Anda di halaman 1dari 73

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN MELAKUKAN

PEKERJAAN PERATAAN TANAH OLEH PT ALAM BARU


DI KOTA KENDARI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo

OLEH:

LAODE ARDAN
H1A119245

BAGIAN KOSENTRASI PERDATA


FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HALU OLEO


KENDARI
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing I dan pembimbing II untuk


dipertahankan dihadapan panitia ujian skripsi pada program studi Ilmu Hukum
Bagian Kosentrasi Perdata Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo.

Judul : Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian


Melakukan Pekerjaan Perataan Tanah Oleh PT
Alam Baru DI Kota Kendari

Nama Mahasiswa : Laode Ardan

Nomor Induk Mahasiswa : H1A119245

Program Studi/Jurusan : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Perdata

Kendari, Maret 2023

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muh Sjaiful,S.H.,M.Hum Nur Intan S.H,M.H


NIP:196801262003121001 NIP:198004072008122001

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu

Wata‟ala atas segala limpahan rahmat, hidayah-Nya, rezeki, kesehatan dan

kesempatan, sehingga penulis senantiasa diberikan keihklasan, kesabaran dan

kemudahan dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam

semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi

Wassalam, beserta seluruh keluarga beliau, sahabat hingga umat islam sampai

akhir zaman. Penelitian ini “PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM

PERJANJIAN MELAKUKAN PEKERJAAN PERATAAN TANAH OLEH

PT ALAM BARU DI KOTA KENDARI. Dalam penyusunan skripsi ini banyak

hambatan yang penulis dapatkan, namun atas bantuan dan bimbingan serta

motivasi yang tiada henti disertai harapan dan tekad yang kuat sehingga penulis

dapat mengatasi semua itu. Ucapan terima kasih, penghormatan dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada Ibunda tercinta penulis Waode Faima dan

Ayahanda tercinta penulis Bapak Laode Desemuna dan kakak-kakak tercinta

penulis Lade Rasidi, Waode Harlian, Laode Abdul Hatiman, Waode

Hasdayanti, Waode Hasria, dan adik tercinta Waode Muliyani atas semua doa,

pengorbanan, perjuangan, nasehat, motivasi dan kasih sayang yang diberikan

kepada Penulis, yang penuh kesabaran dalam mendidik, merawat, dan

membesarkan penulis dengan penuh kesabaran dan lautan kasih sayang yang tak

terhingga. Tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Dr. Muh.Sjaiful, S.H.,M,Hum, selaku pembimbing I

dan juga kepada Ibu Nur Intan S,H.M.H, selaku pembimbing II atas segala

iii
waktu dan pemikiran beliaulah untuk memberikan bimbingan, arahan, saran dan

masukan kepada penulis dari mulai penyusunan proposal hingga terselesainya

skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr.Ruliah

S.H.M.H, selaku penguji I penulis, Bapak Rizal Muchtasar, S.H,LL.M, selaku

penguji II penulis, dan Bapak Asri Sarif, S.H.M.H selaku penguji III penulis

yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang sifatnya membangun

kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penelitian ini sulit dapat terwujud tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan

kontribusinya khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si., M.Si., M.Sc. selaku Rektor

Universitas Halu Oleo Kendari.

2. Bapak Dr. Herman, S.H., LL.M. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Halu Oleo Kendari.

3. Bapak Dr. Guasman Tatawu, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo Kendari.

4. Ibu Siti Aisah Abdullah, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan Bidang

Umum,Keuangan dan Kepegawaian Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo

Kendari.

5. Bapak Lade Sirjon, S.H., LL.M. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

dan Alumni Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo Kendari.

6. Bapak La Ode Muhamad Sulihin, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo Kendari.

iv
7. Bapak Haris Yusuf, S.H., M.H selaku Ketua Konsentrasi Perdata Fakultas

Hukum Universitas Halu Oleo Kendari.

8. Bapak Ahmad Firman Tarta,SH.M.H Selaku Ketua Kosentrasi Pidana Fakultas

Hukum Universitas Halu Oleo Kendari.

9. Bapak Ali Risky, S.H., M.H selaku Penasihat Akademik yang telah

memberikan masukan, arahan dan support kepada penulis.

10. Ibu Elno Molan, S,IP,M.A.P, Selaku Dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik

(Fisip) sekaligus MC Universitas Halu Oleo yang telah memberikan motivasi,

arahan, rejeki, masukan, kemudahan, sehingga penulis bisa merasakan dunia

perkuliahan.

11. Bapak H. Andi Rahmanuddin, Selaku direksi PT Alam Baru yang telah

memberikan informasinya terkait permasalahan perjanjian yang tidak sesuai

sehingga mengakibatkan munculnya masalah waprestasi.

12. Bapak Andi Ainudin, S,SOS. Selaku direktur PT Alam Baru yang juga

memberikan informasi terkait permasalahan perjanjian yang tidak sesuai

sehingga mengakibatkan munculnya masalah waprestasi.

13. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo yang telah

memberikan pencerahan dalam proses perkuliahan sehingga dapat membekali

penulis untuk menjadi mahasiswa hukum yang baik selama tiga tahun lebih

pada jenjang S1.

14. Seluruh Para staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo yang

memberikan kemudahan untuk mengurus administrasi perkuliahan termasuk

dalam membantu penyelesaian ujian akhir ini.

v
15. Kepada keluarga besar penulis, yang telah memberikan doa, dukungan, dan

kasih sayang yang tak terhingga untuk membantu penyelesaian tugas akhir

skripsi ini.

16. Kepada kakak-kakaku, terimakasih telah menjadi tempat curhat ternyaman,

dan telah memberikan apa saja yang penulis butuhkan. Terimakasih segala

masukan dan supportnya hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

17. Kepada keluarga besar mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo

yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada Penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

18. Teman-teman seperjuangan Ilmu Hukum 2019 yang telah bersama-sama

merasakan nikmatnya dari awal hingga akhir perkuliahan.

19. Kepada pihak bidikmisi yang telah memberikan beasiswa dan kuliah gratis

sehingga penulis bisa dimudahkan dan dilancarkan dalam proses perkuliahan.

20. Teman-teman KKN terimakasih atas kebersamaan selama 45 hari.

21. Kepada seluruh teman-teman penulis di kelas a, b, c, d, e, f, g, dan h Fakultas

Hukum 2019 yang mengisi masa-masa kuliah. Semoga silaturahmi kita tidak

terputus.

22. Kepada teman/sahabat penulis, Salim Wahyuda Sitorus, Moh Wais Alkarni,

Wayan Karta, Yusrin, Jefri Said, Muh. Izul Haq, Muh Syaldan, Reza

Setiyansyah, Juspandi, Muh faiz Irham, Leni Lestari, Lisran, dan Inggi

Alamsyah yang selalu memberikan semangat, nasehat, dan masukan, selama

tiga tahun lebih masa perkuliahan.

vi
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu

penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan skripsi ini menjadi bahan bacaan yang

bermanfaat bagi semua pembaca. Wassalamualaikum Warahmatullahi

Wabarakatuh.

Kendari, Maret 2023.

Laode Ardan

vii
ABSTRAK
Laode Ardan, Stambuk H1A119245, Judul”Penyelesaian Wanprestasi Dalam
Perjanjian melakukan Pekerjaan Perataan Tanah Oleh PT Alam Baru Di
Kota Kendari”. Dibawah bimbingan bapak Dr. Muh Sjaiful, S.H,M.Hum,
selaku pembimbing I dan ibu Nur Intan S.H,M.H, selaku pembimbing II.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1). Untuk mengetahui
pelaksanaan perjanjian yang dilakukan oleh PT Alam Baru di kota Kendari
tentang kebenaran terjadi wanprestasi. 2). Untuk mengetahui penyelesaian
wanprestasi dalam perjanjian melakukan pekerjaan perataan tanah oleh PT Alam
Baru di kota Kendari.
Tipe penelitian yang digunakan yaitu penelitian hukum empiris, yang
merupakan penelitian yang berfokus untuk meneliti fenomena atau keadaan objek
penelitian secara detail dengan menghimpun kenyataan yang terjadi dan
mengembangkan konsep yang ada. Selain itu juga penelitian empiris disebut juga
penelitian lapangan, yang dimana penelitian ini berfungsi untuk melihat langsung
kejadian permasalahan dilapangan tentang unsur nyata dalam meneliti.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat
menyimpulkan: 1). Bentuk perjanjian yang dibuat oleh PT Alam Baru adalah
bentuk perjanjian secara lisan, yang dimana perjanjian tersebut dibuat dengan
suatu perkataan janji dan meyakinkan kepada pihak yang bersangkutan sehingga
munculnya suatu perikatan antara kedua belah pihak. Kemudian berdasarkan hasil
penelitian menyatakan bahwa pihak PT Alam Baru benar-benar melakukan
wanprestasi atau ingkar janji dikota Kendari. 2). Bentuk penyelesaian sengketa
wanprestasi yaitu dilakukan secara musyawarah mufakat atau penyelesaian diluar
pengadilan (non-litigasi) oleh kedua belah pihak.

Kata Kunci : Wanprestasi, Perjanjian Melakukan Pekerjaan.

viii
ABSTRACT
Laode Ardan, stambuk H1A119245 title”Sattlement Of Defaultsin The
Agreement To Carry Out Land Leveling Wor By PT Alam Baru In The City Of
Kendari”. Under the guidance of Dr. Muh. Sjaiful,S.H,M,Hum as supervior one
and mother Nur Intan S.H,M.H as supervior two.
As for the purpose of this research are: 1). To find out the form of
implementation of the agrement made by PT Alam Baru of Kendari. 2). To find
out the form of defaul committed by PT Alam Baru in the city of Kendari. 3). To
find out the form of settlement of defaults carried out by PT Alam Baru in the city
of Kendari.
The type of research used is empirical legal research which is research
that focuses on examining the phenomenon or condition of the research object in
detail by gathering the facts that occur and developing existing concepts. Besides
that emprical research is also called field research where this research serves to
see firsthand the occurrence of problems in the fiels regarding real elements in
research.
Based on the results of research and discussion, the authors can conlude:
1). The form of the agreement made by PT Alam Baru is a form of verbal
agreement is made with a word of promise and convincing to the parties
concerned so that an agreement arises between the two parties. Then based on the
results of the research stated that PT Alam Baru really did default disputes is
carried out by deliberation for consensus or settlement outside the court (non-
litigation) by both sides.

Keyboar :Defaul Agreement To Do The Job.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………….……………………............………..............
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………..ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………......iii
ABSTRAK……………………………………………………………………...viii
ABSTRACT…………………………………………………………………..….ix
DAFTAR ISI…...………………………………………………………………....x
BAB I PENDAHULUAN….. ……………………………………………………1
A. Latar Belakang…….…………………….…………………………….….1
B. Rumusan Masalah……………….…………..……………………………9
C. Tujuan Penelitian…..……………………………………………………10
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………….10
E. Keaslian Penelitian……………………………………………...............11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…..……………………………………………14
A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian………………………………………...14
1. Pengertian Perjanjian ………………………………………………...…..14
2. Syarat Sah Perjanjian………………………………………………….….17
B. Tinjauan Umum Tentang Wanprestasi ……………………………………...21
1. Pengertian Prestasi Dan Wanprestasi……………......…………………..21
2. Bentuk-Bentuk Wanprestasi…………………………………………...…24
3. Akibat Wanprestasi……………………………………………………….24
C. Tinjauan Umum Tentang Perataan Tanah …………………………………..25
1. Pengertian Perjanjian Perataan Tanah……………………………………..25
2. Para Pihak Dalam Perjanjian Perataan Tanah……………………………..26
3. Perjanjian Melakukan Pekerjaan ……………..…………………………...29
D. Penyelesaian Sengketa………………………………………………………31
1. Litigasi…………………………………………………………………….32
2. Non Litigasi ……………………………………………………………….32
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………............66
A. Jenis Penelitian…………………… ……………………...…..………....36

x
B. Jenis Dan sumber Data………..……...….…………................................37
C. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………….38
D. Teknik Analisa Data………..………………………................................38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…….....……………...39
A. Unsur Wanprestasi Pelaksanaan Dalam Perjanjian Melakukan Pekerjaan
Perataan Tanah Oleh PT Alam Baru ………………….…………...…...39
B. Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Melakukan Pekerjaan Oleh
PT Alam Baru Di Kota Kendari……………………………….………..45
BAB V PENUTUP………………………………………………………………58
A. Kesimpulan………………………………………………………………58
B. Saran……………………………………………………………………...59
DAFTAR PUSTAKA

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Di negara Indonesia pada dasarnya perjanjian berawal dari perbedaan

atau ketidak samaan kepetingan diantara para pihak. Perumusan-perumusan

kontrak hubungan kontraktual tersebut pada umunya senantiasa diawali

dengan proses negosiasi antara para pihak melalui negosiasi para pihak

berupaya menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling

mempertemukan sesuatu yang di inginkan (kepentingan) melalui proses tawar

menawar. Pada umumnya kontrak berbisnis justru berawal dari perbedaaan

kepentingan yang di pertemukan melalui kontrak melalui perbedaaan kontrak

tersebut dianogsa dan selanjutnya bingkai dengan perangkat hukum sehingga

mengikat para pihak yakni orang satu dengan yang lain dengan tujuan

berbisnis. Dalam kontrak perjanjian bisnis pertanyaan mengenai sisi kepastian

dan keadilan justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada diantara para

pihak terkomendasi melalui mekanisme hubungan kontraktual perjanjian yang

bekerja secara profesional dalam mencapai kesepakatan kedua belah pihak.1

Kebebasan berkontrak atau membuat perjanjian merupakan “roh‟ dan

“napas” sebuah kontrak perjanjian secara empilisit memberikan panduan

bahwa dalam berkontrak pihak diasumsikan mempunyai kedudukan yang

seimbang

1
Agus Yudha Hermoko, Hukum Proposionalitas Dalam Kontrak Perjanjian Asas
Proposionalitas Dalam Kontrak Komersial, Prenada Media Group, 2018, H, 3.

1
artinya tidak ada yang merasa dirugikan dengan demikian diharapkan akan

muncul kontrak perjanjian yang adil dan seimbang pula bagi para pihak.

Namun demikian praktik masih banyak ditemukan model kontrak standar

(kontrak baku) yang cenderung di anggap berat sebelah,tidak seimbang dan

tidak adil. Kontrak yang demikian sering di ibar atkan dengan pertarungan

antara “David vs Goliath” dimana berhadapan dua kekuatan yang tidak

seimbang antara pihak yang mempunyai bargaining position kuat (baik karena

penguasaan modal/dana, teknologi maupun skill yang diposisikan sebagai

goliath) dengan pihak yang lemah bargaining position-nya (yang diposisikan

sebagai david).

Dengan demikian pihak yang lemah bergaining position-nya hanya

sekedar menerima segala sisi kontrak dengan terpaksa (taken for granted)

sebab apabila ia mencoba menawar dengan alternatif lain kemungkinan besar

akan menerima konsekuensi kehilangan apa yang dibutuhkan di dalam jadi

hanya ada dua laternatif pilihan yang bagi pihak yang lemah bargaining

position-nya untuk menerima atau menolak (take it or leave it). Urgensi

pengaturan perjanjian kontrak dalam praktik bisnis adalah menjamin

pertukaran kepentingan (hak dan kewajiban) berlangsungan secara profesional

bagi para pihak sehingga dengan demikian terjalin hubungan kontraktual yang

adil dan saling menguntungkan satu sama lain dan sebaliknya dapat pula

merugikan pihak-pihak yang berkontrak.2Demikian pula dengan kontrak

komersial yang menjadi fokus penelitian ini sekedar menyoal keseimbangan

2
Agus Yudha Hernmko, Hukum Perjanjian Asas Komersial, Prenada Media Group,
2018, H, 4-5.

2
kontraktual berdasarkan bunyi klausul kontrak bertentangan dengan esensi

hubungan kontraktual yang dibangun para pihak. Pada kontrak komersial

tujuan para pihak yang lebih ditujukan membangun hubungan bisnis yang

berlangsung adil, tentunya untuk menganalisis secara lebih cermat mengenai

seluk-beluk hubungan para pihak yang dalam kontrak komersial diperlukan

suatu metode pengujian terhadap eksitensi suatu kontrak sebagai proses yang

sistematis dan padu. Keterpaduan asas-asas hukum kontrak termasuk

didalamnya asas proposionalitas yang merupakan pisau analisis untuk

membeda eksitensi kontrak yang dibuat para pihak tentunya sudah bukan

waktunya lagi untuk berkutat pada dilema semu ketidak seimbangan atau

ketidak adilan kontrak tetapi lebih difokuskan pada bagaimana perbedaaan

kepentingan para pihak yang dapat diatur sedemikian rupa secara profesional.3

Wanprestasi adalah salah satu resiko wajib dihadapi oleh pihak-pihak

terlibat dalam perjanjian utamanya jika perjanjian melibatkan uang, kondisi

wanprestasi bisa dialami siapa saja oleh karena itu sebelum melakukan

kesepakatan diatas materai berhati hatilah dalam memilih rekan kerja sama.

Wanprestasi adalah istilah dari bahasa belanda “wanprestatie” adalah tindakan

ingkar janji oleh salah satu pihak dalam perjanjian diatas materai sebagai dari

kelalaian sehingga kodratnya masyarakat tidak dapat hidup sendiri maka

diperlukan sebuah hubungan antara manusia satu dengan lainnya, sehingga

tentu terdapat suatu ikatan-ikatan yang memerlukan adanya aturan. Interaksi

antar individu menimbulkan sebuah perikatan yang bersifat privat. Perikatan

3
Ibid, h, 5-6.

3
yang dimaksudkan adalah sebuah hubungan hukum antara dua orang atau dua

pihak berdasarkan salah satu pihak berhak menuntut sesuatu hal dari pihak

yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu

sesuai dengan perjanjian. Pengertian perjanjian sebagaimana diuraikan dalam

Pasal 1313 KUHPerdata yaitu “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Obyek

perjanjian berupa prestasi yaitu suatu kewajiban yang harus dipenuhi dan/atau

dilaksanakan oleh para pihak sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Dalam

sebuah perjanjian sering terjadi adanya pihak tertentu ingkar janji atau

wanprestasi, tidak melaksanakan hak dan kewajiban yang sudah disepakati.

Perkataan wanprestasi berasal dari Bahasa Belanda yang artinya prestasi

buruk.

Wanprestasi artinya ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat

memenuhinya tetapi tidak seperti yang telah diperjanjikan bisa memenuhi

kewajibannya. Pasal wanprestasi 1234 dalam kitab undang-undang hukum

perdata menyebutkan bahwa penggantian biaya, kerugian dan bunga karena

tidak terpenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan bila debitur walaupun

telah dinyatakan lalai tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu atau jika suatu

yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau

dilakukannya dalam waktu yang melampaui batas waktu yang telah ditentukan

sementara gugatan wanprestasi dapat diajukan sesuai aturan KUHP pasal

1267. Terdapat dalam pasal wanprestasi lainya diantaranya yaitu pasal 1244

kuhperdata mengenai kewajiban mengganti rugi yang diderita oleh salah satu

4
pihak,pasal 1267 kuhperdata mengatur pemutusan kontrak perjanjian

bersamaan dengan pembayaran ganti rugi,pasal 1237 ayat (2) kuhperdata

tentang penerimaaan peralihan resiko sejak wanprestasi dan pasal 181 ayat (2)

HIR tentang penanggungan biaya perkara di pengadilan. Janji melakukan

sesuatu tapi tidak dilaksanakan sesuai dengan pengertian wanprestasi

penyelewengan akan suatu kesepakatan ketika suatu pihak yang telah berjanji

di kesepakatan awal kemudian praktik pihak tidak melaksanakannya maka

kondisi tersebut merupakan bentuk wanprestasi, kasus seperti ini sering

ditemui dalam masyarakat biasanya mereka tidak melakukan ingkar janji

karena tidak sanggup memenuhi kewajibannya berubah pikiran dan tidak mau

mengambil resiko dan sejenisnya. 4

Perusahaan adalah lembaga yang dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan perusahaan mempunyai fungsi esensial untuk mencapai tujuan

fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi keuangan, dan fungsi personalia

yang merupakan fungsi-fungsi yang saling berkaitan satu dengan yang lain.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yaitu perseroan terbatas

adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan

berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Perusahaan-

perusahaan yang dimaksud adalah yang memiliki usaha-usaha sosial dan

usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan memperkerjakan orang lain


4
Penyelesaian Wanprestasi Dalam Hubungan Kontraktual ( Studi Kasus Putusan No
44/Pid/2018/Pt.Dps), Kuhperdata Pasal 1234 Dan KUHP Pasal 1267.

5
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Perusahaan memiliki

perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan

secara sistematis yang dijadikan dasar atau acuan dalam penyusunan

kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan

yang berkesinambungan, selain itu peraturan perusahaan adalah peraturan

yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja

dan tata tertib perusahaan.

PT Alam Baru adalah lembaga perusahaan terbatas yang terletak di

jalan R. Suprapto No 43, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari, Sulawesi

Tenggara, yang dimana perusahaan tersebut mempunyai tujuan untuk

mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan cara berbisnis dengan

orang lain dengan tujuan perusahaannya berkembang dan untuk mendapat

unsur keuangan atau keuntungan yang melimpah, selain itu PT Alam Baru

merupakan perusahaan yang berkembang dibidang alat berat dengan bentuk

pengerjaannya yaitu dengan cara menggusur tanah atau meratakan tanah yang

telah diperjanjikan antara kedua belah pihak tentang tanah timbunan kepada

pemilik tanah yang dimana lokasi keberadaannya tersebut membeli tanah

timbunan.5Selain itu juga PT Alam Baru dapat dikatakan sebagai perusahaan

yang berkembang dibidang alat berat dan mencapai keinginannya serta target

awalnya bahwa untuk mendapatkan keuntungan yang melimpah alias yang

sebesar-besarnya karena PT Alam Baru tersebut masih banyak bentuk

5
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Perseroan Terbatas,
Pasal 1 Ayat 1.

6
kebutuhan yang dibutuhkan bagi masyarakat yakni masyarakat yang

mempunyai tanah yang tinggi.

Pada tahun 2018 PT Alam Baru membuat perjanjian dengan pemilik

tanah atas nama Laode Igi, yang berlokasi di Kelurahan Alolama, Kecamatan

Mandonga, dalam perjanjian tersebut kedua belah pihak telah sepakat dalam

hal berbisnis dengan tujuan saling menguntungkan antara kedua belah pihak

yaitu Laode Igi diuntungkan dengan tanahnya mau diratakan, kemudian

keuntungan bagi PT Alam Baru yaitu mendapatkan pekerjaan dan

mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Di dalam perjanjian kedua

belah pihak tersebut mereka membuat perjanjian yaitu tanah gunung tersebut

mau diratakan dengan luas tanah 73x72 ( panjang x lebar) meter persegi.

Kemudian perjanjian dilakukan secara bersama-sama antara kedua belah

pihak yaitu PT Alam Baru dan Laode Igi.6Isi perjanjian yang dituangkan

dalam perjanjian tersebut yaitu :

1. Hak dan kewajiban PT Alam Baru.

- Berhak mendapatkan tanah timbunan yang sudah dibeli.

- Berhak menggusur tanah yang telah diperjanjikan.

- Berhak dan wajib membayar uang tanah dengan seharga

Rp.15.000.000.00.

- Jangka waktu pengerjaan perataan tanah yaitu berjangka 2 tahun yakni

pada tanggal 5 Mei 2018 sampai Agustus 2020.

6
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Penjelasan Perusahaan Dan Aturan
Perusahaan Dalam Melakukan Pekerjaan Dalam Lingkungan Sosial.

7
2. Hak yang wajib didapatkan pemilik tanah.

- Tanah bulan Agustus tahun 2020 harus telah rata.

- Berhak menerima harga tanah dengan sesuai perjanjian yaitu Rp.

15.000.000.00.

Perjanjian tersebut dilakukan beberapa orang yang terdiri dari bapak, ibu,

anak, dan PT Alam Baru dan harga tanah timbunan tersebut sudah dibayar

langsung pada saat dilaksanakan perjanjian. Selain itu di dalam perjanjian tersebut

yang telah disepakati dan telah sah dalam suatu perjanjian dan merujuk pada salah

satu pasal yakni Pasal 1313 kuhperdata dalam perjanjian antara satu orang atau

lebih yang mengikat dirinya.7Kemudian berdasarkan aturan perjanjian merujuk

pada pasal 1313 kuhperdata bahwa suatu perjanjian yang dibuat telah mengikat

dirinya dalam hal ini pernyataan tersebut antara PT Alam Baru dengan Laode Igi

selaku pemilik tanah gunung telah benar-benar mengikat dirinya dalam suatu

perjanjian antara PT Alam Baru dan Laode Igi selaku pemilik tanah gunung.

Tetapi berdasarkan fakta yang terjadi sampai saat ini tanah gunung yang

dimaksud belum lah rata bahkan tanah tersebut masih tinggi tanah gunungnya,

pihak yang mempunyai tanah tersebut sudah berapa kali menghubungi pihak PT

Alam Baru karena merasa perjanjian tidak sesuai dan pihak yang dirugikan

merasa kesal atau kecewa kepada PT Alam Baru tetapi pihak PT Alam Baru

memiliki beberapa alasan sehingga tanah tersebut tidak di gusur atau tidak

dikerjakan oleh PT Alam Baru, sehingga dari kasus ini yang terjadi merujuk pada

7
Wawancara Dengan Laode Igi Selaku Pemilik Tanah Tgl 30 Agustus 2022, Pukul
16:30.”

8
suatu perjanjian yang tidak sesuai pada suatu perjanjian tentang jangka waktu

kerja dan termasuk salah satu masalah wanprestasi.

Kemudian informasi yang di dapatkan dari PT Alam Baru tersebut ia

mengatakan bahwa alasan sehingga tanah tersebut tidak diratakan karena

pembelian tanah timbunan sangatlah sepih atau kurang dan tanah yang digusur

tersebut agak lembek serta pelanggan tidak menyukai tanah yang lembek,

kemudian PT Alam Baru memiliki alasan lainnya ia mengatakan bahwa dalam

proses pengerjaan tanah tersebut sering dihadang jalanannya untuk proses

pengangkutan tanah timbunan dengan pemilik tanah disebelah tanah Laode Igi.8

Selain itu juga pihak PT Alam Baru membuat janji lagi yang kedua kalinya yaitu

mau menyelesaikan secepatnya tanah gunung tersebut ditahun 2022 sekarang ini

dan janji tersebut di dengar oleh si pemilik tanah dan di terimah langsung janji

tersebut yang telah dikeluarkan oleh pemilik PT Alam Baru.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan diatas olehnya itu

dirumuskan suatu perumusan permasalahan sebagai berikut.

1. Apakah Pelaksanaan Perjanjian Melakukan Pekerjaan Perataan Tanah Oleh

PT Alam Baru Di Kota Kendari Mengandung Unsur Wanprestasi?

2. Bagaimanakah Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Melakukan

Pekerjaan Perataan Tanah Oleh PT Alam Baru Di Kota Kendari ?

8
Wawancara Dengan Direktur PT Alam Baru Andi Ainudin, Tanggal 30 Agustus 2022,
Pukul 19:37.

9
C. Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui perjanjian melakukan pekerjaan perataan tanah oleh PT

Alam Baru yang mengandung unsur wanprestasi dikota Kendari

2. Untuk mengetahui penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian melakukan

pekerjaan perataan tanah oleh PT Alam Baru di kota Kendari.

D. Manfaat Penelitian.

Bertitik tolak dari tujuan penelitian sebagaimana tersebut diatas

diharapkan dengan penelitian akan dapat memberikan manfaat atau kegunaan

teoritis dan praktis sebagai berikut.

a. Manfaat Teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum khususnya hukum

perdata tentang penyelesaian wanprestasi dalam permasalahan jangka

waktu kerja yang terjadi pada suatu perusahaan.

b. Manfaat praktis.

Dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan bagi para perusahaan khususnya PT Alam Baru untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai kesepakatan yang

diperjanjikan antara kedua belah pihak dan memberikan masukan pada

pihak perusahaan dalam bentuk usaha menyelamatkan dan mencegah

terjadinya wanprestasi.

10
E. Keasilan Penelitian.

Sebagian besar peneliti telah banyak meneliti tentang permasalahan

permasalahan yang menyangkut masalah wanprestasi dalam suatu

perusahaan yang mengalami permasalahan wanprestasi. Berdasarkan judul

penelitian yang saya akan teliti yang menjadi penelitian penulis, maka ada

beberapa skripsi yang hampir memiliki kemiripan dalam penelitian penulis

tentang wanprestasi yang dilakukan dalam suatu perusahaan antara lain.

1. Devie Juwita Ratris, Nim 0310103034, Fakultas Hukum, Jurusan Ilmu

Hukum, Universitas Brawijaya. Dengan judul “Wanprestasi Dalam

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Kerja Dan Alternatif Change

Contract Order (CCO) Dan Adendum Di CV Tirta Agung Tulungagung.

Skripsi ini menuliskan masalah wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian

pemborongan kerja dan alternatif penyelesaian sengketa.” Adapun hasil

penelitian skripsi ini adalah terjadi wanprestasi sebagian yang berupa

ketidaksesuaian antara kontrak kerja dengan pelaksanaan perjanjian

pemborongan yang dilakukan oleh CV Tirta Agung dengan Dinas

pekerjaan umum permukiman dan prasarana wilayah renovasi ketinggian

pintu keluar masuk gedung pemeriksaan (CIS) secara denitif dicantumkan

adanya perubahan kontrak change order (CCO) dikarenakan pihak

penyedia jasa melakukan prestasi sebagian sehingga terjadi

ketidaksesuaian kontrak kerja dengan pelaksanaan dilapangan. Kemudian

mengenai bentuk penyelesaian sengketa dalam pelasanaan pemborongan

pekerjaan, diharapkan untuk selalu menyelesaikan sengketa secara non

11
litigasi/diluar pengadilan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun

1999 tentang jasa kontruksi dengan mekanisme penyelesaian sengketa

negosiasi/musyawarah untuk mencapai mufakat sehingga perselisihan

tidak sampai ke pengadilan yang bisa merugikan para pihak. Dalam hal ini

memiliki kemiripan jenis wanprestasi yaitu masalah ketidaksesuaian

jangka waktu kerja serta memiliki kemiripan secara bentuk penyelesaian

sengketa yang dilakukan dengan cara non litigasi atau penyelesaian

sengketa diluar pengadilan. Kemudian adapun berbedaan dari skripsi

tersebut dengan judul penulis yang akan diteliti yaitu skripsi tersebut dan

judul penulis yang akan diteliti bentuk perbedaannya tentang renovasi

gedung sedangkan penulis meneliti tentang wanprestasi melakukan

pekerjaan perataan tanah.

2. Giri Nugraha, Nim 161010354, Fakultas Hukum, Program Studi Hukum

Perdata, Universitas Islam Riau, Pekanbaru 2021, Dengan Judul”Analisis

Yuridis Atas Wanprestasi Perjanjian Antara PT Multi Tehnik Jaya Mandiri

Dengan CV Yorizki Persada Indah Bidang Jasavkontruksi Dikabupaten

Indragiri Hulu.”Adapun hasil skripsi ini adalah bahwa penyebab gagal

bayar PT. Multi Teknik Jaya Mandiri Dengan CV Yorizki Persada Indah

untuk pengerjaan PLTMG 6 MW-Lystrcs uang final penyelesaian

pekerjaan belum dibayarkan oleh PT Multi Teknik Jaya Mnadiri.

Upaya penyelesaian wanprestasi yang terjadi dengan somasi, melakukan

musyawarah dan melaporkan masalah tersebut ke media massa/surat kabar

karena PT Multi Indah Jaya Mandiri seolah tidak menghiraukan dan lalai

12
untuk melunasi uang akhir dari pekerjaan yang telah diselesaikan. 9Dalam

hal ini memiliki kemiripan dengan judul penulis yang akan diteliti yaitu

masalah wanprestasi tentang ketidaksesuaian jangka waktu kerja sehingga

terjadilah masalah wanprestasi dan memiliki perbedaan bentuk penelitian

yaitu antara keterlambatan pembayaran dan perataan tanah.10

9
Skripsi, Devie Juwita Ratris.S, Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Perjanjian
Pemborongan Kerja Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa: Studi Tentang Change Contract Order
(CCO) Dan Adendum Di CV Tirta Agung, Tulung Agung.
10
Skripsi, Giri Nugraha. Analisis Yuridis Atas Wanprestasi Perjanjian Antara Pt Multi
Teknik Jaya Mandiri Dengan Yorizki Persada Indah Dibidang Jasa Kontruksi Dikabupaten
Indragiri Hulu.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian.

1. Pengertian Perjanjian.

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana sesorang berjanji kepada

seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan

sesuatu hal. Dalam peristiwa ini timbullah suatu hubungan antara dua orang

atau yang dinamakan perikatan. Perikatan merupakan suatu hubungan hukum

antara dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu

dari pihak yang lain dan berkewajiban memenuhi tuntuan perjanjian itu dan

menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya, dalam

bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan-perkataan yang

mengandung janji-janji atau sanggupan yang di ucapkan atau dituliskan.11

Dengan demikian hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah

bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber

perikatan disampingnya sumber-sumber lain, suatu perjanjian juga dinamakan

persetujuan. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan

perikatan, memang perikatan itu paling banyak diterbitkan oleh suatu

perjanjian tetapi sebagaimana sudah dikatakan tadi bahwa ada juga dari

sumber-sumber lain yang melahirkan perikatan. Selain itu juga perjanjian

memiliki pengertian lain yaitu sebagai berikut:

11
Subekti , Hukum Perjanjian, Jakarta 2005, h,1.

14
a. Menurut pendapat Sri Soedewi Masjehoen Sofwan menyebutkan bahwa

perjanjian itu adalah suatu perbuatan hukum dimana seorang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap seorang lain atau lebih.

b. Menurut R wirjono Prodjodikoro menyebutkan sebagai berikut “suatu

perjanjian diartikan sebagai suatu perbuatan hukum mengenai harta benda

kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap

berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu

hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.

c. A,Qirom Samsudin Meliala bahwa perjanjian adalah “suatu peristiwa

dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana seorang lain itu

saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal” (Lena Griswati, 2005: 87)

Berbagai definisi di atas, dapat dikemukakan unsur-unsur yang

tercantum dalam perjanjian sebagai berikut :

a. Kaidah Hukum.

Kaidah dalam hukum kontrak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu

tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum kontrak tertulis adalah kaidah kaidah

hukum yang terdapat di dalam peraturan undang-undang traktat dan

yurisprudensi sedangkan kaidah hukum kontrak tidak tertulis adalah kaidah

kaidah hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat.12

12
Ibid, h,1-2

15
b.Subjek Hukum.

Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtsperson, Rechtzperson

diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban, yang menjadi subjek hukum

dalam hukum perjanjian adalah kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang

yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang memiliki utang. 13

c. Prestasi.

Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur,

prestasi terdiri dari memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, tidak berbuat

sesuatu.

d. Kata Sepakat.

Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara para

pihak, kata sepakat adalah salah satu syarat sahnya perjanjian yang

terkandung dalam pasal 1320 KUHPerdata. 14

e. Akibat Hukum.

Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan

akibat hukum atau dapat dituntut apabila tidak dipenuhinya prestasi. Akibat

hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Hak adalah suatu kenikmatan

dan kewajiban adalah suatu beban.

13
Lena Griswati, 2005, h, 87.
13
Retna Gumanti, Pdf, h, 2-3.

16
2. Syarat-syarat Sahnya Perjanjian.

Pada dasarnya sahnya suatu perjanjian yang dimuat berdasarkan syarat-

syarat sebagaimana tercantum dalam pasal 1320 kitab undang-undang hukum

perdata (KUHPerdata) yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

c. Suatu hal tertentu.

d. Suatu sebab yang halal.

a. Kata Sepakat.

Kata sepakat didalam perjanjian pada dasarnya adalah pertemuan atau

persesuaian kehendak antara para pihak didalam perjanjian. Seseorang dikatakan

memberikan persetujuannya atau kesepakatannya jika ia memang menghendaki

apa yang disepakati. Mariam Darus Budrulzaman melukiskan pengertian sepakat

sebagai persyaratan kehendak yang disetujui antar para pihak-pihak. Pernyataan

pihak yang menawarkan dinamakan tawaran (Offerte). Pernyataan pihak yang

menerima penawaran dinamakan akseptasi (acceptatie). (Khairandy Ridwan,

2004:11).

b. Kecakapan untuk Mengadakan Perikatan.

Menurut pasal 1320 KUHPerdata adalah kecakapan untuk membuat

perikatan disini terjadi percampur adukan penggunaan istilah perikatan dan

perjanjian. Dari kata “membuat” perikatan dan perjanjian dapat disimpulkan

adanya unsur “niat” (sengaja). Hal yang demikian itu dapat disimpulkan cocok

untuk perjanjian yang merupakan tindakan hukum. Apalagi karena unsur tersebut

17
dicantumkan sebagai unsur sahnya perjanjian, maka tidak mungkin tertuju kepada
15
perikatan yang timbul karena undang-undang. Menurut J. Satrio, istilah yang

tepat untuk menyebut syaratnya perjanjian yang kedua ini adalah: kecakapan

untuk membuat perjanjian. Pasal 1329 KUHperdata menyatakan bahwa setiap

orang adalah cakap.16

Kemudian Pasal 1330 menyatakan bahwa ada beberapa orang tidak cakap

untuk membuat perjanjian yakni: Pertama, orang yang belum dewasa, Kedua,

mereka yang ditaruh di bawah pengampuan dan Ketiga, orang-orang perempuan

dalam pernikahan, (setelah diundangkannya Undang-Undang No 1 tahun 1974

pasal 31 ayat 2 maka perempuan dalam perkawinan dianggap cakap hukum).

Seseorang di katakan belum dewasa menurut pasal 1330 KUHPerdata jika belum

mencapai umur 21 tahun. Seseorang dikatakan dewasa jika telah berumur 21

tahun atau berumur kurang dari 21 tahun, tetapi telah menikah. Dalam

perkembangannya, berdasarkan Pasal 47 dan 50 UU No. 1 Tahun 1974

kedewasaan seseorang ditentukan bahwa anak berada di bawah kekuasaan orang

tua atau wali sampai umur 18 tahun.17

c. Suatu Hal Tertentu.

Syarat sahnya perjanjian yang ketiga adalah adanya suatu hal tertentu (een

bepaald onderwerp). Pasal 1333 KUHPerdata menentukan bahwa suatu perjanjian

harus mempunyai pokok suatu benda (zaak) yang paling sedikit dapat ditentukan

jenisnya suatu perjanjian harus memiliki objek tertentu. Suatu perjanjian haruslah

15
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 31 Ayat(2), Pasal 47 Dan Pasal 50,
Tentang Kedewasaan Seseorang.
16
KUHPerdata, Syarat Sahnya Perjanjian Di Tinjau Dari Hukum Perdata.
17
Retna Gumandi, Syarat Sahnya Perjanjian Ditinjau Dari KUHPerdata, Pdf, Hlm 8.

18
mengenai suatu hal tertentu (centainty of terms), berarti bahwa apa yang

diperjanjikan, yakni hak dan kewajiban kedua belah pihak. Barang yang

dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit dapat ditentukan jenisnya. Istilah

barang dimaksud di sini apa yang dalam bahasa Belanda disebut sebagai zaak.

Zaak dalam bahasa belanda tidak hanya berarti barang dalam arti sempit, tetapi

juga berarti yang lebih luas lagi, yakni pokok persoalan. Oleh karena itu, objek

perjanjian tidak hanya berupa benda, tetapi juga bisa berupa jasa. J. Satrio

menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan suatu hal tertentu dalam perjanjian

adalah objek prestasi perjanjian. Isi prestasi tersebut harus tertentu atau paling

sedikit dapat ditentukan jenisnya. KUHPerdata menentukan bahwa barang yang

dimaksud tidak harus disebutkan, asalkan nanti dapat dihitung atau ditentukan.

Misalnya mengenai perjanjian “panen tembakau dari suatu ladang dalam tahun

berikutnya adalah sah. Perjanjian jual beli teh untuk seribu rupiah tanpa

penjelasan lebih lanjut, harus dianggap tidak cukup jelas.

d. Kausa Hukum yang Halal

Syarat sahnya perjanjian yang keempat adalah adanya kausa hukum yang

halal. Kata kausa yang diterjemahkan dari kata oorzaak (Belanda) atau causa

(Latin) bukan berarti sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat perjanjian,

tetapi mengacu kepada isi dan tujuan perjanjian itu sendiri. Misalnya dalam

perjajian jual beli, isi dan tujuan atau kausanya adalah pihak yang satu

menghendaki hak milik suatu barang, sedangkan pihak lainnya menghendaki

19
uang.18 Syarat-syarat perjanjian sebagimana tersebut diatas meliputi syarat

subyektif dan syarat obyektif. Apabila perjanjian tidak sesuai dengan syarat

subyektif pada angka 1 dan angka 2 maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan

dan apabila perjanjian tidak sesuai dengan syarat obyektif pada angka 3 dan angka

4, maka perjanjian tersebut batal demi hukum. Dalam pasal 52 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja dibuat

atas dasar :

a. Kesepakatan kedua belah pihak.

b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum.

c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan dan

d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,

kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.19

18
Res Justia, Ilmu Hukum Program Studi Hukuk, Fakultas Hukum, Universitas Bina
Bangsa Vol 1. No,1 Januari 2021, Doi Issue; 10.46306/Rj.Vlil
19
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Pasal 52 Ayat (1) Tentang Ketenagakerjaaan
Dalam Perjanjian Kerja,
.

20
B. Tinjauan Umum Tentang Wanprestasi.

1. Pengertian Prestasi Dan Wanprestasi.

a. Prestasi.

Prestasi menurut pasal 1234 BW yaitu terdiri atas untuk memberi

sesuatu untuk berbuat dan untuk tidak berbuat sesuatu. Apabila subyek

hukum yang membuat perjanjian atau kontrak tidak melaksanakan prestasi

sebagaimana telah tertuang dalam kontrak maka subyek hukum tersebut

dikatakan wanprestasi. Selain itu juga prestasi merupakan hal yang

dilaksanakan dalam suatu perikatan.

b. Wanprestasi.20

Wanprestasi adalah tidak terpenuhinya suatu kewajiban atau kelalaian

atau keterlambatan yang dilakukan oleh para pihak yang melakukan

perjanjian. Dalam hal perjanjian kerja sama sering kali salah satu pihak tidak

melakukan prestasinya sebagimana mestinya atau melakukan tetapi tidak

seperti diperjanjikan. Wanprestasi bisa melalui tahap peringatan atau somasi

yang kemudian jika tidak ada tanggapan bisa ketahap pengadilan.

Wanprestasi (ingkar janji) adalah berhubungan erat dengan adanya perikatan

atau perjanjian antara pihak. Baik perikatan itu di dasarkan perjanjian sesuai

Pasal 1338 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1431 KUHPerdata maupun

perjanjian yang bersumber pada undang-undang seperti diatur dalam Pasal

1352 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1380 KUHPerdata.

20
Kertha Semoyo, Iga Bagus Prasada Sidhi Nugraha, Wanprestasi, Fakultas Hukum
Universitas Udayana,Vol.8.No 5, 2020, Hlm 689-698, E-Issn:Nomor 2303-0569.
KUHPerdata Pasal 1234.1338, 143.

21
Wanprestasi dijelaskan dalam pasal 1313 kitab undang-undang

hukum perdata bahwa “perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang

atau lebih yang mengikatkan diri terhadapat satu orang lain atau

lebih.”21Dalam sebuah perjanjian tentunya terdapat syarat yang

mengakibatkan perjanjian tersebut dinyatakan sah oleh hukum hal ini

dijelaskan dalam pasal 1320 kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa

untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya.

2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian.mengenai suatu hal tertentu, dan

3. Suatu sebab yang halal.

c. Wanprestasi menurut para ahli.

Menurut Wirjono Prodjodikoro, mengatakan bahwa wanprestasi

adalah ketiadaan suatu prestasi di dalam hukum perjanjian, berarti suatu hal

yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Barangkali dalam

bahasa Indonesia dapat dipakai istilah “pelaksanaan janji untuk prestasi dan

ketiadaan pelaksanaannya janji untuk wanprestasi.

Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa apabila debitur

“karena kesalahannya” tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan, maka

debitur itu wanprestasi atau cidera janji. Kata karena salahnya sangat

penting, oleh karena debitur tidak melaksanakan prestasi yang diperjanjikan

sama sekali bukan karena salahnya.

21
Pemikiran Dan Penelitian Sumber Hukum, Tahun 2018, Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Pasal 1313, Sahatmarulituaaambarita, Universitas Sumatra Utara, Hlm 23.

22
Menurut Ahmadi Miru wanprestasi itu dapat berupa perbuatan: (1)

sama sekali tidak memenuhi prestasi, (2) prestasi yang dilakukan tidak

sempurna, (3) terlambat memenuhi prestasi, dan (4) melakukan apa yang

dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.22

Menurut A. Qirom Syamsudin Meliala wanprestasi itu dapat berupa

a. Tidak memenuhi prestasi sama sekali, sehubungan dengan debitur yang

tidak memenuhi prestasi maka dikatakan debitur tidak memenuhi

prestasi sama sekali.

b. Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya, apabila prestasi debitur

masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka debitur dianggap

memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktu, sehingga dapat dikatakan

wanprestasi. 23

c. Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru,debitur yang memenuhi

prestasi tapi keliru,apabila prestasi yang keliru tersebut tidak dapat

diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi sama

sekali.24 Berdasarkan pasal 1313 kuhperdata bahwa suatu perjanjian

adalah suatu perbuatan dengan mana satu atau lebih mengikatkan dirinya

kepada satu orang lain atau lebih.

`22 Mariam Darus Badrulzaman, Wirjono Prodjodikoro Dan pokok-Pokok Hukum


Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty,Yogyakarta, 2018, h,26.“Melinda
Mayangsari”Wanprestasi Dalam Ruang Lingkup Perjanjian
.23 Ahmadi Miru, Hukum Perikatan, Jakarta:Rajawali Pers, 2008, h,12..
24
A.Qirom Syamsudin Meliala, Pokok Perjanjian, Yogyakarta:Liberti 1985 ,h,26.

23
2. Bentuk-Bentuk Wansprestasi.

Ada beberapa bentuk wansprestasi, yaitu:

a. Tidak melakukan sama sekali.

b. Melaksanakan tetapi tidak tepat waktu (terlambat).

c. Melaksanakan tetapi tidak seperti yang diperjanjikan.

d. Debitur melaksanakan yang menurut perjanjian yang tidak boleh dilakukan.

Sedangkan menurut R.Subekti membagi empat macam wanprestasi

bagi seorang yang debitur yaitu :

1. Tidak melakukan apa yang disanggupinya.

2. Melaksanakan apa yang diperjanjikan tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan.

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

3. Akibat Hukum Bagi Yang Wanprestasi.

Pihak yang melakukan wansprestasi akan mendapatkan akibat hukum berupa

hukuman atau sanksi hukum sebagai berikut:

a). Debitur wajibkan untuk membayar ganti rugi yang diderita oleh kreditur

(pasal 1243 KUHperdata).

b). Apabila perikatan itu mengikat timbal balik, kreditur dapat menuntut untuk

memutuskan atau membatalkan perikatan melalui hakim (pasal 1266 ayat (2)

KUHperdata).

c). Didalam perikatan memberikan sesuatu atau resiko beralih kepada Debitur

sejak terjadi wansprestasi (pasal 1237 ayat (2) KUHperdata).

24
d). Debitur di wajibkan untuk memenuhi isi perikatan jika masih dapat dilakukan,

atau pembatalan yang disertai dengan pembayaran ganti rugi (pasal 1267

KUHperdata).

e). Debitur diwajibkan untuk membayar biaya perkara jika diperkarakan ke

pengadilan dan debitur dinyatakan bersalah.25

C. Tinjauan Umum Tentang Perataan Tanah.

1. Pengertian Perjanjian Perataan Tanah.

Perjanjian perataan tanah adalah pekerjaan galian, pekerjaan timbunan,

pekerjaan penyiapan badan jalan, pekerjaan pembersihan pengupasan, dan

pemotongan pohon serta pekerjaan geoteksif, pengendalian mutu dan

pengujian lapangan serta pengukuran dan pembayaran yang telah

diperjanjikan oleh beberapa pihak. Pekerjaan atau perjanjian ini merupakan

penggarukan permukaan tanah yang tinggi sampai mengalami kerendahan.

Perataan tanah yang tinggi memerlukan alat mesin yaitu alat berat yang

merupakan faktor penting didalam proyek-proyek kontruksi dengan skala

yang besar maupun kecil.26 Namun bila skala pekerjaan cukup besar dan

membutuhkan kecepatan dalam pelaksanaan pekerjaan maka pekerjaan tanah

dalam hal ini bentuk perataan tanah tersebut dilakukannya dengan cara

mekanis atau dengan kata lain menggunakan bantuan tenaga mesin atau

peralatan lainnya dalam hal ini alat berat dengan tujuan untuk mempermudah

manusia dalam mengerjakan pekerjaan sehingga hasil yang diharapkan dapat


25
Ridwan Nurdin, Irwansyah, Khaironnisa, Penyelesaian Wanprestasi Dalam Akad
Istina “Pada Usaha Percetakan Di Kecamatan Syiah Kuala (Menurut Prespektif Islam) , Al-
Mudharabah Vol.4 Edisi 1,2022,
26
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, 1985.

25
tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih singkat. Alat yang

umum digunakan dalam proyek kontruksi antara lain dozer, alat gali

diantaranya backhoe, front shovell, dumshell, alat pemuat lainnya diantaranya

loader, alat berat pengangkut seperti truck.27

2. Para Pihak Dalam Perjanjian Perataan Tanah.

Perjanjian merupakan sebuah kesepakatan yang dibuat oleh para pihak

yang membuat perjanjian. Para pihak sepakat untuk mengikatkan diri satu

dengan lainnya baik untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak

berbuat sesuatu. Kesepakatan ini akan melahirkan dan dan kewajiban diantara

para pihak. Gagasan utama kebebasan berkontrak berkaitan dengan penekanan

akan persetujuan dan maksud atau kehendak para pihak. Selain itu gagasan

kebebasan juga berkaitan dengan pandangan bahwa kontrak adalah hasil dari

pilihan bebas (free choice). Berdasarkan peristiwa yang terjadi tentang sebuah

perjanjian perataan tanah dalam hal ini memiliki pihak-pihak dalam perjanjian

dalam kasus masalah diatas yaitu didalam kasus tersebut pihak-pihak dalam

pembuatan perjanjian perataan tanah yaitu :

a. Laode Igi (Pemilik Tanah).

Dalam hal ini perjanjian yang dibuat dalam sebuah perjanjian perataan

tanah antara Laode Igi selaku pemilik tanah dan PT Alam Baru merupakan

orang yang bersangkutan dalam perjanjian tersebut telah cakap dan telah

dinyatakan dewasa dan memiliki saksi dalam perjanjian perataan tanah yaitu

anak dari pemilik tanah. Dari permasalahan ini tentang perjanjian perataan

27
Ika Aoliya, Puji wiranto, Arif Mudianto, Perataan Tanah Menggunakan Alat Berat,
Program Studi Teknik Sipil, Ft-Unpak, Pdf, Pekerjaan Tanah, Modul 4, Bandung, 2016.

26
tanah telah sah dalam sebuah perjanjian merujuk pada pasal 1320 KUHperdata

tentang syarat sahnya perjanjian.28

b. Direktur PT Alam Baru.29

Kemudian berdasarkan perjanjian tentang perataan tanah yang

dilakukan antara Laode Igi dan direktur PT Alam Baru merupakan perjanjian

yang para pihaknya mencangkup obyeknya betul dalam sebuah perjanjian dan

cakap dalam hukum sesuai pasal 1320 KUHPerdata. Selain itu juga dalam

sebuah perjanjian perataan tanah pihak PT Alam Baru juga memiliki pihak

yang menjadi saksi dalam perjanjian tersebut yaitu istri direktur PT Alam Baru

sehingga dalam hal ini kedua belah pihak masing-masing memberikan

kuasanya tentang hak yang dimiliki dalam setiap mereka punya yakni pemilik

tanah memberikan tanahnya untuk digali dan PT Alam Baru memberikan apa

yang diminta oleh pemilik tanah yaitu upah harga tanah untuk dibayarnya

sesuai yang diperjanjikan.30

Pemberian kuasa merupakan suatu perjanjian dengan mana seorang

memberikan kekuasaannya (wewenang) kepada orang lain yang menerimanya

untuk atas namanya penyelegarakan urusan. Berdasarkan definisi mengenai

pemberian kuasa tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kuasa (volmact

dalam bahasa belanda atau power of attorney dalam bahasa inggris) adalah

surat yang berisi pemberian kuasa dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa.

28
Wawancara Dengan Laode Igi Selaku Pemilik Tanah Tanggal 30 Agustus 2022, Pukul
16:30.
29
Miftah Arifin, Membangun Konsep Ideal Penerapan Asas Itikad Baik Dalam Hukum
Perjanjian, P_Issn: 2541-2345, E-Issn : 2580-8842.Vol,5,April,2020.
30
Wawancara Dengan Andi Ainudin Selaku Direktur Pt Alam Baru, Tanggal 30 Agustus
2022, Pukul 19:37.

27
Dalam konsep pemberian kuasa penerima kuasa memiliki beberapa kewajiban

yaitu :

a. Melaksanakan kuasa yang diberikan dengan sempurna mungkin sesuai

dengan wewenang/volmact yang dilimpahkan oleh sipemberi kuasa

pelaksanaan wewenang harus diterima dengan baik selama pemberian

kuasa belum berakhir.31

b. Wajib mempertanggung jawabkan kerugian yang timbul akibat kelalaian dan

ketidak sempurnaan dalam melaksanakan wewnang yang dilimpahkan

pemberi kuasa kepadanya.

c. Wajib melaporkan dan membuat perhitungan pertanggung jawaban atas

segala sesuatu yang dilakukannya sehubungan dengan pelaksanaan tugas

yang dilimpahkan kepadanya (pasal 1802 KUHperdata).

d. Wajib bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan kuasa subsitusi.32

31
Revika Mutiara Savitra, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dan Keputusan Finansial
Perusahaan:Pendekatan Kitchenham Systematick Literature Review (Slr), Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, Ilmu Ekonomi, Dan Ilmu Sosial.,Vol 16, 2022.
KUHPerdata Pasal 1802.
32
IU Ratna H./Juliyani PR, Hubungan Hukum Para Pihak.S Quia Iustum No.2 Vol.25
Mei 2018, Hlm 320-338.

28
3. Pengertian Perjanjian Melakukan Pekerjaan ( KUHPerdata).

Perjanjian kerja atau perjanjian melakukan pekerjaan berdasarkan

KUHPerdata tentang persetujuan-persetujuan untuk melakukan pekerjaan.

Menurut pasal 1601a KUPerdata yang dimaksud dengan perjanjian kerja

adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu, buruh, mengikatkan dirinya

untuk bekerja pada pihak yang lain, majikan, selama suatu waktu tertentu,

dengan menerima upah.

Perjanjian kerja adalah perjanjian antara seorang pekerja (buruh) dengan

pengusaha untuk melakukan pekerjaan, dalam melakukan pekerjaan itu,

pekerjaan harus tunduk dan berada dibawah perintah pengusaha atau pemberi

kerja sebagai imbalan dari pekerjaan yang dilakukan pekerja berhak atas upah

yang wajib dibayar oleh pengusaha/pemberi kerja. Selanjutnya dalam pasal 1

angka 14 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,

perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau

pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban para pihak.

Dalam perjanjian kerja memiliki unsur-unsur dalam perjanjian yaitu:

a. Adanya Pekerjaan.

Pekerjaan adalah prestasi yang harus dilakukan sendiri oleh pihak

penerima kerja dan tidak boleh dialihkan kepada pihak lain (bersifat

individual).

b. Adanya Unsur Dibawah Perintah.

Bahwa dalam melakukan pekerjaan yang dilakukan sebagai

menifestasi adanya perjanjian tersebut, pekerja haruslah tunduk pada

29
perintah orang lain, yaitu pihak pemberi kerja dan harus tunduk dan dibawah

perintah orang lain yaitu atasan.

c. Adanya Upah Tertentu.

Upah merupakan imbalan dari pekerjaan yang dilakukan oleh

pihak penerima kerja yang dapat berbentuk uang atau bukan uang (in

natura). Pemberi upah ini dapat dilihat dari segi nominal yaitu jumlah yang

diterima oleh pekerja, atau dari segi rill (kegunaan upah tersebut) dalam

rangka memenuhi kebutuhan hidup kerjaan.33

d. Adanya Waktu.

Bahwa dalam melakukan hubungan kerja tersebut, haruslah

dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian kerja

atau peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, dalam melakukan

pekerjaannya pekerja tidak boleh melakukan sekehendak dari simajikan dan

juga tidak boleh dilakukan dalam seumur hidup. Jika pekerjaan tersebut

selama hidup dari si pekerja tersebut, disini pribadi manusia akan hilang

sehingga timbullah apa yang dinamakan perbudakan dan bukan perjanjian

kerja.34

Pelaksanaan pekerjaan tersebut disamping harus sesuai dengan isi

dalam perjanjian kerja, juga sesuai dengan perintah majikan, atau dengan

kata lain dalam pelaksanaan pekerjaannya, si buruh tidak diperbolehkan

dalam waktu kerja seenaknya saja, akan tetapi harus dilakukan sesuai

33
Sentosa Sembiring , Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Jakarta, PT Raja Grafindo,
1993. h, 27
34
KUHPerdata Pasal 160a Tentang Perjanjian Kerja.

30
dengan waktu yang telah di tentukan dalam perjanjian kerja atau peraturan

perusahaan. Demikian juga pelaksanaan pekerjaannya tidak boleh

bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan, kebiasaan setempat

dan ketertiban umum.

D. Penyelesaian Sengketa.

Penyelesaian sengketa pada dasarnya sudah ada pada zaman dahulu

mengikuti perkembangan peradaban dunia. Penyelesaian sengketa dapat

dilakukan dengan dua cara yang biasa digunakan adalah penyelesaian

sengketa melalui pengadilan, kemudian dengan perkembangan peradaban

manusia berkembang pula penyelesaian sengketa diluar pengadilan. Proses

penyelesaian sengketa melalui pengadilan menghasilkan suatu keputusan yang

bersifat adversarial yang belum mampu merangkul kepentingan bersama

karena menghasilkan suatu putusan win lose salution, dengan adanya pihak

yang menang dan kalah tersebut di satu pihak merasa puas tapi dipihak lain

merasa tidak puas sehingga menimbulkan suatu persoalan baru di antara para

pihak yang bersengketa. Menurut Nurnaningsih Amriani berpendapat bahwa

sengketa adalah perselisihan yang terjadi diantara pihak-pihak dalam

perjanjian karena adanya wanprstasi yang dilakukan oleh salah satu pihak

dalam perjanjian.35Secara umum penyelesaian sengketa dikenal dengan dua

istilah yaitu :

35
Firda Ainun Fadillah And Saskia Amalia Putri, Alternatif Penyelesaian Sengketa Dan
Arbitrase (Literature Review Etika) Ilmu Manajemen Terapan(JIMT),VOL 2,Issue 6 Juli 2021,E-
ISSN 2686-4924-ISSN 2686-5246.Hlm,744 Dan 746.

31
a. Litigasi.

Penyelesaian sengketa melalui proses litigasi merupakan proses

penyelesaian sengketa melalui pengadilan.

b. Non Litigasi.

Berdasarkan Undang-Undang No 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase

Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Non-Litigasi Merupakan penyelesaian

sengketa yang dilakukan diluar persidangan atau sering disebut dengan

alternatif penyelesaian sengketa. Penyelesaian sengketa menjelaskan bahwa

arbitrase (wasit) adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar

pengadilan umum didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa atau beda pendapat

antara para pihak dalam suatu hubungan hukum tertentu yang telah

mengadakan perjanjian arbitrase yang secara tegas menyatakan bahwa semua

sengketa atau beda pendapat yang mungkin timbul dari hubungan hukum

tersebut akan diselesaikan dengan cara arbitrase atau melalui alternatif

penyelesaian sengketa. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa didalamnya mengatur :

1. Alternatif penyelesaian sengketa melalui cara musyawarah para pihak yang

bersengketa.

2. Khtisar khusus dari persyaratan yang harus dipenuhi untuk arbitrase dan

syarat pengangkatan arbiter dan mengatur mengenai hak ingkar janji dari

para pihak yang bersengketa.

32
3. Tata cara untuk beracara dihadapan majelis arbitrase dan dimungkinkannya

putusan sela lainnya termasuk menetapkan sita jaminan memerintahkan

penitipan barang atau menjual barang yang sudah rusak serta mendengarkan

keterangan saksi dan saksi ahli.

4. Syarat lain berlaku mengenai putusan arbitrase pengaturan pelaksanaan

putusan sekaligus dalam satu paket, agar undang-undang ini dapat

dioperasionalkan sampai pelaksanaan putusan ,baik yang menyangkut

arbitrase nasional maupun internasional dan hal ini secara sistem hukum

dibenarkan.

5. Pembatalan putusan arbitrase.

6. Berakhirnya tugas arbitrase.36

7. Biaya arbitrase yang ditentukan oleh srbiter.37

8. Ketentuan peralihan terhadap sengketa yang sudah diajukan namun belum

diproses, sengketa yang sedang dalam proses atau yang sudah diputuskan

dan mempunyai kekuatan hukum tetap.`

Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase

yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum

timbul bersengketa atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para

pihak setelah timbul arbitrase. Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih

oleh para pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri

atau lembaga arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu

36
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
37
Http://Www.Jogloabang.Com/Pustaka/Uu-30-1999-Arbitrase-Alternatif-Penyelesaian-
Sengketa. Dikunjungi Pada 20 Desember 2022, Pukul 23:58.

33
yang diserahkan penyelesaian melalui arbitrase. Lembaga alternatif

penyelesaian sengketa dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya :

a. Konsultasi.

Konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara

suatu pihak tertentu yang disebut dengan klien dengan pihak konsultan,yang

memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan

dan kebutuhan kliennya tersebut. Peran dari konsultan dalam penyelesaian

sengketa tidaklah dominan, konsultan hanya memberikan pendapat hukum,

sebagaimana yang diminta oleh kliennya, yang untuk selanjutnya keputusan

mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan diambil sendiri oleh para pihak,

meskipun adakalanya pihak konsultan diberi kesempatan untuk merumuskan

bentuk-bentuk penyelesaian sengketa yang dihendaki oleh para pihak yang

bersengketa tersebut.

b. Negosiasi.

Negosiasi adalah sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk

mendiskusikan penyelesaiannya tanpa keterlibatan orang ketiga. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia, negosiasi diartikan sebagai penyelesaian

sengketa secara damai melalui perundingan antara para pihak-pihak yang

bersengketa. Melaui negosiasi para pihak yang bersengketa dapat melakukan

suatu proses penjajakan akan kembali hak dan kewajiban para pihak yang

bersengketa dengan suatu situasi yang sama-sama menguntungkan dengan

melepaskan atau memberikan kelonggaran atas hak-hak tertentu berdasarkan

pada asas timbal balik.

34
c. Mediasi.

Mediasi adalah intervensi terhadap suatu sengketa oleh pihak ketiga

(mediator) yang dapat diterima, tidak berpihak dan netral serta membantu para

pihak yang berselisih mencapai kesepakatan secara sukarela terhadap

permasalahan yang disengketakan. Menurut Rachmadi Usman, mediasi adalah

cara penyelesaian sengketa diluar melalui perundingan yang melibatkan pihak

ketiga (mediator) yang bersikap netral dan tidak berpiahk kepada pihak-pihak

yang bersengketa serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak yang

bersengketa.38

d. Konsiliasi.

Penyelesaian melalui konsiliasi adalah dilakukan melalui seorang atau

beberapa orang atau badan (komisi konsiliasi) sebagai penengah yang disebut

konsiliator dengan mempertemukan atau memberi fasilitas kepada pihak-pihak

yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihannya secara damai. Konsiliator

ikut serta secara aktif memberikan solusi terhadap masalah yang

diperselisihkan.

38
Putri Anggun Puspitasari, Ni Muh Made Mahendrawati, Penerapan Mediasi Dalam
Penyelesaian Sengketa Wanprestasi Referensi Hukum, Hutang-Piutang Dipengadilan Negeri
Gianyar, Vol 2, No 1, Februari 202, H,182-187.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

analisis dan kontruksi yang dilakukan secara sistematis, metodologis dan

konsisten dan bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu

manifestasi keinginan manusia untuk mengetahui apa yang sedang

dihadapinya. Sesuai dengan judul dan permasalahan yang akan diteliti maka

jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian empiris. Menurut

Amiruddin dan Zainal Asikin, Empiris adalah penelitian yang berfokus untuk

meneliti fenomena atau keadaan objek penelitian secara detail dengan

menghimpun kenyataan yang terjadi dan mengembangkan konsep yang ada.

Selain itu metode penelitian yang meninjau fungsi dari suatu hukum atau

aturan dalam hal penerapannya diruang lingkup masyarakat.39Metode

penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang

berfungsi untuk melihat langsung kejadian permasalahan dilapangan tentang

unsur nyata dan meneliti bagaimana bentuk permasalahan yang terjadi sesuai

judul masalah wanprestasi yang dilakukan oleh PT Alam Baru.40

39
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta PT Raja Grafindo
Persada, 2007, H,27-28..
40
Amirudin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Hlm 118.

36
B. Jenis Dan Sumber Data.

Penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan data tersier.

1. Jenis Data Primer.

Jenis data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber pertama yang terkait dengan permasalahan yang akan di bahas

yaitu sumber data yang didapatkan melalui wawancara kepada kedua belah

pihak tentang permasalahan yang terjadi dalam hal ini masalah

wanprestasi yang merugikan kesalah satu pihak dalam sebuah perjanjian.

2. Jenis Data Sekunder.

Jenis data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dari

keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung sebagian data

sekunder yang terutama adalah jurnal-jurnal hukum dan kitab undang-

undang hukum perdata yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

3. Jenis Bahan Hukum Tersier.

Jenis bahan hukum tersier ini merupakan bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder diluar bidang hukum. Bahan hukum tersier berupa media internet,

kamus buku yang berkaitan dengan kesadaran hukum dalam suatu instansi

terhadap pentingnya sebuah prestasi dalam perjanjian.

37
C. Teknik Pengumpulan Data.

1. Observasi.

Untuk mendeskripsikan pengaturan, kegiatan yang terjadi, orang yang

terlibat didalam permasalahan, dan makna yang diberikan oleh pelaku yang

melakukan wanprestasi serta pelaku yang dirugikan dalam masalah

wanprestasi.

2. Wawancara.

Metode dengan bertatap muka secara langsung dengan responden

untuk menanyakan perihal pribadi, fakta-fakta yang ada dan pendapat maupun

persepsi diri responden dan bahkan saran-saran responden. Dalam melakukan

wawancara tersebut penulis melakukannya dengan pemilik tanah yang merasa

dirugikan dalam perjanjian yang tidak sesuai dan pemilik PT Alam Baru yang

melakukan wanprestasi serta pelaku yang mengendarai alat berat (doser).

3. Kepustakaan.

Kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan

metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah

bahan penelitian.

D.Teknik Analisa Data.

Adapun analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara

kualitatif yaitu dengan memperhatikan fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang

ada dilapangan tentang permasalahan yang terjadi kemudiaan dihubungkan

dengan ketentuan-ketentuan yang terkait.

38
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Unsur Wanprestasi Pelaksanaan Dalam Perjanjian Melakukan Pekerjaan

Perataan Tanah Oleh PT Alam Baru.

Indonesia adalah negara hukum oleh karenanya didalam dunia

hukum, setiap perkataan atau perbuatan orang (person) berarti menjadi

pendukung hak dan kewajiban yang juga disebut subjek hukum, tidak hanya

orang yang dapat disebut subjek hukum, termasuk didalamnya adalah badan

hukum (recht person). Dengan demikian boleh dikatakan bahwa setiap manusia

baik warga negara Indonesia maupun negara asing adalah pembawa hak yang

mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan perbuatan hukum yang

termasuk melakukan perbuatan hukum termasuk melakukan perjanjian dengan

pihak lain.

Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan

perikatan.41Berdasarkan buku III KUHPerdata menjadi payung hukum yang

sah mengatur mengenai perjanjian termasuk didalamnya adalah mengenai

perjanjian, selain itu landasan lahirnya suatu perikatan atau perjanjian diatur

dalam pasal 1313, pasal 1320, pasal 1338 KUHPerdata dinyatakan bahwa suatu

perbuatan yang mengikat satu orang atau lebih terhadap orang lain atau lebih

dikenal dengan perjanjian. Berdasarkan pasal 1313 KUHPerdata menyatakan

41
Novi Ratna, Komparasi Syarat Sahnya Perjanjian Menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Dan Hukum Islam, Mahasiswa Program Studi Megister Ilmu Hukum, Kosentrasi
Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Vol IV, No 2, Desember
2018, Hlm 80.

39
bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Kemudian berdasarkan

pasal 1233 KUHPerdata perjanjian melahirkan hak dan kewajiban antara dua

pihak dalam hal ini hak dan kewajiban tersebut dinamakan dengan perikatan-

perikatan. Perikatan adalah hubungan hukum antara dua pihak, dimana satu

pihak ada hak dan dilain pihak ada kewajiban. Isi atau prestasi bisa di dalam

bentuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat

sesuatu. Kemudian keharusan dalam perjanjian harus memenuhi syarat sahnya

perjanjian merujuk pada pasal 1320 KUHPerdata, dengan demikian perjanjian

telah memiliki payung hukum yang diatur dalam KUHPerdata pasal 1320

tentang syarat sahnya perjanjian.

Berdasarkan hasil observasi bahwa perjanjian yang dilakukan antara

PT Alam Baru dengan Laode Igi selaku pemilik tanah dalam perjanjian

melakukan pekerjaan yang dilakukan pada tahun 2018 yang dilakukan secara

lisan antara kedua belah pihak yakni Laode Igi dan Andi Ainuddin selaku

direktur PT Alam Baru yang mengatas namakan PT Alam Baru, dalam hal ini

perjanjian tersebut telah benar-bear dinyatakan bahwa PT Alam Baru telah

melakukan wanprestasi kepada Laode Igi dengan bentuk wanprestasi yang

dilakukan yaitu melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat kemudian

berdasarkan aturan hukum Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

merujuk pada pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya perjanjian bahwa

dalam perjanjian yang dilakukan antara pihak PT Alam Baru dan Laode Igi

dianggap memenuhi syarat sahnya perjanjian dalam kitab undang-undang

40
hukum perdata. Adapun bentuk yang menyatakan bahwa pihak PT Alam Baru

dan Laode Igi telah benar-benar memenuhi syarat sahnya perjanjian yang

diatur dalam KUHPerdata pasal 1320 yaitu:

a. Kesepakatan

Sepakat PT Alam Baru mengikatkan dirinya kepada Laode Igi dalam

perjanjian lisan melakukan pekerjaan meratakan tanah yang dilakukan pada

tanggal 18 Mei tahun 2018 dan memliki hak dan kewajiban yaitu PT Alam

Baru berhak dan wajib membayar uang harga tanah timbunan sebesar

Rp.15,000,000,00 kepada Laode Igi dan Laode Igi berhak dan wajib

memberikan tanahnya kepada pihak PT Alam Baru untuk digalih/digusur.

Kemudian didalam aturan syarat sahnya perjanjian merujuk pada pasal

1320 tidak menuliskan bahwa perjanjian yang sah adalah perjanjian yang

dilakukan secara tertulis saja, dalam hal ini apabila seseorang atau kedua belah

pihak yang membuat perjanjian secara lisan dianggap sah dalam perjanjian dan

telah diatur oleh undang-undang, sehingga berdasarkan hasil observasi

perjanjian yang dilakukan oleh pihak PT Alam Baru dan Laode Igi selaku

pemilik tanah yang melakukan perjanjian melakukan pekerjaan perataan tanah

secara lisan dianggap sah memenuhi syarat sahnya perjanjian sesuai aturan

pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata tentang sepakat.

2. Kecakapan.

Perjanjian yang dibuat dalam perjanjian melakukan pekerjaan

meratakan tanah adalah direktur PT Alam Baru atas nama Andi Ainudin beliau

merupakan orang yang cakap dan sudah menikah serta mengatas namakan PT

41
Alam Baru dalam membuat perjanjian, dalam artian pihak PT Alam Baru dan

Laode Igi dinyatakan sah dalam hal sehat jasmani maupun rohani dan telah

dikatakan cukup umur berdasarkan aturan hukum dikatakan dewasa dalam

aturan hukum pasal 330 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “kedewasaan

seseorang adalah ketika berumur 21 tahun atau sudah menikah”, sehingga

dalam hal ini kedua belah pihak dalam perjanjian melakukan pekerjaan antara

PT Alam Baru dan Laode Igi telah benar-benar memenuhi syarat sah perjanjian

pasal 1320 ayat (2) tentang kecakapan seseorang dalam membuat perjanjian.

3. Suatu Hal Yang Tertentu.

Pihak PT Alam Baru membuat perjanjian kepada Laode Igi dan berani

mengikatkan dirinya kepada Laode Igi selaku pemilik tanah karena memiliki

tujuan yang tertentu yaitu dengan tujuan untuk berbisnis kepada Laode Igi

yaitu tanah Laode Igi mau digusur tanah gunungnya oleh pihak PT Alam Baru

yang berlokasi di Kelurahan Alolama, Kecamatan Mandonga, Jalan Subsidi II,

Lorong RK 4, RT 006, RW 02, dengan luas tanah berukuran 73x72 meter

persegi (panjang x lebar) dengan target utamanya adalah untuk mendapatkan

keuntungan sebesar-besarnya dari tanah Laode Igi dengan cara menggusur dan

menjual tanah timbunan tersebut kepada masyarakat atau kepada pihak

bisnisnya kepada orang lain yang sudah ia perjanjikan.42

42
Wawancara Kepada Direktur PT Alam Baru, Andi Ainudin Pada Kamis 9 Februari
2023, Pukul 10: 30 Wita.

42
4. Suatu Sebab Yang Halal

Perjanjian yang dilakukan PT Alam Baru kepada Laode Igi selaku

pemilik tanah yaitu memiliki sebab yang halal, sehingga kedua belah pihak

membuat perjanjian yaitu sebab yang halalnya adalah bekerja sama dalam hal

berbisnis antara kedua belah pihak tersebut dengan dilakukan perjanjian secara

lisan tentang perihal melakukan pekerjaan galian atau perataan tanah. Selain itu

juga bentuk perjanjian yang dilakukan dianggap sah dan tidak melanggar atau

bertentangan dengan aturan undang-undang yang telah dibuat serta tertib

dengan norma kesusilaan mengenai aturan sopan, santun yang didasarkan atas

aturan agama, dalam hal ini tentang adab yang digunakan dalam pergaulan

antar manusia, antar tetangga, dan antar kaum.43

Dari ketentuan pasal 1313 KUHPerdata tersebut dapat dilihat bahwa

KUHPerdata sendiri tidak menyebutkan secara tegas mengenai perjanjian

secara tertulis, KUHPerdata hanya mendefinisikan perjanjian sebagai perbuatan

seseorang atau lebih yang mengikatkan dirinya terhadap orang lain. Meskipun

demikian, secara garis besar perjanjian dibagi berdasarkan bentuknya yaitu

secara lisan dan secara tertulis. Perjanjian lisan adalah perjanjian yang

kesepakatan/klausul yang diperjanjikan disepakati secara lisan. Perjanjian lisan

seperti ini tetaplah sah, tetapi yang menjadi masalah adalah jika ada sengketa

yang lahir terkait dengan perjanjian ini maka para pihak akan kesulitan

melakukan pembuktian.44Perjanjian tertulis dapat dibuat dengan akta ontentik

atau akta dibawah tangan. Perjanjian tertulis dengan akta dibawah tangan
43
Wawancara Kepada Laode Igi Selaku Pemilik Tanah, Pada Tanggal 10 Februari 2023,
Pukul 15:34 Wita.
44
Op.Cit, h 15.

43
adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak saja tanpa melibatkan pejabat

yang berwenang. Menurut Subekti tentang syarat sahnya perjanjian adalah

bahwa kata sepakat adalah persesuaian kehendak antara kedua belah pihak

yaitu apa yang disepakati atau yang dikehendaki oleh pihak kesatu juga

dikehendaki pihak lain dan kedua kehendak tersebut menghendaki sesuatu

yang secara timbal balik. Dijelaskan lebih lanjut bahwa dengan hanya

menyebutkannya„sepakat”saja tanpa tuntutan suatu bentuk cara (formalitas)

apapun sepertinya tulisan, pemberi tanda atau panjer dan lain sebagainya, dapat

disimpulkan bahwa bila sudah tercapai sepakat itu maka sahlah sudah

perjanjian itu atau mengikatkan perjanjian, sehingga berdasarkan hasil

observasi yang menyatakan bahwa kedua belah pihak dinyatakan sah dalam

perjanjian yang merujuk pada pasal 1320 KUHPerdata dan pihak PT Alam

Baru dianggap telah benar-benar melakukan wanprestasi kepada Laode Igi

selaku pemilik tanah, yang telah melakukan wanprestasi sejak masuk tahun

2021 hingga saat ini.45

45
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, H 17

44
B. Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Melakukan Pekerjaan Yang

Dilakukan Oleh PT Alam Baru Dikota Kendari.

Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti prestasi yang

buruk. Wanprestasi dinyatakan dengan cara ditentukan dalam perjanjian antara

kreditur dan debitur bahwa seorang tidak memenuhi kewajibannya.

Wanprestasi adalah perbuatan janji yang dilanggar, atau perbuatan yang tidak

sesuai perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak. Adapun penjelasan tentang

wanprestasi menurut para ahli yaitu sebagai berikut:

1. Menurut Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa wanprestasi adalah

kurangnya pencapaian hukum kontrak berarti sesuatu yang harus dilakukan

sebagai isi perjanjian. Mungkin dalam bahasa Indonesia itu berjanji untuk

memenuhi persyaratan dan tidak memenuhinya untuk wanprestasi.

2. Menurut J Satrio, wanprestasi adalah ketika pelaku bisnis gagal memenuhi

janjinya atau gagal memenuhi dengan benar dan bisa menyalahkan mereka

semua.46

3. Menurut Subekti berpendapat bahwa wanprestasi adalah kondisi ketika

seorang yang berhutang tidak melakukan apa yang dijanjikannya. Hal ini

dapat terjadi karena ada dua kemungkinan yaitu kesalahan debitur yang

kesengajaan atau kelalaian karena suatu kedaan yang memaksa.

46
Yhuda Adrianto, Dwi Sisbiantoro, Upaya Hukum Terhadap Konsumen Perumahan
Atas Wanprestasi Yang Dilakukan Oleh Developer PT Anugerah Agung Pratama, Klasula Jurnal
Hukum Tata Negara Administrasi Dan Pidana, Vol 1, No 1, April 2022.

45
Adapun beberapa bentuk-bentuk wanprestasi dalam suatu perjanjian yaitu

sebagai berikut:

1. Tidak melakukan sama sekali.

2. Melaksanakan tetapi tidak tepat waktu (terlambat).

3. Melaksanakan tetapi tidak seperti yang diperjanjikan.

4. Debitur melaksanakan yang menurut perjanjian yang tidak boleh dilakukan.

Berdasarkan hasil observasi menyatakan bahwa bentuk fakta yang terjadi

bahwa PT Alam baru telah benar-benar melakukan wanprestasi sejak masuk

tahun 2021 hingga saat ini dikarenakan pihak PT Alam Baru melakukan pekerjaan

yang tidak sesuai apa yang diperjanjikan antara kedua belah pihak kepada Laode

Igi selaku pemilik tanah yang dimana bentuk wanprestasi yang dilakukan adalah

melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat karena memiliki alasan-alasan

tertentu sehingga PT Alam Baru melakukan perjanjian yang ingkar janji atau

wanprestasi.47

Sesuai perjanjian kerja atau perjanjian melakukan pekerjaan berdasarkan

pasal 1601a yang dimaksud dengan perjanjian kerja adalah suatu perjanjian

dimana pihak satu, buruh, mengikatkan dirinya untuk bekerja pada pihak lain

selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah, dalam hal ini kesepakatan

yang telah dibuat yaitu adanya pekerjaan yang mau dikerjakan berupa tanah yang

mau diratakan oleh pihak PT Alam Baru, selanjutnya adanya unsur perintah dalam

perjanjian bahwa jangka waktu pengerjaan berjangka dua tahun yakni dari tahun

2018 hingga tahun 2020 bahwa tanah tersebut haruslah rata tetapi faktnya hingga

47
Devry Iskandar Bonte, Meiman Rezeki Zebua, Ria Sintha Devi, Penerapan Hukum
Terhadap Wanprestasi Atas Perjanjian Pembiayaan, Vol 4, No 1, Januari,2022,

46
saat ini tanah tersebut belumlah rata dan mengalami masalah wanprestasi, selain

itu juga dengan adanya upah harga yang telah disepakati yaitu dengan harga

Rp.15,000,000,00. Kemudian alasan-alasan besarnya PT Alam Baru melakukan

wanprestasi atau ingkar janji tersebut sebagai berikut :

1. Kurangnya pembelian tanah timbunan.

2. PT Alam baru mendapatkan suatu masalah yaitu dalam proses pengangkutan

tanah timbunan jalan yang diakses dalam proses pengangkutan mengalami

kerusakan, kemudian beberapa mahasiswa mendemo PT Alam Baru dengan

alasan bahwa PT Alam Baru dinyatakan merusak akses jalan umum sehingga

dalam hal ini dilakukan pemberhentian untuk sementara waktu dalam

pengoperasian galian tanah Laode Igi dan harus berurusan dulu serta membayar

atas kerusakan jalan umum sebesar Rp.40,000,000,00, baru bisa kembali

melaksanakan galian tanah tersebut.

3. Pemilik tanah disamping tanah Laode Igi yaitu tanah Hasanudin yang dimana

Hasanudin melarang keras tanahnya dijadikan akses jalan dalam proses

pengangkutan tanah timbunan, alasan Hasanudin melarang keras tanahnya mau

dijadikan akses jalan proses pengangkutan tanah timbunan tersebut yaitu

Hasanudin juga membuat perjanjian dengan PT Alam baru tentang tanahnya

juga mau digusur, dalam perjanjiannya antara PT Alam Baru dan Hasanudin

yaitu tanahnya mau digusur tetapi dilaksanakan penggusuran ditanah

Hasanudin tersebut nanti pada saat tanah Laode Igi telah rata, tetapi

Hasanudin melakukan ingkar janji kepada PT Alam Baru yaitu Hasanudin

berkeinginan tanahnya duluan yang mau diratakan tetapi dalam proses

47
perjanjian PT Alam Baru telah duluan membuat perjanjian kepada Laode Igi

dibanding Hasanudin.48Selain itu juga Hasanudin dikenal dengan warga disana

bahwa sifatnya tersebut selalu ingin berkuasa atau selalu berbuat semena-mena

kepada warga lainnya sehingga selalu ia merugikan orang lain.49

4. Dalam proses pengerjaan gusuran tanah Laode Igi, alat yang digunakan dalam

proses gusuran tersebut berupa doser mengalami kecelakaan yaitu doser

tersebut terbalik diakibatkan tanah yang tempat posisi injaknya alat tersebut

tanahnya bercampur pasir sehingga tanahnya lembek dan mengakibatkan alat

doser terjatuh dan terbalik sehingga dalam hal ini dilaksanakan pemberhentian

sementara waktu dalam pengerjaan gusuran karena alat mengalami kerusakan

dan harus diperbaiki serta memerlukan waktu yang cukup lama dalam

perbaikan alat doser tersebut serta harus membiayai atas kerusakan alat berat

tersebut sebesar Rp.30,000,000,00.50

Sesuai fakta-fakta yang terjadi tentang bentuk permasalahan

wanprestasi yang dilakukan oleh PT Alam Baru kepada Laode Igi dinyatakan

sah dalam perjanjian yang tidak sesuai perjanjian dan merugikan salah satu

pihak yaitu Laode Igi selaku pemilik tanah karena tidak sesuai apa yang

diperjanjikan tentang jangka waktu kerja, dan merujuk pada pasal 1313 bahwa

suatu perbuatan yang dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih. Kemudian diterangkan dalam pasal 1238

48
Wawancara Kepada Direktur PT Alam Baru, Andi Ainudin Pada Hari Kamis Tanggal 9
Februari 2023, Pukul 10:34.
49
Wawancara Kepada Kontraktor, Pada Hari Jumat 10 Februari 2023, Pukul 13:45 Wita.
50
Wawancara Kepada Direktur PT Alam Baru, Laode Igi, Pada Hari Kamis, Tanggal 9
Februari 2023, Pukul 10:30 Wita.

48
KUHPerdata adalah kondisi dimana debitur dinyatakan lalai dengan surat

perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan

sendiri yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai

dengan lewatnya waktu yang telah ditentukan. Adapun hak dan kewajiban yang

harus dipenuhi antara lain:

a. Laode Igi (Pemilik Tanah).

1. Hak Pemilik Tanah.

- Berhak mendapatkan upah harga tanah timbunan sebesar

Rp.15.000.000.00.

- Berhak mendapatkan kepuasan hasil kerja PTAlam Baru yaitu tanah

yang rata.

- Berhak menuntut/menegur PT Alam Baru jika tidak sesuai perjanjian

yang dibuat.

- Berhak mendapatkan tanah yang rata pada bulan Agustus tahun 2020.

2. Kewajiban Laode Igi (Pemilik Tanah).

.- Pemilik tanah wajib memberikan tanahnya untuk digusur oleh PT Alam

Baru.

- Pemilik tanah wajib menyerahkan semua isi yang ada diatas atau didalam

tanah tersebut yang digusur oleh PT Alam Baru, meliputi bebatuan dan

pepohonan.

- Pemilik tanah wajib menerima upah harga tanah sebesar

Rp.15.000.000.00.

49
- Pemilik tanah wajib menunggu hasil rataan tanah dari tahun 2018 hingga

2020.

b. PT Alam Baru.

1. Hak PT Alam Baru.

- Berhak menggusur tanah yang telah disepakati dalam perjanjian.

- Berhak mendapatkan tanah timbunan untuk diperjual belikan.

- Berhak mengambil semua isi didalam dan diatas tanah yang sudah dibeli

meliputi batu dan pohon yang bisa dijual.

2. Kewajiban PT Alam Baru. 51

- PT Alam Baru wajib membayar upah harga tanah sebesar

Rp.15.000.000.00.

- PT Alam Baru wajib mengerjakan gusuran tanah dari tanggal 5 Mei tahun

2018 hingga Agustus 2020.

- PT Alam Baru wajib menyelesaikan perataan tanah ditahun 2020.

- PT Alam Baru wajib memberikan kepuasan terhadap pemilik tanah

dengan cara memberikan perataan tanah yang maksimal.

- PT Alam Baru wajib mengkordinir atau mengarahkan kontraktor agar bisa

selesai perataan tanah sesuai kesepakan bersama antara PT Alam Baru dan

pemilik tanah

Selain itu juga PT Alam Baru menyadari tentang hal ingkar janji

tersebut yang dilakukan kepada Laode Igi ia mengatakan bahwa mau

bagaimanapun semua sudah terjadi dan PT Alam Baru pun menganggap semua
51
Wawancara Kepada Direktur PT Alam Baru, Andi Ainudin, Tentang Hak Dan
Kewajiban, Pada Tanggal 30 Agustus 2022, Pukul 19:37 Wita.

50
kejadian dan permasalahan yang didapatkan dalam proses penggusuran tanah

Laode Igi dilakukan tanpa sengaja dan tidak ada yang menduga tentang hal-hal

yang tidak mungkin terjadi yang didapatkan oleh pihak PT Alam Baru.

Kemudian tanggapan atau respon Laode Igi dengan hal tersebut beliau

mengerti dan memaklumi tentang hal-hal tersebut dan kedua pihak tersebut

saling memafkan tentang perihal permasalahan yang terjadi.

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa bentuk penyelesaian

yang dilakukan oleh PT Alam Baru kepada Laode Igi tentang ingkar janji

tersebut adalah dilakukan secara musyawarah dengan cara negosiasi atau

dilakukan penyelesaian wanprestasi tersebut diluar pengadilan (non-litigasi),

selain itu penyelesaian secara musyawarah dengan cara negosiasi dilakukan

sebanyak dua kali. Adapun hasil kesepakatan penyelesaian wanprestasi yang

dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebagai berikut:

1. Musyawarah Negosiasi Pertama.

Negosiasi pertama dilakukan dirumah direktur PT Alam Baru atau

dirumah Andi Ainudin, jalan R Suprapto, No 43, Kecamatan Mandonga, Kota

Kendari, pada hari selasa tanggal 31 Januari 2023, pukul 10:35 yang dimana

dilakukan antara kedua belah pihak yakni Ainudin selaku direktur PT Alam

Baru dan Laode Igi selaku pemilik tanah yang dilakukan secara langsung

dengan bertatap muka dan saling membicarakan perihal kedepannya tentang

bagaimana tanah tersebut bisa terselesaikan. Kemudian adapun hasil

pembicaraan negosiasi pertama yaitu :

51
a). PT Alam Baru dan Laode Igi bersepakat untuk membuat perjanjian yang

kedua kalinya bahwa ditahun 2023 saat ini tanah tersebut haruslah rata dan

dapat terselesaikan seluruhnya.

b). Pihak PT Alam Baru dan Laode Igi bersepakat ditahun 2023 ini PT Alam

Baru tidak boleh mengambil pekerjaan lain sebelum tanah Laode Igi

terselesaikan.52

2. Musyawarah Negosiasi Kedua.

Negosiasi kedua dilakukan dirumah direktur PT Alam Baru, jalan R

Suprapto, No 43, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari, pada hari jumat

tanggal 3 Februari 2023, pukul 09:00-pukul 11:05 yang dimana dilakukan

antara beberapa belah pihak yakni Andi Ainudin selaku direktur PT Alam

Baru, H. Rahmanuddin selaku pemilik saham PT Alam Baru dan Laode Igi

selaku pemilik tanah yang dilakukan secara langsung dengan bertatap muka

dan saling membicarakan perihal kedepannya tentang bagaimana tanah tersebut

bisa terselesaikan dengan secepatnya berhubung PT Alam Baru sudah telah

dinyatakan wanprestasi atau perjanjian yang tidak sesuai apa yang

diperjanjikan.53Adapun hasil musyawarah kedua yang dilakukan beberapa

pihak tersebut sebagai berikut :

a). Pihak PT Alam Baru harus dan wajib menyelesaikan pekerjaan meratakan

tanah Laode Igi sampai bulan April 2023, dengan alasan bahwa anak-anak

52
Wawancara Kepada H. Rahmanudin Selaku Pemilik Saham PT Alam Baru, Pada Hari
Jumat Tanggal 10 Februari 2023, Pukul 13: 40. Wita.
53
Wawancara Kepada Andi Ainudin Selaku Direktur PT Alam Baru, Pada Hari Jumat,
Tanggal 10 Februari 2023, Pukul 13:40 Wita.

52
Laode Igi ingin membuat dan membangun rumah ditanah tersebut dan

Laode Igi ingin sekali lagi melakukan berkebun.

b). Laode Igi mengulangi permintaan atau kesepakatan pada musyawarah

pertama bahwa PT Alam Baru tidak boleh mengambil pekerjaan lain

sebelum tanah Laode Igi terselesaikan diratakan.

Selain itu juga Laode Igi sebenarnya agak kecewa dengan adanya

perjanjian yang tidak sesuai perjanjian awal, bentuk kekecewaannya yaitu

perjanjian tahun 2020 tanah sudah rata tetapi faktanya tahun 2020 tanahnya

belumlah rata hingga saat ini dan harapan Laode Igi bisa melaksanakan lagi

berkebun karena dengan berkebun Laode Igi bisa mendapatkan hasil dari isi

kebun tersebut dan bisa membiayai kebutuhan sehari-hari tetapi terjadilah ingkar

janji yang tidak sesuai, kemudian dengan melihat alasan-alasan pihak PT Alam

Baru tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi dan musibah yang

didapatkan oleh pihak PT Alam Baru, dalam hal ini Laode Igi beranggapan bahwa

memakluni tentang hal-hal yang terjadi sehingga terjadinya perjanjian yang tidak

sesuai atau wanprestasi.

Kemudian Laode Igi selaku pemilik tanah cuman meminta kepada pihak

PT Alam Baru bahwa tanahnya dibulan April ditahun 2023 haruslah rata dan tidak

mau lagi adanya ingkar janji sesuai perjanjian yang barusan dibuat antara kedua

belah pihak tersebut, kemudian berdasarkan fakta yang terjadi dan hasil observasi

yang diliat secara langsung tanah yang mau diratakan oleh PT Alam Baru sudah

benar-benar agak rendah atau sudah tidak lama lagi tanah Laode Igi mendapatkan

tanah yang rata. Selain itu direktur PT Alam Baru meminta kepada pihak Laode

53
Igi agar sabar menunggu tanahnya diratakan oleh pihak PT Alam Baru dan pihak

PT Alam Baru berusaha semaksimal mungkin untuk tanahnya Laode Igi tersebut

bisa rata sesuai perjanjian yang kedua yaitu tanah Laode Igi bulan April tahun

2023 harus rata.54.

Selanjutnya pihak Laode Igi dengan mengetahui tentang hal-hal yang

terjadi kepada pihak PT Alam Baru bahwa selama ini PT Alam Baru mendapatkan

suatu musibah yang bermacam-macam sehingga terjadinya ingkar janji olehnya

itu, Laode Igi meminta maaf kepada pihak direktur PT Alam Baru atas dasar

selalu mendesak, dan menegur direktur PT Alam Baru, sehingga dari apa yang

terjadi mereka saling memaafkan tentang kejadian-kejadian yang telah terjadi,

selanjutnya kedua belah pihak tersebut legah dan sudah merasa aman dari segi

kepastian dari informasi yang didapatkan kedua belah pihak tersebut serta tidak

ada lagi yang mau diperdebatkan tentang antara PT Alam Baru dan Laode Igi

selaku pemilik tanah kedepannya.

Penerapan alternatif penyelesaian sengketa atas terjadinya wanprestasi

oleh pemegang saham PT Alam Baru kepada Laode Igi menunjukan bahwa telah

menerapkan sistem penyelesaian sengketa melalui musyawarah kepada pihak

yang dirugikan dalam perjanjian yang dibuat pada tahun 2018 yang dilaksanakan

dalam bentuk perjanjian lisan antara pihak PT Alam Baru dan Laode Igi tetapi

terjadinya ingkar janji atau wanprestasi yang dilakukan oleh pihak PT Alam Baru.

54
Wawancara Kepada Laode Igi, Selaku Pemilik Tanah, Pada Tanggal 10 Februari
2023, Pukul 15: 50 Wita.
Wawancara Kepada Direktur PT Alam Baru, Andi Ainudin, Pada Hari Jumat Tanggal 10
Februari 2023, Pukul 13:40.

54
Kemudian penyelesaian sengketa menggunakan alternatif penyelesaian sengketa

dengan penerapan proses musyawarah mufakat, dalam hal ini kedua belah pihak

tidak ada yang merasa dirugiksn atas kejadian tentang perjanjian yang ingkar janji

atau perjanjian yang berbuat sesuatu tetapi terlambat atas ketidak sesuaian jangka

waktu kerja dalam pengerjaan gusuran/galian tanah Laode Igi.

Upaya penyelesaian sengketa wanprestasi yang dilakukan oleh pihak PT

Alam Baru kepada Laode Igi yaitu kedua belah pihak saling

negosiasi/musyawarah agar pihak PT Alam Baru tidak melaksanakan ganti rugi

sesuai pasal 1234 kitab undang-undang hukum perdata (KUHPerdata) yang

berbunyi “penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tidak terpenuhinya suatu

perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan lalai, tetap

lalai untuk memenuhi perikatan itu atau jika sesuatu yang harus diberikan atau

dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang

melampaui waktu yang telah ditentukan” yang dimana PT Alam Baru telah benar-

benar melakukan wanprestasi kepada Laode Igi selaku pemilik tanah yang merasa

tidak sesuai apa yang diperjanjikan antara kedua belah pihak tersebut.

Dengan dibuatnya kesepakatan antara kreditur dan debitur otomatis terikat

secara hukum agar perjanjian menjadi sah menurut hukum harus memenuhi

persyaratan hukum sesuai yang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata yang terdiri

atas kesepakatan yang mengikat, kecakapan dalam dalam membuat klausul

hukum dalam ksepakatan mengandung pokok yang jelas. Berdasarkan analisis dan

hasil penelitian menyatakan bahwa PT Alam Baru telah benar-benar melakukan

wanprestasi kepada Laode Igi selaku pemilik tanah kemudian berdasarkan aturan

55
hukum yang mengatur yang merujuk pada pasal 1313 KUHPerdata yang dimana

telah melakukan perjanjian dan memenuhi syarat sahnya perjanjian merujuk pada

pasal 1320 KUHPerdata sehingga dalam hal ini PT Alam Baru melanggar aturan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang perjanjian yang mengikatkan

dirinya kepada satu orang atau lebih. Kemudian menurut pasal 1238 KUHPerdata

adalah kondisi dimana debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah atau akta

dengan sejenisnya itu atau berdasarkan kekuatan perikatan sendiri yaitu bila

perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu

yang ditentukan.

Selain itu menurut pasal 1243 yaitu penggantian biaya, kerugian dan

bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur,

walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu jika

sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau

dilakukannya dalam waktu yang melampaui batas waktu yang telah ditentukan.

Dalam hal ini berdasarkan hasil penelitian sebenarnya PT Alam Baru harus

diberikan suatu sanksi berdasarkan pasal 1243 yaitu mengganti kerugian atas

wanprestasi yang dibuatnya kepada Laode Igi atas keterlambatannya dalam

melakukan pekerjaan galian tanah Laode Igi.55

Menurut R. Subekti bahwa sanksi hukum kepada pihak yang melakukan

wanprestasi yang dapat dilakukan adalah pemenuhan perjanjian, pemenuhan

perjanjian ditambah ganti rugi, ganti rugi saja serta pembatalan perjanjian dan

55
Analisis Penulis Terkait Kasus Wanprestasi Dengan Jenis Wanprsestasi Melakukan
Tetapi Tidak Tepat Waktu(Terlambat) Yang Dilakukan Oleh Pt Alam Baru Kepada Laode Igi
Selaku Pemilik Tanah Dalam Perjanjian Melakukan Pekerjaan.

56
pembatalan perjanjian ditambah ganti rugi.56 Berdasarkan asas perjanjian atau

istilah pacta sunt servanda yang berasal dari bahasa latin yang berarti harus

ditepati, kemudian didalamnya memiliki arti yaitu norma yang terkandung dalam

hukum positif yang menjadi rumusannya bahwa “setiap perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”

sehingga dalam hal ini PT Alam Baru dinyatakan lalai dalam perjanjian yang

dilakukan pada tahun 2018 dan mengakibatkan wanprestasi.57

56
Burgerlijk, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pustaka Mahardika, Buku Ketiga,
Hlm 285.
57
Http://lbhpengayoman.Unpar.Ac.Id/Sanksi-Pelaku-Wanprestasi/, Diakses Pada Hari
Jumat, Tanggal 17 Maret 2023.

57
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak antara PT

Alam Baru dan Laode Igi selaku pemilik tanah telah benar-benar

dinyatakan wanprestasi yaitu melakukan apa yang diperjanjikan tetapi

terlambat, dengan bentuk perjanjiannya dilakukan secara lisan yang

beralamat dijalan Subsidi II, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari, Lorong

RK 4, RT 006, RW 02. Bentuk perjanjiannya memenuhi syarat sahnya

perjanjian yaitu pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata bahwa kedua belah pihak

saling sepakat mengikatkan dirinya dan kedua belah pihak dinyatakan

cakap, sehat jasmani dan rohani serta benar-benar mengikatkan dirinya

dalam perjanjian melakukan pekerjaan galian tanah yang dilakukan pada

tahun 2018 dan mengakibatkan bahwa PT Alam Baru telah benar-benar

melakukan unsur wanprestasi kepada Laode Igi sejak masuk tahun 2021

hingga saat ini.

2. Bentuk penyelesaian wanprestasi dilakukan dengan cara non-litigasi atau

penyelesaian diluar pengadilan melalui negosiasi yang dilakukan sebanyak

dua kali oleh para pihak. Hasil negosiasi pertama yaitu sepakat membuat

perjanjian kedua bahwa ditahun 2023 tanah yang mau diratakan harus

telah selesai dan pihak PT Alam Baru, tidak boleh mengambil pekerjaan

58
lain sebelum terselesaikan perataan tanah Laode Igi. Kemudian hasil

negosiasi kedua yaitu Laode Igi selaku pemilik tanah memberikan

ketentuan bulan April ditahun 2023 harus selesai.

B. Saran.

Saran-saran yang disampaikan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya perjanjian pemborongan pekerjaan perataan tanah sebaiknya

jangan dilakukan secara lisan, karena akan sulit dibuktikan di pengadilan,

undang-undang tidak melarang dilakukan perjanjian secara lisan namun

alangkah lebih baiknya perjanjian yang dengan tujuan berbisnis lebih baik

melakukan perjanjian secara tertulis atau dalam bentuk akta autetentik agar

mudah untuk melakukan pembuktian dipengadilan.

2. Hendaknya semua permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan dengan non

litigasi dengan musyawarah terlebih dahulu. Namun, jika cara musyawarah

tidak berhasil, maka para pihak yang bersengketa dalam hal ini pihak yang

dirugikan dapat membawa permasalahan tersebut dipengadilan.

59
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Agus Yudha Hermoko, Hukum Petrjanjian Asas Proposionalitas Dalam Kontrak


Komersial, Prenada Media Group, 2018.

Ahmad Miru. Mariam Darus Badrulzaman Wirjono Projodikoro, Pokok-Pokok


Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty Yokyakarta,
2018.

Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cetakan Ke-1, Bogor, Ghalia


Indonesia, 2010.

Amirudin dan Zainal Asikin , Pengantar Metode Peneltian Hukum, Jakarta, PT


Raja Grafindo, Persada, 2006.

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum , Jakarta PT Raja Grafindo


Persada, 2007.

Dewantara, Gede Eka Prasetya, And Wayan Novy Purwanto. Keabsahan Kontrak
Perdagangan Secara Elektronik, 2020.

Fuady munir, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer. PT Citra


Aditya Bakti, Bandung, 2005.
Gatot Supramono. Perjanjian Pinjam Meminjam, Jakarta, Kencana, Prenada
Media Grup, 2013.
Guse Prayudi, Seluk Beluk Perjanjian Yang Penting Untuk Diketahui Mulai Dari
A-Z, Yogyakarta, Pustaka Pena, 2007.
Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, Jakarta Sinar Grafika, 2018.
Ridwan Nurdin, Irwansyah Khaironnisa, Penyelesaian Wanprestasi Dalam Akad
Istina, Al Mudharaba, 2022.
Sentosa Sembiring, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Jakarta, PT Raja
Grafindo,1993.
Sastrawidjaja, Man Suparman, Perjanjian Buku Dalam Aktivitas Dunia Maya
Cyberlaw: Suatu Pengantar, Cetakan 1, Jakarta,Elips II, 2002.
Salim, Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak,”Cetakan
Keempat, Jakarta,Penerbit Sinar Grafika, 2006.
Soerjono Soekanto, Pengantar penelitian hukum , Jakarta, 1986.

60
Satrio,J, Hukum Perikatan, Bandung Alumni, 2009.
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, 2005
Syaifuddin, dan Muhammad, Hukum Kontrak (Memahami Kontrak Dalam
Perpektif Filsafat, Teori, Dogmatik Dan Praktik Hukum). Bandung,
Mandar Maju, 2012.

Peraturan Perundang-Undangan.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Undang-Undang No 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembar
Negara Republik Indonesia Nomor 4279.
Undang-Undang NO 30 Tahun 1999, Tentang Arbitrase Dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 138, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia
Nomor 3872.

Sumber Lain.

Ani Yunita., Ius Contituedum Vol 5, April 2022 P-Issn 2541-2345,E,ISSN-2580-


8842 Hlm,69-70.
Akhmaddhian, Suwardin And Asri Agustiwin. Perlindungan Hukum Terhadap
Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Dalam Secara Elektronik Di
Indonesia. UNIFIKASI: jurnal ilmu hukum 3,no 2, 2018.
Firda Ainun Fadillah, Saskia Amalia Putri, Alternatif Penyelesaian Sengketa Dan
Arbitrase ( Literatur Reviuw Etika). Vol,2,Issue 6, Juli 2021.E-ISSN
2686-4924 P-ISSN 2686-5246.
(Jisip), Vol 6.No.Juli 2022 E-ISSN: 2656-6753,P-ISSN ; 2598.9944.
Komang Tri Krisnayana, Penyelesaian Wanprestasi Dalam Hubungan
Kontraktual ( Studi Kasus Putusan Nomor 44/Pid/2018/Pt.Dps).
Kerta Semoyo. Iga Bagus Sidhi Nugraha, Wanprestasi Fakultas Hukum
Universitas Udayana, Vol 8,No,5, 2020, Issn, No 2303-0569jian Ilmu
Hukum Vol.1.No 2 Agustus 2022 Hlm,105.
Muhammad Rifqi Hidayat, Penyelesaian Sengketa Wakaf Melalui Jalur Litigasi
Dan Non Litigasi. Al‟adi,Vol XI No,2 Juli,2019.ISSN 1979-
4940/ISSN-E2477-0124.
Pemikiran dan penelitian sumber hukum, tahun 2018.vol 6,

61
Putri Anggun Puspasari, Ni Luh Made Mahendrawati, Desak Dwi Arini
Penerapam Mediasi Penyelesaian Sengketa Utang Piutang
Dipengadilan Negeri Gianyar. Vol 2,No 1,Februari 2021.
Ratna H/Juliyani PR, Hubungan Para Pihak Dalam Suatu Perjanjian, Surabaya,
2013.
Res Justia, Ilmu Hukum Program Studi Hukum Universitas Bina Bangsa Vol
1,No 1, Januari 2021.Doi Issue 104606/Rj.Vil.
Rizayusmanda dan Aspani, Bentuk Penyelesaian Hukum Wanprestasi Pada
Perjanjian Meminjam Secara Online. vol 20, hlm 405-414.
Ravika Mutiara Savitra. Tanggung Sosial Perusahaan Dan Keputusan Finansial
Perusahaan Pendekatan Kitchenham Systematic Literature Review
(SLR). vol, 16,no 2, 2022.
Suryadarma, Ilmiah Hukum Dirgantara. Fakultas Hukum Universitas
Dirgantaramarsekal, Vol, 11, No.1, 2022.
Winda Fitri And Nadila Putri, Kajian Hukum Islam Atas Perbuatan Perlindungan
(Bullying) Secara Online Dimedia Sosial, (Ilmu Sosial Dan
Pendidikan, Lena Griswati, Tumbuhnya Suatu Perjanjian, Jakarta,
2007.
Yulita Endah Prasetiyahningsih, Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemborongan
Pekerjaan Pembangunan Gedung Antara Universitas Di Ponegoro
Semarang Dengan PT. Yundradi Karya Selaras. Skripsi program
Pascasarjana, Fakultas Hukum, di Universitas Di Ponegoro. 2003.
http://scholar.geogle,com./scholar?as_ylo=2018&q=syarat+sahnya+perjanjian&hl
=id&_sdt=0,5#d=gs_qabs&t=1668608660090&u=%23p%3D2nR7V
CiCB_QJ. Dikunjungi 16 November 2022, pukul 21:24.
http://Isc.bphn.go.id/konsultasiView?i=3744#:~:text=Bentuk%20bentuk%wanpre
stasi%20%3A%20a,seperti%20yang%20diperjanjikan%3B%20dan%
d. dikunjungi pada 28 Desember 2022. Pukul 18:55.
http://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-artikel/13628/arbitrase-
Dan-alternatif-penyelesaian-sengketa.html. Dikunjungi pada 21
Desember 2022, pukul 01:03.
http://www.academia.edu/25721593/Pekerjaan_Timbunan_dan_Perataan_Tanah.
Dikunjungi pada 28 Desember 2022, pukul 20:45.

62

Anda mungkin juga menyukai