Anda di halaman 1dari 1

Menurut S.

Swarsi Geriya bahwa secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan
kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilainilai, etika, cara-cara dan perilaku yang
melembaga secara tradisional. Kearifan lokal adalah nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat
bertahan dalam waktu yang lama dan bahkan melembaga. Kearifan lokal juga diartikan sebagai gagasan-
gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti
oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal dalam peraturan perundang-undangan merupakan suatu
bentuk penyerapan nilai-nilai kebijakan yang ada di masyarakat yang diserap sebagai bagian dari materi
muatan dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam asas-asas formil dan materiil pada pasal 5 ayat (1) dan 6 ayat (1) UU No. 12 tahun 2011 kedudukan
dari kearifan lokal dan korelasinya ada pada beberapa asas, yakni:

 Dalam pasal 5 ayat (1) kearifan lokal berkedudukan pada asas kesesuaian antara jenis, hierarki,
dan materi muatan yang berarti bahwa kearifan lokal digunakan sebagai salah satu materi muatan
dalam mebentuk suatu peraturan perundang-undangan, dimana dalam membuat peraturan
perundang-undangan tersebut juga harus sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
undangan.
 Dalam pasal 6 ayat (1) jelas bahwa kearifan lokal berkedudukan pada asas bhinneka tunggal ika
asas bhinneka tunggal ika yang mana mengenai Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
harus memperhatikan kearifan lokal setiap daerah yang berbeda beda di Indonesia, keragaman
penduduk, agama, suku dangolongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam asas ini jelas bahwa kearifan lokal (secara
umum di Indonesia) yang mana berbeda beda dipakai sebagai tolak ukur untuk membuat
peraturan perundang undangan.

Anda mungkin juga menyukai