Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

HUKUM PIDANA

I KADEK WAHYU PRADNYAJAYA


1804551309
KELAS E

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2019
1. Ada pelbagai istilah yang dipergunakan oleh para sarjana hukum Indonesia di dalam
menterjemahan pengertian “Het Starfbarefeit ”. Ada yang menterjemahkan dengan perbuatan
pidana, tindak pidana, peristiwa pidana, dengan berbagai argumen yang mendasarinya. Sebut
serta jelaskan istilah dimaksud dengan mengetengahkan argument yang dikemukakannya, serta
kemukakan pula pendapat saudara, istilah manakah yang paling tepat dipergunakan untuk
menterjemahkan istilah “Het Strafbarefeit”.

Ada berbagai istilah yang dipergunakan oleh para sarjana hukum Indonesia di dalam
menterjemahkan perngertian “Het Starfbarefeit”. Ada yang menterjemahkan dengan perbuatan pidana,
tindak pidana, peristiwa pidana, dengan berbagai argument yang mendasarinya. Kata – kata diatas itu adalah
salinan belaka dari Starfbarefeit, sedangkan perbuatan pidana bukan demikian halnya. Apakah istilah
perbuatan pidana itu dapat kita samakan dengan istilah belanda starfbarefeit? Untuk menjawab itu perlu
kita ketahui dahulu pengertian starfbarefeit. Simon menerangkan bahwa starfbarefeit merupakan kelakuan
yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan
yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab. Van hammel merumuskan starfbarefeit adalah
kelakuan orang yang dirumuskan dalam wet yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana dan
dilakukan dengan kesalahan. Jika melihat pengertian – pengertian ini maka di situ dalam pokoknya ternyata;
1. Bahwa feit dalam Starfbarefeit berarti handeling, kelakuan / tingkah laku. 2. Bahwa pengertian
Starbarefeit dihubungkan dengan kesalahan orang yang mengadakan kelakuan tadi. Mengenai yang
pertama , ini berbeda dengan pengertian “perbuatan” dalam perbuatan pidana. Adapun mengenai yang
kedua, hal itu berbeda juga dengan “perbuatan pidana” sebab disini tidak dihubungkan dengan kesalahan
yang merupakan pertanggungjawaban pidana bagi orang yang melakukan perbuatan pidana. Perbuatan
pidana hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan saja, yaitu sifat dilarang dengan ancaman dengan pidana
kalau dilanggar. Apakah yang melanggar itu benar – benar dipidana seperti yang sudah diancamkan, ini
tergangung kepada keadaan batinnya dan hubungan batinnya dengan perbuatan itu, yaitu kesalahannya.
Jadi, perbuatan pidana dipisahkan dari pertanggungjawaban pidana dan juga dipisahkan dengan kesalahan.
Lain halnya dengan starfbarefeit, di situ dicakup pengertian perbuatan pidana dan kesalahan. Jadi menurut
saya. Istilah yang paling tepat digunakan untuk menterjemahkan istilah Het Starfbarefeit adalah tindak
pidana.

2. Sebutkan unsur-unsur tindak pidana dalam arti luas, serta jelaskan secara ringkas

Unsur-unsur tindak pidana dalam arti luas yang merupakan unsur yang harus ada untuk menentukan
bahwa suatu rumusan merupakan “tindak pidana”. Dalam hal menentukan unsur-unsur tindak pidana dalam
arti luas (unsur-unsur apa yang harus ada untuk menentukan suatu perbuatan sebagai tindak pidana) tidak
ada kesepakatan diantara parasarjana. Namun demikian dari definisi dan unsur-unsur yang mereka
kemukakan tentang tindak pidana, parasarjana ini dapat dikelompokkan dalam dua aliran, yaitu aliran
monistis dan dualistis.

a. Aliran monistis:

Simons menentukan bahwa unsur-unsur tindak pidana adalah perbuatan manusia, diancam dengan
pidana, melawan hukum, dilakukan dengan kesalahan, oleh orang yang mampu bertanggungjawab.
Selanjutnya unsur-unsur ini oleh Simon dibagi dua, yaitu: unsur obyektif dan unsur subyektif. Unsur
obyektif meliputi perbuatan orang, akibat yang terlihat dari perbuatannya, mungkin adanya keadaan tertentu
yang menyertai. Kemudian unsur subyektifnya adalah orang yang mampu bertanggungjawab dan kesalahan
(kesangajaan atau kealpaan).

b. Aliran Dualistis

Pompe mengatakan bahwa Tindak pidana adalah perbuatan yang bersifat melawan hukum,
dilakukan dengan kesalahan dan diancam dengan pidana. Adapun unsur-unsurnya adalah: perbuatan dan
ancaman pidana disatu sisi, perbuatan bersifat melawan hukum disisi yang lain dan kesalahan disisi lainnya
lagi menghasilkan pidana.

Pokok perbedaannya antara aliran monistis dengan dualistis adalah pada terpisah/tidaknya unsur
kesalahan (pertanggung-jawaban pidana) dengan unsur-unsur yang lain. Bagi aliran monistis unsur :

1. unsur tingkah laku,

2. bersifat melawan hukum, dan

3. kesalahan

merupakan unsur yang mutlak harus ada dan melekat dalam tindak pidana. Sedangkan untuk
pandangan dualistis yang dipandang sebagai unsur mutlak dalam tindak pidana adalah :

1. tingkah laku manusia dan

2. sifat melawan hukum

sementara itu unsur kesalahan melekat pada orangnya.


3. Bagaimanakah cara merumuskan norma dalam perundangundangan hukum pidana?

Ada beberapa cara merumuskan norma dalam KUHP:

1. Menyebutkan satu persatu unsur-unsur perbuatan yang dilarang. Hal ini seperti terlihat dalam Pasal
281, 305, 413, 435, 154-157 KUHP. Misalnya Pasal 362 KUHP, “Barang siapa mengambil barang
milik orang lain seluruhnya atau sebagaian dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum
diancam dengan pidana...”. Unsur-unsur tindak pidana terlihat dengan jelas, yaitu : mengambil
suatu barang; barang tersebut seluruhnya atau sebagian milik orang lain; dengan maksud untuk
memiliki; melawan hukum.
2. Hanya menyebutkan kualifikasi (penamaan yuridis) dari delik. Ketentuan ini dapat dilihat dari
Pasal 184, 297, 351 KUHP. Msalnya Pasal 351 KUHP, “Penganiayaan dipidana dengan ….”.
Kualifikasi tindak pidana ini adalah “penganiayaan”. Hal ini dilakukan oleh pembentuk undang-
undang bila unsur-unsur dari tindak pidana tersebut telah cukup dikenal atau bila ada ketakutan
justru bila dirinci unsur-unsurnya justru dapat memperluas atau mempersempit ruang lingkup
tindak pidana tersebut yang tidak dikehendaki oleh pembentuk undang-undang.101 Dalam upaya
untuk memahami makna tindak pidana dari undang-undang tersebut hal terbaik yang biasanya dila
kukan adalah melakukan penafsiran historis, sehingga diperoleh kejelasan tentang perbuatan
seperti apa sebenarnya yang dilarang.
3. Menyebutkan unsur-unsur perbuatannya, sifat dan keadaan yang bersangkutan dan menyebutkan
pula kualifikasinya. Hal ini dapat dilihat dari rumusan. Pasal 124, 263, 338, 362, 372, 378, 425,
438 KUHP. Misalnya Pasal 338 KUHP,”Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang
lain, dipidana karena makar mati dengan hukuman….”. Unsur-unsur tindak pidananya adalah:
dengan sengaja; menghilangkan nyawa orang lain. Sedangkan kualifikasinya adalah “makar
mati/pembunuhan”.

4. Kenapa dikatakan, korporasi belum termasuk cakupan subyek tindak pidana dalam KUHP ?

Korporasi belum termasuk cakupan subyek tindak pidana dalam KUHP karena subyek tindak pidana
dalam KUHP hanya manusia, dan korporasi bukan manusia. Sebagaimana yang disebutkan para ahli;

 Wirjono Prodjodikoro menyatakan Korporasi adalah suatu perkumpulan orang, dalam


korporasi biasanya yang mempunyai kepentingan adalah orang-orang manusia yang
merupakan anggota dari korporasi itu, anggota-anggota mana juga mempunyai kekuasaan
dalam peraturan korporasi berupa rapat anggota sebagai alat kekuasaan yang tertinggi dalam
peraturan korporasi.
 Chaidir Ali dengan definisinya mengenai korporasi, menulis sebagai berikut: Hukum memberi
kemungkinan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, bahwa suatu perkumpulan atau badan
lain dianggap sebagai orang yang merupakan pembawa hak, dan karenanya dapat menjalankan
hak-hak seperti orang serta dapat dipertanggunggugatkan. Namun demikian, badan hukum
(korporasi) bertindak harus dengan perantaraan orang biasa. Akan tetapi, orang bertindak itu
tidak untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dan atas nama pertangunggugatan korporasi.
 Satjipto Rahardjo mengenai korporasi, menyatakan : Korporasi adalah suatu badan hasil
ciptaan hukum. Badan yang diciptakan itu terdiri dari “corpus”, yaitu struktur fisiknya dan
kedalamnya hukum memasukkan unsur “animus” yang membuat badan itu mempunyai
kepribadian. Oleh karena badan hukum itu merupakan ciptaan hukum maka kecuali
penciptaannya, kematiannyapun juga ditentukan oleh hukum.
 Andi Abu Ayyub Saleh menyatakan, Persoalan yang dibahas dalam sudut pandang hukum
pidana (hukum pidana materiel) lebih pada perbuatan apa saja yang dapat digolongkan sebagai
perbuatan dapat dihukum dan unsur-unsur apa yang harus dipenuhi sehingga korporasi dapat
dipertanggungjawabkan secara pidana serta sanksi apa yang dapat dijatuhkan kepada korporasi
tersebut.

Dari beberapa pengertian tentang korporasi tersebut di atas dapat disimpulkan betapa luasnya
batasan pengertian tentang korporasi tersebut, yang mana dapat lebih luas dari sekedar pengertian
badan hukum itu sendiri. Dalam berbagai peraturan perundang-undangan hukum pidana Indonesia
dinyatakan bahwa pengertian korporasi itu adalah kumpulan terorganisasi dari orang dan atau
kekayaan baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

Anda mungkin juga menyukai