SKRIPSI
OLEH
THERESIA AVILA
060401080006
2010
BENTUK SAPAAN BAHASA SIKKA DIALEK KANGAE DIKALANGAN
SKRIPSI
Diajukan kepada
OLEH
THERESIA AVILA
060401080006
2010
LEMBAR PERSETUJUAN
NPM : 060401080006
Malang,
Mengetahui,
Skripsi oleh Theresia Avila ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.
Pembimbing I
Pembimbing II
Skripsi oleh Theresia Avila ini telah dipertahankan di depan dewan penguji
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Mengetahui,
Dekan
Sebagian tugas telah saya jalankan sebagai bukti tanggung jawab, cinta, dan
kesetian saya kepada orang-orang yang saya sayangi. Dengan tulus saya
1. Bapa dalam surga dan Putera-NYA Yesus Kristus atas berkat dan
doa, dan pengorbanan, serta ketulusan kasih dan cinta yang telah kalian
pemgorbanan yang tak ternilai dengan apapun yang ada di dunia ini.
Keringat dan do’a-MU hanya bisa saya balas dengan untaian kata
“TERIMAKASIH”.
4. Orang yang saya sayangi, Ovan, yang telah memberikan dukungan do’a
Kedua, menikmatinya
kedua
membaca
PERNYATAAN
NPM : 060401080006
1) Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan
2) Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini hasil jiplakan maka saya
Malang, 2010
THERESIA AVILA
060401080006
ABSTRAK
Bahasa Sikka adalah Salah satu dari beratus-ratus bahasa yang ada di
Indonesia yang perlu dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat Sikka.
Bentuk sapaan BSDK di kalangan remaja desa Watumilok sangat unik. Penelitian
ini dimaksudkan untuk memperoleh deskripsi tentang bentuk sapaan yang
digunakan kelompok remaja dalam bahasa Sikka dialek Kangae yang ditinjau dari
(1) Jenis Kelamin, (2) Tingkat Keakraban.
Data dalam penelitian ini adalah Bentuk sapaan Bahasa Sikka Dialek
Kangae (BSDK) di Kalangan Remaja Desa Watumilok. Sumber Data dalam
penelitian ini adalah sejumlah 6 informan yang merupakan perwakilan dari: (1)
Dusun Higetegera, (2) Dusun Waipare.
Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Deskriptif Kualitatif.
Pengumpulan data digunakan dengan teknik wawancara dan menggunakan
panduan daftar pertanyaan . Pengolahan data digunakan dengan (1)
Mentranskripkan data, (2) seleksi data, (3) kodefikasi data, dan (4) analisis data.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Berdasarkan
Jenis Kelamin, sapaan yang digunakan untuk (a) Laki-laki meliputi: kakak, mo’a,
hoe, bos, nara, toke, wue, ama, amang, kerang, wodon, nong; (b) Perempuan
meliputi: he, nona, du’ang, du’ak, nurak, inang, helengin, lotik, wue du’a, kakain
(2) Berdasarkan Tingkat Keakraban, sapaan yang digunakan meliputi: (a) Tingkat
Akrab adalah: wodon, helengin, kakak, toke, kerang, wue, du’ak, kakain, nurak,
bos. (b) Untuk timgkat tidak akrab adalah: amang, ama, mo’a, du’ang, du’ak,
inang, nara, lotik, nona, nong.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan agar (1) pemahaman
terhadap kebahasaan (keanekaragaman bahasa) sehingga mampu menambah
kepustakaan dalam pengajaran bahasa, (2) Pada peneliti lebih lanjut diharapkan
untuk meneliti bahasa dari sudut pandang dan masalah yang berbeda, (3) Bagi
pembaca penelitian ini dapat menambah wawasan tentang kebahasaan, (4) Bagi
guru bahasa daerah, penelitian ini dimanfaatkan untuk pengajaran bahasa daerah
khususnya bahasa maumere.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
Penulisan skripsi yang berjudul “ Bentuk Sapaan Bahasa Sikka Dialek Kangae di
salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan program sarjana (S1) bidang
pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
dalam penelitian inisampai seterusnya skripsi ini ini penulis telah memperoleh
bantuan dan dukungan moral maupun material dari berbagai piihak yang terkait.
Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan penghargaan, penulis menyampaikan
2. Drs. Abdoel Bakar TS .M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
3. DR. Drs. Gatot Sarmidi, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Bahasa dan
Sastra Indonesia.
4. Edi Susilo, S.Pd , M.Pd, selaku dosen pembimbing satu yang telah
5. Drs. Ikhsan Abraham, M.Pd, selaku dosen pembimbing dua yang dengan
kesabaran dan kerelaan dalam meluangkan waktu nya untuk mengoreksi dan
6. Kedua orang tuaku yang tercinta, yang telah memberikan dukungan dan do’a
7. O rang yang aku cintai Ovan, yang selalu memberikan dukungan dan
8. Untuk sahabatku Sintha dan ine herlin, thank’s untuk dukungan dan
9. Untuk sahabat seangkatanku, Magda, Siska, Repita, Leni terima kasih karena
selama ini sudah mendukung dan membantu saya agar tetap semangat.
dan jauh dari kesempurnaan. Dengan tulus hati dan ikhlas penulis menerima kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat
1.2 Masalah………………………………………………………………… 3
2.2.2 Dialek…………………………………………………………………… 26
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 52
5.2 Saran…………………………………………………………………...... 53
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 54
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
individu yang terpisah dari orang lain tapi merupakan anggota masyarakat
Oleh karena itu, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala sosial.Untuk
berhubungan danbekerja sama adalah bahasa. Hal itu dapat kita lihat dalam
yang lain. Bahasa dalam berbagai situasi, dengan demikian bahasa tidak dapat
bahasa adalah ragam bahasa yang ditentukan oleh faktor situasi dan fungsi
disebut idiolek.
Pandangan muncul dari Bloomfield ( Sumarsono,2009:18) bahwa
salah satu dari obyek penelitian yang dikaji adalah masalah dialek dengan
Suatu dialek tumbuh karena adanya variasi bahasa, yang bisa terjadi
karena adanya perbedaan tempat, waktu, situasi, dan dialek yang berkaitan
dialek berasal dari kata Yunani dialektos yang berarti padanan “logat” yang
yaitu (1) Dialek ialah seperangkat untuk ujaran setempat yang berbeda-beda,
dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, (2) Tidak
1979: 2).
Bahasa Sikka adalah salah satu dari beratus-ratus bahasa yang ada di
dalam keseluruhan aspek kehidupan orang Sikka dalam arti yang sangat luas.
Talibura, Dialek Bola, dan Dialek Hewokloang. Bahasa Sikka Dialek Kangae
tingkat sosial itu, peneliti mengkaji bahasa Sikka Dialek Kangae yang
karena adanya perbedaan tempat, waktu, situasi, dan dialek yang berkaitan
dialek berasal dari kata yunani dialektos yang berarti padanan “Logat” yang
mempunyai dua ciri yaitu (1) Dialek adalah seperangkat untuk ujaran
masing lebih mirip kesamaanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari
bahasa yang sama, (2) Tidak harus mengambil bentuk ujaran dari sebuah
bahasa (Ayarnohedi,1979:2).
Maumere” ini belum pernah ada yang meneliti sebelumnya, walaupun ada
judul yang mirip yakni penelitian yang dilakukan oleh Novita, Suharlina, dan
Asmar.
sapaan BMDP dikalangan remaja desa Taraban adalah sebagai berikut: (1)
laki-laki meliputi: kakak, be’en, nom, yeh, masseh, ale’, na’kanak, jes,
hadeh, cong: (b) Bentuk Sapaan BMDP untuk perempuan meliputi: be’en,
teh, dek, yu, nyenyah, ale’, na’kanak, embuk, sampean, mak, panjenengan,
arowah, mas, he, gutteh, bos, kakeh, cah, hadeh, cong. (2) Bentuk Sapaan
berikut: (a) Untuk Status sosial Tinggi meliputi: kakak, be’en, dek, nyanyah,
maseh, embuk, sampean, panjenengan, ele’, mas, bos, arowah: (b) Untuk
Status Sosial Sama meliputi: be’en, teh, dek, ale, na’kanak,mbak, jes, mak,
mas, bhing, arowah, embuk, beng, cah, cong; (c)Status Sosial Rendah
meliputi: kakak, be’en, yeh, yu, ale’, na’kanak, jes, mas, bhing, arowah, he,
guteh, beng, kakaeh, cah, hadeh, cong. (3)Bentuk Sapaan BMDP di kalangan
berikut: (a) Tingkat akrab meliputi: kakak, be’en, teh, dek, ale’, jes, mas,
bhing, cah, hadeh, cong: (b) Tingkat tidak akrab meliputi: kakak, be’en, nom,
laki dapat disimpulkan sebagai berikut : (a) Dalam situasi akrab untuk bentuk
sapaan yang digunakan oleh kelompok laki-laki yang sebaya, sebaya lebih
muda, dan sebaya lebih tua meliputi : kang, beknah, kakak, hei, dan
bos.Bentuk sapaan itu digunakan karena pesapa berada di kelas sosial lebih
rendah; (b) Dalam sitiasi tidak akrab bentuk sapaan berada pada kelompok
remaja kepada teman laki-laki yang sebaya lebih tua maupun yang lebih
muda meliputi : beknah, kang, kakak, dan sampian. (2) Bentuk sapaan
disimpulkan sebagai berikut : (a) Dalam situasi akrab, bentuk sapaan yang
digunakan oleh kelompok remaja terhadap pesapa yang usianya relatif muda
maupun sebaya yang usianya relatif tua adalah : nama diri, mbak + nama
baik, dik, sampian, beknah, mbaknah, arowah;(b) Dalam situasi tidak akrab ,
bentuk sapaan yang digunakan dalam kelompok remaja terhadap teman nya
perempuan yang sebaya baik sebaya umur yang relatif muda maupun sebaya
umur yang relatif tua adalah : arowah, beknah, mbak, dik, dan sampian.
kelamin laki-laki dapat disimpulkan sebagai berikut : (a) Dalam situasi akrab
bentuk sapaan yang digunakan oleh kelompok remaja laki-laki yang sebaya,
sebaya lebih muda dan sebaya lebih tua dengannya adalah : kang, beknah,
kakak, hei, dan bos.bentuk sapaan itu digunakan karena pesapa berada pada
kelas sosial lebih rendah; (b) Dalam situasi tidak akrab bentuk sapaan dalam
kelompok remaja kepada teman laki-laki yang sebaya lebih tua maupun lebih
digunakan karena pesapa belum mengetahui identitas pesapa dan sudah kenal
berikut : Dalam situasi akrab bentuk sapaan yang digunakan oleh kelompok
remaja terhadap pesapa yang sebaya baik yang usianya relatif muda maupun
sebaya yang umurnya relatif tua adalah : nama diri, mbak, mbak + nama
digunakan karena pesapa berada pada kelas sosial lebih tinggi.(b) Dalam
situasi tidak akrab, bentuk sapaan yang digunakan dalam kelompok remaja
terhadap temannya perempuan yang sebaya baik sebaya usia yang relatif
muda maupun sebaya yang usianya relatif tua adalah : aroah, beknah, mbak,
pesapa pada umumnya belum mengetahui identitas penyapa dan belum kenal.
Asmar yakni meneliti bentuk sapaan dalam bahasa madura dengan masalah
yang sama, sedangkan penelitian ini memilih meneliti bentuk sapaan bahasa
Jenis Kelamin dan Tingkat Keakraban. Dari hal tersebut tampaklah perbedaan
1.2 Masalah
Maumere” ini mempunyai jangkuan masalah yang luas. Masalah tersebut dapat
dilihat dari bentuk sapaan ditinjau dari: (1) tingkat usia penutur, (2) tingkat status
sosial penutur, (3) tingkat kekerabatan, (4) tingkat keakraban, (5) jenis kelamin,
Sesuai dengan batasan masalah yang telah ditetapkan, maka penelitian ini
Jenis kelamin?
Tingkat Keakraban
maumere.
sebagai berikut:
1. Bentuk sapaan Bahasa Sikka Dialek Kangae di Desa Watumilok ditinjau dari
Jenis Kelamin.
2. Bentuk sapaan Bahasa Sikka Dialek Kangae di Desa Watumilok ditinjau dari
Bentuk Keakraban.
1.4 Manfaat penelitian
sebagai bahan atau sumber informasi untuk mengenal dan memahami Bentuk
(1) Bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia,penelitian ini dapat dijadikan acuan
(2) Bagi Guru Bahasa Daerah Maumere, penelitian ini dapat dijadikan sumber
(3) Bagi Masyarakat Maumere, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
(4) Bagi penelitl lanjutan, penelitian ini dapat dijadikan dasar sebagai
1. Sapaan adalah Suatu kata atau ungkapan yang digunakan dalam sistem
2. Bahasa Sikka adalah Salah satu dari beratus-ratus bahasa yang ada di
untuk menyebut dan memanggil para pelaku dalam satu peristiwa bahsa.
5. Dialek Kangae adalah Salah satu dialek dalam bahasa sikka yang berbeda
dengan dialek yang lainnya dalam hal kosa kata dan pengungkaapan serta
sukar dijamah oleh orang tua. Menurut Hurlock, rentangan usia remaja
antara 13/14-17 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun. Dana dalam
penelitian ini, peneliti meneliti tahapan remaja akhir yang berusia 17-21
tahun.
BAB II
Variasi bahasa adalah jenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan
fungsi dan situasi tanpa mengabaikan kaidah-pokok yang berlaku bahasa itu
(Alwasilah, 1986: 24). Patteda (1987: 52) menambahkan bahwa variasi bahasa
dapat dilihat dari: (1) segi temapat, (2) segi waktu, (3) segi pemakai, (4) segi
1. Faktor Goegrafis, yaitu Daerah Bahasa itu digunakan sebagai bahasa daerah
orang lain), tempat bahasan (di rumah, di sekolah, di balai sidang, dan lain-
Situsional.
bahwa variasi bahasa timbul karena adanya pengaruh pemekaian bahasa yang
situasinya.
Kata Dialek berasal dari bahasa Yunani yaitu dialektos, yang berarti
variasi bahasa berdasarkan pemakai dilihat dari segi tempat. Pada mulanya istilah
ini digunakan dalam hubungannya keadaan bahasa Yunani saat itu, (Patteda,
1987: 53). Dalam KBBI (Depdikbud, 1989: 231) dikemukakan bahwa dialek
dari masyarakat lain yang bertetangga yang menggunakan sisitem yang berlainan
Perbedaan fonetik ini bisa terjadi pda vokal dan konsonan. Sebagai contoh
kata-kata baru berdasarkan fonologi dan pergeseran bentuk, dalam hal ini
(a) Pemberian nama yang berbeda untuk hal yang sama, misalnya: “Rodin”
(b) Pemberian nama yang sama untuk hal berbeda, misalnya: “Pare” yang
minum air.
5. Perbedaan Morfologis, yaitu perbedaan yang dibatasi oleh adanya sisitem
Perbedaan morfologis ini antara lain dapat dilihat pada contoh “tu’e” dan
dibedakan oleh faktor waktu, tempat, sosial budaya, dan sarana pengungkapan.
(1) Dialek 1, yaitu dialek yang berbeda-beda karena keadaan alam tempat dialek
Sikka Dialek Kangae adalah dialek yang digunakan didaerah itu saja.
(2) Dialek 2, definisinya disejajarkan dengan dialek regional, yaitu bahasa yang
diucapkan oleh orang yang berasal dari suku bangsa tersebut merupakan
dialek ke-2. tetapi yang digunakan di daerah Jakarta, dan Bandung bukanlah
dialek ke-2, karena daerah tersebut dianggap sebagai daerah pemakai bahasa
Indonesia.
(3) Dialek Sosial adalah bahasa yang digunakan oleh kelompok tertentu yang
dapat membedakan seseorang dari kelompok lain baik itu dari pekerjaan,
dibedakan atas: dialek 1, dialek 2, dialek sosial. Bahasa Sikka dapat juga
atas, dialek Nita, dialek Talibura, dialek Sikka-Krowe, dapat dipaparkan sebagai
berikut:
sebagian orang di Talibura. Salah satu ciri dialek ini adalah selalu menambah
Contoh:
cenderung memberi penutup suara “te” pada akhir kata atau kalimat yang
Contoh:
digunakan untuk menyebut dan memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa
bahasa (Kridalaksana,1980:14).
bahasa Indonesia, Moeliono (1988: 74). Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor geografis, yaitu bahasa yang dipakai sebagai bahasa daerah yang
memakai bahasa itu sebagai bahasa golongan, misalnya tuturan seperti Adik
(a) Situasi berbahasa di rumah; “Mama gai bano pae, Mamam mau
kemana?”
(b) Contoh situasi berbahasa di sekolah; “Me blutuk, gu’a tugas ia, lopa
(c) Contoh situasi berbahasa di Balai Desa; wue-wari mogan sawe mai
d. Faktor waktu, maksudnya kurun waktu dalam perjalanan sejarah suatu bahasa.
(2) Nama Diri, yaitu nama orang yang dipakai untuk semua jenis pelaku.
(3) Istilah-istilah Kekerabatan, seperti: bapak, ibu, anda, kamu, kita, mereka,
dan lain-lain.
Sapaan adalah: suatu kata atau ungkapan yang digunakan dalam sistem
1980: 14).
sebagainya.
(3) Bentuk sapaan berdasarkan Status Sosial, maksudnya adalah
2.2.2 Dialek
kumpulan idiolek yang ditandai oleh ciri-ciri khas dalam tata bunyi, kata-kata
ungkapan dan sebagainya, Keraf (1984: 19). Dialek juga memiliki pengertian
suatu ragam bahasa yang berhubungan dengan daerah atau lokasi geografi
(1) Dialek Geografis, adalah variasi yang ditandai oleh keseluruhan ciri
Gejala-gejala bahasa yang biasa menandai antara dialek yang satu dan
(3) Dialek Jenis Kelamin, jenis kelamin merupakan faktor penentu variasi
(4) yang disebut dialek pria, sedangkan sialek untuk kaum wanita disebut
(5) Dialek Profesi, yaitu Variasi bahasa yang biasa digunakan oleh
(6) Dialek Usia, merupakan Variasi bahasa yang ditandai oleh latar
dialek.
geografis yaitu bahasa Sikka Dialek Kangae di Desa Watumilok. Kata sapaan
keakraban.
2.2.3 Variasi Bahasa
(1) Variasi yang berkaitan denga jenis kelamin penutur dpaat dibagi
(2) Variasi yang berkaitan dengan status sosial yang dimaksud dengan
(3) Keakraban
METODE PENELITIAN
Dalam metode penelitian ini akan dibahas mengenai beberapa hal, yakni: (1)
Metode penelitian, (2) Data dan sumber data, (3) Instrumen penelitian, (4) Teknik
analisis data.
berikut: (1) memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang terjadi pada saat
penelitian, (2) tidak dimaksudkan menguji hipotesis, (3) melukiskan variabel apa
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati dan juga bisa dikatakan sebagai penelitian yang tidak menggunakan
3.2.1 Data
Data merupakan suatu keterangan yang benar dan nyata yang dapat dijadi
kan dasar kajian (Depdikbud,1989: 187). Data dalam penelitian ini adalah Bentuk
mendapatkan data. Sumber data dalam penelitian ini adalah Remaja Maumere
didesa Watumilok.
dengan teknik pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah peneliti sendiri , dan selain peneliti menjadi instrumen penelititan dalam
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah (1)
(1) Observasi
(2) Wawancara
informan.
diperlukan.
3.4.2 Teknik Pengolahan Data
teknik non statistik, yaitu mengolah data tanpa hitungan angka, tetapi
1. Mentranskrip data.
2. Seleksi data
3. Kodifikasi data
4. Analisis data
5. Penafsiran
TABEL 2
Jenis Kelamin
No Bentuk Sapaan
L P
Keterangan :
L : Laki-laki
P : Perempuan
Contoh pengkodean
1. Ar
1
Nomor data
Nomor data
3. Hs
2
Nomor data
4. Am
2
Nomor data
5. Yr 3
Nomor data
Nomor data
Singkatan informan ” Yoris”
6. Sk 3
Nomor data
TABEL 3
Keakraban
No Bentuk Sapaan
A TA
Keterangan:
Hasil penelitian disampaikan dalam bentuk tabel hasil analisis data yang
berupa paparan atau uraian tentang penafsiran hasil analisis data Bahasa Sikka
Dialek Kangae (BSDK) secara jelas dan terperinci. Adapun tabel hsil analisis data
sebagai berikut:
TABEL 4
Maumere
Jenis
Keakraban
No Bentuk Sapaan Kelamin
L P A TA
Keterangan :
L : Laki-laki A : Akrab
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap: (1) Tahap persiapan, (2) Tahap
2. Konsultasi judul
3. Studi Kepustakaan
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data
HASIL PENELITIAN
Bentuk Sapaan yang ditinjau dari (1) Jenis Kelamin dan (2) Tingkat Keakraban.
Kalangan remaja Desa Watumilok yang diambil dari setiap dusun yang ter
Tabel 5
Indonesia
Mo’a Ar 2 Laki-laki
Hoe Ar 3 Laki-laki
Bos Ar 4 Laki-laki
Toke Hs 2 Laki-laki
Wue Hs 3 laki-laki
Ama Hs 4 Laki-Laki
Kerang Yr 2 Laki-laki
Amang Yr 3 Laki-laki
He Yr 4 Laki-laki
Du’ang Wt 2 Perempuan
Wine Wt 3 perempuan
Nurak Wt 4 Perempuan
Wari Sk 2 perempuan
Du’ak Sk 3 Perempuan
Inang Sk 4 perempuan
He Am 3 Perempuan
Helengin Am 4 perempuan
4.2 Analisis Data
Tabel 6
Jenis Kelamin
Indonesia Kelamin
L P
Mo’a Ar 2 Laki-laki √ -
Hoe Ar 3 Laki-laki √ -
Bos Ar 4 Laki-laki √ -
2. Nong Hs 1 Laki-laki √ -
Toke Hs 2 Laki-laki √ -
Wue Hs 3 laki-laki √ -
Ama Hs 4 Laki-Laki √ -
3. Wari Wm 1 Laki-laki √ -
Kerang Wm 2 Laki-laki √ -
Amang Wm 3 Laki-laki √ -
He Wm 4 perempuan - √
4. Nona Ec 1 Perempuan - √
Du’ang Ec 2 Perempuan - √
Wine Ec 3 perempuan - √
Nurak Ec 4 Perempuan - √
Wari Sk 2 perempuan - √
Du’ak Sk 3 Perempuan - √
Inang Sk 4 perempuan - √
He An 3 Perempuan - √
Helengin Am 4 perempuan - √
4.2.2 Analisis Data (BSDK) menurut Tingkat Keakraban.
Tabel 6
Tingkat Keakraban
Indonesia A TA
Mo’a Ar 2 Laki-laki - √
Hoe Ar 3 perempuan - √
Bos Ar 4 Laki-laki √ -
2. Nong Hs 1 Laki-laki - √
Toke Hs 2 Laki-laki √ -
Wue Hs 3 laki-laki √ -
Ama Hs Laki-Laki - √
4. Nona Wt 1 Perempuan - √
Du’ang Wt 2 Perempuan - √
Wine Wt 3 perempuan - √
Nurak Wt 4 Perempuan √ -
5. Kenain Sk 1 Kakak perempuan √ -
Wari Sk 2 perempuan √ -
Du’ak Sk 3 Perempuan √ -
Inang Sk 4 perempuan √ -
He Am 3 Perempuan √ -
Helengin Am 4 perempuan - √
Tabel 7
L P A TA
1. Kakak Ar 1 √ - √ -
Mo’a Ar 2 √ - - √
Hoe Ar 3 √ - - √
Bos Ar 4 √ - √ -
2. Nong Hs 1 √ - - √
Toke Hs 2 √ - √ -
Wue Hs 3 √ - √ -
Ama Hs 4 √ - - √
3. Nara Yr 1 √ - √ -
Kerang Yr 2 √ - √ -
Amang Yr 3 √ - - √
Wodon Yr 4 - √ - √
4. Nona Wt 1 - √ - √
Du’ang Wt 2 - √ - √
Wine Wt 3 - √ - √
Nurak Wt 4 - √ √ -
5. Kenain Sk 1 - √ √ -
Wari Sk 2 - √ √ -
Inang Sk 3 - √ √ -
Duak Sk 4 - √ √ -
6. Lotik Am 1 - √ - √
Wue du’a Am 2 - √ - √
He Am 3 - √ √ -
Helengin Am 4 - √ - √
4.4 Interpretasi Data
berikut:
1. Kakak (AR1)
Bentuk sapaan ini sering digunakan oleh laki-laki yang artinya kakak
Bentuk sapaan ini sering digunakan oleh laki-laki tanpa melihat usia
sebagai berikut
3. Nong (HS1)
Kata sapaan ini sama artinya dengan kata “mo’a” . Bentuk sapaan ini
3. Ama (HS4)
Kata sapaan ini digunakan untuk saudara atau kakak laki-laki yang
usianya lebih tua dari penuturnya dan bentuk sapaan ini digunakan khusus
4. Toke (HS2)
5. Wue (HS3)
berikut:
berikut
7. Kerang (YR2)
Bentuk sapaan ini sama artinya dengan “toke” bentuk sapaan ini
8. Amang (YR3)
Bentuk sapaan ini digunakan terhadap laki-laki yang lebih muda dari
9. Hoe (AR3)
digunakan oleh laki-laki yang belum kenal tanpa melihat usia. Pemakaian
1. Nona (WT1)
3. Wineng (WT3)
4. Nurak (WT4)
6. Du’akin (SK2)
sebagai berikut:
sehari-hari adalah:
9. Helengin (AM1)
di kenal atau belum akrab dan tanpa melihat batas usia. Pemakaian
yang usianya lebih muda dari penuturnya atau untuk menyapa adik
(1). Bentuk sapaan BSDK untuk tingkat akrab meliputi: Kakak, wodon,
helengin, toke, kerang, wari, du’ang, bos, wue, kakain, he, wue du’a.
wari digunakan bagi remaja yang tidak mengenal batas usia dan mempunyai
sahabat yang sangat akrab. Pada umumnya sapaan ini digunakan disaat remaja
disegani atau dihormati. Sedangkan nurak, du’ak, nong digunakan bagi remaja
yang belum saling mengenal atau belum tau nama remaja yang akan disapa.
PENUTUP
yang disajikan pada bagian ini merupakan bentuk ringkasan dari hasil
saran yang ditujukan kepada para pendidik dan peneliti lanjutan, masing-
5.1 Kesimpulan
ungkapan yang digunakan untuk menyebut dan memanggil para pelaku dalam
sebagai berikut:
Kelamin.
du’ak, lotik, nurak, inang, kakain, wari du’a, wue du’a, helengin,
hoe.
b) Bentuk sapaan BSDK untuk laki-laki adalah: kakak, mo’a, nong,
toke, wue, wari, kerang, amang, nara, bos, wodon, ama, hoe.
saling kenal atau belum tau nama orang yang akan disapa.
amang.
5.2 Saran
Indonesia.
remaja. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sarana
Kridalaksana, Harimikti. 1982. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende. Flores:
Mahsun, M.S. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Nusa Indah.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
LAMPIRAN 1
Jenis Kelamin
Indonesia Kelamin
L P
Hoe Ar 3 Laki-laki √ -
Bos Ar 4 Laki-laki √ -
2. Nong Hs 1 Laki-laki √ -
Toke Hs 2 Laki-laki √ -
Wue Hs 3 laki-laki √ -
Ama Hs 4 Laki-Laki √ -
3. Wari Wm 1 Laki-laki √ -
Kerang Wm 2 Laki-laki √ -
Amang Wm 3 Laki-laki √ -
He Wm 4 perempuan - √
4. Nona Ec 1 Perempuan - √
Du’ang Ec 2 Perempuan - √
Wine Ec 3 perempuan - √
Nurak Ec 4 Perempuan - √
Wari Sk 2 perempuan - √
Du’ak Sk 3 Perempuan - √
Inang Sk 4 perempuan - √
He An 3 Perempuan - √
Helengin Am 4 perempuan - √
LAMPIRAN II
Tingkat Keakraban
Indonesia A TA
1. Kakak Ar 1 Kakak Laki-laki √ -
Mo’a Ar 2 Laki-laki - √
Hoe Ar 3 perempuan - √
Bos Ar 4 Laki-laki √ -
2. Nong Hs 1 Laki-laki - √
Toke Hs 2 Laki-laki √ -
Wue Hs 3 laki-laki √ -
Ama Hs Laki-Laki - √
4. Nona Wt 1 Perempuan - √
Du’ang Wt 2 Perempuan - √
Wine Wt 3 perempuan - √
Nurak Wt 4 Perempuan √ -
Wari Sk 2 perempuan √ -
Du’ak Sk 3 Perempuan √ -
Inang Sk 4 perempuan √ -
He Am 3 Perempuan √ -
Helengin Am 4 perempuan - √
LAMPIRAN III
Indonesia
Mo’a Ar 2 Laki-laki
Hoe Ar 3 Laki-laki
Bos Ar 4 Laki-laki
Toke Hs 2 Laki-laki
Wue Hs 3 laki-laki
Ama Hs 4 Laki-Laki
Kerang Yr 2 Laki-laki
Amang Yr 3 Laki-laki
He Yr 4 Laki-laki
Du’ang Wt 2 Perempuan
Wine Wt 3 perempuan
Nurak Wt 4 Perempuan
Du’ak Sk 3 Perempuan
Inang Sk 4 perempuan
He Am 3 Perempuan
Helengin Am 4 perempuan
LAMPIRAN IV
DAFTAR PERTANYAAN
5) Bagaimana anda menyapa remaja Laki-laki yang akrab dengan anda dalam
kehidupan sehari-hari?
6) Bagaimana anda menyapa sesama remaja Perempuan yang tidak akrab dengan
7) Bagaimana anda menyapa sesama remaja Laki-laki yang Tidak akrab dengan
8) Bagaimana anda menyapa sesama remaja Perempuan yang akrab dengan anda