SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
OLEH
1102012010
FAKULTAS HUKUM
KUPANG
2015
1
i
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku Bapak H. Aba Muhammad, S.H dan Ibu Hj. Siti Samir,
S.Pd
2. Kakak Nanda Cita Allifah, S.Kom dan Adik Tahta Reza Gramang Atapukan
3. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi
4. Semua teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum 2011
5. Almamater tercinta Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana.
ii
MOTTO
iii
KATA PENGANTAR
Skripsi ini berjudul Hak Asuh Anak Dibawah Umur Akibat Cerai Gugat
Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama Kelas 1B Kupang. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Studi Strata (SI) pada
Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana dan juga untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum.
iv
3. Ibu Orpa J. Nubatonis, S.H., M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum Perdata
dan Dosen Penasehat Akademik yang selalu membimbing dan
memberikan motivasi kepada penulis
4. Bapak Sukardan Aloysius, S.H., M.Hum selaku Pembimbing I yang
dengan kesungguhan hati telah mengorbankan waktu dalam mendukung
dan membimbing penulis selama penulisan skripsi ini
5. Bapak Husni K. Dinata, S.H., MH selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini
6. Bapak Drs. Muhammad Camuda, MH selaku Ketua Pengadilan Agama
Kelas 1B Kupang yang telah menerima penulis untuk melakukan
penelitian dan memberikan informasi serta data yang sangat dibutuhkan
oleh penulis
7. Ayahanda tercinta H. Aba Muhammad, S.H dan Ibu Hj. Siti Samir, S.Pd
yang membesarkan, mendidik, memberikan semangat, memberikan kasih
sayangnya serta doanya agar penulis dapat cepat selesai dalam
penyusunan skripsi ini
8. Keluarga tercinta Kakak Nanda Cita Allifah, Kakak Nurmasa Atapukang
dan Adik Tahta Reza Gramang Atapukan yang telah memberikan motivasi
dan doa agar penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
9. Sahabat tersayang Satimah S. Dewi Mandiri, Auxilia D. Ferreira, Nanang
R. Wibowo, Mustarin, Fatur Rahmat dan abangku Muhamad Ardian yang
selalu memotivasi dan membantu penulis dalam segi materi dan non
materi
10. Kepada teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum 2011 Bersa M. Uju
Edo, Dian V. Bere, Aminah H. Pattiradja, Mahani S. Sartika, Denny Ully
Tadu, Rocky R. Lay, Decky Sinlae, Dany F. Radjab, Daud R. Mulyana,
Demiton, Apliani D. Ne yang telah memberikan warna hidup dan selalu
kompak selama menempuh perkuliahan bersama penulis
v
11. Kepada teman-teman HMI Komisariat Hukum yang selalu memberikan
motivasi dengan motto Yakusa (Yakin Usaha Sampai)
12. Kepada seluruh pihak yang tidak tertulis, penulis mengucapkan mohon
maaf yang sebesar-besarnya dan terima kasih atas segala bantuannya.
Penulis menyadari bahwa didalam skripsi ini masih terdapat kekurangan dan
kekeliruan yang tidak disengaja, oleh karena itu penulis meminta maaf yang sebesar-
besarnya. Semoga segala kebaikan dan sumbangsihnya yang diterima penulis akan
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin
Penulis
vi
ABSTRAK
Perceraian membawa akibat hukum terputusnya perkawinan. Persoalan yang
akan timbul setelah terjadinya perceraian cukup banyak diantaranya adalah apabila
dalam perkawinan telah dilahirkan anak, maka perceraian juga membawa akibat
hukum terhadap si anak, yaitu orang tua tidak dapat mengasuh anak secara bersama-
sama, dalam hal ini hak asuh anak diserahkan kepada salah satu orang tuanya. Dalam
sebuah lembaga perkawinan telah ditentukan bahwa anak-anak adalah menjadi
tanggung jawab suami dan isteri sebagai bapak dan ibu dari anak-anak hingga
dewasa. Ketentuan peraturan Perundang-undangan telah memberikan hak asuh anak
dibawah umur (mumayyiz) kepada ibunya, akan tetapi dalam hal anak yang sudah
mumayyiz bisa memilih untuk ikut ayah atau ibunya, maka akan diberikan
kesempatan untuk memilih sendiri. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah
bagaimana implementasi hak asuh anak dibawah umur akibat cerai gugat berdasarkan
putusan Pengadilan Agama Kelas 1B Kupang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi hak asuh
anak dibawah umur akibat cerai gugat. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
masukan untuk pengembangan dan perluasan pengetahuan dibidang Hukum Perdata
pada umumnya dan Hukum Perkawinan pada khususnya serta memperoleh masukan
dan pemahaman yang lebih mendalam lagi bagi Peradilan Agama dan pihak yang
terkait yang mendapatkan Putusan Pengadilan Agama. Untuk mengetahui dan
memahami permasalahan diatas makan dilakukan penelitian dengan menggunakan
metode empiris dan normatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi hak asuh anak dibawah
umur sudah sesuai dengan keputusan para Hakim, namun terdapat kelemahan dalam
hal ini Ayah atau mantan suami tidak bertanggung jawab dalam memberikan
perhatian kasih sayang, membiayai anak, memberikan pendidikan kepada anak.
Kesimpulan menunjukan implementasi terhadap hak asuh anak dibawah umur
akibat cerai gugat dari 3 (tiga) perkara yang sudah berjalan sebagaimana mestinya
masih terdapat 2 (dua) perkara dalam paska perceraian dimana peran seorang ayah
yang belum sama sekali melakukan kewajibannya terhadap anaknya, padahal
walaupun sudah adanya putusan cerai tetapi hak-hak anak harus selalu terpenuhi dan
terdapat 1 (satu) perkara yang sudah menjalankan putusan sebagaimana mestinya,
dimana seorang ayah sudah melaksanakan kewajiban, seperti membiayai anak,
memberikan perhatian baik secara moril dan materil walaupun tidak sesering
mungkin. Hambatan perceraian dari 3 (tiga) perkara tidak memeliki hambatan apa-
apa akan tetapi setelah paska perceraian terdapat sedikit hambatan, yaitu mengenai
kewajiban orang tua terhadap anak, dimana kewajiban ayah sebagaimana diharapkan
semestinya dalam artian ayah tidak membiayai kehidupan anak, kurang perhatian
terhadap anak bahkan kurang memberikan kasih sayang.
Saran penulis adalah sebaiknya kepada para pihak melaksanakan aturan
hukum yang telah ada dan melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh Majelis
vii
Hakim dan juga saling mengerti dan memahami tentang keberadaan masing-masing
karena anak adalah amanah titipan Tuhan, maka perlu dijaga dan dirawat dengan baik
serta kepada para pihak walaupun sudah berpisah tetap menjaga tali silaturahmi
dengan saling memperhatikan hak-hak anak, dimana tidak adanya kata mantan anak
tetapi hanya ada mantan suami atau mantan isteri. Hilang anak, hilang kebanggaan
orang tua, oleh karena itu orang tua harus selalu menjaga dan memelihara hubungan
baik natara kedua belah pihak demi masa depan anak.
viii
ABSTRACT
Divorce brings legal consequences of marriage dissolution. The issue that will
arise after the divorce is quite a lot of divorce is when the marriage was born children,
so divorce also brings legal consequences for the child, the parents can not raise
children together, in this case the custody of children submitted to one the parents.In
a marriage agency has determined that the children are the responsibility of the
husband and wife as the father and mother until the children adult. The regulatory
legislation stipulation has given custody of minors to his mother, but in the case of
children who have mumayyiz can choose to follow the father or mother, they will be
given the opportunity to choose for themselves. The main problem in this research is
how the implementation of the custody of minors as a result of divorce based on
decision of the Religious Court Kupang Class 1B.
The aim of this research is to know the implementation of the custody of
minors due to divorce. The benefits of this research are as input for the development
and expansion of knowledge in the field of Civil Law in general and especially the
Marriage Law and obtain input and a deeper understanding for the Religious Court
and related parties who receive religious court ruling. To know and understand the
above problems the research is done using empirical and normativemethod. The
technique of data collection through interviews and literature study.
The results showed that the implementation of the custody of minors is in
conformity with the decision of the judge, but there is a weakness in this case that
ex-husband or the father is not responsible in giving attention affection, pay
childrensneeds, and providing education to the children.
The conclusion shows that from the three(3) cases in the Religious Court
Kupang Class IB, the implementation of the custody of minors due to divorce that
have been run properly there are two (2) cases in the post-divorce in which the role of
a father who has not completely perform his obligations to their children, although
there is a decision of their divorce but the rights of the children must always be
ix
fulfilled and there is 1 (one) case that is already run the verdict, where a father has
obligations, such as pay childrensneeds, paying attention to both morally and
material although not as often as possible. There is no obstacles for the three cases in
divorce but after the divorce decision , the obstacles are arised, namely the obligation
of parents to children is out of the decision where the the father does not pay
chlidrens needs, lack of attention to children even less affectionate.
Suggestions of the writer is recommend that the parties implement the laws
that already exist and implementing what has been decided by the judges and also
they should understand each other and understand where each child is as the
mandate of God, so it needs to be maintained and care for as well as possible
although the parties had been separated, they should keep the silaturahim, care to the
chidrens rights, because there is no ex-child but only ex-husband or ex- wife.Missing
children, missing the pride of the parents, therefore, parents should always keep and
maintain good relations between the two sides for the sake of the future of the
children.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERSEMBAHAN ........................................................................................................ ii
ABSTRAK ................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
CERAI GUGAT
xi
A. Pengertian Perceraian ..........................................................................................
...... 14
...... 20
...... 31
...... 33
...... 43
C. Implementasi Putusan Terhadap Hak Asuh Anak Dibawah Umur Akibat Cerai
Gugat .................................................................................................................. 45
D. Hambatan Hak Asuh Anak Dibawah Umur Akibat Cerai Gugat .......................
...... 50
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................................
...... 52
B. Saran . ................................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan umat
manusia. Dengan adanya perkawinan rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina
pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan pengertian
perkawinan menurut Islam dalam Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991 tentang
hukum perkawinan pasal 2, pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqon
diteruskan jadi harus diputuskan ditengah jalan atau terpaksa terputus dengan
sendirinya atau dengan kata lain terjadinya perceraian antara suami isteri. Perceraian
terjadi apabila kedua belah pihak, baik suami maupun isteri sudah sama-sama merasa
1
Perkawinan dalam pasal 39 ayat (2) menyebutkan bahwa, perceraian dapat dilakukan
ilmu fiqih disebut talaq atau furqah.Talak berarti membuka ikatan atau membatalkan
perjanjian.
akan timbul setelah terjadinya perceraian cukup banyak diantaranya adalah apabila
dalam perkawinan telah dilahirkan anak, maka perceraian juga membawa akibat
hukum terhadap si anak, yaitu orang tua tidak dapat mengasuh anak secara bersama-
sama, dalam hal ini hak asuh anak diserahkan kepada salah satu orang tuanya.Dalam
tanggung jawab suami dan isteri sebagai bapak dan ibu dari anak-anak hingga
dibawah umur (mumayyiz) kepada ibunya, akan tetapi dalam hal anak yang sudah
mumayyiz bisa memilih untuk ikut ayah atau ibunya, maka akan diberikan
Hak asuh anak merupakan tanggung jawab kedua orang tuanya. Hak asuh dalam
hal ini meliputi berbagai hal, yaitu masalah ekonomi, pendidikan dan segala sesuatu
Hukum Islam tidak secara rinci mengatur masalah hak asuh anak karena tugas dalam
mengasuh seorang anak, berada dalam tanggung jawab suami yang merupakan bapak
suami sebagai kepala keluarga tetapi tidak menutup kemungkinan isteri dapat
2
membantu suami dalam menaggung kewajiban ekonomi tersebut. Hal yang terpenting
dalam hak asuh anak adalah adanya kerja sama dan rasa saling tolong menolong
antara suami dan istri dalam mengasuh anak dan mengantarkannya hingga anak itu
menjadi dewasa.
wilayah hukum pada Pengadilan Agama Kelas 1B Kupang. Dalam kasus perceraian
tersebut sehubungan dengan hak asuh anak dibawah umursering kali menjadi
persoalan oleh kedua orang tuanya untuk mengasuh anak yang menjadi korban dari
perceraian.
Dalam konteks kehidupan modern dalam semua aspek kehidupan manusia, hak
asuh anak perlu dipahami secara lebih luas dan meyeluruh. Hal ini dimaksudkan agar
orang tua tidak hanya memperioritaskan pada terpenuhinya kewajiban materiil akan
tetapi lebih dari itu kebutuhan mereka akan cinta dan kasih sayang dari kedua orang
tuanya.
Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan diatas, maka penulis tertarik untuk
meneliti akibat perceraian khususnya cerai gugat bagi anak dengan judul Hak Asuh
3
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
implementasi hak asuh anak di bawah umur akibat cerai gugat berdasarkan putusan
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah, untuk mengetahui
D. MANFAAT PENULISAN
Hukum Perdata pada umumnya dan Hukum Perkawinan pada khususnya dan
memperoleh masukan dan pemahaman yang lebih mendalam lagi bagi Pengadilan
4
E. TINJAUAN PUSTAKA
Hak asuh anak dalam bahasa arabnya Hadhanah berasal dari kata hidhan yang
berarti lambung. Seperti dalam kalimat hadhanan at-thairu baidhahu yang artinya
burung itu mengempit telur dibawah sayangpnya. Para ahli fikih mendifinisikan
mendidik jasmani, rohani dan akalnya agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup
Secara etimologi kata hadhanah adalah bentuk dasar dar kata hadhanah
dada atau lengan. Dan secara terminologi hadhanah adalah menjaga anak yang belum
bisa mengatur dan merawat dirinya dari hal-hal yang membahayakan dirinya.
Istilah kuasa atau hak asuh anak merujuk kepada arti yang berarti kekuasaan
seseorang (ayah atau ibu atau nenek dan lain-lain) atau lembaga, berdasarkan putusan
5
pendidikan, dan kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak
mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar sesuai dengan agama yang
Dalam praktik di Pengadilan Agama, hakim biasanya akan merujuk pada aturan
dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Pengasuhan anak dalam konsep Kompilasi
Hukum Islam (KHI) dikenal dengan istilah hak hadhanah (pemeliharaan anak). Hak
hadhanah adalah untuk mengasuh, memelihara dan mendidik anak hingga dewasa,
Hak hadhanah diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 105 huruf a,
bahwa pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah
hak ibunya dan pasal 105 huruf b, dikatakan pemeliharaan anak yang sudah
mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih di antara ayah atau ibunya sebagai
Pengertian anak menurut istilah Hukum Islam adalah keturunan kedua yang
masih kecil.Sifat kecil kalau dihubungkan dengan perwaliaan dibagi menjadi dua
tingkatan, yaitu:
6
1.1. Kecil dan belum mumayyiz, dalam hal ini itu sama sekali tidak memeliki
kemampuan untuk bertindak. Jadi, tidak sah kalau misalnya ia membeli apa-apa
1.2. Kecil tapi sudah mumayyiz, dalam hal ini kecil ini kurang kemampuannya untuk
bertindak, namun sudah punya kemampuan oleh sebab itu kata-katanya sudah
dapat dijadikan pegangan dan sudah sah kalau ia membeli atau menjual atau
memberikan apa-apa kepada orang lain. (Ahmad Al-Barry, dkk, 1997 : 113)
Dalam Hukum Islam, anak yang mumayyiz ialah yang sudah mencapai usia
mengerti tentang akad transaksi secara keseluruhan dia mengerti maksud kata-kata
yang diucapkannya, bahwa membeli itu menerima barang sedangkan menjual itu
memberikan barang dan juga ia mengerti tentang rugi dan beruntung, biasanya usia
anak itu sudah genap 7 (tujuh) tahun. Jadi, kalau masih kurang dari tujuh maka anak
dan membeli, sebaliknya kadang-kadang anak malahan sudah lebih 7 (tujuh) tahun
umurnya tetapi masih belum mengerti tentang jual beli dan sebagainya. (Ahmad Al-
Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 98 ayat (1) dikatakan
bahwa batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah usia 21 tahun,
sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum pernah
melangsungkan perkawinan.
7
2. Pengertian Anak dibawah Umur Menurut Undang-undang Perlindungan Anak
Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1, anak adalah seseorang yang belum berusia 18
Dalam Pasal 47 ayat (1) dikatakan bahwa, anak yang belum mencapai umur 18
(delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada dibawah
Dalam Pasal 50 ayat (1) dikatakan bahwa, anak yang belum mencapai umur 18
(delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, yang tidak
(2) jenis gugata perceraian, yakni cerai talak dan cerai gugat. Dan di dalam Kompilasi
Hukum Islam (KHI) Pasal 114 juga menerangkan bahwa, putusnya perkawinan yang
disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena Talak atau berdasarkan gugatan
perceraian.
Cerai gugat, yaitu gugatan perceraian yang diajukan oleh istri (penggugat)
terhadap suami (tergugat) kepada Pengadilan Agama dan berlaku pula pengajuan
gugatan terhadap suami oleh istri yang beragama Islam di Pengadilan Negeri.
8
Menurut Undang-undang Peradilan Agama Nomor 50 Tahun 2009 telah
Talak disebut Cerai Talak, sedang untuk Gugat Cerai istilahnya dibalik menjadi
Cerai Gugat. Dengan istilah baru ini, dipertegas untuk pemecahan perkawinan
diajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat. (Manan, dkk, 2000 :
51).
Dijelaskan juga dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 132 (1) bahwa,
Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya pada Pengadilan Agama, yang
Cerai gugat adalah ikatan perkawinan yang putus sebagai akibat permohonan
yang diajukan oleh isteri ke Pengadilan Agama, yang kemudian termohon (suami)
Ahrum Hoerudin juga menjelaskan pengertian Cerai Gugat secara luas ialah
suatu gugatan yang diajukan oleh penggugat (pihak istri) kepada Pengadilan Agama,
agar tali perkawinan dirinya dengan suaminya diputuskan melalui suatua putusan
9
Pengadilan Agama, sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. (Ahrum Hoerudin,
1999 : 20).
Dalam Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 diatur secara khusus tentang cerai
gugatyaitu dalam pasal 73. Tahapan persidangan pada cerai gugat, yaitu sidang
bahwa perceraian adalah salah satu dari beberapa perkara yang termasuk kedalam
F. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
2. Spesifikasi Penelitian
penelitian
10
3. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer, yakni data yang diperoleh dari lapangan dengan teknik
a. Syarat-syarat dan prosedur hak asuh anak dibawah umur akibat cerai gugat
b. Implementasi putusan terhadap hak asuh anak dibawah umur akibat cerai
gugat
c. Hambatan dalam hak asuh anak dibawah umur akibat cerai gugat
a. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pasangan cerai gugat
tiga (3) tahun terakhir yang berjumlah 3 (tiga) pasangan dimana pada
11
b. Sampel
c. Responden
Penggugat : 3 orang
Tergugat : 3 orang
Jumlah : 10 orang
12
2. Coding, yaitu menyusun secara sistematis semua data yang diperoleh dari
lapangan
b. Analisis Data
Data yang diperoleh dapat diolah dan disajikan dalam bentuk tabulasi,
13
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Perceraian
juga, jikalau satu pihak kawin lagi setelah mendapat izin hakim, bilamana pihak yang
lainnya meninggalkan tempat tinggal hingga sepuluh tahun lamanya dengan tiada
disebabkan oleh:
a. Kematian
b. Perceraian, atau;
atau alamiah. Lain halnya dengan terputusnya perkawinan karena perceraian dan
putusan pengadilan, yang mana pada hakekatnya dapat diatasi atau dihindarkan agar
14
tidak terjadi. Perkawinan antara suami isteri putus, yang dimaksud ialah, Apabila
perceraian, demikian pula bisa karena kematian salah seorang suami atau isteri, atau
sendiri, apakah dari pihak isteri atau pihak suami yang berkeinginan untuk melakukan
perceraian. Dengan adanya perceraian, artinya bahwa suami dan isteri tidak
mengingat akan tujuan perkawinan itu pada mulanya atau apakah memang
perkawinan mereka itu dilakukan hanya sekedar untuk syarat dalam memenuhi tujuan
itu dapat dipahami bahwa, jika peraturan mengenao perceraian dapat dilakukan bila
mempunyai alasan yang tepat dan keadaan yang tidak dapat dielakkan lagi.
1985 : 8).
dan isteri saja, namun perceraian harus ada alasan-alasan yang sah menurut Undang-
menerangkan bahwa untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa
suami isteri tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.
15
Perceraian hanya dapat terjadi apabila dilakukan di depan sidang pengadilan,
baik itu karena sumi yang telah menjatuhkan cerai (talak), ataupun karena isteri yang
menggugat cerai atau memohon hak talak sebagai sighat talik talak. Meskipun dalam
agama Islam, perceraian telah dianggap sah apabila diucapkan seketika itu oleh si
melindungi segala hak dan kewajiban yang timbul sebagai akibat hukum atas
perceraian tersebut.
sidang Pengadilan melalui suatu gugatan perceraian. Jadi tidak mungkin ada
perceraian adalah Pengadilan Agama untuk yang beragama Islam dan Pengadilan
Negeri untuk yang tidak beragama Islam. Dalam hal ini, pertama-tama pengadilan
akan berusaha mendamaikan di antara suami dan isteri yang akan bercerai tersebut.
Jika usaha cukup alasan bahwa antara suami dan isteri tersebut tidak akan dapat lagi
hidup secara rukun sebagai suami isteri, disamping harus memenuhi persyaratan
1. Salah satu pihak melakukan zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
kesetiaan antara suami dan isteri akan tetapi kalau terjadi perzinahan yang
dilakukan oleh pihak suami maupun isteri, itu merupajan perbuatan yang
menyebabkan timbulnya kegoncangan dalam rumah tangga dan atas dasar itu baik
16
suami maupun isteri yang merasa dikecewakan dapat mengajukan gugatan
dengan alasan perzinahan, maka terlebih dahulu harus ada putusan hakim pidana.
perceraian dengan alasan perzinahan kepada hakim perdata dan sebagai bukti
untuk menuntu perceraian oleh suami maupun isteri di depan Pengadilan, akan
tetapi tidak beranggapan pada salah satu pihak bahwa pihak lain telagh
Pemerintah nomor 9 Tahun 1975 juga disebut penjudi dapat dijadikan alasan oleh
salah satu pihak untuk menuntut perceraian. Hal ini dapat terjadi setelah
menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya sehingga yang sukar
disembuhakn maka pihak yang merasa dirugikan itu dapat mengajukan gugatan
perceraian ke Pengadilan.
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama minimal dua tahun berturut-
turut tanpa izin pihak lainnya dan tanpa alasan yang sah atau karena hal diluar
kemampuannya.
17
Rasio dari pada dicantumkannya alasan perceraian tersebut di atas
manusia. Akibat tingkah laku pihak yang meninggalkan tanpa ijin dan tanpa
alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya, maka pihak yang
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama minimal lima tahun setelah
perkawinan berlangsung.
tujuannya untuk melindungi pihak yang tidak terhukum. Jangan sampai segala
Dalam hal ini baik suami maupun isteri melakukan kekejaman atau
menghindari akibatnya, maka suami atau isteri memakai alasan kekejaman atau
18
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat
Hal-hal ini dapat terjadi setelah perkawinan berlangsung, dimana salah satu
menjalankan tugasnya lagi suami atau isteri. Yang dimaksud dengan cacat badan
disini contohnya adalah kaki atau tangan patah atau hilang akibat kecelakaan atau
cacat badan lain, sehingga menyebabkan anggota badan lainnya tidak berfungsi.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyakit, yaitu akibat yang ditimbulkan oleh
6. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
sebab prinsipal ketidak utuhan hidup keluarga. Untuk itu, maka Pengadilan perlu
19
Berdasarkan Agama islam, cerai dapat dilakukan oleh suami dengan
mengikrarkan talak kepada isteri namun agar sah secara hukum suami
2. Cerai Gugat, yaitu gugatan perceraian yang diajukan oleh isteri (penggugat)
B. Prosedur Perceraian
Secara garis besar, prosedur gugatan perceraian dibagi ke dalam 2 (dua) jenis,
a. Cerai Talak;
b. Cerai Gugat.
20
A. Prosedur Cerai Talak
Tahun 2009 Pasal 66, pada pokoknya dapat diuraikan sebagai berikut:
kediaman pemohon;
e) Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan harta
21
2) Prosedur Cerai Talak Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
dalam Pasal 14 sampai dengan Pasal 18, pada pokoknya dapat diuraikan
sebagai berikut:
a) Pengadilan mempelajari isi surat yang diajukan oleh suami dan dalam
surat dan juga isterinya untuk meminta penjelasan tentang segala sesuatu
Pengadilan.
bahwa cerai talak hanya dapat dilakukan oleh suami, karena hanya suami
yang berhak untuk menjatuhkan talak kepada isterinya sedangkan isteri tidak
22
3) Prosedur Cerai Talak Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam Pasal
129 sampai dengan Pasal 131, pada pokoknya dapat diuraikan sebagai
berikut:
Agama yang mewilayahi tempat tinggal isteri disertai dengan alasan serta
talak;
mengikrarkan talak;
23
e) Setelah keputusan mempunyai kekuatan hukum tetap, suami
f) Bila suami tidak mengucapkan ikrar talak dalam tempo 6 (enam) bulan
Perceraian dengan cerai gugat hanya dapat dilakukan oleh isteri yang
melangsungkan perkawinan menurut agama Islam dan oleh suami atau isteri yang
Tahun 2009 dalam Pasal 73, pada pokoknya dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan yang
24
penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin
tergugat;
kediaman tergugat;
c) Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar negeri, maka
Pusat.
2) Prosedur Cerai Gugat Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dalam
a) Gugatan perceraian diajukan oleh suami atau isteri atau kuasanya kepada
b) Dalam hal tempat kediaman Tergugat tidak jelas atau tidak diketahui atau
tidak mempunyai tempat kediaman yang tetap, maka gugatan perceraian dapat
pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa
25
alasan yang sah karena hal lain diluar kemampuannya, maka gugatan
lampau waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak Tergugat meninggalkan dan tidak
e) Apabila gugatan perceraian dengan alasan antara suami isteri terus menerus
berlangsung
pendidikan anak
26
3) Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang-
barang yang menjadi hak bersama suami isteri atau barang-barang yang
b) Para pihak akan dipanggil secara resmi oleh juru sita untuk
atau melalui surat kabar sebanyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu
(tiga puluh) hari sejak berkas diterima dan dalam hal Tergugat
f) Pada sidang pemeriksaan gugatan, baik isteri dan suami harus datang
27
h) Apabila usaha perdamaian berhasil maka Pengadilan membuat akte
perdamaian dan alasan yang diajukan untuk bercerai tidak dapat lagi
28
3) Prosedur Cerai Gugat Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam Pasal 132-
1. Pengajuan gugatan
isteri meninggalkan temapt kediaman bersama tanpa suami dan dalam hal
Indonesia setempat
2. Pemanggilan
Pemanggilan terhadap para pihak ataupun kuasanya dilakukan pada setiap kali
akan diadakan sidang. Pemanggilan dilakukan oleh juru sita pada Pengadilan
dan pada waktu pemanggilan harus dengan cara yang patut dan sudah diterima
para pihak atau kuasa minimal 3 (tiga) hari sebelum sidang dibuka. Apabila
tempat kediaman tergugat tidak jelas atau tidak tetap maka pemanggilan
29
3. Persidangan
kepada kuasanya
4. Perdamaian
5. Putusan
30
C. Akibat Perceraian
Hal-hal yang perlu dilakukan pihak suami maupun isteri setelah terjadinya
a) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya,
b) Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan
yang diperlakukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat
Akibat perceraian juga diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991,
a. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali
2. Ayah;
31
6. Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.
b. Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari
dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas
hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula;
d. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggungan ayah menurut
Agama memberikan putusan berdasarkan huruf (a), (b), (c) dan (d);
biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya.
32
BAB III
Konstitusi.
undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama dan
33
Perubahan Kedua Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
facto baru beroperasi pada tahun 1964. Pengadilan Agama yang sebelumnya
Kantor Urusan Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur, sekarang Kantor Wilayah
Ketika tahun 1968 Kantor Urusan Agama Provinsi NTT (sekarang Kanwil
Kementrian Agama) berpindah alamat di jalan raya El-Tari Kupang, maka secara
alamat karena pada saat itu Pengadilan Agama belum memeliki gedung sendiri,
dan baru pada tahun 1975 Pengadilan Agama mendirikan gedung kantor sendiri
diatas tanah milik Kantor Wilayah Kementrian Agama Nusa Tenggara Timur
34
Surabaya dengan wilayah hukum meliputi Indonesia Timur, kemudian dengan
maka seluruh Pengadilan Agama atau Mahkamah Syariah wilayah Timur masuk
Syariah Ujung Pandang. Kemudian pada tahun 1982 Pengadilan Agama Kupang
Mataram yang membawahi Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Bengkulu, Palu, Kendari dan Kupang, maka Pengadilan Agama Kupang masuk
tahun 1964 telah berganti kepemimpinan sebanyak 12 (dua belas) kali yang mana
35
3. Drs. Nurdin Abubakar, S.H, Periode Tahun1983-1989
12. Drs. Muhamad Camuda, MH, Periode Tahun 2012 sampai sekarang.
perkara di tingkat pertama antara orang- orang yang beragama islam di bidang
Islam serta waqaf, zakat, infaq dan sedekah serta ekonomi syariah sebagaimana
36
c) Strukrur Organisasi Pengadilan Agama Kelas 1B Kupang
HAKIM KETUA
WAKIL
KETUA
PANITERA/SEKRETA
RIS
WAKIL WAKIL
PANITERA SEKRETARIS
Pada dasarnya setiap organisasi harus mempunyai uraian tugas yang jelas
dan dipahami oleh setiap unit kerja masing-masing. Berikut akan diuraikan tugas
dari masing-masing unit kerja pada Pengadilan Agama Kelas 1B Kupang, yaitu
sebagai berikut:
37
1. Hakim
Mencatat dan meneliti berkas perkara yang diterima, menentukan hari sidang,
1B Kupang
2. Ketua
3. Wakil Ketua
4. Penitera/ Sekretaris
38
sesuai dengan kebijakan teknis Ketua Pengadilan Agama Kelas 1B Kupang
5. Wakil Panitera
berlaku
berkas perkara yang masih berjalan dan urusan lain yang ada ada
berkas perkara yang masih berjalan dan urusan lain yang berhubungan
39
mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas sesuai dengan
9. Wakil Sekretaris
40
ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Agama Kelas 1B Kupang berdasarkan
41
b. Melakukan pemanggilan, pemberitahuan putusan Pengadilan Agama,
memori banding;
peninjauan kembali;
undang;
42
B. Syarat-Syarat Dan Prosedur Hak Asuh Anak
bukan saja memelihara dengan memenuhi kebutuhan jasmani anak saja akan
hadhanah itu sendiri. Karena itu tidak sembarangan orang yang dapat
1. Berakal sehat
Bagi orang yang kurang akal dan gila, keduanya tidak boleh menangani
hadhanah karena mereka ini tidak dapat mengurusi dirinya sendiri. Karena
itu, ia tidak boleh disertai tugas mengurus orang lain. Sebab orang yang tidak
punya apa-apa tentu tidak dapat memberi apa-apa untuk orang lain
2. Sudah dewasa
Orang yang belum dewasa tidak akan mampu melakukan tugas yang berat
itu, oleh karenanya belum dikenai kewajiban dan tindakan yang dilakukannya
3. Mampu mendidik
Orang buta, sakit menular atau sakit yang melemahkan jasmaninya tidak
boleh menjadi pengasuh untuk mengurus kepentingan anak kecil, juga tidak
43
berusia lanjut yang bahkan ia sendiri perlu diurus, bukan orang yang
diurusnya
Orang yang curang tidak aman bagi anak kecil, dan ia tidak dapat dipercaya
5. Beragam Islam
Diisyaratkan oleh kalangan mazhab syafii dan hanafi. Oleh karena itu bagi
orang kafir tidak ada hak untuk mengasuh anak yang muslim, karena
berikut:
dan Nomor Resi dari Bank, pemohon membawa Nomor Resi kemeja 1
44
pengadilan untuk mendapatkan Nomor Register Perkara, setelah sampai kemeja
dibawah kepanitera untuk menetapkan panitera dan juru sita, kemudian panitera
dengan perintah kepada juru sita untuk memanggil pihak yang berperkara.
Dalam hal perceraian telah ada aturan yang mengatur tentang hak dan kewajiban
orangtua dalam mengasuh anak, namun pada kenyataannya aturan itu tidak
kewajiban terhadap anaknya yaitu meliputi ketidakbecusan si orang tua itu atau sama
sekali tidak mungkin melaksanakannya sama sekali, boleh jadi disebabkan dijatuhi
hukum penjara yang memerlukan waktu lama, sakit udzur atau gila dan kepergian
dalam suatu jangka waktu yang tidak diketahui kembalinya. Sedangkan berkelakuan
buruk meliputi, segala tingkah laku yang senonoh sebagai orang pengasuh dan
pendidik yang seharusnya memberikan contoh yang baik. (M. Yahya Harahap, 1975 :
216)
45
hal yang biasa diruang lingkup perkawinan, dari perceraian inilah timbul adanya hak
atas pengasuhan anak dibawah umur. Sehingga para Hakim juga menegaskan bahwa
hak asuh anak sebagai mana sudah diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal
105 huruf a dan Pasal 105 huruf b, ditetapkan bahwa pemeliharaan anak yang belum
mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya dan dikatakan
pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih di
antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya. Maka para Hakim
melakukan mediasi untuk para pihak-pihak yang berpekara dengan merujuk pada
dengan Bapak Sutaji dan Bapak Rasyid Muzhar pada tanggal 13 Juli 2015 di Kantor
Hakim memutuskan perkara hak asuh anak dibawah umur dari 3 (tiga) perkara
gugatan hak asuh anak dibawah memperoleh jawaban yang sama yaitu dalam
memutuskan perkara hak asuh anak dibawah umur jatuh ke pihak ibu dimana Hakim
kasih sayang dari ibunya dan sebagaimana selama perkawinan berlangsung anak
dipelihara dan dididik oleh ibunya, sehingga untuk kepentingan anak tersebut Hakim
memandang patut apabila jika anak-anak tersebut dibawah penguasaan ibu untuk
dipelihara dan di didik sampai anak tersebut menjelang dewasa. (Wawancara dengan
46
Bapak Sutaji dan Bapak Rasyid Muzhar pada tanggal 13 Juli 2015 di Kantor
Penulis berpendapat bahwa pada dasarnya hak asuh anak dibawah umur lebih di
prioritaskan kepada pihak ibu, disebabkan ibu lebih pendekatan emosional dalam
memelihara dan mendidik anak tersebut, seperti menyusui bagi anak yang masih
membutuhkan ASI (Air Susu Ibu) dan merawat anak tersebut dengan baik. Akan
tetapi, hak asuh anak dibawah umur juga bisa jatuh kepada pihak ayah dengan
rohani anak dan lain sebagainya. Implementasi putusan hak asuh anak dibawah umur
sudah sesuai dengan putusan para Hakim, namun pasca perceraian dan penetapan hak
asuh anak dibawah umur yang berada ditangan ibu, orang tua yang tidak memeliki
kuasa penuh terhadap hak asuh anak dalam hal ini ayah atau mantan suami tidak
mendidik anaknya, merawat anaknya dan memberikan kasih sayang kepada anaknya.
Hasil penelitian lanjutan melalui wawancara bersama dengan salah satu Panitera
terjadi perceraian antara suami istri, bisa ada mantan suami dan mantan isteri, namun
tidak ada mantan anak. Jadi anak tetap milik bapak dan ibu meskipun hidup mereka
berpisah, untuk masalah anak ingin mengikuti bapak atau ibu bisa ditanyakan
langsung kepada anaknya jika umurnya sudah mencapai 12 tahun. Panitera juga
menambahkan bahwa faktor anak masih dibawah umur yang mengharuskan hak asuh
47
anak jatuh kepada ibu karena anak masih sangat membutuhkan kasih sayang serta Air
Susu Ibu (ASI) yang hanya diperoleh dari seorang ibu. (Wawancara dengan Bapak
Yunus Kapa, S.Hi pada tanggal 24 Agustus 2015 di Kantor Pengadilan Agama Kelas
1B Kupang)
tentang Perkawinan pada Pasal 41, Pasal 49 ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pada Pasal 26 ayat (1) ditetapkan dimana
setelah terjadinya perceraian kedua orang tua wajib memelihara, mendidik, merawat,
perkawinan pada usia anak-anak anak, serta untuk ayah agar dapat menafkahi anak
tersebut hingga dewasa. Selanjutnya aturan-aturan mengenai hak asuh anak tidak
hanya dalam ruang lingkup perkawinan namun juga dengan kesejahteraan anak. Hak-
hak anak yang akan diperoleh terkait juga dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 13 ayat (1) yang menegaskan bahwa, setiap
anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain berhak mendapatkan
salah lainnya. Dengan adanya aturan seperti diatas maka anak akan terlindungi
haknya jika kedua orang tua dapat menjalankannya dengan baik dan benar meskipun
mengatakan, bahwa setelah terjadinya putusan perceraian dan putusan hak asuh anak
48
dibawah umur yang jatuh kepada ibu, sehingga si ibu memberikan hak dan
kewajiban terhadap anaknya, akan tetapi mantan suami tidak pernah berkunjung dan
memberikan kebutuhan sandang kepada anaknya seperti pakaian, biaya sekolah dan
lain sebagainya.(Wanwancara dengan Ibu Eldy dan Ibu Wati pada tanggal 20 Juni
2015)
putusan perceraian dan putusan hak asuh anak dibawah umur yang jatuh kepada ibu,
anaknya seperti pakaian, biaya sekolah dan lain sebagainya. (Wawancara dengan Ibu
(tiga) perkara tentang hak asuh anak dibawah umur, maka wajib sebagai orang tua
mengetahui mengenai pengaturan hukum terhadap hak asuh anak dibawah umur,
akan tetapi pada kenyataannya tidak dirawat dan dipelihara sebagaimana mestinya.
Ayah sebagai orang tua terkesan kurang berani atau tidak bertanggung jawab
Hak asuh anak dibawah umur secara psikologis seharusnya berhak diasuh oleh
ibunya, karena ibu yang lebih mengetahui dan memahami tentang keberadaan anak
dalam hal ini memelihara anak yang masih dibawah umur, dan memberikan Air Susu
Ibu (ASI) bagi anak yang masih membutuhkan, serta dibutuhkan sikap kelembutan
dari seorang ibu dengan penuh kesabaran dalam menghadapi anak-anak dibawah
umur yang masih memperolah kasih sayang dari seorang perempuan. Sehingga
49
adanya perbedaan cara mengasuh ibu maupun ayah dimana ayah juga dapat
terbaik namun sebagian dari ayah di satu sisi ayah tidak memiliki sikap yang sama
seperti ibu, yaitu memahami keberadaan anak yang masih membutuhkan perhatian
Anak merupakan amanah bagi orang tua yang harus dibesarkan dengan penuh
kasih sayang. Sejak lahir bahkan dalam kandunganpun, setiap anak memiliki hak
yang merupakan kewajiban orang tua. Setiap anak berhak mendapatkan pemeliharan
dari orang tuanya. Hak anak dari orang tua ada yang bersifat fisik, psikis, rohani dan
Dalam implementasi hak asuh anak dibawah umur akibat cerai gugat terdapat 2
1. Dari 3 (tiga) perkara hak asuh anak dibawah umur akibat cerai gugat, terdapat 2
(dua) perkara dimana pada kenyataannya setelah perceraian orang tua dalam hal
ini ayah atau mantan suami tidak melaksanakan kewajibannya sebagai ayah,
2. Dari 3 (tiga perkara) hak asuh anak dibawah umur akibat cerai gugat, terdapat 1
(satu) perkara dimana pada kenyataannya setelah pasca perceraian ayah atau
50
membiayai anaknya, memberikan perhatian walaupun tidak sesempurna orang
51
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Implementasi terhadap hak asuh anak dibawah umur akibat cerai gugat dari 3
(tiga) perkara yang sudah berjalan sebagaimana mestinya masih terdapat 2 (dua)
perkara dalam paska perceraian dimana peran seorang ayah yang belum sama
2. Dari 3 (tiga) putusan perkara hanya terdapat 1 (satu) perkara yang sudah
3. Hambatan perceraian dari 3 (tiga) perkara tidak memeliki hambatan apa-apa akan
52
B. Saran
1. Sebaiknya kepada para pihak melaksanakan aturan hukum yang telah ada dan
melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh Majelis Hakim dan juga saling
amanah titipan Tuhan, maka perlu dijaga dan dirawat dengan baik
2. Kepada para pihak walaupun sudah berpisah tetap menjaga tali silaturahmi
dengan saling memperhatikan hak-hak anak, dimana tidak adanya kata mantan
anak tetapi hanya ada mantan suami atau mantan isteri. Hilang anak, hilang
kebanggaan orang tua, oleh karena itu orang tua harus selalu menjaga dan
memelihara hubungan baik natara kedua belah pihak demi masa depan anak.
53
DAFTAR PUSTAKA
Adib Bahari, 2012. Prosedur Gugatan Cerai + Pembagian Harta Gono Gini + Hak
Asuh Anak. Pustaka Yustisia:Yogyakarta
H. Nurmi Akma, 2015. Hak Asasi Manusia Dalam Islam. Majelis Hukum dan HAM
PP Aisyiyah
Dokumen-Dokumen
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
54
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Internet
http://wwwaninovianablogspotcom.blogspot.com/2010/12/perceraian-menurut-hukum-
islam.html/ diakses pada tanggal 28 Januari 2015
http://dunia-dalamkata.blogspot.com/2010/06/pemeliharaan-anak-hadhonah.html/
diakses pada tanggal 31 Maret 2015
https://lovelyjoonote.wordpress.com/2013/12/21/hak-asuh-anak-hadhanah-dalam-
prespektif-hadis-dan-fiqh/ diakses pada tanggal 31 Maret 2015
http://www.rahima.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1214:pan
dangan-islam-tentang-pengasuhan-anak-hadhanah-suplemen-edisi-
45&catid=49:suplemen&Itemid=319/ diakses pada tanggal 7 April 2015
55