penting yang tidak boleh
dilewatkan oleh wajib pajak terutama para pengusaha karena keduanya berfungsi sebagai dasar
perhitungan pajak terutang.

Pada prinsipnya wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
wajib pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan. Hal ini diatur dalam Pasal 28 ayat 1
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 (UU KUP).

1.2 Rumusan masalah

Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini. Ada pula
sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis ini antara lain:

1. Apa yang di maksud Pembukuan dan Pencatatan?

2. Apa ketentuan umum Pembukuan dan Pencatatan?

3. Apa syarat syarat untuk menyelenggarakan Pembukuan dan Pencatatan?

1.3 Tujuan masalah

Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga tujuan dalam
penyusunan makalah ini merupakan bagaikan berikut:

1. Untuk mengenali Pembukuan dan Pencatatan.

2. Untuk membedakan Pembukuan dan Pencatatan.


3. Untuk mengetahui tujuan Pembukuan dan Pencatatan.

BAB II

PEMBAHASAN

PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

Proses pembukuan maupun pencatatan merupakan kegiatan utama dalam akuntansi komersial. Dari sisi
pajak, pembukuan dan pencatatan ini menjadi suatu hal yang krusial karena apa yang dibukukan/dicatat
akan menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung besarnya pajak yang terutang.

Pada prinsipnya wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
wajib pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan. Hal ini diatur dalam Pasal 28 ayat 1
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 (UU KUP).

Namun, kewajiban pembukuan itu dikecualikan bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

Wajib pajak yang dimaksud antara lain wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau
melakukan pekerjaan bebas dengan jumlah bruto dalam setahun kurang dari Rp4,8 miliar.

Sebagai penggantinya, wajib pajak dengan kriteria di atas tetap wajib melakukan pencatatan. Kewajiban
pencatatan ini juga berlaku bagi wajib pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

2.1 PENGERTIAN PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

Pembukuan

Dalam pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, pembukuan adalah suatu proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
pada setiap tahun pajak berakhir.

Pencatatan

Dalam pasal 28 ayat 9 Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto
dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final.
2.2 KETENTUAN UMUM PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

Menurut Ketentuan Pokok Pembukuan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007, yang wajib
menyelenggarakan pembukuan adalah:

 Wajib Pajak (WP) Badan.

 Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, kecuali Wajib
Pajak Prang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 1.800.000.000,00.

Sedangkan yang dikecualikan dari kewajiban pembukuan menurut pasal 28 ayat 2 UU KUP adalah:

 WP OP yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas yang diperbolehkan meghitung


penghasilan neto dengan menggunakan norma perhitungan penghasilan neto.

 WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Adapun yang wajib meyelenggarakan pencatatan yaitu:

 Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan atau usaha atau pekerjaan bebas dan
peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 1.800.000.000,00 dapat menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, dengan syarat
memberitahukan ke Direktur Jenderal Pajak jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang
bersnagkutan.

 Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

2.3 SYARAT-SYARAT PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

Adapun syarat-syarat untuk penyelenggaraan pembukuan adalah sebagai berikut:

 Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan
usaha yang sebenarnya.

 Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang
rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan.

 Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stesel akrual atau stelsel kas,

 Pembukuan dengan menggunakna bahasa asing dan mata uang selain rupiah dapat diseleggarakan
oleh WP setelah mendapat izin Menteri Keuangan.

 Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari
Direktur Jenderal Pajak.
 Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan, dan biaya serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak
yang terutang.

 Dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan pencatatan serta dokumen lain yang
berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak disimpan selama 10 tahun.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 197/PMK.03/2017 tentang Bentuk Dan Tata Cara
Pencatatan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, syarat-syarat penyelenggaraan pencatatan antara lain:

1. Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya
dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam
bahasa Indonesia.

2. Pencatatan dalam satu tahun harus diselenggarakan secara kronologis.

3. Pencatatan harus menggambarkan:

 Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan/atau
diperoleh;

 Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat
final.

2.4 PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH

Menurut Pasal 28 UU KUP dijelaskan bahwa pembukuan dengan bahasa asing dan mata uang selain
rupiah digunakan oleh Wajib Pajak yang dalam rangka:

 Kontrak bagi hasil;

 WP yang mempunyai afilisiasi dengan pengusaha di Luar Negeri;

 Bentuk Usaha Tetap (BUT);

 Kontrak karya, yaitu WP yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan pemerintah RI


sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundang-undangan yang mengatur mengenai
pertambangan;

 Penanaman modal asing yaitu WP yang beroperasi berdasarkan Peraturan Perundang-undangan


yang mengatur mengenai Penanaman Modal Asing;

 Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan Reksadana dalam denominasi mata uang
Dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan efektif Pernyataan
Pendaftaran dari Badan Pengawasan Pasar Modal – Lembaga Keuangan sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
Kemudian setelah mendapat izin dari Menteri Keungan, kecuali WP dalam rangka Kontrak
Karya/Kontrak Bagi Hasil, cukup dengan pemberitahuan. Selanjutnya pemberian izin dilimpahkan
kepada Direktur Jenderal Pajak.

2.5 Prinsip Taat Asas

Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan dengan tahun-tahun
sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas dalam metode pembukuan
misalnya dalam penerapan:

 Stelsel pengakuan penghasilan;

 Tahun buku;

 Metode penilaian persediaan;

 Metode penyusutan dan amortisasi;

Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan biaya dalam arti penghasilan diakui pada
waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi, tidak tergantung kapan penghasilan itu
diterima dan kapan biaya itu dibayar secara tunai.

Termasuk dalam pengertian stelsel akrual adalah pengakuan peneghasilan berdasarkan metode persentase
tingkat penyelesaian pekerjaan yang umumnya dipakai dalam bidang konstruksi dan metode lain yang
dipakai dalam bidang usaha tertentu seperti Build Operate and Transfer (BOT) dan real estate.

Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang diterima dan
biaya yang dibayar secara tunai. Menurut stelsel kas, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan
apabila benar-benar telah diterima secara tunai dalam suatu periode tertentu serta biaya baru dianggap
sebagai biaya apabila benar-benar telah dibayar secara tunai dalam suatu periode tertentu.

Stelsel kas biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau perusahaan jasa, misalnya
transportasi, hiburan, dan restoran yang tenggang waktu antara penyerahan jasa dan penerimaan
pembayarannya tidak berlangsung lama. Dalam stelsel kas murni, penghasilan dari penyerahan barang
atau ajasa ditetapkan pada saat barang, jasa, dan biaya operasi dibayar.

Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkan penghitungan yang mengaburkan terhadap
penghasilan, yaitu besarnya penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaikan dengan mengatur
penerimaan kas dan pengeluaran kas. Oleh karena itu, untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam
memakai stelsel kas harus memperhatikan hal-hal antara lain sebagai berikut:

 Penghitungan jumlah penjulana dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan, baik yang
tunai maupun yang bukan. Dalam menghitung harga pokok penjualan harus diperhitungkan
seluruh pembelian dan persediaan.
 Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat diamortisasi, biaya-
biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan
amortisasi.

 Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten)

Dengan demikian, penggunaan stelsel kas untuk tujuan perpajakan dapat juga dinamakan stelsel
campuran.

2.6TUJUAN PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

Penyelenggaraan pembukuan/pencatatan bertujuan untuk mempermudah:

 Pengisian SPT;

 Penghitungan Penghasila Kena Pajak;

 Penghitungan PPN dan PPnBM;

 Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan
usaha/pekerjaan bebas.

2.7 TEMPAT MENYIMPAN BUKU/DOKUMEN/CATATAN

Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk
hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program on-line wajib
disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib
Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan. Perubahan Tahun Buku Dan Metode
Pembukuan Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus mendapat persetujuan
dari Direktur Jenderal Pajak.

2.8 PERUBAHAN TAHUN BUKU DAN METODE PEMBUKUAN

Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus sama dengan tahun-
tahun sebelumnya, misalnya dalam hal penggunaan metode pengakuan penghasilan dan biaya (metode
kas atau akrual), metode penyusutan aktiva tetap, dan metode penilaian persediaan. Namun, perubahan
metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
Pajak sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan menyampaikan alasan yang logis dan
dapat diterima serta akibat yang mungkin timbul dari perubahan tersebut.
Perubahan metode pembukuan akan mengakibatkan perubahan dalam prinsip taat asas yang dapat
meliputi perubahan metode dari kas ke akrual atau sebaliknya atau perubahan penggunaan metode
pengakuan penghasilan atau pengakuan biaya itu sendiri, misalnya dalam metode pengakuan biaya yang
berkenaan dengan penyusunan aktiva tetap dengan menggunakan metode penyusutan tertentu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hal yang membedakan antara pembukan dan pencatatan pajak adalah berdasarkan subjek pajak.
Pembukuan lebih menekankan pada wajib pajak badan atau pengusaha sedangkan pencatatan dilakukan
oleh wajib pajak pribadi.

Namun terlepas dari itu, keduanya memiliki fungsi yang sama dan saling berkaitan; sama-sama
membantu Anda untuk mempermudah perekaman pajak terutang.
DAFTAR PUSTAKA

https://klikpajak.id/blog/berita-regulasi/pencatatan-dan-pembukuan-pajak/

https://news.ddtc.co.id/memahami-perbedaan-konsep-pembukuan-dan-pencatatan-11921#:~:text=Pasal
%201%20angka%2026%20UU,yang%20ditutup%20dengan%20menyusun%20laporan

Anda mungkin juga menyukai