Anda di halaman 1dari 2

1.

Hukum Tindak Pidana Khusus mengatur perbuatan tertentu atau berlaku terhadap orang tertentu
yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain selain orang tertentu. Oleh karena itu hukum tindak
pidana khusus harus dilihat dari substansi dan berlaku kepada siapa Hukum Tindak Pidana Khusus
itu. Hukum Tindak Pidana Khusus ini diatur dalam UU di luar Hukum Pidana Umum. Penyimpangan
ketentuan hukum pidana yang terdapat dalam UU Pidana merupakan indikator apakah UU Pidana
itu merupakan Hukum Tindak Pidana Khusus atau bukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Hukum
Tindak Pidana Khusus adalah UU Pidana atau Hukum Pidana yang diatur dalam UU Pidana
tersendiri. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Pompe yang mengatakan: “Hukum Pidana
Khusus mempunyai tujuan dan fungsi tersendiri”.
Dasar hukum UU Pidana Khusus melihat dari hukum pidana adalah Pasal 103 KUHP. Ps. 103 KUHP
ini mengandung pengertian:
 Semua ketentuan yang ada dalam Buku I KUHP berlaku terhadap UU di luar KUHP
sepanjang UU itu tidak menentukan lain.
 Adanya kemungkinan UU termasuk UU Pidana di luar KUHP, karena KUHP tidak mengatur
seluruh tindak pidana didalamnya (tidak lengkap dan tidak mungkin lengkap).

2. Tujuan pengaturan terhadap tindak-tindak pidana yang bersifat khusus adalah untuk mengisi
kekurangan atau kekosongan hukum yang tidak tercakup pengaturannya dalam KUHP, namun
dengan pengertian bahwa pengaturan itu masih tetap dan berada dalam batas-batas yang
diperkenankan oleh hukum pidana formil dan materiil. Dengan kata lain penerapan ketentuan
pidana khusus dimungkinkan berdasarkan azas lex specialis derogate legi generali yang
mengisyaratkan bahwa ketentuan yang bersifat khusus akan lebih diutamakan daripada
ketentuan yang bersifat umum

3. Anak adalah generasi penerus yang akan melanjutkan kepemimpinan Indonesia di masa depan.
Anak berbeda dengan orang dewasa karena kondisi ketidakmatangan fisik dan mentalnya. Oleh
karena itu, saat berhadapan dengan hukum anak harus memperoleh perlakuan khusus yang layak
untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya. Kurang lebih itulah latar belakang
lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA).
Anak memerlukan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,
mental, sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang. Untuk melaksanakan pembinaan dan
memberikan perlindungan terhadap anak diperlukan dukungan, baik menyangkut kelembagaan
maupun perangkat hukum yang lebih mantap dan memadai. Indonesia telah meratifikasi
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hakhak Anak, dengan Keputusan Presiden
No. 36 Tahun 1990. Konvensi tersebut memuat kewajiban Negara-negara yang meratifikasinya
untuk menjamin terlaksananya hakhak anak.

4. Perumusan norma hukum pidana dan perumusan ancaman sanksi pidana dalam undang-undang
di luar KUHP menyimpangi sistem perumusan umum norma hukum pidana dan perumusan
ancaman sanksi pidana sebagaimana yang diatur dalam ketentuan umum hukum pidana dalam
Buku I KUHP yang semestinya dijadikan dasar penormaan hukum pidana dan ancaman sanksi
pidana. Penyimpangan tersebut sudah sampai pada tingkat tidak terkendali dan membentuk
sistem hukum pidana dan pemidanaan sendiri sehingga melahirkan sistem ganda, yaitu sistem
hukum pidana dan pemidanaan dalam KUHP dan sistem hukum pidana dan pemidanaan di luar
KUHP. Adanya penyimpangan dari kaedah hukum pidana umum tersebut dilakukan sebagai
bentuk respon hukum pidana untuk mengatasi situasi kejahatan yang bersifat khusus atau acap
kali bersifat luar biasa (extra ordinary). Dalam undang-undang yang mengatur hukum pidana
khusus tersebut ternyata bukan hanya prosedur yang khusus saja, tetapi juga terjadi
penyimpangan perumusan norma hukum pidana dan penyimpangan norma pengancaman sanski
pidana. Pengembangan hukum pidana di luar KUHP telah menyebabkan terjadinya
overcriminalization dan penyimpangan asas-asas hukum pidana, asas perumusan norma hukum
pidana, asas pertangungjawaban pidana dan asas pemidanaan, yang berpotensi erjadinya
pelanggaran hak asasi manusia dalam praktek penegakan hukum pidana.

Anda mungkin juga menyukai