Oleh:
ALFATIHAH DJAIZ APEREKO
NIM: 1602010219
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui :
Dr. Kotan Y. Stefanus, S.H., M.Hum. Hernimus Ratu Udju, S.H., M.H.
NIP: 19601227 198702 1 001 NIP: 19610428 198901 1 001
Mengetahui :
i
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diterima oleh Panitia Ujian Sarjana dan Dewan Penguji Fakultas Hukum
Universitas Nusa Cendana Kupang dalam Ujian Skripsi yang diselenggarakan
pada:
Ketua/Dekan
Penguji Utama
Penguji I
Penguji II
ii
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 1602010219
Fakultas : Hukum
Dengan ini saya menyatakan, bahwa skripsi ini adalah benar-benar karya saya
sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya yang ditulis atau diterbitkan
orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya
ilmiah yang lazim. Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penulisan skripsi
ini, maka saya bersedia untuk mematuhi peraturan yang berlaku di Universitas Nusa
Cendana.
Demikian Pernyataan ini saya buat sebagai tanggung jawab formal agar dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
iii
PERSEMBAHAN
Atas Berkat Kasih dan Karunia ALLAH SWT, Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Sayman Peten Sili dan Ibunda Fatimah Ina
Duli, yang telah dengan penuh kasih merawat, membesarkan, membimbing dan
selalu mendoakan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
2. Untuk semua teman-teman seperjuangan pada Fakultas Hukum Angkatan 2016
kelas B: Sakti, Yakob, Adit, Jefri, Hendrik, Fanto, Arfac, Ferdi, Kidon, Eras,
Rahman, Faiz, Ray, Satria, Adi, Vhany, Mertin, Vita, Eva, Rahmi, Ria, Titin, Erlin,
Merlin, Selvi, Reta dan teman-teman lain yang tidak sempat penulis sebutkan
namanya. Terimakasih atas persahabatan yang terjalin selama kita bersama
menuntut ilmu di almamater kita.
3. Untuk semua yang terkasih: Alm. Bapak Alamsyah Amareko, Alm. Bapak
Muhammad Saleh Tokan, Alm. Nana Muhammad Amin Nuen, Alm. Nana Nurdin
Doni, Bapak Ahmad Peten Sili, Nana Liku Sang, Kakak Ina Buan, Kakak Ekhon,
Kakak Perada Roman, Opu Goran dan Kaka Duran, Mama Emi, Nenba Tokan,
Kodrat Tokan, Alfi Tokan, Miden Tokan, Aditya Peten Sili, Alvares Tokan, Rijal
Tokan, Hadjar, Ama Luli, Bapa Dia, Eba Belolo, Rate Riantoby, Hergan, Longa
Tokan, Haji Tokan, Ema Kiwan, Uat, Atika Syafira, Anisa, Ayuwinda, Nona Mey,
Memen Dai, Bunga Riantoby, Alamsyah Tokan dan Sely Eke yang masing-masing
dengan caranya sendiri memberi dukungan kepada penulis. Terimakasih atas doa
dan dukungan selama ini.
4. Teman-teman: Alm. Maggie Hikon, Randi Keraf, Rian Keraf, Tristan, Esti Keraf,
Oji Belaga, Fitrah Engga, Djody, Arif Jakra, Reza, Andi Udjan, Sherin, Fatmi, Siti,
Rugaya, Ita Uran, Hatib, Dede, Karlos, Oncu Solle, Exel, Xavi, Yanto, ade
Eltoladia, ade Edwina serta semua yang tidak sempat disebutkan namanya.
Terimakasih atas doa, dukungan dan kebersamaan yang terjalin selama ini.
5. Alamamater tercinta Universitas Nusa Cendana Kupang yang telah mengasuh dan
membesarkanku. Termakasih untuk semua jasamu.
iv
MOTTO
Saya tidak mengenal kata menyesal, putus asa maupun berhenti, karena saya
meyakini bahwa ALLAH berikan kita kehidupan, maka ALLAH percaya kita
mampu.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT patut penulis panjatkan atas selesainya
penyusunan Skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa penulis tidak memiliki
kekuatan sendiri untuk menyelesaikan Skripsi ini. tetapi ada satu kekuatan besar yang
Skripsi ini sebagai tugas akhir yang wajib dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Hukum. Kekuatan besar itu berasal dari-Nya. Untuk itu,
penulis hanya mampu memuji kepada-Nya dengan do’a sebagai hamba yang berbilang,
mengungkapkan rasa terima kasih penulis kepada pihak-pihak yang telah berperan
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang, Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc. beserta
jajaran Pembantu Rektor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang, Dr. Reny Rebeka Masu,
S.H., M.H. bersama para Pembantu Dekan, Ketua Bagian Hukum Tata Negara dan
Koordinator Program Studi Ilmun Hukum yang telah memberikan bimbingan dan
3. Dr. Dhesy Arisandielis Kase, S.H., M.H. selaku Dosen Penasehat Akademik yang
vi
4. Dr. Kotan Y. Stefanus, S.H., M.Hum. sebagai Pembimbing I dan Bapak Hernimus
Ratu Udju. S.H., M.H. sebagai Pembimbing II yang telah banyak membimbing dan
5. Dr. Ebu Kosmas, S.H., M.Hum. yang telah berkenan menjadi Penguji Utama Skripsi
ini.
6. Para staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang yang telah
dengan ikhlas dan profesional membagi ilmu dan penegetahuannya kepada penulis
7. Kepada para Karyawan/ti Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang yang
pendidikan ini, untuk itu penulis sekali lagi mengucapkan terima kasih. Skripsi ini
adalah karya dari berbagai pihak yang berpartisipasi sesuai dengan kapasitasnya masing-
masing. Selain ucapan terimakasih, penulis selalu memanjatkan DO'A semoga Tuhan
Penulis menyadari pula bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, karena
keterbatasan kemampuan penulis, oleh karena itu penulis akan menerima segala kritik
yang bersifat membangun dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini.
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
PERSEMBAHAN .................................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................... v
ABSTRACK .............................................................................................................. ix
x
4. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 21
Timur ........................................................................................................ 43
xi
BAB IV PENUTUP ................................................................................................. 72
A. Simpulan ............................................................................................. 72
B. Saran ................................................................................................... 73
LAMPIRAN ............................................................................................................. 80
xii
DAFTAR TABEL
3.1 Perbandingan Aparat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur
3.2 Tingkat Pendidikan Aparat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur
2020 ............................................................................................................... 59
xiii
i
BAB I
PENDAHULUAN
terdiri atas 18 (delapan belas) buah Kelurahan dan 2 (dua) buah desa1 memiliki
masalah ketertiban umum sebagai suatu ciri kota atau wilayah yang sedang
Larantuka ini khususnya dalam mengatasi para pelaku usaha dagang dalam
adanya sistem pengelolaan dan penertiban yang baik dan benar yang bertujuan untuk
wilayah Kecamatan Larantuka masih terdapat banyak persoalan yang muncul sebagai
mana warga masyarakat masih melakukan aktivitas jual beli barang dagangannya
Manusia dilahirkan dan hidup secara berkelompok, dan tidak terpisahkan satu
sama lain. Hidup secara berkelompok ini merupakan kodrat manusia dalam
1
bahaya yang datang dari luar maupun dari dalam. Setiap manusia akan berusaha
untuk menghindari atau melawan dan mengatasi bahaya-bahaya itu, dan terjadilah
antar manusia.
kehidupannya, karena manusia adalah makhluk sosial atau zoon politicon menurut
Aristoteles, yang kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Hans Kelsen yang menyebut
manusia sebagai makhluk sosial yang dikodratkan hidup dalam kebersamaan dengan
yang satu dengan yang lainnya, yang disebut hubugan sosial atau relasi sosial.
Hubungan sosial merupakan interaksi antar individu, individu dengan kelompok, dan
yang lainnya dalam kehidupannya. Hubungan sosial ini sering kali dikonotasikan
dengan interaksi sosial, keduanya memang terkait erat sebagai bentuk paling dasar
dari hubungan sosial. Tidak ada hubungan sosial tanpa adanya interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling
mempengaruhi antar individu, antara individu dan kelompok, dan antara kelompok.
4
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/pengertian-individu-kelompok-dan-hubungan-
sosial-6789/
2
Dalam hubungan sosial itu, selalu terjadi interaksi sosial sebagai wujud
kehidupan masyarakat menuntut cara berperilaku antara satu dengan yang lainnya
mempunyai sifat yang tidak sama. Oleh karena itu, dalam masyarakat yang teratur,
setiap manusia sebagai anggota masyarakat harus memperhatikan norma atau kaidah
maupun peraturan yang ada dan hidup dalam masyarakat. Ketertiban dapat membuat
seseorang disiplin, karena merupakan landasan kemajuan suatu bangsa. Tertib dan
menuju kesejahteraan.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa manusia sebagai makhluk sosial
yang selalu berinteraksi dan membutuhkan bantuan dengan sesamanya. Hal penting
yang dibutuhkan dalam hubungan antar sesama ini, yaitu adanya keteraturan
sehingga individu dapat berhubungan secara harmonis dengan individu lainnya. Oleh
Secara umum diketahui bahwa tujuan hukum itu berbeda-beda, tetapi yang
pasti bahwa tujuan dari hukum sesungguhnya adalah menciptakan keteraturan dalam
masyarakat. Hukum yang ada kaitannya dengan masyarakat itu dapat direduksi untuk
5
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, Pusat Studi
Wawasan Nusantara, Hukum dan Pembangunan, bekerjasama dengan Penerbit Alumni Bandung,
3
dari segala hukum. Kebutuhan terhadap ketertiban ini merupakan syarat pokok
(fundamental) bagi adanya suatu masyarakat yang teratur. Ketertiban sebagai tujuan
hukum merupakan fakta objektif yang berlaku bagi segala masyarakat dalam segala
Setiap aspek kehidupan masyarakat, terdapat aturan atau norma hukum yang
mengatur. Adanya aturan atau norma hukum ini, akan menciptakan ketertiban dan
membuat keadaan kehidupan masyarakat akan menjadi lebih baik, tenang, damai,
aman dan nyaman sehingga aktivitas setiap warga masyarakat dalam berusaha untuk
hukum ini akan dijadikan patokan atau ukuran untuk membandingkan sesuatu hal
yang hakikat, ukuran dan kualitasnya diragukan. Aturan atau hukum hakikatnya
tindakan seseorang itu melanggar ketertiban atau tidak. Dari sini dapat dikatakan
bahwa dengan adanya hukum maka akan tercipta ketertiban dalam kehidupan
masyarakat.
ini terjadi di hampir sepanjang jalan dari Pasar Inpres Larantuka ke arah barat
jalan yang melintasi 3 (tiga) kelurahan tersebut para pedagang menjual barang
4
dagangannya di atas trotoar jalan, dan bahkan di emperan toko. Hal ini tentu sangat
dilakukan oleh pejabat penegak hukum dalam hal ini Satuan Polisi Pamong Praja
yang mempunyai tugas antara lain melakukan upaya penertiban umum. Dalam upaya
Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 16 Tahun 2015 tentang Ketertiban
Kabupaten Flores Timur ini, dipandang perlu untuk mengatur ketertiban umum
Larantuka. Namun peraturan yang dipandang sebagai salah satu aspek penting dalam
pembentukannya. Tidak jarang hukum atau aturan itu dicederai, dilanggar bahkan
orang yang masih menganggap tidak pentingnya sebuah hukum dalam masyarakat.
Para pelaku pelanggaran ataupun pencedera hukum inilah yang dalam tulisan ini
Kabupaten Flores Timur Nomor 16 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum Dalam
Wilayah Kabupaten Flores Timur ini dapat dilihat dalam Pasal 4, yaitu:8
5
Dalam memanfaatkan Barang Milik Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 5,
setiap orang dan atau badan wajib memanfaatkan barang milik Daerah sesuai
gedung/bangunan, dan atau barang milik daerah lainnya baik yang bergerak
maupun tidak bergerak tanpa ijin dari Bupati atau Pejabat yang berwenang.
maka sebagai sanksinya Bupati dapat memerintahkan Satuan Polisi Pamong Praja
paksa barang milik Daerah yang dikuasai oleh orang atau badan tanpa
pemberitahuan sebelumnya.
2. Pemanfaatan Jalan.
Pemanfaatan jalan ini diatur dalam Pasal 6 sampai Pasal 7, yang mengatur:
6
f. larangan memarkir kendaraan di tempat yang bukan peruntukannya;
g. larangan melakukan bongkar muat barang di tepi atau badan jalan pada
lintas;
umum;
24 jam.
3. Bangunan.
Bangunan diatur dalam Pasal 9 sampai Pasal 10, yang antara lain menyatakan
bahwa:
1). suatu bangunan harus memenuhi persyaratan adminstrasi dan teknis sesuai
lingkungannya;
7
a. larangan membuat gaduh/keributan yang dapat mengganggu ketentraman
4. Usaha Dagang.
Usaha Dagang diatur dalam Pasal 11 sampai Pasal 12 yang antara lain
menyatakan bahwa:
1). setiap orang yang menjalankan usaha dagang harus memenuhi dan mentaati
2). selain itu, Peraturan Daerah ini juga melarang orang untuk melakukan
a. badan jalan;
b. trotoar;
c. emperan toko;
d. jalur hijau;
e. taman; dan
f. fasilitas umum.
5. Kebersihan.
Kebersihan diatur dalam Pasal 13 sampai Pasal 16, yang antara lain mengatur:
8
a. menjaga kebersihan di fasilitas umum dan fasilitas khusus; dan
penampung sampah.
1). Sampah yang berasal dari rumah, fasilitas umum dan fasilitas khusus wajib
Jalur Hijau, Taman dan Fasilitas Umum diatur dalam Pasal 20 yang mengatur
1). membangun rumah tinggal di jalur hijau, taman dan fasilitas umum;
3). melakukan perbuatan dengan alasan apapun yang dapat merusak jalur hijau,
8. Sosial.
9
Ketentuan yang mengatur tentang Sosial ini diatur dalam Pasal 21 yang mengatur
1). meminta bantuan atau sumbangan berupa uang atau barang dengan cara atau
9. Pemakaman.
mengatur tentang:
Sungai, Pantai dan Drainase diatur dalam Pasal 24 yang mengatur larangan bagi
orang/badan untuk:
1). melakukan aktivitas yang dapat mengganggu atau merusak fungsi ekosistem
2). melakukan aktivitas yang dapat mengganggu atau merusak fungsi ekosistem
pantai; dan
10
3). melakukan aktivitas yang dapat mengganggu atau merusak fungsi drainase.
11. Kependudukan.
Selain itu, diatur juga kewajiban warga masyarakat yang telah memiliki Kartu
12. Peternakan.
Ketentuan tentang Peternakan terdapat di dalam Pasal 27 sampai Pasal 29, yang
antara lain mengatur kewajiban warga masyarakat atau badan hukum yang
Pengaturan tentang Anak Sekolah ini terdapat dalam Pasal 30 yang mengatur
tentang larangan bagi anak sekolah untuk berkeliaran di luar lingkungan sekolah
pada jam sekolah, seperti seperti pasar, pertokoan dan/atau tempat umum lainnya.
11
Apabila terdapat anak sekolah yang berada di luar lingkungan sekolah pada jam
masyarakat relatuf belum memahami fungsi atau tujuan pengaturan, yang dapat
dikatakan sebagai tujuan hukum. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Lawrence M.
Pengantar)9 bahwa tidak ada cara lain untuk memahami suatu hukum selain melihat
bahwa yang dimaksudkan dengan perilaku hukum adalah perilaku masyarakat yang
Selanjutnya, menurut C.S.T Kansil, dalam buku Pengantar Ilmu Hukum dan
bermasyarakat itu11.
9 ?
Laurence M Friedman; American Law Introduction, Second Edition, diterjemahkan oleh
Wishnu Basuki dengan judul Hukum Amerika, Sebuah Pengantar, Penerbit PT. Tatanusa, Jakarta,
2001, hal. 280.
10
Loc. Cit.
10
11
C.S.T. Kansil; Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, P.N. Balai Pustaka,
Jakarta, 1983, hal. 81.
12
“ada tata aturan atau kaidah atau norma yang mengatur tata kehidupan
manusia dalam suatu masyarakat yang memiliki dua macam isi, yaitu:
1. Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat
suatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik;
2. Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak
berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik”12
atau norma, maka perlu adanya sanksi-sanksi yaitu ancaman hukuman terhadap
barang siapa atau setiap orang atau badan yang melakukan pelanggaran atasnya.
Sanksi ini merupakan reaksi dari negara terhadap perbuatan yang melanggar norma.
Hal ini, sejalan dengan pendapat dari Mochtar Kusumaatmadja dalam bukunya
hukum itu sendiri, tunduk pada aturan-aturan tertentu. Dalam penegakan ketentuan-
dalam suatu negara pemaksaan itu berada di tangan negara melalui alat-alat atau
Flores Timur untuk mengatur ketertiban yang antara lain mengatur tentang
13
Satuan Polisi Pamong Praja pada hakekatnya mempunyai tugas memberikan
perlindungan kepada masyarakat, sehingga dapat terwujud rasa tenteram dan tertib di
memberikan perlindungan kepada masyarakat ini sesuai dengan tugas dari Satuan
Polisi Pamong Praja yang secara normatif diatur dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja yang menyatakan bahwa
Polisi Pamong Praja harus mampu melakukan fungsi penegakkan Peraturan Daerah
Kabupaten Flores Tmur Nomor 16 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum Dalam
Dalam Bab VII Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur tersebut yang
mengatur tentang Usaha Dagang dan dalam Pasal 11 menyebutkan 15: “Setiap orang
yang menjalankan usaha dagang harus memenuhi dan mentaati ketentuan peraturan
perundang-undangan”.
14
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 72, Tambahan Lambaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6205).
15
Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Tahun 2015 Nomor 16, Tambahan Daerah
Kabupaten Flores Timur Nomor 0123), op. cit.
14
Selanjutnya, dalam Pasal 1216 disebutkan:
Kabupaten Flores Timur yang mengatur tentang Ketertiban Umum Dalam Wilayah
Kabupaten Flores Timur secara normatif sudah diatur tentang larangan untuk
larangan ini tidak akan efektif apabila tidak disertai dengan upaya penegakan hukum.
penelitian ini adalah adanya sanksi administratif bagi setiap orang atau badan usaha
16 ?
Ibid.
17
Direktur Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan, Direktorat Jenderal Peraturan
Perundang-undangan, Departemen Hukum dan HAM.
18
Tulisan ini pernah dimuat dalam Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 6 No. 4 - Desember 2009
dikutip dari e-jurnal.go.id, diakses tanggal 27 Juli 2020.
15
Timur Nomor 16 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum Dalam Wilayah Kabupaten
Flores Timur ternyata sudah sejalan, karena secara tegas sudah diatur dalam Pasal 32
ayat (1)19 yang isinya menyatakan bahwa setiap orang yang melanggar ketentuan
antara lain Pasal 1220 dikenakan sanksi administratif. Selanjutnya dalam Pasal 32
mengenai larangan melakukan aktivitas usaha dagang di beberapa tempat dan juga
sudah mengatur sanksi tegas bagi setiap orang yang melanggarnya, namun larangan
dan sanksi tegas tersebut sepertinya belum dipatuhi oleh para pelaku usaha dagang di
ketidakpatuhan masyarakat atas norma yang telah ditetapkan ini, menurut Mochtar
telah mengabaikan tujuan pokok dari hukum, yaitu ketertiban (order), karena
ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama dari segala hukum. Kebutuhan terhadap
ketertiban ini merupakan syarat pokok bagi adanya suatu masyarakat manusia yang
teratur.
19
Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Tahun 2015 Nomor 16, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0123), op.cit.
20
Loc.Cit.
21
Loc. Cit.
22
Op.Cit.
16
Dari uraian tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
masyarakat dalam kaitannya dengan perilaku para pelaku usaha dagang di kecamatan
Larantuka Kabupaten Flores Timur dan menuangkannya dalam bentuk karya tulis
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian.
17
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan Peraturan Daerah
di Kecamatan Larantuka.
2. Manfaat Penelitian.
a. Manfaat Teoretis
Pemerintahan Daerah.
b. Manfaat Praktis.
18
selalu menjaga ketertiban umum agar senantiasa dapat tercipta suasana
Flores Timur.
D. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian.
Flores Timur dan Kantor Camar Larantuka, juga akan dilakukan di 4 (empat)
yaitu:
a. Kelurahan Ekasapta;
b. Kelurahan Postoh;
d. Kelurahan Lewolere.
Kelurahan Ekasapta dan Kelurahan Postoh dipilih karena pada kedua wilayah
karena pada kedua kelurahan ini tidak nampak adanya kegiatan masyarakat
2. Spesifikasi Penelitian.
19
yaitu mengkaji pelaksanaan ketentuan atau peraturan perundang-undangan
c. Faktor Masyarakat.
a. Data Primer.
b. Data Sekunder.
20
Data Sekunder merupakan bahan-bahan hukum yang dapat dijadikan
sebagai obyek penelitian dalam studi dokumen atau studi kepustakaan ini.
a. Populasi.
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
ditarik kesimpulanya.23
b. Sampel.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
23
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2010,
hal. 90.
24
Ibid, hal. 91.
21
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
c. Renponden/Interval.
Penelitian ini membatasi jumlah responden dan dibatasi pula pada sample
Metode penelitian ini, sesuai dengan yang dikenal dalam kepustakaan penelitian
upaya untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan
25
Data dasar dalam penelitian hukum normatif ini adalah bahan pustaka yang digolongkan
sebagai data sekunder yang: a. ada dalam keadaan siap pakai, b. bentuk dan isinya telah disusun oleh
peneliti-peneliti terdahulu, c. dapat diperoleh tanpa terikat waktu dan tempat. (Baca: Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada, 1995, hal. 37.
22
penelitian kepustakaan, yaitu mengumpulkan data sekunder, baik yang bersifat
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tertier dan
Studi kepustakaan atau sering disebut juga studi dokumen, di sini peneliti
akan meneliti atau menggali bahan-bahan hukum atau data tertulis berupa
serta bahan tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan permasalahan yang
akan diteliti.
dan pembuktian mengenai sikap, pandangan dan persepsi para responden atau
yang diteliti. Dalam kaitannya dengan teknik penelitian ini, peneliti akan
26
Wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis karena bentuknya yang berasal
dari interaksi verbal antara peneliti dengan responden, dalam James A. Black dan Dean J. Champion,
Metode dan Masalah Penelitian Sosial, diterjemahkan oleh E. Koeswara, Dira Salam dan Alfin
Ruzhendi, PT. Refika Aditama, Bandung, Cet. Kedua, 1999, hal. 305.
23
berupaya untuk memperoleh data primer, yaitu data yang diperoleh langsung
penelitian27.
diseleksi untuk diambil data khusus, yaitu data yang berkaitan dengan
penelitian;
Data yang telah diperoleh tersebut, akan diolah dan dianalisis dengan cara
sebagai berikut:
a) Pengolahan Data.
berikut:
24
2. Klasifikasi atau pengelompokan yaitu proses pengelompokan data
penelitian ini.
b) Analisis Data.
yang diteliti sesuai dengan arah dan kaidah hukum yang berlaku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
25
(basic needs) dan kebutuhan pengembangan sektor unggulan guna mewujudkan
dalam wujud “Otonomi Daerah” yang luas, nyata dan bertanggungjawab untuk
dengan ditetapkannya salah satu hasil Sidang MPR Tahun 1998 yaitu Ketetapan
Sebagaimana diketahui bahwa istilah otonomi berasal dari dua kata dalam
bahasa Yunani: outos yang berarti sendiri dan nomos yang berarti undang-undang.
normatif, rumusan Otonomi Daerah dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 6 Undang-
28 ?
Republik Indonesia; Ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998. Dalam Pasal 1 TAP MPR
tersebut dikemukakan mengenai kebijakan nasional di bidang otonomi daerah, bahwa
“Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung
jawab di daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan
sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah”.
26
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 29 yang berbunyi
“Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
penghormatan terhadap kehidupan regional sesuai riwayat, adat istiadat dan sifat-
Soepomo30 dan oleh karena itu maka otonomi dianggap sebagai upaya
sebagai suatu upaya yang berpresektif otonomi di bidang ekonomi dan politik di
kebersamaan dan persatuan dan tidak bakal menuntut pemisahan diri sebagaimana
Untuk menyamakan persepsi tentang Otonomi Daerah ini, maka berikut ini
1. Bagir Manan, dalam bukunya Hubungan Antar Pusat dan Daerah Menurut
29
Republik Indoneia; LN RI Tahun 2014 No. 244, TLN No. 5587.
30
Abdullah, H.R. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu
Alternatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal. 11.
31
Suara Pembaruan; Otonomi Daerah: Peluang dan Tantangan, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1995, hal. 83.
32
Ibid. hal. 45–79.
27
kemandirian (vrijheid dan zelfstandigheid) satuan pemerintahan lebih
peraturan perundang-undangan34.
Selain pendapat para ahli di atas, penulis juga mengutip pendapat dari
https://www.seputar pengetahuan.co.id/2020/03pengertian-otonomi-
sebagai berikut:
1. Benyamin Hoesein.
bagian wilayah nasional suatu negara dan secara informal berada di luar
pemerintah pusat.
2. Philip Mahwood.
28
diserahkan pemerintah guna untuk mengalokasikan sumber material yang
3. Mariun.
pemerintah (pusat). Hal ini sejalan dengan pendapat Bhenyamin Hoessein yang
36
Hossein; Prospek Resolusi Kebijakan dan Implementasi Otonomi Daerah dari Sudut
Pandang Hukum Tata Negara; Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Strategi Resolusi
Kebijakan dan Implementasi Otonomi Daerah Dalam Kerangka Good Governance, dilaksanakan oleh
Pusat Kinerja Otonomi Daerah Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, 30 Oktober 2001.
29
2. Konsep Pemerintahan Daerah
dari kata government berasal dari kata berbahasa Yunani kubernan yang berarti
nakhoda kapal, yang artinya menatap ke depan. Lalu kata “memerintah” berarti
pada masa yang akan datang dan mempersiapkan langkah-langkah kebijakan untuk
sedangkan governance berasal dari kata Gerik kybern, kybernan yang artinya
pengemudian kapal bersama semua isinya sampai pada tujuan dengan selamat.
Sri Soemantri Martosoewignjo sebagaimana yang dikutip oleh Pipin Syarifin dan
37
Ramlan Surbakti; Memahami Ilmu Politik, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta, Cetakan Keempat, 1999, hal. 167–168.
38
Taliziduhu Ndraha; Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru), Jilid 1, Rineka Cipta,
Jakarta, Cetakan Pertama, 2003, hal. vii.
39
Surbakti; op. cit. hal. 168.
30
Pemerintahan diartikan dengan perbuatan (cara, hal, urusan dan sebagainya)
memerintah.40
dalam arti luas, berarti seluruh fungsi Negara, seperti legislatif, eksekutif dan
saja.41 Sedangkan pengertian Pemerintah dalam arti luas adalah seluruh aparat yang
“Pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh
Negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan, memelihara keamanan
dan meningkatkan derajat kehidupan rakyat serta dalam menjamin
kepentingan Negara itu sendiri. Dalam konteks fungsi legislatif, eksekutif
dan yudikatif, pengertian pemerintahan menyangkut semua fungsi di
atas, sedangkan dalam arti sempit hanya menyangkut fungsi eksekutif
saja”.
31
Pengertian Pemerintahan Daerah ini tidak berbeda dengan pengertian
menjadi wewenang daerah otonom dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang terdiri
atas DPRD dan Kepala Daerah. Dalam hal ini, wewenang pengaturannya melibatkan
45 ?
Republik Indoneia; LN RI Tahun 2004 No.125, TLN No.443.
46 ?
Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, Op.Cit, hal 76.
47
Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, perangkat daerah ini bersama Gubernur, Bupati dan Walikota adalah sama-sama sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Selanjutnya dalam angka 4 ditambahkan lagi Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
32
Secara normatif, pengertian Ketertiban Umum diatur dalam Pasal 1 angka 6
sebagai suatu keadaan dimana pemerintah dan rakyat dapat melakukan kegiatan
secara tertib, teratur, nyaman dan tentram. Rumusan ini menggambarkan bahwa
dalam suatu kondisi yang tertib, teratur, nyaman dan tentram, maka pemerintah
pengertian dari kata ketertiban, sebagaimana dapat dilihat berikut ini. Kata
“ketertiban” berasal dari kata dasar “tertib” yang menurut W.J.S. Poerwadarminta
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia49 berarti aturan, peraturan yang baik,
misalnya tertib acara aturan dalam sidang (rapat dan sebagainya), acara program,
tertib hukum yaitu aturan yang bertalian dengan hukum. Ketertiban artinya
aturan, peraturan, kesopanan, peri kelakuan yang baik dalam pergaulan, keadaan
serba teratur baik. Masih menurut W.J.S. Poerwadarminta, dari kata dasar tertib
ini setelah mendapat imbuhan berubah menjadi “ketertiban” yang berarti aturan,
Selain arti kata “tertib” menurut W.J.S. Poerwadarminta di atas, arti kata
33
b. sopan, dengan sepatutnya; dan
adalah ketertiban (dalam masyarakat dan sebagainya) dan keadaan serba teratur
baik.52
dalam berbagai literatur juga ditemukan kata Ketertiban yang selalu dipadukan
52
Ibid.
53
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lambaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4168.
54
Sadjijono, Fungsi Kepolisian dalam Pelaksanaan Good Governance, LB Laks Bang.,
Yogyakarta, 2005, hal. 51.
34
“keamanan dan ketertiban adalah keadaan bebas dari kerusakan atau
kehancuran yang mengancam keseluruhan atau perorangan dan
memberikan rasa bebas dari ketakutan atau kekhawatiran sehingga ada
kepastian dan rasa kepastian dari jaminan segala kepentingan atau suatu
keadaan yang bebas dari pelanggaran norma-norma hukum”.
mengandung arti mendua. Dalam praktek berbagai penafsiran tentang arti dan makna
dikatakan oleh M. Yahya Harahap dalam bukunya Hukum Acara Perdata 55 bahwa
penafsiran sempit arti dari ketertiban umum yakni ketertiban yang hanya ditentukan
Hal ini berarti bahwa orang yang melakukan pelanggaran atau bertindak dan
undangan harus diberikan sanksi hukum sebagaimana yang sudah ditentukan dalam
suatu kondisi yang teratur atau tertata dengan tidak ada suatu penyimpangan dari
tatanan atau aturan hukum yang ada. Ketertiban ini terkait dengan kepatuhan, karena
dengan rasa patuh tidak akan terjadi penyimpangan, dengan tidak adanya
penyimpangan maka berarti tertib, atau dengan kata lain ketertiban adalah suasana
bebas yang terarah, tertuju kepada suasana yang didambakan oleh masyarakat yang
55
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hal 56.
35
Ketertiban tersebut merupakan cermin adanya patokan, pedoman dan
petunjuk bagi individu di dalam pergaulan hidup. Hidup tertib secara individu
dengan adanya rasa aman, masyarakat akan merasa tenang maka timbullah
masyarakat yang tertib hukum dengan segala peraturan yang berlaku dan begitu pula
sebaliknya dengan adanya sikap tertib terhadap sesuatu dimana saling menghormati
peraturan yang ada, saling mengerti posisi masing-masing, maka masyarakat dapat
merasa bahwa di dalam kondisi yang dihadapi masyarakat akan merasa aman secara
jasmani dan psikis, damai dan tenang tanpa adanya gangguan apapun dan itulah yang
disebut terciptanya suasana tertib. Dalam suasana yang aman, tertib, teratur, nyaman dan
tentram ini, maka pemerintah daerah dapat melakukan fungsinya yaitu melakukan
pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi atau yang melaksanakan urusan
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa Satuan Polisi
Pamong Praja dibentuk untuk menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala
ayat (7) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
36
mengamanatkan pengaturan tebih lanjut mengenai Satuan Polisi Pamong Praja diatur
Tahun 2014 ini, maka telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018
tentang Satuan Polisi Pamong Praja, sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor
dalam setiap referensi, baik itu pendapat ahli maupun dalam peraturan perundang-
undangan. Hal ini antara lain dapat dilihat dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2
Masyarakat terdiri dari beberapa orang, dan bersatu menjadi suatu kumpulan
yang hidupnya saling berhubungan satu sama lain. Kehidupan dalam masyarakat
akan berjalan tertib apabika setiap anggota masyarakat mampu bertindak sesuia
yang berlaku. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat adalah suatu kondisi dinamis
nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya
37
masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk
kondisi kondusif untuk menciptakan rasa aman, nyaman dan tenang dalam
tenang yang berjalan secara teratur sesuai aturan hukum dan norma yang berlaku,
atau dengan kata lain suatu keadaan yang aman, tenang dan bebas dari
kesejahteraan masyarakat seluruhnya yang berjalan secara teratur sesuai hukum dan
norma-norma yang ada. Hal ini menunjukkan pula bahwa ketertiban masyarakat
kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan uraian ini, dapat diketahui adanya keterkaitan yang erat dimana
dengan adanya rasa aman, masyarakat merasa tenang maka timbullah masyarakat
yang tertib hukum dengan segala peraturan yang berlaku dan begitu pula sebaliknya
dengan adanya sikap tertib terhadap sesuatu dimana saling menghormati peraturan
yang ada, saling mengerti posisi masing-masing, maka masyarakat dapat merasa
bahwa di dalam kondisi yang ia hadapi masyarakat dapat merasa aman secara
38
jasmani dan psikis, damai dan tenang tanpa adanya gangguan apapun dan itulah yang
Dengan adanya sikap tertib dan menghormati aturan hukum yang berlaku,
saling mengerti dan menghormati posisi masing-masing termasuk para pelaku usaha
dagang, maka masyarakat dapat merasa bahwa di dalam kondisi seperti ini maka
masyarakat dapat dengan tenang dan merasa aman untuk beraktivits. Suasana seperti
inilah yang diharapkan oleh setiap orang, apalagi dengan adanya penegakkan hukum
dalam hal ini penegakkan Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 16
Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum Dalam Wilayah Kabupaten Flores Timur.
hukum masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam masyarakat
membutuhkan hukum dan hukum itu bertujuan baik yaitu mengatur masyarakat.
secara tidak langsung pada kepatuhannya, karena kepatuhan hukum 58 masyarakat ini
lebih karena diminta, bahkan dipaksa. Artinya, semakin lemah tingkat kesadaran
hukum masyarakat, semakin lemah pula kepatuhan hukumnya dan begitu pula
58
Kepatuhan Hukum ini merupakan suatu ciri dari pada Hukum. Kepastian Hukum pertama-
tama berarti kepastian dalam pelaksanaannya. Artinya, hukum yang resmi diperundangkan dan
dilaksanakan dengan pasti oleh negara dan warganya. Baca: Frans Magnis-Suseno dalam Etika
Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Moderen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Cetakan Ketujuh, 2003, hal. 79.
39
Dari sini dapat diketahui bahwa apabila kesadaran hukum telah terbentuk,
akan hukum sudah terinternalisasi dan telah meresap dalam diri setiap anggota
ini adalah setiap orang yang berjualan atau melakukan aktivitas dagangnya pada
12, seperti:
1. badan jalan;
2. trotoar;
3. emperan toko;
4. jalur hijau;
5. taman; dan
6. fasilitas umum.
berjualan atau aktivitas jual beli yang dilakukan oleh para pedagang dengan
bangunan fisik untuk menyimpan dan menjual barang jualannya pada tempat-tempat
yang dilarang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 16 Tahun
terhadap para pedagang yang melanggar ketentuan Pasal 12 dapat diberikan sanksi
40
lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dan ayat (2) berupa sanksi
penyitaan dan pembongkaran59 dan dapat pula dipidana dengan dikenakan pidana
berupa kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak
Rp 50.000.000- (lima puluh juta rupiah) bagi yang melanggar ketentuan Pasal 12
ayat (1).60.
Oleh karena ketertiban dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana segala
kegiatan dapat berfungsi dan berperan sesuai ketentuan yang ada, dan ketertiban
situasi seperti ini, hukum diberlakukan secara paksa, artinya ada sanksi yang tegas
bagi para peanggarnya. Oleh karena itu, setiap orang pasti akan berpikir ulang untuk
maka akan dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat. Sanksi yang tegas selain
dapat memberikan efek jera juga dapat mewujudkan keadilan dalam masyarakat.
Oleh karena itu, dapat kita katakan bahwa hukum mempunyai keterkaitan yang erat
59
Ibid.
60
Ibid.
41
BAB III
Timur
Ketertiban Umum Dalam Wilayah Kabupaten Flores Timur yang ditetapkan pada
secara optimal dalam wilayah kabupaten Flores Timur, khususnya pada 4 (empat)
telah di bahas dalam Bab II dipadukan dengan hasil penelitian, untuk melihat
42
Di dalam Penjelasan Umum Peraturan Daerah ini disebutkan bahwa:61
Dari penjelasan ini jelas bahwa tujuan pembentukan Peraturaan Daerah ini adalah
untuk menciptakan suasana kondusif dan nyaman, agar masyarakat dapat terhindar
dari gangguan ketertiban umum, dan yang bertanggungjawab penuh adalah kepala
daerah.
Dalam bab ini akan dibahas dan disajikan data yang diperoleh selama
penelitian di lapangan dengan cara pendekatan kualitatif yaitu data yang diperoleh
dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur yang diberikan
hukum daerah. Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data
Satuan Polisi Pamong Praja, Kantor Lurah Ekasapta, Kantor Lurah Postoh, Kamtor
Lurah Lohayong dan Kantor Lurah Lewolere dalam wilayah Kecamatan Larantuka.
61
Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Tahun 2015 Nomor 16, Tambahan Daerah
?
43
Wawancara dilakukan untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah
yang telah ditentukan oleh penulis dalam Bab I serta untuk memperoleh data
dukung dalam penelitian ini. Data tersebut berupa pernyataan dari narasumber
atau pertanyaan yang diajukan oleh peneliti yang kemudian digunakan untuk
Kabupaten Flores Timur Nomor `16 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum Dalam
Faktor hukum pada dasarnya ada yang bersifat mengatur dan ada yang
bersifat memaksa. Hukum yang bersifat memaksa dapat dilihat dari sanksi-
sanksi yang dijatuhkan terhadap para pelanggar hukum. Maka pada dasarnya
substansi hukum harus memiliki arah, sebab di sinilah peran substansi hukum
2015 tentang Ketertiban Umum Dalam Wilayah Kabupaten Flores Timur, yang
62
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Penerbit PT.
?
44
antara lain melarang setiap orang untuk melakukan kegiatan jual beli di
menyatakan:
perundang-undangan yang lebih tinggi, dan dilihat dari maksud dan tujuan
ketertiban umum dalam wiayah ini. Hal ini dapat dilihat dalam Bab II tentang
maksud dan tujuan pembentukan Peraturan Daerah ini yang menyatakan bahwa:64
Walaupun dilihat dari maksud dan tuuan pembentukannya yang sangat baik,
namun sejak Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur ini ditetapkan pada
63
Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Tahun 2015 Nomor 4, Tambahan Lembaran
?
64 ?
Ibid.
45
tanggal 21 Agustus 2015 sampai denan saat ini, belum ada penetapan peraturan
Peraturan Bupati", dan Pasal 3666 yang menyatakan bahwa "Ketentuan lebih lanjut
mengenai Tata Cara Penegakan Peraturan Daerah ini diatur dengan Peraturan
Bupati".
Bupati, merupakan salah satu syarat efektifnya suatu Peraturan Daerah, namun
bahwa Peraturan daerah tersebut tidak efektif. Oleh karena Peraturan daerah ini
Kepala Bidang Penegakkan Produk Hukum Daerah pada Satuan Polisi Pamong
terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini karena belum ada Peraturan Bupati
yang mengatur tata cara pengenaan sanksi administratif dan belum ada peraturan
65 ?
Ibid..
66 ?
Ibid.
67 ?
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penegakan Produk Hukum Daerah pada Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur tanggal 06 September 2021.
46
2. Faktor penegak hukum.
hukum. Namun dalam tulisan ini, penulis akan membatasinya pada pihak yang
menerapkan hukum atau aparatur penegak hukum, karena dari sisi pembentuk
Perwakilan Rakyat Daerah yang memiliki fungsi legislasi sudah sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
penegak hukum dalam tulisan ini adalah pihak yang memiliki kewenangan dalam
penegakan produk hukum daerah, yaitu aparat Satuan Polisi Pamong Praja
sebagai ujung tombak pelaksaan penegakan peraturan daerah. Hal ini sesuai
Hukum Daerah, yang mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada kasus
(penyidik polri) dari Satuan Polisi Pamong Praja68. Hal ini disebabkan oleh tidak
diharapkan dapat menentukan efektif atau tidaknya suatu aturan hukum dapat
47
sini meliputi keterampilan profesional, jumlah dan kemampuan inteligensia yang
baik. Faktor penegak hukum ini memiliki peran yang sangat strategis dalam
menegakkan aturan hukum yang berlaku. Berbicara tentang penegak hukum tentu
tidak terlepas dari penegakkan hukum, karena penegakan hukum tidak dapat
dipisahkan dari peran para penegak hukum. Dikatakan demikian karena nantinya
para penegak hukum tersebut yang akan menegakkan norma atau aturan hukum
yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 16
Tahun 2015. Apabila peran penegak hukum berjalan dengan baik, maka
penegakan hukum dapat berjalan dengan baik pula., karena penegakkan hukum
merupakan tujuan dari kinerja penegak hukum Tujuan penegakkan hukum juga
peraturan daerah ini. Menurut Titik Triwulan Tutik dalam bukunya Pengantar
Ilmu Hukum69 antara lain menyebutkan bahwa yang utama dari penegakan hukum
69 ?
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta, 2006,
hal. 226.
48
ketentuan Pasal 3170 antara lain menyatakan bahwa Pemerintah Daerah
ketertiban umum di Daerah yang dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja
Nomor 16 Tahun 2015. Ruang lingkupnya terutama adalah sarana fisik yang
cukup dan sebagainya. Jika fasilitas pendukung tidak terpenuhi maka mustahil
prasarana yang dimaksud adalah prasarana atau fasilitas yang digunakan sebagai
alat untuk mencapai efektivitas hukum. Prasarana tersebut secara jelas memang
di tempat atau lokasi kerjanya. Adapun elemen-elemen tersebut adalah ada atau
terkait fsktor hal ini mengatakan bahwa71 banyak hal yang mempengaruhi
fasilitas, seperti:
70
Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Tahun 2015 Nomor 4, Tambahan Lembaran
?
49
a. kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan tugas;
d. Tidak ada Peraturan Bupati Flores Timur yang mengatur mengenai tata cara
tersebut.
dagang yang dilakukan oleh para pelaku usaha di tempat-tempat yang dilarang
dilakukan sejak puluhan tahun lalu, jauh sebelum adanya Peraturan Daerah
Kabupaten Flores Timur Nomor 16 Tahun 2015 ini ditetapkan. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara penulis dengan Lurah Ekasapta72 dan dibenarkan oleh
Lurah Postoh73 yang mengatakan bahwa kebiasaan warga kelurahan mereka sudah
lama dilakukan yaitu melakukan jual beli di beberapa tempat yang menurut
50
Sebagaimana diuraikan di ataas, bahwa Peraturan Daerah Kabupaten
Flores Timur Nomor 16 Tahun 2015 ini belum maksimal dilaksanakan. Hal ini
sesuai dengan observasi penulis di mana pada beberapa tempat seperti trotroar,
badan jalan dan emperan toko di sepanjang jalan kelurahan Ekaspta dan di
nampak masyarakat atau para pelaku usaha dagang yang berjualan. Selain itu,
masih nampak pula para pelaku usaha yang berjualan di emperan toko, bahkan
dilarang dalam Peraturan Daerah karena hal ini sudah dikakukan secara turun
temurun sejak puluhan tahun yang lalu sebelum adanya Peraturan Daerah yang
melarang mereka tidak tau jika ada larangan karena belum mendapat sosialisasi
Lebih lanjut para lurah mengatakan kepada penulis bahwa mereka akan
kehadiran aparat Satuan Polisi Pamong Praja, sambil memberi keyakinan bahwa
74 ?
Ibid.
75 ?
Hasil wawancara dengan Lurah Ekasapta pada tanggal 13 September 2021.
76 ?
Hasil wawancara dengan Lurah Postoh pada tanggal 08 September 202, Ibid.
77 ?
Ibid.
51
Lebih lanjut, menurut Lurah Postoh saat diwawancarai terkait apakah
bahwa pihaknya mengetahui ada Peraturan Daerah ini saat melakukan konsultasi
Lurah Postoh menjelaskan bahwa pihak Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
berjualan di beberapa tempat seperti badan jalan, trotoar, emperan toko dan
sebagainya.
Hal yang sama disampaikan oleh Lurah Lewolere 79, bahwa Lurah
Timur yang dikelola oleh Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Flores
Timur. Hal yang sama juga dikatakan oleh Lurah Ekasapta 80 bahwa belum tau jika
Selain itu, masih menurut para lurah tersebut bahwa sejak Peraturan
Daerah ini ditetapkan pada tahun 2015, pihak Satuan Polisi Pamong Praja sebagai
melalui kelurahan.
diketahui bahwa selain peran serta masyarakat dalam masalah penegakan hukum
terhadap Peraturan Daerah, aparat penegak hukum dalam hal ini Satuan Polisi
78 ?
Hasil wawancara dengan Lurah Postoh padatanggal 08 September 2021.
79 ?
Hasil wawancara dengan Lurah Lewolere pada tanggal 16 September 2021.
80 ?
Hasil wawancara dengan Lurah Ekasapta pada tanggal 13 September 2021.
52
Pamong Praja perlu memberikan sosialiasasi kepada masyarakat untuk memahami
abstrak mengenai apa yang dianggap baik (hingga dianuti) dan apa yang diangap
besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu untuk mengatur agar manusia dapat
nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana yang merupakan
masalah sistem nilai-nilai yang ada di tengah masyarakat. Hubungan antara faktor
terhadap ketataan aturan masyarakat masih rendah. disebabkan antara lain karena
yang ada.
81 ?
Soerjono Soekanto, Ibid.
53
Faktor kebudayaan atau budaya hukum masyarakat sesungguhnya sangat
dihindari atau disalahgunakan. Budaya hukum ini sangat erat kaitannya dengan
bahwa jika masyarakat sadar akan peraturan tersebut dan mau mematuhi maka
82 ?
Romli Atmasasmita, , Reformasi Hukum Hak Asasi Manusia & Penegakkan Hukum,
Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2001, hal. 55.
54
Penerapan suatu peraturan perundang-undangan pada dasarnya selalu
terdapat kendala atau hambatan yang menjadi masalah keberhasilan dalam upaya
penegakkannya. Tentu setiap peraturan yang telah dibuat tidak akan dapat berjalan
secara maksimal bila tidak disertai dengan pelaksanaan yang tepat. Perlu ada
Kabupaten Flores Timur Nomor 16 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum Dalam
Wilayah Kabupaten Flores Timur ini, penulis menemukan beberapa faktor yang
faktor Sumber Daya Manusia, faktor hukumnya itu sendiri dan faktor masyarakat
Manusia aparatur Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur yang
Oleh karena itu, pada bagian ini akan dibahas faktor-faktor yang
Polisi Pamong Praja, dilihat dari faktor Sumber Daya Manusia penegak produk
55
Menurut Kepala Bidang Penegakan Produk Hukum Daerah pada
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur, faktor yang paling
sampai dengan saat ini, Sumber Daya Aparatur Satuan Polisi Pamong
Sembilan) orang, yang terdiri dari personil Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Selain itu dari 129 orang Aparatur Satuan Polisi Pamong Praja
sesuai status kepegawaian dapat dilihat pada Tabel 3.1. di bawah ini:
Tabel 3.1.
56
1. Aparatur Sipil Negara 59 46
2 Tenaga Teknis Pendukung 70 54
Perkantoran (Tenaga
Kontrak)
Jumlah 129 100
Sumber: Renstra Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Flores Timur Tahun 2020.
antara aparat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur yang
berstatus Aparatur Sipil Negara yang lebih rendah atau kurang (46%) jika
Teknis Perkantoran atau Tenaga Honorer (54%). Hal ini, menurut penulis,
pendidikan aparatur Satuan Polisi Pamong Praja bervariasi, mulai dari yang
Tabel 3.2.
Tingkat Pendidikan Aparatur Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten Flores Timur
Tahun 2020
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. Sekolah Dasar - -
57
2 SLTP 2 2
3 SLTA 96 74
4 Diploma 4 3
5 S1 25 19
6 S2 2 2
Jumlah 129 100
Sumber: Renstra Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Flores Timur Tahun 202084.
Dari Tabel 3.2. di atas, diketahui bahwa tingkat Pendidikan Sumber Daya
dari 129 aparatut Satuan Polisi Pamong Praja, ternyata sebanyak 74% yang
yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik,
84 ?
Ibid.
85 ?
Lawrence M. Friedman, Sistem Hukum: Perspektif Ilmu Sosial (The Legal System A Social
Science Perspective), Penerbit Nusamedia, Bandung, 2009, hal. 32.
58
hukum tidak memaksimalkan kinerjanya dalam melaksanakan tugas maka
penegak hukum.
yang relatif rendah, baik dilihat dari aspek kuantitas atau jumlah sebagaimana
terlihat pada Tabel 3.1 maupun aspek kualitas atau pendidikan sebagaimana
dapat dilihat pada Tabel 3.2 di atas, merupakan salah satu faktor yang
umum.
2. Faktor hukum.
cara penegakan peraturan daerah ini, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 36
yang berbunyi: "Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penegakan peraturan
Hal ini berarti sepanjang belum ada regulasi yang mengatur tentang
peraturan daerah ini tidak dapat dilaksanakan, karena Satuan Polisi Pamong
59
Dari uraian di atas, diketahui bahwa faktor-faktor penghambat
sesuai tugas dan wewenang Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores
Timur adalah:
d. Tidak ada Peraturan Bupati Flores Timur yang mengatur mengenai tata cara
3. Faktor Masyarakat.
pelaksanaannya.
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Flores Timur ini. Hal tersebut
87
Hasil wawancara dengan Lurah Postoh padatanggal 08 September 2021
?
60
terjadi karena tidak ada sosialisasi dari pemerintah mengenai aturan yang sudah
peraturan daerah, dan di sisi lain bisa menjadi faktor penghambat pelaksanaan
sebagai bagian dari lemahnya penegak hukum yang tidak memberikan sosialisasi
mewujudkan masyarakat Flores Timur yang taat dan patuh terhadap Peraturan
Daerah Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur saat diwawancarai
mengatakan bahwa “aparat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur
umum ini bersama intansi teknis lainnya, agar masyarakat dapat mengetahui,
88 ?
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penegakan Produk Hukum Daerah pada Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur tanggal 06 September 2021.
61
Dari keterangan para lurah ini apabila dikaitkan dengan keterangan
sinkron.
dapat melakukan kegiatan dengan tentram, tertib, dan teratur, maka dalam
dengan Penegakan hukum. Terkait dengan upaya penegakkan hukum ini, masih
menurut keterangan dari Kepala Bidang Penegakan Produk Hukum Daerah pada
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur 89 tersebut, sanksi hukum
yang diberikan kepada para pelanggar Peraturan Daerah, dalam hal ini Perturan
berupa teguran lisan dan tertulis, sebagaimana diatur dalam Pasal 32 ayat (2)
huruf a dan huruf b, namun tidak pernah diberikan sanksi pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dan ayat (2) berupa sanksi penyitaan dan
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah) bagi yang melanggar ketentuan Pasal 12 ayat (1).
Hal ini disebabkan oleh belum ada perangkat hukum sebagai pelaksanaan
89 ?
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penegakan Produk Hukum Daerah pada Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur pada tanggal 06 September 2021.
62
ini. Dengan tidak adanya upaya penegakan hukum yang maksimal terhadap
tegaknya hukum.
Hal ini, apabila disandingkan dengan pendapat dari Wicipto Setiadi91 dan
Flores Timur tenyata sudah sejalan, karena sudah secara tegas diatur dalam Pasal
32 ayat (1) yang isinya menyebutkan bahwa setiap orang yang melanggar
wawancara bersama penulis diakui bahwa benar ada masyarakat yang berjualan
di tempat yang dilarang sesuai ketentuan dalam Pasal 12 ayat (3) Peraturan
Daerah seperti di badan jalan, trotoar jalan, di emperan toko sepanjang Jalan
Niaga sebagai pusat pertokoan (pusat niaga). Namun saat ditanyakan tentang
90
Harkristuti Harkrisnowo, Reformasi Hukum: Menuju Upaya Sinergistik Untuk Mencapai
Supremasi Hukum Yang Berkeadilan, Orasi Ilmiah, Universitas Pakuan, Bogor, 2003, hal. 4.
91 ?
Wicipto Setiadi, op.cit.
92 ?
Hasil wawancara dengan Lurah Postoh padatanggal 08 September 2021.
63
tindakan hukum yang dilakukan, jawabannya adalah tindakan yang dilakukan
adalah sebatas tindakan persuasif berupa himbauan dan tidak pernah melakukan
kelurahan, tapi kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja melalui aparat Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Hal yang samapun disampaikan oleh Lurah
sebagai pedagang (sebanyak 122 orang hanya 10 (sepuluh) orang yang berjualan
di pusat pertokoan dan atau tempat yang dilarang dalam Peraturan Daerah 93,
Ekasapta, mereka juga berjualan di badan jalan, trotoar jalan, di emperan toko
sepanjang Jalan Niaga sebagai pusat pertokoan (pusat niaga)94. Hal ini berbeda
Hal yang samapun dijelaskan oleh Lurah Lewolere, bahwa penduduknya yang
93 ?
Hasil wawancara dengan Lurah Postoh padatanggal 08 September 2021
94 ?
Hasil wawancara dengan Lurah Ekasapta pada tanggal 13 September 2021.
95 ?
Hasil wawancara dengan lurah Lohayong.
96 ?
Hasil wawancara dengan Lurah Lewolere/
64
wawancara dengan Lurah Postoh dan Lurah Ekasapta tentang faktor-faktor yang
yang dilarang, selain dari ketidaktahuan mereka tentang adanya larangan karena
lain:
Larantuka;
b. para pelaku usaha tidak mengetahui jika ada larangan berjualan di sepanjang
trotoar, badan jalan maupun emperan toko karena tidak pernah ada sosialisasi
atau pemberitahuan baik dari pihak kelurahan setempat maupun dari pihak
penegak hukum dalam hal ini aparatur Satuan Polisi Pamong Praja, akan tetapi
97 ?
Romli Atmasasmita, Ibid. .
65
alasan-alasan tersendiri, dan tidak semata-mata karena ketidaktahuannya akan
Peraturan Daerah, namun tidak pernah diberikan sanksi hukum sesuai ketentuan
Peraturan Daerah, sehingga mereka tetap berjualan di satu sisi, dan sisi lainnya
aparat Satuan Polisi Pamong Praja bersama pihak kelurahan tidak pernah
oleh Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Flores Timur berdasarkan hasil
tentang Ketertiban Umum Dalam Wilayah Kabupaten Flores Timur antara lain
diakibatkan oleh:
66
Kabupaten Flores Timur98 diakibatkan oleh kurangnya anggaran yang mendukung
Daerah dalam tahun berjalan, yang diketahui saat penulis meminta data kasus
pelanggaran Peraturan Daerah dalam kurun waktu 5 (lima) lima tahun terakhir,
tertib, tentram, aman dan nyaman sehingga diperlukan adanya penegakan aturan
kenyamanan.
kerja dalam menata dan melakukan ketertiban umum kepada masyarakat terutama
dalam Peraturan Daerah, hal ini membutuhkan penegakan hukum karena masih
98
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat pada
?
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur pada tanggal 06 September 2021.
67
banyak masyarakat berjualan pada tempat yang tidak diperuntukkan bagi usahanya
seperti trotoar, badan jalan, dan emperan toko. Walaupun sudah berulang kali
Daerah para pedagang masih melanggar dan tetap berjualan pada tempat-tempat
yang dilarang dengan alasan tidak pernah mengetahui bahwa ada Peraturan Daerah
yang melarang para pedagang berjualan di tempat yang selama ini dijadikan mereka
sebagai tempat berjualan. Hal ini menurt penulis karena tidak pernah ada sosialisasi
dan pemberian sanksi secara tegas oleh aparat Satuan Polisi Pamong Praja.
hukum tidak dilakukan maka para pedagangpun akan tetap melakukan aktivitas
usaha dagangnya dan beranggapan bahwa pemerintah dalam hal ini aparat Satuan
Polisi Pamong Praja tidak mampu melakukan upaya penegakan hukum atas
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, dikatakan
melakukan kegiatannya dengan tentram, tertib, dan teratur”. Dari sini dapat
sendiri untuk hidup dalam suasana tentram dan tertib dan pemerintah diharapkan
68
Dari hasil analisis yang dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa:
belum optimal dilakukan oleh pemerintah daerah dalam hal ini Satuan Polisi
Pamong Praja;
yang rendah;
Peraturan Daerah tidak pernah merasa bahwa apa yang dilakukannya telah
lain.
Flores Timur dalam hal ini Satuan Polisi Pamong Praja dapat melakukan
dengan melibatkan aparat TNI dan Polri, serta upaya penegakan hukum
69
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
70
1. Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 16 Tahun 2015 tentang
sosialisasi dari pejabat yang berwenang dalam hal ini Satuan Polisi
Pamong Praja.
aparat Satuan Pokisi Pamong Praja tidak memiliki dasar hukum untuk
tempat seperti emperan toko, badan jalan, trotoar dan lainnya, sehingga
e. Tidak pernah dilakukan tindakan hukum oleh Satuan Polisi Pamong Praja
71
ketentuan Peraturan Daerah atau dengan kata lain tidak ada proses
Flores Timur Nomor 16 Tahun 2015 yang mengatur tentang tata cara
B. Saran
1. Pemerintah Kabupaten Flores Timur dalam hal ini Satuan Polisi Pamong
72
harus memiliki data kasus pelanggaran Peraturan Daerah dalam kurun
hukum daerah;
ini;
kelurahannya masing-masing.
4. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur harus melibatkan pihak
73
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah, H.R. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu
Alternatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
Ashshofa, Burhan; Metode Penelitian Hukum, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, Cet.
Pertama, 1996.
Asshiddiqie, Jimly; Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen dalam Sejarah,
Telaah Perbandingan Konstitusi Berbagai Negara, Penerbit UI Press,
Jakarta, 1996.
Atmasasmita, Romli; Reformasi Hukum Hak Asasi Manusia & Penegakkan
Hukum, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2001.
Black, James A. dan Dean J. Champion; Metode dan Masalah Penelitian Sosial,
Penerbit PT. Refika Aditama, Bandung, Cet. Kedua, 1999.
Friedman, Laurence M; American Law Introduction, Second Edition, diterjemahkan
oleh Wishnu Basuki dengan judul Hukum Amerika, Sebuah Pengantar,
Penerbit PT. Tatanusa, Jakarta, 2001.
74
----------------------, Sistem Hukum: Perspektif Ilmu Sosial (The Legal System A Social
Science Perspective), Penerbit Nusamedia, Bandung, 2009.
Friedmann, W; Teori dan Filsafat Hukum, Telaah Kritis Atas Teori Hukum, Susunan
I, Penerbit Rajawali Pres, Jakarta, 1990.
Harahap, M. Yahya; Hukum Acara Perdata, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2013.
Harkristuti Harkrisnowo, Reformasi Hukum: Menuju Upaya Sinergistik Untuk
Mencapai Supremasi Hukum Yang Berkeadilan, Orasi Ilmiah,
Universitas Pakuan, Bogor, 2003.
Kansil, C,S,T; Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Penerbit P.N.
Balai Pustaka, Jakarta, 1983.
Koentjaraningrat; Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta, 2009.
Kusumaatmadja, Mochtar; Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, Penerbit
Pusat Studi Wawasan Nusantara, Hukum dan Pembangunan,
Bekerjasama dengan Penerbit Alumni Bandung, 2002.
Magnis-Suseno, Frans; Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan
Moderen, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Cetakan
Ketujuh, 200.
Manan, Abdul; Aspek-aspek Pengubah Hukum, Penerbit Kencana, Jakarta, 2006.
Manan, Bagir; Hubungan Antar Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta, 1994.
Poerwadarminta, W.J.S; Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit PN. Balai Pustaka, Cetakan ke
VII, Jakarta, 1984.
Rahardjo, Satjipto; Sosiologi Hukum, Penerbit Genta Publishing, Yogyakarta, 2010.
Ranjabar, Jacobus, Sosiologi Hukum: Perkembangan, Metode, dan Pilihan
Masalahm Penerbit Muhammadiyah University Press, Surakarta, 2002.
Riwu Kaho, Josep; Prospek Otonomi Daerah di Negara REpublik Indoneia;
Identifikasi Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyelenggaraannya,
Penerbit Rajawali Press Jakarta, Cetakan Kedua, 1991. Rosadi, Otong.
Hukum Tata Negara Indonesia: Teori dan Praktek, (Naskah Untuk
Program Penulisan Buku Teks Perguruan Tinggi), Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Ekasakti, Padang, 2004.
Sadjijono; Fungsi Kepolisian dalam Pelaksanaan Good Governance, Penerbit LB
Laks Bad ng., Yogyakarta, 2005.
Setiadi, Wicipto, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 6 No. 4 - Desember 2009.
Soekanto, Soerjono; Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI Press, Jakarta, Cet.
Ketiga, 1986.
------------------------, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, Cet. ke 14, 2016.
75
-------------------------, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 1995.
Suara Pembaruan; Otonomi Daerah: Peluang dan Tantangan, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1995.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Penerbit Alfabeta,
Bandung, 2010.
Surbakti, Ramlan; Memahami Ilmu Politik, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta, Cetakan Keempat, 1999.
Syarifin, Pipin dan Dedah Jubaedah; Pemerintahan Daerah di Indonesia, Penerbit
Pustaka Setia, Bandung, Cetakan I, 2006.
Tangkilisan, Hessel Nogi S; Kebijakan dan Manajemen Otonomi Daerah, Penerbit
Lukman Offset, Yogyakarta, 2003.
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta,
2006.
Widodo, Joko; Good Governance, Telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol
Birolrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Penerbit Insan
Cendekia, Surabaya, 2001.
Wignjosoebroto, Soetandyo; Dari Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional, Penerbit
PT. RadjaGrafindo Persada, Jakarta, 1994.
Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia; Undang–Undang tentang Pemerintahan Daerah, UU. No. 22, LN. No. 60
tahun 1999, TLN. No. 3839.
--------------; Undang-Unang tentang Pembentukan Kabupaten Lembata, UU. 52,
LN. No. 180 tahun 1999, TLN. No. 3901.
--------------; Undang–Undang tentang Pemerintahan Daerah, UU. No. 23, LN. No.
244 tahun 2014, TLN. No. 5587.
--------------; Undang-Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, UU.
No. 2, LN. No. 2 tahun 2002, TLN No. Nomor 4168
--------------; Peraturan Pemerintah tentang Satuan Polisi Pamong Praja, PP. No.
16, LN. No. 72 tahun 2018, TLN. No. 6205.
Kabupaten Flores Timur; Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum Dalam
Wilayah Kabupaten Flores Timur, Perda Nomor 16 Tahun 2015, LD
Nomor 16 Tahun 2020, TLD Nomor 0123.
Makalah/Internet
76
Asshiddiqie, Jimly; dalam makalahnya berjudul: Otonomi Daerah dan Dampaknya
Terhadap Pluralisme Hukum di Indonesia,
Sofyan Lubis, M, http://www.kantorhukum-lhs.com. Artikel Kesadaran Hukum vs
Kepatuhan Hukum,diakses tanggal 12 Juli 2020.
http://jdih.jatimprov.go.id.menanamkan kesadaran hukum dan kepatuhan hukum.
diakses tanggal 2 Agustus 2020.
Maronie, S. Kesadaran dan Kepatuhan Hukum, dalam https://www.zriefmaronie.
blospot. Com, diakses pada tanggal 12 Juli 2020,
http://amaholugeneration.blogspot.com/2012/08/makalah-ketertiban.html
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/pengertian-individu-kelompok-dan-
hubungan-sosial-6789/
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/03/pengertian-otonomi-
daerah.html#15_ Pengertian_Otonomi_Daerah_Menurut_Para_Ahli,
diakses tanggal 30 Oktober 2020.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/10/11/170000469/faktor-faktor-yang-
memengaruhi-penegakan-hukum, diakses tanggal 24 Januari 2022.
Lain-Lain
Biro Pusat Statistik Kabupaten Flores Timur: Kecamatan Larantuka Dalam Angka
Tahun 2020.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-lima, Aplikasi Luring Resmi Badan
Pengebangan Bahasa dan Perbukuan, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Repulik Indonesia.
Renstra Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur Tahun 2020.
77
78
LAMPIRAN
1. Data Pribadi
79
RT/RW 012/006, Kec. Larantuka,
Kab. Flores Timur.
Nomor Hp : 0822 9964 9871
E-mail : alfatokan79@gmail.com
2. Riwayat Pendidikan
3. Keluarga
80
81
82