OLEH:
SKRIPSI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH
skripsi ini, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
pernah terdapat karya atau skripsi dengan judul serta masalah yang pernah ditulis
dan diuji pada ujian skripsi atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis
yang diakui dalam Naskah ini, dan disebut dalam daftar pustaka. Saya bersedia
Imanuel R Masela
Nim : 2014-21-254
ABSTRAK
Imanuel R Masela, NIM 2014 21 254, dengan judul skripsi Rangkap Jabatan
Pejabat Publik Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, dibawah bimbingan
Dr.Jemy.J.Pietersz. SH. MH sebagai Pembimbing I dan Dr.Victo.J. Sedubun. SH.
LLM sebagai Pembimbing II.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kehendak-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul :
KETATANEGARAAN INDONESIA”
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mendapat gelar sarjana
hukum pada fakultas hukum universitas pattimura Ambon. Dalam penulisan skripsi ini,
penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa yang penuh dengan kekurangan dan
keterbatasan, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna menyempurnakan penulisan skripsi
ini.
Hukum sampai dengan saat ini, banyak pihak yang telah membantu penulis dengan
memberikan dukungan dan petunjuk yang sangat berharga. Oleh sebab itu, perkenankanlah
1. Prof. Dr. M. J. Saptteno, SH. M.Hum, selaku Rektor Universitas Pattimura, terima
kasih telah menerima penulis sebagai mahasiswa untuk menuntut ilmu pada
Universitas Pattimura.
4. Dr. A.I. Laturette, SH. MH, selaku Wakil Dekan II yang telah mengajarkan
5. Dr. S. S. Alfons, SH. MH, selaku Wakil Dekan III yang telah membantu penulis
dalam arahan dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini.
6. Dr. A. Anwar, SH. M.H, selaku Wakil Dekan IV yang telah banyak memberikan
7. Dr. E. R. M. Toule, SH. MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas
banyak motivasi dan bimbingan yang tulus lewat proses perkuliahan, sehingga
8. Dr. J.J.Pietersz. SH.MH., selaku pembimbing I, Terima kasih atas segala waktu
yang telah diberikan dalam proses pembimbingan, motivasi, nasihat serta arahan-
9. Dr. V.J.Sedubun, SH.LLM. selaku pembimbing II Terima kasih atas segala waktu
yang telah diberikan dalam proses pembimbingan, motivasi, nasihat serta arahan-
Internasional, Bagian Hukum Perdata, Bagian Hukum Pidana dan lebih khusus
lagi Bagian Hukum Tata Negara/Hukum Adminitrasi Negara Fakultas Hukum
Prof. Dr. S. E. M. Nirahua, SH., M.Hum.,; Prof. Dr. M. J. Saptenno, SH., M.Hum.
(alm) Dr. H. Hattu, SH., MH Almarhum. Ny. J. Sahalessy, SH., MH.,; Dr. J.
Tjiptabudy, SH., M.Hum.,; Dr. S.S. Alfons SH., MH.,; Dr. H. Salmon, SH., MH.,;
Ny. M.I. Matitaputty, SH., MH.,; H. J. Piris, SH.,MH.,; Dr. J.J. Pieterz, SH.,
MH.,; B.G. Picauly, SH.,; Dr. R. Nendissa. SH., MH.,; D. R. Pattipawae, SH.,
MH.,; Ny. H. M. Y. Tita, SH., MH.,; Dr. J. Mustamu, SH., MH.,; Dr. A. D.
SH., MH.,; M. Ch. Latuny, M. Toel; Ny. V. Saija., SH., MH.,; M. Irham, SH.,
Dosen lainnya yang banyak memberikan masukan, ilmu serta pengetahuan kepada
11. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Terima kasih banyak atas
ini.
12. Para pegawai Fakultas Hukum Universitas Pattimura yang telah banyak
13. Papa dan Mama, tersayang yang sudah membesarkan dan menyayangi penulis
dengan teramat tulus lewat segala motivasi, nasihat, waktu, kesetian, kesabaran,
serta selalu menopang penulis dalam doa, sehingga penulis mampu menyelesaikan
studi dan skripsi ini. Papa dan Mama ialah segalanya bagi penulis di dunia ini.
14. Teman-teman kuliah angkatan 2014 kelas E pada Fakultas Hukum Universitas
Pattimura : Eki, Buken, Kamal, Iwan, Fanoks, Gino, Joch, Faldi, Alfian, Daniel,
Merfin, Novi, ian, Idul, Bill, Usmila, Gilvano, Akiki, Antoni, Samto, Isye, Reza,
Idul atas segala waktu, kebersamaan, canda, tawa, susah dan senang dalam
Universitas Pattimura.
tulusnya kepada :
selaku orang tua, untuk cinta kasihnya dalam setiap bimbingan, dukungan, dan
2. Kakakku, Ella, Ode, Otha dan adikku tercinta,Frets Serta Kedua Ponaan Nofa dan
Echa . Terima kasih untuk semua doa, dukungan dan motivasinya kepada Penulis
3. Seluruh keluarga besar Masela, Tiwery, yang telah memberikan dukungan doa
Akhirnya, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang tidak
sempat penulis sebutkan namanya satu per satu, atas semua bantuan, bimbingan, budi baik,
dorongan, doa dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis, dalam penyelesaian skripsi
ini. Penulis tidak dapat membalas semua itu, tetapi penulis hanya memanjatkan doa kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang punya kehidupan ini untuk selalu memberkati bpk/ibu/sdr-i
dan semoga apa yang tertuang di dalam skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Imanuel R Masela
NIM. 2014-21-254
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….. i
LEMBARAN PENGESAHAN…………………………………………. ii
PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH………………………………. iii
ABSTRAK……………………………………………………………….. iv
MOTTO…………………………………………………………………... v
LEMBARAN PERSEMBAHAN………………………………………. vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………... vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……………………………………………………. 1
B. Permasalahan …………………………………………………… 6
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………... 6
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 7
E. Kerangka Konseptual ……………………………………………. 7
F. Metode Penelitia ………………………………………………… 20
G. Sistimatika Penulisan ……………………………………………. 22
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 67
B. Saran …………………………………………………………… 68
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang berlaku.
1
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada hlm 20
2
Ridwan HR, ibid, hlm 20
1
Menurut Abdul Aziz Hakim3 Negara Hukum adalah, negara
berlandaskan atas hukum dan keadilan bagi warganya. Artinya adalah segala
semata-mata berdasarkan hukum atau dengan kata lain diatur oleh hukum
Negara.4
tiga ciri atau prinsip penting dalam setiap Negara hukum yang disebutnya
2
dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu: (1). Supremacy of Law. (2).
‘Rule of Law’ yang dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri
makna yang similar (sama) dengan istilah ”Pejabat Tata Usaha Negara”.
and law applying function’ adalah pejabat tata usaha negara. Artinya, bahwa
norma hukum negara dapat disebut sebagai pejabat tata usaha negara atau
pejabat publik.
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989. hlm 41
7Jimly Asshiddiqie, Liberalisasi Sistem Pengisian Jabatan Publik, Disampaikan
dalam rangka Konferensi Hukum Tata Negara ke-2, di UNAND, Padang, September 2015.
3
Menggali pengertian yang lebih mendalam tentang ”Pejabat
Publik”,8 dalam hal ini Pejabat Tata Usaha Negara”, perlu di jelaskan secara
Publik.
Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan
dicermati bunyi ketentuan tersebut, bahwa Pejabat Tata usaha Negara itu
bukan hanya pegawai pemerintah saja, akan tetapi siapapun, institusi atau
Usaha Negara.
Informasi Publik memberi peristilahan yang lebih tegas dan jelas, hal ini
orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk menduduki posisi atau jabatan
8
Muhammad Taufik Nasution, Mendefinisikan Pejabat Publik dalam Perspektif
Hukum http://lekons-lenterakonstitusi.blogspot.co.id/2011/06/pejabat-publik.html (Di Akses
tanggal 2 agustus 2017)
4
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang yang sama
: Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif dan badan lain
yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN dan/atau APBD,
luar negeri.
5
i) Pertanian dan Logistik, sejumlah 41 orang Dengan rata-rata
serta asal instansinya antara lain ; (1). Aloysius Kiik Ro, menjabat sebagai
(5). Ony Sprihartono, menjabat sebagai Kepala Biro Perencanaan SDM dan
9
http://www.ombudsman.go.id/index.php/berita/berita/siaran-pers-ombudsman/2321-
siaran-pers-polemik-rangkap-jabatan,-ombudsman-ri-beri-solusi-kepada-pemerintah.html (Di
Akses Tanggal 1 Agustus 2017)
6
Merangkap sebagai Komisaris PT Antam, (9). Selain itu Oesman Sapta
B. Permasalahan
Perundang-undang?
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
Indonesia.
merangkap Jabatan.
7
3. Sebagai salah satu Persyaratan dalam penyelasaian Studi pada
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
E. Karangka Konseptual
Negara dan Bangsa. Bangsa adalah kumpulan manusia yang terikat karena
kepentingan yang sama dan menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa serta
8
Aturan tersebut disebut hukum. Konsep mengenai Negara hukum ada dua
Rechtstaat mulai populer abad ke tujuh belas sebagai akibat situai sosial
Sedangkan paham Rule Of Law mulai dikenal setelah Albert Venn Dicey
pada tahun 1885. Dan menerbitkan buku Introduction to Study Of the Law
Of the Constitusion. Paham the Rule Of Law bertumpu pada system Hukum
Anglo Saxon. Atau Common Law System. Dalam sebuah Negara konsep
suatu negar hukum ( Rechtstaat atau Rule Of Law ). Hal ini tercermin dalam
Ide negara hukum telah lama dikembangkan oleh filsuf dari zaman
9
tentang negara hukum dikembangkan oleh Plato (429-374 SM) dan
adalah negara yang berdiri diatas hukum yang menjamin keadilan bagi
negara hukum itu berasal darai abad sembilan belas, tetapi gagasan negara
hukum itu tumbuh dalam abad tujuh belas. Gagasan itu tumbuh di Inggris
dan merupakan latar belakang dari Glorius Revolution 1688 M. Gagasan itu
dalam piagam yang terkenal “ Hill Of Right 1689 (Great Britain) “ yang
berisi hak dan kebebasan dari warga negara serta peraturan pengganti raja di
sitem Eropa Continental dan Anglo Saxon . Konsep negara hukum di Eropa
Rechtstaat “ antara lain Immanuel Kant, Paul Labane, Julios Stahl, Fichte,
dengan konsep Rule Of Law yang dipelopori oleh A.V. Dicey. Selain itu
artinya tugas negara hanya menjaga saja, hak-hak rakyat jangan diganggu
campur.
10
Menurut Immanuel Kant ada dua pokok yang senantiasa menjadi
tindakan harus dilandasi oleh hukum dan bertanggung jawab secara hukum.
konsep Eropa Continental yang disebut “ Rechtstaat dan Anglo Saxon yang
menganut sistem ini. Konsep rechtstaat bertumpu pada asas legalitas dalam
10
Ashiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Mahkamah Konstitusi,
RI, Jakarta,2006 hlm 25.
11
1. Perlindungan hak asasi manusia.
2. Pembagian kekuasaan.
pertama kali pada negara yang menganut “ Common Law System “ seperti
sebagai perwujudan dari persamaan hak, kewajiban dan derajat dalam suatu
Negara dihadapan hukum. Sistem Rule Of Law adalah suatu system yang
dipelopori oleh Albert Venn Dicey memiliki tiga cirri penting digabungkan
II. Equality Before The Law artinya persamaan dalam kedudukan bagi
tertulis.
12
2. Konsep Pemerintah
tuntutan dan harapan yang diperintah. Dalam hubungan itu, bahkan warga
negara asing atau siapa saja yang pada suatu saat berada secara sah (legal)
wajib melayaninya.12
11
Sri Hartini, dkk., 2010, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm.7
12
Taliziduhu Ndraha, 2003, Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) 1, Rineka
Cipta,Jakarta, hlm.6
13
kebijakan negara di daerah dan kebijakan pemerintahan daerah itu
sendiri. Fungsi pelaksanaan atau eksekutif itu sebenarnya secara
historis memang terkait dengan fungsi untuk melaksanakan
peraturan yang berisi aturan normatif. Baik dalam bentuk general
rules ataupun yang berbentuk Policy rules (beleid regels), general
rules sendiri dapat berupa peraturan yang ditetapkan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan dapat pula dapat
ditetapka dalam bentuk peraturan daerah ataupun peraturan lainnya.
arti pemerintah dalam arti luas maupun dalam arti sempit. Pengertian
13
Bagir manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum Fakultas
Hukum UII, Yogyakarta, 2001, hlm.100
14
Bagir manan,Op. cit.,hlm 103
15
Kuntjoro Purbopranoto, 1981, Perkembangan Hukum Administrasi Indonesia,
Binacipta, Bandung, (selajutnya disingkat Kuntjoro Purbopranoto I), hlm. 1
14
diserahi tugas pemerintahan atau melaksanakan undang-undang. Dalam
Montesquieu, pemerintahan dalam arti luas terdiri atas tiga kekuasaan yaitu
A.M. Donner, pemerintahan dalam arti luas dibagi dalam dua tingkatan
atau kekuasaan (dwi praja), yaitu alat-alat pemerintahan yang
menentukan haluan (politik) negara (taaksteling) dan alat-alat
pemerintahan yang menjalankan politik negara yag telah ditentukan
(verwekenlijking van de taak).18
kepolisian.
16
Moh. Mahfud MD, 2006, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty,
Yogyakarta, hlm 8
17
E. Utrecht, 1960, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Cet. IV,
Ichtiar, Jakarta, hlm 16.
18
Djenal Hoesen Koesoemahatmadja, 1983, Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha Negara
Jilid 1, Penerbit Alumni, Bandung, hlm. 40-41
15
Dalam aktifitas pemerintahan, pemerintah selalu melaksanakan
administrasi negara.19
19
Ridwan HR, 2011, Op cit hlm. 112
16
tertentu berupa hak dan kewajiban, seperti tercipta atau hapusnya hak dan
20
E. Utrecht, op.cit, hlm. 62-63.
21
Muhaemin Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan. Diakses Melalui
http://www.slideshare.net/Muhaemin93/pengertian-pemerintah-dan-pemerintahan pada tangga l7
Oktober 2016 Pukul 16.21 Wit.
17
2. Negara sebagai lawstate, maka pemerintah menjalankan fungsi
rakyat.
3. Konsep Kewenangan
22
SF. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di
Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1997, hlm. 154
18
yang diberikan oleh undang-undang. Dengan demikian, substansi asas
dan mandat.
23
Tim Penyusun Kamus-Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 170.
24
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1981, hlm. 29.
19
Atribusi (attributie), delegasi (delegatie), dan mandat (mandaat), oleh H.D.
van Wijk/Willem Konijnenbelt dirumuskan sebagai berikut : 25
1. Attributie : toekenning van een bestuursbevoegdheid door een
weigever aan een bestuursorgaan;
2. Delegatie : overdracht van een bevoegheid van het ene
bestuursorgaan aan een ander;
3. Mandaat : een bestuursorgaan laat zijn bevoegheid namens hem
uitoefenen door een ander.
ada 2 (dua) cara untuk memperoleh wewenang, yaitu atribusi dan delegasi.
menyangkut pelimpahan wewenang yang telah ada (oleh organ yang telah
Dalam hal mandat tidak terjadi perubahan wewenang apapun (dalam arti
25
H. D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, Hoofdstukken van Administratief Recht,
Culemborg, Uitgeverij LEMMA BV, 1988, hlm. 56
26
Ridwan HR, Op cit, hlm. 74-75.
27
Philipus M. Hadjon, Fungsi Normatif Hukum Administrasi dalam Mewujudkan
Pemerintahan yang Bersih, Pidato Penerimaan jabatan Guru Besar dalam Ilmu Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 1994, hlm. 7.
20
bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan prilaku
subyek hukum, komponen dasar hukum ialah bahwa wewenang itu harus
F. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
2. Pendekatan Masalah
28
Philipus M. Hadjon, Penataan Hukum Administrasi, Fakultas Hukum Unair,
Surabaya, 1998. hlm.2.
29
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali,
Jakarta,1985,hlm 14
30
Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum, cetakan ke-3, Kencana, Jakarta, 2017,
hlm.93
21
Yaitu bahan-bahan Hukum yang mengikat dan terdiri dari; UUDNRI 1945,
Publik.
hukum primer yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para
pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu secara Khusus yang
kartu. Jadi kartu kartu dibuat untuk mencatat semua teori dan konsep, asas,
literatur.
22
beroreantasi pada pengujian data berdasarkat Kerangka Teori dan kaidah
normatif.
G. Sistematika Penulisan
sebagai berikut :
BAB III yaitu; Hasil dan Pembahasan yang terdiri atas Rangkap
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dasar “jabat‟ yang ditambah imbuhan –an, yang berdasarkan Kamus Besar
yang ditunjuk dan disediakan untuk diwakili oleh mereka sebagai pribadi.
Dalam sifat pembentukan hal ini harus dinyatakan dengan jelas.” Dari
dalam berfungsi dengan baik. Jabatan dijalankan oleh pribadi sebagai wakil
dalam kedudukan demikian dan berbuat atas nama jabatan, yang disebut
pemangku jabatan.
31
Poerwasunata, W.J.S, Kamus Bahasa Indonesia edisi ketiga, Jakarta:BalaiPustaka,
2003, hlm 16.
32
Logemann, diterjemahkan oleh Makkatutu dan Pangkerego dari judul asli Over de
Theori Van Een Stelling Staatsrecht, Universitaire Pers Leiden, 1948, Tentang Teori Suatu
Hukum Tata Negara Positif, Ikhtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta, 1975, hlm. 124.
24
ditempatkan figura-subsitu (pengganti) yang diangkat untuk mewakili
ada pertalian antar jabat-jabatan seperti itu, tampak sebagai suatu kelompok
yang berlaku”. Butir (4), yakni: “Pejabat negara adalah pimpinan dan
33
Ibid, hlm 135
34
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
25
undangan termasuk di dalamnya jabatan dan kesekretariatan lembaga
tertinggi atau tinggi negara, dan kepaniteraan pengadilan”. Butir (6), yakni:
“Jabatan karir adalah jabatan struktural dan fungsional yang hanya dapat
Butir (7), yakni: “Jabatan organik adalah jabatan negeri yang menjadi tugas
menjadi hasil kerja dengan alat kerja dan dalam kondisi jabatan
tertentu.
35
Utrecht, E, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, cetakan ke empat,
Jakarta,1957.hlm 36
26
“Jabatan ialah suatu lingkungan pekerjaan tetap yang diadakan dan
dilakukan guna kepentingan negara (kepentingan umum). Tiap
jabatan adalah suatu lingkungan pekerjaan tetap yang dihubungakan
dengan organisasi sosial tertinggi, yang diberi nama Negara.”
Yang dimaksud dengan lingkungan tetap ialah suatu lingkungan
perbuatan hukum. Perbuatan hukum itu dapat diatur baik hukum publik
kepentingan negara”.
36
Poerwasunata, W.J.S, ibid. hlm. 63
37
Poerwasunata, W.J.S, ibid. hlm.89
38
Utrecht, E, (1957:144) op.cit. hlm 27
27
Mengenai jabatan publik, Pengertian dapat dipahami lebih luas daripada
partai politik atau jabatan dalam organsiasi profesi yang sifat kegiatannya
dapat juga disebut sebagai jabatan publik yang lebih luas yang mencakup
1. Pejabat Negara
39
Jimly Asshiddiqie,Sistem Pengisian Jabatan Publik, Disampaikan dalam rangka
Konferensi Hukum Tata Negara ke-2, di UNAND, Padang, September 2015.
28
Seorang Pejabat Negara selain menduduki jabatan lembaga negara
akan tetapi tidak semua pejabat yang diangkat dan diberhentikan oleh
pejabat lainnya yang tidak secara eksplisit dinyatakan jabatannya oleh UUD
penjelasannya;
40
Budi Suhariyanto dkk., Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang
Jabatan Hakim, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Peradilan, Balitbang Diklat
Kumdil Mahkamah Agung RI 2015, Jakarta, hlm. 212.
29
3. Pejabat Negara yang tidak diatur baik secara organ maupun
auxiliary bodies.41
e. Ketua, wakil ketua, ketua muda dan hakim agung pada Mahkamah
Agung serta ketua, wakil ketua, dan hakim pada semua badan
41
Jimmly Asshidiqie, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Penyempurnaan Sistem
Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, 2010, hlm. 373.
30
k. Kepala perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri yang
31
c. Jabatan organik adalah jabatan negeri yang menjadi tugas pokok
Jabatan karier PNS dibagi menjadi dua yaitu jabatan struktural dan
jabatan fungsional:
tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalarn rangka mernirnpin
suatu satuan organisasi negara. Jabatan Struktural, yaitu jabatan yang secara
bertingkat - tingkat dari tingkat yang terendah (eselon IV/b) hingga yang
Direktur Jenderal, Kepala Biro, dan Staf Ahli. Sedangkan contoh jabatan
disebut dengan Eselon. Eselon tertinggi sampai dengan eselon terendah dan
42
C.S.T Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Aksara Baru, 1985, hlm 356
32
3. Eselon II a Pembina Utama Muda IV/c Pembina Utama Madya
IV/d
&
tingkatannya. Contohnya :
c. Eselon III terdiri dari Kepala Bagian, Kepala Bidang, dan lain-
lain
33
c. Eselon III yaitu Sekretaris Badan, Sekretaris Dinas, Kepala
pada keahlian dan atau keterarnpilan tertentu serta bersifat rnandiri dan
rnenunjukkan tugas, jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu
43
Drs C.S.T Kansil, S.H. Op Cit , hlm `356.
44
Jimmly Asshidiqie, Sistem Pengisian Jabatan Publik. Ibid. hlm 5-6
34
(1) Jabatan Administrasi yang meliputi: (a) Jabatan administrator yang
terdiri atas (i) Ahli utama; (ii) Ahli madya; (iii) Ahli muda; (iv)
atas (i) Penyelia; (ii) Mahir; (iii) Terampil; dan (iv) Pemula; dan
inspektur jenderal, inspektur utama, kepala badan, staf ahli menteri, Kepala
35
Presiden, Kepala Sekretariat Dewan Pertimbangan Presiden, sekretaris
daerah provinsi, dan jabatan lain yang setara c. jabatan pimpinan tinggi
sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan jabatan lain yang setara.
Aparatur Sipil Negara (ASN) tidak dikenal lagi istilah jabatan struktural
36
a. Ahli utama
b. Ahli madya
c. Ahli muda
d. Ahli pertama
a. Penyelia
b. Mahir
c. Terampil
d. Pemula.
Pemerintah melalui :
a. Kompetensi
b. Kualifikasi
c. Kepangkatan
37
e. rekam jejak jabatan dan integritas
f. persyaratan lain45
d. Jabatan Politik
ditentukan oleh sebuah proses politik. Dalam hal ini bisa dicontohkan untuk
kepala daerah dan wakil kepala daerah, yakni pemilihan gubernur dan wakil
Jabatan seperti kepala daerah baik itu gubernur, bupati/wali kota beserta
maka ada kewenangan yang melekat dari jabatan tersebut. Jabatan seperti
Konstitusi, KETUA KPK itu bukan jabatan eselon. Begitu juga dengan
45
UU No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 13-14
38
jabatan sebagai Gubernur atau Bupati/Walikota, itu bukan jabatan dalam
the right man on the right place (penempatan orang yang tepat pada tempat
yang tepat). Untuk dapat melaksanakan prinsip ini dengan baik, ada dua hal
a. Adanya analisis tugas jabatan (job analisys) yang baik, suatu analisis
yang menggambarkan tentang ruang lingkup dan sifat-sifat tugas
yang dilaksanakan sesuatu unit organisasi dan syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh pejabat yang akan menduduki jabatan di dalam
unit organisasi itu.
b. Adanya Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (kecakapan pegawai) dari
masing-masing pegawai yang terpelihara dengan baik dan terus-
menerus. Dengan adanya penilaian pekerjaan ini dapat diketahui
tentang sifat, kecakapan, disiplin, prestasi kerja, dan lain-lain dari
masing- masing pegawai.
Pengisian jabatan negara dapat dilakukan dengan metode pemilihan
46
Sastra Djatmiko, Marsono, Hukum Kepegawaian Indonesia, Jakarta: Penerbit Djamb
atan, 1990, hlm 67.
47
Sri Hartini, dkk. Op.Cit,hlm.97.
39
lembaga negara maupun lembaga pemerintahan, baik pada pemerintah pusat
tugas tetap atau diangkat pada suatu jabatan tertentu. Proses pemilihan itu
berkualitas. Ini pun belum tentu menghasilkan seperti yang disyaratkan itu.
pejabat yang diangkat (appointed officials) dan pejabat yang dipilih (elected
officials). Pejabat yang dipilih dapat direkrut melalui proses (i) pemilihan
48
C.S.T. Kansil, 2005, Sistem Pemerintahan Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, hlm.
222
49
Jimmly Asshidiqie, Ibid.
40
1. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam pemilihan
sebagai berikut50:
50
Ibid. hlm 6
41
b. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan
42
bupati/wakil walikota wajib menyatakan mengundurkan diri secara
ditarik kembali;
43
6. Hubungan wewenang dari jabatan - jabatan antara satu sama lain.
7. Peralihan jabatan.
UUD NRI Tahun 1945 juga secara sistematis telah dijabarkan dalam
Struktural.
bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Selanjutnya juga diatur lebih lanjut dalam
51
Pudja Pramana KA, Ilmu Negara, Jakarta: Graha Ilmu, 2009, hlm 28
44
Struktural Yang Lowong di Instansi Pemerintah, Undang-Undang Nomor 5
45
BAB III
Governance). Dalam hal ini, Good Governance diartikan secara luas sebagai
kaitan ini, di Negeri Belanda (yang juga diikuti oleh pakar Hukum
Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa Latin, yaitu
Gubernare yang diserap oleh bahasa Inggris menjadi Govern, yang berarti
52
Safri Nugraha, Dkk., 2007, Laporan Akhir Tim Kompendium Bidang
Hukum: Pemerintahan Yang Baik, Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN),
Jakarta, hlm. 2
46
steer (menyetir, mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule
bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien,
kewiraswastaan,54
53
Djohan Djohermansyah, 2007, Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di
Tingkat Lokal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 131.
54
Sedermayanti, 2003, Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam
Rangka Otonomi Daerah, Mandar Maju, Bandung, hlm. 7
47
Dalam upaya mewujudkan good governance dan good local
Undangan.
warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administrasi
55
Bappenas, 2004, Menumbuhkan Kesadaran Tata Kepemerintahan yang baik,
Jakarta, hlm.15
48
Pelayanan Publik Tahun 2004 bahwa, “segala kegiatan pelayanan yang
kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-
Pelaksana dilarang:
a. merangkap sebagai komisaris atau pengurus organisasi usaha bagi
pelaksana yang berasal dari lingkungan instansi pemerintah,
badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah
disebut Pelaksana adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang
49
(a). pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan
Didalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) dijelaskan bahwa;
Kementerian.
Berkaitan dengan rangkap jabatan oleh menteri telah diatur secara tegas
bahwa;
50
Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
51
peraturan perundang-undangan. Jabatan Struktural yang dirangkap
oleh Pegawai Negeri Sipil ini dapat ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.
Tahun 1999, pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat dalam
jabatan struktural tidak dapat merangkap dalam jabatan struktural lain atau
jabatan fungsional. Hal ini dimaksudkan agar Pegawai Negeri Sipil yang
optimal.
sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan tugas dan tanggung
52
B. Pengaturan Sanksi Administrasi Terhadap Pejabat Publik Yang
Merangkap Jabatan
merangkap jabatan namun akibat hukum yang dapat terjadi terhadap pejabat yang
Tindakan.
53
menimbulkan konflik kepentingan. Sehingga apabila terjadi konflik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112). Pasal 17 huruf (a). pada Undang-
milik negara, dan badan usaha milik daerah akan di kenakan sanksi
54
merangkap jabatan di berbagai organisasi yakni sebagai pimpinan Partai
2008 Nomor 166) Tidak mengatur terkait sanksi administrasi terhadap menteri
berbunyi demikian;
55
undangan harus diberikan tindakan yang tegas sesuai dengan kaida-kaida
Norma hukum telah mengatur bahwa rangkap jabatan tidak diperbolehkan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1997 Tentang Pegawai Negeri Sipil yang
Nomor 121) terhadap jabatan-jabatan tertentu, oleh sebab itu sangat pentingnya
hukum.
jabatan oleh pejabat Publik dapat berakibat ketidak efektifnya suatu organ,
yang berlaku. Yang lebih condong dapat terjadi ialah merusak sendi-sendi
pemerintahan yang selama ini ditata, Serta potensi besar terjadinya konflik
Dampak social akibat rangkap jabatan oleh pejabat publik yaitu kritikan
terjadi akibat dari rangkap jabatan yang dilakukan oleh pejabat publik
56
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
57
Negara, Peraturan Menteri BUMN No PER-03/MBU/02/2015
korupsi.
B. Saran
profesinya.
berlaku.
58
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Hakim Abdul Aziz, 2011,Negara Hukum dan Demokrasi Di Indonesia, Penerbit Pustaka
Pelajar, Celeban Timur, Yogyakarta
Manan Bagir, 2001, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum Fakultas
Hukum UII, Yogyakarta
Djohermansyah Djohan, 2007, Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat
Lokal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Utrecht .E, 1960, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Cet. IV, Ichtiar,
Jakarta
Ali Faried, 2012, Hukum Tata Pemerintahan Heteronom dan Otonom, Refika Aditama,
Bandung
Handoyo Hestu Cipto, 2009, Hukum Tata Negara Indonesia “Menuju Konsolidasi
Sistem Demokrasi”, Universitas Atma Jaya, Jakarta
H. D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, 1988, Hoofdstukken van Administratief Recht,
Culemborg, Uitgeverij LEMMA BV,
Asshiddiqie Jimly, 2015, Liberalisasi Sistem Pengisian Jabatan Publik, Disampaikan
dalam rangka Konferensi Hukum Tata Negara ke-2, di UNAND, Padang,
September
Ashiddiqie Jimly, 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Mahkamah Konstitusi, RI,
Jakarta
Asshiddiqie Jimly, 2015 Sistem Pengisian Jabatan Publik, Disampaikan dalam rangka
Konferensi Hukum Tata Negara ke-2, di UNAND, Padang
Logemann, , 1948, diterjemahkan oleh Makkatutu dan Pangkerego dari judul asli Over de
Theori Van Een Stelling Staatsrecht, Universitaire Pers Leiden, 1975, Tentang
Teori Suatu Hukum Tata Negara Positif, Ikhtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta
Moh. Mahfud MD, 2006, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty,
Yogyakarta
Hartini Sri, dkk , 2010, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta
Marbun SF, 1997, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia,
Liberty, Yogyakarta
Djatmiko Sastra, 1990, Hukum Kepegawaian Indonesia, Penerbit Djamb atan, Jakarta
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri, 1985, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali, Jakarta
Nugraha Safri, Dkk, 2007, Laporan Akhir Tim Kompendium Bidang Hukum:
Pemerintahan Yang Baik, Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN),
Jakarta
Sedermayanti, 2003, Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka
Otonomi Daerah, Mandar Maju, Bandung
C. Disertasi/Makalah/Jurnal/Kamus/Website
http://www.ombudsman.go.id/index.php/berita/berita/siaran-pers-ombudsman/2321-
siaran-pers-polemik-rangkap-jabatan,-ombudsman-ri-beri-solusi-kepada-
pemerintah.html (Di Akses Tanggal 1 Agustus 2017)