PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Keragaman yang menjadi karakteristik dan keunikan Indonesia adalah
antara lain dari segi geografis, potensi sumber daya, ketersediaan sarana dan
prasarana, latar belakang dan kondisi sosial budaya, dan berbagai keragaman
lainnya yang terdapat di setiap daerah. Keragaman tersebut selanjutnya
melahirkan pula tingkatan kebutuhan dan tantangan pengembangan yang
berbeda antar daerah dalam rangka meningkatkan mutu dan mencerdaskan
kehidupan masyarakat di setiap daerah. Terkait dengan pembangunan
pendidikan, masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan
karakteristik daerah. Begitu pula halnya dengan kurikulum sebagai jantungnya
pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual untuk
merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
1. Pasal 36 Ayat (2) menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
2. Pasal 36 Ayat (3) menyebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang
pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan akhlak
mulia; (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; (d)
keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e) tuntutan pembangunan daerah
dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni; (h) agama; (i) dinamika perkembangan global; dan (j)
persatuan nasional dan nilainilai kebangsaan.
3. Pasal 38 Ayat (2) mengatur bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi
dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
2
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan:
Pasal 77A ayat (1) menyebutkan bahwa Kerangka Dasar Kurikulum berisi
landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 77A ayat (2) menyebutkan bahwa Kerangka Dasar Kurikulum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai: a. acuan dalam
Pengembangan Struktur Kurikulum pada tingkat nasional; b. acuan dalam
Pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah; dan c. pedoman dalam
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Dari amanat undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut
ditegaskan bahwa:
3
menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL
serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) dan mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum
dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005 (diubah menjadi PP 32/2013) serta
memperhatikan pertimbangan komite sekolah.
5
26. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
27. Peraturan Bersama Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktur
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 5496/C/KR/2014 dan Nomor 7915/D/KP/2014 Tentang Petunjuk
Teknis Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 pada
Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
C. Definisi Operasional.
6
dan menengah maupun jangka panjang, dengan berdasarkan masukan dari
seluruh warga satuan pendidikan.
Tujuan pendidikan adalah gambaran tingkat kualitas yang akan dicapai dalam
kurun waktu tertentu maksimal 4 (empat) tahun oleh setiap satuan pendidikan
dengan mengacu pada karakteristik dan/atau keunikan setiap satuan pendidikan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk mengetahui pencapaian
tujuan pendidikan, satuan pendidikan dapat melakukan evaluasi.
Pengembangan diri merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri melalui berbagai
kegiatan ekstrakurikuler
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Rencana Palaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan bagian dari perencanaan
proses pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,
materi ajar, metoda pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik setelah mempelajari suatu
muatan pembelajaran, menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satuan
pendidikan tertentu.
Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari delapan Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kompetensi lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum dalam
rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau
program.
7
Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti. Rumusan
Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengem-bangkan
potensi diri melalui proses Pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu.
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan Peserta Didik di luar
jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar Peserta
Didik dapat mengembangkan kepribadian, minat, dan kemampuannya di berbagai
bidang di luar bidang akademik.
Ekstrakurikuler Wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh
seluruh peserta didik, terkecuali bagi Peserta Didik dengan kondisi tertentu yang
tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan Ekstrakurikuler tersebut.
Model Blok adalah pola kegiatan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler
Wajib yang diselenggarakan pada awal tahun ajaran baru.
Model Aktualisasi adalah pola Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler
Wajib yang dilaksanakan setiap satu minggu sekali
Model Reguler adalah pola Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler yang
dilaksanakan secara sukarela berbasis minat.
D. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara patisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
1. Meningkatakn mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan
suberdaya yang tersedia.
2. Meningkatakn kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
8
3. Meningkatkan kompterisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.
Memahami tujuan diatas, KTSP dipandang sebagai suatu pola pendikatan baru
dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang
digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu diterapkan dengan tujuh hal
sebagai berikut:
a. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
bagai dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan suberdaya
yang tersedia untuk memajukan lebaganya.
b. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tungkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik.
c. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang peling tahu
apa yang terbaik bagai sekolahnya.
d. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih
efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat
e. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing
kepada pemrintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umunya,
sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan
mencapai sasaran KTSP.
f. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah
lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif
dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah
daerah setempat.
g. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan
yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP.
10
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antara semua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsure-unsur pendidikan formal, nonformal
dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang
selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Kepantingan nasional dan kepentingan daerah harus saling
mengisi dan memberdayakan sejalan dengan moto Bhineka Tunggal Ika dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
13
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a)
belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar
untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan
berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang
lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, malalui proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang
bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi,
tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan
keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-
Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik
yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan
prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada
( di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat
dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan ).
e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi
guru ( semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan
lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar,
contoh dan teladan ).
f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan
budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan
seluruh bahan kajian secara optimal.
g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,
muatan local dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan,
keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis
serta jenjang pendidikan.
14
H. Mekanisme Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. Pengembangan
2. Pelaksanaan
15
dengan melibatkan komite sekolah/madrasah baik langsung maupun
tidak langsung.
16
B A B II
VISI, MISI, DAN TUJUAN PENDIDIKAN
17
3. Tujuan Pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
1. Visi
“Terwujudnya SDN Antara II sebagai lembaga pendidikan yang unggul, terdidik,
terampil, dan mandiri berdasarkan iman dan taqwa”.
2. Misi
a. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan.
b. Meningkatkan angka partisipasi anak masuk SLTP.
c. Meningkatkan keterampilan siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler sebagai
pendidikan tambahan.
d. Menerapkan nilai-nilai budaya ISLAM bagi seluruh warga sekolah.
e. Meningkatkan pendidikan keagamaan yang menjadi sumber kearipan
dalam bertindak.
3. Strategi
a. Membiasakan diri untuk selalu disiplin waktu, disiplin kerja, dan disiplin
administrasi.
b. Memberikan motovasi serta kesadaran akan pentingnya pendidikan
melalui wajar dikdas sembilan tahun.
c. Memberikan jam tambahan yang dilaksanakan pada sore hari atau waktu-
waktu tertentu.
d. Patuh beribadat, selalu meningkatkan kepentingan umum dan selalu
memanfaatkan ilmu walaupun hanya satu ayat.
e. Melaksanakan pengajian serta serta mencontoh suri teladan dari Nabi
Muhamad SAW.
4. Tujuan
- Menghasilkan anak didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memiliki kepribadian, pengetahuan, keterampilan, dan
kesadaran untuk berbuat kebaikan dalam kehidupan.
19
D. Tujuan dan Karakteristik Mata Pelajaran di SD.
Kurikulum 2013 memiliki tujuan khusus untuk mempersiapkan generasi baru dan
penerus bangsa yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Untuk itu, perancangan kurikulum 2013 perlu memperhatikan
kebutuhan siswa saat ini dan di masa depan yang dinamis ditengah pengaruh
globalisasi dan kemajemukan masyarakat Indonesia.
Memperhatikan konteks global dan kemajemukan masyarakat Indonesia itu, misi
dan orientasi kurikulum 2013 diterjemahkan dalam praktik pendidikan dengan
tujuan khusus agar siswa memiliki kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan
masyarakat di masa kini dan di masa mendatang. Kompetensi yang dimaksud
meliputi tiga kompetensi, yaitu: (1) menguasai pengetahuan; (2) memiliki
keterampilan atau kemampuan menerapkan pengetahuan; (3) menumbuhkan
sikap spiritual dan etika sosial yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran serta kebutuhan dan kondisi siswa. Penumbuhan dan pengembangan
kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan
dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter
siswa lebih lanjut. Mata pelajaran yang diajarkan secara tematik di SD.
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti berlandaskan pada aqidah Islam
yang berisi tentang keesaan Allah Swt. sebagai sumber utama nilai-nilai
kehidupan bagi manusia dan alam semesta. Sumber lainnya adalah akhlak
yang merupakan manifestasi dari aqidah, yang sekaligus merupakan landasan
pengembangan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia. Dengan demikian,
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan pendidikan yang
ditujukan untuk dapat menserasikan, menselaraskan dan menyeimbangkan
antara iman, Islam, dan ihsan yang diwujudkan dalam:
20
Membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah
Swt. serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur (Hubungan manusia
dengan Allah Swt.)
Menghargai, menghormati dan mengembangkan potensi diri yang
berlandaskan pada nilai-nilai keimanan dan ketakwaan (Hubungan manusia
dengan diri sendiri).
Menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama
serta menumbuhkembangkan akhlak mulia dan budi pekerti luhur (Hubungan
manusia dengan sesama).
Penyesuaian mental keislaman terhadap lingkungan fisik dan social
(Hubungan manusia dengan lingkungan alam).
21
3. Bahasa Indonesia
Ruang lingkup bahasa Indonesia di SD adalah menggunakan bahasa secara
efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun
tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan. Selain itu, siswa di SD dapat menggunakan bahasa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan
emosional dan sosial, memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dalam
rangka mencapai kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Pengembangan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial
dilaksanakan melalui Pembelajaran tidak langsung (indirect teaching).
Mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan teks-teks dengan muatan
atau berisi materi IPA dan IPS pada kelas I s.d III. Pemilihan teks-teks dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, mudah dipahami, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik
(kontekstual). Penekanan mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
memberikan kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan
secara efektif. Kemampuan berkomunikasi ini mensyaratkan peserta didik
untuk mencari informasi di sekitarnya, melalui membaca buku, membaca
koran, mendengarkan berita, menonton video, dan lainnya.
4. Matematika
Ruang Lingkup Matematika SD ada tiga yaitu bilangan (bilangan cacah, bulat,
prima, pecahan, kelipatan dan faktor, pangkat dan akar sederhana), geometri
dan pengukuran (bangun datar dan bangun ruang, hubungan antar garis,
pengukuran (berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, dan
debit, letak dan koordinat suatu benda), serta statistika (menyajikan dan
menafsirkan data tunggal) dalam penyeleaian masalah kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika di SD diarahkan untuk mendorong siswa mencari
tahu dari berbagai sumber, mampu merumuskan masalah bukan hanya
menyelesaikan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Disamping
22
itu, pembelajaran diarahkan untuk melatih siswa berpikir logis dan kreatif
bukan sekedar berpikir mekanistis serta mampu bekerja sama dan
berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Pembelajaran matematika
dilakukan dalam rangka mencapai kompetensi sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Pengembangan kompetensi sikap spiritual
dan sikap sosial dilaksanakan melalui Pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching).
Mata pelajaran Matematika pada kelas tinggi (kelas IV, V dan VI) dibelajarkan
sebagai mata pelajaran tersendiri.
23
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
Ruang lingkup materi IPS di Sekolah Dasar, diawali dari pengenalan lingkungan
dan masyarakat terdekat, mulai kabupaten, provinsi, nasional dan
internasional. Antara satu wilayah dengan wilayah lainnya memiliki koneksi.
Lingkungan internasional di lingkup SD dibatasi pada pengenalan lingkungan
ASEAN. Mata pelajaran IPS bertujuan untuk menghasilkan warganegara yang
religius, jujur, demokratis, kreatif, kritis, senang membaca, memiliki
kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik,
berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial dan budaya, serta
berkomunikasi secara produktif. Ruang lingkup IPS terdiri atas pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang dikembangkan dari masyarakat dan disiplin
ilmu sosial. Penguasaan keempat konten ini dilakukan dalam proses belajar
yang terintegrasi melalui proses kajian terhadap konten pengetahuan.
Pada jenjang Sekolah Dasar kelas I, II dan III muatan IPS diintegrasikan pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan untuk kelas IV sampai kelas VI,
IPS menjadi mata pelajaran tersendiri tetapi pembelajarannya dilakukan
secara tematik terpadu dengan mata pelajaran lainnya. Kompetensi sikap
spiritual dan sikap sosial, dicapai melalui pembelajaran tidak langsung
(indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah,
dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan
kondisi siswa. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.
25
9. Bahasa dan Sastra Sunda
Pertimbangan itu berkonsekuensi pula pada tujuan pembelajaran bahasa dan
sastra Sunda yang secara umum agar peserta didik mencapai tujuan-tujuan
berikut.
1. Peserta didik menyenangi pengalamannya berbahasa Sunda baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan.
2. Peserta didik memahami dan mampu menggunakan bahasa Sunda dalam
berbagai konteks komunikasi untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosi, dan kematangan sosial.
3. Peserta didik menghargai bahasa Sunda sebagai bagian dari warisan
kebudayaan masyarakat Sunda dan bagian dari kekayaan kebudayaan
nasional.
4. Peserta didik mampu menghargai, membanggakan, menikmati, dan
memanfaatkan karya sastra Sunda untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan, dan memahami budaya serta intelektualitas
manusia Sunda.
26
BAB III
STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
27
Keterangan:
Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan
dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan
dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan
muatan/konten lokal.
Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang
berdiri sendiri.
Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 35 menit.
Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 40% dari
waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya,
dan faktor lain yang dianggap penting.
Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya, satuan pendidikan wajib
menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta
didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek
yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.
Khusus untuk Madrasah Ibtidaiyah struktur kurikulum dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh Kementerian Agama.
Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan (wajib), usaha
kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja (PMR), dan lainnya sesuai
dengan kondisi dan potensi masing-masing satuan pendidikan.
Pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran Tematik-Terpadu
kecuali mapel Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
B. MUATAN KURIKULUM.
28
Mata pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan
keilmuan yang akan dibelajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar
melalui metode dan pendekatan tertentu. Beban belajar pada mata
pelajaran ditentukan oleh keluasan dan kedalaman pada masing-masing
tingkat satuan pendidikan. Metode dan pendekatan pada mata pelajaran
bergantung pada ciri khas dan karakteristik masing-masing mata pelajaran
dengan menyesuaikan pada kondisi yang tersedia di sekolah.
Kurikulum Sekolah Dasar (SD) untuk kelas I s.d VI memuat mata pelajaran
sbb. :
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (PAdBP)
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
7. Seni Budaya dan Prakarya (SBdP)
8. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK)
2. Muatan Lokal
30
disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah
yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut adalah seperti
kebutuhan untuk:
a. melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
b. meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang
tertentu sesuai dengan keadaan perekonomian daerah;
c. meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan
peserta didik dan untuk mendukung pengembangan potensi daerah,
seperti potensi pariwisata; dan
d. meningkatkan kemampuan
berwirausaha.
2. Lingkup isi / jenis muatan lokal.
Lingkup isi / jenis muatan lokal dapat berupa: bahasa daerah, bahasa
Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat
istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam
sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi
daerah yang bersangkutan.
Pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan beberapa prinsip
pengembangan sebagai berikut.
a. Utuh.
Pengembangan pendidikan muatan local dilakukan berdasarkan
pendidikan berbasis kompetnsi, kinerja, dan kecakapan hidup
b. Kontektual.
Pengembangan pendidikan muatan local dilakukan berdasarkan
budaya, potensi dan masalah daerah.
c. Terpadu.
Pendidikan muatan local dipadukan dengan lingkungan satuan
pendidikan termasuk terpadu dengan dunia usaha dan industry.
d. Apresiatif.
Hasil-hasil pendidikan muatan local dirayakan )dalam bentuk
pertunjukkan, lomba-lomba, pemberian penghargaan) di level
satuan pendidikan dan daerah.
e. Fleksibel.
31
Jenis muatan lokan yang dipilih oleh satuan pendidikan dan
pengaturan waktunya b ersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan
karakteristik satuan pendidikan.
f. Pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan muatan local tidak hanya berorientasi pada hasil belajar
tetapi juga mengupayakan peserta didik untuk belajar secara terus-
menerus.
g. Manfaat.
Pendidikan muatan local berorientasi pada upaya melestarikan dan
mengembangkan budaya local dalam menghadapi tantangan
global.
3. Strategi Pengembangan Muatan Lokal
Terdapat dua strategi dalam pengembangan muatan lokal, yaitu:
1. Dari bawah ke atas (bottom up)
Penyelenggaraan pendidikan muatan lokal dapat dibangun secara
bertahap tumbuh di dan dari satuan-satuan pendidikan. Hal ini
berarti bahwa satuan pendidikan diberi kewenangan untuk
menentukan jenis muatan lokal sesuai dengan hasil analisis konteks.
Penentuan jenis muatan lokal kemudian diikuti dengan penyusunan
kurikulum yang sesuai dengan identifikasi kebutuhan dan/atau
ketersediaan sumber daya pendukung. Jenis muatan lokal yang
sudah diselenggarakan satuan pendidikan kemudian dianalisis untuk
mencari dan menentukan bahan kajian umum/ besarannya.
2. Dari atas ke bawah (top down)
Pada tahap ini pemerintah daerah) sudah memiliki bahan kajian
muatan lokal yang diidentifikasi dari jenis muatan lokal yang
diselenggarakan satuan pendidikan di daerahnya. Tim pengembang
muatan lokal dapat menganalisis core and content dari jenis
muatan lokal secara keseluruhan. Setelah core and content umum
ditemukan, maka tim pengembang kurikulum daerah dapat
merumuskan rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk
membuat kebijakan tentang jenis muatan lokal yang akan
diselenggarakan di daerahnya.
32
Muatan Lokal dikembangkan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Melakukan identifikasi dan analisis konteks kurikulum.
Identifikasi konteks kurikulum meliputi analisis ciri khas, potensi,
keunggulan, kearifan lokal, dan kebutuhan/tuntutan daerah.
Metode identifikasi dan analisis disesuaikan dengan kemampuan
tim.
b. Menentukan jenis muatan lokal yang akan dikembangkan.
Jenis muatan lokal meliputi empat rumpun muatan lokal yang
merupakan persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosio-
budaya-politik), kewirausahaan, pra-vokasional (dimensi
ekonomi), pendidikan lingkungan, dan kekhususan lokal
lainnya (dimensi fisik) adalah :
1) Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan
yang mendasar, nilai-nilai sosial, dan artifak-artifak (material
dan perilaku) yang luhur yang bersifat lokal.
2) Kewirausahaan dan pra-vokasional adalah muatan lokal yang
mencakup pendidikan yang tertuju pada
pengembangan potensi jiwa usaha dan kecakapannya.
3) Pendidikan lingkungan & kekhususan lokal lainnya
adalah mata pelajaran muatan lokal yang bertujuan untuk
mengenal lingkungan lebih baik, mengembangkan kepedulian
terhadap lingkungan, dan mengembangkan potensi
lingkungan.
4) Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pra-
vokasional, lingkungan hidup, dan kekhususan lokal lainnya
yang dapat menumbuhkan suatu kecakapan hidup.
4. Menentukan bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai
kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian
sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan satuan pendidikan.
Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria
berikut:
33
a. kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
b. kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang
diperlukan;
c. tersedianya sarana dan
prasarana;
b. tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;
c. tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;
d. kelayakan yang berkaitan dengan pelaksanaan di satuan
pendidikan
e. karakteristik yang sesuai dengan kondisi dan situasi daerah
f. komponen analisis kebutuhan muatan lokal (ciri khas, potensi,
keunggulan, dan kebutuhan/tuntutan);
g. mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada
kompetensi inti;
h. menyusun silabus muatan lokal.
34
2. Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta
didikyang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara
berpikir, emosional, dan sosial peserta didik. Pembelajaran diatur
agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu
penguasaan kurikulum nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan
muatan lokal dihindarkan dari penugasan pekerjaan rumah (PR).
35
5. Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh
dalam arti mengacu kepada suatu tujuan pengajaran yang jelas
dan memberi makna kepada peserta didik. Namun demikian bahan
kajian muatan lokal tertentu tidak harus secara terus-menerus
diajarkan mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Bahan
kajian muatan lokal juga dapat disusun dan diajarkan hanya dalam
jangka waktu satu semester, dua semester, atau satu tahun ajaran.
36
i. Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk
muatan lokal dapat bekerja sama atau menggunakan tenaga
dengan pihak lain.
Adapun muatan lokal yang diselenggarakan di SD Negeri ... adalah :
Muatan Lokal Wajib : Bahasa dan Sastra Sunda (Kelas I s.d. VI)
3. Pengembangan Diri.
37
3. Ekstrakurikuler pilihan merupakan program ekstrakurikuler yang dapat
diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya masing-
masing.
Kegiatan ekstrakurukuler Pramuka dapat dilaksanakan dengan model :
Model Blok adalah pola kegiatan Pendidikan Kepramukaan sebagai
Ekstrakurikuler Wajib yang diselenggarakan pada awal tahun ajaran baru.
Model Aktualisasi adalah pola Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler
Wajib yang dilaksanakan setiap satu minggu sekali
Model Reguler adalah pola Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler
yang dilaksanakan secara sukarela berbasis minat.
Secara programatik, Ektrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan
diorganisasikan dalam Model sebagai berikut :
Nama Pegorganisasian
No Sifat
Model Kegiatan
1. Model Wajib, setahun sekali, Kolaboratif
Blok berlaku bagi seluruh Bersifat intramural atau
peserta didik, terjadwal, ekstramural (di luar dan/atau
penilaian umum didalam lingkungan satuan
pendidikan)
2. Model Wajib, rutin, terjadwal, Pembina Pramuka
Aktualisasi berlaku untuk seluruh Bersifat intramural (dalam
peserta didik dalam lingkungan satuan
setiap kelas, pendidikan)
penjadwalan, dan
penilaian formal
3. Reguler di Sukarela, berbasis minat Sepenuhnya dikelola oleh Gugus
Gudep Depan Pramuka pada satuan
pendidikan.
Penilaian
1. Penilaian Pendidikan Kepramukaan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Penilaian dilakukan secara kualitatif.
b. Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan
peserta didik.
c. Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai minimal baik pada
kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap semester.
d. Nilai yang diperoleh pada kegiatan Pendidikan Kepramukaan sebagai
Ekstrakurikuler Wajib berpengaruh terhadap kenaikan kelas peserta
didik.
e. Bagi peserta didik yang belum mencapai nilai minimal perlu
mendapat bimbingan terus menerus untuk mencapai nilai baik.
2. Teknik Penilaian
a. Teknik penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, dan
penilaian antarpeserta didik.
b. Teknik penilaian keterampilan dilakukan melalui demonstrasi
keterampilannya.
3. Media Penilaian:
a. Jurnal/buku harian.
b. Portofolio.
4. Proses penilaian:
39
a. Proses penilaian dilaksanakan setiap kali latihan dan setiap hari di
dalam proses pembelajaran.
b. Proses penilaian Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler
Wajib menitikberatkan pada ranah nilai sikap. Keterampilan
kepramukaan merupakan pendukung terhadap penilaian pendidikan
kepramukaan itu sendiri.
c. Proses penilaian sikap dilaksanakan dengan metode observasi.
d. Proses penilaian Keterampilan Kepramukaan disesuaikan dengan
Kompetensi Dasar dari masing-masing Tema dan Matapelajaran
sebagai penguatan yang bermuatan Nilai Sikap dan Keterampilan
dalam Kurikulum 2013.
e. Proses Penilaian dilakukan oleh Teman, Guru Kelas/Guru
Matapelajaran, pemangku kepentingan dan/atau Pembina Pramuka.
f. Rekapitulasi Penilaian dilakukan oleh Guru Kelas/Guru Matapelajaran
selaku Pembina Pramuka.
Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki fungsi
pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir.
40
d. Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi
untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui
pengembangan kapasitas.
42
7. Memberi salam
8. Membaca do’a sebelum dana atau sesuadah belajar/melakukan
kegiatan.
b. Kegiatan Spontan
Adalah kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, tanpa
dibatasi oleh ruang. Bertujuan untuk memberikan pendidikan pada
saat itu juga, terutama dalam disiplin dan sopan santun dan kebiasaan
baik yang lainnya.
Contoh Kegiatan Spontan :
1. Membiasakan memberi salam
2. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya
3. Membiasakan budaya antri
4. Membiasakan mengatasi silang pendapat.
c. Kegiatan Terprogram
d. Kegiatan Keteladanan
Adalah kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja, di mana saja yang
lebih mengutamakan pemberian contoh dari guru dan pengelola
pendidikan yang lain kepada muridnya.
Bertujuan memberikan contoh tentang kebiasaan yang baik.
Contoh kegiatan keteladanan :
43
1. Memberi contoh berpakaian rapi
2. Memberi contoh memuji contoh yang baik
3. Memberi contoh datang tepat waktu
4. Memberi contoh hidup sederhana
5. Memberi contoh tidak merokok.
6. Memberi contoh datang tepat waktu
7. Memberi contoh hidup sederhana
8. Memberi contoh tidak merokok.
5. Ketuntasan Belajar.
46
mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik
mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif
dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan
kriteria yang ditentukan;
b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis
ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan
kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai
ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi
c. KKM setiap KD merupakan nilai indikator yang terdapat dalam Kompetensi
Dasar tersebut dan nilai tersendah merupakan standar kriteria ketuntasan
minimal untuk masing-masing mata pelajaran. Peserta didik dinyatakan telah
mencapai KKM yang telah ditetapkan untuk seluruh indicator pada KD
tersebut untuk kurikulum 2013.
d. KKM muatan pelajaran dilihat dari nilai minimal standar setiap KD dan
dijadikan KKM muatan pelajaran untuk kurikulum 2013.
e. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) muatan pelajaran merupakan nilai
minimal dari semua KKM setiap KD yang terdapat dalam satu semester atau
satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar
(LHB/Rapor) peserta didik untuk kurikulum 2013.
f. Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal
penilaian, baik Penilaian Harian (PH), Penilaian Tengah Semester (PTS)
maupun Penilaian Akhir Semester (PAS), Penilaian Akhir Tahun (PAT). Soal
ulangan ataupun tugas-tugas harus mampu mencerminkan / menampilkan
pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian pendidik perlu
melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena semuanya memiliki
hasil yang setara sesuai capaian KKM untuk kurikulum 2013.
g. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya
perbedaan nilai ketuntasan minimal.
SEMESTER I SEMESTER II
KOMPONEN
I II III IV V VI I II III IV V VI
Kelompok A (Umum)
1. PAdBP 70 70 70 70 70 70 75 75 75 75 75 75
2. PPKn 70 75 75 70 70 70 71 76 76 71 71 71
3. Bahasa Indonesia 72 72 70 70 70 70 72 72 70 70 70 70
4. Matematika 67 70 70 70 70 70 67 70 70 70 70 70
5. I P A x X x 70 70 70 x x x 70 70 70
6. I P S x X x 70 70 70 x x x 70 70 70
Kelompok B (Umum)
7. S B d P 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
8. P J O K 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
Muatan Lokal
( Mulok)
1. Bahasa dan Sastra
75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
Sunda
48
Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas apabila hasil belajar dari paling
sedikit 3 (tiga) mata pelajaran pada kompetensi pengetahuan keterampilan
belum tuntas dan/atau sikap belum baik.
Peserta didik diupayakan mengikuti proses pembelajaran dan penilaian yang
maksimal. Oleh karena itu apabila ada peserta didik yang terpaksa harus
tidak naik kelas, maka hal ini harus menjadi umpan balik bagi pendidik,
satuan pendidikan, dan orangtua sehingga diharapkan semua peserta didik
pada akhirnya dapat naik kelas.
Beberapa jenis penilaian :
1. Penilaian Harian (PH) adalah Penilaian Harian dilakukan dalam bentuk tes
tertulis, lisan, atau penugasan. Penilaian harian tertulis direncanakan
berdasarkan pemetaan KD dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan
minimal satu kali dalam satu tema untuk setiap KD muatan pelajaran. Hal itu
memungkinkan penilaian harian dilakukan untuk KD satu muatan pelajaran
atau gabungan KD-KD beberapa muatan pelajaran sesuai kebutuhan. Sebelum
menyusun soal-soal tes tertulis, guru perlu membuat kisi-kisi soal. Apabila tes
tertulis dilakukan untuk mencapai KD satu muatan pelajaran, soal-soal dibuat
per muatan pelajaran. Soal-soal tes tertulis dapat juga dibuat terpadu untuk
beberapa muatan pelajaran.
Penilaian harian berfungsi untuk perbaikan pembelajaran dan juga sebagai
salah satu bahan untuk pengolahan nilai rapor. Nilai pengetahuan yang
diperoleh dari penilaian harian (NPH) merupakan nilai rerata yang ditulis
dengan menggunakan angka pada rentang 0-100.
2. Penilaian Tengah Semester (PTS) adalah Penilaian tengah semester
dilaksanakan setelah menyelesaikan separuh dari jumlah tema dalam
satu semester atau setelah 8-9 minggu belajar efektif. PTS berbentuk tes
tulis dan berfungsi untuk perbaikan pembelajaran selama setengah
semester serta sebagai salah satu bahan pengolahan nilai rapor.
Soal atau instrumen PTS disusun berdasarkan muatan pelajaran sesuai
dengan KD yang dirakit secara terintegrasi. Nilai pengetahuan yang
diperoleh dari PTS (NPTS) merupakan nilai tengah semester dan
penulisannya menggunakan angka pada rentang 0-100.
3. Penilaian Akhir Semester (PAS) dan Penilaian Akhir Tahun (PAT)
Penilaian akhir semester (PAS) dan penilaian akhir tahun (PAT)
49
dilaksanakan setelah menyelesaikan seluruh tema dalam satu semester
belajar efektif. Penilaian akhir semester/tahun untuk aspek
pengetahuan dilakukan dengan teknik tes tertulis yang berfungsi untuk
mengukur pencapaian hasil pembelajaran selama satu semester serta
sebagai salah satu bahan pengisian rapor.
Instrumen penilaian akhir semester/tahun untuk aspek pengetahuan
disusun berdasarkan muatan pelajaran sesuai dengan karakteristik KD.
Nilai dari penilaian akhir semester ditulis NPAS dan nilai dari penilaian
akhir tahun ditulis NPAT. Penulisan nilai NPAS dan NPAT menggunakan
angka pada rentang 0-100.
Pelaporan hasil belajar siswa dalam satu semester disampaikan kepada
orang tua siswa dalam bentuk buku laporan hasil belajar siswa (raport).
Raport ini disampaikan secara langsung kepada orang tua pada pembagian
raport.
sebagai berikut :
50
(d)untuk menentukan kelulusan peserta didik adalah dengan
membandingkan total rata-rata nilai KKM dengan total rata-rata nilai
rapor (NR);
(e)peserta didik dinyatakan LULUS atau memperoleh nilai baik pada
semua mata pelajaran apabila total rata-rata nilai semua mata
pelajaran melebihi atau minimal sama dengan total rata-rata nilai
KKM pada seluruh mata pelajaran dan muatan lokal.
51
(f) peserta didik dinyatakan LULUS US, apabila total rata-rata nilai
ujian semua mata pelajaran melebihi atau minimal sarna dengan
60 (batas minimal nilai US).
52
d. Mengadakan latihan ujian.
e. Bagi siswa yang mampu diarahkan untuk mengikuti bimbingan belajar di
Pusat Bimbingan Belajar.
Pendidikan kecakapan hidup di SD difokuskan pada General Life Skill (GLS) yang
mencakup kesadaran diri atau kecakapan personal (self awareness), kecakapan
berpikir rasional (thinking skill) dan kecakapan sosial (social skill). Hal ini
53
didasarkan atas prinsip bahwa GLS merupakan fondasi kecakapan hidup yang
akan diperlukan untuk mempelajari kecakapan hidup berikutnya dan bahkan
untuk terjun dalam kehidupan sehari-hari, apa pun kegiatan seseorang.
Kecakapan vokasional (vocational skill) juga dikembangkan namun barulah
pada tahap awal (Depdiknas, 2002).
55
a. Bahasa dan sastra sunda.
6. Pendidikan berbasis keunggulan global.
Menyikapi tantangan era globalisasi yang semakin besar, arus informasi semakin
cepat, dan persaingan semakin kuat, maka dipersiapkan sejak dini berbagai
kegiatan yang menunjang di antaranya :
a. Pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional lebih ditingkatkan.
b. Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan tentang kemajuan teknologi
informatika melalui internet.
c. Peningkatan pemahaman isi Al Qur’an untuk mengatasi dampak negatif dari era
globalisasi. Pelaksanaannya diintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran Muatan
Lokal Bahasa Inggris, Komputer, dan BTQ serta diberikan sejak kelas I s.d. VI .
56
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
social, emosional, dan spiritual peserta didik.
c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsiste (ajeg, taat azas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian
e. Memadai
Cakupan indicator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar.
g. Fleksibel
h. Menyeluruh
Kompnen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).
4. Merupakan gambaran umum program dan target yang akan dicapai mata
pelajaran;
59
f. Penguatan nilai-nilai utama pendidikan karakter yaitu religius, nasionalis,
kemandirian, gotong royong, dan integritas;
g. Keterampilan Abad 21 khususnya 4C (Creative, Critical Thinking,
Communicative, dan Collaborative), literasi digital, life skills; dan
h. Alokasi waktu.
5. Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta
didik dan pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar lainnya pada
suatu lingkungan belajar yang berlangsung secara edukatif, agar peserta
didik dapat membangun sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka menghasilkan SDM
yang kompeten dan berkarakter.
Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
membentuk kemampuan mengidentifikasi dan merumuskan masalah,
mengumpulkan data, mengolah dan menyimpulkan data serta
mengomunikasikan.
Untuk membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan
rasa keingintahuan dan kemampuan produktif peserta didik,
dikembangkan model-model pembelajaran sebagai berikut.
a. Pembelajaran melalui penemuan (discovery learning),
b. Pembelajaran melalui penyingkapan (inquiry learning),
c. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning),
d. Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning),
e. Pembelajaran berbasis produksi (production-based training), dan
Tidak semua model pembelajaran tepat digunakan untuk semua KD/materi
pembelajaran. Ooleh karena itu, untuk menetapkan model yang paling
cocok harus dilakukan analisis terhadap rumusan pernyataan setiap KD
sehingga dapat dismpulkan model pembelajaran apa yang cocok dengan
KD tersebut apakah sesuai dengan model pembelajaran
penemuan/penyingkapan (Discovery dan Inquiry Learning) atau pada
pembelajaran hasil karya (Problem/Project/ Production-based Learning dan
Teaching Factory).
6. Penilaian
60
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
7. Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap pasang KD didasarkan atas jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu sesuai yang
tersedia di Struktur Kurikulum dengan mempertimbangkan jumlah KD serta
keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan masing-
masing KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan
perkiraan waktu rerata untuk menguasai pasangan KD ( pengetahuan dan
keterampilan) yang dibutuhkan peserta didik yang memiliki kemampuan
beragam
7. Sumber belajar.
Dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber
belajar lain yang relevan.
61
pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6)
langkahlangkahkegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian.
62
8. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a. Identitas sekolah
b. Identitas mata pelajaran
c. Kompetensi inti
d. Kompetensi Dasar
e. Indikator Pencapaian Kompetensi
f. Tujuan Pembelajaran
g. Materi Ajar
h. Alokasi Waktu
i. Metode Pembelajaran
j. Kegiatan Pembelajaran
k. Penilaian Hasil Belajar
l. Sumber Belajar
63
BAB IV
KALENDER PENDIDIKAN
Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu yang
meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan
lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan lain yang dianggap penting oleh satuan
pendidikan, yang pengaturannya disesuaikan dengan keadaan dan kondisi daerah.
D. Pengaturan Waktu Libur.
Penetapan waktu libur dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku
tentang hari libur, baik nasional maupun daerah. Waktu libur adalah waktu yang
ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan
pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester,
jeda antarsemester, libur akhir tahun ajaran, hari libur keagamaan, hari libur
umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur, dan kegiatan lainnya tertera
pada tabel berikut ini.
64
Alokasi Waktu pada Kalender Pendidikan
1. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada
bulan Juni tahun berikutnya.
66