Anda di halaman 1dari 14

METODE PENILAIAN TAMBAHAN PERSEDIAAN

DI SUSUN OLEH :

NAMA : DEDEK SRI YOLANDA


NIM : 12120016
PRODI : AKUNTANSI

MK : AKUNTANSI KEUANGAN II

UNIVERSITAS ABULYATAMA
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN AJARAN
2014/2015
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala


yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Akuntansi Keuangan II dengan judul
Metode Penilaian Tambahan Persediaan. Makalah Akuntansi Keuangan II ini
berisi prinsip penilaian tambahan persediaan dengan beberapa metode.
Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat yang mendalam, penulis
ingin menyampaikan rasa penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bimbingan secara
langsung maupun tidak langsung, baik moril maupun materil sehingga Makalah
ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi para pembaca. Amin.

Banda Aceh, 3 Juni 2014

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar belakang ................................................................................. 1
B. Batasan dan rumusan masalah ........................................................ 1
C. Tujuan dan manfaat ........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................


1. Lower-of-Cost-or-Net Realizable Value (LCNRV) / Biaya Terendah
atau Nilai Realisasi Bersih ................................................................... 3
2. Valuation Bases/Dasar Penilaian ......................................................... 5
3. Gross Profit Method of Estimating Inventory/ Metode Laba Kotor
Untuk Mengestimasi Persediaan .......................................................... 7
4. Retail Inventory Method/Metode Persediaan Eceran .......................... 7
5. Presentation and Analysis/Penyajian dan Analisis .............................. 8

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 10


A. Kesimpulan .................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjalankan kegiatan perusahaan dan proses pencapaian
tujuannya,perusahaan berusaha memanfaatkan semua sumber daya atau
aset yang di miliki sebaik mungkin. Salah satu aset perusahaan dan
berhubungan langsung untuk memperoleh pendapatan adalah persediaan
yang juga merupakan aktiva lancar dimana informasinya sangat diperlukan
untuk pengambilan keputusan oleh manajemen. Pengambilan keputusan
yang baik tentang persediaan akan mempertahankan kelangsungan usaha
perusahaan dan mendorong masyarakat sebagai pelanggan agar tidak
meninggalkan produk yang dipasarkan perusahaan.
Persediaan adalah harta ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal perusahaan atau barang yang digunakan maupun dikonsumsi
dalam produksi barang yang akan dijual. Persediaan perusahaan dagang
berbeda dengan persediaan perusahaan manufaktur. Pada perusahaan
dagang, persediaan hanya terdiri satu jenis persediaan saja yaitu
persediaan barang dagangan, sedangkan pada perusahaan manufaktur,
persediaan terdiri dari tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.

B. Batasan dan Rumusan Masalah


Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 14 merupakan
pedoman pelaksanaan akuntansi persediaan dalam perusahaan yang
berlaku di Indonesia. Berdasarkan data yang dapat diperoleh oleh penulis
dan keterbatasan narasumber maka dibuatlah batasan masalah. Dalam hal
ini penulis hanya meneliti mengenai metode pencatatan dan penilaian
akuntansi persediaan barang dagang pada perusahaan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis mencoba
merumuskan masalah agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan

1
mencapai hasil yang diharapkan. Adapun perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kebijakan perusahaan sehubungan dengan pencatatan dan
penilaian persediaan barang dagang?
2. Apakah kebijakan perusahaan dalam pencatatan dan penilaian
persediaan barang dagang telah sesuia dengan PSAK No. 14 ?

C. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah penerapan akuntansi persediaan sesuai dengan
pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 14.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
dan wawasan penulis mengenai pencatatan dan penilain akuntansi
persediaan.
2. Bagi pihak perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan pencatatan dan
penilaian akuntansi persediaan perusahaan.
3. Bagi pihak-pihak lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
badan referensi bagi penelitiannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

METODE PENILAIAN TAMBAHAN PERSEDIAAN


1. Lower-of-Cost-or-Net Realizable Value (LCNRV) / Biaya Terendah atau Nilai
Realisasi Bersih
Pencatatan persediaan dicatat berdasarkan biaya yang digunakan untuk
persediaan tersebut. Akan tetapi, biasanya persediaan mengalami penurunan
nilai karena kerusakan, keusangan, penurunan harga, dan lain-lain yang
menyebabkan nilai persediaan juga diturunkan. Oleh karena itu, persediaan
dilaporkan pada biaya/nilai terendah atau nilai realisasi bersih.

A. Net Realizable Value (Nilai Realisasi Bersih)


Net realizable value (nilai realisasi bersih) adalah estimasi harga jual
dalam keadaan bisnis normal dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan
estimasi biaya untuk penjualan. Nilai realisasi bersih adalah bagian dari
Prinsip Standar Akuntansi Keuangan dan Standar Pelaporan Keuangan
Internasional (IFRS) yang berlaku untuk menilai persediaan, sehingga tidak
melebih-lebihkan atau mengecilkan nilai barang persediaan. Nilai realisasi
bersih adalah umumnya sama dengan harga jual barang persediaan biaya
penjualan kurang (penyelesaian dan pembuangan) diharapkan harga jual
kurang biaya penjualan (misalnya perbaikan dan biaya pembuangan) dalam
rumus.

B. Ilustrasi Lower-of-Cost-or-Net Realizable Value (LCNRV) / Biaya


Terendah atau Nilai Realisasi Bersih
PSAK No. 14 menyatakan bahwa persediaan barang akan dicantumkan
dalam neraca dengan nilai sebesar harga pokoknya atau nilai realisasi
bersihnya, yang lebih rendah. Menurut PSAK No. 14 nilai realisasi bersih
(net realizable value) adalah taksiran harga penjualan dalam usaha normal
dikurangi taksiran harga penjualan dalam usaha normal dikurangi taksiran

3
biaya penyelesaian dan taksiran yang diperlukan dan untuk melaksanakan
penjualan. Dalam kondisi tertentu, nilai realisasi bersih diukur dengan nilai
pengganti atau biaya mereproduksi persediaan (replacement cost). Untuk
menentukan besarnya harga pokok persediaan, dalam PSAK No. 14 disebut
timbul sampai persediaan, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai
persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau
dipakai (present location and condition)

C. Methods of Applying LCNRV / Metode Pengaplikasian LCNRV


LCNRV diaplikasikan pada setiap jenis makanan. Akan tetapi, LCNRV
juga bisa diaplikasikan pada setiap barang, setiap kategori atau total
persediaan.
Pada umumnya, LCNRV diaplikasikan atas dasar barang per barang. Itu
dikarenakan aturan pajak banyak Negara mewajibkan penilaian persediaan
barang per barang yang digunakan. Selain itu, pendekatan tiap item
memberikan nilai terendah pada penyajian neraca. Akan tetapi apapun yang
digunakan perusahaan, metode tersebut harus diaplikasikan secara konsisten
dari satu periode ke periode lainnya.

D. Recording Net Realizable Value Instead of Cost/Pencatatan Nilai Realisasi


Bersih Termasuk Biaya
Ada dua metode yang biasanya digunakan untuk mencatat efek pendapatan
dari penilaian pada nilai realisasi bersih.
 Metode pertama yaitu metode harga pokok penjualan (COGS Method),
dimana HPP didebitkan untuk penghapusan persediaan.
 Metode kedua, yaitu metode kerugian (Loss Method), dimana kerugian
didebitkan untuk menghapus persediaan.

E. Use of an Allowance/Menggunakan Cadangan


Pada umumnya perusahaan menggunakan akun Allowance (cadangan)
untuk menyesuaikan nilai realisasi bersih persediaan.

4
F. Evaluation of LCNRV Rule/Evaluasi dari Aturan LCNRV
 Perusahaan mengakui penurunan nilai aktiva dan dibebankan sebagai
beban pada periode ketika kerugian manfaat terjadi, bukan pada periode
terjadinya penjualan. Pada sisi lain, kenaikan nilai aktiva hanya diakui
pada saat penjualan terjadi. Apabila pencatatan tidak dilakukan secara
konsisten maka akan menyebabkan data terdistorsi
 Pengaplikasian aturan LCNRV menghasilan inkonsistensi karena
perusahaan mungkin menilai persediaan menurut biaya dalam satu tahun
dan menurut nilai realisasi bersih pada tahun berikutnya.
 LCNRV menilai persediaan dalam neraca secara konservatif, tetapi
efeknya terhadap laporan laba-rugi mungkin saja atau bahkan tidak
bersifat konservatif. Laba bersih tahun berjalan ketika kerugian diakui
jelas lebih rendah, tetapi laba bersih tahun berikutnya mungkin lebih
tinggi dari normal jika penurunan yang diterapkan atas harga jual tidak
material.

2. Valuation Bases/Dasar Penilaian


A. Special Valuation Situations/Penilaian Situasi Spesial(khusus)
Berdasarkan aturan LCNRV dapat dibenarkan dalam situasi ketika
biaya sulit untuk ditentukan, item dapat segera dipasarkan dengan harga
pasar yang berlaku, dan unit produk yang dipertukarkan. Terdapat dua
situasi umum di mana Nilai realisasi bersih adalah aturan umum:
1. Agricultural Inventory(Persediaan Pertanian)
Agricultural Inventory dibagi menjadi dua tipe yaitu:
 Aset biologis yang dikategorikan Aset tidak Lancar. Aset biologis
adalah hewan yang hidup atau tanaman, seperti domba, sapi, pohon
buah-buahan, atau tanaman kapas. Aset biologis diukur pada
pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan dilakukan
dengan mengurangi nilai wajar terhadap biaya untuk menjual
(NRV). Pada umumnya, perusahaan mencatat keuntungan atau
kerugian akibat perubahan NRV aset biologis dalam pendapatan
pada saat hal tersebut terjadi.

5
 Agricultural produce. Agricultural produce adalah produk yang di
panen dari aset biologis, seperti wol dari domba, susu dari sapi
perah, mengambil buah dari pohon buah, atau kapas dari tanaman
kapas.
Hasil pertanian yang diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual (NRV) pada titik panen. Setelah dipanen, NRV menjadi biaya.
2. Commodity Broker-Traders/Komoditas yang dilakukan oleh broker-
pedagang.
Commodity Broker-Traders umumnya mengukur persediaan
mereka pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (NRV), dengan
perubahan NRV diakui sebagai pendapatan pada periode perubahan.
Broker-Traders membeli atau menjual komoditi (seperti jagung yang
dipanen, gandum, logam mulia, minyak pemanas). Tujuan utama
adalah untuk menjual komoditas dalam jangka dekat dan menghasilkan
keuntungan dari fluktuasi harga.

B. Valuation Using Relative Sales Value/ Penilaian Menggunakan Nilai


Relatif Penjualan
Biasanya perusahaan membeli sekelompok unit yang berbeda dangan
satu harga yang seharusnya harganya juga berbeda-beda. Ketika
menghadapi situasi semacam itu, praktek yang paling umum dan paling
logis adalah mengalokasikan total biaya di antara berbagai unit atas dasar
nilai relative penjualan.

C. Purchase Commitments/Komitmen Pembelian


Dalam banyak bisnis, kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada
tersedianya persediaan barang dagangan. Akibatnya, sangat wajar bagi
perusahaan untuk membuat komitmen pembeliaan. Umumnya jika harga
kontrak lebih besar dari harga pasar, dan kerugian diperkirakan akan muncul
pada saat pembeliaan dilaksanakan,maka kerugian harus diakui dalam
periode terjadinya penurunan harga.

6
3. Gross Profit Method of Estimating Inventory/ Metode Laba Kotor Untuk
Mengestimasi Persediaan
Metode laba kotor adalah metode yang digunakan untuk mengestimasi
persediaan karena kadang-kadang perhitungan fisik tidak praktis dilakukan.
Metode Laba Kotor didasarkan pada tiga asumsi :
Persediaan Awal + Pembeliaan = Total barang yang diperhitungkan
Barang yang belum terjual harus berada ditangan
Jika penjualan – biaya – jumlah persediaan yang + pembeliaan, =
persediaan akhir

A. Gross profit percentage/Perhitungan Persentase Laba Kotor


Persentase laba kotor adalah persentase dari harga jual. Laba kotor atas
harga jual adalah metode yang umum untuk menghitung laba karena
sebagian besar barang dijual atas dasar eceran, laba yang dihitung atas
harga jual lebih rendah daripadalaba yang didasarkan pada biaya, dan
persentase yang lebih rendah disukai pelanggan, laba kotor yang
didasarkan harga jual tidak pernah melebihi 100%.
B. Evaluation of Gross Profit Method/Evaluasi Metode Laba kotor
Metode laba kotor memiliki beberapa kekurangan, yaitu :
1) Memberikan estimasi persediaan akhir.
2) Menggunakan persentase masa lalu dalam perhitungan.
3) Tingkat laba kotor mungkin tidak representatif.
4) Biasanya tidak dapat diterima untuk tujuan pelaporan keuangan.
IFRS memerlukan persediaan fisik sebagai verifikasi tambahan.

4. Retail Inventory Method/Metode Persediaan Eceran


Retail Inventory Method adalah sebuah metode yang digunakan oleh
pengecer, untuk persediaan nilai tanpa perhitungan fisik, dengan
mengkonversi harga eceran biaya. Pencatatan metode persediaan eceran
dilakukan atas : total biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli, jumlah
biaya dan nilai eceran dari barang yang tersedia untuk dijual, dan penjualan
untuk periode.

7
A. Konsep Metode Eceran
Perusahaan eceran menggunakan konsep markup dan markdown.
Markup adalah tambahan atas harga eceran awal. Pembatalan markup
adalah penurunan harga barang dagang yang sebelumnya telah di-markup
di atas harga eceran awal. Markdown adalah penurunan harga jual awal.
Pembatalan markdown adalah apabila markdown kemudian dioffset oleh
kenaikan harga barang yang sebelumnya telah di markdown

B. Conventional method/Metode Konvensional


Metode persediaan eceran konvensional dirancang untuk
memperkirakan nilai terendah antara biaya rata-rata dan harga pasar.

C. Special items/Item khusus


 Biaya pengangkutan adalah bagian dari pembeliaan.
 Retur pembeliaan adalah pengurangan biaya maupun harga eceran.
 Diskon pembeliaan adalah pengurang pembeliaan.
 Transfer-in dari department lain dilaporkan dengan cara yang sama
seperti pada pembeliaan dari perusahaan lain, dll.

D. Evaluation Retail Inventory Method/Evaluasi Metode Persediaan Eceran


Ada beberapa alasan digunakan metode ini, yaitu :
 Laba bersih dapat dihitung tanpa menghitung secara fisik dari
persediaan
 Mengontrol kekurangan persediaan
 Mengatur kuantitas persediaan di tangan
 Untuk informasi akuntansi

5. Presentation and Analysis/Penyajian dan Analisis


A. Presentation Inventoy/Penyajian Persediaan
Standart akuntansi mengharuskan persediaan, pembiayaannya dan metode
kalkulasi biayanya diungkapkan di laporan keuangan. Dasar penilaian seperti

8
FIFO, LIFO, Rata-rata, dll yang dipakai perhitungan juga harus dilaporkan.
Pengaplikasiaannya juga harus dilakukan secara konsisten. Jika metode
diubah, maka perubahannya juga harus dilaporkan.

B. Analysis Inventory/Analisis Persediaan


Rasio-rasio digunakan oleh manajemen untuk menganalis persediaan.
Rasio-rasio yang umum digunakan adalah Rasio Perputaran Persediaan
(inventory turnover) dan Jumlah hari rata-rata untuk menjual
persediaan(average days to sell the inventory).

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian ini dapat mempengaruhi secara signifikan laba berjalan
dan nilai persediaan. Aturan LOCOM menyatakan bahwa jika harga pasar
persediaan turun melebihi biaya perolehan persediaan untuk alasan apapun
termasuk keusangan, rusak, perubahan harga, maka nilai persediaan
diturunkan untuk mencerminkan kerugian ini.
Penurunan biaya ini secara efektif dibebankan pada pendapatan
periode saat kerugian terjadi. Karena meningkatkan biaya menjadi harga
pasar dilarang (kecuali untuk menutupi kerugian hingga kembali kepada
biaya perolehan awal), maka penilaian persediaan menjadi konservatif.

B. Saran
Diharapkan sumbang saran dari pembaca kepada penulis agar
tulisan ini lebih berkembang dan lebih baik kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Warfield, Weygandt, 2007, Intermediate Acccounting, 12ndedition, John


Willey & Sons, Asia

Kieso , Weygandt , Warfield. 2002. Intermediate Accounting, Edisi Sepuluh,


Erlangga, Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai