Anda di halaman 1dari 54

PERUMPAMAAN DALAM BAHASA ALAS PADA MASYARAKAT

ACEH TENGGARA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Dhea Anggia Desky


No. Mhs. 17113005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

PERUMPAMAAN DALAM BAHASA ALAS PADA MASYARAKAT


ACEH TENGGARA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I Pembimbing II

Nurrahmah, S.Pd., M.Pd. Al Furqan, S.Pd., M.Pd.


NIDN 1307129101 NIDN 1301019202

Ketua Program Studi

Wirduna, S.Pd., M.Pd.


NIDN 1329108801

Dekan FKIP

Dr. Drs. H. Akhyar, M.Si.


NIP 196201031988031002

i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJIAN

Skripsi ini dengan judul “Perumpamaan dalam Bahasa Alas pada Masyarakat
Aceh Tenggara” oleh Dhea Anggia Desky, NIM 17113005 telah selesai diuji pada
tanggal Agustus 2021 dan telah diperbaiki untuk disetujui

Anggota Penguji

1. Penguji I

Drs. Yusri, M.Pd. (…………………………)


NIDK 885101019

2. Penguji II

Wirduna, S.Pd., M.Pd. (…………………………)


NIDN 1329108801

3. Pembimbing I

Nurrahmah, S.Pd., M.Pd. (…………………………)


NIDN 1307129101

4. Pembimbing II

Al Furqan, S.Pd., M.Pd. (…………………………)


NIDN 1301019202

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan:

Nama : Dhea Anggia Desky

NIM : 17113005

skripsi yang berjudul “Perumpamaan dalam Bahasa Alas pada Masyarakat


Aceh Tenggara” ini benar karya sendiri, bukan jiplakan atau plagiat. Jika suatu
ketika terbukti skripsi ini adalah jiplakan atau plagiat, saya bersedia menanggung
resikonya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa
paksaan dari siapapun.

Aceh Besar, Agustus 2021

Dhea Anggia Desky


NIM: I7113005

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya kapada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Perumpamaan dalam Bahasa
Alas pada Masyarakat Aceh Tenggara” dengan baik. Selawat dan salam penulis
ucapkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah bercucuran darah membawa
umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi tugas akhir yang telah
disyaratkan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Abulyatama (Unaya).

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah ikut membantu dalam proses penulisan skripsi ini, diantaranya kepada yang
disebutkan di bawah ini.

1. Ir. R. Agung Efriyo Hadi, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas


Abulyatama yang telah memberikan fasilitas yang memadai.
2. Dr. Drs. H. Akhyar, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Abulyatama (Unaya).
3. Wirduna, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia (PBSI) sekaligus dosen di PBSI FKIP Unaya.
4. Nurrahmah, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
5. Al Furqan, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing peneliti dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Para dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Abulyatama (Unaya).

iv
7. Khusus kepada orang tua tercinta Ayahanda Ahmad Dona dan Ibunda
Sinar Wati, Kakak Aras Sati Sama’ Desky dan Adik Gigih Desky atas
pengorbanan, pembiayaan, motivasi, dan senantiasa mendoakan.
8. Nenek tercinta Alm. Hj. Siti Amran, Hj. Amaniah dan Bibik Rosmahani,
Fajar Amanah, Rasimah, dan Nur Aisyah yang selalu memberi semangat
dan doa selama menjalankan perkuliahan ini.
9. Rusdy Hamka yang membuat pertemanan ini menjadi berarti.
10. Teman terbaik saya Ani Maidani yang selalu mengajarkan banyak hal
selama menempuh perkuliahan ini.
11. Teman-teman PBSI angkatan 2017 yang membuat pertemanan ini sangat
bearti.

Penulis telah melakukan segala upaya untuk menyempurnakan skripsi ini.


Namun demikian, tidak menutup kemungkinan jika skripsi ini masih terdapat
kesalahan dan kekurangan yang tidak penulis sadari. Akhir kata, penulis berharap
skripsi ini dapat memberi wawasan dan pengetahuan baik itu kepada pembaca
maupun kepada penulis sendiri.

Aceh Besar, Agustus 2021

Penulis

v
ABSTRACT

This research is entitled "Parables in the Alas Language of the People of


Southeast Aceh". The problem in this research is what are the forms and
meanings of parables in the Alas language in the people of Southeast Aceh? The
purpose of this study is to describe the types and meanings of parables in the Alas
language in the people of Southeast Aceh. This study uses a qualitative method
with a descriptive method. The data in this study amounted to fifty data with
details of seventeen metaphorical parables and thirty-three personification
parables. The data sources of this research were obtained from native speakers of
the Alas language. Data collection was carried out by steps (1) transcribing the
data, (2) translating the data, (3) compiling the data, (4) analyzing the data, and
(4) concluding the data. The results of this study indicate that the parables in the
Alas language in the people of Southeast Aceh have metaphorical parables and
personification parables. The parable describes the human character. The use of
this parable is to soften the intent of the conveyer of the expression so that those
who hear or receive the expression do not feel flattered if the parable is in the
form of praise.

Keywords: parables, expressions, Alas language, Southeast Aceh

vi
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Perumpamaan dalam Bahasa Alas pada Masyarakat Aceh
Tenggara”. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk dan
makna perumpamaan dalam bahasa Alas pada masyarakat Aceh tenggara? Tujuan
penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis dan makna perumpamaan dalam
bahasa Alas pada masyarakat Aceh Tenggara. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan metode deskriptif. Data pada penelitian ini berjumlah lima puluh
data dengan perincian tujuh belas perumpamaan metafora dan tiga puluh tiga data
perumpamaan personifikasi. Sumber data penelitian ini diperoleh dari informan
penutur asli bahasa Alas. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah (1)
mentranskrip data, (2) menerjemahkan data, (3) mengkorpus data, (4)
menganalisis data, dan (4) menyimpulkan data. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa perumpamaan dalam bahasa Alas pada masyarakat Aceh
Tenggara terdapat Perumpamaan metafora dan perumpamaan personifikasi.
Perumpamaan tersebut menggambarkan karakter manusia. Penggunaan
perumpamaan ini untuk memperhalus maksud si penyampai ungkapan sehingga
yang mendengar atau yang menerima ungkapan tidak merasa tersanjung jika
perumpamaan berupa pujian.

Kata kunci : perumpamaan, ungkapan, bahasa Alas

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESEHAN....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJIAN...........................................................ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
ABSTRACT...........................................................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................3
1.4.1 Mamfaat Praktis......................................................................................3
1.4.2 Mamfaat Teoritis.....................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................5


2.1 Bahasa............................................................................................................5
2.2 Bahasa Alas....................................................................................................6
2.3 Perumpamaan.................................................................................................7
2.3.1 Pengertian Perumpamaan.........................................................................7
2.3.2 Perumpamaan dalam Bahasa Melayu......................................................8
2.3.3 Perumpamaan dalam Bahasa Jamee........................................................9
2.3.4 Perumpamaan dalam Bahasa Gayo.........................................................9
2.3 Jenis Perumpamaan......................................................................................10
2.4.1 Metafora................................................................................................10

viii
2.4.2 Personifikasi..........................................................................................10
2.4.3 legori…………………………………......……………………...….....11
2.4.4 Sinekdote……………………………………………………………....12
2.4.5 Metominia………………………………......………………………....12
2.5 Makna……………………………………………………………...………12
2.5.2 Makna Asosiatif…………………………………………...………....13
2.6 Penelitian Terdahulu……….......……………………………………..........13

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................15


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................15
3.1.1 Lokasi Penelitian...................................................................................15
3.1.2 Waktu Penelitian....................................................................................15
3.2 Metode dan Desain Penelitian......................................................................16
3.3 Data dan Sumber Data..................................................................................16
3.3.1 Sumber Data..........................................................................................16
3.3.2 Data........................................................................................................17
3.4 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................17
3.5 Teknik Analisi Data......................................................................................18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................20


4.1 Hasil Penelitian.............................................................................................20
4.1.1 Perumpamaan Metafora.........................................................................20
4.1.2 Perumpamaan Personifikasi...................................................................25
4.2 Pembahasan..................................................................................................33

BAB V SIMPULAN.............................................................................................35
5.1 Simpulan..............................................................................................................35
5.2 Saran.....................................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian14

x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Biodata Informan

2. Instrumen Pertayaan Wawancara39

3. Korpus Data40

4. Riwayat Hidup Penulis42

5. SK Pembimbing

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Alas merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di Aceh.

Bahasa ini digunakan oleh masyarakat suku Alas di Aceh Tenggara. Bahasa Alas

sebagai bahasa daerah yang aktif digunakan masyarakat sebagai interaksi sosial

pada masyarakat Aceh Tenggara. Dalam hal ini, bahasa Alas digunakan baik

dalam perdagangan, kerja sama, acara adat, dan lain-lain.

Bahasa Alas jauh berbeda dengan bahasa Aceh yang dipahami oleh

masyarakat Aceh pada umumnya. Perbedaan terdapat pada banyak hal, misalnya

dalam hal pengucapan. Pengucapan bahasa Alas berbeda dengan bahasa Aceh,

misalnya pada saat pengucapan huruf R dalam bahasa Aceh diucapkan R, dalam

bahasa Alas huruf R diucapkan menjadi Kh.

Sebagai bahasa daerah, bahasa Alas memiliki sastra lisan. Sastra lisan

tersebut adalah bentuk perumpamaan. Perumpamaan merupakan bagian dari

peribahasa Indonesia. Dari segi bentuk, perumpamaan hanya berupa satu klausa

pendek yang menyebutkan perbandingan makna secara terang yang biasanya

ditandai dengan kata seperti, umpama, laksana, bagai, bak, dan ibarat.

Bentuk perumpamaan biasanya digunakan untuk mempermudah dan

memperlancar komunikasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh (Pateda. 2001:231)

dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak berkata terus terang, tetapi hanya

menggunakan isyarat tertentu. Penggunaan isyarat ini dimaksudkan untuk

menyampaikan berbagai hal, kadang kala perumpamaan digunakan untuk


2

memperhalus penyampaian maksud pembicara. Penggunaan perumpamaan untuk

memperhalus maksud si penyampai ungkapan sehingga yang mendengar atau

yang menerima ungkapan tidak merasa tersanjung jika ungkapan tersebut berupa

pujian.

Dalam bahasa Alas perumpamaan disampaikan dengan berbagai bentuk.

Adapun contoh perumpamaan dalam bahasa alas sebagai berikut.

1. Bagee takkengkong tangkepi sudu (seperti kodok ditutupi batok kelapa)

Perumpamaan ini ditunjukan kepada orang yang selalu diam di rumah tetapi

sekali keluar pergi kemana-mana tidak tahu jalan pulang.

2. Bagee mapah lawe kosap datas (seperti membawa air di atas daun keladi)

Perumpamaan ini ditunjukan kepada pada seseorang yang memiliki karakter

yang mudah sekali tersinggung.

Perumpamaan tersebut sudah jarang digunakan oleh penutur bahasa Alas

di Aceh Tenggara. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya kaum muda yang tidak

memahami ungkapan tersebut. Dengan kata lain, ungkapan-ungkapan ini hanya

dipahami oleh masyarakat terdahulu.

Penelitian ini mengkaji tentang perumpamaan dalam bahasa Alas pada

masyarakat Aceh Tenggara. Kajian ini dilakukan karena beberapa alasan.

Pertama, Perumpamaan dalam bahasa Alas sudah jarang digunakan. Kedua,

Bentuk perumpamaan tersebut merupakan sastra lisan yang harus dilestarikan.

Penelitian tentang perumpamaan sudah dilakukan oleh Cut Mawar (2017).

Hasil penelitan menunjukan perumpamaan bereferensi binatang dalam bahasa

Aceh pada masyarakat Nagan Raya


3

1.2 Rumus Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pada penelitian ini adalah

bagaimana jenis dan makna perumpamaan dalam bahasa Alas pada masyarakat

Aceh Tenggara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan jenis dan makna perumpamaan dalam bahasa Alas pada

masyarakat Aceh Tenggara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang paling utama bagi peneliti ialah, agar dapat menambah

pemahaman, wawasan, dan ilmu pengetahuan mengenai perumpamaan dalam

bahasa alas. Penelitan ini dapat mengetahui makna yang terkandung dalam

sebuah perumamaan dalam bahasa Alas di masyarakat Aceh Tenggara. Bahasa

yang diucapkan pada saat berkomunikasi agar dapat memahami maknanya.

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Dapat memperkaya sebuah kajian sastra Indonesia khususnya tentang

perumpamaan dalam bahasa Alas

2. Dapat memberikan pemahaman, wawasan dan ilmu pengetahuan

mengenai perumpamaan yang dijadikan sebagai alat komunikasi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

tentang perumpamaan dalam masyarakat Aceh Tenggara


4

2. Bagi masyarakat, untuk dapat membina, melestarikan, mengembangkan

dalam berbagai referensi khususnya bagi masyarakat wilayah Aceh

Tenggara

3. Bagi pembelajaran siswa dan guru, penelitian ini dapat menjadikan sebuah

bahan pelajaran dan pengetahuan mengenai perumpamaan-perumpamaan

yang digunakan oleh masyarakat di suatu daerah khususnya masyarakat

Aceh Tenggara.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang

bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Semua manusia, dari mana pun dia

berasal tentu mempunyai bahasa. Begitu mendasar berbahasa ini bagi manusia,

sama halnya seperti bernafas yang begitu mendasar dan perlu dalam hidup

manusia. Jika kita tidak mempunyai bahasa, maka kita akan kehilangan

kemanusiaan kita. Bahasa alat yang paling penting untuk mempelajari

kebudayaan. Dengan bahasa manusia mampu mengembangkan kebudayaan,

melestarikan, serta mewariskan sistem-sistem kebudayaan kepada orang lain.

Dengan bahasa manusia mampu berpikir dan tanpa bahasa manusia tidak mampu

berpikir. Di Indonesia terdapat beragam bahasa salah satunya bahasa daerah yang

ada di Aceh.

Mahmud (2016:1-2) mengemukakan bahwa bahasa yang terdapat di Aceh

dan menjadi bahasa-bahasa daerah Aceh terdiri atas sepuluh bahasa. Bahasa-

bahasa tersebut adalah bahasa Aceh, bahasa Tamiang, bahasa Jamee, bahasa Alas,

bahasa Gayo, bahasa Devayan, bahasa Kluet, bahasa Singkil, bahasa Sigulai dan

bahasa Haloban. Bahasa Aceh merupakan bahasa daerah yang mempunyai jumlah

penutur yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah penutur bahasa-bahasa

lainnya.

5
6

2.2 Bahasa Alas

Bahasa Alas adalah satu bahasa daerah yang masih aktif digunakan oleh

masyarakat Aceh Tenggara sebagai penjelmaan kebudayaan Aceh. Kehidupan dan

cara berpikir masyarakatnya pun dapat tercermin melalui bahasanya. Bahasa Alas

berfungsi sebagai alat penghubung dalam keluarga dan masyarakat suku Alas.

Bahasa Alas juga sebagai lambang identitas dan kebanggaan daerah. Selain dari

itu, berfungsi juga sebagai pendukung bahasa nasional dan alat pendukung serta

pengembang kebudayaan daerah.

Bahasa Alas dapat pula dikatakan sebagai simbol kebanggaan daerah serta

alat menunjukkan identitas diri dalam berkomunikasi. Astuti (2016:73)

Mengatakan bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi,

yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok yang melahirkan perasaan

dan pikiran. Bahasa Alas merupakan bahasa daerah Aceh Tenggara yang menjadi

warisan turun temurun bagi masyarakat suku Alas di Aceh Tenggara.

Masyarakat Alas memperkenalkan diri mereka kepada orang lain sebagai

orang Alas melalui pemakaian bahasa Alas. Untuk itu, biasanya orang yang dapat

berbahasa Alas melambangkan orang Alas. Bahasa Alas digunakan dalam

berbagai aspek kehidupan baik dalam perdagangan, kerja sama, acara adat, dan

lain-lain.

Bahasa Alas dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan masyarakat Aceh yang

berkaitan dengan adat istiadat kesenian rakyat, permainan rakyat dan sebagainya.

Bahasa Alas menjadi sarana dalam penggalian, pelestraian, dan pengembangan


7

seluaruh aspek kebudayaan Aceh. Di samping itu, bahasa Alas juga dapat

bermanfaat sebagai sarana pendukung bahasa Indonesia.

Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa Alas

berfungsi sebagai pendukung bahasa Indonesia, bahasa pengantar pada tingkat

pemulaan sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa

Indonesia dan pelajaran lainnya.

2.3 Perumpamaan

2.3.1 Pengertian Perumpamaan

Perumpamaan merupakan bagian dari sastra lisan Indonesia. Dalam bahasa

Indonesia, perumpamaan merupakan bagian dari peribahasa Indonesia.

Perumpamaan itu sendiri di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti

peribahasa yang berupa perbandingan. Perumpamaan merupakan satu klausa

pendek yang menyebutkan perbandingan makna secara terang yang biasanya di

tandai dengan kata seperti, umpama, laksana, bagai, bak, dan ibarat.

Harun (dalam Mawar 2017:9) bahwa perumpamaan ialah kalimat atau

kiasan yang mengungkapkan keadaan atau kelakuan seseorang dengan mengambil

perbandingan dari alam serkitar, seperti hewan (fauna), tumbuh-tumbuhan (flora)

dan benda-benda angkasa (dirgantara). Dalam perumpamaan berbahasa Alas, kata

perbandingan yang digunakan adalah Bagèe. Kata ini dapat bearti seperti,

sebagai, seumpama, misalnya, tergantung pada konteks perumpamaan tersebut

dengan memperhatikan nilai rasa bahasa.


8

Keraf (2005:138) Mengemukakan persamaan atau simile adalah

perbandingan yang bersifat eksplisit. Perbandingan eksplisit ialah menyatakan

sesuatu dengan hal yang lain, memerlukan upaya yang secara eksplisit

menunjukan kesamaan, kata-kata seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana dan

sebagainya.

2.3.2 Perumpamaan dalam Bahasa Melayu

Penggunaan perumpamaan idak asing lagi dalam kalangan masyarakat

Melayu karena perumpamaan merupakan satu warisan seni kiasan yang telah

diwarisi oleh masyarakat Melayu sejak berkurun lamanya. Masyarakat dahulu

kerap menggunakan perumpamaan dalam pebualan mereka seharian dan

menyebabkan bahasa perumpamaan tidak luput dari zaman. Perumpamaan juga

menggambarkan kebijaksanaan masyarakat terdahulu karena penggunaan kata

yang digunakan begitu halus dan sopan bagi membuat perbandingan dengan

sesuatu perkara.perumpamaan merupakan jenis pribahasa yang membadingkan

sesuatu perkara yang berada di sekeliling kita. Perhatikan contoh berikut ini dalam

perumpamaan bahasa Melayu

Bagai murai dicabut ekor

Perumpamaan yang menggunakan “bagai murai dicabut ekor” maksud dari

perumpamaan ini untuk menunjukan kepada orang yang suka bercakap. Bisa juga

dikatakan perumpamaan yang suka bercakap banyak kepada orang lain.


9

2.3.3 Perumpamaan dalam Bahasa Jamee

Dalam masyarakat Jamee, para penyampai pesan baik lisan maupun

tulisan sering memberi pesan-pesannya dengan berbagai perumpamaan yang

disesuaikan dengan konteks pembicaraan. Sebagai penguat rasa atau makna

komunikasi tentang suatu konteks yang sering digunakan ungkapan relevan,

terutama perumpamaan yang disandarkan pada berbagai referen binatang, benda-

benda dan tumbuhan. Perhatikan contoh berikut ini tentang peumpamaan bahasa

Jamee.

Lagu tulang itek

Perumpaam ini dapat diartikan sebagai’seperti tulang bebek’

perumpamaan ini di tunjukan kepada orang yang memiliki karakter yang sangat

lembut atau lembek. ibarat tulang bebek pada saat memakan tulang tersebut

sudah dimasak akan menjadi lembek dan lembut.

2.3.4 Perumpamaan dalam Bahasa Gayo

Bahasa Gayo adalah bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat

suku Gayo. Dalam perumpamaan bahasa Gayo tedapat sebuah perumpamaan yang

berbagai macam umpama, contohnya perumpamaan yang menggunakan binatang,

Benda-benda, tumbuhan dan lain-lain. Tetapi. Perhatikan contoh berikut ini dalam

perumpamaan bahasa Gayo.

Lagu itik menyoro i limen

Perumpamaan ini merupakan lagu ilik menyoro i limen yang dapat

diartikan ‘seperti bebek Menyodok limbah’ perumpamaan ini memiliki makna


10

mecari rezeki yang tidak halal. Perumpamaan ini ditujukan kepada orang yang

menghasilkan uang dari pekerjaan haram.

2.4 Jenis Perumpamaan

2.4.1 Metafora

Metafora merupakan fenomena terbesar dan terpenting dalam penjelasan

tentang hakikat pergeseran dan perubahan makna. Metafora menjadi satu keluaran

untuk melayani pikiran dan perasaan memakai bahasa. Metafora menjadi sumber

untuk melayani motivasi yang kuat untuk menyatakan perasaan, emosi yang

mendalam dan sarana berbahasa yang bersifat ekspresif.

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara

langsung, tetapi dalam bentuk singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati,

cindera mata, dan sebagainya, Keraf (dalam Mawar, 2017:10). Metafora sebagai

Perbandingan yang menggunakan kata: seperti, bagai, bagaikan dan sebagainya,

sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua.

Metafora tidak selalu menduduki fungsi predikat, tetapi dapat juga

menduduki fungsi lain sebagai subjek, objek dan sebagainya. Dengan demikian,

metafora dapat berdiri sendiri sebagai kata,lain halnya dengan simile sangat

penting, karena akan membantu makna persamaan ini. Sebaliknya, makna

metafora justru dibatasi oleh sebuah konteks.

2.4.2 Personifikasi

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa yang menggambarkan benda-

benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat

kemanusiaan. Personifikasi merupakan suatu corak khusus dari metafora yang


11

mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia

(Keraf, 2005:140)

1. Kiding medalan ukhat manakhi ( kaki berjalan urat menari)

2. let dalan let khejeki ( ada jalan ada rezeki)

3. lompat kodok lompat bekih pe (lompat kodok lompat keledai)

Seperti halnya simile dan metafora, personifikasi mengandung unsur

persamaan. Kalau metafora (sebagai istilah umum) membuat perbandingan

dengan suatu hal yang lain. Maka dalam penginsanan hal yang itu adalah benda-

benda mati yang bertindak dan berbuat seperti manusia, atau perwatakan manusia

seperti yang dibandingkan seolah-olah berwujud manusia, baik dalam tindakan,

perasaan dan perwatakan manusia lainnya.

2.4.3 Alegori

Alegori adalah majas yang menggunakan sesuatu untuk mewakili yang

lain (simbolik) secara keseluruhan dalam suatu cerita atau teks umum. Mudahnya,

Jika metafora atau smile adalah majas yang digunakan dalam suatu kalimat,

alegori menggunakan satu paragraf bahkan seluruh teks untuk mengumpamakan

sesuatu. Bila sebuah metafora mengalami peluasan, maka dapat berwujud alegori.

Keraf (2005:140) mengemukakan alegori adalah suatu cerita singkat yang

mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan

ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak,

serta tujuannya selalu jelas tersurat.


12

2.4.4 Sinekdoke

Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata Yunani

synekdochesthai yang berarti menerima bersama-sama. Keraf (2005:142)

mengatakan sinekdoke adalah semacam bahasa figurative yang menggunakan

sebagian dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhan (part pto toto) atau

menggunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte).

2.4.5 Metonimia

Kata metomenia berasal dari bahasa yunani yaitu meta yang berarti

menunjukan perubahan dan anoma yang berarti nama. Dengan demikian,

metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mengunakan sebuah kata untuk

menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.

Hubungan itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang

yang dimiliki, akibat untuk sebab, isi untuk menyatakan kulitnya dan sebagainya

2.5 Makna

Aminuddin (2003: 52) berpendapat bahwa makna ialah hubungan antara

bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa

sehingga dapat saling dimengerti. Dari batasan pengertian itu dapat diketahui ada

tiga unsur pokok yang tercangkup didalamnya, yakni (1) makna adalah hasil

hubungan Antara bahasa dan dunia luar, (2) penentuan hubungan terjadi karena

kesepakatan para pemakai, serta (3) perwujudan makna dapat digunakan untuk

menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti.

Makna adalah hubungan antara lambang (simbol) dan acuan atau referen.

Hubungan antara lambang dan acuan bersifat tidak langsung sedangkan hubungan
13

lambang dengan referensi dan acuan bersifat langsung, Ogden dan Richards

(dalam Mawar 2017:19). Batasan makna ini sama dengan isilah pikiran, referensi

yaitu hubungan antara lambang dengan acuan referen dan konsep.

2.5.2 Makna Asosiatif

Menurut Tarigan (2015:90) asosiasi merupakan perubahan makna yang

terjadi sebagai akibat persamaan sifat. Dengan demikian, asosiasi berhubungan

dengan perubahan makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya

hubungan dengan kata dan keadaan di luar sana.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai perumpamaan bereferensi binatang sudah pernah

diteliti sebelumnya diantaranya yaitu Salmina (2013) meneliti analisis ungkapan

perumpamaan dalam bahasa jamee. permasalahan dalam penelitian adalah jenis-

jenis ungkapan dalam bahasa jamee, makna ungkapan dalam bahasa jamee. hasil

penelitian ini mengungkapkan terdapat dua jenis ungkapan yaitu ungkapan hewan

dan ungkapanm tumbuhan.

Nurrahma (2013) meneliti tentang ungkapan bereferensi binatang dalam

bahasa Aceh Pidie Jaya. Permasalahan penelitian adalah bagaimana ungkapan

bereferensi binatang dalam bahasa Aceh Pidie Jaya. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa ungkapan bereferensi binatang dalam bah 445asa Aceh

terdapat dalam dua bentuk, yakni : (1) ungkapan mencerminkan bentuk lagee

‘seperti’ yang mencerminkan karakter. (2) ungkapan yang bukan lagee ‘seperti’

yang tidak mencerminkan karakter.


14

Azwardi dan Muhammad Iqbal (2014) menyimpulkan bahwa ungkapan

bereferensi binatang yang menyatakan perumpamaan dan ungkapan dalam bahasa

Aceh secara umum dapat dibedakan atas ungkapan bereferensi binatang yang

menyatakan perumpamaan . Selain itu, berdasarkan data teranalisis, terlihat bahwa

ada kecenderungan Orang Aceh memosisikan orang-orang memiliki moral tercela

setara dengan binatang jenis binatang yang diapresiasikan sesuai dengan tingkat

dan tabiat atau sifat tercela yang dimiliki manusia.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Aceh Tenggara, yakni di Kecamatan Babussalam,

Kecamatan Badar, dan Kecamatan Lawe Alas. Alasan memilih daerah tersebut

karena Pertama, desa tersebut masih pernutur asli bahasa Alas. Kedua, desa

tersebut masih aktif menggunakan bahasa Alas. Ketiga, di desa tersebut masih

menggunakan perumpamaan dalam bahasa Alas.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei 2021. Berikut ini rencana penelitian

yang dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Rencana Penelitian

Bulan
Aktifitas
Mar Apr Mei Jun Jul
Penyusunan Proposal
Seminar
Perbaikan Seminar
Penelitian
Pengolahan Data
Penulisan Skripsi
Sidang

15
16

3.2 Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Metode penelitian yang berusaha memberi gambaran secara

sistematis dan cermat tentang fakta-fakta yang aktual dengan

menggunakan logika, naluri, dan perasaan. (Mahsun 2005:233)

menyatakan bahwa metode kualitatif fokusnya pada penunjukan makna,

deskripsi penjernihan, penempatan, dan pada konteksnya masing-masing

dan sering kali melukiskannya dalam bentuk kata-kata bukan angka-angka.

Penggunaan metode ini sesuai dengan maksud peneliti, yakni

untuk mendeskripsikan data. Penelitian mengumpulkan data tentang

perumpamaan dalam bahasa Alas pada masyarakat Aceh Tenggara untuk

dianalisis berdasarkan jenis dan makna perumpamaan tersebut dalam

kehidupan masyarakat.

Penelitian ini tidak memanipulasi data, tetapi menggambarkan

suatu konsdisi apa adanya. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan

data, mengolah dan mendeskripsikan hasilnya. Deskripsi itu sesuai dengan

kondisi yang terjadi pada saat penelitian berlangsung secara nyata dan

objektif.

3.3 Sumber Data dan Data

3.3.1 Sumber Data

Sumber data penelitian ini diperoleh dari informan. Informan adalah

masyarakat Aceh Tenggara yang dimerupakan penutur asli bahasa Alas


17

Kecamatan Babussalam, Kecamatan Badar, dan Kecamatan Lawe Alas. Informasi

yang dijadikan sumber data dipilih berdasarkan persyaratan-persyaratan berikut :

1. Berjenis kelamin pria atau wanita,

2. Berusia antara 30-65 tahun (tidak pikun),

3. Mampu berbahasa Alas dengan fasih,

4. Sehat jasmani dan rohani .

3.3.2 Data

Djamal (2015: 64) mengatakan, data adalah kenyataan atau fakta baik

berupa benda, peristiwa, tulisan atau angka yang sengaja dikumpulkan atau di

catat melalui pengamatan atau wawancara untuk keperluan penalaran atau

penelitian tertentu. Data pada penelitian ini adalah perumpamaan dari penutur

asli bahasa Alas pada masyarakat Aceh Tenggara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam

penelitian karena teknik pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data

oleh karena itu teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis

dalam penelitian Sugiyono (2006:137).

Teknik yang digunakan pada pengumpulan data ialah observasi,

wawancara, dan catat. Di bawah ini akan diuraikan teknik penelitian sebagai mana

cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik berikut.

1. Observasi
18

Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tempat yang

ingin dijadikan lokasi penilitian, Apakah di lokasi tersebut masih penutur asli

bahasa Alas, dan mencari informasi apakah perumpaaan dalam bahasa Alas masih

digunakan di lokasi tersebut.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada informan

perumpamaan apa saja yang di ketahui dan apa makna dari perumpamaan

tersebut. Wawancara merupakan pertemuan yang dilakukan untuk bertukar

informasi maupun ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat menjadi sebuah

kesimpulan atau makna dalam topik tertentu.

3. Catat

Peneliti mencatat hal-hal yang diperlukan dalam penelitian yang di

ucapkan oleh informan. Teknik catat dilakukan untuk mengambil informasi

dengan cara mencatat. Dengan mencatat penulis merekam inti dari infomasi.

1.4.3 Teknik Analisis Data

Sugiyono (2009:20) mengemukakan bahwa analisis data d

merupakan proses menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam

penelitian ini digunakan berdasarkan langkah-langkah ini:

1. Mentranskrip data dari informan, hal yang dilakukan dengan cara

menyalin data yang di dapat dari hasil wawancara dengan informan,


19

2. Menerjemahkan data ke dalam bahasa Indonesia, agar mudah

dipahami oleh pembaca,

3. Memasukan data ke dalam korpus data, dilakukan dengan cara

memilah data yang di perlukan dalam penelitian,

4. Menganalisis data, dengan cara mengolah data agar data menjadi

lebih mudah di mengerti,

5. Menyimpulkan data, dengan cara memberi penjelasan dari data yang

diperoleh.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Bagian ini membahas hasil analisis data yang mengacu pada tujuan

peneltian yang telah ditetapkan, yaitu mendeskripsikan perumpamaan dalam

bahasa alas pada masyarakat Aceh Tenggara. Berdasarkan hasil penelitian, data

yang terkumpul berjumlah 50 data. Dengan perumpamaan metafora berjumlah 17

data, perumpamaan personifikasi berjumlah 33 data.

4.1.1 Perumpamaan Metafora

Perumpamaan metafora merupakan perbandingan dengan sifat, fisik, atau

perbuatan manusia. Oleh karena itu hewan di jadikan simbol perumpamaan

dalam bahasa alas pada masyarakat Aceh Tenggara. Seperti ikan, kerbau, lembu,

ular, lintah, ayam, bebek, kambing, kucing, rayap, dll.

Berikut adalah contoh perumpamaan metafora pada masyarakat Aceh Tenggara:

1. Bagèe mate ikan kekhah, bedik tapi malet ngidah

Seperti mata ikan kering, terbuka tapi tidak melihat

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang tidak pernah melihat kebaikan

seseorang terhadap dirinya. Makna dari perumpamaan ini adalah orang yang

selalu berbuat baik kepadanya. Namun, jika sekali saja dirinya tidak bantu orang

lain ketika dia minta bantuan maka dia akan menganggap orang tersebut tidak

pernah melakukan kebaikan. seperti ikan yang sudah diolah menjadi ikan kering,

matanya memang terbuka tapi sudah tidak bisa melihat.

20
21

2. Bagèe lembu dabuh me pakhik

Seperti lembu jatuh ke parit

Ungkapan ini di tujukan kepada orang yang tidak tahu berterima kasih.

perumpamaan ini bermaksud kepada seseorang yang diberi pertolongan namun

sebaliknya menjatuhkan dan selalu memanfaatkan orang yang memberi

petolongan tersebut. Seperti lembu yang jatuh parit kalau hanya satu orang yang

menolong untuk naik ke atas, maka yang menolong akan terjatuh juga karena

lembu yang terlalu berat. maka dari itu perumpamaan ini dimaksud seperti lembu.

3. Bagèe kambing mangani gatab

Seperti kambing makan gambas

Ungkapan ini di tunjukan kepada orang melakukan perbuatan yang tidak baik.

maksud dari perumpamaan ini adalah orang yang melakukan perbuatan yang tidak

baik secara berulang-ulang. seperti orang yang menggunakan narkoba karena

kecanduan orang tersebut akan melakukan perbuatan tidak baik itu secara terus

menerus.

4. Bagèe lintah dekep

seperti lintah lengket ke tubuh

Ungkapan ini di tujukan kepada sepasang kekasih (pacar). kemana-mana selalu

bersama, seperti tidak dapat dipisahkan lagi. layaknya seperti lintah ketika sudah

melekat di tubuh maka susah untuk dilepas. Seperti lintah yang sudah lengket ke

kulit susah untuk dilepaskan maka dari itu litah diumpamakan dalam

perumpamaan tersebut.
22

5. Bagèe takkengkong tangkepi sudu

Seperti kodok ditutupi batok kelapa

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang jarang sekali keluar kerumah. Selalu

diam dirumah, tetapi jika sekali keluar rumah pergi kemana-mana. Ungkapan ini

diumpakan karena kodok identik dengan melompat.

6. Bagèe menci dabuh me tepung

Seperti tikus jatuh ke tepung

Ungkapan ini ditunjuka kepada orang yang merasa dirinya paling baik. Orang

yang selalu melihat kesalahan orang lain tanpa melihat sisi buruk diri sendiri.

Ungkapan ini diumpamakan tikus karena di anggap hewan yang kotor. Ketika

tikus tikus masuk tepung dia merasa paling bersih karena ditutupi oleh putih

tepung.

7. Bagèe nipèe antaten

Seperti ular diantar

Ungkapan ini ditunjukan kepada orang pemalas. Menginginkan sesuatu tetapi

tidak mau berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan tersebut. Ungkapan

ini diumpamakan ular karena tidak mau berusaha untuk mendapatkan makanan.

8. Bagèe biang tekacip

Seperti anjing kejepit

Ungkapan ini ditunjukan kepada orang yang mempunya sifat perah. Selalu mudah

marah, tidak dapat mengendalikan emosi dengan baik. Segalah hal,bahkam hal

yag sebenarnya tidak terlalu memperngaruhi bisa saja disalahkan dengan mudan.
23

sifat pemarah ha ya membuat kebaikan semakin menjauh. Ungkapan ini

diumpamakan anjing karena sering menggonggong.

9. Bagèe kucing khut biang

Seperti kucing dan anjing

Ungkapan ini ditunjukan kepada orang selalu bertengkar dan tidak bisa berdamai.

Mengibaratkan anjing dan kucing yang tidak pernah akur. Maka dari itu,

ungkapan ini diumpakan anjing dan kucing.

10. Bagèe nane mangani kayu

Seperti rayap memakan kayu

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang menderita sakit sejak lama. Penyakit

tersebut susah untuk disembuhkan dan tidak tau asal usul penyakit dari mana.

11. Bagèe nipèe dauni dikhi

Seperti ular obati diri sendiri

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang mau mengalah. Ungkapan ini

bermakna orang yang mau meminta maaf terlebih dahulu saat ada masalah. walau

keselahan bukan ada pada dirinya.

12. Bagèe manuk mondong

Seperti ayam bengong

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang tidak mempunyai gairah hidup.

Seperti orang yang kehilangan semangat dan tidak termotivasi untuk melakukan

hal apapun. Selalu menampilkan ekspresi yang datar.

13. Bagèe kobo kalang kalung

Seperti kerbau yang sana kemari


24

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang dihadapkan oleh dua pilihan.

Seseorang yang bingung untuk memutuskan sesuatu untuk hidupnya. Rasa

bingung dan bimbang dapat menyelimuti hati saat dihadapkan dengan situasi yang

menuntut kalian harus memilih satu pilihan. Ini bisa terkait dengan persoalan

hidup seperti cinta, karir, atau pertemanan.

14. Bagèe lembu mangan kedep

Seperti lembu makan dedak

Ungkapan ini ditunjukan kepada orang yang tidak merasa atas kesalahannya.

Merasa berbuat salah tapi tidak ingin mengakui seolah-olah lupa.

15. Bagèe ikan bakut

Seperti ikan lele

Ungkapan ini ditujukan kepada seorang yang mau menjalin hubungan dengan

saudara kandungnya sendiri. Tidak memikirkan hubungan persaudaraan dengan

keluarga satu sama lain.

16. Bagèe kobo gempang.

Seperti kerbau tiduran

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang pemalas. Orang yang selalu bermalas-

malasan dalam bekerja. Sehari- harinya hanya berbaring di tempat tidur.

17. Bagèe hangat=hangat tai manuk

Seperti panas-panas taik ayam

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang tidak bersungguh-sungguh dalam

melakukan hal apapun. awal mulanya giat tetapi lama kelamaan menjadi malas.

Padahal terkadang semakin lama itu semakin bermakna.


25

4.1.2. Personifikasi

Perumpamaan personifikasi merupakan perbandingan benda

dengan sifat manusia. Benda mati seolah hidup dan memiliki sifat seperti

layaknya manusia. Oleh karena itu benda di jadikan simbol perumpamaan

dalam bahasa alas pada masyarakat Aceh Tenggara. Seperti bintang, air,

pagar, tikar, tali, jarum, minyak, alas dapur, ragi, cobek, dll.

1. Bagèe bintang dabuh me ampunen

Seperti bintang jatuh ke pangkuan

Ungkapan ini ditunjukan kepada seseorang yang sedang merasa senang. Maksud

dari perumpamaan ini seseorang yang sedang senang karena mendapat rejeki yang

datang secara tiba-tiba. Seperti bintang yang jatuh dihadapan jika melihat akan

merasa senang karena melihat fenomena yang langka.

2. Bagèe nengkah lawe

Seperti membelah air

Ungkapan ini di tunjukan kepada orang yang memiliki sifat egois tidak mau

mengalah. Pertengkar yang sejak lama dengan saudara sendiri. Permasalahan yang

tidak pernah berdamai satu sama lain. seperti memotong air yang tidak akan

mungkin ada habisnya. Maka dari itu ungkapan ini diumpakan air.

3. Bagèe kapukh khut kuning

Seperti kapur dan kunyit

Ungkapan ini sering digunakan sebagai nasihat. Sesuatu perbuatan yang lekas

akan menjadi mujarab. Seperti mengobati luka kunyit dan kapur yang dianggap
26

paling ampuh untuk dijadikan obat luka. Maka dari itu kunyit dan kapur

diumpamakan dalam ungkapan tersebut.

4. Bagèe mesantan nate sayukh, tapi ulang beke niwokh

seperti memasak sayur yang ingin menggunakan santan, tetapi tidak mau

buka kelapa

Ungkapan ini ditujukan kepada seseorang yang banyak maunya tetapi tidak mau

rugi. Tidak mau untuk mengeluarkan uang hanya mau menerima pemberian dari

orang lain. Seperti memasak sayur yang ingin masakan menjadi nikmat dengan

menggunakan santan saat memasak tetapi tidak ingin membeli kelapa untuk

dibelah.

5. Bagèe lade khoh tue khoh cokhne

Seperti cabe semakin tua makin pedas

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang yang semakin tua hidupnya semakin

susah. Mempunyai banyak harta di masa muda namun sudah tua sudah tidak

punya apa-apa. Maka dari itu ungkapan ini disebut seperti cabe, semakin tua cabe

semakin pedas.

6. Bagèe pagakh mangani isi

Seperti pagar memakan isi

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang menuduh orang lain mencuri. Seperti

kehilangan barang di rumah, mengfitnah orang lain sebagai pencuri. Ternyata

yang mecuri di dalam rumah tersebut adalah anggota keluaga yang di dalam

rumah tersebut.
27

7. Bagèe khigam muak

Seperti tikar pandan koyak

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang suka bicara ceplas ceplos. Orang yang

suka bicara Ceplas ceplos biasanya cenderung mudah berbicara. Kadang di puji

karena jujur, namun sering dibenci karena terlalu jujur.

8. Bagèe buluh sengawan

Seperti dalaman bambu

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang mempunyai sifat jujur. Menyatakan

yang sebenar-benarnya tidak berbohong dalam hal-hal yang terjadi(fakta). Orang

yang bersifat jujur dan mudah mendapat kepercayaan dari orang lain.

9. Bagèe takhuk jambi kene hudan

Seperti buah labu kena hujan

Ungkapan ini ditunjukan kepada orang yang sombong. orang yang selalu

menggap dirinya di atas orang lain. Tidak ada orang yang bisa lebih dari dirinya.

10. Bagèe jakhum halus

Sepeti jarum halus

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang berbicara lembut tetapi bermakna

tajam. Jika tidak memperhatikan maknya yang disampaikan saat bicara, maka

mendengar saat bicara sangat lembut tetapi dengan makna yang menyakitkan.

11. Bagèe nanem bangke

Seperti menanam bangke


28

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang orang yang menutupi aib.

Bahagaimapun aib disembunyikan pasti akan tercium baunya. Sepintar-pintarnya

menanam bangkai, baunya tetap tercium juga.

12. Bagèe Cangkul tekacip

Seperti Cangkol Kejepit

Ungkapan ini ditunjukan kepada orang yang hanya ingin pemasukan. Menerima

pemberian dari orang lain, tetapi tidak pernah mau memberi. Hanya ingin

mendapat pemasukan, tetapi sulit untuk pengeluaran.

13. Bagèe lukh itik bagas gelas

Seperti telor bebek dalam gelas

Ungkapan ini ditujukan orang yang berbicara selalu tidak jelas kebenaranya.

Seperti membuat janji yang pada akhirnya belum pasti kejelasanya.

14. Bagèe lelayang

Seperti layangan

Ungkapan ini ditujukan kepada orang tidak memiliki tujuan hidup. Seperi

layangan yang digoyangkan angin. Tidak tau arah mau kemana hanya menunggu

arahan dari orang lain.

15. Bagèe lawe khut minyak

Seperti air dan minyak

Ungkapan ini dsitujukan kepada orang yang yang memiliki keinginan tetapi sulit

untuk dipenuhi. Hal yang baginya mustahil untuk diwujudkan. Maka dari itu,

ungkapan tersebut di umpamakan air dan minyak karena jika dicampurkan susah

untuk menyatu.
29

16. Bagèe nandok I lagan

Seperti menduduki cobek

Ungkapan ini ditujukan kepada orang berdagang. Makna dari ungkapan ini orang

yang berjualan bukan hanya utung tetapi malah rugi. Orang yang tidak bisa

mengukur keuntungan.

17. Bagèe melasen kudun pe kope

Seperti lembekan panci ketimbang alasnya

Ungkapan ini ditunjukan kepada wanita genit. wanita yang suka tebar pesona di

depan laki-laki.

18. Bagèe lukh itik bagas gelas

Seperti telor bebek dalam gelas

Ungkapan ini ditunjukan kepada orang yang suka ingkar janji. Orang yang selalu

membuat janji tetapi tidak bisa menepati. Mengecewakan dengan memberi

harapan harapan kepada orang lain.

19. Bagèe gedang nali pasti let khuncingne

Seperti panjangnya tali pasti ada ujungnya.

Ungkapan ini ditunjukan kepada orang yang sedang mendapatkan masalah.

Sebasar apapun masalah pasti ada solusinya. Hidup manusia tidak akan pernah

lepas dari masalah dan ujian.

20. Bagèe nali waje khakut ate

Seperti tali besar mengikat hati

Ungkapan ini bermakna sekuat apapu digenggam kalau bukan jodoh pasti pergi

juga. Berjuang sama-sama sudah sejak lama kalau memang tidak jodoh pada
30

akhirnya pasti akan berpisah. Sekuat apapun cinta dipertahankan jika Tuhan

belum mehendaki manusia bisa apa.

21. Bagèe lucut jakhum lucut benang

Seperti masuk jarum masuk benang

Ungkapan ini ditrujukan kepada orang yang tidak pandai menyimpan rahasia.

Setiap rahasia yan disampaikan akan disebarluaskan.

22. Bagèe hakhum tubakh

Seperti bayam berduri

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang berbicara lain di mulut lain di hati.

Perkataan yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Perkataanya digunakan hanya

untuk mendapat simpati dan kepercayaan dari orang lain.

23. Bagèe natang lawe datas kosap

Seperti membawa air dalam daun keladi

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang mempunyai sifat sensitif. Orang yang

cenderung mudah tersinggung bahka memikirkan perkataan orang lain secara

berlebihan. Sifat sensistif tersebut membuat orang sekitarnya kurang nyaman.

24. Bagèe pilih-pilih tebu pilih tah beku

Seperti memilih tebu pilih yang keras

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang terlalu pemilih. Seperti dalam memilih

pasangan hidup agar mendapatkan yang sempurna. Namun, banyak orang yang

justru keliru dalam memilih pasangan hidup hingga akhirnya merugikan dirinya

sendiri.
31

25. Bagèe lucut jakhum lucut benang

Seperti masuk jarum masuk benang

Ungkapan ini ditrujukan kepada orang yang tidak pandai menyimpan rahasia.

Setiap rahasia yang disampaikan akan disebarluaskan.

26. Bagèe khagi mangani dikhi

Seperti ragi makan tubuh

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang selalu makan hati. Orang yang selalu

bersusah hati, kecewa, menderita, dongkol, dan semacamnya. Namun terkadang

hal tersebut sangatlah sulit untuk direalisasi karena kamu harus kuat

menghadapinya.

27. Bagèe lawe tenang tapi manun

Seperti air tenang tapi hanyut

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang pendiam tapi banyak ilmu. Orang

pendiam lebih suka mengamati sesuatu di orang lain dan pikirannya. Seperti yang

banyak orang katakan, orang yang banya bicara biasanya menunjukan dia orang

yang kurang pintar. Sebaliknya orang yang pendiam adalah orang yang pintar.

28. Bagèe ate si gatel mate si gakhu

Seperti hati yang gatal mata yang di garuk

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang mempunyai keinginan namun tidak

berdaya untuk mendapatkan suatu hal yang diinginkan. Arti lainnya menyalahkan

orang lain yang tidak bersalah.

29. Bagèe dedoh buluh sembeke

Seperti menginjak bambu sebelah


32

Ungkapan ini ditujukap kepada orang yang berlaku tidak adil. Tidak menepatkan

sesuatu pada tempatnya. Suatu sikap yang memihak atau tidak sama rata tidak

bepegang kepada kebenaran.

30. Bagèe Pagakh kalak idah ne pagakh ne malet tate ne

Seperti pagar orang dilihat pagarnya tidak di lihat

Ungkapan ini ditujukan orang yang mecari keburukan orang lain tetapi tidak

melihat melihat keburukan yang ada pada dirinya. Pandai mencari kesalahan

orang lain, tetapi tidak pandai menyadari kesalahaannya sendiri dengan

mengintropeksi diri dikala sendiri.

31. Bagèe tanduk ndak teputekh cuping sebage bane

Seperti tanduk ndak putar telinga jadinya

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang melakukan kesalahan namun

imbasnya ke orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari ada saja yang tidak

berkenan bahkan menyakiti hati. Bila kita menyimpannya dalam hati rasa sakit

akan menimbulkan berbagai dampak fisik dan psikologi.

32. Bagèe kalak mangan nangke kiteh kene getah

Seperti orang makan nangka kita kena getah

Ungkapan ini bermakna orang yang mendapat untung diri sendiri yang dapat rugi.

Seperti orang yang berjualan, karena terlalu murah menjual barang tidak hanya

untung tetapi malah rugi.

33. Bagèe nali waje khakut ate

Seperti tali besar mengikat hati


33

Ungkapan ini bermakna sekuat apapu digenggam kalau bukan jodoh pasti pergi

juga. Berjuang sama-sama sudah sejak lama kalau memang tidak jodoh pada

akhirnya pasti akan berpisah. Sekuat apapun cinta dipertahankan jika Tuhan

belum mehendaki manusia bisa apa.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa

perumpamaan dalam bahasa Alas terdapat dua jenis perumpamaan yang dipakai

masyarakat Aceh Tenggara yaitu perumpamaan metafora dan personifikasi. Hal

ini dilakukan untuk menyindir seseorang secara tidak langsung atau

menggambarkan kondisi dan keadaan yang di alami orang tersebut. Selain itu agar

tidak menyakiti perasaan orang lain.

Hasil analisis menunjukan terdapat berbagai perumpamaan yang

digunakan dalam bahasa alas seperti lembu(lembu), ikan(ikan), menci(tikus),

narèe(rayap), biang(anjing), nipèe(ular), ikan(ikan), kobo(kerbau),

kambing(kambing), manuk(ayam), Bintang(bintang), lade(cabai), lagan(ulekan),

kuning(kunyit), hakhum(bayam), pagakh(pagar), khigam(tikar pandan),

Kosap(Keladi), lintah(lintah), dll. Penggunaan tersebut untuk menggambarkan

karakter yang dimiliki oleh manusia. Oleh sebab itu orang yang diumpamakan

dengan peribahasa tersebut dapat memahami makna yang disampaikan.

Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian judul yang

sama seperti judul penelitian penulis. Namun penelitian mengangkat penelitian

sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis.

Berikut merupakan penelitian terdahulu skripsi yang terkait dengan penelitian


34

penulis yaitu skripsi Cut Mawar (2017) dengan judul penelitian “Perumpamaan

bereferensi binatang dalam bahasa Aceh pada masyarakat Nagan Raya”. Hasil

penelitian untuk mendeskripsikan binatang apa saja yang dipakai pada

perumpamaan bereferensi binatang dalam bahasa Aceh.

Demikian pula halnya dengan masyarakat Aceh Tenggara, yang

menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan maksudnya. Dalam kehidupan

sehari-hari, ketika masyarakat berinteraksi dan berkomunikasi, mereka tidak

menggunakan secara tegas dan jelas untuk menyindir orang lain, akan tetapi

menggunakan perumpamaan agar seseorang dapat mengetahui apa yang dimaksud

lawan bicaranya, terkadang pada saat seorang sedang marah dan emosi orang

tersebut akan menyindir menggunakan perumpamaan dalam bahasa Alas, agar

dapat mengetahui isi hatinya.


BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian perumamaan dalam bahasa

Alas pada masyarakat Aceh Tenggara sebagai berikut.

1. Perumpamaan dalam bahasa Alas pada masyarakat Aceh Tenggara

terdapat perumpamaan metafora dan perumpamaan personifikasi.

2. Perumpamaan tersebut memprioritaskan jenis dan makna yang erat

kaitannya dengan kehidupan sosial masyarakat.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas penelitian

mengajukan beberapa saran sebagai beriku:

1) Penelitian tentang perumpamaan dalam bahasa alas perlu dilanjutkan

dengan penelitian berikut agar dalam penelitian tersebut dapat lebih

diperinci lagi.

2) Bahasa alas sangat jarang diteliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan

agar penelitian-penelitian dalam bidang linguistik dan sastra dapat

diangkat sehingga bahasa tersebut dapat dikembangkan dan dilestarikan

oleh penutus asli bahasa alas dan bahasa lainnya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Azwardi dan Iqbal. 2014. “Ungkapan Perumpamaan Bermedia Binatang Dalam


Bahasa Aceh”. Jurnal Master Bahasa, Vol.11 (1): 1-11.
Dasril, Reti, dkk. 2013. “Penggunaan Gaya Bahasa Kiasan Novel, Dalam Nihrab
Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra, Vol. 1(2): 477-562.
Lestari, Nia, dkk. 2016. “Peribahasa dalam Bahasa Melayu Dialek Sambas”.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan PBSI, Vol. 1(3): 1-7.
Mawar, Cut. 2017. “Perumpamaan Bereferensi Binatang dalam Bahasa Aceh pada
Masyarakat Nagan Raya”. Skripsi tidak diterbitkan. Aceh Besar:
Universitas Abulyatama Aceh.
Nur, Fitriani, dkk. 2020. “Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Proposal
Mahasiswa PBSI Tanggal 23 Desember 2019”. Jurnal Bahasa dan Sastra.
Vol. 12(1): 39-49.
Rahayu, Isna dkk. 2020. “Ungkapan Bereferen Flora dan Fauna dalam Bahasa
Aceh di Kecamatan Darussalam Aceh Besar”. Jurnal Bahasa dan Sastra.
Vol. 4(2): 76-86.
Rahman, Andi. 2013. “Pengaruh Desain Organisasi dan Tipe Keperibadian
Terhadap Stres Kerja Pegaw ai Balai Deuleut Keagamaan Manado”. Jurnal
EMBA, Vol. 1(3): 476-486.
Rahman, Astuti. 2016. “Pengaruh Bahasa Daerah Terhadap Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Peserta Didik Kelas 1 SD Inpres Maki Kecamatan Lamba-Leds
Kabupaten Manggarai Timur”. Jurnal Pendidikan Dasar Islam, Vol. 3(2):
7-79
Riana dan Eli. 2018. “Penggunaan Gaya Bahasa Perbandingan pada Kumpulan
Cerpen Mahasiswa”. Jurnal Semantik, Vol.7(1): 19-30.
Septiani dan Rahma. 2020. “Kohesi Gramatikal dalam Novel Si Parasit Karya
Ayu Utami”. Jurnal Akrab Juara, Vol. 5(2): 218-229.
Sinulaki, azmiali. 2018. ”Analisis Semantik Perumpamaan Bahasa Karo. (Online)
http://repositori.umsu.ace.id/xmlui/hangle/123456789/544?show=full.
diakses tanggal 3 April 2021. Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatra
Utara.
Tri, Wardani. 2020. “Makna Konotasi Pribahasa yang Mengandung Unsur Bahasa
Tumbuhan”. Jurnal Header, Vol. 1(1): 1-13.

36
Warni dan Rengki. 2020. “Analisis Ungkapan Tradisional Melayu Jambi: Kajian
Hermeneutik”. Jurnal Sosial Budaya, Vol. 17 (2): 83-94.
Yaser, Umi. 2018. “Ungkapan Bahasa Kaili Dialek Rai di Kecematan Sirenja
Kabupaten Donggala”. Jurnal Bahasa dan Satra, Vol. 3(13) :1-9.

37
lampiran 1
Biodata Informan

NO NAMA DESA PEKERJAAN USIA P/L

1 Sinar Wati Mbarung IRT 41 P

2 Rosmahani Mbarung IRT 49 P

3 Nurijah Mbarung IRT 49 P

4 Mah Wati Mbarung IRT 60 P

5 Amaniah Gusung Batu IRT 63 P

6 Hardiansyah Gusung Batu PNS 44 L

7 Susila Wati Gusung Batu Wiraswasta 46 P

8 Rasimah Ngkeran IRT 53 P

9 Nur Aisyah Ngkeran PNS 60 P

10 Doni Novanda Ngkeran PNS 37 L

38
Lampiran 2
Instrumen Pertanyaan Wawancara
1. Apa saja perumpamaan dalam bahasa Alas yang anda ketahui?

2. Kepada siapa kita gunakan perumpamaan tersebut?

3. Apa makna dari perumpamaan tersebut?

4. Kapan menggunakan Perumpamaan tersebut?

39
Lampiran 3
Korpus Data

Jenis
No Perumpamaan
Hewan Tumbuhan Benda
1 Bagèe takkengkong tangkepi sudu
2 Bagèe lembu dabuh me pakhik
3 Bagèe menci dabu me tepung
4 Bagèe nane manganic kayu
5 Bagèe biang tekacip
6 Bagèe kucing khut biang
7 Bagèe nipeè dauni dikhi
8 Bagèe kambing manganic gatab
Bagèe mete ikan bedik malet Metafora
9
ngidah
10 Bagèe nipeè antaten
11 Bagèe lintah dekep
12 Bagèe lembu mangani kedep
13 Bagèe hangat-hangat tai manuk
14 Bagèe kobo kalang kalung
15 Bagèe manuk mondong
16 Bagèe melasen kudun pe kope
17 Bagèe ikan bakut
18 Bagèe pagakh manganic isi
Bagèe pagakh kalak idah ne
19
pagakhne malet tate ne
Bagèe tanduk ndak teputekh cuping
20
sebage bane
21 Babah e Bagèe khigam muak
Bagèe mesantan nate sayukh ulang Personifikasi
22
beke niwokh
23 Bagèe natang lawe datas kosap
24 Bagèe takhuk jambi kene hudan
25 Bagèe buluh sengawan
26 Bagèe nengkah lawe

40
27 Bagèe ate si gatel mate si gakhu
Bagèe gedang nail pasti let
28
khuncingne
29 Bagèe bintang dabuh me ampunen
30 Bagèe jakhum halus
31 Bagèe lade khoh tue khoh cokh ne
32 Bagèe lenggukh tapi malet hudan
Bagèe nate ngekhanggem jemputpe
33
made
34 Bagèe laus nihambat tading niulihi
35 Bagèe keneng palene soh medasakh
36 Bagèe laweè khut minyak
37 Bagèe lawe tenang tapi manun
38 Bagèe nail waje khakut ate
Bagèe angkat medatas ngukukh
39
mebagas
40 Bagèe lukh itik bagas gelas
41 Bagèe lucut jakhum lucut benang
42 Bagèe nandok I lagan
43 Bagèe nanem bangke
44 Bagèe hakhum tubakh
45 Bagèe kuning khut kapukh
46 Bagèe nail waje
47 Bagèe lelayang
48 Bagèe khagi mangani dikhi
Bagèe pilih-pilih tebu pilih tah
49
beku
50 Bagèe dedoh buluh sembeke

41
Lampiran 4

RIWAYAT HIDUP
Biodata Diri :
Nama : DHEA ANGGIA DESKY
NIM : 17113005
Tempat/Tanggal Lahir : Mbarung, 19 September 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Mbarung Kec.Babussalam,Kab.Aceh
Tenggara
No. Telp : 0813-6149-3881
Email : Dheadesky19@gmail.com
Nama Orang Tua
Ayah : Ahmad Dona
Ibu : Sinar Wati

Pendidikan Formal
Tahun 2005 – 2011 : Sd Negeri 1 Kutacane
Tahun 2011 – 2014 : SMP Negeri 4 kutacane
Tahun 2014 – 2017 : SMA Negeri 3 Kutacane
Tahun 2017 – : Universitas Abulyatama
Sekarang

Pengalaman Organisasi
Tahun 2012 S.d 2013 Osis SMP Bendahara
Tahun 2014 S.d 2016 Osis SMA Anggota
Tahun 2014 S.d 2015 Osis SMA Ketua Bid Kosumsi

42

Anda mungkin juga menyukai