Anda di halaman 1dari 96

PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS

MASYARAKAT DI DESA KUWUM KABUPATEN BADUNG

Nama : I Made Agus Putra Permana

NIM : 1304020085

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
2021
LEMBARAN PERSETUJUAN

Usulan penelitian/Tugas Akhir ini telah disetujui


Pada tanggal 24 Januari 2021

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti sidang tugas akhir
Perencanaan Wilayah dan Kota (SPWK)Pada Program Studi perencanaan
Wilayah dan Kota , Fakultas Teknik
Universitas Hindu Indonesia

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Ida Bagus Made Parsa,M.M Ni GA. Diah Ambarwati Kardinal.,ST.,MT

Mengetahui
Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik
Universitas Hindu Indonesia

Ni GA. Diah Ambarwati Kardinal.,ST.,MT


NIK: 12.80.0.065
LEMBARAN PENGESAHAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana


Perencanaan Wilayah dan Kota (SPWK) Pada Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Universitas Hindu Indonesia

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Ida Bagus Made Parsa,M.M Ni GA. Diah Ambarwati Kardinal.,ST.,MT

Mengetahui
Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik
Universitas Hindu Indonesia

Ni GA. Diah Ambarwati Kardinal.,ST.,MT


NIK: 12.80.0.065
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini ;


Nama : I Made Agus Putra Permana
NIM : 1304020085
Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Judul Tugas Akhir : Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Desa
Kuwum

Menyatakan bahwa dalam dokumen ilmiah Tugas akhir ini tidak terdapat bagian
dari karya ilmiah lain yang telah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di
suatu lembaga Pendidikan Tinggi, dan juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang /lembaga laian, kecuali yang
secara tertulis disitasi dalam dokumen ini dan disebutkan sumbernya secara
lengkap dalam daftar pustaka.
Dengan demikian saya menyatakan bahwa dokumen ilmiah ini bebas dari
unsure- unsur plagiasi dan apabila dokumen ilmiah Tugas akhir ini dikemudian
hari terbukti merupakan plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan
sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis
lain, maka penulis bersedia menerima sanksi dan/atau sanksi hukum yang
berlaku.

Denpasar,……………………2021

I Made Agus Putra Permana


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Hindu Indonesia, saya yang bertanda


tangan di bawah ini :
Nama : I Made Agus Putra Permana
NIM : 1304020085
Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Hindu Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan)
Dengan Hak bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Hindu Indonesia berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak
Cipta.
Demikian pernyataan saya ini saya buat dengan sebenarnya.

Denpasar,……………………2020
Yang menyatakan

I Made Agus Putra Permana


UCAPAN TRIMAKASI

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya,penelitian/tugas
akhir ini dapat diselesaikan. Penulisan dan penyusunan usulan penelitian /tugas
akhir ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan maupun saran dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. I Made Damriyasa MS.selaku Rektor Universitas Hindu


Indonesia atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
penulis untuk bias mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di
Universitas Hindu Indonesia.
2. I Komang Gede Santyasa, S.T.,M,T selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Hindu Indonesia atas kesempatan yang diberikan untuk
menjadi mahasiswa pada Fakultas Teknik Universitas Hindu
Indonesia.
3. Ni GA. Diah Ambarwati Cardinal.,ST.,MT, selaku Ketua Program
studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Hindu Indonesia
atas kesempatan yang diberikan untukmenimba ilmu di program studi
PWK dan dukungan semangatnya bagi penyelesaian tugas akhir ini.
4. Ir. Ida Bagus Made Parsa, M.M sebagai pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, diskusi dan dalam penyusunan skripsi ini.
Terima kasih atas kesabaran dan dukungan semangatnya selama ini
sehingga penulis berkesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Ni GA. Diah Ambarwati Kardinal.,ST.,MT selaku pembimbing II atas
motivasi dan semangatnya dalam membimbing penyelesaian
penyusunan tugas akhir ini.
6. I Komang Gede Santyasa, S.T.,M,T Dr. Ir. I Nyoman Sukamara,
C.E.S. dan Yudi Arimbawa, S,T.,M.Ars. sebagai penguji yang telah
memberikan masukan, saran, dan koreksi terhadap tugas akhir ini.
7. Bapak dan Ibu dosen pada Program studi Perencanaan Wilayah dan
Kota, Universitas Hindu Indonesia yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk berdiskusi dan memberikan masukan selama
mengikuti perkuliahan.
8. Para pihak di lokasi penelitian yang telah banyak memberikan
waktunya untuk berdiskusi dan memberikan informasi terkait dengan
penelitian yang dilakukan. Bapak I Wayan Regep bendesa adat Desa
Kuwum, Bapak I Wayan Sudarma, sebagai Pokdarwis Desa Kuwum,
Bapak I Made Mukin, Plt Desa Kuwum dan berbagai pihak yang
sudah meluangkan waktunya untuk wawancara dan diskusi.
9. Civitas Program studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas
Hindu Indonesia.Teman –teman angkatan IV PWK yang sudah
memberikan dukungan dan berbagai kebersamaan.
10. Kepada kedua orang tua yang memberikan dukungan moril dan
materiil untuk segera merampungkan tugas akhir ini. Juga kepada
saudara saudari penulis dan segenap keluarga yang selalu
memberikan semangat untuk terus maju merampungkan tugas akhir
ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan
penyelesaian tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebut satu
persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan skripsi ini, harapannya tentu agar penelitian ini nantinya
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
kepentingan lainnya.

Denpasar,……………………2021

I Made Agus Putra Permana


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang --------------------------------------------------------------------------- 1

1.2. Rumusan Masalah------------------------------------------------------------------------ 4

1.3. Tujuan Penelitian------------------------------------------------------------------------- 4

1.4. Sasaran Penelitian ------------------------------------------------------------------------ 4

1.5. Manfaat Penelitian ----------------------------------------------------------------------- 5

1.6. Ruang Lingkup Penelitian -------------------------------------------------------------- 5

1.6.1. Ruang Lingkup Substansi ------------------------------------------------------- 5

1.6.2. Ruang Lingkup Lokasi ----------------------------------------------------------- 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pariwisata -------------------------------------------------------------------- 7

2.2. Jenis Pariwisata---------------------------------------------------------------------------- 8

2.3. Unsur – Unsur Pariwisata --------------------------------------------------------------- 10

2.4. Objek Wisata ----------------------------------------------------------------------------- 13

2.4.1. Karakteristik objek wisata ------------------------------------------------------- 14

2.4.2. Jenis Objek Wisata --------------------------------------------------------------- 14

2.5. Desa Wisata ------------------------------------------------------------------------------- 15


2.6. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat (Community Based

Tourism) Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat-------------------- 17

2.8. Kerangka Pikir---------------------------------------------------------------------------- 22

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian ------------------------------------------------------------------------ 26

3.2. Metode Pengumpulan Data ------------------------------------------------------------- 29

3.2.1. Jenis Data -------------------------------------------------------------------------- 29

3.2.2. Sumber Data----------------------------------------------------------------------- 29

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data ------------------------------------------------------ 30

3.3. Analisis Data------------------------------------------------------------------------------ 31

3.4. Analisis Swot ----------------------------------------------------------------------------- 33

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis ------------------------------------------------------------------------ 35

4.2. Kondisi Fisik Dasar ---------------------------------------------------------------------- 37

4.3. Kondisi Demografi----------------------------------------------------------------------- 40

4.4. Kondisi Sosial Budaya ------------------------------------------------------------------ 43

4.5. Kondisi Fasilitas Jaringan Jalan -------------------------------------------------------- 47

4.6. Tinjauan Kebijakan ---------------------------------------------------------------------- 49

4.7. Sejarah Lokasi Penelitian --------------------------------------------------------------- 49


BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Potensi dan Permasalahan Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi

Masyarakat di Desa Kuwum ----------------------------------------------------------------- 53

5.1.1 Potensi Pengembangan Desa Wisata------------------------------------------------- 53

5.1.2. Partispasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Kuwum -------------------- 62

5.1.3. Permasalahan Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi

Masyarakat di Desa Kuwum --------------------------------------------------------- 68

5.2. Strategi Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Desa Kuwum -------- 71

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan ----------------------------------------------------------------------------------------- 75

6.2 Saran -------------------------------------------------------------------------------------------- 75

Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jenis dan Data Penelitian -------------------------------------------------------- 34

Tabel 4.1. Nama Banjar Dinas dan Desa Adat di Desa Kuwum ------------------------ 35

Tabel 4.2. Penggunaan Lahan di Desa Kuwum ------------------------------------------- 37

Tabel 4.3. Komposisi Jumlah, Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Desa
Kuwum ----------------------------------------------------------------------------------------- 40

Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan -------------------- 41

Tabel 4.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ---------------------- 42

Tabel 4.6. Komposisi Pembagian Desa Adat ---------------------------------------------- 43

Tabel 4.7. Nama – Nama Pura di Desa Kuwum ------------------------------------------ 44


DAFTAR PETA

1.1. Peta Ruang Lingkup Lokasi ------------------------------------------------------------- 6

2.1. Pemangku Kepentingan Dalam Pariwisata ------------------------------------------- 18


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata adalah suatu fenomena sosial yang sangat kompleks dan menyatu

segala aspek kehidupan manusia. Pariwisata merupakan keseluruhan kegiatan

untuk penataan dan pelayanan terhadap kebutuhan berwisata, sehingga memilik

dampak yang besar sekali terhadap sistem nilai masyarakat, baik dampak yang

bersifat positif maupun dampak yang bersifat negatif. Dampak yang didasarkan

terutama pada lingkungan masyarakat penerima wisatawan melalui adaptasi

lingkungan sosial masyarakat. Oleh sebab itu pembinaan dan pengembangan

pariwisata harus diletakkan secara mendasar melalui penelitian dan pengkajian,

kemudian dituangkan ke dalam pengembangannya pada arah terencana, terarah,

terkendali, dan terpadu yang bertujuan untuk memberikan keuntungan optimal

bagi pemangku kepentingan (stakeholder) dan nilai kepuasaan optimal bagi

wisatawan jangka panjang.

Pariwisata Berbasis Masyarakat (PBM) di kenal di Indonesia pada tahun 1995,

ketika program pariwisata Inti Rakyat (PIR) dilucurkan oleh Menteri Pariwisata.

Pemerintah mencanangkan pariwisata sebagai leading sektor dan mewajibkan

semua kementrian mendukung pelaksanaannya. Kebijakan tersebut ditindak lajuti

dengan diluncurkan Program 20.000 “Homestay Desa Wisata” di Indonesia.

Kementrian terkait diarapkan berkolaborasi mendukung pencapain program baik

dari segi pendanaan, pembinaan, bantuan keahlian, maupun teknis. Secara umum
faktor pariwisata digunakan sebagai alternatif pemecah masalah perekonomian

terutama di dunia ketiga pariwisata sebagai katalisator pembangunan untuk

mencegah penyalahgunaan lahan yang di sebabkan oleh mal-praktik pertanian

serta unntuk konservasi warisan dan budaya alam.

Sejalan dengan dinamika, gerak perkembangan pariwisata merambah dalam

berbagai terminologi seperti, sustainable tourism development, rural tourism,

ecotourism merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan yang berupaya

untuk menjamin agarwisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata bukan

perkotaan. Salah satu pendekatan pengembangan wisata alternatif adalah desa

wisata untuk pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dalam bidang pariwisata.

Bali merupakan daerah yang berpotensi di bidang pariwisata dan telah

dikunjungi oleh banyak wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah

satu daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah adalah budaya

dan keindahan alamnya. Desa Wisata ini yang terletak di Desa Kuwum,

Kecamatan Mengwi, berkunjung ke Desa Wisata Alam Dedari, dilihat dari

keasrian wilayah desa yang didukung oleh budaya pertaniannya yang masih

tradisional. Para wisatawan bisa menikmati pemandangan alam yang masih asri.

Penduduk Desa Kuwum mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dengan

menggarap lahan persawahan mereka, adapun sebagian sebagai pengrajin ukir-

ukiran, pengrajin anyaman, berbagai industri rumah tangga di desa ini.

Desa wisata Kuwum mengangkat sejumlah potensi unggulan meliputi wisata

permainan air, wisata agro, spiritual dan wisata alam. Beberapa wahana

permainan yang akan disajikan di antaranya ayunan tradisional, tracking, wisata


sepeda, selfi berkuda, prosotan, dan outbond. Atraksi itu juga akan ditunjangi

wahana permainan air dalam terowongan sepanjang 4 km, serta wisata spiritual

dengan tempat melukat di pancoran (air terjun) dedari.

Masyarakat lokal berperan penting dalam pengembangan desa wisata karena

sumber daya dan keunikan tradisi dan budaya yang melekat pada komunitas

tersebut merupakan unsur penggerak utama kegiatan desa wisata. Di lain pihak,

komunitas lokal yang tumbuh dan hidup berdampingan dengan suatu objek wisata

menjadi bagian dari sistem ekologi yang saling kait mengait. Keberhasilan

pengembangan desa wisata tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan

masyarakat lokal (Wearing, 2001).

Permasalahan yang ada dalam pengembangan desa wisata alam dedari ialah

SDM masyrakat Desa Kuwum, pemahaman masyarakat tentang ilmu

kepariwisataan yang masih terbatas, ketidak tahuan masyarakat cenderung diam

terhadap pengembangan pariwisata. Pemerintah seharusnya melakukan beberapa

hal untuk meningkatkan sumber daya masyarakat, upaya tersebut dapat dilakukan

dengan meningkatkan sumber daya manusia melalui kegiatan bimbingan,

penyuluhan dan penelitian di bidang kepariwisataan.


1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa saja potensi yang dimiliki dalam pengembangan wisata di

Desa Kuwum?

1.2.2. Bagaimana strategi pengembangan desa wisata berbasis

masyarakat yang dapat di jalankan oleh masyarakat di Desa

Kuwum?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Mengetahui potensi yang dimiliki dalam pengembangan pariwisata

di Desa Kuwum.

1.3.2. Merumuskan strategi pengembangan desa wisata berbasis

masyarakat di Desa Kuwum.

1.4. Sasaran Peneltian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan tersebut maka sasaran

penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :

1.4.1. Teridentifikasinya potensi yang dimiliki dalam pengembangan desa

wisata di Desa Kuwum.

1.4.2. Teridentifikasinya strategi pengembangan desa wisata berbasis

masyarakat di Desa Kuwum.


1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat praktis

Adalah dapat menjadi masukan maupun acuan bagi pemerintah dan

masyarakat dalam pengambilan kebijakan terhadap konsep

pembangunan wisata berbasis masyarakat lokal di Desa Kuwum.

1.5.2. Manfaat teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi terhadap

konsep pembangunan pariwisata berbasis masyarakat lokal.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1. Ruang Lingkup Subtansi

Substansi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah meliputi

aspek aktivitas wisata yang berbasis masyarakat (PBM) dalam

pengembangan Desa Wisata Kuwum dan kendala yang dihadapi

masyarakat.

1.6.2. Ruang Lingkup Lokasi

Ruang lingkup penelitian ini terletak di Desa Kuwum Kecamatan

Mengwi, Kabupaten Badung, Desa Kuwum memiliki luas wilayah 284

Hektar. Adapun batas Administrasi wilayah penelitian yakni sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Desa Perean, Kec. Baturiti, Kab. Tabanan

Sebelah Timur : Desa Cau Blayu, Kec. Marga, Kab Tabanan

Sebelah Selatan : Desa Sembung, Kec. Mengwi, Kab. Badung

Sebelah Barat : Desa Selanbawak, Kec. Marga, Kab. Tabanan


Peta 1.1

Peta Ruang Lingkup Lokasi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pariwisata

Pendit (2003), menjelaskan bahwa istilah pariwisata pertama kali diperkenalkan

oleh dua budayawan pada sekitar tahun 1960, yaitu Moh. Yamin dan Prijono. Kedua

budayawan ini memberikan masukan kepada pemerintah saat itu untuk mengganti

istilah tour agar sesuai dengan bahasa khas Nusantara. Istilah Pariwisata sendiri

berasal dari bahasa Sansekerta yaitu sebagai berikut :

Pari = Penuh, Lengkap, Keliling

Wis (man) = Rumah, properti, Kampung, Komunitas

Ata = Pergi, Terus Menerus, Mengembara

Yang bila diartikan secara keseluruhan, pariwisata adalah Pergi Secara Lengkap,

Meninggalkan Rumah (Kampung) untuk berkeliling secara terus menerus.

Pariwisata menurut Spillane (1987: 20) adalah perjalanan dari satu tempat ke

tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai

usaha mencari keseimbangan/keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup

dalam dimensi social, budaya, alam dan ilmu. Sedangkan Pendit (2003: 20),

mendefinisikan pariwisata sebagai suatu proses kepergian sementara dari seseorang

atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya

adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial,

kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena

sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun unstuk belajar.


Salah Wahab dalam Oka A. Yoeti (2008: 111), menjelaskan pariwisata sebagai

suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara

bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau diluar negeri,

meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari

kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia

memperoleh pekerjaan tetap.

Dalam Undang-Undang Nomor 90 Tahun 1990 tentang Keparwisataan

dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

objek dan daya tarik wisata. Sedangkan pariwisata adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta

usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Orang yang berpariwisata disebut wisatawan. Suwantoro (2004), mengartikan

wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan

wisata dengan waktu tinggalnya sekurang kurangnya 24 jam di daerah atau negara

lain, jika waktu wisata kurang dari 24 jam maka dapat disebut dengan pelancong.

Selanjutnya, seseorang dapat dikatakan melakukan perjalanan wisata apabila: bersifat

sementara, sukarela, dan tidak bertujuan untuk bekerja.

2.2. Jenis Pariwisata

Suwantoro (2004), menggolongkan pariwisata menjadi beberapa jenis, yaitu dari

segi: 1) Jumlahnya: a) Individual Tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan

oleh satu orang atau sepasang suami istri; b) Family Group Tour, yaitu suatu
perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai

hubungan kekerabatan satu sama lain; c) Group Tour, yaitu suatu perjalanan wisata

yang dilakukan bersama sama minimal 10 orang, dengan dipimpin oleh seorang yang

bertanggung jawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya. 2)

Kepengaturannya: a)Pre Arranged Tour, b) Package Tour, c) Coach Tour, d) Special

Arranged Tour, e) Optional Tour. 3) Maksud dan Tujuan: a) Holiday Tour, b)

Familiarization Tour, c) Educational Tour, d) Pileimage Tour, e) Special Mission

Tour, f) Special Programe Tour, g) Hunting Tour. 4) Penyelenggaraannya: Ekskursi,

Safari Tour, Cruize Tour, Youth Tour, Wreck Diving.

Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan

oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk

beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin

menyegarkan keletihan dan kelelahannya.

Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan

karena adanya keinginan untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara

hidup rakyat daerah lain,selain itu untuk mengunjungi monumen bersejarah,

peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau

untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain.

Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism). Jenis ini dapat dibagi dalam dua

kategori : a. Big Sports Event, pariwisata yang dilakukan karena adanya peristiwa-

peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, World Cup, dan b. Sporting

Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin
berlatih dan mempraktekan sendiri, seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda,

dan lain-lain.

Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism) Perjalanan usaha ini

adalah bentuk professional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan

pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada pelakunya baik pilihan daerah

tujuan maupun pilihan waktu perjalanan.

Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism). Konvensi sering dihadiri

oleh ratusan dan bahkan ribuan peserta yang biasanya tinggal beberapa hari di kota

atau negara penyelenggara.

2.3. Unsur – Unsur Pariwisata

Dalam upaya memuaskan kebutuhan dan selera wisatawan, lahirlah unsur-unsur

atau faktor pendukung yang harus diperhatikan, seperti yang dijelaskan oleh

Suwantoro (2004:15) beberapa komponen dalam kepariwisataan yang diperlukan

yaitu: 1) Sarana Pokok Pariwisata: a) Biro Perjalanan dan Agen, b) Transportasi

(Darat, Laut dan Udara), c) Restoran, d) Objek Wisata, e) Atraksi Wisata (Tradisi

atau Budaya Lokal); 2) Sarana Pelengkap Pariwisata: a) Fasilitas rekreasi dan

olahraga dan b) Prasarana umum; 3) Sarana penunjang kepariwisataan: a) Night Club

dan Steambath, b) Casino dan Entertainment, c) Souvenir Shop, mailing service.

Pendit (2003), menyebutkan bahwa terdapat sepuluh unsur pokok dalam industri

pariwisata. Industri pariwisata di suatu negara atau daerah tidak akan berjalan dengan

baik apabila tidak memiliki unsur–unsur berikut ini:

1) Politik dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat,


2) Perasaan ingin tahu,

3) Sifat ramah tamah,

4) Jarak dan waktu (aksesibilitas),

5) Atraksi,

6) Akomodasi,

7) Pengangkutan (Courier),

8) Harga-harga,

9) Publisitas dan Promosi,

10) Kesempatan Berbelanja.

Kesepuluh unsur tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Politik dan Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Setempat. Unsur

yang pertama ini terkait dengan peran pemerintah dalam rangka mengelola

potensi pariwisata di daerahnya. Melalui Politik dan Kebijakan yang

dikeluarkannya, pemerintah dapat mempengaruhi keberlangsungan industri

pariwisata di daerahnya. Pemerintah dapat meningkatkan kualitas pariwisata

di daerahnya atau justru menenggelamkan potensi pariwisata yang ada

melalui kebijakannya.

2. Perasaan Ingin Tahu. Pada awalnya hakikat paling utama yang melahirkan

pariwisata adalah perasaan manusia yang terdalam, yang seba ingin tahu

segala sesuatu selama hidup di dunia. Manusia ingin tahu segala sesuatu di

dalam dan diluar lingkungannya, mereka ingin tahu tentang kebudayaan di

negara asing, cara hidup dan adat istiadat negeri antah berantah, udara dan

hawa udara yang berbeda beda di berbagai negeri, keindahan dan keajaiban
alam dengan bukit, gunung, lembah serta pantainya, dan berbagai hal yang

tidak ada dalam lingkungan sendiri.

3. Sifat Ramah Tamah. Sifat ramah tamah rakyat Indonesia ini merupakan salah

satu “modal potensial” yang besar dalam bidang pariwisata, disamping

keindahan alam dan atraksi yang menarik, sifat ramah tamah ini juga

merupakan investasi tak nyata dalam arti kata sesungguhnya pada industri

pariwisata karena merupakan daya tarik sendiri.

4. Jarak dan Waktu (Aksesibilitas). Yang harus diperhatikan oleh

stakeholder yang berkompeten didalam indsutri pariwisata dewasa ini adalah

tentang waktu dan jarak tempuh yang dibutuhkan oleh wisatawan untuk

mencapai objek wisata.

5. Atraksi. Dalam dunia kepariwisataan segala sesuatu yang menarik dan

bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi, atau umumnya disebut

objek wisata, baik yang biasa berlangsung tiap harinya serta yang khusus

diadakan pada waktu tertentu di Indonesia sangat banyak.

6. Akomodasi. Akomodasi merupakan rumah sementara bagi sang wisatawan

sejauh atau sepanjang perjalanannya membutuhkan serta mengharapkan

kenyamanan, keenakan, pelayanan yang baik, kebersihan sanitasi yang

menjamin kesehatan, serta hal-hal kebutuhan hidup sehari hari yang layak

dalam pergaulan dunia Internasional.

7. Pengangkutan (Courier). Faktor pengangkutan dalam dunia pariwisata

membutuhkan syarat tertentu, antara lain jalan yang baik, lalu lintas lancar,
alat angkutan yang cepat disertai dengan syarat secukupnya dalam bahasa

asing yang umum dipergunakan oleh pergaulan dunia Internasional.

8. Harga-Harga. Di tempat atau di negara mana harga barang atau ongkos

perjalan yang lebih murah dan lebih baik, sudah tentu wisatawan akan

memilihnya.

9. Publisitas dan Promosi. Publisitas dan promosi yang dimaksud disini adalah

propaganda kepariwisataan dengan didasarkan atas rencana atau program

secara teratur dan berkelanjutan baik. Ke dalam Publisitas dan promosi ini

ditujukan pada masyarakat dalam negeri sendiri dengan maksud dan tujuan

menggugah pandangan masyarakat agar mempunyai kesadaran akan

kegunaan pariwisata baginya, sehingga Industri Pariwisata di negeri ini

memperoleh dukungannya. Ke luar, publisitas dan promosi ini ditujukan

pada dunia luar dimana kampanye penerangan benar-benar mengandung

berbagai fasilitas-fasilitas dan atraksi yang unik dan menarik terhadap

wisatawan. Dalam hal ini Indonesi hendaknya dapat mengedepankan fasilitas

yang unik dan memenuhi standar dunia industri pariwisata serta menyajikan

atraksi menarik yang beda dari tempat lain.

10. Kesempatan Berbelanja. Kesempatan berbelanja atau lazim pula dikatakan

shopping adalah kesempatan untuk membeli barang, oleh-oleh, atau souvenir

untuk dibawa pulang ke rumah atau ke negaranya.


2.4. Objek Wisata

Selain memiliki beberapa konsep, desa wisata juga dikenal memiliki beberapa

elemen penting yang perlu diperhatikan. Elemen desa diantaranya mencakup

karakteristik objek wisata dan jenis objek wisata.

2.4.1. Karakteristik objek wisata

Terdapat 3 karakteristik utama yang perlu diperhatikan dalam upaya

pengembangan suatu objek wisata tertentu agar menarik dan dikunjungi

banyak wisatawan. Karakteristik tersebut antara lain.

a. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to

see”. Artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi

wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain. Dengan

kata lain, daerah itu harus mempunyai daya tarik yang khusus dan unik

b. Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah

“something todo”. Artinya di tempat tersebut selain banyak yang

disaksikan, harus disediakan pula fasilitas rekreasi atau amusement yang

dapat membuat wisatawan betah tinggal lebih lama di tempat itu.

c. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah

“something to buy”. Artinnya di tempat tersebut harus ada fasilitas

untuk berbelanja, terutama barang – barang souvenir dan kerajinan

tangan rakyat sebagai oleh – oleh dibawa pulang.


2.4.2. Jenis Objek Wisata

Seiring dengan perkembangan industry pariwisata, muncullah bermacam –

macam jenis objek wisata yang lama kelamaan mempunyai cirinya

tersendiri.

Perkembangan ini bertujuan untuk memahami kebutuhan wisatawan yang

saat ini melakukan perjalanan wisata berdasarkan alas an dan tujuan yang

berbeda –beda. Berikut adalah objek wisata berdasarkan alasan motivasi

serta tujuan wisatawan.

a. Objek wisata budaya

b. Objek wisata kesehatan

c. Objek wisata olahraga

d. Objek wisata komersial

e. Objek wisata politik

f. Objek wisata pilgrim

g. Objek wisata bahari (Ilmu Pariwisata, Nyoman S. Pendit, 1999)

2.5. Desa Wisata

Pengembangan pariwisata pedesaan merupakan dampak dari adanya perubahan

minat wisatawan akan tujuan wisata yang bervariasi. Hiruk pikuk keadaan perkotaan

menyebabkan tumbuhnya keinginan wisatawan untuk menikmati perjalanan yang

bisa membuat mereka tenang dari segala kepenatan, serta juga bisa berinteraksi

langsung dengan alam dan masyarakat untuk mempelajari kebudayaan lokal.


Objek wisata pedesaan merupakan keadaan suatu desa yang mempunyai

sarana atau objek yang mendukung kegiatan kepariwisataan dan mempunyai

pontensi besar dalam sektor pariwisata, sehingga cocok untuk dijadikan desa

wisata.

Menurut Chafid Fandeli secara lebih komprehensif menjabarkan desa

wisata sebagai suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang

mencerminkan keaslian desa, baik dari segi kehidupan sosial budaya, adat istiadat,

aktifitas keseharian, arsitektur bangunan, dan struktur tata ruang desa, serta

potensi yang mampu dikembangkan sebagai daya tarik wisata, misalnya: atraksi,

makanan dan minuman, cinderamata, penginapan, dan kebutuhan wisata lainnya

(Chafid Fandeli, 2002).

Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi,

dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat

yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. (Nuryanti, Wiendu: 1993).

Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata sebagai

berikut:

a. Akomodasi: sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau

unit – unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.

b. Atraksi: seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik

lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai

partisipasi aktit.

Menurut Hadiwijoyo (2012) beberapa hal yang memungkinkan satu desa bisa

disebut desa wisata adalah dengan adanya beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Aksesbilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan

menggunakan berbagai jenis alat transportasi.

b. Memiliki objek – objek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan

lokal dan sebagainya guna dikembangkan sebagai objek wisata.

c. Masyarakan dan aparat desa menerima dan memberikan dukungan yang tinggi

terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya

d. Keamanan di desa tersebut terjamin

e. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, serta tenaga kerja yang memadai

f. Beriklim sejuk atau dingin

g. Berhubungan dengan objek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat.

2.6. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat (Community Based

Tourism) Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat (komunitas setempat) yang berada di lokasi yang

menjadi tujuan (destinasi) wisata melalui kegiatan usaha kepariwisataan merupakan

salah satu model pembangunan yang sedang mendapatkan banyak perhatian dari

berbagai kalangan dan akan menjadi agenda penting dalam pembangunan

kepariwisataan ke depan.

Adimihardja (1999) dalam Sunaryo (2013:215) mendefinisikan pemberdayaan

masyarakat sebagai suatu proses yang tidak saja hanya mengembangkan potensi

ekonomi masyarakat yang sedang tidak berdaya, namun demikian juga harus

berupaya dapat meningkatkan harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga

dirinya serta terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan masyarakat


dimaknai sebagai suatu upaya untuk menguatkan power (daya) atau empowering dari

golongan masyarakat yang powerless (tidak berdaya), biasanya mereka yang sedang

tergolong ke dalam masyarakat yang marjinal.

Sinclair (1998) menyebutkan bahwa pariwisata mampu memberikan manfaat

dalam bentuk penguatan ekonomi lokal, yang antara lain berupa devisa, pendapatan

tambahan kepada masyarakat, serta peluang pekerjaan yang dapat ditangkap oleh

masyarakat. Sektor usaha dalam pariwisata seperti usaha akomodasi, transportasi,dan

lainnya dapat memberikan kontribusi dalam mendorong perekonomian lokal,

regional, maupun nasional.

Dalam kegiatan kepariwisataan ada beberapa pihak yang memiliki peran dan

terlibat langsung dalam kegiatan kepariwisataan. Berikut gambar yang

menggambarkan ilustrasi pemangku kepentingan dalam, pariwisata (Sunaryo,

2013:217).

PEMERINTAH
Fasilitator

SWASTA MASYARAKAT
Industri/ Tuan Rumah,
Pengembang/ Pelaksana/Subjek
Investor Pengembangan

Gambar 2.1 Pemangku Kepentingan dalam Pariwisata

Sumber : Sunaryo (2013:217)


Berdasarkan bagan di atas dapat disimpulkan bahwa peran masyarakat dalam

pelaksanaan kepariwisataan sangatlah besar dan perlu diseimbangkan dengan peran

pemerintah maupun swasta. Tetapi dalam kenyataannya yang terjadi peran

masyarakat masih sangat kecil bila dibandingkan dengan kedua stakeholder lainnya.

Penyebabnya adalah tidak adanya atau lemahnya akses yang mereka miliki kepada

sumberdaya (resource) pariwisata yang ada dan rendahnya pelibatan mereka dalam

proses pengambilan keputusan.

Pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan

menjadi sorotan penting menurut pakar kepariwisataan dunia. Murphy (1988), Larry

Dawyer, Peter Forsyth dan Wayne Dwyer (2010) dalam Sunaryo (2013:219)

pembangunan kepariwisataan harus merupakan suatu kegiatan yang berbasis pada

komunitas, dengan faktor utama bahwa sumber daya dan keunikan komunitas lokal

baik berupa elemen fisik maupun non fisik (tradisi dan budaya) yang melekat pada

komunitas tersebut harus menjadi penggerak utama dalam pariwisata tersebut.

Sunaryo (2013:218) menyatakan bahwa untuk mewujudkan pengembangan

pariwisata berjalan dengan baik dan dikelola dengan baik maka hal yang paling

mendasar dilakukan adalah bagaimana memfasilitasi keterlibatan yang luas dari

komunitas lokal dalam proses pengembangan dan memaksimalkan nilai manfaat

sosial dan ekonomi dari kegiatan pariwisata untuk masyarakat setempat. Masyarakat

lokal memiliki kedudukan yang sama pentingnya sebagai salah satu pemangku

kepentingan (stakeholder) dalam pembangunan kepariwisataan, selain pihak

pemerintah dan industri swasta.


Berdasarkan konsep pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan

kepariwisataan maka upaya pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan pada

hakikatnya harus diarahkan pada beberapa hal sebagai bertikut:

a. Meningatnya kapasitas, peran dan inisiatif masyarakat pembangunan

kepariwisataan.

b. Meningkatnya posisi dan kualitas keterlibatan/partisipasi masyarakat.

c. Meningkatnya nilai manfaat positif pembangunan kepariwisataan bagi

kesejahteraan ekonomi masyarakat.

d. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam melakukan perjalanan wisata

(Sunaryo (2013: 219).

Lebih lanjut dikemukakan oleh Sunaryo (2013: 138) bahwa dalam pembangunan

kepariwisataan yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat menjadi isu strategi

pengembangan kepariwisataan saat ini. Dalam khasanah ilmu kepariwisataan, strategi

tersebut dikenal dengan istilah community based tourism (CBT) atau pariwisata

berbasis masyarakat. Konstruksi pariwisata berbasis masyarakat (community based

tourism) ini pada prinsipnya merupakan salah satu gagasan yang penting dan kritis

dalam perkembangan teori pembangunan kepariwisataan konvensional (growth

oriented model) yang seringkali mendapatkan banyak kritik telah mengabaikan hak

dan meminggirkan masyarakat lokal dari kegiatan kepariwisataan di suatu destinasi.

Murphy dalam Sunaryo (2013: 139) menyebutkan bahwa pada hakikatnya

pembangunan kepariwisataan tidak bisa lepas dari sumber daya dan keunikan

komunitas lokal, baik berupa elemen fisik maupun non fisik (tradisi dan budaya),

yang merupakan unsur penggerak utama kegiatan wisata itu sendiri sehingga
semestinya kepariwisataan harus dipandang sebagai kegiatan yang berbasis pada

komunitas. Batasan pengertian pariwisata berbasis masyarakat atau community based

tourism sebagai berikut:

a. Wujud tata kelola kepariwisataan yang memberikan kesempatan kepada

masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat aktif dalam manajemen

dan pembangunan kepariwisataan yang ada.

b. Wujud tata kelola kepariwisataan yang dapat memberikan kesempatan

pada masyarakat yang terlibat langsung dalam usaha - usaha

kepariwisataan juga bisa mendapatkan keuntungan dari kepariwisataan

yang ada.

c. Bentuk kepariwisataan yang menuntut pemberdayaan secara sistematik

dan demokratis serta distribusi keuntungan yang adil kepada masyarakat

yang kurang beruntung yang ada di destinasi.

Sedangkan menurut Hudson dan Timothy (1999) dalam Sunaryo (2013:139)

pariwisata berbasis masyarakat atau community based tourism merupakan

pemahaman yang berkaitan dengan kepastian manfaat yang diperoleh oleh

masyarakat dan adanya upaya perencanaan pendampingan yang membela masyarakat

lokal serta kelompok lain yang memiliki ketertarikan atau minat kepada

kepariwisataan setempat, dan tata kelola kepariwisataan yang memberi ruang kontrol

yang lebih besar untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Pariwisata berbasis masyarakat atau community based tourism berkaitan erat

dengan adanya kepastian partisipasi aktif dari masyarakat setempat dalam

pembangunan kepariwisataan yang ada. Partisipasi masyarakat dalam pariwisata


terdiri dari atas dua perspektif, yaitu pasrtisipasi masyarakat dalam proses

pengambilan keputusan dan partisipasi yang berkaitan dengan distribusi keuntungan

yang diterima oleh masyarakat dari pembangunan pariwisata. Oleh karena itu pada

dasarnya terdapat tiga prinsip pokok dalam strategi perencanaan pembangunan

kepariwisatan yang berbasis pada masyarakat atau community based tourism, yaitu :

a. Mengikutsertakan anggota masyarakat dalam pengambilan keputusan.

b. Adanya kepastian masyarakat lokal menerima manfaat dari kegiatan

kepariwisataan.

c. Pendidikan Kepariwisataan bagi masyarakat lokal (Sunaryo, 2013: 140).

Suansri (2003) menyebutkan beberapa prinsip dari Comunity-Based

Tourism yang harus dilakukan, yaitu: 1) mengenali, mendukung, dan

mempromosikan kepemilikan masyarakat dalam pariwisata; 2) melibatkan anggota

masyarakat dari setiap tahap pengembangan pariwisata dalam berbagai aspeknya, 3)

mempromosikan kebanggaan terhadap komunitas bersangkutan; 4) meningkatkan

kualitas kehidupan; 5) menjamin keberlanjutan lingkungan; 6) melindungi ciri khas

(keunikan) dan budaya masyarakat lokal; 7) mengembangkan pembelajaran lintas

budaya; 8) menghormati perbedaan budaya dan martabat manusia; 9)

mendistribusikan keuntungan dan manfaat yang diperoleh secara proporsioanal

kepada anggota masyarakat; 10) memberikan kontribusi dengan persentase tertentu

dari pendapatan yang diperoleh untuk pengembangan masyarakat; dan 11)

mnonjolkan keaslian hubungan masyarakat dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat tersebut terlihat bahwa Comunity-Based Tourism

(CBT) sangat berbeda dengan pengembangan pariwisata pada umumnya (mass


tourism). Dalam CBT, komunitas merupakan aktor utama dalam proses

pembangunan pariwisata, dengan tujuan utama untuk peningkatan standar kehidupan

masyarakat

2.7. Kerangka Pikir

Pariwisata Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka

membantu pemasukan negara. Pariwisata sebagai suatu sektor ekonomi yang

memiliki dampak berjenjang (Multiplier effect) mampu menghidupkan berbagai

sektor ekonomi lainnya, seperti transportasi, perhotelan, kuliner, budaya dan lain

sebagainya, selanjutnya pariwisata mampu menarik tenaga kerja yang banyak.

Artinya, potensi pertumbuhan ekonomi akan semakin besar melalui pengelolaan

pariwisata yang baik.

Pariwisata ini tentu saja tidak akan berjalan dengan sendirinya, namun

dibutuhkan beberapa faktor penting pendukungnya. Salahsatu faktor pendukung yang

penting yaitu peranan pemerintah, baik itu dalam hal pembuatan kebijakan yang

mendukung, maupun sebagai promotor utama ke dalam maupun ke luar negeri.

Melalui kebijakan yang diambil oleh pemerintah, diharapkan sektor pariwisata dari

waktu ke waktu menjadi berkembang dan lebih kuat.

Melalui perannya sebagai promotor, pemerintah diharapkan mampu mengangkat

potensi-potensi pariwisata di Indonesia yang dirasa masih belum optimal

pengelolaannya. Sebagaimana dijelaskan Pendit (2003) bahwa peran pemerintah dan

rakyat adalah penting dalam rangka mengembangkan potensi pariwisata di negara

atau daerahnya. Artinya, pemerintah berkewajiban untuk mengeluarkan kebijakan


yang berpihak pada perlindungan dan peningkatan sektor pariwisata, lalu rakyat harus

selalu mendukung berbagai kebijakan

Dengan melihat fakta fakta yang telah dijelaskan sebelumnya, maka keberhasilan

di sektor pariwisata tidak akan bisa dilepaskan dari peran Pemerintah selain sebagai

motivator, juga untuk meningkatkan sebagai dinamisator, fasilitator, dan sekaligus

implementor. Peran-peran tersebut direalisasikan melalui berbagai program demi

tercapainya pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism). Setiap desa

memiliki potensi pariwisata tersendiri dima desa kuwum memiliki potensi alam,

budaya, hasil alam yang mempu untuk menarik perhatian wisatawan jika dikelola

dengan baik. Namun banyak kendala yang mengakibatkan perlunya perhatain

pemerintah dan masyarakat untuk kemajuan pariwisata desa kuwum.


KERANGKA PIKIR

PARIWISATA DI DESA KUWUM

MASYARAKAT PEMERINTAH

PENGEMBANG DESA WISATA

PARIWISATA BERBASIS
MASYARAKAT

POTENSI MASALAH

ANALISA

STRATEGI

PENGEMBANGAN DESA WISATA


BERBASIS MASYARAKAT
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi potensi, di mana akan

melakukan eksplorasi terhadap pembentukan desa wisata di desa kuwum.

Penelitian eksplorasi diartikan oleh (Moleong 2002) sebagai proses menentukan

apaka intervensi sosial telah menghasilkan hasil yang diinginkan. Penelitian ini di

tunjukan untuk mengetahui pontensi dan strategi dalam pembentukan desa wisata

di desa kuwum. Penelitian ini dilakukan dengan analisis SWOT.

Menurut Freddy (2004) Proses pengambilan keputusan strategi selalu

berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan.

Dengan demikian, perencanaan strategi harus menganalisa faktor kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman dalam kondisi yang saat ini. Analisa SWOT

menggambarkan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi dan mampu

memberikan solusi untuk permasalahan yang sedang dihadapi. Komponen analisis

SWOT ada 4 yaitu: Analisis SWOT terdiri dari empat faktor yaitu :

a. Strenght-S (Kekuatan); Analisa kekuatan merupakan kondisi kekuatan

yang dimiliki perusahaan atau organisasi saat ini. Kekuatan ini

dimanfaatkan untuk menghadapi persaingan.

b. Weakness- W (Kelemahan); Analisa kelemahan merupakan kelemahan

yang ada di dalam perusahaan atau organisasi saat ini. Kelemahan ini bisa

menjadi kendala dalam mencapai sasaran organisasi dan menghadapi

persaingan.
c. Opprtunity-O (Peluang); Analisa peluang ini menggambarkan kondisi dan

situasi di luar organisasi yang memberikan peluang organisasi untuk

berkembang di masa depan.

d. Threats-T (Ancaman); Analisa ancaman menggambarkan tantangan atau

ancaman yang harus dihadapi organisasi. Ancaman ini berasal dari

berbagai macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dan dapat

menyebabkan kemunduran.

Keempat komponen di atas dituangkan dalam matrik SWOT. Matrik ini dapat

mengambarkan secara jelas peluang dan ancaman (faktor eksternal) yang dihadapi

organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Matrik ini dapat menghasilkan 4 set kemungkinan alternatif strategis.

a. Strategi SO (Strength-Opportunities) menunjukkan pemanfaatan kekuatan

untuk merebut peluang yang ada.

b. Strategi ST (Strenghts-Threats) adalah strategi dalam menggunakan

kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO (Weknesses-Opportunities) merupakan strategi ini diterapkan

berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan

kelemahan yang ada.

d. Strategi WT (Weknesses- Threats) adalah strategi ini berdasarkan pada

kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan

yang ada serta menghindari ancaman.


Kotler (2000) mengelompokkan faktor – faktor lingkungan eksternal sebagai

bagian dari lingkungan makro, dan menambahkan aspek demografi dan alam

kedalamnya. Kekuatan – kekuatan yang ada didalam lingkungan makro ini tidak

dapat dikendalikan dan harus dipantau serta ditanggapi oleh perusahaan karena

lingkungan ini memberikan peluang sekaligus ancaman. Sementara itu David

(2004) dalam Dharasta (2017) mengatakan bahwa lingkungan eksternal terdiri

dari : Kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya demografi dan lingkungan,

kekuatan politik pemerintahan dan hukum, kekuatan teknologi, dan kekuatan

kompetitif.

David (2004) dalam Dharasta (2017) mengatakan bahwa analisis lingkungan

internal membutuhkan pengumpulan asimilasi, dan evaluasi tentang operasi

perusahaan. Analisis internal berguna untuk mengetahui aspek kekuatan dan

kelemahan yang merupakan faktor – faktor penentu keberhasilan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Iskandar (2008) dalam Fitra (2012) menjelaskan bahwa penelitian

deskriptif kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subjektif dalam menjelaskan

segala sesuatu yang ada di lapangan (bersifat empiris) serta berorientasi kepada

upaya untuk memahami fenomena secara menyeluruh. Dalam mendapatkan

informasi mengenai data terkait penulis menggunakan metode studi literatur

melalui data sekunder dari buku, jurnal terkait, Kementrian Pariwisata dan

Kebudayaan, Dinas Pariwisata, situs resmi Desa Kuwum, dan menggunakan

analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

sehingga dapat disimpulkan strategi yang relevan untuk mendukung upaya Desa

Kuwum menjadi desa wisata. Freddy (2014) menyatakan bahwa Analisis SWOT
adalah instrumen perencanaan strategi yang klasik dengan mengunkakan kerangka

kerja kekutan dan kelemahan, pelung dan ancaman, instrumen ini memberikan

cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan suatu

strategi.

3.2. Metode Pengumpulan Data

3.2.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu

data yang diperoleh peneliti secara langsung dari responden atau lokasi

penelitian (Wardiyanta dalam Samaji, 2015:32). Pengumpulan data primer

dilakukan dengan teknik survei melalui wawancara dan pengamatan langsung

terhadap responden yang berada di Objek Wisata Alam Dedari, data skunder

adalah sumber data penelitian yang diperoleh media perantara atau secara

tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip

baik yang di publikasikan maupun yang tidak di publikasikan secara umum.

3.2.2. Sumber data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data skunder :

- Data primer

Data Primer ini diperoleh melalui pengamatan di lapangan dan

wawancara mendalam. Narasumber yang diambil dalam proses

wawancara mendalam ini adalah para pelaku usaha pariwisata di

Desa Wisata Alam Dedari, baik itu pengelola Desa Wisata


Alam Dedari, tokoh masyarakat yang meliputi Kepala Desa, Pokdarwis dan

Tokoh Masyarakat di Desa Wisata Alam Dedari.

- Data skunder

Data skunder dalam penelitian ini digunakan literature yang bersumber

dari penelitian terdahulu/pustaka yang sesuai dengan judul penelitian, arsip-

arsip desa wisata, brosur dan acara peliputan media di Desa Wisata Alam

Dedari.

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian

ini dengan melakukan wawancara, observasi dan mengapdikan dalam bentuk

foto yang berhubungan langsung dengan potensi objek wisata informasi yang

di peroleh sesuai dengan tujuan yang di harapkan.

Teknik pengumpulan data yang di lakukan adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang di selidiki. Observasi dilakukan secara langsung ke

lapangan mengetahui dan mengamati bagaimana Potensi Objek wisata.

b. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak

yang di kerjakan secara sistematis dan berlandaskan kepada pendidikan.

Wawancara di lakukan kepada :

1. Pengelola Desa Wisata Alam Dedari, yang meliputi struktur

kepengurusan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data


informasi mengenai potensi apa saja yang dimiliki Desa

Wisata Alam Dedari sehingga keberadaannya bisa memberikan

manfaat bagi masyarakat sekitarnya.

2. Tokoh masyarakat yang meliputi Kepala Desa, Pokdarwis, Pemuda

dan Tokoh Masyarakat. Wawancara ini dilakukan dalam rangka

menggali informasi mengenai peranan desa wisata dalam

memberdayakan masyarakat.

3. Wisatawan yang berkunjung dipilih untuk memperoleh data

atas kesan dan pesan terhadap pelayanan masyarakat dan para

pengelola Desa Wisata Alam Dedari, serta paket wisata yang

ditawarkan.

Wawancara semacam ini di gunakan untuk menemukan informasi

yang bukan baku atau informasi tunggal. Pertanyaan biasanya tidak di

susun terlebih dahulu, malah di sesuaikan dengan keadaan dan ciri yang

unik dari responden. Pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam

percakapan sehari-hari Dokumentasi Dokumentasi adalah sekumpulan data

verbal yang berupa tulisan dokumen, foto-foto, catatan dokumentasi ini di

gunakan untuk mengambil data. Hasil dokumentasi di sajikan sesuai

dengan data dan persoalan penelitian.

3.3. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan

studi pustaka selanjutnya diolah menjadi informasi yang digunakan untuk


menghasilkan pembahasan penelitian. Tahapan pengelolaan data adalah sebagai

berikut :

- Reduksi Data

Setelah data terkumpul, seluruh data diklasifikasikan dan

diindentifikasi sesuai dengan kebutuhan. Data yang berasal dari

rekaman wawancara mendalam yang menjadi poin penting

maupun kata kunci dari pertanyaan penelitian diubah dalam

bentuk transkrip untuk selanjutnya dapat dilampirkan dalam

pembahasan.

- Penyajian Data

Tahapan ini merupakan tahapan menampilkan data yang telah

diklasifikasikan sebelumnya. Data yang disajikan berbentuk

deskriptif analitik. Data yang telah terkumpul diuraikan dalam

bentuk pembahasan dan di analisis berdasarkan teori

pemberdayaan masyarakat dan perumusan strategi menggunakan

analisis SWOT. Beberapa hasil data yang didapat diuraikan dalam

bentuk tabel dan bagan. Sementara itu, penentuan perumusan

strategi pengembangan pariwisata didasarkan analisa SWOT dan

bentuk pemberdayaan masyarakat Desa Wisata Alam Dedari yang

telah berjalan.

- Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan berisi tentang penjelasan hasil temuan di

lapangan dan hasil analisis yang telah dilakukan. Disusulkan pula


beberapa rekomendasi untuk dapat mencapai strategi-strategi

yang telah dirumuskan sebelumnya.

3.4. Analisis SWOT

Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini

didasarkan pada hubungan atau interaksi antara unsur-unsur internal,

yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur-unsur eksternal

yaitu peluang dan ancaman (Rangkuti, 1999:18-19).

Petunjuk umum yang sering diberikan untuk perumusan

adalah :

- Memanfaatkan kesempatan dan kekuatan (O dan S). Analisis ini

diharapkan membuahkan rencana jangka panjang.

- Mengatasi atau mengurangi ancaman dan kelemahan (T dan W).

Analisis ini lebih condong menghasilkan rencana jangka

pendek, yaitu rencana perbaikan.


Tabel 3.1.

Jenis dan Data Penelitian

Jenis Data Sumber Data Bentuk Data

Primer Observasi Destinasi -Kondisi objek


Pariwisata di wisata
Desa Kuwum
-Kondisi lahan
pertanian

-Jenis – jenis
wisata spiritual

-Kondisi sarana
dan prasarana

Wawancara -Kepala Desa -Jenis dan kegiatan


Kuwum budaya

-Pokdarwis -kegiatan pertanian


(lembaga subak)
-Bendesa Adat
-Keterlibatan
-Kelian Adat
masyarakat dalam
-Masyarakat pengembangan
setempat desa wisata

-Kondisi lembaga
wisata

Rencana -Objek
pengembangan
-Masyarakat
desa wisata
berbasis -Lembaga
masyarakat

Sekunder Studi Buku, jurnal, Teori dan model


Data Kualitatif Kepustakaan artikel yang
terkait dengan
pengembangan
pariwisata
berbasis
masyarakat

Sekunder Pemerintah Pemerintah -Luas wilayah


Kabupaten Daerah (Dinas
-Luas kawasan
Badung: Pariwisata
wisata
Kabupaten
Dinas Pariwisata
Badung) -Jumlah pura
Kabupaten
Data Kuantitatif Badung -Luas lahan
pertanian

-Jumlah
masyarakat

-Kondisi
Infrastruktur

-Jenis – jenis
kelembagaan
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis

Secara geografis Desa Kuwum terletak di Kecamatan Mengwi, Kabupaten

Badung. Desa Dinas Kuwum berbatasan dengan Desa Perean (sebelah utara),

Desa Cau Blayu (sebelah timur), Desa Sembung (sebelah selatan), dan Desa

Marga (sebelah barat). Desa ini memiliki 4 (empat) dusun/banjar, dapat di lihat di

Tabel 4.1. Adapun batas-batas administrasinya yaitu:

• Utara : Desa Perean Kecamatan Baturiti

• Timur : Desa Cau Blayu Kecamatan Marga

• Selatan : Desa Sembung Kecamatan Mengwi

• Barat : Desa Marga Kecamatan Marga

Desa Kuwum merupakan desa dinas yang terdiri dari 4 dusun atau banjar

dinas yaitu Banjar Kuwum, Banjar Nyelati, Banjar Balangan, dan Banjar

Balangan Kangin dapat dilihat pada Tabel 4.1. Secara adat, Desa Kuwum juga

mewilayahi 2 desa adat yaitu Desa Adat Kuwum, dan Desa Adat Balangan.

Tabel 4.1. Nama Banjar Dinas dan Desa Adat di Desa Kuwum

NO Nama Banjar Dinas Nama Desa Adat


1 Banjar Kuwum
Desa Adat Kuwum dan Nyelati
2 Banjar Nyelati

3 Banjar Balangan Desa Adat Balangan dan Balangan


Kangin
4 Banjar Balangan Kangin
Sumber: Profil Desa Kuwum, Tahun 2019
Peta 4. 1 Peta Administrasi Desa Kuwum
Sumber : Hasil Analisis, 2020
4.2. Kondisi Fisik Dasar

Desa Kuwum berada pada topografi yang beragam mulai dari dataran tinggi

dam pengunungan. Untuk kawasan penelitian terletak pada daerah perbukitan

dengan kemiringan rata-rata 8 – 15% dan 40 – 80 %. Desa Kuwum memiliki

curah hujan 620 mm/tahun dan suhu udara berkisar antara 28ᴼ C -30ᴼC.

Secara geologi, jenis tanah di Desa Kuwum adalah latosol yang merupakan

hasil pelapukan material vulkanik Gunung Agung. Latosol adalah jenis tanah

yang subur yang memiliki potensi dalam bidang pertanian dan perkebunan.

Sumber mata air Desa Kuwum sebagian besar berasal dari Danau Beratan

kemudian mengalir lewat Tukad Balian.

a. Pengunaan Lahan di Desa Kuwum

Penggunaan Lahan di wilayah Desa Kuwum dapat dibagi menjadi dua

bagian utama yaitu kawasan terbangun dan kawasan tak terbangun. Adapun jenis

– jenis pengunaan lahan di Desa Kuwum antara lain luas penggunaan lahan sawah

sebesar 30,27 Ha sekitar 10,66%, luas penggunaan ladang sebesar 107,80 Ha

sekitar 37,96%, luas penggunaan lahan pekarangan sebesar 81 Ha sekitar 28,52%,

luas penggunaan lahan perkebunan sebesar 50 sekitar 17,61%, dan luas

penggunaan lahan umum sebesar 14,93 Ha sekitar 5,26%, dapat dilihat pada

Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Penggunaan Lahan di Desa Kuwum

NO Penggunaan Lahan Luas


1 Luas tanah sawahh 30,27 Ha
2 Luas ladang 107 Ha
3 Luas tanah pekarangan 81 Ha
4 Luas tanah perkebunan 50 Ha
5 Luas fasilitas umum 14,93 Ha
a. Lapangan olah raga 1 Ha
b. Perkantoran pemerintahan 2,43 Ha
c. Tempat pemakaman desa/umum 3 Ha
d. Tempat pembuangan sampah 0,50 Ha
e. Bangunan sekolah 0,50 Ha
f. Pertokoan 2 Ha
g. Fasilitas pasar 1,50 Ha
h. Jaringan Jalan 4 Ha
Total 284,00 Ha
Sumber: Profil Desa Kuwum, Tahun 2019
Gambar 4.1 Penggunaan Lahan Desa Kuwum
Sumber Dokumentasi Pribadi
Peta 4.2 Penggunaan Lahan Desa Kuwum
Sumber : Hasil Analisis, 2020
4.3. Kondisi Demografi

a. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah, Umur, dan Jenis Kelamin

Berdasarkan Profil Desa Kuwum pada tahun 2019, jumlah penduduk laki –

laki 1.541 jiwa, angka tersebut menyatakan bahwa jumlah penduduk laki – laki

lebih sedikit dari pada perempuan yang berjumlah 1.575 jiwa dengan perbedaan 4

orang di wilayah studi dengan sex ratio sebagai berikut. Persentase sex ratio

adalah 99,74%. Karena selisih jumlah penduduk laki - laki dan perempuan tidak

terlalu besar, sehingga dengan demikian dapt dikatakan cukup seimbang, dimana

terdapat 1 orang laki – laki diantara 1 orang perempuan yang dapat dilihat pada

Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Komposisi Jumlah, Umur, dan Jenis Kelamin Penduduk Desa Kuwum

LAKI -
NO KELOMPOK UMUR JUMLAH PEREMPUAN
LAKI
1 0-4 186 98 88
2 5-9 224 108 116
3 10-14 229 128 101
4 15-19 214 104 110
5 20-24 211 112 99
6 25-29 187 95 92
7 30-34 184 92 92
8 35-39 247 112 135
9 40-44 189 96 93
10 45-49 278 133 145
11 50-54 232 117 115
12 55-59 225 117 108
13 60-64 143 67 76
14 65-69 114 53 61
15 70-74 110 48 62
16 75+ 143 61 82
Total 3116 1541 1575
Sumber : Profil Desa Kuwum, 2019

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, pada tahun 2019 jumlah penududuk yang

tidak/belum sekolah sekitar 696 jiwa atau 23,32%, masih TK/Play Group 62 jiwa

atau 2,08%, tamat SD 635 jiwa atau 21,28%, tamat SMP 344 jiwa atau 11,53%,

tamat SLTA 973 jiwa atau 32,61%, Tamat Diploma / Sarmud 65 jiwa atau 2,18%

dan Tamat sarjana 209 jiwa atau 7,00%. Dari 2984 jiwa seluruh masyarakat di

Desa Kuwum sudah pernah mengenyam pendidikan, beberapa masih dalam

proses belajar dan terdapat pula peduduk yang tidak pernah sekolah maupun tidak

tamat sekolah tingkat SD yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

LAKI -
NO TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN
LAKI
1 Usia 3 - 6 tahun yang belum Masuk tk 56 40
2 usia 3 - 6 tahun yang sedang TK/play group 24 38
3 usia 7 - 18 tahun tidak pernah sekolah 276 265
4 usia 18 - 56 tahun tidak pernah sekolah 12 24
5 usia 18 - 56 tahun pernah sd tetapi tidak tamat 20 3
6 tamat sd/sederajat 275 360
7 tamat smp/sederajat 171 173
8 tamat sma/sederajat 552 421
9 tamat D-1/sederajat 15 13
10 tamat D-3/sederajat 17 20
11 tamat S-1/sederajat 103 94
12 tamat S-2/sederajat 7 5
Total 1541 1575
Sumber : Profil Desa Kuwum 2019

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

Berdasarkan rincian penduduk menurut mata pencaharian terdapat beberapa

sumber mata pencaharian diantaranya pertanian bahan makanan, peternakan,

perikanan, perkebunan, perdagangan, industri, listrik, gas, air minum, angkutan,

komunikasi, bank, lembaga keuangan, pemerintahan, jasa – jasa dan konstruksi.

Sehingga didapatkan jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 1.992 jiwa atau

65,57% dari jumlah penduduk keseluruhan di wilayah studi yang dapat dilihat

selengkapnya pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

NO JENIS PEKERJAAN LAKI - LAKI PEREMPUAN


1 PETANI 563 268
2 PEGAWAI NEGERI SIPIL 20 22
3 PEDAGANG BARANG KELONTONG 78 5
4 PETERNAK 186 132
5 TNI 7 0
6 POLRI 6 0
7 TUKANG KAYU 68 0
8 PELAJAR 300 303
9 TUKANG JAHIT 2 19
10 TUKANG KUE 0 4
11 TUKANG RIAS 0 8
12 TUKANG GIGI 1 0
13 TUKANG LISTRIK 2 0
Total 1.231 761
Sumber : Profil Desa Kuwum 2019
4.4. Kondisi Sosial Budaya

1. Sistem Kemasyarakatan dan Kelembagaan

Pada umumnya di Bali, terdapat dua jenis sistem pemerintahan yaitu

pemerintahan Desa Dinas dan Desa Adat. Desa Dinas dipimpin oleh seorang

Kepala Desa/Perbekel sedangkan pada Desa Adat dipimpin oleh seorang Bendesa

Adat. Khusus untuk Desa Adat, di wilayah penelitian terdapat dua Desa Adat,

yaitu Desa Adat Kuwum Nyelati dan Desa Adat Balangan. Di masing – masing

Desa Adat terdapat dua Banjar Adat, yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel

4.6.

Tabel 4.6 Komposisi Pembagian Desa Adat

No Nama Desa Adat Nama Banjar Adat


Banjar Adat Kuwum
1 Desa Adat Kuwum Nyelati
Banjar Adat Nyelati
Banjar Adat Balangan
2 Desa Adat Balangan
Banjar Adat Balangan Kangin
Sumber : Profil Desa Kuwum 2019

Masing – masing Banjar Adat dipimpin oleh seorang Kelian Adat. Selain

mengurus Banjar Adat, Kelian Adat juga wajib membantu Bendesa Adat dalam

menjalankan setiap kegiatan adat/budaya di masing – masing Desa Adat.

Dalam menjalankan kegiatan Desa Adat, terdapat peraturan yang menjadi

pedoman dalam menjalankan setiap kegiatan berupa Awig – Awig dan Perarem

Desa Adat , maupun Awig – Awig dan Perarem di masing – masing Banjar Adat.
Setiap masyarakat yang tinggal di Wilayah Penelitian diwajibkan untuk mengikuti

setiap kegiatan adat yang berlangsung di tempat mereka tinggal.

Gambar 4.2 Balai Banjar


Sumber Dokumentasi Pribadi

2. Tempat Suci dan Kawasan Suci

Di Wilayah Penelitian terdapat 14 buah Pura yang terdiri dari Pura

Kahyangan Tiga (Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem), Pura Keluarga/Pura

Dadia, dan Pura Umum lainnya sesuai dengan kepercayaan maupun sejarah di

masing – masing Desa Adat. Nama-nama pura yang terdapat antara lain sebagai

berikut :
Tabel 4.7 Nama – Nama Pura di Desa Kuwum
No Nama Lokasi

1 Pura Desa Dan Puseh Desa Adat Kuwum Nyelati Desa Adat Kuwum Nyelati

2 Pura Dalem Banjar Kuwum Banjar Kuwum

3 Pura Subak/Kaja Banjar Kuwum

4 Pura Dugul Banjar Kuwum

5 Pura Dalem Banjar Nyelati Banjar Nyelati

6 Pura Dalem Harum Banjar Nyelati Banjar Nyelati

7 Pura Taman Beji Pancoran Dedari Banjar Nyelati

8 Pura Desa Dan Puseh Desa Adat Balangan Desa Adat Balangan

9 Pura Dalem Surya Desa Adat Balangan

10 Pura Pucak Padang Dawa Desa Adat Balangan

11 Pura Melanting Desa Adat Balangan

12 Pura Dalem Desa Adat Balangan Desa Adat Balangan

13 Pura Tapang Desa Adat Balangan

14 Pura Neji Buka Desa Adat Balangan


Gambar 4.3 Sebaran Pura di Desa Kuwum

Sumber Dokumentasi Pribadi


Peta 4.3 Sebaran Pura
Sumber : Hasil Analisis, 2020
peta 4.4 Batas – Batas Desa Adar Dan Banjar
Sumber : Hasil Analisis, 2020
4.5. Kondisi Fasilitas Jaringan Jalan

Kawasan Desa Kuwum dilintasi oleh jalan kolektor primer yang tepat

berada di tengah – tengah wilayah Desa Kuwum. Selain jalan kolektor, Desa

Kuwum juga memiliki jalan lingkungan yang menghubugkan antar rumah

maupun antar desa di sekitar Desa Kuwum. Kondisi jalan di Desa Kuwum

pada umumnya masih baik dengan perkerasan homix, beton dan paving.

Untuk perkerasan hotmix biasanya digunakan pada jalan – jalan utama,

untuk perkerasan paving digunkan untuk jalan gang di sekitar rumah

penduduk dan untuk perkerasan beton digunakan untuk jalan di area

persawahan. Menurut data profil Desa Kuwum Tahun 2020, panjang jalan

yang terdapat di Desa Kuwum adalah sekitar 6,90 Km. Berikut ini gambaran

mengenai kondisi jaringan jalan yang terdapat di Desa Kuwum.

Gambar 4.4 Kondisi Jaringan Jalan


Sumber Dokumentasi Pribadi
Peta 4.5 Jaringan Jalan
Sumber : Hasil Analisis, 2020
4.6. Tinjauan Kebijakan

Untuk tinjauan kebijakan yang menetapkan Desa Kuwum sebagai Kawasan

Desa Wisata masih dalam tahap pengajuan. Pemerintah Desa Kuwum

bekerjasama dengan anggota DPR Kabupaten Badung Bapak I Wayan Regep, SH

sudah mengajukan Desa Kuwum sebagai kawasan Desa Wisata sejak tahun 2017.

Pada saat ini posisinya masih dalam tahap penyusunan dokumen Rencana Induk

Pariwisata Daerah (RIPDa) pada Dinas Pariwisata Kabupaten Badung. Walaupun

demikian, Pemerintah Desa Kuwum sudah mulai bergerak membangun potensi –

potensi objek wisata yang nantinya akan dijadikan daya tarik bagi wisata. Hal ini

juga bertujuan untuk memperkuat posisi Desa Kuwum sebagai salah satu kawasan

yang dapat dikembangkan sebagai Desa Wisata.

4.7. Sejarah Lokasi Penelitian

Berdasarkan sejarah disebutkan seorang Brahmana yang merupakan pamili

perempuan Ida I Gusti Agung Made Griya yang kawin ke Buruan Sanur. Beliau

diutus ke Kerajaan Mengwi untuk mencari Keputusan Raja tentang siapa yang

akan menjadi Raja sementara di Kerajaan Mengwi. Akirhirnya sang Brahmanalah

yang ditunjuk oleh Raja Mengwi atau Cokordo Mengwi. Kemudian Beliau atau

Brahmana membawa berita tersebut ke Buruan, Sanur. Dan keputusan tersebut

disampaikan kepada Ida I Gusti Ketut Kengetan (I Gusti Agung Ketut Griya ). Ida

bersama Istri keluar menanyakan hasil musyawarah dengan Raja Mengwi yang

isinya Bahwa keputusan Raja, Sekarang sementara dipegang oleh seorang

Brahmana, Mengapa? Karena permaisuri Raja atau Cokordo adalah seorang janda

dan mempunyai anak masih kecil, dan itu kemungkinan Beliau tidak mampu
memerintah rakyatnya sendiri. Dan sekarang disebutlah seorang pemimpin baru

seorang Brahmana, kata beliau biarkan saja Kengetan, Katiklantang dan Samu

dirampas oleh Gianyar yang sukar sekali dipertahankan dan direbut kembali. Ada

soal yang lebih peting kita bicarakan saudaraku, bahwa sekarang di Desa

Sembung yang sejak lama berupa alas yang perlu yang perlu kiranya dibangun

kembali karena semua penduduk telah pergi ke desa lain atas bujukan dan ditakut-

takuti olehh yang berkuasa di Marga dan di Perean yang diakibatkan oleh

perselisihan paham dengan Raja Mengwi dahulu.

Dan sekarang berbondong - bondong orang – orang sembung, Kranjung dan

Nyelati pindah ketempat – tempat lain, terutama ke Marga. Sampai orang – orang

di sembung karena banyaknya pindah ke Marga, lalu disana di dirikan Pura Desa

sendiri yang diberi nama Bale Agung, dan terkenal dengan nama “Bale Agung

Sembung”. Demikian pula orang – orang Sembung Sobangan sebelum pergi ke

Marga telah mendirikan Pura Dalem Sekalan yang berdiri di Sembung Sobangan

sendiri, demikian pula di Marga ada Pura Dalem Sekalan.

Perintah dari maha Patih Mengwi supaya I Gusti Agung Kengetan/Ida I Gusti

Agung Ketut Griya supaya secepatnya pergi ke Sembung untuk mendirikan Desa

Sembung yang Baru. Dalam memperkokoh desa itu disekitarnya sebagai benteng

sebagai perbatasan yang teguh, supaya jangan sampai Kerajaan Mengwi diserang

dari belakang yaitu dari sebelah utara. Agar diusahakan sebanyak mungkin orang

perarudan dari Kengetan dan sekitarnya seperti Tauman, Belang, Belang Panda,

Pasekan dan Dajan Peken, agar bekas Rakyat Kengetan tersebut ditampung di
Sembung Baru. Juga bekas Keranjung, Nyelati dan Kuwum Agar diusahakan di

beri penduduk baru, sebab dikawatirkan Kerajaan Mengwi muda diserang dari

utara. Dan sekarang I Gusti Agung Ketut Griya/I Gusti Ketut Kengetan berbicara

dengan istrinya mengenai hal tersebut diatas. Istri beliau sangat setuju dan berkata

kalau kita berangkat ke Sembung bersama anak kita dan kita sudah tau dan kita

punya anak cuman satu yang akan meneruskan Pemerintahan kita disana

(Sembung).

Guna memenuhi keputusan Maha Patih di Mengwi kepada Sang Brahmana,

Bliau mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan yang telah diberikan, juga

mengharapkan Agar Beliau (Brahmana) tetap bersedia membantu memberikan

nasehat dan lain – lainnya bila diperlukan dan sekarang beliau membuat

pemerintahan yang pertama di Puri Sembung.

Lama – lama karena di Nyelati, Kuwum, Keranjung dan Balangan masih

berupa alas untuk menangkal serangan dari musuh (Marga dan Perean)

diperintahkan Anak Agung Gede Rai supaya membuat kerajaan kecil yang kedua

di Banjar Nyelati yaitu berdirinya pada tahun 1870 dengan diiringi oleh

pengikutnya + 800 orang. Anak Agung Gede Rai keluarga dai I Gusti Agung

Ketut Griya atau I Gusti Agung Ketut Kengetan di Puri Sembung. Jumlah tanah

yang dapat digarap rayatnya tidak seimbang dengan jumlah pengikutnya (kurang)

kemudian pada tahun 1875 beliau memperluas daerah sampai ke Banjar Kuwum,

dimana beliau membuat pusat pemerintahan di Jero Kuwum dan akhirnya beliau

dapan membagikan tanah garapan yang sama dengan yang lainnya. Rakyat mulai
membangun kubu – kubu oleh masyarakat kemudian di sebut Kuwu dan akirnya

mejadi Kuwum. Setelah pemerintahannya berjalan + 400 Tahun Ida Anak Agung

Gede Rai berpikir bagaimana cara agar masyarakat tentram, damai dan sejahtera.

Kemudian beliau Bersemedi/Tapa Berata di Pura Dalem Surya dan beliau

mendapatkan penugran/paica yang langsung disungsung di Jero Gede Kuwum

dan akhirnya masyarakat Idane Tentram, adil dan mamur. Barulah lama – lama di

bangun Desa Balangan yang berada sekarang. Akirnya masyarakat Desa Kuwum

bisa melaksanakan pembangunan secara gotong royong berdasarkan Gemah

Ripah Loh jiwane paras paros sarpenanye selunglung sebayan taka.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

9.1. Potensi dan Permasalahan Pengembangan Desa Wisata Berbasis

Partisipasi Masyarakat di Desa Kuwum

9.1.1. Potensi Pengembangan Desa Wisata Kuwum

Desa Wisata Kuwum menawarkan pariwisata berbasis agrowisata dengan

mengutamakan pemandangan alam dan budaya masyarakat dalam kegiatan

wisatanya. Pada saat ini pemerintah Desa Kuwum sedang melakukan penataan

terhadap potensi – potensi wisata yang ada maupun mengembangkan objek wisata

baru, sehingga nantinya dapat menarik perhatian wisatawan domestik maupun

mancanegara untuk berkunjung. Secara umum jenis – jenis kegiatan wisata yang

ditawarkan misalnya seperti wisata budaya/spiritual, wisata bahari, wisata

komersial dan lain – lain. Adapun potensi – potensi wisata yang terdapat di Desa

Kuwum antara lain sebagai berikut :

1. Objek Wisata Pura Taman Beji Pancoran Dedari

Pura Taman Beji Pancoran Dedari berada di kawasan Banjar Nyelati. Pura

Beji ini adalah pura yang berfungsi sebagai beji atau tempat pembersihan bagi

Sesuwunan (Manifestasi Tuhan bagi umat Hindu) yang berada di Desa Adat

Kuwum Nyelati maupun Desa Adat Balangan. Lokasi Pura Taman Beji Pancoran

Dedari berada di area tebing, sehingga memberikan pemandangan alam yang

cukup menarik. Rencananya Pura Taman Beji Pancoran Dedari ini akan tata

menjadi objek wisata spiritual. Pura Taman Beji Pancoran Dedari ini akan
dijadikan tempat Melukat (pembersihan) bagi wisatawan (khusunya umat Hindu).

Selain dijadikan tempat Melukat, wisatawan lain juga dapat berkunjung sambil

menikmati pemandangan alam atau melihat wisatawan lain yang sedang Melukat.

Gambar 5.1 Pura Taman Beji Pancoran Dedari


Sumber Dokumentasi Pribadi
2. Objek Wisata Taman Pura Dalem Banjar Nyelati

Daya tarik wisata yang disajikan oleh Objek wisata ini adalah berupa

pemandangan taman dan kolam ikan yang dapat dijadikan tempat berfoto bagi

wisatawan. Background Pura Dalem Banjar Nyelati ini diharapkan dapat

menambah nilai visual dari Objek Wisata Taman Pura Dalem Banjar Nyelati ini.

Gambar 5.2 Taman Pura Dalem Banjar Nyelati


Sumber Dokumentasi Pribadi
3. Jogging Track atau Jalur Sepeda Banjar Nyelati

Pada tahun 2019, Pemerintah Desa Kuwum membuka jalur jogging track

melingkar di kawasan tegalan yang berada di Banjar Nyelati. Pada saat ini jalur

jogging track tesebut sudah selesai dibangun dan dapat dilintasi oleh masyarakat

sekitar. Pada jalur ini menawarkan pemandangan alam dengan view tebing,

tegalan dan juga sungai (Tukad Yeh Sungi) di sepanjang sebelah barat jalur ini.

Wisatawan yang berkunjung dapat mengelilingi jalur ini baik dengan berjalan

kaki, bersepeda maupun dengan mengendarai sepeda motor. Panjang jalur ini

adalah sekitar 6,20 Km dengan menggunakan perkerasan aspal. Rencananya di

sepanjang jalur ini akan dilakukan penataan dengan menanam pohon – pohon

berbuah seperti pohon pisang, pohon manggis, pohon durian, dan lain – lain.

Gambar 5.3 Jogging Track atau Jalur Sepeda Banjar Nyelati

Sumber Dokumentasi Pribadi

4. Objek Wisata Sungai (Tukad Yeh Sungi)

Objek wisata Sungai (Tukad Yeh Sungi) adalah jenis objek wisata yang

memanfaatkan aliran Sungai Yeh Sungi untuk melakukan kegiatan wisata. Di sini
wisatawan dapat melakukan kegiatan pemandian atau memancing di aliran sungai.

Sungai (Tukad Yeh Sungi) merupakan sungai dengan aliran air yang tidak terlalu

deras dan juga terdapat bebatuan di tengah – tengah sungai. Bebatuan tersebut

dapat dimanfaatkan untuk tempat berpijak maupun duduk – duduk santai sambil

menikmati pemandangan aliran air sungai. Seperti yang sudah dijelaskan di atas,

bahwa Sungai (Tukad Yeh Sungi) ini berada di pinggiran sebelah barat jalur

jogging track yang baru di buka. Jadi selain melakukan kegiatan jogging atau

bersepeda di jalur tersebut, wisatawan juga dapat beristirahat sambil mandi atau

kegiatan lainnya di pinggiran sungai ini.

Gambar 5.4 Tukad Yeh Sungi

Sumber Dokumentasi Pribadi

5. Objek Wisata Kolam Julit (Ikan Sidat)

Objek Wisata Kolam Julit ini juga berlokasi di pinggir jalur jogging track

yang ada di Banjar Nyelati. Pada saat ini objek wisata Kolam Julit ini masih

dalam tahap perencanan. Nantinya Objek Wisata Kolam Julit ini akan menyajikan

kegiatan peternakan Ikan Julit (Ikan Sidat). Kolam Julit ini akan dibangun di
pinggiran Sungai (Tukad Yeh Sungi). Kegiatan yang ditawarkan pada wisatawan

pada kolam ini adalah melihat proses peternakannya, memberikan makan atau

hanya sekedar berfoto.

6. Objek Wisata Bendungan Canging

Di ujung Utara kawasan Banjar Nyelati terdapat sebuah bendungan yang

bernama Bendungan Canging. Bendungan ini merupakan bendungan pembagi

yang mengalirkan air ke Sungai (Tukad Yeh Sungi) dan ke area persawahan yang

terdapat di Kawasan Banjar Kuwum dan Banjar Nyelati. Objek wisata ini masih

menawarkan pemandangan alam bebas dan juga aliran Sungai (Tukad Yeh

Sungi).

Gambar 5.5 Bendungan Canging

Sumber Dokumentasi Pribadi

7. Objek Wisata Pura Dalem Harum

Pura Dalem Harum adalah pura yang memiliki nilai sejarah. Pura ini

awalnya merupakan Pura Dalem milik Desa Perean Kabupaten Tabanan. Pada

awalnya kawasan Desa Kuwum masuk daerah milik Kerajaan Puri Perean.
Setelah dikalahkan oleh Kerajaan Mengwi, akhirnya wilayah Desa Kuwum

menjadi milik kerajaan Mengwi Pada awalnya Desa Perean masih mengempon

Pura Dalem yang terdapat di Kawasan Desa Nyelati. Namun, pada suatu saat

dikatakan masyarakat yang sedang melakukan persembahyangan di Pura ini

diserang oleh hama semut. Sehinga akhirnya masyarakat di Banjar Nyelati – lah

yang mengempon Pura Dalem Harum ini. Selain nilai sejarah, terdapat pula

peninggalan – peninggalan berupa arca yang masih di simpan di dalam Pura.

Prihal tersebutlah yang menjadi daya tarik wisata di Pura Dalem Harum ini.

Gambar 5.6 Pura Dalem Harum

Sumber Dokumentasi Pribadi

8. Objek Wisata Wahana Terowongan Air

Sama seperti Objek Wisata Kolam Julit, Objek Wisata Wahana Terowongan

air ini masih dalam tahap perecanaan. Rencananya terowongan ini akan di bangun

dari aliran air yang melewati Bendungan Canging. Wisatawan nantinya akan

diajak melakukan kegiatan permainan air yang melewati terowongan dari

Bendungan Canging sampai di sebelah utara Pura Dalem Banjar Nyelati. Kegiatan
wisata ini tentunya memerlukan dana yang cukup besar, oleh karena itu dibuatkan

rencana alternatif untuk menjadikan kawasan ini sebagai kawasan bumi

perkemahan. Nantinya apabila yang akan berjalan adalah kegiatan bumi

perkemahan, maka selain berkunjung wisatawan juga dapat menginap dengan cara

berkemah di kawasan ini.

Gambar 5.5 Kawasan Wahana Terowongan Air

Sumber Dokumentasi Pribadi

9. Objek Wisata Pertenakan Madu Lebah Hitam

Di Desa Adat Balangan saat ini terdapat beberapa masyarakat yang

mengembangkan peternakan madu lebah hitam (kele – kele). Masyarakat tersebut

memanfaatkan pekarangan rumah dan juga pekarangan belakang rumah (tebe)

yang mereka miliki untuk mengembangkan peternakan lebah hitam. Kegiatan

wisata yang ditawarkan pada wisatawan adalah melihat peternakan lebah hitam

sambil menghisap madu langsung dari sarangnya. Objek Wisata Peternakan Madu

Lebah Hitam ini dikembangkan secara mandiri oleh pemiliknya masing – masing.

Mulai dari penataan, penyediaan taman, tempat beristirahat bagi para pengunjung

dan lain – lain. Hal lain yang menarik dari Objek Wisata Lebah Hitam ini adalah
terdapat beberapa jenis spesies lebah hitam berbeda yang dipelihara di peternakan

mereka. Selain jenis lebah hitam yang memang umum ada di Bali (jenis

Leavicep), terdapat pula lebah hitam lain seperti jenis Itama (lebah hitam yang

berasal dari Sumatra dan Kalimantan), jenis Torasika (lebah hitam yang berasal

dari Sumatra), Jenis Biroi (lebah hitam yang berasal dari Sulawesi) dan lain – lain.

Gambar 5.5 Objek Wisata Madu Lebah Hitam

Sumber Dokumentasi Pribadi

10. Jogging Track atau Jalur Sepeda di Balangan

Sama seperti di Banjar Nyelati, di kawasan Desa Adat Balangan juga dapat

dijadikan sebagai jogging track atau jalur sepeda. Hanya saja bedanya, bila di

kawasan Banjar Nyelati jogging track dan jalur sepeda berada di kawasan tegalan

dan pinggir sungai, di Desa Adat Balangan jogging track atau jalur sepeda bisa
dilakukan di jalan kawasan permukiman penduduk dan area persawahan. Untuk

jalur sepeda yang ada di Balangan tidak hanya melingkar di kawasan desa saja,

tetapi dapat terintegrasi dengan objek wisata lain seperti, Objek Wisata Sangeh

dan Objek Wisata Taman Mumbul dan berada di Desa Sangeh, Kecamatan

Abiansemal, Kabupaten Badung. Jalur sepeda ini akan dimulai dari depan Pura

Desa Adat Balangan menyisir jalan di kawasan permukiman penduduk, masuk ke

area persawahan yang terdapat di Desa Balangan, kemudian keluar dari area

persawahan kembali menyisir jalan di area rumah penduduk dan berakhir di

Objek Wisata Sangeh atau Objek Wisata Taman Mumbul.

Gambar 5.5 JalurJogging Track atau Jalur Sepeda Desa Balangan

Sumber Dokumentasi Pribadi

11. Rest Area

Untuk mendukung kegiatan Desa Wisata, Pemerintah Desa Kuwum sedang

menyiapkan rest area untuk lokasi parkir bagi wisatawan yang akan berkunjung

maupun masyarakat yang melintas di Desa Kuwum. Di kawasan Rest Area ini

akan dibangun pusat perbelanjaan, tempat istirahat dan lain sebagainya.


Gambar 5.5 Rest Area Desa Kuwum

Sumber Dokumentasi Pribadi


Peta 4.5 Sebaran Potensi Wisata Desa Kuwum
Sumber : Hasil Analisis, 2020
9.1.2. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Kuwum

Partisipasi masyarakat sangatlah penting dalam pengembangan suatu Desa

Wisata. Dimana pada umumnya masyarakat setempatlah yang paling mengetahui

kondisi dari daerah tempat tinggalnya. Rencana Pengembangan Desa Wisata

Kuwum ini juga akan melibatkan masyarakatnya untuk ikut serta dalam

mengembangkan Desa Wisata ini. Pada saat ini bentuk partisipasi masyarakat

dalam pengembangan Desa Wisata Kuwum belum terlalu signifikan. Namun

walaupun demikian sudah terdapat beberapa tindakan partisipasi masyarakat

dalam mendukung jalanya program Desa Wisata Kuwum ini.

Menurut Sunaryo (2013, 140), pada dasarnya terdapat 3 (tiga) prinsip pokok

dalam strategi perencanaan pembangunan Desa Wisata Berbasis Partisipasi

Masyarakat atau community based tourism. Pemerintah Desa Kuwum sendiri,

sudah merencakan dan menjalankan kegiatan – kegiatan tersebut, antara lain

sebagai berikut :

1. Mengikutsertakan Anggota Masyarakat dalam Pengambilan

Keputusan

Pada saat perencanaan pembangunan Desa Kuwum ini, Pemerintah Desa

Kuwum telah melalukan rapat awal dengan masing – masing Bendesa Adat,

Kelian Adat, Kelian Dinas dan anggota Badan Permusyawatan Desa (BPD) yang

ada di Desa Kuwum, untuk membahas rencana pembangunan Desa Wisata ini.

Para Bendesa Adat, Kelian Adat, Kelian Dinas dan BPD ini diminta untuk

mensosialisasikan rencana pembangunan Desa Wisata di masing – masing


wilayah mereka. Kemudian diadakan rapat kembali untuk membahas keputusan

maupun pertanyaan dari masing – masing wilayah Desa Adat maupun Banjar

Adat dan Dinas. Setalah ditemukan kesepatan barulah Pemerintah Desa Kuwum

menjalankan program pembangunan Desa Wisata. Rencananya pada tahap

pelaksanaan, Pemerintah Desa Kuwum juga akan melibatkan massyarakat dalam

pengambilan keputusan untuk pengembangan Desa Wisata Kuwum ini

selanjutnya. Pemerintah Desa Kuwum juga akan meminta masyarakat untuk

membantu mengawasi perkembangan program Desa Wisata Kuwum ini nantinya.

2. Adanya Kepastian Masyarakat Lokal Menerima Manfaat dari

Kegiatan Kepariwisataan

Manfaat langsung yang diperoleh dari keuntungan kegiatan Desa Wisata

Kuwum ini akan dibagi dengan menggunakan sistem saham. Namun, belum ada

kesepakatan antara Pemerintah Desa Kuwum dengan masyarakat tentang

persentase yang akan diperoleh dari hasil keuntungan yang ada. Sedangkan untuk

manfaat tidak langsung, tentunya banyak yang dapat dikembangkan oleh

masyarakat, seperti membuka usaha restorant, penginapan, café dan lain

sebagainya.

3. Pendidikan Kepariwisataan bagi Masyarakat Lokal

Dalam hal ini Pemerintah Desa Kuwum telah melakukan kerjasama dengan

Dinas Pariwisata Kabupaten Badung untuk membentuk Kelompok Sadar Wisata

(PokDarWis). PokDarWis ini nantinya yang akan menjadi pengembang, pengelola

maupun pengawas dari kegiatan Desa Wisata Kuwum. Anggota PokDarWis


sendiri dipilih dari masyarakat – masyarakat yang tinggal di Desa Kuwum itu

sendiri. Anggota PokDarWis ini akan diberikan pelatihan terlebih dahulu dari

Dinas Pariwisata Kabupaten Badung. Setela itu, anggota PokDarWis ini diminta

untuk memberikan pelatihan dan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat

dalam pengembangan Desa Wisata Kuwum

Selain penjelasan di atas, tedapat beberapa bentuk partisipasi masyarakat

yang sudah dilakukan maupun masih tahap perencanaan. Adapun bentuk – bentuk

lain dari partisipasi masyarakat dalam Program Pengembangan Desa Wisata

Kuwum ini antara lain sebagai berikut :

1. Membantu dalam Pembangunan Destinasi Baru

Sebagian besar Objek Wisata yang terdapat di Desa Kuwum masih dalam

tahap penataan dan terdapat pula beberapa Objek Wisata yang baru dibangun,

contohnya jalur jogging track yang terdapat di Banjar Nyelati. Jalur jogging track

ini dulunya merupakan kawasan tegalan, kemudian dibuka untuk dapat dijadikan

jalur jogging track. Pada saat pembukaan lahan tersebut, masyarakat diajak untuk

gotong – royong memberihkan pohon – pohon atau mengikis tebing yang terkena

jalur jogging track. Selain itu dalam penataan Objek – Objek wisata lain seperti,

penataan taman pada Pura Dalem Banjar Nyelati dan Pura Taman Beji Pancoran

Dedari, masyarakat juga diminta untuk ikut serta membantu sekaligus mengawasi

pembangunan objek – objek wisata tersebut.


2. Membangun Objek Wisata Mandiri

Seperti yang sudah dijelaskan pada jenis – jenis potensi wisata di Desa

Kuwum, terdapat beberapa objek wisata yang dibangun secara mandiri oleh

masyarakat. Objek Wisata tersebut adalah Objek Wisata Peternakan Madu Lebah

Hitam. Dengan adanya objek wisata ini tentunya akan menambah keragaman

objek wisata yang terdapat di Des Kuwum. Selain itu, Objek Wisata ini tentunya

akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Para peternak lebah hitam ini

membangun sendiri Objek wisata mereka masing – masing. Pada saat ini belum

terdapat kepastian antara peternak madu tentang sistem keuntungan yang

diperoleh. Namun walaupun demikian secara umum tentunya menguntungkan

bagi kedua belah pihak. Dimana pada posisi saat ini Desa Wisata Kuwum masih

tahap perencanaan, dengan dikenalnya Objek Wisata Peternak Madu Lebah Hitam

ini oleh masyarakat luas dapat mendokrak nama Desa Wisata Kuwum.

Gambar 5.5 Peternakan Madu Lebah Hitam

Sumber Dokumentasi Pribadi


3. Menjadi Pemandu Wisata

Anggota PokDarWis rencananya akan bekerjasama dengan masyarakat

untuk membantu dalam hal memandu wisatawan yang berkunjung ke Desa

Kuwum. Sebagai contoh misalnya kegiatan wisata spiritual. Dalam hal ini

tentunya yang dapat menjadi pemandu bagi wisatawan adalah pemangku dari

masing – masing Pura yang akan dikunjugi. Posisi Pokdarwis di sini nantinya

mendampingi Pemangku dalam memandu wisatawan (khusunya wisatawan

mancanegara). Selain itu, anggota PokDarWis akan bekerjasama dengan

masyarakat lokal yang berprofesi sebagai pelaku wisata/tour gaide untuk

memandu wisatawan yang mereka bawa. Kemudian hasil yang didapatkan dari

keuntungan akan dibagi berdasarkan kesepakatan. Anggota PokDarwis juga akan

merekrut beberapa masyarakat lokal yang dirasa mampu untuk menjadi pemandu

wisata.

4. Meningkatkan Kreatifitas Kelompok Seni (Sekaa)

Pemerintah Desa Kuwum akan bekerjasama dengan kelompok (sekaa) yang

ada di masing – masing Banjar untuk mendukung kegiatan wisata di Desa

Kuwum. Di Desa Kuwum sendiri memiliki berbagai macam kelompok seni

(sekaa), yang terdiri dari Sekaa Tabuh dan Sekaa Kidung (Santhi) yang tersebar di

masing – masing banjar. Kelompok seni (sekaa) ini diminta untuk lebih aktif

dalam melakukan kegiatan seperti latihan dan ngayah di Pura. Kegiatan masing –

masing kelompok seni (sekaa) ini juga akan menjadi daya tarik lain bagi

pengembangan Desa Wisata Kuwum.


Selain kelompok seni, di Desa Kuwum juga memiliki kelompok pemuda

(Sekaa Teruana – Teruni) di masing – masing Banjar. Sekaa Teruna – Teruni ini

juga kerap aktif dalam membantu masyarakat untuk melakukan kegiatan gotong

royong seperti bersih – bersih atau ngayah di Pura. Sekaa Teruna – Teruni di

masing – masing Banjar juga memiliki Sekaa Tabuh mereka tersendiri. Biasanya

mereka juga akan melakukan kegiatan latihan menabuh dan juga ngayah

megambel di Pura. Selain itu, ada juga kegiatan seni yang merupakan ciri khas

pemuda di Bali pada masa penyambutan Hari Raya Nyepi. Biasanya para pemuda

akan melakukan pengarakan ogoh – ogoh satu hari sebelum hari Raya Nyepi.

Biasanya para pemuda akan membuat secara langsung ogoh – ogoh tersebut.

Sehingga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.

Gambar 5.5 Rest Area Desa Kuwum

Sumber Dokumentasi Pribadi

5. Pelestarian Subak

Untuk menjaga kelestarian alam khusunya kawasan pertanian, peran Subak

tentunya sangatlah penting. Terdapat aturan (Awig – Awig) yang harus dipatuhi

dalam menjalankan kegiatan Subak. Aturan mengenai Subak biasanya diatur di


dalam Awig – Awig Desa Adat. Salah satu aturan dalam Awig – Awig Desa Adat

yang dapat menjaga kelestarian kawasan pertanian di Desa Kuwum adalah bagi

pemilik tanah di kawasan Desa Adat harus mengikuti setiap kegiatan ayah yang

ada di Desa Adat (Karang Ayah). Aturan tersebut tentunya sangat dipatuhi oleh

masyarakat. Dimana mereka akan sedikit enggan untuk menjual tanah mereka

kepada orang lain, begitu juga sebaliknya bagi para pembeli akan berpikir dua kali

untuk membeli tanah tersebut. Kondisi ini tentunya menjadi bentuk partisipasi

masyarakat dalam mendukung program Desa Wisata.

9.1.3. Permasalahan Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi

Masyarakat di Desa Kuwum

Desa Wisata Kuwum ini adalah desa wisata yang baru dibentuk, sehingga

tentunya mesih perlu di sempurnakan. Dalam pengembangan Desa Wisata

Berbasis Partisipasi Masyarakat di Desa Kuwum memiliki beberapa

permasalahan. Adapun jenis – jenis permasalahan tersebut antara lain sebagai

berikut :

1. Permasalahan Finansial

Dalam membangun suatu kawasan wisata tentunya memerlukan dana yang

sangat besar. Apalagi ditambah kondisi pandemi Covid – 19 ini, menyebabkan

ketersediaan dana pemerintah semakin berkurang. Hal ini memberikan dampak

yang sangat signifikan bagi perkembangan penataan Desa Wisata Kuwum. pada

saat ini proyek penataan Desa Kuwum sedang dihentikan sementara sampai batas

waktu yang belum bisa ditentukan. Penataan akan dilanjutkan kembali setelah
kondisi keuangan pemerintah pulih kembali. Namun walaupun demikian

Pemerintah Desa Kuwum tetap optimis untuk mengembangkan desa wisata ini

2. Kesadaran Masyarakat untuk Mengembangkan Desa Wisata

Sebagian masyarakat di Desa Kuwum belum memiliki kesadaran unuk ikut

dalam mengembangkan Desa Wisata ini. Sebagian dari masyarakat hanya

menunggu keputusan dari Pemerintah Desa tanpa mencoba untuk ikut membantu

memberikan ide – ide dalam hal mengembangkan potensi yang ada di Desa. Hal

ini tentunya dapat menghambat perkembangan Desa Wisata Kuwum ini. Sebagian

masyarakat juga masih belum tahu tindakan apa yang harus mereka ambil untuk

ikut dalam mengembangkan Desa Wisata Kuwum ini.

3. Sistem Pengelolaan yang Kurang Maksimal

Sistem pengelolaan wisata di Desa Kuwum masih kurang maksimal. Hal itu

dapat dilihat dari pergerakan pengembangan Desa Wisata Kuwum yang tidak

berjalan terlalu signifikan.

4. Penggunaan Bahasa Asing

Masalah ini tentunya merupakan masalah klasik yang ditemukan bagi

kawasan Desa Wisata yang baru terbangun. Sebagian besar masyarakat tentunya

tidak terlalu mahir dalam menggunakan bahasa asing. Namun, seiring berjalannya

watu tentunya permasalahan ini akan dapat diatasi dengan kebiasaan masyarakat

berkomunikasi dengan wisatawan mancanegara.


5. Kurangnya Pelatihan Bagi Masyarakat

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa sebagian besar masyarakat

belum mengetahui tindakan yang mereka harus lakukan dalam mendukung

kegiatan Desa Wisata. Hal ini tentunya diakibatkan oleh kurangnya pelatihan dan

juga sosialisasi dari Pemerintah Desa maupun PokDarWis. Oleh karena itu

sangatlah diperlukan untuk diadakan pelatihan maupun sosialisasi tentang

pengembangan Desa Wisata bagi masyarakat, khusunya untuk masyarakat yang

berumur masih muda.

6. Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Wisata yang Belum

Memadai

Dalam mengembangkan kegiatan wisata, tentunya peranan sarana maupun

prasarana yang mendukung kegiatan wisata sangatlah penting. Kondisi yang ada

saat ini di Kawasan Desa Wisata Kuwum belum memiliki sarana dan prasarana

pendukung yang memadai. Contohnya seperti sarana tempat sampah dan juga

sistem pengangkutan sampah itu sendiri. Kemudian sarana lain yang belum

terdapat di Kawasan Wisata Desa Kuwum adalah WC umum yang dapat

digunakan bagi para pengunjung. Desa Wisata Kuwum juga belum memiliki loket

masuk bagi para pengunjung yang akan berkunjung di Desa Wisata Kuwum.

Untuk masalah prasarana adalah belum adanya penyediaan jaringan sanitasi yang

baik. Dimana nantinya dapat menyebabkan pembuangan limbah secara

sembarangan.
7. Belum Tersedianya Akomodasi Pendukung Kegiatan Wisata yang

Memadai

Akomodasi pendukung yang dimaksud di sini adalah tempat perbelanjaan

bagi para wisatawan. Tempat perbelanjaan yang terdapat di kawasan Desa

Kuwum sebagian besar masih merupakan warung – warung kecil milik penduduk

sekitar. Pemilik warung – warung ini diberikan pelatihan dan juga sosialisasi

tentang menata warung mereka menjadi lebih baik. Kemudian belum adanya

akomodasi pendukung lain seperti penginapan, restorant, café dan lain

sebagainya.

8. Kurangnya Kesadaran Masyarakat dalam Penanggulangan Limbah

Sebagian masyarakat di Desa Kuwum masih belum memiliki kesadaran

tentang melakukan penanggulangan terhadap limbah, baik itu berupa limbah padat

(sampah) dan limbah cair. Sebagian besar dari mereka membuang limbahnya

secara sembarangan, baik itu di depan rumah maupun di pekarangan belakang

(tebe). Hal ini tentunya dapat merusak lingkungan dan juga pemandangan yang

ada di Desa Kuwum.

9.2. Strategi Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Desa

Kuwum

Dalam menyusun strategi Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat

di Desa Kuwum ini akan menggunakan Teknik analisi SWOT

(Strenght/Kekuatan, Weakness/Kelemahan, Opprtunity/Peluang dan


Threats/Ancaman). Adapun hasil analisis yang diperoleh dapat di lihat pada tabel

di bawah ini.

Uraian Penjelasan

Desa Kuwum Memiliki berbagai macam potensi

wisata, mulai dari wisata alam, wisata spiritual, jogging

track/jalur sepeda, wisata air dan peternakan madu

lebah hitam

Sudah dibentuknya PokDarWis yang akan mengelola


Srenght/Kekuatan
setiap kegiatan wisata di Desa Kuwum

Adanya kelompok – kelompok seni (Sekaa), seperti

Sekaa Tabuh, Sekaa Kidung (Santhi) Dan Sekaa

Teruna – Teruni yang akan mendukung kegiatan Desa

Wisata

Dana untuk membangun Desa Wisata masih kurang

maksimal

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut

mengembangkan Desa Wisata Kuwum

Sistem pengelolaan yang masih kurang maksimal


Weakness/Kelemahan
Kurangnya kemampuan masyarakat dalam

menggunakan bahasa asing

Kurangnya pelatihan bagi masyarakat untuk

mendukung kegiatan Desa Wisata

Sarana dan Prasarana pendukung kegiatan wisata yang


masih kurang memadai

Akomodasi pendukung kegiatan wisata yang belum

tersedia

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam

penangulangan limbah

Meningkatkan perekonomian masyarakat

Menciptakan lapangan pekerjaan

Opprtunity/Peluang Menciptakan peluang usaha

Meningkatkan daya saing Sumber Daya Manusia

(SDM)

Threats/Ancaman Kerusakan lingkungan sekitar

Berkurangannya Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Sampah yang dibuang sembarangan

Pergeseran budaya masyarakat

Dari penjelasan di atas, maka dapat disediakan beberapa strategi

pengembangan yang dapat digunakan. Adapun strategi – strategi yang perlu

dilakukan antara lain sebagai berikut :

1. Melakukan penataan terhadap potensi – potensi wisata yang ada, sehingga

menjadi layak saat dikunjungi oleh wisatawan.


2. Meningkatkan peran PokDarWis dalam pengembangan kegiatan wisata di

Desa Kuwum. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan study banding ke

daerah – daerah Desa Wisata lain yang sudah berkembang.

3. Meningkatkan peran – peran kelompok seni (Sekaa) untuk mendukung

kegiatan wisata. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan fasilitas yang

memadai dan menyediakan pelatih yang berkompeten.

4. Meningkatkan minat masyarakat untuk mendukung kegiatan wisata dapat

dilakukan dengan melakukan pelatihan – pelatihan pembuatan kerajinan

tangan, makanan dan lain – lain.

5. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung pariwisata yang memadai,

seperti menyediakan toilet umum di lokasi – lokasi objek wisata,

menyediakan tempat sampat di setiap lokasi objek wisata, menyediakan

papan informasi, membuat loket masuk dan lain sebagainya

6. Membuat sistem penanggulangan limbah yang baik, seperti menambah

anggota kebersihan, menyiapkan Tempat Pembuangan Sementara (TPS),

menyiapkan kendaraan untuk mengangkut sampah dan menyediakan sistem

sanitasi yang baik.

7. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk melarang membuang

limbah secara sembarangan

8. Bekerjasama dengan pihak swasta untuk membangun objek wisata dan

akomodasi – akomodasi pendukung kegiatan wisata.


BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan
Setelah menganalisis hasil penelitian dan pengelolaan data maka penulis

mengambil kesimpulan :

a. Masyarakat memiliki rasa kepemilikan dan berpartisipasi dalam

pengembangan pariwisata yang ada ditunjukan dengan keterlibatan

dengan masyarakat baik dari segi partisipasi dengan membantu jalanya

pengembangan pariwisata. Adapun bentuk partisipasi masyarakat melalui

memberikan lahannya dengan sukarela dan menjaga lingkungan.

b. Hasil dari potensi dan permasalahan tersebut menghasilkan model

pengembangan pariwisata yang meliputi : 1. Model pemberdayaan

masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia dengan penerapan

konsep community based toursm (CBT); 2. Model pembangunan daya

tarik wisata, prasarana, fasilitas umum.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil analisis pada bab sebelumnya, maka saran

yang dapat diberikan sebagai berikut :

a. Dalam pembangunan pariwisata berbasis masyarakat yang diutamakan

adalah inisiatif dan partisipasi masyarakat yang tinggi terhadap

pengembangan desa wisata kuwum akan lebih efektif apabila Dinas

Pariwisata Kabupaten Badung sering melakukan kegiatan rutin bersama

masyarakat tanpa menunggu momentum yang tepat perlu diagendakan


agar tercipta hubungan yang harmonis dan kedekatan antara Dinas

Pariwisata Kabupaten Badung dengan masyarakat desa kuwum sebagai

elemen penting dalam sektor pariwisata.

b. Bagi masyarakat Desa Kuwum diharapkan mampu untuk bekerja sama

dengan pihak pemerintah desa dalam proses pengembangan Desa

Wisata yang ada di wilayahnya serta berpartisipasi dalam proses

pengembangan yang sedang berjalan

c. Dapat memberikan masukan kepada Aparat Desa Kuwum dan pengelola

Desa Wisata dalam peningkatan skill masyarakat di bidang manejemen

wisata dalam mendukung Desa Wisata Kuwum.


DAFTAR PUSTAKA

Suhendroyono, 2017. Green Hotel : Tinjauan Konsep dan Prakteknya di


Indonesia. Yogjakarta : Penerbit Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo.

Prasetya, 2017. Pengembangan Desa Wisata Berbasis community Based Tourism.


Lombok : Penerbit Institut Teknologi Sumatra.

Sugi Rahayu, 2015. Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Kulon


Progo. Yogjakarta : Penerbit Universitas Negeri Yogjakarta.

Fajar, 2018. Strategi Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat. Bandung


: Penerbit Universitas Padjadjaran.

Purti, 2014. Pengembangan Daya Tarik Kawasan Wisata Bunga Cihideung.


Bandunng : Penerbit Universitas Pendidikan Indonesia.

Syahden Erika Adiguna, 2015. Strategi Pengembangan Desa Wisata Petingsari


Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Yogjakarta : Penerbit Universitas
Gadjah Mada.

Eva, Djamhur, Luchman. 2018. Peran Masyarakat Dalam Perencanaan dan


Pengembangan Desa Wisata. Malang : Penerbit Universitas Brawijaya.

Heny, 2013. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat lokal di


Jatiluwih. Bali : Penerbit Universitas Udayana.

Andriyani, Martono, Muhamad. Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Pengembangan Desa Wisata dan Implementasi Ketahanan Sosial Budaya.
Bali : Penerbit Universitas Gadjah Mada.

Farisi, Parfi. Partisipasi Masyarakat Dalam Mendukung Kegiatan Pariwisata.


Yogjakarta : Penerbit Universitas Diponegoro.

Fajar Setiawan, 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa


Wisata. Sleman : Penerbit Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Fatimah Alfiani, 2016. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa
Wisata Grogol. Yogjakarta : Penerbit c Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.

Selamet, Bondan. 2017. Strategi Pengembangan Desa Wisata di Kecamatan


Karangpoloso. Malang : Penerbit Universitas Trunojoyo Madura.

Mustangin, Kusniawati, Nufa, Baruna, dan eni. 2017. Pemberdayaan Masyarakat


Berbasis Potensi Lokal melalui Program Desa Wisata. Bandung Penerbit
Universitas Padjadjaran.

Eka mahadewi dan Putu Sudana. 2017. Model Strategi Pengembangan Desa
Wisata Berbasis Masyarakat di Desa Kendran. Gianyar : Penerbit
Universitas Udayana.

Profil Desa Kuwum Tahun 2015, 2016, 2017, 2018, dan 2019.

Kecamatan Mengwi Dalam Angka Tahun 2015, 2016, 2017, 2018, dan 2019
Penerbit Bps Badung

Anda mungkin juga menyukai