Anda di halaman 1dari 28

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

FAKULTAS HUKUM
Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi Nomor : 429/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014

ANALISIS TANGGUNG JAWAB DOKTER ATAS LAYANAN


KESEHATAN JARAK JAUH SECARA REAL-TIME (REAL-TIME
TELEMEDICINE) KHUSUSNYA TELEKONSULTASI DI INDONESIA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

OLEH
Lusiana Iskandar Wijaya
NPM: 2014 200 101

PEMBIMBING I
Prof. Dr. Bernadette Mulyati Waluyo, S.H., M.H., CN.

PEMBIMBING II
Aluisius Dwi Rachmanto, S.H., M.Hum.

Penulisan Hukum
Disusun Sebagai Salah Satu Kelengkapan
Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana
Program Studi Ilmu Hukum

Bandung
2018
Disetujui Untuk Diajukan Dalam Sidang
Ujian Penulisan Hukum Fakultas Hukum
Universitas Katolik Parahyangan

Pembimbing I

(Prof. Dr. Bernadette Mulyati Waluyo, S.H., M.H., CN.)

Pembimbing II

(Aluisius Dwi Rachmanto, S.H., M.Hum.)

Dekan

(Dr. Tristam Pascal Moeliono, S.H., M.H., LL.M.)


PERNYATAAN INTEGRITAS AKADEMIK

Dalam rangka mewujudkan nilai-nilai ideal dan standar mutu akademik yang
setinggi-tinginya, maka Saya, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Katolik
Parahyangan yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Lusiana Iskandar Wijaya
NPM : 2014200101
Dengan ini menyatakan dengan penuh kejujuran dan dengan kesungguhan hati dan
pikiran, bahwa Karya Penulisan Hukum yang berjudul:
ANALISIS TANGGUNG JAWAB DOKTER ATAS LAYANAN KESEHATAN
JARAK JAUH SECARA REAL-TIME (REAL-TIME TELEMEDICINE)
KHUSUSNYA TELEKONSULTASI DI INDONESIA BERDASARKAN
UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN
adalah sungguh-sungguh merupakan karya ilmiah / karya penulisan hukum yang
telah Saya susun dan selesaikan atas dasar upaya, kemampuan dan pengetahuan
akademik Saya pribadi, dan sekurang-kurangnya tidak dibuat melalui dan atau
mengandung hasil dari tindakan-tindakan yang:
a. secara tidak jujur dan secara langsung atau tidak langsung melanggar hak-
hak atas kekayaan intelektual orang lain, dan atau
b. dari segi akademik dapat dianggap tidak jujur dan melanggar nilai-nilai
integritas akademik dan itikad baik.
Seandainya di kemudian hari ternyata bahwa Saya telah menyalahi dan atau
melanggar pernyataan Saya di atas, maka Saya sanggup untuk menerima akibat-
akibat dan atau sanksi-sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungan
Universitas Katolik Parahyangan dan atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pernyataan ini Saya buat dengan penuh kesadaran dan kesukarelaan, tanpa paksaan
dalam bentuk apapun juga.

Bandung, 25 Mei 2018


Mahasiswa Penyusun Karya Penulisan Hukum

(________________________________)
Lusiana Iskandar Wijaya
2014200101
ABSTRAK

Telekonsultasi merupakan dampak perkembangan teknologi dan informasi pada


bidang kesehatan yang melibatkan 3 (tiga) pihak, yaitu dokter, pasien, dan pihak
penyedia telekonsultasi. Namun, pelaksanaannya di Indonesia belum diatur dalam
peraturan perundang-undangan sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai
pertanggungjawaban hukum dokter yang melaksanakan telekonsultasi terhadap
pasien yang memanfaatkan telekonsultasi di Indonesia. Guna menjawab pertanyaan
tersebut, maka digunakan metode penelitian yuridis normatif dengan pisau analisis
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)
karena dokter dapat dikualifikasikan sebagai pelaku usaha jasa profesional dan
pasien dapat dikualifikasikan sebagai konsumen akhir menurut UUPK. Perbuatan
dokter menegakkan diagnosa tanpa melakukan pemeriksaan fisik pada
telekonsultasi tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan sehingga melanggar Pasal 8 ayat (1) UUPK.
Mengingat hubungan hukum antara pelaku usaha jasa profesional dengan
konsumen merupakan hubungan kontraktual dengan prestasi tidak terukur
(inspanningverbintennis), maka tanggung jawabnya adalah tanggung jawab
profesional dengan konstruksi hukum strict liability yang merupakan derivasi dari
Perbuatan Melawan Hukum. Apabila timbul sengketa konsumen antara keduanya,
maka pasien selaku konsumen dapat menyelesaikannya melalui litigasi atau non-
litigasi (BPSK).

Kata kunci: telekonsultasi, dokter, pasien, pelaku usaha, konsumen

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan Penulisan
Hukum yang berjudul “Analisis Tanggung Jawab Dokter Atas Layanan Kesehatan
Jarak Jauh Secara Real-Time (Real-Time Telemedicine) Khususnya Telekonsultasi
di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan
Hukum ini disusun untuk memenuhi persyaratan akademik dalam menyelesaikan
pendidikan S1 Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan.

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum ini tidak akan selesai tepat pada
waktunya tanpa adanya bantuan serta dukungan dari banyak pihak yang ikut
membantu proses Penulisan Hukum ini. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Orang tua penulis, yaitu Ibu Herijati dan Bapak Iskandar serta adik penulis,
yaitu William Wiguna Iskandar Wijaya. Terima kasih atas doa, harapan,
serta dukungan yang selalu kalian berikan bagi penulis sejak awal
memasuki dunia perkuliahan hingga penulis berhasil menyelesaikan
Penulisan Hukum ini.
3. Bapak Dr. Tristam Pascal Moeliono, S.H., M.H., LL.M. selaku Dekan
Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, atas kepemimpinan dan
kebijakannya dalam kegiatan akademik maupun non-akademik di Fakultas
Hukum.
4. Ibu Dr. Niken Savitri, S.H., MCL selaku Wakil Dekan I bidang Akademik
Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, atas kepemimpinan dan
kebijakannya dalam kegiatan akademik maupun non-akademik di Fakultas
Hukum.
5. Ibu Prof. Dr. Bernadette M. Waluyo, S.H., M.H., CN. selaku Dosen
Pembimbing yang telah sabar dan meluangkan waktu untuk memeriksa

v
Penulisan Hukum penulis dari awal hingga akhir, memberikan masukan-
masukan, kritik, dan dukungan dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini.
6. Bapak Aluisius Dwi Rachmanto, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing
Proposal Penulisan Hukum dan Penulisan Hukum yang telah sabar dan
meluangkan waktu untuk memeriksa Proposal dan Penulisan Hukum
penulis dari awal hingga akhir, memberikan masukan-masukan, kritik, dan
dukungan dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini.
7. Bapak Prof. Dr. Koerniatmanto Soetoprawiro, S.H., M.H. selaku Dosen
Wali yang setiap semester selalu membimbing, mendukung, memberikan
pendapat serta masukan bagi penulis dalam menjalani kegiatan akademik.
8. Bapak Prof. Dr. Johannes Gunawan, S.H., LL.M. selaku Dosen Penguji
yang telah meluangkan waktu untuk menguji seminar judul dan sidang
skripsi, serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi
Penulisan Hukum ini.
9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Katolik
Parahyangan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran
yang berharga dan bermanfaat selama saya menempuh pendidikan di
Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan.
10. Alvin Christopher selaku teman penulis yang selalu memberikan semangat,
bantuan, serta saran dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini dan
memperhatikan asupan gizi penulis bersama Irena Natalia selaku teman
penulis berbeda universitas dan berbeda jurusan.
11. Yuliana Utama, selaku teman seperjuangan penulis sejak awal perkuliahan
yang selalu memberikan semangat, dukungan, serta saran demi kemajuan
penulisan hukum yang disusun oleh penulis dan tak lupa selalu
mendengarkan segala keluh kesah penulis.
12. Vicentcia Bunga Ayu Asokawati, selaku teman penulis yang menampung
penulis dikala gabut dan pemerhati asupan gizi penulis dengan mengajak
makan hedon selama perkuliahan di FH Unpar.
13. Ingrid Bernanda Pardede selaku salah satu teman seperjuangan penulis dari
semester 1 yang telah mengajarkan penulis untuk lebih peka dengan sekitar

vi
dan selalu memberikan semangat serta dukungan bagi penulis untuk
menyelesaikan Penulisan Hukum ini tepat pada waktunya.
14. Nindy Apridya Putri selaku salah satu teman seperjuangan penulis dari
semester 1 yang selalu sabar dan tidak pernah marah dalam menghadapi
segala kesulitan yang dihadapi. Terima kasih karena selalu memberikan
semangat, dukungan, serta saran bagi penulis selama menyelesaikan studi
di FH UNPAR khususnya pada Penulisan Hukum ini.
15. Carolina Sarbini selaku salah satu teman seperjuangan penulis dari semester
1 yang selalu memberikan semangat, dukungan, serta saran selama penulis
menyelesaikan studi di FH UNPAR khususnya menyelesaikan Penulisan
Hukum ini dan tak lupa selalu memberikan tumpangan kepada penulis
selama menunggu kelas.
16. Putri Anggiariz Widya selaku teman 1 kelompok ospek penulis yang
menyediakan kosannya untuk digunakan selama penulis menunggu kelas
dan telah memberikan semangat, dukungan, serta masukan kepada penulis
selama menyelesaikan Penulisan Hukum ini.
17. Dheandy Dwisaptono selaku teman yang telah membantu penulis dalam
banyak hal selama menyelesaikan studi di FH UNPAR khususnya pada
mata kuliah Hukum Perdata dan Hukum Waris hingga persiapan sidang
Penulisan Hukum.
18. Fasya Yustisia selaku teman perkuliahan yang selalu berbagi suka dan suka
selama menjalani dunia perkuliahan, memberi dukungan serta saran yang
membangun semangat penulis untuk menyelesaikan studi di FH UNPAR
khususnya pada Penulisan Hukum ini.
19. Petra Siti Sabrina selaku teman penulis 1 ruangan dosen pembimbing yang
saling berbagi cerita suka dan duka selama perkuliahan dan sumber catatan
bagi penulis. Tak lupa selalu memberikan semangat, dukungan, masukan
dan saran bagi penulis selama menyelesaikan Penulisan Hukum ini.
20. Yola selaku teman penulis yang selalu memberikan semangat dan
menghibur penulis lewat tulisan dan gambarnya di media sosial serta tim
gizi yang selalu mengajak penulis memenuhi asupan gizinya.

vii
21. Bea Noviawati selaku teman penulis yang selalu memberikan semangat dan
menghibur penulis selama menyelesaikan studi di FH UNPAR dan
khususnya Penulisan Hukum ini.
22. Rifny Meirizka Fadhilah selaku teman penulis sejak awal perkuliahan yang
penyabar. Terima kasih karena telah melatih kesabaran penulis selama
menjalani perkuliahan di FH Unpar dan terima kasih karena selalu
memberikan semangat serta dukungan selama penulis menyelesaiakan studi
dan Penulisan Hukum ini.
23. Putri Theresia Sitepu selaku teman 1 kelompok ospek yang berjuang
bersama demi Sidang tahap 2. Terima kasih karena selalu memberikan
semangat serta dukungan selama penulis menyelesaikan studi di FH
UNPAR khususnya selama penulis menyelesaikan Penulisan Hukum ini.
24. Margaretha Sulastri Murniputri, selaku teman penulis yang selalu
memberikan dukungan, semangat, serta motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan Penulisan Hukum tepat waktu.
25. Stacia Febby Priscillia, selaku teman penulis yang selalu semangat, pantang
menyerah, dan ambisius. Terima kasih karena telah menjadi motivasi
penulis untuk menyelesaikan Penulisan Hukum ini tanpa kenal lelah dan
waktu.
26. Emeralda Valerie dan Fairus Sarah selaku teman penulis yang pantang
menyerah dan selalu memberikan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan Penulisan Hukum ini tepat waktu.
27. Eugenie Ellen Estella Rahmat selaku teman penulis sejak bergabung dalam
kepanitiaan Chair Person and Time Keeper Piala Soediman
Kartohadiprodjo Tahun 2015 yang memberikan semangat serta dukungan
kepada penulis pada saat menyelesaikan Penulisan Hukum hingga persiapan
sidang penulis.
28. Cornelia Limiawan dan Clara Julitha Suraja, selaku teman seperjuangan
penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum dengan dosen pembimbing
yang sama.

viii
29. Teman-teman yang sidang pada hari yang sama dan juga teman-teman
lainnya yang telah menyempatkan hadir pada sidang penulis, yaitu Jesslyn
Kartawidjaja, Ivan Christian, Kevin Indrawan, Irene Hadi Wijaya, Merlyn
Margaretha, Thea Cahyadi, Hendrik, Natasha Stellaritami, Griselda Stacey
Girsang, Andreina Nur Ayuningtyas, Gisya Annisa, Claudia Florencia,
Ratri Kristina Arum, Atika Rahma, Siti Roza Amelita, Yosephine Fresca
Hartono, I Dewa Ayu Praharviata Jayatiputri.
30. Teman-teman Santo Aloysius seperjuangan di UNPAR. We did it!
31. Teman-teman FH UNPAR Angkatan 2014
32. Seluruh Bapak dan Ibu Karyawan Tata Usaha dan Pekarya Fakultas Hukum
Universitas Katolik Parahyangan yang telah bekerja sehingga seluruh
kegiatan perkuliahan dapat berjalan dan terlaksana dengan baik.
33. Dan terima kasih untuk kalian semua yang telah memberikan semangat, doa,
dan dukungan kepada penulis namun namanya luput tertulis pada kertas ini
karena keterbatasan penulis.

Pada akhirnya seperti pepatah mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak,
penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam Penulisan
Hukum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran terhadap Penulisan Hukum ini masih
diperlukan untuk menjadi bahan penyempurnaan di masa yang akan datang.

Bandung, 25 Mei 2018

Lusiana Iskandar Wijaya


2014200101

ix
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ................................................................................................ ii
Integritas Akademik ............................................................................................... iii
Abstrak ................................................................................................................... iv
Kata Pengantar .........................................................................................................v
Daftar Isi...................................................................................................................x
Daftar Gambar ...................................................................................................... xiii
Daftar Bagan ........................................................................................................ xiv

BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ......................................................................................1
2. Rumusan Masalah ...............................................................................10
3. Tujuan Penelitian.................................................................................10
4. Metode Penelitian ................................................................................10
5. Sistematika Penulisan..........................................................................12

BAB II. TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN


BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (UUPK)
1. Konsumen............................................................................................14
1.1. Pengertian ....................................................................................14
1.2. Hak dan Kewajiban .....................................................................18
2. Pelaku Usaha .......................................................................................23
2.1. Pengertian ....................................................................................23
2.2. Hak dan Kewajiban .....................................................................24
2.3. Perbuatan yang Dilarang .............................................................26
3. Objek Hukum Perlindungan Konsumen .............................................30
4. Asas Hukum Perlindungan Konsumen ...............................................32
5. Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen ............................................35

x
6. Prinsip-Prinsip Pertanggungjawaban Dalam Hukum Perlindungan
Konsumen............................................................................................37
6.1. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Barang ......................................37
6.1.1. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Barang yang
Berhubungan Langsung dengan Konsumen ..................37
6.1.2. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Barang yang
Berhubungan Tidak Langsung dengan Konsumen ........43
6.2. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa ...........................................48
6.2.1. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Profesional...........50
6.2.2. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Komersial ............54
7. Penyelesaian Sengketa Konsumen ......................................................56
7.1. Penyelesaian sengketa yang dilakukan melalui pengadilan
(litigasi) ........................................................................................57
7.2. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non litigasi) .............58

BAB III. TINJAUAN UMUM LAYANAN KESEHATAN JARAK JAUH


SECARA REAL-TIME (REAL-TIME TELEMEDICINE) KHUSUSNYA
TELEKONSULTASI
1. Pengertian Telemedicine .....................................................................66
2. Sejarah Perkembangan Telemedicine ..................................................71
3. Bentuk-Bentuk Telemedicine ..............................................................73
4. Sistem Penggunaan Layanan Konsultasi Jarak Jauh/Telekonsultasi ..77
5. Hubungan Hukum dalam Layanan Konsultasi Jarak
Jauh/Telekonsultasi .............................................................................80
5.1. Hubungan Hukum Antara Dokter dengan Pasien .......................94
5.2. Hubungan Hukum Antara Dokter dengan Penyedia Jasa Layanan
Konsultasi Jarak Jauh/Telekonsultasi .........................................97
5.3. Hubungan Hukum Antara Pasien dengan Penyedia Jasa Layanan
Konsultasi Jarak Jauh/Telekonsultasi .........................................99

xi
BAB IV. ANALISIS TANGGUNG JAWAB DOKTER ATAS LAYANAN
KONSULTASI JARAK JAUH/TELEKONSULTASI TERHADAP
PASIEN SELAKU PENGGUNA LAYANAN KONSULTASI JARAK
JAUH/TELEKONSULTASI DI INDONESIA BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
1. Pasien dalam Perspektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen
1.1. Pengkualifikasian Pasien Sebagai Konsumen ........................102
1.2. Hak Pasien Sebagai Konsumen ..............................................106
1.3. Kewajiban Pasien Sebagai Konsumen....................................107
2. Dokter dalam Perspektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen
2.1. Pengkualifikasian Dokter Sebagai Pelaku Usaha ...................108
2.2. Hak Dokter Sebagai Pelaku Usaha .........................................110
2.3. Kewajiban Dokter Sebagai Pelaku Usaha ..............................111
3. Hubungan Hukum Antara Dokter dengan Pasien dalam Perspektif
Undang-Undang Perlindungan Konsumen .....................................112
3.1. Transaksi Terapeutik ..............................................................112
3.2. Standar Kompetensi Dokter di Indonesia ...............................113
3.3. Pelanggaran yang Dilakukan oleh Dokter Atas Layanan
Konsultasi Jarak Jauh/Telekonsultasi .....................................116
3.4. Pertanggungjawaban Hukum Dokter dalam Perspektif Undang-
Undang Perlindungan Konsumen ...........................................120
3.5. Dasar Hukum Gugatan yang Ditempuh Pasien Atas
Pelanggaran yang Dilakukan oleh Dokter Atas Layanan
Konsultasi Jarak Jauh/Telekonsultasi .....................................122

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan .....................................................................................127
2. Saran ...............................................................................................129

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................130

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Telesurgery ...........................................................................................74

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1: Perbedaan Beban Pembuktian Perbuatan Melawan Hukum dan Strict


Liability ...................................................................................................47

Bagan 2: Perbedaan Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitrase ........................................63

Bagan 3: Telemedicine ...........................................................................................69

Bagan 4: Hubungan Hukum dalam Real-time Telemedicine ...............................101

Bagan 5: Beban Pembuktian Tanggung Jawab Langsung/Strict Liability ...........121

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dewasa ini kesehatan merupakan aspek penting dari hak asasi manusia
(HAM) yang telah dijamin dan diatur di berbagai instrumen internasional
dan nasional, diantaranya Pasal 28 H ayat (1) dan Pasal 34 ayat (3) Undang-
Undang Dasar 1945. Ketentuan-ketentuan didalamnya pada intinya
merumuskan kesehatan sebagai hak individu dan menetapkan secara konkrit
bahwa negara memiliki tanggung jawab atas kesehatan. Adapun prinsip-
prinsip yang harus ditaati oleh negara dalam pemenuhan hak atas kesehatan
mengandung empat unsur, yakni ketersediaan, aksesibilitas, kualitas, dan
kesetaraan. Ketersediaan dapat diartikan sebagai ketersediaan sejumlah
pelayanan kesehatan seperti fasilitas berupa sarana (rumah sakit, puskesmas
dan klinik) dan prasarana kesehatan (obat-obatan, tenaga kesehatan dan
pembiayaan kesehatan) yang mencukupi untuk penduduk secara
keseluruhan. Aksesibilitas mensyaratkan agar pelayanan kesehatan dapat
terjangkau baik secara ekonomi atau geografis bagi setiap orang, dan secara
budaya, agar menghormati tradisi budaya masyarakat. Kualitas
mensyaratkan agar pelayanan kesehatan memenuhi standar yang layak.
Terakhir, kesetaraan mensyaratkan agar pelayanan kesehatan dapat diakses
secara setara oleh setiap orang, khususnya bagi kelompok rentan di
masyarakat.1

Pemenuhan keempat unsur tersebut seringkali menghadapi kendala


terutama akses masyarakat kepada fasilitas kesehatan. Adapun masyarakat
yang dapat mengakses fasilitas kesehatan menghadapi kendala lainnya
terkait efisien waktu yang dipergunakan. Selama ini jika masyarakat ingin
berkonsultasi dengan dokter maka masyarakat harus meluangkan waktu

1
KONTRAS, Kesehatan dalam Perspektif HAM, diakses dari
https://www.kontras.org/buletin/indo/bpjs.pdf pada Minggu, 20 Agustus 2017 pk. 13.45 WIB.

1
2

serta ongkos untuk menuju rumah sakit atau tempat dokter yang
bersangkutan membuka praktik. Melalui cara ini pasien memerlukan waktu
yang cukup lama hanya untuk mengantri konsultasi dokter hingga menebus
resep obat yang diperlukan sehingga hal ini dianggap kurang efisien.
Berkaitan dengan masalah ini, pada tahun 2005 World Health Organization
(WHO) telah mengeluarkan resolusi mengenai e-Health, yang didefinisikan
sebagai “the use of information and communication technologies (ICT) for
health” atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pelayanan kesehatan
berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dalam resolusi tersebut,
WHO mendorong kepada setiap negara untuk, diantaranya:
a. Menyusun rencana strategis jangka panjang untuk mengembangkan
layanan e-health di berbagai bidang kesehatan.
b. Mengembangkan infrastruktur TIK (teknologi dan informasi) untuk e-
health.
c. Membangun kolaborasi dengan sektor swasta dan lembaga profit untuk
mendukung e-health.
d. Mengembangkan e-health yang menjangkau masyarakat.2

Perkembangan teknologi dan informasi saat ini di Indonesia telah


berdampak terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat. Dalam bidang
pendidikan terdapat aplikasi e-learning, dalam bidang bisnis terdapat e-
commerce, dan dalam bidang pemerintahan terdapat e-government.
Aplikasi-aplikasi tersebut merubah budaya masyarakat Indonesia yang
dahulu melakukan transaksi, bertanya, ataupun mencari berkas dengan cara
tatap muka atau bertemu secara langsung dengan yang bersangkutan
menjadi cara digital yakni tanpa tatap muka dan hanya mengandalkan
jaringan internet serta smartphone atau perangkat elektronik lainnya yang
mendukung jaringan internet.

2
World Health Organization, Resolution and Decision WHA58.28 – eHealth, diakses dari
http://www.who.int/healthacademy/media/WHA58-28-en.pdf pada Kamis 24 Agustus 2017 pk
20.23 WIB.
3

Perkembangan teknologi dan informasi juga berdampak pada bidang


kesehatan. Pelayanan kesehatan seperti misalnya konsultasi dokter mulai
berubah dari cara tatap muka/bertemu langsung menuju era digital dimana
konsultasi dapat dilakukan secara jarak jauh/tanpa tatap muka hanya dengan
mengandalkan jaringan internet serta smartphone atau perangkat elektronik
terkoneksi internet lainnya.

Guna menyesuaikan dengan perkembangan teknologi saat ini sekaligus


membantu pemerintah tentang permasalahan akses kesehatan di masyarakat,
dan juga memperhatikan resolusi World Health Organization (WHO) pada
tahun 2005 yang telah disebutkan di atas, maka muncullah suatu pelayanan
kesehatan jarak jauh berbasis internet bernama telemedicine di Indonesia.

Telemedicine digunakan untuk menghubungkan antara dokter dengan


dokter guna mempercepat pelayanan pasien yang berada di wilayah pelosok
dan juga menghubungkan antara dokter dengan pasien guna mempercepat
3
pelayanan kesehatan di seluruh pelosok Indonesia . Pemanfaatan
telemedicine terbagi menjadi beberapa tipe praktik telemedicine, yakni
telekonsultasi, teleedukasi, telemonitoring, serta telesurgery. Adapun, jenis-
jenis telemedicine dalam pelaksanaannya diterapkan dalam dua konsep,
yaitu real-time (synchronous) dan store-and-forward (asynchronous). 4
Perbedaan mendasar antara keduanya adalah perlu atau tidaknya kehadiran
pihak tenaga kesehatan dengan pasien. Pada store-and-forward
telemedicine tidak diperlukan kehadiran kedua belah pihak pada waktu yang
sama sedangkan pada real-time telemedicine diperlukan kehadiran tenaga
kesehatan dan pasien pada waktu yang sama melalui media penghubung.
Media penghubung tersebut berupa teknologi komunikasi yang
memungkinkan transfer data berupa video, suara, dan gambar secara

3
GE Reports, Menghubungkan Puskesmas Secara Online: Pelayanan Kesehatan Indonesia
Masa Depan, diakses dari http://gereports.co.id/post/129131399805/menghubungkan-puskesmas-
secara-online-pelayanan pada Rabu, 6 September 2017 pk 16.37 WIB.
4
Id.
4

interaktif dan real-time dengan mengintegrasikannya ke dalam teknologi


pendukung video-conference. 5 Pembahasan dalam penelitian hukum ini
difokuskan pada real-time telemedicine berupa telekonsultasi antara dokter
dengan pasien.

Pada real-time telemedicine berupa telekonsultasi terdapat 3 (tiga) pihak


yang terlibat, yakni dokter, pasien, dan pihak yang menyediakan forum
layanan kesehatan jarak jauh secara real-time (real-time telemedicine).
Pihak penyedia forum merupakan media penghubung telekonsultasi antara
dokter dengan pasien berupa teknologi komunikasi yang memungkinkan
transfer data berupa video, suara, dan gambar secara interaktif dan real-time
dengan mengintegrasikannya ke dalam teknologi pendukung video-
6
conference. Oleh karena itu, pihak penyedia forum pada layanan
telemedicine hanya berfungsi untuk memfasilitasi telekonsultasi atau
dengan kata lain sebagai penyedia wadah bagi dokter untuk memberikan
layanan telekonsultasi kepada pasiennya sehingga penyedia forum tidak
bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh dokter dan
pasien dalam forum yang disediakannya.

Sedangkan antara dokter dengan pasien, hubungan hukum yang muncul


antara dokter dengan pasien adalah perjanjian terapeutik/transaksi medis
yang merupakan perikatan dengan prestasi tidak terukur (inspanning
verbintenis). Dalam perikatan ini dokter harus melaksanakan prestasi
berupa memberikan upaya semaksimal mungkin yang hasilnya belum
pasti.7 Perjanjian terapeutik antara dokter dengan pasien muncul pada saat
pasien datang kepada dokter lalu mengemukakan masalah yang dihadapinya

5
Wiko Rahardjo, Apa itu Telemedicine?, diakses dari https://www.femina.co.id/trending-
topic/-telemedicine- pada Kamis, 24 Agustus 2017 pk 18.22 WIB.
6
Id.
7
Universitas Sumatera Utara, Perjanjian Terapeutik (Transaksi Medis) Dalam Pelayanan
Kesehatan, diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21093/Chapter%20II.pdf?sequence=3 pada
Senin, 21 Agustus 2017 pk. 19.25 WIB.
5

dan kemudian dokter melakukan anamnesa (tanya jawab) dan diagnosa 8


dengan tujuan untuk menolong atau memberi jasa kepada pasiennya.9

Sebagaimana telah diuraikan di atas, pelaksanaan telemedicine memerlukan


adanya media penghubung melalui jaringan internet. Saat ini di Indonesia
sudah muncul berbagai aplikasi yang berfungsi sebagai media penghubung
real-time telemedicine seperti aplikasi Halodoc, Alodokter, dan lain-lain.
Aplikasi-aplikasi tersebut hanya berfungsi sebagai wadah/sarana untuk
mempertemukan antara dokter dengan pasien yang memungkinkan
pemanfaatan telemedicine di dalamnya sehingga apabila terdapat kerugian
yang timbul dari hubungan antara dokter dengan pasien, pihak pengelola
aplikasi tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban.

Pelayanan konsultasi dokter berbasis internet (virtual/ tatap muka pada


dunia maya) ini memiliki sisi positif dan sisi negatif. Sisi positif dari
konsultasi virtual ini adalah lebih mudah diakses, menghemat biaya
kesehatan10, meningkatkan kualitas pelayanan pasien, metode modern, dan
dapat menyimpan rekam medis 11 , praktis, dan efisien. Pasien dapat
menghemat waktu karena tidak perlu mengantri panjang di rumah sakit atau
di tempat dokter yang bersangkutan membuka praktik tetapi hanya
memerlukan jaringan internet serta smartphone. Segi praktis yang
ditawarkan real-time telemedicine ini juga diharapkan membawa dampak
positif yakni membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan terkait
akses kesehatan.

8
Anonim, Bab II Tinjauan Pustaka, diakses dari
http://digilib.unila.ac.id/13281/14/BAB%20II.pdf pada Kamis, 8 Maret 2018 pk. 15.23 WIB.
9
R. Abdoel Djamali dan Lenawati Tedjapermana, Tanggung Jawab Hukum Seorang
Dokter dalam Menangani Pasien, Bandung: CV. Abardin, 1988, hlm. 118.
10
Syamsul, Telemedicine Sebagai Solusi Diagnosis Penyakit Jarak Jauh, Jurnal Teknologi
Volume 2, Nomor 1, 1 April 2002, Politeknik Negeri Lhokseumawe.
11
INFO-IPTEK-DIKTI, Menjawab Tantangan Kesehatan dengan Telemedicine, diakses
dari http://ristekdikti.go.id/menjawab-tantangan-kesehatan-dengan-telemedicine/ pada Kamis, 24
Agustus 2017 pk 17.59 WIB.
6

Di sisi lain, real-time telemedicine ini juga memiliki sisi negatif, yakni
adanya kemungkinan diagnosa yang diberikan oleh dokter tidak sesuai
dengan penyakit yang diderita oleh pasien dikarenakan dokter tidak
mengetahui kondisi pasien secara nyata melalui pemeriksaan denyut nadi,
denyut jantung, dan pemeriksaan lainnya yang seharusnya dilakukan secara
langsung oleh dokter terhadap pasien. Kesalahan diagnosa tersebut akan
merugikan pasien sebagai pengguna real-time telemedicine. Sisi negatif
lainnya yang dimiliki real-time telemedicine ditinjau dari segi hukum adalah
belum adanya peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur
mengenai real-time telemedicine khususnya mengenai layanan konsultasi
antara dokter dengan pasien.

Saat ini bidang kesehatan di Indonesia khususnya tentang praktik


kedokteran sudah mempunyai aturan khusus, yakni Undang-Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Namun,
Undang-Undang tersebut hanya mengatur hubungan antara dokter dengan
pasien yang dilakukan secara konvensional/melalui tatap muka tanpa
adanya peran pihak ketiga seperti yang terdapat pada real-time telemedicine.
Hal ini menunjukkan bahwa Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran belum mengatur mengenai praktik
telemedicine sehingga Undang-Undang tersebut tidak dapat diterapkan
dalam upaya menganalisis pertanggungjawaban dalam praktik real-time
telemedicine karena tidak mencakup ketiga pihak yang terdapat dalam
praktik telemedicine, yakni dokter, pasien, dan pihak yang menyediakan
forum layanan kesehatan jarak jauh (real-time telemedicine).

Sebagaimana telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, pemanfaatan real-


time telemedicine erat hubungannya dengan teknologi dan informasi. Oleh
karena itu, pemanfaatan real-time telemedicine berkaitan juga dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Namun, fokus pembahasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
7

2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah mengenai data


sedangkan fokus pembahasan dalam penelitian hukum ini adalah mengenai
hubungan kontraktual antara ketiga pihak dalam praktik telemedicine, yakni
dokter, pasien, dan pihak yang menyediakan forum layanan kesehatan jarak
jauh (real-time telemedicine) yang umumnya didasarkan pada perjanjian
baku yang memuat klausula baku di dalamnya.

Saat ini sudah ada beberapa Peraturan Menteri Kesehatan yang


menyinggung tentang telemedicine, misalnya Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kawasan Terpencil
dan Sangat Terpencil yang di dalamnya telah mencantumkan manfaat
penggunaan telemedicine yakni membantu dokter atau bahkan perawat di
Kawasan terpencil dan sangat terpencil untuk melakukan konsultasi jarak
jauh dengan dokter spesialis di rumah sakit. Selain itu dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/409/2016 Tentang Rumah Sakit Uji Coba Program
Pelayanan Telemedicine Berbasis Video-Conference dan Teleradiologi juga
dibahas mengenai telemedicine namun pembahasannya mengenai
telemedicine, berbasis video-conference dalam arti konsultasi medis jarak
jauh pada bidang spesialisasi yang dibutuhkan dalam rangka diagnostik,
pengobatan dan perawatan pasien, antara fasilitas pelayanan kesehatan
pengampu dan yang diampu dimana terdapat keterbatasan dokter spesialis
dan/atau dokter subspesialis12.

Baik Peraturan Menteri maupun Keputusan Menteri Kesehatan tersebut di


atas hanya membahas penggunaan telemedicine antara dokter dengan dokter

12
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/409/2016 tentang Rumah Sakit Uji Coba Program Pelayanan
Telemedicine Berbasis Video-Conference dan Teleradiologi, diakses dari
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.02_.02-MENKES-409-
2016_ttg_RS_Uji_Coba_Program_Pelayanan_TELEMEDICINE_.pdf pada Rabu, 6 September
2017 pk. 20.52 WIB.
8

sedangkan penggunaan telemedicine dalam hubungan antara dokter dengan


pasien belum diatur. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dan
perkembangan teknologi di bidang kesehatan di wilayah Indonesia belum
diimbangi dengan penyesuaian di bidang hukum yakni dengan tidak adanya
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penggunaan
telemedicine pada layanan kesehatan khususnya layanan konsultasi jarak
jauh antara dokter dengan pasien (real-time telemedicine) sehingga dapat
menimbulkan ketidakpastian hukum dalam masyarakat terutama terkait
perlindungan hukum bagi pasien yang menggunakan jasa telemedicine.

Pada tingkat internasional khususnya pada wilayah Association of Southeast


Asian Nations (ASEAN) dimana Indonesia merupakan salah satu negara
anggotanya, terdapat suatu kesepakatan antar negara-negara ASEAN
mengenai beberapa bidang yang sudah ditentukan, salah satunya adalah
bidang kedokteran. Kesepakatan antar negara-negara ASEAN tersebut
disebut dengan Mutual Recognition Agreement (MRA) dan pengaturan di
bidang kedokteran yakni mengenai praktisi medis disebut dengan ASEAN
Mutual Recognition Arrangement on Medical Practitioners. Dalam MRA
tersebut penggunaan teknologi dalam bidang kesehatan khususnya
mengenai real-time telemedicine berupa telekonsultasi juga belum
disinggung.

Tidak adanya pengaturan dalam lingkup nasional maupun dalam lingkup


ASEAN dapat menyebabkan ketidakpastian hukum. Berkaitan dengan
ketidakpastian hukum mengenai real-time telemedicine khususnya berupa
telekonsultasi dalam lingkup nasional, penelitian hukum ini menggunakan
pisau analisis Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen (UUPK) karena hubungan antara dokter dengan pasien dapat
dikualifikasikan sebagai hubungan antara pelaku usaha dengan konsumen
akhir. Pasien dalam telekonsultasi memenuhi pengertian konsumen yang
9

diatur dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999


Tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa:
“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan.”13

Selain itu, dokter dalam telekonsultasi dapat dikualifikasikan sebagai pelaku


usaha dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen berdasarkan penafsiran gramatikal terhadap pengertian pelaku
usaha yang diatur dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa:
“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi.”14

Dengan dipenuhinya pengertian pelaku usaha dan konsumen dalam


hubungan antara dokter dengan pasien, maka Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dapat diberlakukan dalam
hubungan antara dokter dengan pasien sehingga Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dapat digunakan sebagai
pisau analisis guna menjawab permasalahan yang dibahas dalam penulisan
hukum ini.

13
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, diakses dari
http://www.djlpe.esdm.go.id/modules/_website/images/content/11493296471.pdf pada Kamis, 28
September 2017 pk 19.21 WIB.
14
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, diakses dari
http://www.djlpe.esdm.go.id/modules/_website/images/content/11493296471.pdf pada Sabtu, 11
November 2017 pk 21.25 WIB.
10

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan


ini akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian hukum berjudul:
“Analisis Tanggung Jawab Dokter Atas Layanan Kesehatan
Jarak Jauh Secara Real-time (Real-time Telemedicine) Khususnya
Telekonsultasi di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”

2. Rumusan Masalah
Bagaimana pertanggungjawaban hukum bagi dokter yang melakukan
konsultasi jarak jauh/telekonsultasi terhadap pasien selaku pengguna
layanan konsultasi jarak jauh/telekonsultasi di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen?

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian
hukum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pertanggungjawaban
hukum bagi dokter yang melakukan konsultasi jarak jauh/telekonsultasi
terhadap pasien selaku pengguna layanan konsultasi jarak
jauh/telekonsultasi di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

4. Metode Penelitian
Dalam penelitian hukum ini penulis menggunakan metode penelitian
hukum normatif (yuridis normatif) yang merupakan penelitian kepustakaan
(library research) untuk menjawab rumusan masalah tentang
pertanggungjawaban hukum bagi dokter yang melakukan layanan
konsultasi jarak jauh/telekonsultasi terhadap pasien selaku pengguna
layanan konsultasi jarak jauh/telekonsultasi di Indonesia. Sejalan dengan
metode yang digunakan, identifikasi masalah yang telah dirumuskan oleh
penulis akan diteliti dengan menggunakan cara berpikir deduktif dan
11

kriterium kebenaran koheren dengan menggunakan pisau analisis yaitu


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Adapun cara kerja yang akan dilakukan penulis untuk menyusun penulisan
hukum ini adalah sebagai berikut:
1. Metode penelitian hukum normatif
Metode ini menggunakan cara berpikir deduktif dan kriterium
kebenaran koheren berdasarkan pada hukum positif yang
berlaku saat penulisan hukum ini dibuat, yakni peraturan
perundang-undangan, seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

2. Pengumpulan data
Sejalan dengan metode yang digunakan, penulisan hukum ini
akan meneliti bahan pustaka atau data sekunder15 yang diperoleh
melalui penelitian kepustakaan (library research). Data-data
sekunder itu diperoleh dari sumber, bahan, atau data tentang
topik/isu/hal yang ditulis atau dibahas berdasarkan data primer16,
yang terbagi menjadi bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, dan bahan hukum tertier. Data sekunder tersebut
antara lain seperti buku, makalah, jurnal, kamus, peraturan
perundang-undangan, dan juga artikel-artikel yang relevan
dengan masalah yang diteliti oleh penulis dalam penelitian
hukum ini.

15
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Jakarta: Rajawali Pers, 2001, hlm.13-14
16
Elly Erawaty, Kemahiran Umum Untuk Studi Ilmu Hukum: Membaca-Mencatat-
Menulis Esai Akademik, Bandung: Universitas Katolik Parahyangan, 2011, hlm. 9
12

3. Analisis data
Data sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisis
berdasarkan hukum positif guna menyelesaikan permasalahan
yang telah dirumuskan dengan menggunakan cara berpikir
deduktif dan kriterium kebenaran koheren sesuai metode yang
digunakan dalam penelitian hukum ini, yakni metode penelitian
hukum normatif (yuridis normatif).

5. Sistematika Penulisan
Bab I – Pendahuluan
Pada bagian ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan,
rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan,
serta sistematika penulisan yang dibuat.

Bab II – Tinjauan Umum Perlindungan Konsumen Berdasarkan


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen
Pada bagian ini penulis menjelaskan mengenai perlindungan konsumen
secara umum yang didalamnya mencakup mengenai pengertian konsumen,
pelaku usaha, asas, tujuan, hak dan kewajiban konsumen, hak dan
kewajiban pelaku usaha, prinsip-prinsip pertanggungjawaban, hingga
penyelesaian sengketa konsumen.

Bab III – Tinjauan Umum Layanan Kesehatan Jarak Jauh Secara


Real-time (Real-time Telemedicine) Khususnya Telekonsultasi
Pada bagian ini penulis menjelaskan mengenai layanan kesehatan jarak jauh
secara real-time (real-time telemedicine) khususnya telekonsultasi secara
umum yang didalamnya mencakup mengenai pengertian telemedicine,
sejarah perkembangan telemedicine, bentuk-bentuk telemedicine, sistem
penggunaan layanan konsultasi jarak jauh/telekonsultasi, serta hubungan
hukum dalam layanan konsultasi jarak jauh/telekonsultasi.
13

Bab IV – Analisis Tanggung Jawab Dokter Atas Layanan Konsultasi


Jarak Jauh/Telekonsultasi Terhadap Pasien Selaku Pengguna
Layanan Konsultasi Jarak Jauh/Telekonsultasi di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen
Pada bagian ini penulis menjelaskan mengenai pertanggungjawaban dokter
yang memberikan layanan konsultasi jarak jauh/telekonsultasi terhadap
pasien selaku pengguna layanan konsultasi jarak jauh/telekonsultasi
berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan
khususnya didasarkan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen.

Bab V – Kesimpulan dan Saran


Pada bagian ini penulis menyampaikan kesimpulan atas penelitian yang
dilakukan serta memberikan saran terkait permasalahan yang dibahas dalam
penulisan hukum ini.

Anda mungkin juga menyukai