Tentang
Perceraian Warga Negara Asing Di Indonesia
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Hukum Internasional
Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
Dalam konsepsi hukum umum dikenal istilah conflict of laws atau konflik
hukum. Meskipun sekilas conflict of laws mirip dengan hukum perdata
internasional, patut diperhatikan bahwa pengertian conflict of laws lebih luas
daripada hukum perdata internasional di mana pertentangan-pertentangan hukum
dapat terjadi di dalam negara yang sama seperti di Amerika Serikat yang
menganut sistem federal dengan banyaknya pertentangan hukum antara negara
bagian satu dengan lainnya terkait suatu obyek yang sama.
PEMBAHASAN
Persaingan di dunia global yang semakin modern dan pesat ini membuat
setiap Negara di dunia berpacu untuk terus maju dan berkembang. Termasuk
Indonesia yang mampu bersaing di dunia internasional dengan mengandalkan
kelebihan dan potensinya yaitu letak strategis sehingga Indonesia dijadikan salah
satu jalur lalu lintas perdagangan dunia. Indonesia memiliki iklim tropis serta
keindahan alam di dalamnya yang dapat menarik perhatian Investor dan Warga
Negara Asing untuk berkunjung dan menetap di Indoesia. Hal tersebut diatas
menjadi salah satu dari beberapa factor yang dapat menimbulkan perbuatan
hukum dalam lingkup Internasional.
Seperti halnya pasangan suami istri Warga Negara Afrika Selatan yang
bekerja di bidang perhotelan yang berbeda dan sering melakukan perjalanan ke
luar Negeri, sehingga keduanya memilih untuk pindah dan berkarir di Bali dengan
memiliki KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas) dari Kantor Imigrasi Ngurah Rai,
yang secara otomatis pasangan tersebut termasuk dalam kategori penduduk
Indonesia. Pasangan tersebut telah menikah di Afrika Selatan sejak 12 Desember
1975 sesuai yang tertera di Akta Perkawinan Lengkap yang dikeluarkan oleh
Departemen Dalam Negeri Republik Afrika Selatan Nomor Q10424 pada tanggal
12 Desember 2005. Dalam pernikahan mereka tidak dikaruniai anak, dan sejak 10
(sepuluh) tahun terakhir keduanya sudah tidak tinggal dalam satu rumah lagi.
Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 172 / Pdt.G / 2014 / PN. Dps.
2. Menyatakan sah dan berharga semua alat bukti yang diajukan oleh
Penggugat dalam perkara ini;
ATAU;
Kasus gugatan perceraian Thomas terhadap isteri nya ini masuk dalam
perkara Hukum Perdata Internasional, karena terdapat unsur asing yaitu Thomas
dan Isterinya yang berkewarganegaraan Afrika Selatan. Dimana dalam
menganalisa kasus ini yang menjadi fokus adalah gugatan perceraian yang
diajukan di Pengadilan Negeri Denpasar, Namun perkawinan kedua pasangan ini
dilangsungkan di Afrika Selatan. Dari uraian kasus diatas kami mencoba
menganalisis dengan pranata tradisional Teori Titik Taut, Teori Kualifikasi, Lex
Fori, dan Lex causae. Menurut Bayu Seto Hardjowahono (2013:84) Titik Taut
adalah fakta-fakta di dalam sekumpulan fakta perkara yang menunjukkan
pertautan antara perkara itu dengan suatu tempat tertentu, dan karena itu
menciptkan relevansi antara perkara yang bersangkutan dengan kemungkinan
berlakunya sistem atau aturan hukum intern dari tempat itu.
a. Faktor Personal
b. Faktor Teritorial
b. Hukum mana yang harus dipakai untuk mengatur suatu peristiwa hukum yang
ada unsur asingnya ( opplicable law = lex causae, couise of law )
Lex Causae adalah hukum yang seharusnya berlaku dalam Hukum Perdata
internasional. Dalam Hukum Perdata Internasional dikenal adanya Titik taut/ Titik
Pertalian ( Connecting factor ) yaitu kedaan tau fakta – fakta yang menyebabkan
berlakunya suatu sistem hukum. Titik Taut ada 2 macam yaitu :
a. Kewarganegaraan;
c. Domisili;
Lex Causal:
a. Tempat terletaknya benda ( Lex Situs, Lex Rei Sitae ) adalah menyangkut
sengket benda tetap, terutama tanah (asas universal);
g. Pilihan Hukum;
k. Tempat kediaman ;
a. Pasal 16 AB
b. Pasal 17 AB
Menyangkut Masalah Tanah, dimana benda tersebut berada (lex Situs)Benda tetap
berlaku asas Universal.
c. Pasal 18 AB
Contoh:
Sun A Hong Warga negara Taiwan menikah dengan Meili Memei Warga Negara
Indonesia dan melakukan perceraian di PN.Pontianak (Indonesia).
Dalam kasus tersebut Lex Forinya adalah Hukum Indonesia (Hakim cukup
mengkualifikasikan fakata yang ada)
2. Kualifikasi menurut Lex Causae
Berdasarkan hukum yang seharusnya berlaku. Hakim harus mencari tahu terlebih
dahulu mengenai hukum yang berlaku.
Yang menjadi Titik Taut Primer dari kasus tersebut antara lain yaitu:
b. Domisili, Tempat tinggal tetap Thomas dan Isterinya adalah di Bali sehingga
Domisili masuk menjadi Titik Taut Primer dalam kasus ini,
c. Tempat terjadinya perbuatan hukum, poin ke-3 ini masuk menjadi Titik Taut
Primer karena gugatan perceraian yang diajukan Thomas terhadap Isterinya
diajukan di Pengadilan Negeri Denpasar. Setelah ditentukan mana yang menjadi
Titik Taut Primer kemudian kita menentukan apa yang menjadi Titik Taut
Sekunder, yang menjadi Titik Taut Sekunder adalah Hukum Kewarganegaraan
(lex patriae) karena Thomas dan Isterinya termasuk Warga Negara Asing.
Setelah ditentukan apa yang menjadi Titik Taut Primer dan Sekunder
kemudian kita mengkualifikasi kasus tersebut dari uraian fakta hukum yang sudah
dijabarkan diatas, kategori yuridis terhadap fakta yang ditemukan menjadikan
kasus ini masuk dalam kualifikasi hukum tentang orang karena yang menjadi
fokus utama nya adalah gugatan perceraian Warga Negara Asing yang diajukan di
PN Denpasar. Kemudian kami tentukan Lex Fori dari uraian fakta hukum diatas
adalah Hukum Indonesia, karena Pasal 207 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) ditegaskan bahwa, “tuntutan untuk
perceraian perkawinan, harus dimajukan kepada pengadilan negeri, yang mana
dalam daerah hukumnya, tatkala surat permintaan termaksud dalam Pasal 831
Reglemen Hukum Acara Perdata dimajukan, si suami mempunyai tempat
tinggalnya, atau dalam hal tak adanya tempat tinggal yang demikian, tempat
kediaman sebenarnya.
Jika si suami pada saat tersebut tak mempunyai tempat tinggal atau tempat
kediaman sebenarnya di Indonesia, maka tuntutan harus dimajukan kepada
Pengadilan Negeri tempat kediaman si istri sebenarnya. Hal ini di kuatkan dengan
pendapat Sudargo Gautama (1987:224) “pada saat perkara perceraian atau hidup
terpisah diajukan, haruslah salah satu ketentuan yang terinci dibawah ini
terpenuhi, yaitu Pihak tergugat mempunyai “habitual residence” nya (domisilinya)
dinegara tempat perceraian diucapkan. Setelah kita menemukan lex fori dari kasus
tersebut maka langkah selanjutnya menentukan lex causae dari kasus tersebut
menurut pasal 18 AB yang berisi “Bentuk dari tiap perbuatan ditentukan menurut
hukum dari negara atau tempat, dimana perbuatan itu dilakukan.” (locus regit
actum). Dari bunyi pasal tersebut yang merupakan Sumber Hukum Perdata
Internasional maka yang menjadi lex causae dari kasus ini adalah Hukum
Indonesia.
b. Hak asuh terhadap anak, apabila dalam perkawinannya dikaruniai anak maka
hakim akan mempertimbangkan siapa yang berhak menjadi wali dari anak
tersebut, tanpa mengurangi hak alimentasi anak dari kedua orang tuanya;
DAFTAR PUSTAKA