Anda di halaman 1dari 70

SKRIPSI

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN


PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK
DI WILAYAH KEPOLISIAN RESOR KUPANG

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat guna


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

ASRIANI JAWA
NIM : 1802010031

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI DENGAN JUDUL TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP


KEJAHATAN PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI
WILAYAH KEPOLISIAN RESOR KUPANG. NAMA ASRIANI JAWA. NIM
1802010031 TELAH DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN DALAM
UJIAN SARJANA HARI…………….TANGGAL……………...

PEMBIMBING I, PEMBIMBING II,

Dr. Karolus K. Medan, SH ,M.Hum Rosalind Angel Fanggi, S.H., M.H.


NIP. 196204221990031001 NIP. 198112122005012002

MENGETAHUI,

TIM PEMINATAN HUKUM PIDANA KOORDINATOR PROGRAM STUDI


FAKULTAS HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NUSA CENDANA UNIVESITAS NUSA CENDANA

Rosalind Angel Fanggi, S.H., M.H. DR. Rudepel Petrus Leo, S.H., M.Hum.
NIP. 198112122005012002 NIP. 196406121990031003

LEMBAR PENGESAHAN

ii
Telah Diterima oleh Panitia Sarjana Fakultas Hukum Universitas Nusa
Cendana, Kupang dan Dipertanggungjawabkan di depan Dewan Penguji
Ujian Skripsi yang Diselenggarakan pada:

Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Dinyatakan :
Predikat :

Ketua/Dekan:
Dr. Reny Rebeka Masu, S.H., M.H
NIP: 19630203 199003 2 002

Sekretaris/Wakil Dekan I:
Dr. Jeffry A. Ch. Likadja, S.H., M.H., CIQaR.
NIP: 19770912 200604 1 002

Koordinator Program Studi Ilmu Hukum:


Dr. Rudepel Petrus Leo, S.H., M.Hum.
NIP: 19640612 199003 1 003

Penguji Utama:
Nikolas Manu, S.H., M.H.
NIP: 19640612 199003 1 003

Penguji I:
Dr. Karolus K. Medan, SH ,M.Hum
NIP. 196204221990031001

Penguji II
Rosalind Angel Fanggi, S.H., M.H.
NIP. 198112122005012002

LEMBAR PERNYATAAN

iii
Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Asriani Jawa


NIM : 1802010031
Peminatan :
Hukum Pidana
Fakultas : Hukum
Judul Skripsi : Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan
Penganiayaan Yang Dilakukan Oleh Anak Di
Wilayah Kepolisian Resor Kupang
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya

saya sendiri, sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya yang ditulis

atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan

mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang lazim. Apabila di kemudian

hari terdapat kekeliruan dalam penulisan skripsi ini, maka saya bersedia

untuk mematuhi peraturan yang berlaku di Universitas Nusa Cendana,

Kupang.

Demikian pernyataan ini saya buat sebagai tanggung jawab

formal agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kupang, 2023

Asriani Jawa

MOTTO

iv
Waktumu bukanlah detik yang hanya kau lewati, tapi ia adalah amal yang telah

diri lakukan.

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (5), sesungguhnya

bersama kesulitan ada kemudahan (6)” (Q.S Al-Insyirah: 5-6)

LEMBAR PERSEMBAHAN

v
Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Allah SWT yang senantiasa mempermudah dalam mengerjakan skripsi ini

2. Orang tua tercinta, Bapak Jakariyah Djawa (ALM) dan Mama Isniyati

Magang, yang dengan perjuangan, pengorbanan, doa yang tulus dan

keikhlasan dalam membesarkan, mendidik, membiayai dan memberikan

kepercayaan serta kesempatan untuk penulis menempuh pendidikan hingga

sampai menyelesaikan studi.

3. Kakek Mardzuki Magang BA (ALM), dan Nenek Aminah Pua yang selalu

mendoakan serta menyemangati penulis.

4. Kakak Pahlawan, Supriyadi, dan Adik Munasri yang selalu mendoakan dan

menyemangati penulis.

5. Paman Fairus, dan Bibi Ida, dan Paman Tono dan Bibi Into yang selalu beri

doa dan dukungan.Sepupu Muna, Fitri, Madinah, Amar, MM, Ina yang selalu

memberikan doa, dorongan serta dukungan.

6. Keluarga Besar Penulis yang selalu mendo’akan dan memotivasi

7. Guru dan teman-teman tersayang di Smart With Islam yang selalu

memberikan bantuan, serta doa dan motivasi sehingga sampai pada tahap ini.

8. Semua teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum 2018.

9. Almamater tercinta yakni Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana

Kupang.

10. Guru serta sahabat hijrah Penulis.

KATA PENGANTAR

vi
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas berkat , hidayah, dan rahmat-Nya serta karunianya yang diberikan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul,

“Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Penganiayaan yang Dilakukan

oleh Anak di Wilayah Kepolisian Resor Kupang”.

Tak lupa pula shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan

dan manusia suci Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, yang telah

membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Semua kemampuan berfikir telah penulis curahkan dalam penyusunan

tugas skripsi ini, namun penulis sangat meyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata

sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Sebagai makhluk

ciptaannya, penulis memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan dalam

penyusunan tugas akhir ini. Oleh karenanya, segala bentuk saran hingga pada

kritik senantiasa selalu penulis harapkan agar kedepannya tulisan-tulisan penulis

ini menjadi lebih baik lagi.

Tak lupa pula Penulis juga ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada

kedua orang tua penulis, kepada Ayahanda jakariyah Djawa(ALM) dan Ibunda

Isniyati Magang dan kepada kakek Mardzuki Magang BA (ALM) dan Nenek

Aminah Pua, yang senantiasa merawat, mendidik, memotivasi hingga membiayai

penulis dengan segala kesabaran dan penuh kasih sayang. Kepada kakak penulis

vii
Pahlawan, Supriyadi. Serta adik Munasri yang selalu mendukung dan memotivasi

penulis.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Nusa Cendan jajarannya yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk bisa mengikuti program S1 di Universitas

Nusa Cendana Kupang

2. Ibu Dr. Reny Rebeka Masu, S.H.,M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Nusa Cendana beserta seluruh staf dan jajaran yang telah

memberikan ilmunya di setiap saat

3. Bapak Rudepel Petrus Leo, S.H.,M.Hum., selaku ketua jurusan Hukum

Pidana Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana .

4. Bapak Dr. Karolus,SH.,M.Hum., selaku Pembimbing I dan Ibu Rosalind

Angel Fanggi, S.H.,M.H., selaku Pembimbing II, terimakasih yang sebesar-

besarnya atas segala kebaikan arahan, saran, dan bimbingan selama

penuilisan skripsi ini.

5. Bapak Nikolas Manu, S.H., M.H., selaku penguji

6. Bapak Dr. Dhey Wego Tadeus, S.H.,M.Hum., selaku penasehat akademik

bagi penulis .

7. Para Dosen Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana yang telah

memberikan pengetahuan, arahan, bimbingan serta membantu penulis selama

penulisan skripsi ini.

viii
8. Ayah Jakariyah Djawa(ALM) dan Ibu Isniyati Magang yang telah

memberikan kasih sayang yang luar biasa dan memberi kesempatan kepada

penulis bisa sampai ke jenjang S1 ini.

9. Kakek Mardjuki Magang BA (ALM)., dan Nenek Aminah Pua yang telah

memberikan kasih sayang dan dukungan hingga sampai pada tahap ini.

10. Kakak Supriyadi Djawa dan Pahlawan Djawa dan Adik Munasri Jawa yang

selalu mendukung dan mendoakan sehingga bisa sampai pada tahap ini.

11. Kak Indah Alkhansa yang selalu memberi doa, dorongan,semangat,dukungan

serta mendoakan dalam segala hal sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi

ini.

12. Sehabat terbaik yang sudah membantu serta mendukung penulis , Kak Miftah,

Kak Imrana, Vivi, Syakia, Julia, Kak Isma, Kak Tuti, Kak Ziah, Kak Puteri,

Kak Ummu, Dahlia, Ayu, Aisyah, Husnul dan semua sahabat yang telah

membantu penulis yang tidak sempat penulis sebutkan terimakasih atas doa,

dorongan, semangat dan dukungan serta baantuan dalam materil maupun non

materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Ustadzah Dewi, Ustadzah Ara, Ustadzah Eva, Ustadzah Fatma, Ustadzah

Endah, ustadzah Reni, yang selalu memberikan doa, serta dukungan sehingga

bisa sampai menyelesaikan skripsi ini.

14. Kepada Sahabat Muslimah Hijrah Kota Kupang.

15. Teman-Teman KKN yang telah membantu secara materil maupun non materil,

Marsel dan Fani sahingga bisa sampai tahap ini.

ix
16. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu secara materil maupun non

materil, Uri , Bara, Enjel, Budy, Suhaya, Asti, Veni, Adi Papa, Avril, Melan,

dan semua teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah

meberi dukungan sehingga penulis bisa sampai menyelesaikan skripsi ini.

17. Kak Wahit dan Kak Bachtiar yang selalu memberi doa, bantuan, dukungan,

serta dorongan sehingga bisa sampai menyelesaikan skripsi ini.

18. Teman-teman seperjuangan angkatan 2018 yang telah membantu penulis

dalam pembuatan skripsi ini.

19. Kepada seluruh pihak yang tidak tertulis, penulis mengucapkan mohon maaf

yang sebesar-besarnya dan terimah kasih banyak atas segala bantuan dan

doanya.

Penulis menyadari bahwa didalam skripsi ini masi banyak terdapat

kekurangan dan kekeliruan yang tidak penulis sengaja, oleh karenanya penulis

mengucapkan banyak maaf yang sebesar-besarnya . Akhir harapan penulis,

semoga skripsi ini dapat berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan

pada umumnya dan khususnya pada ilmu hukum dan semoga segala kebaikan

dan sumbangsinya yang diterima oleh penulis akan mendapatkan balasan yang

banyak dari Allah SWT. AaaMiin Ya Allah.

Kupang, Februari 2023

x
ABSTRAK

ASRIANI JAWA, Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan


Penganiayaan yang dilakukan oleh Anak di Wilayah Kepolisian Resor
Kupang, di bimbing oleh Bapak Dr. Karolus K. Medan,SH.,M.Hum. sebagai
pembimbing I, dan Ibu Rosalind Angel Fanggi, S.H., M.H. sebagai
pembimbing II.

Anak yang melakukan perilaku negatife atau kejahatan setiap tahunnya


hampir selalu adakarena buruknya pergaulan yang cenderung bebas sehingga anak
muda sekali melakukan kejahatan, karena pengaruh lingkungan, serta usia anak
yang cenderung labil dan belum bisa mengontrol emosinya.Kenakalan anak-anak
setiap tahun mengalami fluktuasi yaitu selalu mengalami peningkatan dan
penurunan, oleh karena itu, berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan
kenakalan anak perlu digalakkan lagi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi


penyebab terjadinya kejahatanpenganiayaan, serta untuk mengetahui upaya yang
dilakukan aparat kepolisian untuk menanggulangi kejahatan penganiayaan yang
dilakukan oleh anak.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kepolisian Resor Kupang dan di


rumah pelaku yaitu di Camplong, dengan metode penelitian menggunakan teknik
pengumpulan data dengan cara penelitian lapangan dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian adalah kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh anak


adalah karena kurangnya kontrol emosi dan karena mabuk, serta kurangnya
kontrol dari keluarga serta masyarakat . Sedangkan upaya yang dilakukan oleh
kepolisian ada 3 yaitu: pertama upaya Preemtif yakni dengan melakukan
sosialisasi di sekolah-sekolah dan di masyarakat dengan menanamkan nilai-nilai
yang baik, serta melakukan pembinaan. Kedua upaya preventif yakni dengan
melakukan patroli untuk memantau kegiatan-kegiatan yang dilakuka oleh anak
atau ditempat-tempat perkumpulan anak-anak tersebut. Ketiga yaitu represif
berupa penegakan hukum dengan menjatuhkan hukuman.kasus anak lebih
mengedepankan proses hukum secara restorative justice yaitu sesuai dengan pasal
5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Kata kunci: Tinjauan Kriminologis, Penganiayaan, Anak, Faktor Peyebab, Upaya


Penanggulangan.

xi
ABSTRACT

ASRIANI JAWA, Criminological Review of the Crime of Abuse


committed by Children in the Kupang Resort Police Area, supervised by Mr.
Dr. Karolus K. Medan, SH., M.Hum. as supervisor I, and Mrs. Rosalind
Angel Fanggi, S.H., M.H. as supervisor II.
Children who commit negative behavior or crimes every year are almost
always there because of bad associations which tend to be free so that young
people commit crimes at a time, because of environmental influences, and the age
of children who tend to be unstable and cannot control their emotions. Children's
delinquency fluctuates every year, which is always has increased and decreased,
therefore, various efforts to prevent and overcome child delinquency need to be
encouraged again.
This study aims to find out the factors that cause the crime of persecution,
as well as to find out the efforts made by the police to deal with the crime of abuse
committed by children.
This research was carried out in the Kupang Resort Police area and at the
perpetrator's house, namely in Camplong, with the research method using data
collection techniques by means of field research and literature studies.
The results of the study are that crimes of maltreatment committed by
children are due to a lack of emotional control and drunkenness, as well as a lack
of control from the family and society. Meanwhile, there are 3 efforts made by the
police, namely: first, pre-emptive efforts, namely by conducting socialization in
schools and in the community by instilling good values, as well as conducting
coaching. The second preventive effort is to carry out patrols to monitor activities
carried out by children or in places where these children gather. The third is
repressive in the form of law enforcement by imposing penalties. Child cases
prioritize the legal process in restorative justice, namely in accordance with
Article 5 of Law Number 11 of 2012 concerning the Juvenile Criminal Justice
System.

xii
Keywords: Criminological Review, Abuse, Children, Causative Factors,
Countermeasures.

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN..............................................................................iv
MOTTO ...........................................................................................................v
LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 7
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitia …………………………………. 7
1.3.1Tujuan………………………………………………………. 7
1.3.2 Manfaat…………………………………………………..….7
1.4. Keaslian Penelitian………………………………………………... 8
1.5. Metode Penelitian ............................................................................ 10
1.5.1 Jenis Penelitian………………………………………………10
1.5.2 Metode Pendekatan…………………………………………10
1.5.3 Lokasi Penelitian……………………………………………..11
1.5.4 Jenis Dan sumber Data………………………………………11
1.5.5 Aspek-Aspek Penelitian……………………………………....13
1.5.6 Teknik Pengumpulan Data………………………………..…13
1.5.7 Responden/ Informan………………………………………….14
1.5.8 Pengolahan Analisis Data……………………………………..14

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 16


2.1. Tinjauan Umum tentang Kriminologis............................................ 16
2.1.1 Faktor penyebab Terjadinya Kejahatan...................................16
2.1.2 Upaya Penanggulangan Kejahatan(Criminal Prevention) .....19

xiv
2.2. Tinjaun Umum Tentang Anak......................................................... 20
2.3. Tinjaun Umum Tentang Penganiyaan..............................................22
2.4. Tinjauan Umum Tentang Sistem Peradilan Anak............................23
2.4.1 Pengertian Sistem Peradilan Anak.......................................23
2.4.2 Hak Anak yang Sedang Menjani Masa Pidana....................... 30
2.5. Kerangka Pemikiran ........................................................................32
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................33
3.1. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Dilakuan Oleh Anak.........….33
3.2. Upaya yang dilakukan Aparat Kepolisian untuk Menanggulangi
Kejahatan yang dilakukan Olen Anak ............................................….45
BAB IV. PENUTUP .......................................................................................52
4. 1 Kesimpulan .....................................................................................52
4. 2 Saran.................................................................................................53
DAFTRA PUSTAKA ...................................................................................... 54

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

didalam dirinya terdapat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya,anak

sebagai bagian dari generasi muda, bahwa anak adalah aset bangsa, potensi,

dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran

strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan

eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. anak merupakan harapan

orang tua, harapan bangsa dan negara yang akan melanjutkan tongkat estafet

pembangunan serta memiliki peran strategis, bahwa agar setiap anak kelak

mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia juga perlu mendapat

kesempatan yang luas untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal baik

fisik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia,sehingga perlu melakukan

upaya perlindungan guna mewujudkan kesejahteraan anak dengan

memberikan jaminan terhadap pemenuhan haknya serta adanya perlakuan tanpa

diskriminasi.

Konvensi tentang hak-hak anak (Convention on the Right of the Child),

Resolusi Nomor 109 Tahun 1990 yang diratifikasi dengan Keputusan Presiden RI

Nomor 36 Tahun 1990 dijadikan salah satu pertimbangan dibentuknya UU No. 11

Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Pasal 1 konvensi tentang hak-

hak anak hendak memberikan pengertian tentang anak, yaitu semua orang yang

xvi
berusia dibawah 18 (delapan belas) tahun, kecuali undang-undang menetapkan

bahwa kedewasaan dicapai lebih awal. UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak kemudian menjabarkan Pasal 1 Konvensi tentang hak-hak

anak dengan menentukan bahwa yang disebut anak adalah anak yang telah

berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun

yang diduga melakukan tindak pidana. Untuk dapat disebut anak menurut Pasal 1

Konvensi Hak-Hak Anak, tidak usah mempermasalahkan apakah anak tersebut

sudah atau belum kawin.1

Anak yang melakukan perilaku negatife atau kejahatan setiap tahunnya

hampir selalu adakarena buruknya pergaulan yang cenderung bebas sehingga anak

muda sekali melakukan kejahatan, karena pengaruh lingkungan, serta usia anak

yang cenderung labil dan belum bisa mengontrol emosinya. Anak yang masih

labil atau sedang dalam perkembangan menuju dewasa, sangat mempengaruhi

perilaku anak karena mereka belum bisa berpikir Panjang tentang dampak buruk

yang timbul akibat perbuatannya, seperti melakukan tindak pidana, yang dapat

merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Tapi terkadang anak juga berfikir

akan merasa puas apabila melakukan perbuatan tindak pidana. Berdasarkan Pasal

1 ayat (2) Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak yang dimaksud dengan anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan

sanksi tindak pidana.

1
Hikmah Rosidah, Sistem Peradilan Pidana Anak, (Bandar Lampung 2019) hlm 5

xvii
Mengenai Perlindungan hukum bagi anak yang melakukan tindak pidana

penganiayaan, pemerintah telah mengeluarkan peraturan-peraturan terkait,

diantaranya, Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,

dan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Dan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Menjadi Undang-undang.

Kenakalan anak yang terjadi yang berupa penganiayaan dilatarbelakangi

oleh rasa kesal sehingga kemudian menimbulkan dendam yang kemudian

mencari-cari cara untuk melampiaskan emosinya kepada orang yang dimaksud

tersebut, sehingga anak tersebut tidak dapat berpikir panjang yang dapat membuat

ia memiliki niat untuk melakukan penganiayaan terhadap orang yang dituju

tersebut. Perbuatan tersebut sudah tergolong suatu tindak pidana yang melanggar

ketentuan-ketentuan hukum pidana.

Kenakalan anak-anak setiap tahun mengalami fluktuasi yaitu selalu

mengalami peningkatan dan penurunan, oleh karena itu, berbagai upaya

pencegahan dan penanggulangan kenakalan anak perlu digalakkan lagi. Salah satu

upaya pencegahan dan penanggulangan kenakalan anak (politik kriminal anak)

saat ini dilakukan melalui sistem peradilan tersendiri yang terpisah dari peradilan

pada umumnya yakni sistem peradilan pidana anak. Tujuan penyelenggaraan

sistem peradilan pidana anak (juvenilejustice) tidak semata-mata bertujuan untuk

xviii
menjatuhkan sanksi pidana bagi anak pelaku tindak pidana, tetapi juga difokuskan

pada dasar pemikiran bahwa penjatuhan sanksi tersebut sebagai sarana

mendukung mewujudkan kesejahteraan anak pelaku tindak pidana.

Dasar pemikiran atau titik tolak prinsip ini merupakan ciri khas di dalam

penyelenggaraan sistem peradilan pidana anak. Dengan adanya ciri khas di dalam

penyelenggaraan proses pengadilan pidana anak ini, maka aktivitas pemeriksaan

yang dilakukan oleh Polisi, Jaksa, Hakim dan pejabat lainnya tidak meninggalkan

pada aspek pembinaan dan perlindungan, serta didasarkan pada prinsip demi

kepentingan terbaik bagi anak atau melihat kriteria apa yang paling baik untuk

kesejahteraan anak yang bersangkutan, tanpa mengurangi perhatian kepada

masyarakat.2

Tabel 1. Jumlah Kasus Penganiayaan yang dilakukan Oleh Anak dari Tahun

2017 sampai dengan 2021

No Tahun Kasus

1 2017 5

2 2018 2

3 2019 3

4 2020 0

5 2021 7

Total 17 Kasus

Sumber: Satuan Reskrim Polres Unit Pelayanan Perempuan dan Anak

(PPA) . Senin, 26 September 2022

2
Hikmah Rosidah, Sistem Peradilan Pidana Anak, (Bandar Lampung 2019) hlm 1

xix
Salah satu kasus penganiayaan, Seorang pemuda asal Kelurahan

Camplong I,Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, NTT, Rivaldo Mali Taek

alias Ivan umur 18 tahun, menjalani perawatan intensif di RSUD Naibonat usai

ditikam pelaku bernama Alexandro Naikteas umur 16 tahun.Ivan mengalami luka

di bagian punggung sebelah kiri sehingga harus menjalani operasi untuk

mengeluarkan cairan dan darah dari paru-paru. Kapolsek Fatuleu Iptu Marthen

Lasiko, mengatakan, Ivan ditikam saat pulang dari pesta di rumah Simon Tanone

di kolam Oenaik, Desa Camplong II, Kupang, pada akhir pekan lalu.Menurutnya,

penikaman itu dipicu pelaku yang merasa tersinggung saat bersenggolan dengan

Ivan ketika acara bebas. Keduanya dalam kondisi mabuk minuman keras.

“Tersinggung di tempat pesta, senggolan waktu pesta. Korban maki dan pelaku

tersinggung. Ini termasuk penganiayaan berat,” ujar Marthen kepada sejumlah

wartawan, Jumat (17/9/2021).3

Marthen menuturkan, kejadian itu bermula ketika pelaku Alexandro

bersama beberapa rekannya yakni Yustinus Unu, Aldy Dully, Gibe Kadafuk, dan

Remon Lambey hadir juga di tempat pesta. Mereka duduk bersama-sama di luar

tenda pesta. Saat itu, korban yang juga duduk dengan teman-temannya, memaki

salah seorang rekan pelaku yang juga sedang duduk.Korban mengancam akan

menghadang Gibe dan beberapa rekan pelaku yang tinggal di kelurahan Naibonat,

Kabupaten Kupang. Tak berselang lama, korban dan rekan-rekannya memilih

pulang dari tempat pesta. Gibe kemudian mengajak Yustinus serta Remon untuk

mengantar pulang rekan mereka yang tinggal di Kelurahan Naibonat, agar tidak

3
https://regional.kompas.com/read/2021/09/17/155740978/pulang-dari-pesta-pemuda-ini-
ditikam-di-punggung-hingga-kritis.

xx
diadang korban dan teman-temannya. Mereka khawatir ketika pulang ke rumah

harus melintasi rumah korban.Gibe membonceng sepeda motor rekannya,

sedangkan pelaku Alexandro, Yustinus, dan Remon sama-sama menumpang satu

sepeda motor yang dikendarai Remon. Namun di perjalanan, rombongan pelaku

dan korban ternyata bertemu. Sepeda motor keduanya jalan beriringan.

Sesampainya di rumah korban di depan Pasar Lili, Kelurahan Camplong I,

sepeda motor korban pun berhenti. Korban tiba-tiba bertengkar dengan Gibe yang

juga menghentikan sepeda motornya. Alexandro yang melihat peristiwa tersebut

langsung menghampiri Gibe dan korban lantaran emosi, Alexandro lantas

menendang korban satu kali hingga mengenai perut. dalam waktu bersamaan,

Aldy juga ikut memukul korban dengan tangan kanan mengenai kepala bagian

belakang.“Pelaku kemudian mencabut pisau yang sudah dibawanya dari pinggang

sebelah kanan dan menikam korban satu kali di punggung,” ungkap Marthen.

Setelah ditikam, korban lari meninggalkan lokasi kejadian dan masuk ke

rumahnya. Sedangkan pelaku bersama rekan-rekannya kabur meninggalkan lokasi

kejadian.Korban yang takut dengan orang tuanya langsung mencuci baju yang

berdarah dan tidur. “Saat tidur, korban merasa tidak nyaman karena bagian dada

sakit sehingga melaporkan kepada orang tuanya kalau ia ditikam. Korban

akhirnya dilarikan ke rumah sakit,” ujar Marthen,

Tiba di rumah sakit, korban harus mendapat beberapa jahitan dan

menjalani operasi untuk mengeluarkan cairan dan darah pada paru-paru.Korban

pun dirawat intensif di RSUD Naibonat selama lima hari karena sempat kritis.

Pihak kepolisian telah membawa korban untuk menjalani visum dan mendatangi

xxi
lokasi kejadian.“Korban belum kita periksa karena masih di rumah sakit,” kata

dia.Lantaran melibatkan anak di bawah umur, Marthen mengatakan, penanganan

selanjutnya dilimpahkan ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan

Reskrim Polres Kupang.“Pelaku dan saksi-saksi sudah diperiksa, namun karena

pelaku merupakan anak di bawah umur maka belum ditahan,” ujar Marten.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan penganiayaan oleh anak

diatas, maka calon peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kasus

penganiayaan oleh anak (Studi Kasus di Polres Kupang)

1.2 Rumusan Masalah

2. Apakah faktor penyebab terjadinya kejahatan penganiayaan yang

dilakukan oleh anak?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan olehaparat kepolisian

untukmenanggulangi kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh anak?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan

a. Untuk Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

kejahatanpenganiayaan.

b. Untuk mengetahui upaya yang dilakukanaparat kepolisian untuk

menanggulangi kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh anak.

1.3.2 Manfaat

a. Manfaat Teoritis

xxii
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada

Mahasiswa Fakultas Hukum, dan kepada masyarakat untuk lebih

mengetahui tentang faktor penyebab terjadinya tindak pidana

penganiayaan yang dilakukan anak, dan upaya yang dilakukan oleh

aparat kepolisian untuk menanggulangi kejahatan penganiayaan yang

dilakukan oleh anak.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini berguna sebagai bahan referensi bagi pembaca

dan calon peneliti lain yang akan meneliti lebih lanjut tentang masalah

yang sama.

1.4 Keaslian penelitian

Berdasarkan informasi dan hasil penelusuran kepustakaan di lingkungans

Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana yang dilakukan oleh calon peneliti

tidak ditemukan penelitian sebelumnya yang memiliki judul dan lokasi yang sama

terkait “Tinjauan Kriminologis Terhadap Pelaku Kejahatan Penganiayaan yang

Dilakukan Oleh Anak” dan berkesimpulan bahwa penelitian ini dapat dijamin

keaslianya. Beberapa peneliti pernah melakukan penelitian tentang penganiayaan,

namun memiliki fokus permasalahan yang berbeda.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Alif Putraberjudul Tinjauan

Kriminologis Terhadap Kejahatan Penganiayaan Yang Dilakukan Oleh Anak

Terhadap Anak Di Kota Makassar.kajiannya mengenai:4

4
Muhammad Ali Putra, Sklripsi: Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Penganiayaan yang
dilakukan oleh Anak Terhadap Anak di Kota Makassar” (Makassar :Unhas,2017.).

xxiii
a. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kejahatan penganiayaan oleh

anak terhadap anak di kota Makassar?

b. Bagaimana upaya penanggulangan yang dilakukan oleh aparat kepolisian

terhadap kejahatan penganiayaan oleh anak terhadap anak?.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Febrina Erlinda Nuryanti berjudul Penerapan

Sanksi Pidana Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan Di Pengadilan

Negeri Surabaya. Fokus kajiannya mengenai :5

a. Bagaimana penerapan sanksi pidana bagi anak pelaku tindak pidana

penganiayaan di PN Surabaya?

b. Apakah faktor-faktor pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi

bagi anak pelaku tindak penganiayaan di PN Surabaya?

3. Penelitian yang dilakukan oleh Friwina Megnesia Surbakti berjudul

Penerapan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pencurian

dan Kekerasan di Pengadilan Negeri Medan, fokus kajiannya mengenai:6

a. Bagaimana penerapan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana

pencurian dengan kekerasan dalam putuan Nomor: 42/Pid.Sus-Anak

2017/Pn-Mdn?

b. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap

anak yang melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan dalam

putusan Nomor: 42/Pid.Sus-Anak 2017/Pn-Mdn?

Yang membedakan Skripsi ini dengan 3(Tiga) sripsi diatas yaitu:

5
Febrina Erlinda Nuryanti.Skripsi:”Penerapan Sanksi Pidana Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana
Penganiayaan di pengadilan Negeri Surabaya” (Surabaya: UPN Veteran, 2011).
6
Friwina Magnesia Surbakti. Skripsi: “Penerapan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak
Pidana Pencurian dengan Kekerasan” (Medan: Universitas Medan Area,2018).

xxiv
1. Letak perbedan pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Alif fokus

atau sasaranya yaitu tindak pidana yang dilakukan oleh anak terhadap anak.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti hanya berfokus pada

tindak pidana yang dilakukan oleh anak.-

2. Letak perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Febrinia Nuryanti

yaitu lebih melihat kepada Lembaga-lembaga yang menerapkan sanksi

pidana tersebut dalam hal ini adalah PN Surabaya. Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimana lebih memfokuskan pada

tindakan pidana yang dilakukan oleh anak tanpa melihat lembaga yang

mengurus atau berwenang dalam tindakan pidana tersebut.

3. Letak perbedaan penelitian yang dilakukan oeh Friwina difokuskan terhadap

bagaimana penerapan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana

pencurian dengan kekerasan. Sedangkan penelitian ini difokuskan terhadap

pelaku kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh anak.

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah menggunakan penelitian hukum empiris sebagai

pendekatan. Dimana pada penelitian empiris yaitu penelitian yang dilakukan

secara langsung dilapangan. Kemudian pada penelitian ini, diawali dengan

meneliti data sekunder yang selanjutnya dilanjutkan dengan penelitian pada data

primer dilapangan atau di masyarakat, penelitian empiris ini digunakan untuk

menganalisis perilaku masyarakat yang berpola pada kehidupan sosial masyarakat

yang selalu berinteraksi dengan masyarakat.

xxv
1.5.2 Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan peraturan perundang-

undangan (statuta aproach) dan pendekatan fakta (the fact approach).

Pendekatan perundang-undangan merupakan sebuah metode pendekatan yang

dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut

paut dengan isu hukum yang sedang ditangani7. Pendekatan fakta dilakukan

dengan melakukan telaah dengan isu hukum yang di teliti.

1.5.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah hukum Polres Kupang dan rumah

pelaku di Camplong. Pengambilan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa

ketersediaan data dan sumber data untuk dilakukannya penelitian.

1.5.4 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber primer atau

sumber utama yang berupa fakta atau keterangan yang diperoleh langsung dari

sumber data yang bersangkutan, baik melalui wawancara, observasi maupun

laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan suatu data yang digunakan oleh penulis, yang

merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber bacaan yang berhubungan

dengan masalah yang dibahas, yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-

7
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana 2005), hlm.133

xxvi
buku, media elektronik, tulisan hasil-hasil penelitian yang berbentuk laporan,

undang-undang serta pendapat para ahli hukum.

Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari :

1) Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang berupa peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana penganiayaan

yang dilakukan oleh anak.

a) Kitab Undang-Undang Pidana

b) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

c) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak

d) Undang-Undang nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas

Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan

hukum ini

2) Bahan Hukum Sekunder adalah badan hukum yang memberikan penjelasan

bahan hukum primer dengan cara melakukan studi Pustaka terhadap buku

literatur, majalah, lokalkarya dan seminar yang ada kaitannya, bahan hukum

sekunder yaitu antara lain:

a. Buku-buku teks

b. Laporan penelitian hukum

c. Berbagai jurnal hukum yang memuat tulisan yang berkaitan dengan

pokok permasalahan.

xxvii
3) Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder, bahan hukum

tersier yaitu antara lain:

a. Kamus Besar Bahasa Indonesia

b. Kamus Hukum, dan

c. Situs Internet yang berkaitan dengan kajian dalam penulisan ini

1.5.5 Aspek-Aspek Penelitian

a. Faktor penyebab terjadinya kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh

anak.

1. Kurangnya Kontrol dari Keluarga serta Masyarakat

2. Kurangnya Kontrol Emosi

b. Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi penganiayaan yang

dilakukan oleh anak.

1. Pre-Emtif

2. Preventif

3. Represif

1.5.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini calon peneliti menggunakan Teknik pengumpulan

data yaitu sebagai berikut:

a) Studi Kepustakaan

xxviii
Studi kepustakaan yaitu cara untuk mengumpulkan data berupa buku,

makalah-makalah, pendapat para ahli, dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

b) Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan beberapa

pertanyaan kepada narasumber secara langsung dan lisan untuk

memperoleh keterangan secara lengkap mengenai permasalahan yang akan

diteliti.

1.5.7 Responden/Informan

Dilandasi pada sebuah pertimbangan atas kemampuan informan atau

responden dalam mengetahui atau menguasai permasalahan yang akan

dibahas sehingga tujuan calon peneliti dalam menjawab permasalahan dalam

penelitian ini dapat tercapai. Adapun beberapa responden yaitu:

a. Kepala Unit dan anggota Penyidik Unit Pelayanan Perempuan dan Anak

(PPA) Polres Kupang

1. Kanit PPA : Sutrisno

2. Penyidik : Bungabara Masang

3. Penyidik Pembantu 3 Orang yaitu:

1) Mesakh Manimoi

2) Makdalena Mbatu

3) Fatimah

Jumlah: 5 Orang

xxix
b. Pelaku, Orang tua pelaku dan masyarakat setempat

1) Pelaku: Alexandro

2) Ibu Pelaku: Sisila Haki

3) Tetangga: Enjel

1.5.8 Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:

a. Editing data yaitu memeriksa dan menyempurnakan data untuk

memudahkan proses pemberian kode dengan teknik penelitian lapangan

yaitu dengan cara observasi dan wawancara secara langsung.

b. Coding yaitu pengolahan data dengan memberikan kode/klasifikasi

terhadap beberapa informasi sesuai dengan variasi jawaban responden

2. Analisis Data yaitu informasi yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan

deskriptif kualitatif yaitu dengan mendiskripsikan masalah atau keadaan yang

diamati dilapangan dengan lebih spesifik, transparan, dan mendalam.

xxx
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Kriminologis

2.1.1 Faktor PenyebabTerjadinyaKejahatan

Kejahatan menurut Kamus Bahasa Indonesia yaitu perilaku yang

bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku yang telah

disahkan oleh hukum tertulis (hukum pidana).8 Menurut Donald R Taft,

kejahatan adalah perbuatan yang melanggar hukum pidana (a crime is an act

forbidden and made punishable by law). Secara etimologis kejahatan

merupakan suatu perbuatan manusia yang mempunyai sifat jahat seperti orang

membunuh, merampok, mencuri dan lain sebagainya. Sutherland menekankan

bahwa ciri pokok kejahatan adalah perilaku yang dilarang oleh negara karena

merupakan perbuatan yang merugikan negara.9

Menurut Bonger, dikutip oleh Abintoro Prakoso, kriminologi adalah ilmu

pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya

(kriminologi teoretis atau murni). Wolfgang, dikutip oleh Wahju Muljono,

8
Santoso dan Eva Achjani Topo Zulfa. Op. Cit. Hlm. 14
9
EmiliaSusanti dan Eko Rahardjo, Hukum dan Kriminologi,(Bandar Lampung: CV Anugrah
Utama Raharja, 2018.), hlm.108

xxxi
membagi kriminologi sebagai perbuatan yang disebut sebagai kejahatan,

pelaku kejahatan, dan reaksi yang ditunjukkan baik terhadap perbuatan maupun

terhadap pelakunya. Sedangkan etiologi kriminal (criminal aetiology) adalah

ilmu yang menyelidiki atau yang membahas asal-usul atau sebab-musabab

kejahatan (kausa kejahatan)10

Adapun Untuk mengatasi suatu permasalahan akan dibutuhkan suatu teori

tentang kriminologi. Teori-teori tersebut antara lain:

a) Teori Kontrol Sosial (social control theory)

Teori ini merujuk kepada setiap perspektif yang membahas ihwal

pengendalian perilaku manusia, yaitu delinquency dan kejahatan terkait dengan

variabel-variabel yang bersifat sosiologis, yaitu struktur keluarga, pendidikan,

dan kelompok dominan. Sedangkan Travis Hirschi memberikan gambaran

mengenai konsep ikatan sosial (social bond), yaitu apabila seseorang terlepas

atau terputus dari ikatan sosial dengan masyarakat, maka ia bebas untuk

berperilaku menyimpang.11

Perspektif kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk penjelasan

delinkuensi dan kejahatan. Teori ni meletakkan penyebab kejahatan pada

lemahnya ikatan individu dengan ikatan sosial dengan masyarakat, atau

macetnya integrasi sosial.12Travis HIrschi (1969), sebagai pelopor ini

mengatakan bahwa “Perilaku kriminal merupakan kegagalan kelompok-

kelompok sosial konvensional seperti keluarga,sekolah, kawan sebaya untuk

10
I Gusti Ngurah D
arwata, “Kriminologi” (Denpasar: Universitas Udayana, 2017.),hlm. 21
11
Ibid,hlm.125
12
Yesmil Anwar Adang, “Kriminologi” (Bandung: PT Refika Aditama, 2016),hal.101.

xxxii
meningkatkan atau terikat dengan individu”13.Albert J. Reiss, Jr membedakan

dua macam kontrol, yaitu personal control dan sosial control. Personal control

adalah kemampuan seseorang untuk menahan diri agar tidak mencapai

kebutuhannya dengan cara melanggar norma-norma yang berlaku di

masyarakat. Sedangkan social kontrol adalah kemampuan kelompok sosial atau

lembaga-lembaga di masyarakat melaksanakan norma-norma atau peraturan-

peraturan menjadi efektif14.

b) Teori Psikogenesis

Teori ini mengatakan bahwa perilaku kriminalitas timbul karena faktor

intelegensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi,

rasionalisasi, internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang

kontroversial dan kecenderungan psikopatologis, artinya perilaku jahat

merupakan reaksiterhadap masalah psikis, misalnya pada keluarga yang hancur

akibat perceraian atau salah asuhan karena orangtua terlalu sibuk berkarier.

Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya kejahatan adalah psikologis dari

seorang pelaku kejahatan, maksudnya adalah pelaku memberikan respons

terhadap berbagai macam tekanan kepribadian yang mendorong mereka untuk

melakukan kejahatan. Faktor ini didominasi karena pribadi seseorang yang

tertekan dengan keadaan hidupnya yang tak kunjung membaik, atau frustasi.

Orang yang frustasi cenderung lebih mudah untuk mengonsumsi alkohol demi

membantu mengurangi beban hidup yang ada dibandingkan dengan orang dalam

13
Ibid,hlm.102
14
Ibid.Hlm.99

xxxiii
keadaan normal. Psikologis seseorang yang terganggu dalam interaksi sosial

akan tetap memiliki kelakuan jahat tanpa melihat situasi dan kondisi.15

2.1.2 Upaya Penanggulangan Kejahatan(Criminal Prevention)

Upaya-upaya penanggulangan kejahatan umumnya ada tiga yaitu: 16

1. Pre-Emtif

Upaya Pre-emtif adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak

kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang

dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara Preemtif adalah

menanamkan nilai-nilai, norma-norma yang baik sehingga norma-norma

tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk

melakukan kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut

maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi dalam usaha Pre-Emtif faktor niat akan

menjadi hilang meskipun ada kesempatan.

2. Preventif

Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindakan lanjut dari upaya

Pre-Emtif yang masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadi kejahatan.

Dalam upaya preventif yang ditekankan adalah menghilangkan kesempatan

untuk dilakukannya kejahatan. Contoh ada orang ingin mencuri motor tetapi

kesempatan itu dihilangkan karena motor-motor yang ada ditempatkan di

15
Indah Sri Utami. 2012, “Aliran dan Teori Dalam Kriminologi ”, Thafa Media, Yogyakarta, hlm
48
16
Muhammad Ali Putra, Skripsi: “Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Penganiayaan
yang dilakukan oleh Anak Terhadap Anak di Kota Makassar”(Makassar: Unhas,2017.), Hal.35.

xxxiv
tempat penitipan motor, dengan demikian kesempatan menjadi hilang dan

tidak terjadi kejahatan. Jadi dalam upaya preventif kesempatan ditutup.

3. Represif

Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana/kejahatan yang

tindakannya berupa penegakan hukum (law enforcement) dengan menjatuhkan

hukuman.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Anak

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya

manusia yang memiliki peran strategis serta mempunyai ciri dan sifat khusus.

Anak memerlukan pembinaan perlindungan dalam rangka menjamin

pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi, selaras

dan seimbang.

Ditinjau dari aspek yuridis maka definisi anak diartikan sebagai orang yang

belum dewasa (minderjarig/person finder age), orang yang di bawah

umur/keadaan di bawah umur(minderjarig/inferiority) atau kerap juga disebut

sebagai anak dibawah pengawasan wali (minderjarige ondervoordij). Dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia memberikan pengertian anak sebagai manusia

yang masih kecil. Dalam kepustakaan lain, anak adalah keadaan manusia normal

yang masih muda usia dan sedang menentukan identitasnya serta sangat labil

jiwanya, sehinggasangat mudah terkena pengaruh

xxxv
lingkungannya.Sementaramenurut Romli Atmasasmita, anak adalah seorang

yang masih dibawah umur dan belum dewasa serta belum kawin.17

Dari segi psikologi, Zakiah Darajat dalam tinjauan psikologisnya

mengemukakan sebagai berikut:“Anak atau disebut juga remaja adalah masa

transisi seorang individu yang telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah

dan penuh dengan ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia dewasa yang

kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap diri maupun masyarakat18

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014tentang perlindungan anak

mengatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dan

bahkan masi di dalam kandungan.19Pengertian Anak menurut Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang berbunyi:

Anak adalah seorang yang belum berusia 18 Tahun termasuk anak yang

masih dalam kandungan.Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi anak hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh

berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak Dalam Pasal 1 angka 2 menyebutkan anak yang

17
I Made Wahyu Chandra Satriana dan Ni Made Liana Dewi, Sistem Peradilan Pidana, Denpasar:
Udayana University Press, hlm 15
18
Ibid, hlm 15
19
Citra Wahyu Andini. Skripsi: “Tinjauan Yuridis Terhadap Pertanggungjawaban Anak Sebagai
Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan” (Sumatera Utara: USU, 2021), Hal.9.

xxxvi
berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak

yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.

Anak yang berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak

yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas)

tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Anak yang sedang menjalani masa

pidana berhak:

a) Mendapat pengurangan masa pidana;

b) Memperoleh asimilasi;

c) Memperoleh cuti mengunjungi keluarga;

d) Memperoleh pembebasan bersyarat;

e) Memperoleh cuti menjelang bebas;

f) Memperoleh cuti bersyarat, dan;

g) Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

2.3 Tinjauan Umum Tentang Penganiayaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penganiayaan berasal dari

kata dasar aniaya yang berarti perbuatan bengis (seperti penyiksaan, penindasan),

arti kata penganiayaan adalah perlakuan yang sewenang-wenang (penyiksaan,

penindasan, dan sebagainya).20

Pengertian penganiayaanbahwa penganiayaan dalam KUHP disebut dengan

tindak pidana terhadap tubuh, sedangkan para ahli merumuskan penganiayaan

adalah suatu perbuatan dengan kesengajaan untuk menyakiti seseorang dengan

20
https://kbbi.web.id/aniaya.html

xxxvii
rasa sakit yang dirasakan pada tubuh seperti mendapatkan luka di seluruh

tubuh.21Menurut Poerwodarminto, penganiayaan adalah perlakuan sewenang-

wenang dalam rangka meyiksa atau menindas orang lain.22 Penganiayaan ini jelas

melakukan suatu perbuatan yang dengan tujuan menibulkan rasa sakit pada orang

lain, unsur dengan sengaja disini harus meliputi tujuan menimbulkan sakit atau

luka pada orang lain atau si pelaku menghendaki akibat terjadinya suatu

perbuatan, yang perbuatan itu harus ada sentuhan pada badan orang lain, yang

menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang lain. Misalnya menusuk,

menendang,memukul, mengaruk dan sebagainya. Menurut Sudarsono, dalam

bukunya kamus hukum memberikan arti bahwa penganiayaan adalah perbuatan

menyakiti atau menyiksa terhadap manusia atau dengan sengaja mengurangi atau

merusak kesehatan orang lain.23

2.4 Tinjauan Umum Tentang Sistem Peradilan Terhadap Anak

2.4.1. Pengertian Sistem Peradilan Pidana Anak

Anak merupakan aset Bangsa yang memiliki keterbatasan dalam memahami

dan melindungi diri dari berbagai pengaruh sistem yang ada, oleh karena itu

diperlukan upaya Negara untuk memberikan perhatian dan perlindungan agar

pada masa yang akan datang anak tersebut dapat memberikan sumbangan yang

besar untuk kemajuan Negara, selain itu upaya perlindungan tersebut berfungsi

supaya anak terhindar dari kerugian mental, fisik dan sosial. Perlindungan

terhadap anak dapat dilihat dari ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
21
Tongat,2003, Hukum Pidana Materiil, Tinjauan Atas Tindak Pidana Terhadap Subyek Hukum
Dalam KUHP,Jakarta; Djambatan, hlm. 67
22
ST. Fachrana Suraeda, Skripsi: “Tinjauan Kriminoogis Kejahatan Penganiayaan Terhadap
Anak di Kota Makassar” (Makassar:Unhas,2018), hlm.18.
23
Ibid

xxxviii
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Aturan tersebut mengemukakan prinsip-

prinsip umum perlindungan anak, yaitu mengenai non diskriminasi, kepentingan

terbaik bagi anak kelangsungan hidup dan tumbuh kembang dan menghargai

partisipasi anak.24

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sistem

peradilan pidana anak adalah kesuluruhan proses penyelesaian perkara anak yang

berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap

pembimbingan setelah menjalani pidana. Setyo Wahyudi mengemukakan bahwa

yang dimaksud dengan sistem peradilan pidana anak adalah sistem penegakan

hukum peradilan pidana anak yang terdiri atas subsistem peyidikan anak,

sebsistem penuntutan anak, subsistem pemeriksaan hakim anak, dan subsistem

pelaksanaan sanksi hukum pidana anak yang berlandaskan hukum pidana materil

anak dan hukum pidana formal anak dan hukum pelaksanaan sanksi hukum

pidana anak. Dalam hal ini tujuan sistem penegakan peradilan pidana anak ini

menekankan pada tujuan kepentingan perlindungan dan kesejahteraan anak.

Terhadap apa yang dimaksud dengan sistem peradilan pidana anak tersebut,

Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak sekali

tidak memberikan penjelasan lebih lanjut. Hanya saja dari ketentuan Pasal 1

angka 1 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak dapat diketahui apa yang dikehendaki oleh pembentuk Undang-Undang.

Kehendak dari pembentuk Undang-Undang adalah bahwa keseluruhan proses

24
Hikmah Rosidah, Sistem Peradilan Pidana Anak, (Bandar Lampung 2019).hlm.18.

xxxix
penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum mulai tahap

penyelidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana harus

dilaksanakan sebagai suatu sistem dengan mengikuti ketentuan yang terdapat

dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012.25

Satjipto rahardjo mengemukakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan

yangs bersifat kompleks, yang terdiri atas bagian-bagian yang berhubungan satu

sama lain. Pemahaman yang demikian itu hanya menekankan pada ciri

keterhubungan dari bagian-bagiannya, tetapi mengabaikan cirinya yang lain, yaitu

bahwa bagian-bagian tersebut bersama secara aktif untuk mencapau tujuan pokok

dari kesatuan tersebut.26

Sedangkan menurut Doddy Sumbodo Singgih, mengemukakan bahwa

ditinjau secara etimologis, istilah sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema,

artinya sehimpunan dari bagian atau komponen yang saling berhubungan satu

sama lain secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan.27

Menurut Mardjono Reksodipoetra, tujuan sistem peradilan pidana adalah:

1. Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan;

2. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa

keadilan telah didengarkan dan yang bersalah dipidana;

3. Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak

mengulangi lagi kejahatannya.28

25
Ibid.
26
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2014. hlm. 48-49
27
J. Narwoko, dkk. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2013. hlm.123-124.
28
Ibid, hlm.21

xl
Menurut Barda Nawawi Arief, sistem peradilan pada hakikatnya identik

dengan system peradilan hukum, pada proses peradilan pada hakikatnya suatu

proses penegakan hukum. Jadi pada hakikatnya identik dengan sistem kekuasaan

kehakiman, karena kekuasaan kehakiman pada dasarnya kekuasaan/kewenangan

menegakkan hukum. Apabila difokuskan dalam bidang hukum pidana, dapat

dikatakan bahwa sistem peradilan pidana pada hakikatnya merupakan sistem

penegakan hukum pidana (SPHP) yang pada hakikatnya juga identik dengan

sistem kekuasaan kehakiman di bidang hukum pidana (SKKHP).29

Adapun substansi yang diatur dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak antara lain mengenai penempatan anak

yang menjalani proses peradilan dapat ditempatkan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak (LPKA). Substansi yang paling mendasar dalam Undang-Undang

ini adalah pengaturan secara tegas mengenai keadilan restoratif dan diversi yang

dimaksudkan untuk menghindari dan menjauhkan anak dari proses peradilan

sehingga dapat menghindari stigmatisasi terhadap anak yang berhadapan dengan

hukum dan diharapkan anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial secara

wajar.30

Untuk menerapkan sistem peradilan pidana anak, Undang-Undang No. 11

Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak telah memberikan beberapa

pentunjuk sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 2 dan Pasal 5. Pasal 2 dan

penjelesannya menentukan bahwa sistem peradilan pidana anak dilaksanakan

berdasarkan asas berikut:

29
Ibid, hlm.22
30
Ibid, hlm.25.

xli
a. Perlindungan, yaitu yang meliputi kegiatan yang bersifat langsung dan tidak

langsung dari tindakan yang membahayakan anak secara pisik dan/atau psikis;

b. Keadilan, adalah bahwa setiap penyelesaian perkara Anak harus

mencerminkan rasa keadilan bagi Anak.

c. Non diskriminasi, adalah tidak adanya perlakuan yang berbeda didasarkan

pada suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa,

status hukum Anak, urutan kelahiran Anak, serta kondisi fisik dan/atau

mental.

d. Kepentingan terbaik bagi anak, adalah segala pengambilan keputusan harus

selalu mempertimbangkan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak.

e. Penghargaan terhadap pendapat anak, adalah penghormatan atas hak Anak

untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan

keputusan, terutama jika menyangkut hal yang memengaruhi kehidupan Anak.

f. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, adalah hak asasi yang paling

mendasar bagi Anak yang dilindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat,

keluarga, dan orang tua.

g. Pembinaan, adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas, ketakwaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan

keterampilan, profesional, serta kesehatan jasmani dan rohani Anak baik di

dalam maupun di luar proses peradilan pidana. Pembimbingan, adalah

pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan,

profesional, serta kesehatan jasmani dan rohani klien pemasyarakatan.

xlii
h. Proporsional, adalah segala perlakuan terhadap Anak harus memperhatikan

batas keperluan, umur, dan kondisi Anak.

i. Perampasan kemerdekaan merupakan upaya terakhir, adalah pada dasarnya

Anak tidak dapat dirampas kemerdekaannya, kecuali terpaksa guna

kepentingan penyelesaian perkara.

j. Penghindaran pembalasan, adalah prinsip menjauhkan upaya pembalasan

dalam proses peradilan pidana.

Adapun Pasal 5 menentukan:

1) Sistem Peradilan Pidana Anak wajib mengutamakan pendekatan Keadilan

Restoratif

2) Sistem Peradilan Pidana Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. penyidikan dan penuntutan pidana Anak yang dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam

Undang-Undang ini;

b. persidangan Anak yang dilakukan oleh pengadilan di lingkungan

peradilan umum; dan

c. pembinaan, pembimbingan, pengawasan, dan/atau pendampingan selama

proses pelaksanaan pidana atau tindakan dan setelah menjalani pidana

atau tindakan.

3) Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a dan huruf b wajib diupayakan Diversi.

Adapun tujuan diversi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 yaitu:

xliii
a. mencapai perdamaian antara korban dan Anak;

b. menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan;

c. menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan;

d. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan

e. menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.

Adapun pada Pasal 7 Undang-ndang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak

1) Pada tingkat penyidikan, penututan, dan pemeriksaan perkara anak

dipengadilan negeri wajib diupayakan Diversi.

2) Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanaka dalam hal tindak

pidana yang dilakukan:

a. Diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; dan

b. Bukan merupakan pengulangan tindak pidana

Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem PeradilanPidana Anak.

a) Aparat penegak hukum yang khusus seperti penyidik anak, penuntut

umum anak, hakim anak, hakim banding anak, dan hakim kasasi anak

b) Pemeriksaan pekara anak dilakukan secara tertutup

c) anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah

anak yang telah berumur 12 (duabelas) tahun, tetapi belum berumur 18

(delapanbelas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/ atau

kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.

xliv
d) Keadilan restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan

melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang

terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan

menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan

pembalasan.

e) Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan

pidana ke proses diluar peradilan pidana.

2.4.2. Hak Anak Yang Sedang Menjalani Masa Pidana

Adapun hak anak dalam masa pidana sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3

Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yakni:

a. Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai

dengan,umurnya;

b. Dipisahkan dari orang dewasa;

c. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif;

d. Melakukan kegiatan rekreasional;

e. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak

manusiawi,serta merendahkan derajat dan martabatnya;

f. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup;

g. Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan

dalam waktu yang paling singkat;

h. Memperoleh keadilan di muka pengadilan Anak yang objektif, tidak

memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum;

i. Tidak dipublikasikan identitasnya;

xlv
j. Memperoleh pendampingan orang tua/Wali dan orang yang dipercaya oleh

anak;

k. Memperoleh advokasi sosial;

l. Memperoleh kehidupan pribadi;

m. Memperoleh aksesibilitas, terutama bagi anak cacat;

n. Memperoleh pendidikan;

o. Memperoleh pelayananan kesehatan; dan

p. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

xlvi
2.5 Kerangka Berpikir

Bagan Kerangka Berpikir

Tinjauan Kriminologi Terhadap Kejahatan


Penganiayaan oleh Anak.

Upaya Untuk
Faktor Penyebab
Menganggulangi
Kejahatan. Kejahatan

Upaya Pre-Emtif
1. Kurangnya Kontrol dari
Keluarga dan Masyarakat
Upaya Preventif
2, Kurang Kontrol Emosi
Upaya Represif

Dari tabel di atas menjelaskan bahwa Tindak Pidana Penganiayaan oleh anak

dalam tinjauan kriminologi maka dalam kajiannya mencakup faktor penyebab

xlvii
kejahatan yaitu karena kurangnya kontrol dari keluarga serta massyarakat. dan

upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kejahatan yang dilakukan oleh anak

yaitu upaya pre-emtif, upaya preventif dan upaya represif.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Penganiayaan yang dilakukan Oleh


Anak

Kejahatan sudah dikenal sejak adanya peradaban manusia. Makin tinggi

peradaban, makin banyak aturan, dan makin banyak pula pelanggaran. Sering

disebut bahwa kejahatan merupakan bayangan peradaban (crime is a shadow of

civilization) kejahatan adalah bayangan peradaban. Kejahatan membawa

penderitaan dan kesengsaraan, mencucurkan darah dan air mata.31

Kejahatan menurut Kamus Bahasa Indonesia yaitu perilaku yang

bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku yang telah

disahkan oleh hukum tertulis (hukum pidana).32Menurut Donald R Taft, kejahatan

adalah perbuatan yang melanggar hukum pidana (a crime is an act forbidden and

made punishable by law). Secara etimologis kejahatan merupakan suatu perbuatan

manusia yang mempunyai sifat jahat seperti orang membunuh, merampok,

mencuri dan lain sebagainya. Sutherland menekankan bahwa ciri pokok kejahatan

adalah perilaku yang dilarang oleh negara karena merupakan perbuatan yang

31
Ibid .hlm 108
32
Ibid

xlviii
merugikan negara.33 Secara kriminologis kejahatan adalah segala perbuatan

manusia dalam bidang politis , ekonomi dan sosial yang sangat merugikan dan

berakibat jatuhnya korban-korban baik individu maupun korban kelompok atau

golongan-golongan masyarakat.34

Sebelum membahas mengenai faktor-faktor penyebab kejahatan

penganiayaan yang dilakukan oleh anak di polres kupang, maka penulis lebih

dahulu akan memamparkan mengenai data statistik kejahatan penganiayaan yang

dilakukan oleh anak di wilayah Kepolisian Resor Kupang pada tahun 2017 sampai

2021. Masalah kejahatan yang dilakukan oleh anak merupakan masalah serius

yang perlu mendapat perhatian . dari tahun ketahun masalah kejahatan yang

dilakukan oleh anak selalu ada khususnya masalah kejahatan penganiayaan yang

dilakukan oleh anak.

Untuk mengetahui perkembangan kasus penganiayaan yang dilakukan

oleh anak diwilayah Kepolisian Resor Kupang, maka peneliti melakukan

penelitian dengan mengambil data di Polres Kupang dengan mewawancarai

Bapak Bungabara (Penyidik Polres Kupang). Hasil dari data perkembangan

kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh anak. Berikut data yang didapatkan

kemudian disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut

33
Ibid
34
Ibid, hlm.111

xlix
TabelJumlah kasus penganiayaan oleh anak yang ditangani Unit PPA Polres

Kupang di Wilayah Kepolisian Resor Kupang dari tahun 2017 s/d 2021.

NO Tahun Jumlah Selesai Tindak Lanjut Penanganan


P21 SP2L ID SP3 DIVERSI
1 2017 5 5 1 1 1 2
2 2018 2 2 2
3 2019 3 3 1 2
4 2020 0 0
5 2021 7 7 1 2 4
Jumlah 17 17 2 4 1 10
Sumber: Unit PPA Polres Kupang, 26 September 2022

Data tabel tersebut menunjukan bahwa kasus penganiayaan yang

dilakukan oleh anak yang ditangani oleh Unit PPA Polres kupang Tahun 2017

sebanyak 5 kasus , tahun 2018 sebanyak 2 kasus, Tahun 2019 sebanyak 3 kasus,

Tahun 2020 tidak ada kasus, dan tahun 2021 sebanyak 7 kasus. kejahatan

penganiayaan yang dilakukan oleh anak setiap tahunnya mengalami penurunan

dan kenaikan, Adapun dari tabel diatas menguraikan bahwakebanyakan kasus

dilakukan sampai pada tahap diversi yaitu proses penyelesaian diluar peradilan

karena proses penanganan kasus anak dilakukan sesuai dengan Undang-undang

nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak.

Berbicara soal kepribadian seseorang anak, maka yang menjadi perhatian

adalah tingkah laku seseorang anak dalam masyarakat yang bermacam-macam

bentuk dan coraknya. Hal ini tergantung perasaan yang timbul dari dalam diri

masing-masing pribadi anak. Sebagaimana yang dinyatakan Soejono bahwa : 35

35
Moeljatno,.”pelajaranhukumpidana“ Refika Adimata , 1987, hlm .38

l
“Dalam menafsirkan hal-hal tindak pidana dipusatkan pada satu atau lebih banyak

dari sifat-sifat kepribadian seperti perkembangan diri yang lemah mengakibatkan

perbuatan-perbuatan yang mudah dipengaruhi nafsu, ketidakseimbangan yang

sangat memilikan dan ketiadaan rasa dosa”.

Pelaku Alexandro Naikteas Umur 16 Tahun melakukan kejahatan

penganiayaan berupa penikaman terhadap korban Rivaldo Mali Taek Alias Ivan

umur 18 tahun. Alexandro melakukan penganiayaan terhadap Ivan karena merasa

tersinggung saat bersenggolan dengan Ivan Ketika acara bebas di tempat pesta,

keduanya dalam kondisi mabuk dan karena korban maki sehingga pelaku

tersinggung. Kejadian penikaman ini bermula ketika Alexandro bersama beberapa

rekannya yakni Yustinus Unu, Aldy Dully, Gibe Kadafuk, dan Remon Lambey

hadir juga di tempat pesta. Mereka duduk bersama-sama di luar tenda pesta. Saat

itu, korban yang juga duduk dengan teman-temannya, memaki salah seorang

rekan pelaku yang juga sedang duduk.Korban mengancam akan menghadang

Gibe dan beberapa rekan pelaku yang tinggal di kelurahan Naibonat, Kabupaten

Kupang. Tak berselang lama, korban dan rekan-rekannya memilih pulang dari

tempat pesta. Gibe kemudian mengajak Yustinus serta Remon untuk mengantar

pulang rekan mereka yang tinggal di Kelurahan Naibonat, agar tidak diadang

korban dan teman-temannya. Mereka khawatir ketika pulang ke rumah harus

melintasi rumah korban.Gibe membonceng sepeda motor rekannya, sedangkan

pelaku Alexandro, Yustinus, dan Remon sama-sama menumpang satu sepeda

motor yang dikendarai Remon. Namun di perjalanan, rombongan pelaku dan

korban ternyata bertemu. Sepeda motor keduanya jalan beriringan.

li
Sesampainya di rumah korban di depan Pasar Lili, Kelurahan Camplong I, sepeda

motor korban pun berhenti. Korban tiba-tiba bertengkar dengan Gibe yang juga

menghentikan sepeda motornya. Alexandro yang melihat peristiwa tersebut

langsung menghampiri Gibe dan korban lantaran emosi, Alexandro lantas

menendang korban satu kali hingga mengenai perut. dalam waktu bersamaan,

Aldy juga ikut memukul korban dengan tangan kanan mengenai kepala bagian

belakang.“Pelaku kemudian mencabut pisau yang sudah dibawanya dari pinggang

sebelah kanan dan menikam korban satu kali di punggung,” ungkap

Marthen.Setelah ditikam, korban lari meninggalkan lokasi kejadian dan masuk ke

rumahnya. Sedangkan pelaku bersama rekan-rekannya kabur meninggalkan lokasi

kejadian.Korban yang takut dengan orang tuanya langsung mencuci baju yang

berdarah dan tidur. “Saat tidur, korban merasa tidak nyaman karena bagian dada

sakit sehingga melaporkan kepada orang tuanya kalau ia ditikam. Korban

akhirnya dilarikan ke rumah sakit.

Adapun untuk mengetahui lebih jelas faktor penyebab kejahatan

penganiayaan yang dilakukan oleh anak, maka dalam hal ini melakukan

wawancara di Unit PPA Polres Kupang diantaranya yaitu:

1. Menurut Bungabara Masang selaku Penyidik (wawancara pada tanggal 26

september 2022 pukul 09:00 WITA), bahwa faktor yang menyebabkan anak

melakukan kejahatan penganiayan adalah

a. Faktor lingkungan ,

b. Faktor Pendidikan yang sangat kurang ,dan

lii
c. Faktor keluarga, Artinya kurangnya pengawasan dari orang tua, kurangnya

kasih sayang dan perhatian dari orang tua dan didikan dari orang tua

sehingga dapat berpengaruh seorang anak bertingkah laku dalam

perbuatannya.

3) Adapun menurut Sutrisno selaku Kanit PPA Polres Kupang (wawancara

pada tanggal 26 September 2022 jam 10:00) menyatakan bahwa faktor

penyebab pelaku A. melakukan penganiayaan karena beberapa faktor yaitu :

a. Faktor Internal yaitu :

a) Kurangnya didikan dari orang tua,

b) Tingkat Pendidikan rendah,dan

c) Putus sekolah,

b. Faktor Eksternel yaitu :

a) Pergaulan ,

b) Minuman keras,

4) Menurut Mesakh Manimoi selaku Penyidik Pembantu PPA Polres Kupang

(wawancara pada tanggal 26 september 2022 jam 11:00) menyetakan bahwa

pelaku Alexandro melakukan kejahatan penganiayaaa dikarenakan

kurangnya didikan orang tua, tingkat Pendidikan yang rendah karena anak

tersebut putus sekolah, dan pengaruh lainnya karena minuman keras sehingga

anak tersebut bisa melakukan kejahatan penganiayaan tersebut.

5) MenurutMakdalena Mbatu selaku penyidik pembantu di PPA Polres kupang

mengatakan bahwa faktor penyebab anak melakukan kejahatan karena

pergaulan atau lingkungan yang kurang bagus ,dan kurangnya kontrol dari

liii
orang tua sehingga anak bebas melakukan kejahatan serta akibat dari

munuman keras yang membuat anak kurang mengontrol diri sehingga

menyebabkan anak melakukan kejahatan serta adanya kesempatan untuk

melakukan kejahatan.

6) Menurut Fatimah sebagai penyidik pembantu mengatakan bahwa faktor

penyebab anak melakukan kejahatan adalah karena pergaulan bebas dengan

teman yang suka minum minuman keras, sehingga mengakibatkan anak

tersebut juga terpengaruhi untuk minum munuman keras yang bisa

mengakibatkan kurangnya kosentrasi dalam diri, sehingga anak susah

mengontrol emosi yang bisa menyebabkan anak melakukan kejahatan.

Untuk Menambah kejalasan terkait kasus ini, penulis juga melakukan wawancara

terhadap Pelaku, serta orang tua dan tetangga pelaku diantaranya:

1. Menurut Alexandro selaku pelaku mengatakan bahwa dia melakukan

kejahatan penganiayaan tersebut karena emosi dengan korban yang sempat

bersenggolan dengan dia di acara tersebut dan karena korban sempat maki

juga sehingga dia dendam, sehingga sulit mengontrol emosi ditambah karena

lagi mabuk juga.

2. Menurut Sisila Haki selaku ibu pelaku mengatakan bahwa “Anak saya

melakukan kejahatan penganiayaan disebabkan karena korban maki pada saat

mabuk sehingga anak saya tidak mengontrol emosi dan pada saat masi dalam

keadaan mabuk sehingga sulit mengontrol emosi dan pada saat itu anak saya

membawa pisau tapi pisau itu cuma pisau dapur yang bukan ada niat untuk

melakukan penganiayaan tapi pada saat itu kebutulan anak saya membawa

liv
pisau.” . dan menurutnya juga bahwa setiap pesta pasti disiapkan minuman

yang memabukan itu dan itu sudah menjadi budaya di camplong.

3. Enjel selaku tetangga pelaku juga mengatakan pelaku melakukan kejahatan

karena pelaku kurang kontrol emosi dan pada saat dalam keadaan mabuk juga

jadi tidak berfikir lagi sebelum melakukan kejahatan itu.

Adapun data lain yang didapatkan oleh peneliti pada saat melakukan

penelitian diantaranya:

a. Perlakuan keluarga

Menurut ibu dari pelaku mengatakan bahwa orang tua memperlakukannya

dengan baik dan dengan penuh kasih sayang. Didalam keluarga, Alexandro

cukup terbuka serta menurut terhadap nasehat-nasehat yang diberikan oleh

orang tuanya.

b. Keadaan Keluarga

Hubungan Alexandro dengan orang tuanya cukup harmonis, baik ,dan penuh

kasih sayang. Namun keadaan ekonomi keluarga yang tergolong kurang

mampu.

c. Kondisi lingkungan

Dari keterangan yang diberikan oleh Ibu Alexandro dan masyarakat setempat

mengatakan bahwa setiap ada kegiatan pasti ada minuman yang memabukan

dan itu sudah menjadi budaya orang setempat.

d. Faktor Penyebab Melakukan Tindak Pidana Penganiayaan

Kejadian penikaman ini bermula ketika Alexandro bersama beberapa rekannya

yakni Yustinus Unu, Aldy Dully, Gibe Kadafuk, dan Remon Lambey hadir juga

lv
di tempat pesta. Mereka duduk bersama-sama di luar tenda pesta. Saat itu, korban

yang juga duduk dengan teman-temannya, memaki salah seorang rekan pelaku

yang juga sedang duduk.Korban mengancam akan menghadang Gibe dan

beberapa rekan pelaku yang tinggal di kelurahan Naibonat, Kabupaten Kupang.

Tak berselang lama, korban dan rekan-rekannya memilih pulang dari tempat

pesta. Gibe kemudian mengajak Yustinus serta Remon untuk mengantar pulang

rekan mereka yang tinggal di Kelurahan Naibonat, agar tidak diadang korban dan

teman-temannya. Mereka khawatir ketika pulang ke rumah harus melintasi rumah

korban.Gibe membonceng sepeda motor rekannya, sedangkan pelaku Alexandro,

Yustinus, dan Remon sama-sama menumpang satu sepeda motor yang dikendarai

Remon. Namun di perjalanan, rombongan pelaku dan korban ternyata bertemu.

Sepeda motor keduanya jalan beriringan.

Sesampainya di rumah korban di depan Pasar Lili, Kelurahan Camplong I,

sepeda motor korban pun berhenti. Korban tiba-tiba bertengkar dengan Gibe yang

juga menghentikan sepeda motornya. Alexandro yang melihat peristiwa tersebut

langsung menghampiri Gibe dan korban lantaran emosi, Alexandro lantas

menendang korban satu kali hingga mengenai perut. dalam waktu bersamaan,

Aldy juga ikut memukul korban dengan tangan kanan mengenai kepala bagian

belakang.“Pelaku kemudian mencabut pisau yang sudah dibawanya dari pinggang

sebelah kanan dan menikam korban satu kali di punggung,”.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis maka dari

keterangan yang diberikan oleh Unit PPA Polres Kupang terkait masalah yang

lvi
diangkat oleh penulis terkait kasus penganiayaan yang dilakukan oleh Anak.maka

faktor penyebab pelaku melakukan penganiayaan dilihat dari berbagai teori yaitu:

1. Teori Kontrol Sosial

Teori ini mengatakan bahwa penyebab kejahatan adalah pada lemahnya

ikatan individu dengan ikatan social dengan masyarakat maka bebas untuk

berperilaku menyimpang. Artinya bahwa kurangnya kontrol sosial dari keluarga,

sekolah dan kelompok sosial lain sehingga anak dengan mudahnya melakukan

kejahatan. MenurutMesakh Selaku Penyidik Pembantu PPA Polres Kupang

menyatakan bahwa “Anak tersebut putus sekolah pas masi di bangku SMA

sehingga anak tersebut bisa melakukan kejatahan , karena jika anak tersebut masi

sekolah maka kemungkinan kecil anak melakukan kejahatan dikarenakan anak

tersebut berpendidikan dan dikontrol oleh sekolah dan dididik dengan baik

disekolah sehinggga anak tersebut kenungkinan kecil untuk melakukan

kejahatan”kemungkinan kecilanak yang berpendidikan melakukan kejahatan

karena ketika anak berpendidikan maka anak memiliki kemampuan untuk

mengontrol diri karena ilmu pengetahuan yang sudah didapat di sekolah dapat

membentuk kepribadiannya sehingga kemungkinan kecil anak melakukan

kejahatan penganiayaan. dan menurut Bungabara “anak tersebut bisa melakukan

kejahatan karena kurangnya kontrol dari keluarga”peran keluaraga juga tidak

kalah penting untuk membentuk kepribadian anak. Travis Hirschi (1969), sebagai

pelopor teori ini mengatakan bahwa “Perilaku kriminal merupakan kegagalan

lvii
kelompok-kelompok sosial konvensional seperti keluarga , sekolah, kawan sebaya,

untuk meningkatkan atau terikat dengan individu”. 36

Albert J. Reiss, Jr membedakan dua macam kontrol, yaitu personal control

dan sosial control. Personal control adalah kemampuan seseorang untuk menahan

diri agar tidak mencapai kebutuhannya dengan cara melanggar norma-norma yang

berlaku di masyarakat. Sedangkan social control adalah kemampuan kelompok

sosial atau lembaga-lembaga di masyarakat melaksanakan norma-norma atau

peraturan-peraturan menjadi efektif37.

Berdasarkan hasil penelitian dilokasi peneliti menemukan juga bahwa

penyebab anak melakukan kejatahan penganiayaan itu karena kurangnya kontrol

dari masyarakat serta keluarga sehingga diluar sana anak interaksi dengan orang-

orang yang membawa pengaruh buruk sehingga bisa menimbulkan kejahatan.

Karena ketika anak sudah tidak sekolah lagi maka keluarga dan masyarakat sangat

penting untuk mengontrol tingkah laku anak.

2. Teori Psikogenesis

Teori ini mengatakan bahwa perilaku kriminalitas timbul karena faktor

intelegensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi,

rasionalisasi, internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial

dan kecenderungan psikopatologis, artinya perilaku jahat merupakan reaksi

terhadap masalah psikis,38dalam kasus itu bapak Mesakh selaku penyidik

pembantu mengatakan bahwa “pelaku melakukan kejahatan penganiayaan

36
Ibid
37
Ibid.Hlm.99
38
Ibid Hlm.132

lviii
tersebut karena pelaku kesal terhadap korban yang pada saat diacara korban

bersenggolan dengan pelaku dan korban yang mengeluarkan kata kotor sehingga

pelaku merasa kesal/dendam sehingga pada saat bertemu dijalan maka pelaku

bisa melakukan kejahatan itu” sehingga bisa dikatakan bahwa anak melakukan

kejahatan itu karena anak kurang mampu menahan emosi dan adanya kesampatan

anak melakukan kejahatan itu. Anak yang tidak berpendidikan kurang bisa

mengontrol dirinya sehingga ketika emosi anak bisa melakukan hal yang diluar

kendalinya.

Dalam teori ini juga mengatakan bahwa faktor anak melakukan kejahatan

adalah karena faktor ekonomi juga, faktor ekonomi yang kuirang baik sehingga

anak menjadi putus sekolah sehingga menyebabkan rendahnya pendidikan anak

sehingga anak mudah terpengaruh dengan kejahatan menurut bapak mesakh

selaku penyidik pembantu mengatakan bahwa “Anak tersebut mudah melakukan

kejahatan karena kurangnya pendidikan yang didapatkan dikarena anak tersebut

putus sekolah, sehingga anak yang putus sekolah kadang sulit untuk mengontrol

emosinya”. Maka dari itu faktor ekonomi juga menjadi penyebab anak melakukan

kejahatan.Berkaitan dengan falktor ekonomi yang berdampak pada beberapa

faktor lain misalnya faktor pendidikan, orang yang tergolong miskin akan identik

dengan pendidikan yang rendah, karena dalam hidupnya tak mampu membayar

biaya pendidikan yang kian lama makin mahal, karena berpendidikan rendah akan

bisa mempengaruhi seseorang untuk memiliki penyakit moral atau kepribadian

jahat demi mencapai suatu keinginannya.

lix
Berdasarkan penelitian dilokasi penulis menemukan bahwa faktor penyebab

anak melakukan kejahatan penganiayaan tersebut karena adanya sikap-sikap yang

salah sehingga menimbulkan dendam yang membuat anak kurang mengontrol

emosi sehingga anak bisa melakukan kejahatan itu.

3.2 Upaya yang dilakukan Aparat Kepolisian untuk Menanggulangi

Kejahatan Penganiayaan yang dilakukan Oleh Anak

Pengertian kejahatan kekerasan pengertian baku tentang istilah “kejahatan

dengan kekerasan” secara yuridis belum diatur secara jelas dan tuntas. Bentuk

kejahatan yang dimaksud adalah bentuk kejahatan yang diatur didalam buku II

KUHP, sedangkan pengertian “dengan kekerasan” dalam BAB IX KUHP juga

belum diatur secara jelas. Pasal 89 KUHP hanya menerangkan bahwa yang

dinamakan “melakukan kekerasan” itu adalah membuat orang menjadi pingsan

atau tidak berdaya lagi (lemah). Pengertian “melakukan kekerasan” itu sendiri

diartikan sebagai “mempergunakan tenaga atas kekuatan jasmani tidak kecil

secara tidak sah”, misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam

senjata, menendang, dan lain sebagainya.39Setiap tahunnya perilaku kajahatan

merupakan gejala sosial yang senantiasa dihadapi oleh masyarakat didunia ini,

perilaku kejahatan ini dapat membuat masyarakat menjadi resah karena bisa

mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat maka dari itu peran keluara,

masyarakat, pemerintah dan aparat kepolisian sangat penting untuk

menanggulangi kejahatan ini agar tidak tidak terjadi lagi.

39
Ibid

lx
Seringnya terjadi kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh anak baik

dilingkungan sekolah maupun di lingkungan sekolah maupun dilingkungan

tempat anak bergaul membuat pihak kepolisian sangat berperan penting terhadap

penanggulangannya dan memikirkan langkah-langkah yang dilakukan untuk

menyelesaikan masalah tersebut.

Hasil wawancara penulis terhadap narasumber yaitu Kanit PPA Polres

Kupang yakniSutrisno mengatakan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh

pihak kepolisian dalam menanggulangi kejahatan penganiayaan yang dilakukann

oleh anak , antara lain dengan cara sebagai berikut:

1. Preemtif

Preemtif yaitu dengan cara pencegahan yang dilakukan oleh pihak

kepolisian dengan melakukan sosialisasi disekolah-sekolah dan dimasyarakat

dengan untuk menanamkan pengatahuan berupa nilai-nilai ,norma-norma yang

baik ,dan bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat dari kejahatan penganiayaan

yang dilakukan oleh anak serta melakukan pembinaan kepada anak yang

melakukan kejahatan penganiayaan.

Pembinaan terhadap anak yang melakukan kejahatan, pihak kepolisian

melakukan penanggulangan kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh anak

berupa upaya pembinaan agar pelaku kejahatan penganiayaan tidak mengulangi

lagi perbuatannya itu.

Jenis-jenis pembinaan yang dilakukan oleh pihak kepolisian menurut

Bungabara Masang selaku penyidik yaitu berupa :

a. pembinaan fisik,

lxi
b. Pembinaan rohani dan;

c. Pembinaan mental ;

d. Serta melakukan pramuka bayangkara di polres kupang.

2. Preventif

Preventif yaitu merupakan tindak lanjut dari upaya preemtif yang masi

dengan pencegahan . didalam upaya preventif itu yang ditekankan adalah untuk

menghilangkan kesempatan untuk dilakukakannya kejahatan

penganiayaan.Sutrisno mengatakan bahwa beberapa hal yang dilakukan oleh pihak

kepolisian untuk mencegah terjadinya kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh

anak dalam upaya preventif yaitu pengawasan dan pencegahan dengan melakukan

patroli untuk memantau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anak atau

sekelompok anak ditempat;tempat perkumpulan anak tersebut.

Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa pengawasan dan pencegahan kejahatan

penganiayaan yang dilakukan oleh pihak kepolisian ditempat perkumpulan anak

yaitu dengan melakukan patroli sesuai dengan pembagian menurut tempat dan

waktu. Pembagiannya ada juga yang patroli menggunakan motor ada juga yang

dengan berjalan kaki.

Upaya pencegahan yang dilakukan oleh kepolisian resor kupang dengan

melakukan patroli biasanya memusatkan perhatian pada tempat-tempat yang sering

terjadi kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh anak. Menurut tanggapan

peneliti walaupun polisi sudah berusaha sebaik mungkin untuk menanggulangi

terjadinya kejahatan namun tanpa bantuan dari keluarga yang berperan penting

untuk membina dan mengontrol anak agar tidak melakukan kejahatan itu lagi, dan

lxii
juga masyarakat yang berperan penting juga dalam pengawasan terhadap tingkah

laku anak. Maka dari itu tanpa bantuan dari keluarga dan masyarakat dalam

menanggulangi kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh anak maka usaha

yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam menanggulangi kejahatan itu tidak

mungkin berhasil dengan baik.

3. Represif

Represif yaitu dengan cara apabila telah terjadi tindak pidana/kejahatan

yang tindakannya berupa penegakan hukum (law enforcement) dengan

menjatuhkan hukuman.menurut bapak Bungabara Masang beberapa hal yang

dilakukan pihak kepolisian terhadap anak melakukan kejahatan penganiayaan yaitu

kasus anak itu lebih mengedepankan proses hukum secara restorative justice yaitu

sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak. Keadilan Restorative adalah penyelesaiaan perkara tindak

pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku atau korban, dan pihak

lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan

menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan.

Sesuai denganUndang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak pada tingkat penyidikan,penuntutan, pemeriksaan perkara

anak dipengadilan negeri wajib diupayakan diversi. Diversi dilakukan apabila

diancam dengan pidana penjara dibawah 7 (tujuh) tahun dan bukan merupakan

pengulangan tindak pidana.

Adapun tujuan diversi menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 tahun

2012 tentaang SistemPeradilan Pidana Anak yaitu:

lxiii
a. Mencapai perdamaian antara korban dan anak;

b. Menyelesaikan perkara anak di luar proses peradilan;

c. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan;

d. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan

e. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak.

Untuk menerapkan sistem peradilan pidana anak, Undang-Undang No. 11

Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak telah memberikan beberapa

pentunjuk sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 2 dan Pasal 5. Pasal 2 dan

penjelesannya menentukan bahwa sistem peradilan pidana anak dilaksanakan

berdasarkan asas berikut:

a. Perlindungan, yaitu yang meliputi kegiatan yang bersifat langsung dan tidak

langsung dari tindakan yang membahayakan anak secara pisik dan/atau psikis;

b. Keadilan, adalah bahwa setiap penyelesaian perkara anak harus mencerminkan

rasa keadilan bagi Anak.

c. Non diskriminasi, adalah tidak adanya perlakuan yang berbeda didasarkan

pada suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa,

status hukum Anak, urutan kelahiran Anak, serta kondisi fisik dan/atau

mental.

d. Kepentingan terbaik bagi anak, adalah segala pengambilan keputusan harus

selalu mempertimbangkan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak.

e. Penghargaan terhadap pendapat anak, adalah penghormatan atas hak Anak

untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan

keputusan, terutama jika menyangkut hal yang memengaruhi kehidupan Anak.

lxiv
f. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, adalah hak asasi yang paling

mendasar bagi Anak yang dilindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat,

keluarga, dan orang tua.

g. Pembinaan, adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas, ketakwaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan

keterampilan, profesional, serta kesehatan jasmani dan rohani Anak baik di

dalam maupun di luar proses peradilan pidana. Pembimbingan, adalah

pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan,

profesional, serta kesehatan jasmani dan rohani klien pemasyarakatan.

h. Proporsional, adalah segala perlakuan terhadap Anak harus memperhatikan

batas keperluan, umur, dan kondisi Anak.

i. Perampasan kemerdekaan merupakan upaya terakhir, adalah pada dasarnya

Anak tidak dapat dirampas kemerdekaannya, kecuali terpaksa guna

kepentingan penyelesaian perkara.

j. Penghindaran pembalasan, adalah prinsip menjauhkan upaya pembalasan

dalam proses peradilan pidana.

Adapun Pasal 5 menentukan:

1) Sistem Peradilan Pidana Anak wajib mengutamakan pendekatan Keadilan

Restoratif

2) Sistem Peradilan Pidana Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

lxv
a. penyidikan dan penuntutan pidana Anak yang dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan

lain dalam Undang-Undang ini;

b. persidangan Anak yang dilakukan oleh pengadilan di lingkungan

peradilan umum; dan

c. pembinaan, pembimbingan, pengawasan, dan/atau pendampingan

selama proses pelaksanaan pidana atau tindakan dan setelah menjalani

pidana atau tindakan.

3) Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a dan huruf b wajib diupayakan Diversi.

Adapun tujuan diversi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 yaitu:


a. mencapai perdamaian antara korban dan Anak;

b. menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan;

c. menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan;

d. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan

e. menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.

lxvi
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti lakukan maka

kesimpulan atas seluruhnya yaitu:

1. Kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh anak adalah perbuatan yang

hampir setiap tahunnya selalu ada, padahal anak adalah penerus bangsa

yang kedepannya akan membawa bangsa ini menuju lebih baik ,namun tak

sangka kejahatan yang dilakukan anak setiap tahunnya selalu ada, namun

semua itu bisa diberantas dengan kerjasama orang terdekat yaitu orang tua

dan juga masyarakat serta pemerintah dengan pihak kepolisian dalam

memberikan aturan serta membina anak menjadi lebih baik lagi agar

kejahatan yang dilakukan tidak terulangi lagi.Kejahatan penganiayaan

yang dilakukan oleh anak disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya

yaitu:

a. Kurangnya kontrol dari keluarga, dan masyarakat sehingga anak bisa

melakukan kejahatan penganiayaan,

b. Anak yang kurang mengontrol emosi.

2. Upaya Penanggulangan kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh

pihak kepolisian yaitu memberikan sosialisasi kepada anggota masyarakat

tentang bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat dari kejahatan

penganiayaan yang dilakukan oleh anak serta memberikan pembinaan

terhadap anak yang melakukan kejahatan penganiayaan , mendirikan

lxvii
ruang, dan pelayanan khusus dan membentuk unit pelayanan perempuan

dan anak, serta upaya yang dilakukan berupa tindakan berupa penegakan

hukum dengan menjatuhkan hukuman, dan lebih mengedepankan pada

proses hukum secara restorative justice yaitu sesuai dengan pasal 5

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak.

4.2 Saran

Untuk melengkapi penulisan ini , maka penulis memberikan beberapa

pemikiran-pemikiran yang kemudian penulis tuangkan dalam bentuk saran

yaitu:

1. Penulis menghimbau kepada keluarga serta masyarakat, agar selalu berusaha

dalam upaya pencegahan , tanpa dukungan keluarga dan masyarakat, maka

usaha dari pihak kepolisian tidak akan memberikan hasil yang

maksimal.Perhatian keluarga terutama orang tua terhadap anak sangat

penting karena dapat mengontrol anak untuk tidak melakukan kejahatan

penganiayaan .

2. Lembaga-lembaga yang terkait dan bertanggungjawab dalam hal kejahatan

yang dilakukan oleh anak lebih berperan aktif dalam menanggulangi

kejahatan tersebut, dan memikirkan Langkah-langkah yang kongkrit dan

efisien.

lxviii
DAFTARPUSTAKA

A. BUKU-BUKU
Adang, Yesmil Anwar. 2016, Kriminologi, Cet Ke-3,Bandung: PT Refika
Aditama.

Darwata, I Gusti.2017,Kriminologi,Denpasar: Universitas Udayana.


Martha, Emina. 2020, Kriminologi Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Buku Litera.
Marzuki, Peter. 2005, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana.
Narwoko,dkk.2013, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Rahardjo,Satjipto. 2014, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti.


Rosidah, Nikmah. 2019, Sistem Peradilan Pidana Anak, Bandar Lampung:
Anugrah Utama Raharja.

Satriana, I Made, dan Ni Made Liana Dewi. 2021, Sistem Peradilan Pidana,
Denpasar: Udayana University Press.

Susanti, Emilia, dan Eko Rahardjo.2018, Hukum dan Kriminologi, Bandar


Lampung: CV Anugrah Utama Rahardja.

Tongat. 2003, Hukum Pidana Materiil, Tinjauan Atas Tindak Pidana Terhadap Subyek
Hukum Dalam KUHP,Jakarta; Djambatan.

Utami, Indah. 2012, Aliran dan Teori Dalam Kriminologi ,Yogyakarta: Thafa Media.

B. SKRIPSI
Citra Wahyu Andini. 2021, Tinjauan Yuridis Terhadap Pertanggungjawaban
Anak di Bawah Umur Sebagai Pelaku Tindak Pidana Anak, Medan: USU.

Febrina Erlinda Nuryanti. 2011, Penerapan Sanksi Pidana Bagi Anak Pelaku
Tindak Pidana Penganiayaan di Pengadilan Negeri Surabaya, Surabaya:
UPN Veteran.

Muhammad Ali Putra. 2017, Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan


Penganiayaan yang dilakukan oleh Anak Terhadap Anak di Kota Makassar,
Makassar: Unhas

lxix
ST.Fachrana Suraeda. 2018, Tinjauan Kriminologis Kejahatan Penganiayaan
Terhadap Anak di Kota Makassar, Makassar: Unhas.

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

lxx

Anda mungkin juga menyukai