Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Disusun Oleh
NPM : 181000128
Dibawah Bimbingan
NIP/NIPY : 151.100.78
FAKULTAS HUKUM
2022
PERLAKUAN DISKRIMINASI TERHADAP DISABILITAS DALAM
MENDAPATKAN PEKERJAAN DIHUBUNGKAN DENGAN
UU NO. 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYANDANG DISABILITAS
Skripsi
Disusun Oleh :
Meilindasari Mulyana
181000128
Pada Tanggal……………
Pembimbing
NIP/NIPY 151.100.78
NIP/NIPY 151.102.08
i
LEMBAR PERNYATAAN
NPM : 181000128
a. Murni gagasan, rumusan dan hasil penelitian penulis dengan arahan dosen
pembimbing
b. Didalamnya tidak terdapat karya-karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan oleh orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah yang disebutkan nama pengarang
atau dicantumkan dalam daftar Pustaka
c. Naskah ini telah melalui pemeriksaan similarity/Turnitin dengan hasil tidak
lebih dari 50%
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan saya bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan yang berlaku di
Fakultas Hukum Universitas Pasundan.
Meilindasari Mulyana
NPM.181000128
ii
ABSTRAK
iv
ABSTRACK
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
ini. Dan juga kepada pihak-pihak lain yang telah membantu serta
mendukung dalam proses penulisan tugas akhir ini baik secara moril
2. Ibu Dr. Hj. Rd. Dewi Asri Yustia, S.H.,M.Hum., selaku Wakil
vi
Hukum Universitas Pasundan
5. Ibu Hj. Nia Kania Winayanti, Dra., S.H.,M.H selaku wali dosen
penulis
10. Teman terdekat saya Anisa Nopianti dan Dea Anisa yang tak
vii
skripsi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Meilindasari Mulyana
NPM. 181000128
viii
DAFTAR ISI
ix
3. Hak Disabilitas ..................................................................................... 36
C. Pekerjaan ................................................................................................ 37
1. Pengertian Pekerjaan ............................................................................ 37
2. Jenis-Jenis Pekerjaan ............................................................................ 38
BAB III DATA PENELITIAN LAPANGAN PERLAKUAN DISKRIMINASI
TERHADAP DISABILITAS DALAM MENDAPATKAN PEKERJAAN
BERDASARKAN UU NO.8 TAHUN 2016 TENTANG PENYANDANG
DISABILITAS ................................................................................................. 41
A. Perlindungan Hukum dalam Pemenuhan Hak untuk Mendapatkan
Pekerjaan bagi Penyandang Disabilitas ................................................... 41
B. Kendala Yang Dihadapi dalam Upaya Pemenuhan Hak Bagi Disabilitas . 53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PERLAKUAN DISKRIMINASI
TERHADAP DISABILITAS DALAM MENDAPATKAN PEKERJAAN
DIHUBUNGKAN DENGAN UU NO.8 TAHUN 2016 TENTANG
PENYANDANG DISABILITAS ..................................................................... 57
A. Pengaturan Hak Penyandang Disabilitas Dalam Mendapatkan Pekerjaan
Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan ......................................... 57
1. Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 .......................... 57
2. Undang-Undang No.19 Tahun 2011 tentang Konvensi Hak-Hak
Penyandang Disabilitas ........................................................................ 58
3. Undang-Undang No.8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas...... 59
B. Permasalahan Yang Dihadapi Penyandang Disabilitas Dalam Mendapatkan
Haknya Untuk Mendapatkan Pekerjaan .................................................. 60
C. Upaya Penyelesaian Perlakuan Diskriminasi Terhadap Penyandang
Disabilitas Dalam Hal Mendapatkan Pekerjaan ....................................... 61
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 65
A. Kesimpulan ............................................................................................. 65
B. Saran ....................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak hanya warga negara yang sempurna lahir dan batin yang perlu
mental dan fisik seseorang (seperti sakit atau cedera). Penyandang disabilitas
juga tergolong sebagai salah satu kalangan yang rentan mendapatkan perilaku
kepada mental, tetapi juga berdampak pada pemenuhan hak-haknya antara lain
mendapatkan pekerjaan.
status, hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara biasa (non
1
2
pekerjaan dan penghidupan yang layak. Klausul ini dapat dilihat sebagai
jaminan bahwa setiap orang berhak atas kehidupan dan pekerjaan yang baik,
agamanya. Hal yang sama juga ditegaskan dalam Pancasila sila kelima yang
pemerintah, disisi lain, jika ada warga negara yang tidak menunaikan
pekerjaan yang mana penerimaan pekerjaan saat ini sering kali membubuhkan
Persyaratan kesehatan, baik fisik maupun mental yang mana syarat tersebut
Perlakuan tersebut paling tidak memiliki dua arti. Pertama, perlakuan khusus
pelanggaran Hak Asasi Manusia. Ini juga merupakan cara untuk melindungi
memiliki cacat mental, dan beberapa orang memiliki cacat fisik. Kondisi
disabilitas mengalami lebih banyak tantangan dari publik non disabilitas. Dan
dan penghidupan yang baik bagi umat manusia dijamin oleh Pasal 27 ayat
adil.
5
hanya satu atau dua kali saja, alih alih mendapatkan jawaban manis namun
terdidik, lebih lagi bekerja seperti manusia pada lazimnya. Bahkan kalangan
Rights of Person With Disabilities atau yang disingkat CRPD yang diatur
Jauh dari tutur adil, diskriminasi masih saja didapatkan oleh Penyandang
persen lebih dari total populasi manusia di dunia. Angka ini jauh lebih tinggi
dari yang di perkirakan oleh WHO pada tahun 1970-an yang memperkirakan
peraturan hukum yang seimbang dan tegas dalam mengatur, perlindungan ini
menikmati kesejahteraan.
Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha
dari pemerintah mengenai anggaran dana yang harus dikeluarkan dan harus
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
hak-haknya, salah satunya di bidang pekerjaan. Tujuan yang ingin dicapai dalam
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat berguna bagi berbagai pihak baik
1. Kegunaan Teoritis
penyandang disabilitas
korban diskriminasi
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan refleksi
E. Kerangka Pemikiran
kegiatan tertentu sebab situasi fisik maupun sistem biologis yang berlainan dari
rata- rata orang. Penyandang disabilitas fisik memiliki susunan sendi atau tulang
yang berlainam dengan orang normal pada umumnya, kelumpuhan anggota badan
digunakan untuk penyandang cacat adalah difabel, istilah difabel sendiri mula-mula
Penggunaan kata difabel ialah serapan dari kata “difabled people” yang merupakan
singkatan dari different ability people atau dapat diartikan sebagai seseorang dengan
jika diartikan adalah mempunyai kecacatan, dan penggunaan istilah ini memiliki
diskusi oleh Komnas HAM dengan judul “Diskusi Pakar Memilih Terminologi
Jakarta.(Lalu Husni, 2007 hlm 4)Para pakar hukum, pakar linguis, pakar
pakar filsafat, dan komisioner dari kementerian sosial dan HAM hadir dalam
Pengakuan dan proteksi HAM merupakan tujuan primer negara, hal ini
diatur dalam Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang telah
direvisi pada tahun 1945, yang mengatur bahwa setiap manusia berhak untuk
adil dan mendapatkan perlakuan yang sama dimata hukum. Maka dengan
sejahtera.
dikemukakan oleh Jeremy Bentham yang merupakan pakar hukum Inggris. Teori
Teori yang berkaitan dengan ini juga yaitu teori HAM yang mana didalamnya
ada Teori Kodrat yang didukung oleh John Locke. Menurut John Locke, hak-hak
dasar untuk hidup, kebebasan, dan properti milik setiap orang dan tidak dapat
dialihkan atau diambil oleh pemerintah tanpa izin pemiliknya. Rakyat berhak
menegakkan hak-hak ini jika melanggar kontrak sosial dengan melanggar hak-hak
kodrat masyarakat. John Locke percaya bahwa peran negara adalah untuk
Deklarasi Kemerdekaan Amerika didirikan atas gagasan John Locke pada tahun
1776.
Maka dari itu, dengan adanya teori yang dikemukakan oleh para ahli tersebut,
diselenggarakan oleh Pemerintah tanpa adanya perbedaan fisik, maupun mental dan
hlm 24) Sedangkan definisi penyandang disabilitas terbagi menjadi empat kategori
penurunan fungsi gerak, seperti penderita kusta, amputasi, lumpuh atau kaku,
paraplegia, dan cerebral palsy (CP). Penyandang disabilitas intelektual yang sering
disebut dengan slow learner, gangguan jiwa, dan down syndrome ini mengganggu
dengan gangguan jiwa, terutama yang mengalami gangguan mental, emosional, dan
sensorik dalam periode lama dimana saat berhadapan dengan bermacam gangguan,
hal ini mampu membatasi partisipasi penuh dan efektif mereka dalam masyarakat
bersumber pada kesetaraan yang lain. Dalam penjelasan tersebut terlihat bahwa
pendefinisian disabilitas masih amat beraneka ragam karena sifat disabilitas itu
penyandang disabilitas adalah setiap orang yang menderita kondisi fisik atau mental
pekerjaannya secara efektif. Sesuai dengan UU No. 4 Tahun 1997, ada tiga kategori
penyandang cacat yang berbeda: mereka yang cacat fisik, mereka yang cacat
mental, dan mereka yang cacat fisik dan mental. Demikian pula Pasal 1 Peraturan
a. Cacat Fisik, ialah orang dengan anggota tubuh yang tidak lengkap seperti
b. Cacat Mata, ialah sebagai orang dengan gangguan penglihatan atau atau
kurang awas.
c. Cacat Rungu Wicara, yakni orang yang tuli bicara, atau yang berjuang untuk
15
mendengar atau memahami apa yang dikatakan orang lain pada jarak lebih
lain
orang lain pada umumnya. Biasanya orang yang memiliki gangguan ini
sehingga orang yang menjalani stigma ini perlu pengawasan yang lebih
e. Cacat Mental atau biasa disebut dengan keterbelakangan mental atau yang
lebih sering disebut idiot memiliki perilaku yang mirip dengan anak usia 2
tahun dan memiliki tingkah laku seperti anak usia 3-7tahun. Orang yang
Semua negara harus diatur oleh hukum yang relevan karena Indonesia adalah
negara hukum, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Isi pasal
ini menjadi dasar konstitusional status Indonesia sebagai negara hukum dan
dan stabilitas. kemakmuran negara dan negara. Selain itu, Pasal 27 Ayat 1 UUD
1945 menyatakan bahwa setiap orang sama di depan hukum, yang menunjukkan
bahwa tidak ada pembedaan, dan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama di
16
mata hukum dan negara, serta kewajiban untuk menghormati hukum dan negara.
mengatur kehidupan masyarakat sesuai dengan kaidah dan norma yang berlaku.
dalam membuat nilai yang terkandung didalam Pancasila menjadi suatu acuan
Perundang-undangan.
warga berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
Disabilitas termasuk hak dalam memperoleh pekerjaan sesuai dengan Pasal 5 ayat
seluruh warganya dan memiliki kedudukan hukum dan hak asasi yang
17
dalam kondisi yang tidak stabil, masih ada Batasan, kesulitan, dan
Negara Indonesia dapat mengakui hak-hak rakyat sebagai warga negara dan
Karena hak-hak ini dilindungi dan dijamin oleh hukum, perusahaan yang
hak-hak tersebut.
Pokok bahasan ketentuan ini dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, orang yang
tidak memenuhi syarat dan yang kedua adalah warga negara. Hak yang diatur oleh
Kostituonal ini yakni larangan-laragan yang tidak boleh dilangar oleh pemangku
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hak-hak yang secara tegas disebut sebagai
Hak Asasi Manusia yang tertuang dalam BAB XA Undang-Undang dasar Negara
yang adil, dan perlakuan yang sama di depan hukum,” menurut Pasal 28D ayat (2)
berhak untuk bebas dari diskriminasi atas dasar apapun dan berhak atas
Hak asasi manusia meliputi hak untuk hidup, hak atas perlakuan yang adil, hak
atas sistem hukum dan keadilan yang jelas, antara lain hak-hak yang merupakan
unsur harkat dan martabat manusia yang tidak dapat dicabut sejak saat dilahirkan.
Hak asasi manusia ini sebenarnya sudah ada sebelum pembentukan negara dan
manusia yang dimaksud. Karena hak asasi manusia sering diabaikan atau dilanggar,
lazimnya.
perlindungan yang adil. Alhasil, penyandang disabilitas bisa dijadikan alat produksi
yang murah seperti pekerja anak dan pekerja perempuan yang selalu dibayangi
seharusnya memang tidak ada perbedaan perlakuan untuk memenuhi hak antara
masyarakat umum dan penyandang disabilitas. Namun, tidak bisa dielakkan bahwa
banyak karya yang layak mendapatkan pujian dan apresiasi yang telah dihasilkan
F. Metode Penelitian
beradaptasi dengan kenyataan yang dihadapi di lapangan. Hal ini juga sesuai
penelitian kualitatif adalah pengumpulan data dalam setting yang alamiah, dengan
menggunakan metode- metode alamiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang
sebagai penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena apa yang dialami
seseorang secara holistik, serta melalui deskripsi berupa penjelasan dengan kata-
kata dan bahasa, dalam konteks tertentu yang wajar, dengan menggunakan metode
1. Spesifikasi Penelitian
dokumen, dan catatan lapangan, kemudian dianalisis dalam bentuk skripsi untuk
2. Metode Pendekatan
Soekanto bahwa:
21
dengan cara meneliti bahan Pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar
yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam
Dengan kata lain, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap situasi atau
dan menemukan fakta dan data yang diperlukan setelah data yang
3. Tahap Penelitian
a. Studi Kepustakaan
perundang-undangan, yaitu :
22
Cacat
Disabilitas
b. Penelitian Lapangan.
Penelitian lapangan ini untuk memperoleh data yang bersifat data primer
a. Studi Dokumen
b. Studi Lapangan
wawancara. Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih yang
a. Data Kepustakaan
b. Data Lapangan
penulis buat dan dibantu fasilitas alat perekam dari handphone yang mana
data
6. Analisis Data
Data yang didapat dari studi ini akan dianalisis memanfaatkan metode yuridis
kualitatif, yaitu dengan memberikan kritik serta tidak menggunakan nilai statistik.
Maka dari analisis data itu penulis berkeinginan dapat menjawab permasalahan
7. Lokasi Penelitian
Sumedang Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI DISKRIMINASI, DISABILITAS,
PEKERJAAN
A. Diskriminasi
1. Pengertian Diskriminasi
tersebut. Orang mungkin diperlakukan tidak adil atas dasar ras, jenis kelamin,
usia, agama atau pandangan dunia, warna kulit, cacat fisik atau mental, orientasi
seksual, atau karakteristik lainnya. Menurut Pasal 1 ayat (3) Undang Undang
diperlakukan berbeda dari yang lain karena keanggotaan aktual atau yang
dirasakan dalam kelompok sosial atau kategori sosial tertentu, diskriminasi telah
terjadi. Membatasi akses kelompok terhadap peluang dan hak istimewa yang
melarang diskriminasi, tetapi tetap ada di banyak negara dan institusi di seluruh
25
26
prasangka baik saat ini maupun di masa lalu. Diskriminasi terbalik adalah nama
berdasarkan perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, suku, golongan,
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, atau keyakinan
Ada beberapa teori yang penting dan relevan dengan persoalan diatas antara
bahwa apapun yang dapat menghasilkan lebih banyak kebahagiaan adalah baik
Menurut Teori Kodrat Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki setiap
orang setiap saat dan di semua tempat sejak manusia lahir sebagai manusia,
menurut doktrin hak kodrati. Menurut John Locke, hak-hak tersebut meliputi hak
untuk hidup, kebebasan, dan kemakmuran. Hak asasi manusia tidak memerlukan
pengakuan dari pemerintah atau dari sistem hukum tertentu karena bersifat
universal. Karena itu, sumber pada kenyataannya, hanya manusia yang menjadi
distance).
yang biasanya kategoris atau khas, seperti ras, etnis, agama, atau
yang dihasilkan oleh alam atau masyarakat yang berbeda satu sama
seseorang.
kepada rasa tau etnis baik itu dalam bentuk aturan, perbuatan,
2. Macam-Macam Diskriminasi
Diskriminasi ras dan etnis mengacu pada banyak bentuk hukuman etnis dan
memisahkan orang berdasarkan perbedaan ras dan etnis yang sebenarnya dan
dirasakan. Ini juga dapat merujuk pada gagasan bahwa orang dapat
keunggulan satu ras di atas yang lain dan fitur perilaku yang berbeda sesuai
latar belakang ras atau etnis mereka. Rasisme di zaman modern sering kali
pemerintahan, tindakan sosial, praktik, atau gagasan bahwa satu ras lebih
yang konon diturunkan dari ayah ke anak. Di beberapa negara, seperti Afrika
Selatan selama era apartheid, sudut pandang ini telah menjadi doktrin resmi
yang menargetkan populasi etnis Cina dan India. Banyak pengungsi Vietnam
ini.
29
b. Jenis Kelamin
sebagai seksisme. Asumsi bahwa satu jenis kelamin atau gender secara
inheren lebih unggul dari yang lain dapat menjadi bagian dari diskriminasi
ini, yang sering tertanam dalam stereotip dan peran gender. Seksisme ekstrem
atau gender mereka yang mungkin disebabkan oleh norma atau konvensi
c. Usia
menggunakan frasa pada tahun 1969 untuk merujuk pada prasangka terhadap
orang tua. Ageisme, menurut Butler, terdiri dari tiga komponen yang saling
negatif tentang orang tua, praktik diskriminatif, dan prasangka terhadap orang
30
tua, usia tua, dan proses penuaan. Ungkapan ini sering digunakan untuk
merujuk pada prasangka dan diskriminasi terhadap orang muda dan anak-
anak, seperti menolak pendapat mereka sebagai tidak dewasa atau berpikir
bahwa mereka harus bertindak dengan cara tertentu karena usia mereka.(
https://www.merdeka.com/sumut/mengenal-ageisme-diskriminasi-usia-
00.11 WIB)
kelompok secara berbeda dan merugikan karena apa yang mereka percaya
atau tidak percayai atau karena perasaan mereka terhadap agama tertentu.
e. Disabilitas
perlu bekerja tidak hanya untuk mencari nafkah tetapi juga untuk menjaga
kelompok, koneksi sosial, status, dan aktivitas. Bekerja adalah salah satu
disabilitas.
f. Daerah
31
terhadap wilayah tertentu dari satu negara atau lebih daripada batas-batas
g. Kebangsaan
kewarganegaraan.
B. Disabilitas
1. Pengertian Disabilitas
keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama
Istilah Disabilitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu Different Ability yang artinya
Penderita Cacat.
kecacatannya baik fisik maupun mental atau tidak, tidak dapat memenuhi
yang memuaskan.
dengan kekhususannya.
penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, penyandang cacat fisik dan
mental.
keterbatasan fisik, intelektual mental, dan sensorik dalam jangka waktu lama
kesulitas untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara
lainnya.
sebagai berikut :
Selain cacat fisik, ada juga cacat tubuh yang mana ditujukan kepada mereka
sendi dan otot, cacat tulang punggung, cacat lain yang termasuk pada
tiga ragam, yaitu gangguan kemampuan belajar, tuna grahita, dan down
syndrome.
Disabilitas mental adalah kelainan mental dan atau tingkah laku, baik cacat
dan epilepsi.
penyandang cacatnya.
1) Disabilitas Mental
berkebutuhan khusus.
2) Disabilitas Fisik
muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat
vision.
verbal, sehingga sulit dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini
https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/disabilitas-disabel-pelayanan-
kesehatan-disabilitas-yuk-mengenal-penyandang-disabilitas-lebih-dekat-
Penyandang Disabilitas
a. Hidup
c. Privasi
e. Pendidikan
g. Kesehatan
h. Politik
37
i. Keagamaan
j. Keolahragaan
l. Kesejahteraan Sosial
m. Aksebilitas
n. Pelayanan Publik
q. Konsesi
C. Pekerjaan
1. Pengertian Pekerjaan
majikan dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah. Para pekerja
akan mendapatkan upah sebagai balas jasa dari pihak perusahaan atau
pemberi kerja, dan jumlahnya tergantung dari jenis profesi yang dilakukan
berdasarkan kontrak telah disetujui oleh kedua belah pihak. Setiap orang
karena kebutuhan pokok merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dan tidak
dari bekerja, saat ini banyak sekali pekerjaan yang dilakukan manusia untuk
pekerjaan tersebut dapat menghasilkan suatu produk atau jasa sehingga dapat
2. Jenis-Jenis Pekerjaan
di Indonesia yang terkenal adalah guru, dokter, polisi, hingga pilot. Namun
tidak berhenti dari situ, pekerjaan juga mempunyai 2 jenis yaitu pekerjaan
(https://www.sosial79.com/2021/02/pengertian-pekerjaan-tujuan-hal-yang.html.
1) Peternak
2) Petani
Petani adalah jenis pekerjaan yang mendapatkan hasil dari apa yang
3) Nelayan
tinggal di daerah dekat pantai. Hasil tangkapan ini akan dijual kembali
ke pasar.
4) Penjahit
2) Guru
3) Dokter
4) Pramugari
sebagainya.
BAB III
PERLAKUAN DISKRIMINASI TERHADAP HAK
DISABILITAS DALAM MENDAPATKAN PEKERJAAN
pemenuhan hak dan pemberan bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi
di Indonesia termasuk hak atas pekerjaan yang layak bagi penyandang disabilitas,
Indonesia harus memiliki perangkat aturan hukum yang adil dan tegas dalam
mengatur apparat negara yang sigap dan pro disabilitas, dan masyarakat yang
41
42
yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
perwakila, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dimana ssetiap sila
Secara hukum, tentunya system ini tidak bisa dilepaskan dari jaminan yang
diberikan oleh Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
secara tegas menjamin hak setiap warga negara atas pekerjaannya. Undang-undang
lain yang melindungi hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak antara lain UU
No.4 Tahun 1998 tentang Penyandang Cacat, UU No.13 Tahun 2003 tentang
kerja layak yang akan menunjang penghidupan mereka. Semua pengaturan ini
hanya secara singkat merujuk pada hak untuk mencari pekerjaan secara umum
pekerjaan.
yang tinggi, yaitu sebanyak 7,39 juta jiwa. Jumlah ini terdiri dari individu biasa dan
disabilitas dapat dilihat sebagai salah satu bentuk eksklusif dari ranah hak asasi
basah. Artinya, sesuatu yang rentan terhadap disabilitas merupakan sesuatu yang
43
rentan terhadap perlakuan tidak adil akan perlakuan diskriminatif bagi penyandang
Lestari 2016)
Setiap orang berhak atas perlindungan yang sama. Menurut Pasal 28 I ayat
(2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa “setiap
orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
itu”. Kebijakan afirmasi atau diskriminasi positif merupakan kebijakan yang dibuat
tentang hak untuk mendapatkan pekerjaan bagi disabilitas dapat berupa jaminan
merupakan salah satu strategi afirmasi yang disarankan peneliti. Strategi ini dinilai
secara langsung. Wajar saja, hal ini memudahkan penyandang disabilitas bersaing
dengan jutaan pekerja lainnya yang juga berlomba-lomba untuk menduduki posisi
PNS idaman. Bagi pemerintah, penetapan kuota kursi PNS dapat menyelesaikan
manusia (SDM) yang sangat mengurangi angka pengangguran. Hal ini dapat
penyandang disabilitas sebagai sumber daya manusia sebagai hasil reformasi yang
mereka yang merupakan kerabat atau teman dari penyandang disabilitas. Keluarga
atau teman mereka yang merupakan penyandang disabilitas selama ini tidak dapat
melakukannya yang tentu saja akan meringankan beban keluarga secara finansial.
Masyarakat juga akan lebih perhatian terhadap isu disabilitas, karena kemungkinan
yang inklusi. Penyandang disabilitas yang dianggap sebagai "semua orang" atau
Tahun 2011 (UU No. 19 Tahun 2011) tentang Ratifikasi CRPD. Implikasi formal
dari ratifikasi tersebut adalah Indonesia harus mengambil segala upaya untuk
mewujudkan secara optimal segala bentuk nilai yang tercantum dalam CRPD
tersebut. Selain itu Indonesia juga memiliki 114 instrumen hukum terkait hak
korelasi antara satu dengan yang lainnya, sehingga tidak tercipta system yang
dengan hak dasar dari Disabilitas seringkali adalah kasihan (charity based).(Husni,
sehat jasmani dan rohani, hal ini merupakan merupakan jenis diskriminasi ringan.
Selain itu, larangan diskiminasi diperkuat dalam Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi “Setiap orang
berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa
Seperti contoh dalam kasus yang terjadi di Balikpapan dialami oleh seorang
perlakuan yang tidak adil karena keterbatasannya dalam pendengaran. Hal ini
saat bekerja, orang tuli bisa memakai media komunikasi yang sangat beragam. Hal
ini terjadi karena belum terbukanya pikiran orang-orang dan belum adanya
penerimaan terhadap orang dengan disabilitas. Hal itulah yang menghambat orang
orang disabilitas dalam mendapatkan haknya terutama dalam hal akses bekerja.
Ketika suatu kasus dapat diselesaikan melalui dua tahap yaitu jalur litigasi
negeri ini. “Setiap orang berhak mengajukan tuntutan ganti rugi melalui pengadilan
negara atas tindakan diskriminasi ras dan etnis yang merugikan dirinya, menurut”
Hak atas pekerjaan dan perlindungan hukum yang harus diberikan kepada
pekerja penyandang disabilitas diatur dalam beberapa perangkat hukum, antara lain
kalimat ini meliputi hal-hal seperti penyediaan aksesibilitas, alat kerja, dan
alat pelindung diri yang disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan
kecacatan. Sanksi pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling
rupiah).
dengan disabilitas”.
kerja
diskriminatif
tidak adil dalam semua situasi termasuk gaji dan peluang karir.
dengan beban kerja dan tingkat kesulitan yang sama, ini adalah
sama.
kepada staf atas kerja kerasnya selama ini.(Putri Ayu Lestari 2016)
pemerintah yang sampai saat ini belum diterbitkan. Hal ini agar jika
disabilitas di sampingnya.
syarat mutlak. Tentu saja hak ini dapat diperoleh bagi seluruh rakyat Indonesia
tetapi hanya berlaku bagi mereka yang sempurna lahir dan batin. Terwujudnya
keselarasan tersebut merupakan hasil kerja sama antara pemerintah dengan pihak
merupakan tanggung jawab hukum dan sosial bagi perusahaan, terutama bagi
pemerintah dengan turut serta dan bersedia memberikan kesempatan kerja bagi
untuk mencapai pemerintahan yang unggul sesuai regulasi terkait minimal 2% dari
Yaum 2019) Tugas yang sama juga berlaku untuk bisnis swasta, yaitu
berdasarkan hukum.
Namun, masalah ini tidak diatur dalam hal hukuman pidana bagi bisnis yang
khususnya bagi suatu perusahaan, tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.
Meskipun masih relatif sedikit bisnis yang melakukannya, jelas bahwa jumlah
penyandang disabilitas jauh lebih tinggi. Namun, bisnis ini kebal dari tindakan
hukum.
tetapi belum mengambil tindakan apa pun. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
hambatan yang signifikan bagi penyandang disabilitas, terutama bagi mereka yang
telah mengambil langkah untuk mengatasi masalah ini. Namun, saat ini sangat
minimal 1 tahun sekali dengan cara pertemuan yang dihadiri oleh perusahaan besar
maupun kecil.
belum sepenuhnya dapat terfasilitasi dengan baik. Hal ini disebabkan karena
3. Basis sumber daya manusia yang sedikit. Pada dasarnya ini hal ini menunjukan
bahwa tidak ada cukup orang untuk mengisi semua pekerjaan dan kurangnya
Ketenagakerjaan
minimum sesuai dengan persyaratan taraf hidup yang wajar dengan tetap
dapat mencakup upah minimum federal dan upah minimum per provinsi,
mengambil tindakan hukum dalam situasi ini. Oleh karena itu, tidak adil jika
hukum bertujuan untuk membela hak asasi manusia (HAM) yang telah
57
58
3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta niliai-
nilai agama.
yang sama untuk mendapatkan pekerjaan tanpa diskriminasi. (Eta Yuni Lestari,
Penyandang Disabilitas
dengan hormat atas integritas tubuh dan mentalnya atas dasar kesetaraan
dengan orang lain, termasuk hak atas pelayanan dan perlindungan sosial dalam
sama bagi mereka di semua aspek administrasi pemerintah negara bagian dan
pelecehan, dan segala bentuk diskriminasi lainnya, serta dari pelanggaran hak
asasi manusia.
diskriminasi yang mereka hadapi seperti diskriminasi ras, suku, agama, maupun
dan memperoleh penghasilan yang layak didalam maupun luar negeri”. Hak yang
sama berlaku untuk semua orang dan Hak Asasi Manusia bersifat Universal dan
tidak dibatasi oleh penampilan, warna kulit, ras, suku atau keyakinan agama. Semua
individu di seluruh dunia berhak atas hak asasi manusia. Demikian juga mereka
yang cacat berhak atas hak yang sama seperti orang lain. Akibatnya kewajiban lain
hidup mandiri.
pekerjaan, informasi yang terbatas tentang pasar kerja, kurangnya Pendidikan dan
harus diberikan secara tidak terbatas kepada semua orang. Namun pada
dengan hak mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang terhormat dan dapat
memenuhi kebutuhan dasar mereka. Selain itu, hal ini mungkin disebabkan oleh
pandangan orang yang berbeda tentang kesehatan fisik dan mental penyandang
penyandang disabilitas.
kerja tepat waktu dan akurat, yang dapat mendukung perekonomian negara.
selama ini telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan kehidupan modern dan
ekonomi global, pemerintah Indonesia secara aktif berupaya untuk bergerak ke arah
perekonomian untuk memberikan taraf hidup yang tinggi bagi semua orang. Tanpa
sepatah kata pun perlawanan, ekonomi rakyat Indonesia mengarah pada pemerataan
dianut oleh bangsa itu, yaitu melindungi segenap rakyatnya, karena bangsa itu
diskriminasi internal untuk memperoleh hak yang sama guna dapat memperoleh
kehidupannya. Namun, upaya ini juga membutuhkan partisipasi banyak pihak, dan
bantuan dan dukungan dari pemerintah akan selalu dibutuhkan. Selain itu, setiap
masyarakat mulai dari kelas menengah ke bawah hingga kelas atas wajib membantu
Oleh karena itu, tidak ada penjelasan tunggal tentang proses pertumbuhan
serikat pekerja. karena masih banyak pengangguran dan angka itu terus bertambah.
memiliki hak atas pekerjaan yang bebas dari diskriminasi. Jika suatu undang-
undang membatasi hak asasi manusia sekaligus membuat pengecualian bagi mereka
pelatihan yang konsisten dan bantuan individual dapat berfungsi secara mandiri di
lembaga formal. Semua hak dan kewajiban tunduk pada batasan yang sama dan
berlaku untuk orang biasa, tetapi di beberapa organisasi, nilai keadilan ditentukan
oleh bakat yang dimiliki seseorang. Selain kesulitan yang dihadapi penyandang
disabilitas di tempat kerja, diperlukan upaya yang cukup besar dari berbagai pihak
terkait, seperti keluarga dan tempat kerja mereka, agar kemandirian kerja mereka
penyandang disabilitas.
dengan Teknik pelatihan “taks analysis” pada instruktur pelatihan kerja seperti
pada dunia usaha dan masyarakat sehingga dapat memberi pengakuan yang
yang sama untuk semua fasilitas umum dan fasilitas sosial, namun peraturan
tentang Ketenagakerjaan.
biasa. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan khusus sesuai dengan Pasal 5 ayat
tambahan.
65
66
memiliki hak dan kedudukan yang sama di depan hukum dan pemerintahan.
B. Saran
berlaku bagi penyandang disabilitas untuk menegakkan hak hak mereka dan
kegiatan pelatihan kerja untuk kaum disabilitas melalui instansi atau lembaga
yang bersangkutan.
2. Agar penyandang disabilitas tidak lagi dipandang sebagai kaum minoritas yang
pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
67
68
5 (Cv.Alfabeta September)
Penyandang Disabilitas)
C. Sumber Lain
2, April 2018
Indonesia
Disabilitas”
Jurnal Hukum Ius Quia Iustum No.4 Vol 23, Oktober 2016
2019.