Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.1 LATAR BELAKANG
Pada tugas kersos kali ini para mahasiswa di berikan kesempatan langsung
berinteraksi dengan penduduk desa di desa adat asak. Desa Adat Asak terletak di
Desa Pertima Kecamatan Karang Asem. Letak geografis Desa Adat Asak Desa
Adat Asak tergolong salah satu desa kuno yang ada di Kabupaten Karangasem, tepatnya
di Desa Dinas Pertima, Kecamatan Karangasem, lokasinya sekitar 4 km dari kota
Amlapura ke arah barat menuju jalan ke Denpasar. Desa adat asak termasuk satu dari 3
Desa adat di Desa Pertima. Desa adat assak terdiri dari 3 Banjar dinas yaitu ; a) Banjar
dinas Asak Kangin , b) Banjar dinas Asak tengah, c) Banjar dinas Asak Tengah
Desa ini termasuk daerah daratan rendah dengan ketinggian 200-450 meter dari
permukaan laut, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
A. Di sebelah utara : Desa Bungaya Kecamatan Bebandem
B. Di sebelah timur : Kelurahan Subagan
C. Di sebelah selatan : Desa adat Timbran
D. Di sebelah barat : Desa Tenganan
Luas wilayah Desa Asak, 1.444,44 km2.. Penggunaan lahan di wilayah Desa
Asak, sekarang dipilah menjadi daerah pemukiman 1.810 ha, tanah perkebunan
lahan kering, perkebunan /tegalan 1442.634 ha, hutan 0 ha dan peternakan 0 ha
serta penggunaan lain-lain (fasilitas umum, pura setra, jalan, lapangan dan
sebagainya) seluas 5 ha. Desa Asak memiliki jalan sepanjang 32,800 km, dengan
rincian : jalan nasional 0 km, jalan provinsi 5 km, jalan kabupaten 2,650 km, jalan
desa 2,000 km dan jalan dusun/banjar sepanjang 16 km. Dengan kondisi beraspal
sepanjang 4,200 km, beton sepanjang 16,000 km, geladag 500 km, dan jalan tanah
sepanjang 10,275 km.

Jarak tempuh dari berbagai Kabupaten/Kota menuju Desa adat assak terbilang
tidak begitu jauh, selengkapnya bias dilihat dari table dibawah ini :

1
No Lokasi awal Lokasi tujuan Jarak tempuh Waktu tempuh

(km) (menit)
1 Klungkung Desa Adat Asak 32 48
2 Bangli Desa Adat Asak 48 66
3 Gianyar Desa Adat Asak 44 61
4 Badung Desa Adat Asak 64 88
5 Tabanan Desa Adat Asak 69 97
6 Jembrana Desa Adat Asak 139 191
7 Buleleng Desa Adat Asak 96 174
8 Karangasem Desa Adat Asak 6,7 10
9 Kodya Desa Adat Asak 58 80

denpasar

Di desa adat Asak sendiri Sarana pendukung menuju lokasi cukup terjangkau,
dari beberapa alternatif yang tersedia menggunakan Sepeda Motor merupakan hal
paling disarankan, agar terhindar dari kemacetan, karena Desa adat Asak
merupakan desa yang letaknya berdekatan dengan salah satu pusat pariwisata di
Karangasem yaitu Candi Dasa.

Selain sepeda motor, masyarakat bisa menggunakan Mobil atau Angkutan


umum. Di desa adat Asak juga infrastruktur jalan sudah mendukung, namun
jalannya lumayan berlika-liku, dihimbau agar berhati-hati untuk menuju lokasi.

Selain letak geografisnya penulis juga memiliki informasi mengenai


pendapatan penduduk Desa Adat Asak, selain petani sebagai mata pencaharian
warga Desa Adat Asak yang lebih banyak di kerjakan oleh para laki-laki warga
juga memiliki pendapatan dari Usaha Rumah Tangga yang dikerjakan oleh para
perempuan yang lebih tepatnya ibu-ibu di Desa tersebut. Para Ibu Rumah Tangga
tersebut mengelola dan menghasilkan “Jajan”. Penulis bertemu dengan salah satu
narasumber pembuat produk olahan rumah yang bernama ibu sayang, Ibu sayang
bertempat tinggal tidak jauh dari Banjar Adat Desa Asak,produk olahan beliau
yang biasa di titip jual di warung-warung sekitar Desa . jenis “jajan” yang

2
dihasilkan berupa : Godo Kacang Mentik , Rempeyek , dan berbagai jenis “jajan”
yang di hasilkan dan biasa di gunakan di berbagai Upacara Adat. Berdasarkan
informasi dari Ibu Sayang para Ibu Rumah Tangga yang mengelola dan
menghasilkan produk olahan rumah tersebut menggunakan modal dari
penghasilan suami mereka dari hasil bertani,dikarenakan beberapa penduduk Desa
merasa takut jika harus melalukan pinjaman modal ke LPD setempat.

Gambar 1.1 Foto bersama dengan Ibu Sayang Ibu Rumah Tangga Pengelola “Jajan”

Desa Adat Asak sendiri masih kental dalam menjalani ketentuan Adat
setempat, mulai dari Upacara Tahunan,bulanan dan Upacara Turun Temurun.
Tradisi di Desa Adat yang terbesar adalah upacara Nyepeg Sampi yang diadakan
setiap 1 tahun sekali. Potensi dari Desa Adat Asak menurut pengamatan dari
Penulis di Desa ini bisa di gali lagi dengan cara meningkatkan kualitas produk
olahan dan juga meningkatkan Sumber Daya Manusia yang ada. Dari segi rasa
produk olahan makanan “jajan’ dari Desa Adat Asak sudah bagus akan tetapi jika
dari packaging di tingkatkan tentu akan membuat produk tersebut menjadi
menarik. Peningkatan Sumber Daya Manusia yaitu bisa di lakukan dengan cara
peran serta pemerintah melakukan pelatihan kepada para pengelola untuk lebih
meningkatkan kreativitas para penduduk terutama para Ibu Rumah Tangga agar
dapat membantu perekonomian keluarga.

Desa Adat Asak termasuk salah satu Desa yang sudah berkembang di
karenakan system pertanian mereka yang menggunakan pupuk hasil daur ulang

3
sampah organic yang mereka kelolah sendiri, menurut informasi yang penulis
dapat dari Bapak Pendesa Adat para petani juga sudah sering di berikan
penyuluhan dari beberapa warga desa yang tidak lain adalah para Insyinyur
Pertanian yang berasal dari Desa itu sendiri. Desa adat Asak terletak di antara
Desa Adat Bungaya dan Desa Adat Timrah.

Para petani pengelola lahan dari desa diberikan untuk kepala rumah tangga
yang memang menetap dan tinggal bersama keluarga nya di Desa Adat tersebut,
menurut informasi penulis dari bapak Wayan Arta warga asli dari Desa Adat Asak
beliau mengatakan penduduk Desa yang sudah berkeluarga dan sudah 6 bulan
tinggal di Desa Adat Asak maka mereka mendapatkan lahan olahan milik desa
seluas 4 Are untuk di kelola.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara pengelolahan tanah desa yang diberikan pendesa adat
kepada masyarakat Desa Asak ?
2. Bagaimana sistem pembagian hasil pengelolaan lahan desa antara
masyarakat dan Pendesa Desa Adat Asak ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 TUJUAN KERSOS
1. Untuk mengetahui peran Kepala Desa dalam kebijakan pembagian
pengelolaan lahan desa kepada penduduk Desa .
2. Untuk mengetahui bagaimana peran Kepala Desa untuk membagikan
hasil pengelolaan lahan Desa yang di kelola oleh penduduk Desa.
1.4 MANFAAT
1.4.1 MANFAAT KERSOS
1. Bagi warga Desa
 bisa sebagai sarana sumbang saran untuk pengelolaan lahan dan
bagi hasil dari Desa.
2. Bagi mahasiswa
 Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di dapat di bangku kuliah
 Pendewasaan mahasiswa , lebih bisa memahami keadaan
masyarakat.
 Dapat belajar pengalaman baru yang di dapat dalam masyarakat.
3. Bagi Lembaga
 Lembaga perguruan tinggi
Sebagai aspek promosi kampus
 Lembaga Pemerintah
Meningkatklan kerjasama antar lembaga pemerintah
dengan perguruan tinggi dalam berbagai bidang .
Pemerintah daerah yang bersangkutan merasa senang
karena daerahnya terpilih untuk lokasi kersos.
Pemerintah Daerah yang bersangkutan secara tidak
langsung merasa dibantu dengan adanya kersos tersebut

5
, baik material maupun moral. Karena dengan adanya
program fisik dan non fisik dari pelaksanaan kersos
tersebut.
4. Bagi masyarakat
 Masyarakat lokasi kersos secara langsung mendapat bantuan
berupa kebersihan lingkungan
 Masyarakat dapat bergaul dengan mahasiswa dan dosen
 Secara ekonomi masyarakat diuntungkan seperti para
pedagang.

6
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 PENGERTIAN LAHAN
Pengertian lahan meliputi seluruh kondisi lingkungan, dan tanah
merupakan salah satu bagiannya. Menurut Ritohardoyo, Su (2013) makna
lahan dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Lahan merupakan bentang permukaan bumi yang dapat bermanfaat
bagi manusia baik yang sudag ataupun belum dikelola.
b. Lahan selalu terkait dengan permukaan bumi dengan segala factor
yang mempengaruhi ( letak,kesuburan,lereng dan lainnya)
c. Lahan bervariasi dengan faktor topografi, iklim,geologi,tanah dan
vegetasi penutup.
d. Lahan merupakan bagian permukaan bumi dan segala factor yang
mempengaruhi
e. Lahan merupakan permukaan bumi yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia terbentuk secara kompleks oleh factor – factor fisik maupun
nonfisik yang terdapat di atasnya.
Makna lahan diatas menunjukkan bahwa lahan merupakan salah satu
sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia, mengingat
kebutuhan masyarakat baik untuk melangsungkan hidupnya maupun
kegiatan kehidupan sosio – ekonomik dan sosio-budayanya.
Selain itu lahan memiliki pengertian yang hampir serupa dengan
sebelumnya bahwa lahan adalah bagian dari bentang alam yang
mencangkup pengertian fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi,
bahkan keadaan vegetasi yang secara potensial akan berpengaruh terhadap
penggunaan lahan(FAO, 1976) dalam Tupi , Rio Diharjo (2014)
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lahan
merupakan tanah dengan segala ciri kemampuan maupun sifatnya beserta
segala sesuatu yang terdapat diatasnya termasuk didalamnya kegiatan
manusia dalam memanfaatkan lahan. Lahan memiliki banyak fungsi yang

7
dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usaha meningkatkan kualitas
hidupnya.
2.2 FUNGSI LAHAN
Menurut FAO (1995) dalam Djayanegara A (2013), lahan memiliki banyak
fungsi yaitu :
a. Fungsi produksi
Sebagai basis bagi berbagai system penunjang kehidupan, melalui
produksi yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat , bahan
bakar kayu dan bahan – bahan biotik lainnya bagi manusia, baik
secara langsung maupun melalui binatang ternak termasuk budidaya
kolam dan tambak ikan.
b. Fungsi lingkungan biotik
Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terratrial) yang
menyediakan habitat dan plasma nutfah bagi tumbuhan , hewan dan
jasad – mikro diatas dan di bawah permukaan tanah.
c. Lahan fungsi hidrologi
Lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya air tanah dan air
permukaan serta mampengaruhi kualitasnya.
d. Fungsi ruang kehidupan
Lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia,
industry, dan aktivitas social seperti olahraga dan rekreasi.

8
2.3 PEMANFAATAN LAHAN
2.3.1 PENGERTIAN
Pemanfaatan lahan untuk membantu bagi kebutuhan hidup
manusia perlu pengelolaan lahan yang lebih lanjut. Oleh karena itu
diperlukan suatu kebijakn atau keputusan suatu penggunaan lahan.
Pengertian penggunaan lahan menurut Arsyad (1989:207) dalam
Nugraha, Setya (2007), “Penggunaan lahan adalah setiap bentuk
intervensi ( campur tangan0 manusia terhadap lahan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spriritual”.
Penggunaan lahan dapat dikelompokkan kedalam dua golongan besar
yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan
pertanian. Penggunaan lahan dibedakan dalam garis besar penggunaan
lahan dibedakan dalam garis besar penggunaan lahan berdasar atas
penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau
terdapat diatas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dapat dikenal
macam-macam penggunaan lahan seperti tegalan, sawah, kebun, hutan
produksi, hutan lindung, dan lain-lain. Sedangkan penggunaan lahan
bukan pertanian dapat dibedakan menjadi lahan pemukiman,
industry.dll.
Penggunaan lahan didefinisikan sebagai salah satu macam campur
tangan manusia terhadap sumber daya lahan baik yang bersifat
menetap ataupun merupakan siklus yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam praktek
penggunaan lahan adalah persyaratan penggunaan lahan dan
hambatan-hambatannya. Untuk setiap penggunaan lahan diperlukan
persyaratan penggunaan lahan yang spesifik (sitorus, 1985) dalam
Tupi, Rio Diharjo (2014)
Pemanfaatan lahan merupakan bentuk camputr tangan manusia
terhadap sumberdaya lahan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
hidup, baik yang bersifat material maupun spiritual (juhadi,2007)
dalam Lahamendu Very (2013), sedangkan menurut Yusran (2006)

9
dalam Lahamendu Very (2013), pemanfaatan lahan adalah pengaturan
penggunaan lahan untuk menentukan pilihan terbaik dalam bentuk
pengalokasian fungsi tertentu, sehingga dapat memberikan gambaran
secara keseluruhan bagaimana daerah pada suatu kawasan tersebut
seharusnya berfungsi. Pemanfaatan lahan harus disesuaikan dengan
fungsi arahan kawasan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan.
Pendapat lain tentang pemanfaatan lahan dikemukakan pula oleh
Dardak (2005) dalam Lahamendu Very (2013),, bahwa dalam
perspektif ekonomi, tujuan tertinggi dari kegiatan yang
diselenggarakan diatas lahan. Namun harus disadari bahwa kegiatan
tersebut memiliki keterkaitan baik dengan kegiatan lainnya maupun
dengan lingkungan hidup dan aspek social budaya masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas pemanfaatan lahan merupakan
suatu bentuk pengaturan yang dilakukan manusia terhadap lingkungan
dimana pengguanaan lahan yang ditentukan sebagai pilihan untuk
pengalokasian fungsi kawasan tertentu sudah sesuai atau tidak sesuai
dengan fungsi kawasan.

10
2.4 PENGELOLAAN LAHAN DESA
2.4.1 Pengertian

Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan


dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik
dengan berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan,
dan mesin pertanian (traktor). Melalui proses ini, kerak tanah teraduk,
sehingga udara dan cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam dan
meningkatkan kesuburannya. Sekalipun demikian, tanah yang sering
digarap sering menyebabkan kesuburannya berkurang.
Pengolahan tanah mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh struktur tanah yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
benih atau akar.
2. Untuk mengendali gulma atau untuk menghilangkan tanaman yang
berlebih
3. Untuk menata sisa tanaman.
4.Untuk mengurangi erosi tanah dengan mengikuti cara semacam
pengolahan menurut garis tinggi, pembumbunan dan penempatan
sampahan secara tepat. Didaerah yang mempunyai lereng dengan sudut
kemiringan yang tinggi harus dibuat sengkedan atau terassering.
5.Untuk membenamkan dan mencampur pupuk, pestisida atau bahan
tambahan ke dalam tanah.
Pengelolaan lahan desa berati mengelola tanah yang dikuasai dan atau
dimiliki oleh Pemerintah Desa sebagai salah satu sumber pendapatan asli
desa dan / atau untuk kepentingan sosial. Pada dasarnya tanah ulayat atau
tanah kaum desa merupakan asset desa. Asset desa itu dapat berupa tanah
kas Desa, Tanah Ulayat atau tanah Kaum Desa , pasar Desa, pasar
pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa, permandian umum , dan
asset lainnya milik Desa.
Tanah atau lahan milik Desa dan tanah Desa dan Tanah dengan Hak
Ulayat sama-sama merupakan tanah milik adat yang menjadi hak
masyarakat adat. Akan tetapi, Tanah Ulayat terdapat Hak Ulayat dan
dikuasai suatu masyarakat hokum adat tertentu. Sedangkan Tanah Desa
merupakan salah satu tanah yang merupakan hak desa keseluruhan.

11
Tanah – tanah milik adat
Menurut Gunanegara dalam bukunya Hukum Pidana Agraria: Logika
Hukum Pemberian Hak Atas Tanah dan Ancaman Hukum Pidana (hal.3), tanah-
tanah milik adat terdiri dari Hak Masyarakat Adat dan Hak Adat Perorangan, yang
mana Hak Masyarakat Adat itu terdiri dari:

1.    Hak ulayat
a.    Hak pertuanan
b.    Hak persekutuan
c.    beschikkingrechts
2.    Hak desa
a.    Tanah Milik Desa
b.    Tanah Kas Desa
c.    Tanah Bengkok
d.    Ambtveld
Tanah Ulayat diartikan sebagai tanah bersama para warga masyarakat
hokum adat yang bersangkutan. Hak penguasaan atas tanah masyarakat hokum
adat dikenal dengan Hak Ulayat.
Hak tanah ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu
masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam
lingkungan wilayahnya. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan
Dasar pokok-Pokok Agraria (UUPA) mengakui adanya Hak Ulayat. Pengakuan
itu disertai dengan 2 syarat yaitu mengenai eksistensinya dan mengenai
pelaksanaanmya. Berdasarkan Pasal 3 UUPA, Hak Ulayat “diakui sepanjang
menurut kenyataannya masih ada”.
Dengan demikian , tanah ulayat tidak dapat dialihkan menjadi tanah Hak
Milik apabila Tanah Ulayat tersebut menuprut kenyataan masih ada, misalnya di
buktikan dengan adanya masyarakat hokum adat bersangkutan atau kepala adat
bersangkutan. Sebaliknya, Tanah ulayat dapat dialihkan menjadi tanah hak milik
apabila tanh ulayat tersebut menurut kenyataannyatidak ada atau statusnya sudah
berubah menjadi “bekas tanah ulayat”
Tanah ulayat didefinisikan oleh Putu Oka Ngakan et.al dalam Dinamika
proses Desentralisasi Sektor Kehutanan di Sulawesi Selatan (hal.13) sebagai tanah
yang dikuasai secara bersama oleh warga masyarakat hokum adat,di mana
pengaturan pengelolaannya dilakukan oleh pemimpin adat (kepala adat)dan
pemanfaatannya diperuntukkan baik bagi warga masyarakat hokum adat yang
bersangkutan maupun orang luar.
Tanah Desa adalah tanah yang dikuasai dan atau dimiliki oleh Pemerintah
Desa sebagai salah satu sumber pendapatan asli desa dan / atau untuk kepentigan
sosial. Kekayaan milik Desa yang berupa tanah disertifikatkan atas nama
Pemerintah Desa.

12
Dalam hal ini dapat disimpulkan tanah ulayat dan tanah desa yang
dimaksudkan dalam Desa Adat Asak merupakan tanah yang dikuasai oleh
masyarakat hokum adat tertentu dan di dalamnya terkandung hak ulayat,
sedangkan Tanah Desa merupakan salah satu tanah yang merupakan hak desa
secara keseluruhan.berdasarkan informasi yang penulis dapat dari hasil
wawancara dengan pendesa adat bahwa disebutkan untuk masyarakat Desa Asak
diberikan hak kelola tanah desa masing-masing kepala keluarga mendapatkan 4
are lahan untuk bebas di tanami tanaman. Seperti padi, jagung , beras dan kacang
– kacangan.
Pembagian lahan tersebut sesuai dengan hukum adat yang berlaku di Desa
Adat Asak. Disebutkan juga setiap masyarakat asli Desa Asak yang menikah
setelah 6 bulan mendaftarkan namanya kepada Pendesa Adat Asak maka nama
masyarakat yang sudah mendaftarkan itu berhak mendapatkan lahan untuk di
kelola seluas 4 – 6 Are untuk di kelola. Peraturan tersebut susdah terjadi turun
temurun dari beberapa Pendesa Adat.

13
2.5 PEMBAGIAN HASIL LAHAN DESA
Menurut Hardjosudarmo (1970: 63) pada aspek sosialnya hubungan bagi
hasil seperti ini bersifat menolong dan membantu. Sifat tersebut terbukti dari:
1. Pemilik sawah sebenarnya mampu menggarap sendiri tanah yang
dimiliki.
2. Dilepaskannya keinginan menggarap sendiri tanahnya yang
sesungguhnya lebih memberi untung. 3. Ditinjau dari segi keutuhan
sosial dalam ikatan yang baik, hal ini sesuai dengan struktur kehidupan
sosial-ekonomi di negara Indonesia dengan kepribadian tolong-
menolong dan gotong-royong.
Perjanjian bagi hasil pertanian sawah yang dilakukan oleh masyarakat ini
dengan menggunakan aturan-aturan adat sehingga perjanjian tersebut tidak tertulis
melainkan hanya membutuhkan rasa saling percaya saja.seperti info dari bapak
Pendesa Adat yaitu hasil lahan bisa di jual semua oleh penggarap tetapi jika di
Desa Adat Asak akan di adakan upacara adat maka para penggarap lahan Desa
Adat tersebut wajib menyerahkan sumabangan sukarela untuk membantu
memenuhi kebutuhan upacara. Apapun yang ditanam di lahan Desa untuk Desa
Adat Asak para penggarap wajib memberikan sebagian atau sukarella tidak di
tentukan oleh Pendesa Adat Desa Adat Asak.

14
Gambar 1.2 Lahan Pertanian Desa Adat Asak

Gambar 1.3 Batas Lahan Pertanian

15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan penelitian dalam penelitian ini menggunakan
metode:
a. Pengamatan langsung atau observasi , adalah cara pengumpulan
data dengan cara pencatatan secara cermat dan sistematik.
Pengamatan langsung di lapangan diperlukan untuk mengetahui
situasi dan kondisi nyata dilapangan, yaitu pada penelitian ini
untuk mengetahui peran Pendesa terhadap pengelolaan lahan Desa
dan Hasil dari Pengelolaan Lahan Desa di Desa Adat Asak
Kecamatan Karang Asem.
b. Melakukan wawancara dengan masyarakat, kepala desa, untuk
mengetahui lebih jelas mengenai informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
c. Metode deskriptif melalui pengamatan kepada sekitar desa dan
juga dari beberapa obyek di Desa Adat Asak.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada Hari Jum’at Tanggal 14 Februari 2020 di mulai
Pukul 08.00 sampai dengan hari Minggu Tanggal 16 Februari 2020 Pukul 15.30 di
Desa Adat Asak Desa Pertima Kecamatan Karangasem,Kabupaten Karangasem.

3.3 Obyek Penelitian


Objek penelitian merupakan sesuatu yang mejadi perhatian dalam sebuah
penelitian karena objek penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai untuk
mendapatkan jawaban maupun solusi dari permasalahan yang terjadi.
Menurut Sugiyono (2012:144) pengertian objek penelitian adalah sebagi
berikut: “Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu hal objektif, valid, dan realiable
tentang suatu hal (variabel tertentu)”.
Obyek penelitian ini adalah Peran Pendesa terhadap pengelolaan Lahan Desa
dan Pembagian Hasil Pengelolaan Lahan Desa di Desa Adat Asak Kecamatan
Karangasem.

16
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan, agar sebuah karya ilmiah (dari suatu penelitian)
dapat mencapai apa yang diharapkan dengan tepat dan terarah dengan
menggunakan metode ilmiah. Sedang metode penelitian ialah strategi umum yang
dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab
persoalan yang dihadapi.
Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah metode
wawancara langsung dari berbagai sumber, dengan teknik ini peneliti menyiapkan
Recorder, dan beberapa pertanyaan yang sudah di susun dengan baik , juga
menyiapkan kamera untuk mengabadikan foto narasumber yang peneliti
wawancara .
Dalam metode ini peneliti mencari masyarakat yang berkaitan langsung
dengan judul yang peneliti ajukan, seperti mewawancarai masyarakat yang juga
penduduk asli Desa Adat Asak dalam proses pengelolaan Lahan Desa Adat Asak
yang di kelola masing-masing keluarga dan hasil kelola tersebut di jual dan di
pergunakan untuk keperluan pribadi atau keperluan keluarga.

17
3.5 Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dalam
penelitian kualitatif, kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang
sedang dikaji secara empiris adalah hal utama dalam penelitian. (Semi, 2012, hlm.
30) Lima ciri utama dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut.
1. Latar alamiah (natural setting) sebagai sumber data dan peneliti
merupakan instrumen kunci. Peneliti kualitatif berusaha untuk melakukan
observasi langsung ke lapangan, karena dalam penelitian kualitatif data
yang berupa rekaman saja tidak memadai.
2. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Dalam penelitian kualitatif
pelaporan dengan bahasa verbal yang cermat sangat dipentingkan karena
semua interpretasi dan kesimpulan yang diambil disampaikan secara
verbal.
3. Lebih mengutamakan proses, bukan hasil. Bentuk atau wujud hasil
penelitian sangat ditentukan oleh proses penelitian.
4. Analisis data cenderung secara induktif. Dalam penelitian kualitatif,
peneliti mengontruksi konsep secara lebih jelas di tengah perjalanan
kegiatan penelitian setelah mengumpulkan berbagai fenomena dan
memeriksa bagianbagiannya.
5. “Makna” merupakan sesuatu yang esensial bagi pendekatan kualitatif.
Peneliti kualitatif merasa perlu menangkap perspektif-perspektif subjek
penelitiannya secara akurat serta memerhatikan dengan cermat apa saja
informasi yang diberikan oleh informan.
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dan
deskriptif. Langkah kerja metode ini yaitu mendeskripsikan hasil dari wawancara
dengan pertanyaan pertanyaan yang sudah di susun oleh peneliti. Tahap-tahap
yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah.
1. Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan yaitu , hasil wawancara
kepada beberapa narasumber yang terpercaya dan secara langsung dari
Desa Adat Asak .
2. Mendeskripsikan data hasil wawancara kedalam suatu kalimat yang
menarik dan menggali lebih dalam mengenai Peran Pendesa Adat
terhadap Pengelolaan Lahan Desa dan Pembagian Hasil Pengelolaan
Lahan Desa di Desa Adat tersebut.
3. Melakukan perbandingan hasil wawancara antara masyarakat Desa
Adat Asak san Pendesa Adat Asak.

18
Gambar 1.4 Foto Bersama Pendesa Adat

Gambar 1.5 Foto pada saat wawancara dengan Pendesa Adat

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga masyarakat desa
sebagai berikut :
1. Nama : Bu Nengah Suarti
Alamat : Br. Asak Tengah

Merupakan pelaku usaha kecil dan menengah di desa adat asak dengan jenis
industry penjual jajanan traditional seperti tape, bantal, klepon dan lain-lain. Dengan cara
pemasaran dititipkan di warung – warung dan dijual di pasar. Produksi yang dilakukan
misalkan produk tape ketan sebanyak 4kg setiap hari yang dikemas menjadi 200 bungkus
dengan harga perbungkus Rp.1.000,- dimana untuk penghabisan bahan produksi
Rp.100.000,- tetapi untuk hari-hari tertentu seperti misalnya hari raya dalam umat hindu
produksi perhari bias mencapai 10kg .

2. Nama : made Jaya


Pasek uma kauhan
Pertanian yang merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk desa adat asak
sebagai penunjang perekonomian penduduk setempat . berikut penjelasan dari bapak
made jaya sebagai pekaseh uma kauhan bahwa pertanian yang ada di desa adat asak
adalah sebagai berikut :

1. Pertanian
Meliputi petani padi, palawija kacang tanah, kacang panjang dan jagung )
2. Perkebunan
Dalam bidang perkebunan meliputi kebun pisang dan kelapa

Untuk system pemasaran dan penjualan hasil pertanian didesa adat asak adalah
melalui saudagar-saudagar yang dating kepada petani langsung maupun dari petani
langsung di jual kepasar. Disini pemerintah ikut kontribusi di desa adat asak dibidang
pertanian beruopa bantuan subsidi pupuk dan pertanian alat/mesin pertanian berupa
traktor .dari penjelasan bapak made jaya dalam perekonomian penduduk setempat dirasa
cukup dari hasil pertanian tersebut disamping sebagai petani warga desa setempat juga
bekerja sebagai buruh untuk pendapatan mereka .

Rata – rata petani dalam subak ini menanduri tanah 25 are. Tanaman yang di
tanam pada subak ini biasanya padi,kacang,jagung,kacang panjang . dimana penanman
nya di bagi menjadi 2 wilayah. Satu di tanami padi dan yang satu lagi di tanami palawija .
metode ini di lakukan bergilir. Hasil dari pertanian ini seperti kacang biasanya dijual
dengan harga 12rb perkilo kepada pengepul yang setiap panen menghasilkan 25kg.

20
4.2 PEMBAHASAN

Dalam Sub Bab ini peneliti akan membahas masyarakat Desa Adat Asak
dalam segi perekonomian. Masyarakat Desa Adat Asak berpenghasilan sehari-hari
dari bertani dan berkebun untuk para kepala keluarga. Mereka mengelola lahan
Desa Adat Asak karena sudah dari tradisi turun temurun yang di lakukan Pendesa
Adat Desa Adat Asak. Menurut info dari Pendesa Adat Desa Adat Asak Bapak Jro
Ketut Sutha pembagian lahan yang di kelola oleh masyarakat Desa Adat Asak
yang sudah menikah sudah sesuai dengan peraturan turun temurun dari awig-awig
Desa Adat Asak.

Pembagian pengelolaan lahan dan Bagi hasil dari pengelolaan lahan Desa di
Desa Adat Asak belum sepenuhnya peneliti ketahui dikarenakan Bapak Pendesa
Adat di Desa Adat Asak tidak menjelaskan secara transparent pembagian hasil
lahan ataupun pembagian lahan yang di kelola oleh masyarakat luasan nya atau
besaran lahan Desa yang tersedia tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak I Made Warta masyarakat Desa


Adat Asak yang sudah tinggal di Denpasar, sebelumnya beliau adalah perangkat
Desa. Menurut beliau dahulu masyarakat Desa Adat yang mengelola lahan Desa.
Ada 2 lahan Desa di Desa Adat Asak yaitu Lahan Desa Nyoman dan Lahan
Kramat Desa, semua adalah Lahan Desa Adat, untuk Lahan Desa Nyoman adalah
lahan yang di kelola untuk yang sudah berkeluarga, Lahan Desa Kramat yang
memang di kelola oleh masyarakat desa untuk kepentingan Upacara Desa Adat.
Pembagian lahan kelola untuk Lahan Desa Nyoman sebesar 8 Are, dan untuk
Lahan Desa Krama sebesar 4 Are.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang sama-sma meneliti


Lahan Desa karena beda Desa Adat beda aturan atau Awig-Awig Desanya. Di
Desa Adat Asak ini peraturan desa yang menyebutkan untuk Penduduk yang
sudah menikah selama 6bulan dan menetap di Desa dan melapor kepada Pendesa
Adat maka berhak mendapatkan Lahan kelola. Besaran Lahan yang di kelola oleh
masyarakat ini tidak disebutkan oleh Bapak Pendesa Adat Bapak I Ketut Sutha,
namun Bapak I ketut Sutha menyebutkan bahwa masyarakat Desa Adat Asak juga
di Berikan Lahan Tinggal yang sudah turun temurun juga sesuai dengan aturan
adat, dimana setiap masyarakat yang sudah berkeluarga berhak mendapatkan
lahan tinggal yang sudah dalam bentuk bangunan rumah.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh dari Desa Adat Asak Desa
Pertima Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem. Penduduk Desa
mengelola Lahan Desa yang di berikan oleh Pendesa Adat untuk masyarakat yang
sudah berkeluarga di Desa Adat Asak dan memberikan Lahan Tinggal untuk

21
masyarakat yang juga sudah berkeluarga dan menetap di Desa Adat Asak
Kecamatan Karangasem. Luas lahan yang dikelola oleh masyarakat desa adat
±8are luas lahan tinggal hanya di beritahu 1 rumah yang di tinggalkan untuk
keluarga.

Adapun adat yang mengatur pengelolaan lahan dan lahan tinggal ini
menyebutkan jika dalam anggota keluarga ada yang meninggal atau bercerai maka
lahan yang di berika oleh Desa harus di kembalikan paling lama 6 bulan setelah
anggota keluarga itu meninggal atau bercerai. Dan lahan yang di kembalikan akan
di berikan lagi kepada masyarakat yang baru menikah atau yang sudah menetap
selama 6 bulan di desa adat tersebut.

Menurut peneliti peraturan tersebut ada plus dan minusnya dikarenakan


disebutkan jika ada anggota masyarakat yang bercerai atau meninggal dunia maka
lahan yang dikelola masyarakat tersebut harus dikembalikan ke desa, sedangkan
tidak diketahui bagaimana system pengembalian nya dan apa kontribusi dari Desa
untuk masyarakat yang sudah tidak utuh lagi keluarganya. Disini terdapat data
yang diberikan pendesa adat tidak transparent kepada peneliti sehingga peneliti
tidak dapat data yang sebenarnya.

22
BAB V

PENUTUP
5.1 SIMPULAN
1. Pembagian pengelolaan lahan desa di Desa Adat Asak sudah sesuai
dengan peraturan atau awig awig desa adat, namun masih ada yang
belum bisa di pastikan apakah peraturan adat tersebut benar adanya,
dikarena Pendesa Adat tidak bisa menunjukkan kepastian peraturan
Desa Adat Asak tersebut.

2. Untuk pembagian hasil masih simpang siur antara penyataaan


penduduk atau masyarakat desa mengenai pembagian hasil lahan
pertanian di Desa Adat Asak. Di karenakan ada masyarakat yang
mengatakan mereka hanya mengelola dan mendapatkan hasil dari
pengelolaan lahan tersebut hanya berupa upah, dan ada juga
masyarakat yang mengatakan bahwa hasil panen bisa di konsumsi
sebagai konsumsi pribadi atau rumah tangga yangmengatakan harus
memberikan berupa sesajen untuk ayahan sebesar 1 mangguk beras.

5.2 SARAN
1. Untuk Pendesa Adat adalah memberikan penyuluhan untuk para petani
agar desa tersebut dapat berkembang di bidang pertanian, dan
penyuluhan untuk Ibu Rumah Tangga yang melakoni bisnis jualan
“jajan” jika packaging dan kebersihan dalam proses produk bisa di
perhatikan saya yakin penduduk desa akan bisa bersaing dengan
makanan atau jajan-jajan yang lainnya,dan dapat di jual keluar dari
daerah karangasem, bisa juga Desa Adat Asak menjadi pendistribusi
jajan untuk upacara adat terbesar jika ada yang mengkoordinir.
2. Untuk pembagian Lahan desa dan pembagian hasil pengelolaan lahan
desa agar bisa di perjelas sesuai dengan aturan dan lebih di ceritakan
secara gamblang kepada para pencari data .

23
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Bapak Pendesa Adat Desa Adat Asak Desa Pertima Kecamatan Karangasem
Kabupaten Karangasem, Bp. I Ketut Sutha

Ibu Nengah Suarti , Masyarakat desa Adat Asak sebagai petani

Bapak Made Jaya sebagai pekaseh uma kauhan di Desa Adat Asak

Dardak (2005) dalam Lahamendu Very (2013)

Putu Oka Ngakan et.al dalam Dinamika proses Desentralisasi Sektor Kehutanan
di Sulawesi Selatan (hal.13)

Hardjosudarmo (1970: 63)

24
LAMPIRAN

Gambar 1.6 Foto petani pengelola lahan desa dan istri penjual Jajan

Gambar 1.7 foto wawancara bersama Ibu Sayang pengelola jajan

25
Gambar 1.8 Pengelolaan Jajan oleh Ibu Rumah Tangga

Gambar 1.9 Kegiatan Petani Di Desa Adat Asak

Gambar 1.10 Konsultasi Dengan Dosen Pembimbing

26
27

Anda mungkin juga menyukai