SKRIPSI
Oleh:
M. RIDHO
NIM. 125010101111039
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2016
HALAMAN PERSETUJUAN
Identitas Penulis :
a. Nama : M. RIDHO
b. NIM 125010101111039
Konsentrasi : Hukum Tata
Mengetahui,
Ketua Bagian Hukum Tata Negara
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
M. Ridho
125010101111039
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum Ketua Bagian Hukum Tata Negara
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT., Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang telah memberikan anugerah dan rahmat Nya kepada penulis. Segala
pintu kemudahan yang tertutup tidaklah terbuka semata-mata berkat rahmat Allah
Maha Mengetahui. Tiada pengingkaran atas setiap penjagaan Allah SWT terhadap
berjudul
yang di hatinya tidak pernah mengingkari kebenaran Allah SWT. Berkat perantara
beliau dunia terbebas dari belenggu kebodohan dan manusia selamat dari jurang
kezaliman dalam naungan Islam. Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak
dapat terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak yang membantu penulis baik
dalam bentuk materil maupun moril. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika
1. Dr. Rachmad Syafa’at, S.H. M.Si. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya
2. Tunggul Anshari SN, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara
iii
3. Herlin Wijayati, S.H., M.H. selaku pembimbing utama atas kritikan, masukan,
6. Ibunda Erlinda atas Do’a, motivasi, kasih sayang, semangat dan bimbingannya
Alam. Atas bimbingan dan arahan serta kasih sayangnya kepada penulis
sehingga penulis bisa menyelesaikan study ilmu hukum dan mendapat ilmu
yang bermanfaat.
Rahma Dini atas motivasi dan kelucuannya yang membuat penulis segera
menyelesaikan study-Nya.
8. Untuk perempuan yang selalu saya cintai yaitu Putri Ayu Mutsiratu yang selalu
mendukung dan menyemangati saya dalam membuat skripsi ini serta yang
dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga apa yang perjuangkan akan indah
pada akhirnya.
iv
9. Untuk kawan-kawan ANTIFA (Tidak Tunduk Tertindas Tapi Bangkit Menatap
10. Sahabat, Teman, Kawan dan saudara dalam perantauan penulis, Gulam Dalula
May Volta, Asa Azuma Alba, Hussein Achmad, Dito Suryo, Faizal Bayi
Wilda, Lisan, Yunizar terima kasih telah melengkapi hidup penulis dalam
senior sekaligus inspirator penulis bang sutikno sebagai teman diskusi yang
11. Seluruh keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Komisariat Hukum
Universitas Brawijaya baik kakanda, ayunda maupun adinda atas ilmu dan
12. Seluruh adik-adik HMI Koms. Hukum UB atas ilmu, dukungan dan
13. Kawan-kawan LPM ManifesT atas proses belajar menjadi reporter dan penulis
14. Seluruh teman Fakultas Hukum Universitas Brawijaya dari angkatan tua
v
15. Pihak-pihak lain yang turut membantu terselesaikannya skripsi ini, penulis
Tidak ada yang mampu penulis berikan selain ucapan terima kasih dan
rangkaian do’a agar Allah SWT. memberikan kelapangan dan kelanggengan ilmu
yang bermanfaat, rezeki yang berkah, dan ampunan yang melimpah kepada
hasil penelitian ini. Penulis menyadari skripsi ini tidak lepas dari kekurangan.
yang membangun demi meningkatnya kualitas skripsi ini. Akhir kata, penulis
mohon maaf atas segala kesalahan dalam penyusunan skripsi ini, baik kesengajaan
Malang, 2016
M. Ridho
vi
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan...............................................................................................i
Lembar Pengesahan...............................................................................................ii
Kata Pengantar.......................................................................................................iii
Daftar Isi................................................................................................................vi
Daftar Diagram......................................................................................................ix
Daftar Table...........................................................................................................x
Daftar Lampiran....................................................................................................xi
Ringkasan..............................................................................................................xii
Summary................................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................13
C. Tujuan Penelitian..................................................................................13
D. Manfaat Penelitian................................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................16
A. Konsep Tanggung Jawab Negara..........................................................16
B. Konsep Negara Hukum.........................................................................18
C. Hak Asasi Manusia...............................................................................21
D. Konsep Negara Kesejahteraan (WelefareRechtsstaat)..........................22
E. Perlindungan Hukum dan Konsep Perlindungan Hukum.....................24
F. Kajian Umum Terhadap Penyandang Disabilitas.................................29
G. Psikologi Sosial.....................................................................................40
H. Konsep Pendidikan Tinggi Bagi Penyandang Disabilitas....................42
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................45
A. Jenis Penelitian......................................................................................45
B. Metode Pendekatan...............................................................................46
C. Jenis Bahan Hukum..............................................................................47
D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum....................................................50
E. Teknik Analisis Bahan Hukum.............................................................50
F. Kerangka Pemikiran Hukum.................................................................52
vii
G. Sistematika Penulisan Penelitian..........................................................53
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................56
A. Implementasi yuridis yang sudah dilakukan Negara terhadap
penyandang disabilitas untuk memperoleh Access to justice dalam
pendidikan tinggi.................................................................................56
1. Penjabaran Amanat UUD NRI 1945 dalam bentuk peraturan
perundang-undangan yang melindungi dan menjamin hak-hak
penyandang disabilitas.........................................................................56
2. Upaya Implementasi Peraturan/Kebijakan yang sudah dilakukan
Negara terhadap penyandang disabilitas untuk memperoleh Access to
justice dalam pendidikan tinggi...........................................................71
3. Tanggung jawab Negara dalam memenuhi Hak atas pendidikan Non
Diskriminatif bagi penyandang disabilitas untuk memperoleh Acess to
justice dalam pendidikan tinggi berdasarkan tinjauan Yuridis............86
B. Langkah- langkah Pemenuhan Hak atas Pendidikan Non Diskriminatif
bagi Penyandang Disabilitas untuk Memperoleh Acess to justice dalam
Pendidikan Tinggi.....................................................................................87
a) Landasan Yuridis Pemenuhan Hak Pendidikan Tinggi Bagi
Penyandang Disabilitas.......................................................................87
b) Kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan penyusunan
Norma..................................................................................................91
c) Gagasan dalam memenuhi hak atas pendidikan Non Diskriminatif bagi
penyandang disabilitas untuk memperoleh Acess to justice dalam
pendidikan tinggi.................................................................................93
d) Koordinasi dan penyedian layanan yang akan menyelenggarakan
gagasan dalam memenuhi hak atas pendidikan Non Diskriminatif bagi
penyandang disabilitas untuk memperoleh Acess to justice dalam
pendidikan tinggi.................................................................................97
BAB V PENUTUP...............................................................................................109
A. Kesimpulan..........................................................................................109
B. Saran....................................................................................................110
viii
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR DIAGRAM
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
RINGKASAN
M. Ridho, Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Februari
2016, TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM PEMENUHAN HAK
ATAS PENDIDIKAN NON-DISKRIMINATIF BAGI PENYANDANG
DISABILITAS (ACESS TO JUSTICE) DALAM PENDIDIKAN TINGGI),
Herlin Wijayati, S.H.,M.H., M. Dahlan, S.H.,M.H
Pada skripsi ini, penulis mengangkat permasalahan tanggung jawab Negara dalam
pemenuhan hak atas pendidikan tinggi bagi penyandang disabilitas, pilihan tema
tersebut dilator belakangi oleh adannya sikap diskriminatif yang dilakukan
pemerintah dalam upaya pemenuhan hak pendidikan khususnya pendidikan tinggi
bagi penyandang disabilitas. Akan tetapi di dalam pengaturan terhadap akses
pendidikan tinggi bagi penyandang disabilitas maupun tata kelola pendidikan
khusus bagi penyandang disabilitas belum sempurna. Sehingga penyerapan
terhadap calon mahasiswa penyandang disabilitas yang akan menempuh
pendidikan setelah menempuh pendidikan terakhir ditingkat menengah dianggap
sangatlah penting untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu hal yang mendasari dari
tujuan bangsa ini agar seluruh lapisan masyarakat mendapatkan pemenuhan hak
menyandang pendidikan dan tidak terkecuali bagi penyandang disabilitas.
Berdasarkan hal tersebut, skripsi ini mengangkat rumusan masalah : (1)
Bagaimana bentuk Implementasi yuridis yang sudah dilakukan Negara terhadap
penyandang disabilitas untuk memperoleh Access to justice dalam pendidikan
tinggi ? (2) Bagaimana tanggung jawab Negara dalam memenuhi Hak atas
pendidikan Non Diskriminatif bagi penyandang disabilitas untuk memperoleh
Access to justice dalam pendidikan tinggi berdasarkan tinjauan Yuridis ?
Kemudian skripsi ini menggunakan metode pendekatan yuridis (statuta approach)
dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Bahan hukum primer,
sekunder, dan tersier yang diperoleh penulis akan dianalisis dengan menggunakan
metode analisis yuridis kualitatif, analisa oleh penulis yang digunakan dalam
disiplin ilmu hokum untuk menganalisis pesan-pesan yang terkandung dalam
peraturan perundang undangan, sehingga dapat ditemukan suatu pengertian
berkaitan dengan bahan hukum primer yang lain yaitu terhadap pengaturan
pemenuhan pendidikan bagi penyandang disabilitas.
Dari hasil penelitian dengan metode di atas, penulis memperoleh jawaban atas
permasalahan yang ada bahwa yaitu Peraturan Perundang-undangan yang ada saat
ini khususnya konteks pemenuhan pendidikan orang normal dengan orang
disabilitas untuk memperoleh pendidikan tinggi tidaklah seimbang, maka
dibutuhkan pembentukan Perguruan Tinggi Luar Biasa adalah hak bagi
penyandang disabilitas untuk bias mendapatkan akses pendidikan di pendidikan
tinggi serta menjadi tanggungjawabpemerintahatasamanatkonstitusipasal 31 ayat
(1) dan (2), segera melaksanakan pembentukan Naskah Akademik mengenai Tata
Kelola Perguruan Tinggi Luar Biasa, sehingga dapat terlaksana pembentukan
peraturan-undang terkait dalam pemenuhan hak pendidikan tinggi bagi
penyandang disabilitas.
xiii
SUMMARY
M. Ridho, Constitutional Law, Faculty of Law, Brawijaya University, February
2016, STATE RESPONSIBILITY IN FULLFILMENT RIGHT OF NON-
DISKRIMINATIVE EDUCATION FOR PERSON WITH DISABILITY
(ACESS TO JUSTICE) IN UNIVERSITY, HerlinWijayati, S.H.,M.H., M.
Dahlan, S.H.,M.
In this thesis, author discusse a theme about fullfiment the right of education for
person with disability, this theme has choiced because there is a discriminative
action from the government towards to person with disability especially about
right to get a higher education. However, regulation and also the management
that regulated that case still incomplete. So, the admission of students with
disability where they want to continue their education from high school to
university are small. Educating the nation is one of the purposes of this nation
that become a based to fulfillment their right to get education and no exception
for person with disability.
Based on that case, this thesis disscuss some issues. That are 1) What forms of
juridical implementation has been done by state against persons with disabilities
to gain access to justice in higher education? 2) How is the state's responsibility
in fullfill the right for persons with disabilities to get Access of Justice to gain o
justice in higher education based on the Juridical?
Then this thesis use some methods. That arestatuta approach and conceptual
approach. Primary legal materials, secondary, and tertiary obtained by the
author will be analyzed using qualitative juridical analysis, analysis by the
authors used in the disciplines of law to analyze the messages contained in the
laws and regulations, so as to find an understanding with regard to legal
materials another primer is the fulfillment of the arrangement of education for
persons with disabilities.
From the research above, author obtain answers to solve that problem, that are
the legislation that exist today, especially about fulfillment of educational right
between normal students and students with disabilities is unfair. So, it needs to
make an extra ordinary university, to fulfill the right of students with disabilities
to obtain education in university. And also become state responsibility according
to mandate of Indonesian Constitution article 31 clause (1) and (2), immidietly
implement establishment of an academic paper about management of extra
ordinary university, so the legislation which regulate the fulfillment of education
for persons with disabilities can be formed.
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
Hak asasi tidak lepas dari hak-hak yang dimiliki manusia di karenakan
manusia.1 Dalam arti ini, maka meskipun setiap orang terlahir dengan
dari hak-hak tersebut. Selain bersifat universal, hak-hak tersebut juga tidak
dialami oleh seseorang, ia tidak akan berhenti menjadi manusia dan karena
itu tetap memiliki hak-hak tersebut. Dengan kata lain, hak-hak itu melekat
asasi manusia bersumber dari teori kodrati (natural right theory).5 Teori
kodrati mengenai hak itu bermula dari teori hukum kodrati (natural law
theory),6 yang terakhir ini dapat dirunut kembali ke zaman modern melalui
1
Knut D. Asplund, Suparman Marzuki (Ed.), HUKUM HAK ASASI MANUSIA, Pusat
Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2008, hlm.11
2
Knut D. Asplund, Suparman Marzuki (Ed.), Ibid. hlm. 11
3
Ibid.
4
Ibid.
5
Knut D. Asplund, Suparman Marzuki (Ed.), Ibid. hlm. 12
6
Ibid. hal.12
7
Ibid. hal.12
1
Islam sendiri mengajarkan umatnya agar menghormati dan mengakui
maka tak boleh seorang pun menganggu hak hidup orang lain. Islam juga
tidak lupa mengajarkan bahwa di samping tiap orang harus terjamin hak
mengenai HAM kata Maududi, karena dalam Islam hak-hak asasi manusia
diberikan oleh Allah SWT, maka tak satupun lembaga atau negara di dunia
menciptakan kalian dari diri yang satu” (yaitu Adam a.s.). Allah tidak
membeda-bedakan hamba-hambanya.10
8
Eko Riyadi, Supriyanto Abdi, Mengurai Kompleksitas Hak Asasi Manusia (Kajian
Multi Perspektif), Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM
UII), Yogyakarta, 2007, hlm 3.
9
Eko Riyadi, Supriyanto Abdi, Ibid. hlFm 7
10
Ibid. hlm 7
2
memuliakan anak Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan
utamakan mereka dari pada kebanyakan makhluk Kami yang lain”. (QS :
70:17)11
kebebasan yang demikian itu tidak dibatasi tentu akan merusak bangunan
keharmonisan kehidupan umat manusia. Oleh sebab itu, dalam hal ini
penyimpangan.
dimaksud disini adalah segala jenis aturan yang harus ditaati demi
pencapaian tujuan. Jika tidak ditaati, maka akan dikenakan sanksi bagi
pelanggarnya. Pada dasarnya, ada dua jenis hukum, yaitu hukum dasar
Konstitusi bisa tertulis dan juga bisa tidak tertulis. Konstitusi tertulis
11
Eko Riyadi, Supriyanto Abdi, Ibid. hlm 8
3
tertulis secara implisit dan alami hidup di dalam masyarakat dalam bentuk
salah satu point untuk mendapatkan suatu tujuan hukum itu sendiri.
mana secara garis besar haluannya telah menjadi parameter baru untuk
Karena pada dasarnya sifat, bentuk fisik, jasmani dan juga rohani pada
awal hakekatnya secara kodrati seorang manusia dihadapan tuhan itu sama
penyandang cacat, baik cacat sejak lahir maupun setelah dewasa, dan
12
Anwar C, Teori dan Hukum Konstitusi, Intrans Publishing, Malang, 2011, hlm. 38.
13
M. Syafi‟ie & Nova Umiyati, To Fulfill and To Protect: Membaca Kasus-Kasus
Aktual tentang Hak Asasi Manusia, PUSHAM UII, 2012, hlm 133
14
M. Syafi‟ie & Nova Umiyati, Ibid. hlm 133
4
Pengertian dari Penyandang cacat ialah setiap orang yang
Filosofis awal perubahan kata tersebut ialah tidak ada orang yang cacat,
konvensi tersebut, maka dalam hal ini istilah penyandang disabilitas lebih
15
Undang-Undang nomer 4 tahun 1997 tentang penyandang catat, yang menjelaskan
pengertian penyandang cacat, yang terdiri dari: a. penyandang cacat fisik, b. penyandang
cacat mental, c. penyandang cacat fisik dan mental.
16
http://www.academia.edu/4728310/KRONOLOGIS_UPAYA_RATIFIKASI_THE_CO
NVENTION_ON_THE_RIGHTS_OF_PERSONS_WITH_DISABILITIES_KONVENSI_HAKH
AK_PENYANDANG_DISABILITAS_DI_INDONESIA_Oleh_Eva_Rahmi_Kasim_, diakses 16
September 2015
17
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights
of Person with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas), Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor107, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5251.
5
Hal ini telah disepakati dalam pertemuan Penyusunan Bahan Ratifikasi
mempunyai dampak yang sangat luas bagi penyandang cacat itu sendiri
dalam arti kemampuan. Namun lebih pada mode of production atau dalam
cara-cara berproduksi.
bangsa, secara tegas UUD NRI 1945 mengakui hak asasi manusia atas
18
Kementrian sosial menyelenggarakan pertemuan penyusunan bahan Ratifikasi
Konvemsi Internasional tentang hak-hak penyandang cacat, tanggal 29 Maret hingga 1 April 2010
di Gran Setiabudhi Hotel, Bandung.
6
nasional yang diatur di dalam pasal 31 ayat 1 dam 2 Undang undang dasar
undangan.” 19
itu bisa menuntut haknya kepada Negara. Sebaliknya, jika ada warga
sangat menjamin kepada semua warga Negara nya dalam hal ini tanpa
bahwa pendidikan harus bisa dirasakan dan dinikmati oleh setiap warga
Negara.
19
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
7
pendidikan harus meningkatkan toleransi dan penghormatan terhadap hak
universal.
NKRI dan hukum hak asasi internasional. Selanjutnya kita bisa menemui
hal penting juga peserta didik bisa mengendalikan diri dengan baik.
20
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor. 4301.
8
saat seseorang mempunyai kematangan jiwa yang baik ia akan bisa
pendidikan luar biasa atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat
secara khusus belum tersedia, untuk itu maka diperlukan adanya suatu
21
Akhmad Muhaimin Azzet, Pendidikan Yang Membebaskan, Ar-Ruzz Media,
Jogjakarta
2011, hlm. 16.
22
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor. 4301.
9
adalah satuan pendidikan sebagai mana yang dimaksud sebagai pendidikan
tinggi.
khusus sebagian besar masih berada pada tingkat sekolah anak luar biasa
(SLB), tidak ada yang setara dengan perguruan tinggi luar biasa (PT-LB).
sebagai salah satu langkah yang sudah diambil pemerintah sebagai upaya
sekitar 7,8 juta jiwa24. Sebuah angka yang relatif kecil dibandingkan
23
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5336.
24
Lihat Suharto, Edi, Penerapan Kebijakan Publik bagi Masyarakat dengan Kebutuhan
Khusus, Pengalaman Kementerian Sosial, disampaikan pada diskusi terbatas Pusat Kajian
Manajemen Pelayanan LAN RI di Hotel SahiraBogor, 9-10 Oktober 2010.
10
jumlah penduduk indonesia pada waktu itu yang berjumlah sekitar 220
itu tidak terpengaruhi jumlah besar atau kecilnya pengguna layanan. Oleh
sebab itu maka dalam rangka mewujudkan suatu sistem pendidikan yang
tinggi.
Berikut akan penulis jabarkan mengenai penelitian yang pernah di buat sebelumnya,
11
tentang aturan Hukum
apa yang dijadikan
Landasan Pelaksanaan
Pendidikan Inklusif di
UB, serta bagaimana
pelayanan terkait
dengan sarana dan
prasarana nya.
2. 2013 Masri‟ah, Mahasiswa Pendidikan Inklusi 1. Bagaimana Pada penelitian ini
dibahas secara khusus
Fakultas Tarbiyah dan di UIN Sunan pembelajaran
dan mendalam
Keguruan Universitas Kalijaga Yogyakarta inklusi bagaimana
pembelajaran
Islam Negeri Sunan (Studi Kasus mahasiswa
pendidikan inklusif
Kalijaga Yogyakarta, Pelaksanaan tunanetra pada yang dilakukan
mahasiswa penyandang
Angkatan 2009. Pembelajaran Studi studi keislaman
disabilitas tunanetra di
Keislaman di UIN Sunan Universitas
UIN Sunan
Mahasiswa Kalijaga?
Kalijaga
Tunanetra UIN 2. Apa saja faktor Yogyakarta.
Perbedaannya dengan
Sunan Kalijaga penghambat dan
penelitian yang ditulis
Yogyakarta) pendukung pada skripsi ini adalah,
skripsi ini tidak
dalam
mengkaji bagaimana
pelaksanaan sistem pendidikan
inklusif yang
pembelajaran
dilaksanakan di UB,
studi keislaman tetapi secara lebih
mendalam mengkaji
pada mahasiswa
bagaimana aturan
tunanetra di hokum yang terkait,
apakah pelaksanaanya
UIN Sunan
di lapangan sudah
Kalijaga sesuai. Terutama
aturan hukum
Yogyakarta?
mengenai kewajiban
Universitas untuk
menyediakan sarana
12
B. Rumusan Masalah
perlu di kaji:
tinjauan Yuridis ?
D. Tujuan Penelitian
yaitu:
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
13
Secara teoritik penulisan proposal ini diharapkan mampu
2. Manfaat Praktis
1) Bagi DPR RI
Skripsi ini dapat dijadikan kajian akademik oleh DPR dalam kerangka
2) Bagi Pemerintah
14
diskiriminasi lagi kepada anak berkebutuhan khusus terkait dengan hak
4) Bagi Mahasiswa
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
bertanggungjawab).25
kecakapan.
hak asasi manusia. HAM yang dewasa ini telah diatur dalam hukum
Negara atas perlakuan terhadap orang asing (state responsibility for the
25
I Dewa Gede Palguna, Tanggung Jawab Individu dan Negara Menurut Hukum
Internasional, makalah pengantar hukum humaniter internasional dan hak asasi manusia bagi
perwiea kostrad, bertempat di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat
(KOSTRAD), Jakarta, 21 Oktober 2008.
16
tentang HAM sebagai entitas utama yang harus bertanggung jawab secara
nations, to the end that every individual and every organ of society,
Penegakan HAM adalah tugas dari semua bangsa dan Negara, yang
26
Undang-Undang Nomer 11 tahun 2005 tentang pengesahan International Covenant on
Civil and Political Right (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya), Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor. 4301.
17
ideal bagi seluruh Negara di dunia. Pandangan seperti ini menunjukkan
apabila Negara tidak mau bertanggungjawab, maka ada pihak lain yang
dan dapat dikatakan sebagai tujuan dari Negara hukum. Perlu diperhatikan
18
hukum yang terlalu kaku karena kesederhanaannya (zekelijk) cenderung
27
Inu Kencana Syafiie dan Azhari, Sistem Politik Indonesia, Refika Aditama, Bandung,
2009, hlm. 152.
28
Marwan Effendy, Kejaksaan RI – Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hlm. 31-32.
29
Marwan Effendy, Ibid., hlm. 32-33.
19
1. Keserasian hubungan antara Pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan;
negara;
masa lampau. Oleh karena itu unsur negara hukum berakar pada sejarah
sejarah yang berbeda, oleh karena itu pengertian dan isi negara hukum dari
undang.
20
untuk memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan
hukum.30
hukum bagi rakyat pun dapat digali pendasarannya pada Pancasila karena
dalam Pancasila.
karunia Tuhan Yang Maha Esa.31 Hak tersebut harus dijamin perlindungan
hukumnya tidak hanya sebagai masyarakat akan tetapi juga sebagai warga
Negara. Selain hak merupakan esensi dasar dari manusia juga terdapat
28 UUD NRI 1945 serta kewajiban pokok manusia yang diatur dalam
Pasal 28J ayat (1) dan ayat (2) UUD NRI 1945.
31 Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta,
2001, hlm. 127
21
D. Konsep Negara Kesejahteraan (Welefare Rechtsstaat)
kesejahteraan dapat dilihat dari beberapa hal32, Pertama, salah satu sila di
yang menyebutkan:
masyarakat Indonesia.”
32
Adrian Sutedi, Hukum perburuan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 14.
22
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
umum.
33
Adrian Sutedi,Ibid. hlm 15
23
sekedar rule-driven, melaikan tetap mission driven, yang didasarkan atas
kepentingan sendiri.
Sehingga dalam hal ini tentunya kita mengenal adagium terkenal ibi
34
http://www.jimly.com/makalah/namafile/135/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf
(diakses 09-Oktober-2015)
35
Alinea Ke IV “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebagsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.”
36
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Suatu Hukum Pengantar,Liberty, Yogyakarta, 1999,
hlm. 14
24
tempat berlindung dari segala sesuatu yang mengancam.37 Jika dikaitkan
sebagai salah satu subjek hukum dapat terlindungi dan merasa aman.
dan upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga
manusia yang telah lama ada. Berarti dalam hal ini dapat dikatakan pula
37
W.J.S Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1989, hlm. 68
38
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, Hlm. 53
25
diberikan terkait dengan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban
Sehingga dapat berjalan dengan seimbang serta adil dalam arti setiap
subyek hukum untuk mendapatkan apa yang menjadi haknya serta dapat
pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan oleh orang lain dan
undangan.40
39
CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka.
Jakarta, 1989. Hlm. 117
40
O.C Kaligis, Perlindungan Hukum atas Hak Asasi Tersangka, Alumni, Bandung,
2006, hlm 17
26
manusia yang dimiliki oleh subyek hukum dalam Negara hukum
ini. Tentu diharapkan ada suatu aturan hukum yang tegas dan tertulis, serta
maka dalam hal ini tentu dapat langsung dijatuhi sanksi yang tegas.
memiliki harkat dan martabat serta pengakuan terhadap hak asasi manusia
yang dimiliki oleh setiap subyek hukum. Perlindungan hukum ini juga
41
Oc Kaligis, Ibid, hal. 38
27
a. Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,
mengambil keputusan.
42
CST. Kansil, Loc.Cit, Hlm.3
28
Tujuan dari perlindungan hukum represif ini adalah untuk
inklusif.
khusus.
29
pemerhati pendidikan untuk memberikan kesempatan kepada individu
panjang tentang makna yang tepat bagi para penyandang cacat. Istilah
Disabilitas.
akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam
fungsinya yang normal atau dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang
43
Undang-undang No.19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak-Hak
Penyandang Disabilitas
30
pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu
44
Somantri,S, Psikologi Anak Luar Biasa, PT.Refika Aditama, Bandung, 2006, hlm.2
45
Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomer 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang cacat
46
Ro‟fah, dkk, Membangun Kampus Inklusi, PSLD UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta,
2010, hlm.6-11
31
Karakteristik klien dalam paradigma baru yang disebut socialmodel
causation).
yang bersifat sementara dan menetap, dalam hal ini terdapat masalah-
dengan tingkat intelegensi yang sangat luar biasa, contohnya adalah seperti
47
Ro‟fah Ibid, hlm. 140
48
Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Remaja Karya, Bandung, 2005
hlm. 23
32
layanan pendidikan khusus yang secara konsisten dan penuh perhatian
Berikut ini adalah jenis jenis penyandang disabilitas yang sering kita
temui:
a. Tunarungu
memiliki hambatan dalam berbicara. Oleh karena itulah mereka juga biasa
menggunakan bahasa isyarat. Dalam hal ini isyarat terdapat dua macam,
seperti menggunakan abjad jar dan isyarat bahasa. Jika isyarat jari sudah
49
Aphroditta M,Panduan Lengkap Untuk Anak dengan Disleksia, Javalitera,
Yogyakarta, 2012, hlm. 45
33
b. Tunanetra
buta total dan low vision. Defenisi tunanetra adalah individu yang
proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain, yaitu indra
peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu, prinsip yang harus
tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat tactual dan bersuara.
c. Tunagrahita
tahapan perkembanganya.
50
Ibid, hlm 44.
34
2. Tunagrahita dalam kondisi sedang (IQ 36-51),
d. Tunadaksa
cacat pada bagian tubuhnya. Selain itu anak tunadaksa juga memiliki
tunadaksa adalah:
51
Endang Rochyadi, Pengembangan program pembelajaran individual bagi anak
tunagrahita,
DepDikNas Pendidikan Tinggi, Jakarta, 2005, hlm. 8
35
Secara defenisi dapat diartiakn kata cerebral itu adalah otak,
2. Kemampuan berbicara
alat bicara, bibir, rahang, maupun lidah. Bisa juga tidak terjadi proses
Secara umum emosi anak tunadaksa tidak terlalu jauh beda dengan
yang diterimanya. Berawal dari konsep diri anak yang merasa dirinya
cacat dan menjadi beban orang lain. Hal itu akan membuat mereka
36
4. Gangguan sensorik
5. Gangguan motorik
tubuh yang tidak serasi, karena gangguan pada sel motorik dan susunan
a. Disleksia
Disleksia berasal dari bahasa Greek, yakni dari kata dys yang berarti
kesulitan, dan kata lexis yang berarti bahasa. Jadi disleksia berarti
37
Beberapa ahli lain mendefinisikan disleksia sebagai suatu kondisi
b. Disgrafia
c. ADHD
dan tidak mendukung rentang perhatian mudah teralihkan. Jika hal ini
d. Autis
52
M.Sugiarmin & Baihaqi, Memahami dan Membantu anak ADHD, RefikaAditama,
Bandung,
2007, hlm. 29
38
Autis adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada
anak yang gejalanya telah timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga
Gejala yang sangat menonjol adalah sikap anak yang cenderung tidak
berjalan berjinjit, dan lain sebagainya. Gejala autis juga sangat bervariasi.
Sebagian anak berperilaku hiperaktif dan agresif atau menyakiti diri, tapi
ada pula yang pasif. Mereka cenderung sangat sulit mengendalikan emosi
autis juga bisa diartikan sebagai suatu kondisi mengenai seseoarang sejak
lahir ataupun saat balita , yang membuat dirinya tidak dapat membentuk
rata anak seusianya atau anak-anak pada umumnya. Perbedaan ini dapat
53
Nattaya Lakshita, Panduan Simpel Mendidik Anak Autis, Javalitera, Yogyakarta,
2012, hlm 14
39
fisik, mental-intelektual, sosial maupun emosional. Satu hal yang perlu
G. Psikologi Sosial
dipengaruhi karena agen-agen sosial yang signifikat ini oleh interaksi antar
teori psikologi sosial. Hal ini di perkuat juga dengan pendapat para ahli
54
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-artikel%202-13-1.pdf.html (diakses 08
Oktober 2015) hlm. 10
40
psikologi yang menjelaskan secara menyeluruh terhadap hakikat dan
55
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-artikel%202-13-1.pdf.html (diakses 08
Oktober 2015), Ibid. hlm 11
41
“Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat
bangsa Indonesia.56
bahwasanya:
56
Undang-undang Republik Indonesia nomer 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
yang menjelaskan konsep pendidikan tinggi.
57
Peraturan menteri pendidikan nomer 46 tahun 2014 tentang pendidikan khusus,
pendidikan layanan khusus dan/atau pembelajaran layanan khusus pada pendidikan tinggi
42
46 tahun 2014, tetapi pengaturan tersebut membatasi pendidikan tinggi
2014 menjelaskan:
pendidikan formal baru mencapai 24% atau 78.689 anak populasi anak
58
Peraturan menteri pendidikan terlalu membatasi/adanya proses Diskriminasi pelayanan
pendidikan tinggi bagi penyandang disabilitas yang mana hanya membatasi bagi calon
mahasiswa yang berasal dari luar atau daerah tertinggal, yang seolah-olah membatasi hak
penyandang disabilitas untuk menempuh pendidikan tinggi.
59
Makalah Seminar, Pendidikan Penyandang Cacat dari Sudut Pandang Model
Pendidikan Inklusi di Indonesia, disampaikan dalam seminar hari Internasional Penyandangt
Cacat pada kegiatan pelayanan sosial dasar bagi PMKS kamis, 25 Nopember 2012. Hlm 8 pada
matari yang disampaikan pada pemaparan seminar tersebut.
60
Makalah Makalah Seminar, Pendidikan Penyandang Cacat dari Sudut Pandang Model
Pendidikan Inklusi di Indonesia, disampaikan dalam seminar hari Internasional Penyandangt
43
terbentur di permasalahan kuota, sarana serta prasarana yang kurang
ramah bagi para mahasiswa yang belaja dan juga kurangnya sumberdaya
Luar Biasa
SMA-I
SMK-I
SMP-LB
SMA-LB
SD-LB SMA-LB
SMK-LB
PT-LB
Cacat pada kegiatan pelayanan sosial dasar bagi PMKS kamis, 25 Nopember 2012.. Hlm 9 pada
materi yang disampaikan pada pemaparan seminar tersebut.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian61
sosial dan masalah manusia. Pada jenis penelitian ini, peneliti membuat
suatu gambaran dalam bentuk kompleks, dan juga melakukan studi pada
data deskriptif berupa kata-kata tertulis, tidak tertulis maupun lisan dari
nilai. Penelitian kualitatif ini digunakan jika ada masalah yang belum jelas,
45
disabilitas sekaligus memformulasikannya ke dalam sistem pendidikan
tinggi.
B. Metode Pendekatan
yang melihat karena belum adanya aturan yang mengatur terhadap aspek
62
Peter Mahmud Marzuki, 2014,Penelitian Hukum, Jakarta: Prenadamedia, hlm 136-158
63
Peter Mahmud Marzuki, Ibid. Hlm 140
46
C. Jenis Bahan Hukum
1945;
64
Amirudin Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2003, Hlm 47
47
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Nomor 5336)
4496);
48
k. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Bakat Istimewa
berhubungan, yaitu :
a. doktrin-doktrin,
b. buku-buku,
c. jurnal-jurnal,
a) Ensiklopedia,
49
D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
50
implementasi penerapan pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas.
atas pendidikan.
51
F. Kerangka Pemikiran Hukum
Diagram 3.1 Kerangka Berfikir Urgensi (PT LB) dalam Landasan Yuridis
orang disabilitas dan orang normal adalah satu, bukan menjadi suatu
atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa penyandang disabilitas pun berhak atas pendidikan yang sama dengan warga negara yang norma
PTN-LB
52
G. Sistematika Penulisan Penelitian
BAB I : PENDAHULUAN
saja yang ingin penulis kaji, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta
sistematika penelitian.
yang dikaji, kemudian merangkum hasil dari kajian teori terhadap rumusan
umum yaitu :
7. Psikologi Sosial
53
Teori-teori maupun konsep tersebut berkaitan dengan penelitian dan
masalah.
definisi konseptual.
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
54
permasalahan serta saran-saran yang diharapkan agar dapat
55
BAB IV
PEMBAHASA
pendidikan tinggi
penyandang disabilitas
memberikan arahan ialah hukum itu sendiri, bukan manusia. Hukum juga
berlandaskan pada konstitusi. Hal ini berarti bahwa suatu negara yang
65
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta:
Konstitusi Press, 2005), hal. 152-162.
56
perasaan keadilan masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang
boleh ditetapkan secara sepihak oleh dan atau hanya untuk kepentingan
suatu keadilan bagi semua orang. Dengan begitu negara hukum yang
66
Ibid.
67
Dari Pasal 28A Perubahan Kedua UUD 1945.
68
Ayat (2) ini berasal dari Pasal 28B ayat (1) Perubahan Kedua.
57
c) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
diskriminasi69.
mengeluarkan pendapat73.
69
Berasal dari ayat 28B ayat (2) Perubahan Kedua.
70
Dari Pasal 28I ayat (2) Perubahan Kedua.
71
Dari Pasal 28E ayat (1) Perubahan Kedua.
72
Pasal 28E ayat (2) Perubahan Kedua.
73
Pasal 28E ayat (3) Perubahan Kedua.
74
Dari Pasal 28F Perubahan Kedua.
58
saannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari an-
martabat79.
n) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
siapapun80.
75
Ayat (5) ini berasal dari Pasal 28G ayat (1) Perubahan Kedua.
76
Dari Pasal 28G ayat (2) Perubahan Kedua.
77
Ayat (1) ini berasal dari Pasal 28H ayat (1) Perubahan Kedua.
78
Pasal 28H ayat (2) Perubahan Kedua.
79
Pasal 28H ayat (3) Perubahan Kedua.
80
Pasal 28H ayat (4) Perubahan Kedua.
59
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejah-
hukum83.
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut86.
81
Ayat (5) ini berasal dari Pasal 28C ayat (1) Perubahan Kedua.
82
Dari Pasal 28C ayat (2) Perubahan Kedua.
83
Ayat (7) ini berasal dari Pasal 28D ayat (1) Perubahan Kedua.
84
Ayat (8) ini berasal dari Pasal 28D ayat (2) Perubahan Kedua.
85
Ayat ini berasal dari Pasal 28E ayat (4) Perubahan Kedua.
86
Berasal dari rumusan Pasal 28I ayat (1) Perubahan Kedua yang perumusannya
mengundang kontroversi di kalangan banyak pihak. Disini perumusannya dibalik dengan subjek
negara.
60
u) Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak
agamanya88.
87
Berasal dari Pasal 28I ayat (3) yang disesuaikan dengan sistematika perumusan
keseluruhan pasal ini dengan subjek negara dalam hubungannya dengan warga negara.
88
Ini adalah ayat tambahan yang diambil dari usulan berkenaan dengan penyempurnaan
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 sebagaimana tercantum dalam lampiran TAP No.IX/MPR/2000,
yaitu alternatif 4 dengan menggabungkan perumusan alternatif 1 butir „c‟ dan „a‟. Akan tetapi,
khusus mengenai anak kalimat terakhir ayat ini, yaitu: “...serta melindungi penduduk dari
penyebaran paham yang bertentangan dengan ajaran agama”, sebaiknya dihapuskan saja,
karena dapat mengurangi kebebasan orang untuk menganut paham yang meskipun mungkin
sesat di mata sebagian orang, tetapi bisa juga tidak sesat menurut sebagian orang lain. Negara
atau Pemerintah dianggap tidak selayaknya ikut campur mengatur dalam urusan perbedaan
pendapat dalam paham-paham internal suatu agama. Biarlah urusan internal agama menjadi
domain masyarakat sendiri (public domain). Sebab, perlindungan yang diberikan oleh negara
kepada satu kelompok paham keagamaan dapat berarti pemberangusan hak asasi kelompok
paham yang lain dari kebebasan yang seharusnya dijamin oleh UUD.
89
Ayat (6) ini berasal dari Pasal 28I ayat (4) Perubahan Kedua.
90
Dari ayat (5) Pasal 28I Perubahan Kedua dengan menambahkan perkataan
“...memajukan..”, sehingga menjadi “Untuk memajukan, menegakkan, dan melindungi. ”
61
independen menurut ketentuan yang diatur dalam undang-un-
dang91
z) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain da-
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
pendidikan nasional, yang diatur dalam pasal 31 ayat 1 dan 2 UUD NRI
91
Komnas HAM memang telah dikukuhkan keberadaannya dengan undang-undang.
Akan tetapi, agar lebih kuat, maka hal itu perlu dicantumkan tegas dalam UUD.
92
Berasal dari Pasal 28J Perubahan Kedua.
62
satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-
undang”.93
Bunyi pasal 31 ayat 1 UUD NRI 1945 tidak membatasi siapa saja yang
Negara.
pendidikan luar biasa, dan juga pasal 11 (1) menjelaskan terhadap jenjang
93
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
63
kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, dan pendidikan
keagamaan.94
dan/atau mental”.
ayat 5 berbunyi:
“bahwasanya siswa ialah peserta didik pada sekolah dasar luar biasa,
sekolah lanjutan tingkat pertama luar biasa dan sekolah menegah luar
biasa”.95
94
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3390
95
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1991 Tentang Pendidikan
Luar Biasa
64
“pendidikan penyandang cacat merupakan satuan jalur, jenis dan
jenjang pendidikan”.
1998. Satu tahun setelah masa-masa sulit Negara ini dilanda krisis dan
“setiap warga Negara yang berlanjut, cacat fisik dan atau cacat
berbangsa,dan bernegara”.
Hak asasi manusia dan pemenuhan hak terhadap pengembangan diri dalam
65
hal pendidikan bagi penyandang disabilitas terdapat di dalam Undang-
96
Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
66
Pendidikan merupakan salah satu hak yang diberikan kepada setiap
orang dan juga kepada para penyandang disabilitas yang mana telah
sudah memiliki beberapa aturan terkait tentang hak dan kewajiban bagi
Pasal 1 berbunyi:
67
“bahwa yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem
didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau
kemampuannya”.
68
pendidikan dirancang untuk dapat mengakomodasi kebutuhan dan
hanya dari pihak orang tua dan guru, tetapi juga dari anak penyandang
97
http://muna.staff.iainsalatiga.ac.id/wpcontent/uploads/sites/65/2015/09/Sejarah_Kurikul
um_PLB.pdf diakses 04 desember 2015 pukul 12.40 wib
98
Disability Action in Islington. Tanpa Tahun. Social Model of Disability.
http://www.daii.org/about/social_model_of _disability/, diakses pada tanggal 4 Desember
2015.
69
asasi manusia dan merupakan suatu kebebasan fundamental yang di miliki
evaluasi atas kebijakan, rencana, program dan aksi pada tingkat nasional,
pelanggaran terhadap martabat dan nilai yang melekat pada setiap orang,
99
http://referensi.elsam.or.id/2014/09/konvensi-penyandang-hak-hak-dissabilitas/ (diakses
kamis, 03 Desember 2015 jam 11.50 wib
70
tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak-Hak Penyandang
fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang
penyandang disabilitas.
71
Mengenai pendidikan khusus terdapat di dalam Peratuan Menteri
bahwasanya:
sejahtera dan aman dari segala bentuk tindakan yang merugikan dirinya.
yang pada awalnya merupakan makhluk yang bebas harus mau untuk
72
dibatasi tindakannya oleh hukum yang berlaku dan mengikat demi
konstitusi Negara. Dalam pancasila dan UUD NRI 1945 diatur adanya
sejahtera.
adanya kebebasan disatu pihak dan perlindungan di lain pihak bagi setiap
tegas yang mengatur hal tersebut, oleh karena itu, prinsip Ketuhanan Yang
Maha Esa dicantumkan pada sila ke 1 pancasila dan Pasal 28I ayat (1)
disabilitas. Artinya setiap Negara, baik Negara itu yang telah maju
100
Soehino, Ilmu Hukum, Liberty, Yogyakarta, 2005, hlm. 184
73
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahunan serta kesejahteraan
tahun. Dengan kata lain penyandang disabilitas, dari dulu hingga sekarang,
selalu ada di setiap negara. Oleh karena itu setiap negara, secara langsung
disabilitas.
instrumen hukum di atas, hal ini dibuktikan dengan tabel sebagai berikut
ini :
TOTAL SISWA
JENIS KEBUTUHAN Sekolah Dasar ( SD ) Per Kelas
NO SD
KHUSUS
I II III IV V VI
1 Tunagrahita ( C ) 5387 4582 4273 3876 3458 2730 24,306
2 Tunarungu ( B ) 3073 2521 2479 2155 1728 1321 13,277
Tunagrahita
3 2785 2219 2215 1774 1436 1152 11,581
Sedang ( C1 )
Khusus dan Layanan Khusus, Program Pembinaan Tingkat Nasional Pendidikan Khusus dan
Layanan Khusus Pendidikan Dasar, Pendidikan Khusus dan Layanan Rapat Koordinasi, 2012,
halaman 17
74
4 Authis ( F ) 1129 610 454 304 251 172 2,920
5 Tunanetra ( A ) 628 403 385 337 303 259 2,315
6 Tunadaksa ( D ) 495 380 321 253 242 157 1,848
7 Kesulitan Belajar ( H ) 217 167 122 119 75 62 762
8 Tunadaksa Sedang ( D1) 211 131 123 94 101 72 732
9 Tuna Laras ( E ) 116 102 100 125 110 92 645
10 Tuna Ganda ( G ) 197 132 113 82 70 48 642
GRAND TOTAL : 14238 11247 10585 9119 7774 6065 59,028
Sumber : Diolah dari data Kementrian Pendidikan
Berdasarkan data yang ada diatas, penulis juga mentabulasi data dari
kementrian pendidikan untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa (SMP-LB).
Tabel 4.1.2 Data Siswa SMPLB Perjenis Kebutuhan Khusus102
102
Ibid. ,halaman 19
75
disabilitas untuk dapat memenuhi hak nya dalam mengakses jenjang
pendidikan. Padahal ini adalah upaya dari tanggungjawab Negara dalam
memenuhi hak untuk mendapatkan kesejahteraan dalam bidang
pendidikan. Pemerintah belum bisa mewadahi sepenunya kebutuhan
pendidikan bagi penyandang disabilitas. Padahal sudah ada jaminan
melalui konstitusi yang diberikan melalui Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 dan juga peraturan pelaksana lainnya.
Tabel 4.1.3 Data Satuan Pendidikan (SEKOLAH LUAR
BIASA)103
1. Prop. D.K.I. 8 68 0 7 0 1
Jakarta
2. Prop. Jawa Barat 37 307 0 2 0 0
3. Prop. Jawa 27 110 13 11 1 4
Tengah
4. Prop. 9 63 0 0 0 0
D.I.Yogyakarta
5. Prop. Jawa Timur 16 181 39 77 7 57
6. Prop. Aceh 6 13 11 4 2 11
7. Prop. Sumatera 9 16 15 1 0 1
Utara
8. Prop. Sumatera 16 90 11 7 0 4
Barat
9. Prop. Riau 12 20 2 3 0 0
10. Prop. Jambi 8 2 3 0 0 1
11. Prop. Sumatera 12 14 0 1 0 0
Seratan
12. Prop. Lampung 8 10 0 0 0 0
13. Prop. Kalimantan 8 6 3 0 0 0
Barat
14. Prop. Kalimantan 11 3 3 0 2 0
Tengah
15. Prop. Kalimantan 9 2 6 3 0 9
Selantan
16. Prop. Kalimantan 9 16 0 2 0 1
Timur
17. Prop. Sulawesi 4 14 0 1 0 0
Utara
103
Berdasarkan Data yang diolah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
http://referensi.data.kemdikbud.go.id/index41.php , pada tanggal 11 Januari 2016
76
18. Prop. Sulawesi 12 5 0 0 1 0
Tengah
19. Prop. Sulawesi 21 50 7 6 0 6
Tenggara
20. Prop. Maluku 7 21 1 0 0 0
21. Prop. Bali 12 3 0 0 0 0
22. Prop. Nusa 13 22 0 0 0 0
Tenggara Barat
23. Prop. Nusa 16 5 4 0 4 1
Tenggara Timur
24. Prop. Papua 1 2 2 1 1 1
25. Prop. Bengkulu 12 3 0 0 0 0
26. Prop. Maluku 7 1 2 0 1 2
Utara
27. Prop.Banten 6 66 0 1 0 0
28. Prop. Bangka 7 2 0 0 0 0
Belitung
29. Prop. Gorontalo 8 0 0 0 0 0
30. Prop. Kepulaan 4 8 0 0 0 0
Riau
31. Prop. Papua Barat 1 0 1 1 1 0
32. Prop. Sulawesi 9 11 0 0 0 0
Barat
33. Prop. Kalimantan 4 0 0 0 0 0
Utara
TOTAL 356 1,137 125 129 20 99
Sumber : Diolah dari data Kementrian Pendidikan
Berdasarkan data dari kementerian pendidikan jumlah Sekolah Luar
Biasa (SLB) mengalami penurunan yang sangat signifikat dari kategori
SD-LB – SMP-LB –SMA-LB di setiap provinsi yang ada diseluruh
Indonesia. Pemenuhan fasilitas dan juga pelayanan terhadap pendidiikan
inilah yang penulis sebut adanya diskriminasi yang terlihat dalam
penyetaraan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia dan khususnya
terhadap penyandang disabilitas, seharusnya tidak ada diskriminasi dalam
memenuhi akses terhadap pendidikan. Diskriminasi masih menjadi
permasalahan utama dalam hal pemenuhan hak pendidikan bagi
penyandang disabilitas jika kita mengacu kepada table yang ada diatas.
Permasalahan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas tidak hanya pada
pendidikan dasar hingga pendidikan menengah atas, tetapi juga setelah
menempuh pendidikan menengah atas. Secara formal, akses pendidikan
77
Non-Diskriminatif bagi penyandang disabilitas sudah dijamin oleh
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun
2009 tentang Pendidikan Inklusi. Kebijakan ini memungkinkan
penyandang disabilitas untuk mengakses pendidikan bersama dengan
siswa umum, sesuai dengan kemampuan penyandang disabilitas. Selama
penelitian ini dilakukan, pendidikan inklusi di Indonesia sudah diterapkan
pada semua jenjang pendidikan, dari pendidikan anak usia dini hingga
Perguruan Tinggi. Penulis mengetahui. bahwa tidak semua anak
penyandang disabilitas mampu bersekolah di sekolah inklusi. Akan tetapi,
semakin terbukanya akses pendidikan bagi penyandang disabilitas, maka
semakin luas juga kesempatan yang dimiliki oleh penyandang disabilitas
pasca sekolah menengah atas.
Salah satu bentuk diskriminasi yang dialami oleh penyandang
28E (ayat 1), pasal 28 H (ayat 2), dan pasal 28I (ayat 2). Selanjutnya hak
78
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2010-2014;
Indonesia adalah 1,5% dari jumlah penduduk atau lebih dari tiga juta
memprihatinkan.
104
http://ijds.ub.ac.id/index.php/ijds/article/view/27/19 diakses tanggal 05 Desember
2015 pukul 12.44 wib
105
Ibid.
106
Ibid. Halaman 36
79
2011
2010 2012
(APBN + APBNP)
Rp.233.152 Rp.450.341.25
ANGGARAN DIT. PPK LK DIKDAS Rp.504.240.052.-
. 169.- 5.-
Rp.175.638. Rp.387.458.56
Rp.378.994.632.-
1 PENDIDIKAN UNTUK KECACATAN 209.- 8.-
65,14% 75,17% 86,04%
Rp.19.499.
Rp.56.126.966.- Rp29.453.572.-
2 PENDIDIKAN UNTUK INKLUSI 3 51.-
Rp.8.697.7
PENDIDIKAN UNTUK Rp.16.789.900.- Rp.808.553.-
4 8 8.-
LAYANAN KHUSUS
3,73% 3,33% 0,18%
Rp.10.441. Rp.16.187.122.
Pemeliharaan, operasional kantor dan lain- Rp.16.989.741.-
5 9 12.- -
lain
4,48% 3,37% 3,59%
Triliun..107
kurang oleh Menristekdikti Nasir. Karena tahun lalu kementeriannya mendapat Rp42,5 triliun,
lalu dinaikkan menjadi Rp44 triliun. Sedangkan tahun ini, anggaran awal justru turun menjadi
Rp33 triliun. Setelah diprotes, lalu dinaikkan menjadi Rp37,9 triliun, kemudian ditambah
Rp2,63 triliun menjadi Rp40,267 triliun. "Tapi memang masih kurang. Kami punya 103
perguruan tinggi negeri (PTN) dan 4.200 perguruan tinggi swasta (PTS). Bagaimana kami akan
mengembangkannya jika dana hanya segitu?" ujar Nasir retoris
http://news.okezone.com/read/2015/12/02/65/1259808/rp40-t-masih-kurang-untuk-
menristekdikti (tanggal 06 Desember 2015)
80
Berdasarkan penjelasan dari KEMRISTEKDIKTI tersebut fokus
KEMERISTEKDIKTI.
HAM sebagai entitas utama yang harus bertanggung jawab secara penuh
Tabel 4 :
108
Sari Rudiyati, Potret Sekolah Inklusif di Indonesia (Makalah disampaikan dalam
Seminar Umum “Memilih Sekolah yang Tepat Bagi Anak Berkebutuhan Khusus” pada
Pertemuan Nasional Asosiasi Kesehatan Jiwa dan Remaja (AKESWARI), PLB FIP UNY :
Yogyakarta, 2011, hlm 8-10
82
83
Mengacu pada berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak
pemerintahan pada tabel diatas, yang kemudian diruncingkan kedalam
pembagian klasifikasi berbagai macam bentuk organ pendidikan, hanya
ada satu bentuk model sekolah yang dapat memberikan peluang kepada
penyandang disabilitas untuk memperoleh pendidikan di Perguruan
Tinggi. Model pendidikan tersebut adalah dengan jalan menggunakan
model sekolah inklusif, dimana para mahasiswa disabilitas ini belajar
dalam satu atap serta satu ruang di tempat yang sama, akan tetapi hal ini
tidak sepenuhnya dapat diterima, karena banyak sarana serta prasarana
yang masih belum mendukung terhadap tumbuh kembang para mahasiswa
disabilitas yang menuntut ilmu disana.
Sebagaimana sifat dari hukum yaitu mengatur dan menguasai
manusia dalam kehidupan bersama. Sebagai konsekuensinya, maka tata
hukum bertolak pada penghormatan perlindungan hukum bagi manusia.
Penghormatan dan perlindungan hukum untuk manusia ini tidak lain
merupakan pencerminan dari kepentingan sendiri. Perlindungan hukum
juga terdapat didalam pembukaan konstitusi Undang-undang dasar Negara
Republik Indonesia, maka dari itu gunannya perlindungan hukum untuk
menjamin dan menghilangkan diskriminasi terhadap pendidikan yang ada
saat ini bagi penyandang disabilitas.
Pendidikan Tinggi yang diperuntukkan bagi penyandang disabilitas
belumlah menjadi isu yang secara serius digarap baik oleh pemerintah
maupun pihak universitas. Dalam rangka mewujudkan kampus yang
ramah dan non-diskriminatif bagi penyandang disabilitas ini, pemerintah
haruslah berupaya melakukan diseminasi secara menyeluruh mengenai isu
pendidikan bagi penyandang disabilitas ini. Kebijakan–kebijakan terkait
penyandang disabilitas yang kurang menyediakan ruang memadai untuk
penyelenggaraan pendidikan tinggi perlu untuk dirumuskan kembali
84
Tabel 4.1.6 Hambatan Arstitektural Bagi penyandang disabilitas di Perguruan Tinggi Normal 109
Sumber : Ferry Firdaus dan Fajar Iswahyudi, Aksesibilitas dalam Pelayanan Publik
untuk 1 Masyarakat dengan Kebutuhan Khusus
Kebijakan pemerintah berkaitan pemberian kemudahan akses bagi
penyandang disabilitas masih belum dijalankan sepenuhnya dan juga tidak
terdapat sanksi berkaitan dengan diabaikannya pemberian akses kepada
para disabilitas.
Sesungguhnya kebijakan aksesibilitas pelayanan telah cukup banyak
pengaturannya dan juga mengatur berbagai hal yang menyangkut
aksesibilitas pelayanan dan fasilitas publik untuk masyarakat dengan
kebutuhan khusus. Pemikiran untuk meningkatkan kualitas hidup bagi
kelompok masyarakat penyandang disabilitas atau sering disebut dengan
Ferry Firdaus dan Fajar Iswahyudi, Aksesibilitas dalam Pelayanan Publik untuk 1
109
85
“orang yang memiliki kemampuan berbeda” didasarkan atas prinsip
kesetaraan (persamaan) kesempatan dan partisipasi dalam berbagai aspek
hidup dan kehidupan terutama yang berkenan dengan masalah
aksesibilitas, rehabilitasi, kesempatan kerja, kesehatan serta pendidikan.
secara umum sudah cukup tersedia baik pada tataran konstitusional
maupun peraturan perundang undangan.
3. Tanggungjawab negara dalam memenuhi Hak atas pendidikan
Yuridis
asasi manusia menjadi tanggung jawab Negara hal ini terwakilkan oleh
baik bagi para penegak hukum, instansi pemerintah, siswa dan mahasiswa.
manusia.110
110
Perangkat hukum berkaitan dengan hak asasi manusia yang telah dimiliki Indonesia di
antaranya: A. Undang-Undang Dasar 1945 1. Undang Undang Dasar 1945 2. Amandemen
Pertama UUD 1945 3. Amandemen Kedua UUD 1945 4. Amandemen Ketiga UUD 1945 5.
Amandemen Keempat UUD 1945 B. Tap MPR-RI Nomor : XVIII/MPR/1998 Tahun 1998 tentang
Hak Asasi Manusia C. UU 20/1999 : Konvensi ILO Mengenai Usia Minimum untuk
86
B. Langkah-langkah Pemenuhan Hak atas Pendidikan Non
Penyandang Disabilitas
sosial
konstitusi yang tak terpisahkan serta menjadi dasar dari semua hukum
berbunyi:
112
Alinea Ke IV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
88
b. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.113
undang-undang.115
kesejahteraan manusia.117
113
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoensia Bab XII Tentang Pendidikan dan
Kebudayaan Pasal 31 ayat (1)
114
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoensia Bab XII Tentang Pendidikan dan
Kebudayaan Pasal 31 ayat (2)
115
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoensia Bab XII Tentang Pendidikan dan
Kebudayaan Pasal 31 ayat (3)
116
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoensia Bab XII Tentang Pendidikan dan
Kebudayaan Pasal 31 ayat (4)
117
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoensia Bab XII Tentang Pendidikan dan
Kebudayaan Pasal 31 ayat (5)
89
Kedua hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa pemerintah telah
90
akan tetapi sagat disayangkan karena dalam Undang-Undang ini
khususnya pasal 52 ayat (1) sama sekali tidak memberi celah bagi
tunggal ika maka perlu dibentuknya suatu peraturan baru yang mengatur
norma
92
yang memiliki
tingkat kesulitan
dalam mengikuti
proses pembelajaran
karena kelainan
fisik, emosional,
mental, sosial,
dan/atau memiliki
potensi kecerdasan
dan bakat istimewa.
Pasal Pendidikan layanan Pelayanan Prima
32 khusus merupakan Non-Diskriminatif
ayat pendidikan bagi
(2) peserta didik di
daerah terpencil
atau terbelakang,
masyarakat adat
yang terpencil,
dan/atau mengalami
bencana alam,
bencana sosial, dan
tidak mampu dari
segi ekonomi.
Setiap penyandang Non-Diskriminatif
UU No. 4 Pasal cacat mempunyai
1997 tentang 5 dan kesempatan
Penyandang yang sama dalam
Cacat segala aspek
kehidupan dan
penghidupan
Sumber : Data Sekunder
pendidikan tinggi
pendidikan, berbunyi:
93
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
penyandang disabilitas.
94
baginya untuk melakukan secara selayaknya. Sehingga perlu adanya
95
yaitu penerapan asas Tridharma yang menyelenggarakan Pendidikan,
sebagai peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi Luar biasa (PT-
LB) dan juga nanti dapat dibantu oleh kelompok warga Negara
96
tanggungjawab Negara dalam menyetarakan pendidikan yang Non-
pemerintah Nonkementrian.
pendidikan tinggi .
Langkah Strategis
D. Pelaporan
C. Pengendalian Stage holder Stage Pusat
: - Pemerintah holderd
A.Perencanaan - Organisasi Disabilitas na
Stage holder : A. Pelaksanaan
Pemerintah Pusat Stage holder : -
Organisasi Pemerintah Pusat
Disabilitas - Seluruh Aspek
nasional – Civitas Bangsa
Academica
97
dengan membentuk beberapa/ sebagaian program studi, sehingga
Strategi pencapaian :
perguruang tinggi.
pembentukan PT-LB
Strategi Pencapaian
98
1. Pembentukkan Kelompok Kerja Tingkat Pusat oleh Menteri
komperhensif
pembentukan PT-LB
pelaksanaan PT-LB
e) Pengendalian
99
dalam proses pelaksanaan, masalah yang dihadapi dan hasil-hasil
dilaksanakan oleh :
Pendidikan Tinggi
LB adalah :
100
PT-LB serta mensosialisasikan pembentukan PT-LB yang
sebagaimana mestinya.
pembentukan PTLB.
f) Pelaporan
Pembangunan (UKP4)
101
pihak yang yang dilekati hak. Pihak yang disebut pertama,
terdiri dari: (i) masyarakat sipil; (ii) korporasi; dan (iii) negara.
102
Dilakukan Oleh Negara Dengan Kejelasan Antara Norma,
103
kebutuhan
khusus
kelompok
masyarakat
marjinal dan
minoritas
termasuk
penyandang
disabilitas;
3. Kurangnya
sosialisasi
Kebijakan,
Juklak dan
Juknis yang
terkait dengan
penyediaan
aksesibilitas
bagi
masyarakat
yang memiliki
kebutuhan
khusus;
4. ini
menempatkan
kelompok
masyarakat
yang memiliki
kebutuhan
khusus
sebagai obyek
"pasif" atas
kebijakan
karitatif.
Kebijakan
dimaksud
biasanya
diwujudkan
dalam
berbagai
program atau
kegiatan
"program
pember
dayaan yang
tidak tuntas"
5. Aparatur
pemerintah
sering kali
104
memberikan
program
pelatihan
keterampilan
dasar
(vocational
training) yang
disertai
pemberian
yang cuma -
cuma, namun
tidak di sertai
dengan
program
pendampingan
, yang
nantinya
berfungsi
sebagai media
control.
Sehingga
program ini
hanya sekedar
"proyek"
kegiatan rutin
unit kerja biro
krasi.
2 Masyarakat Peran masyarakat adalah Belum terbangunnya
sebagai Kelompok rasa kepedulian baik
Pemberdaya, yaitu suatu secara prilaku
kelompok melihat maupun pikiran.
disabilitas sebagai Bahkan tidak terbersit
persoalan ketidakadilan sedikitpun dalam
sosial. Mereka melihat pikirannya tentang
disabilitas lebih sebagai disabilitas. Hal ini
korban dari pertarungan dikarenakan memang
struktur kekuasaan sosial dalam hidup
di masyarakat. Sehingga kesehariannya
kelompok pemberdaya kelompok ini tidak
berpendapat bahwa pernah berinteraksi
santunan bukan cara tepat dengan disabilitas
untuk menyelesaikan
persoalan disabilitas.
3 Praktisi Pendidikan Membantu dalam Sedikit praktisi
perumusan penciptaan PT- pendidikkan yang
LB, Pengawasan jalannya faham dan
PT-LB, dan melakukan mengetahui seluk
penelitian guna per beluk mengenai komu
105
kembangan PT-LB nitas disabilitas
kedepannya
4 Organisasi Disabilitas Melakukan fungsi Jumlahnya masih
sosialisasi terhadap sedikit serta
masyarakat dan juga persebaran
pemerintah terhadap jangkauannya masih
informasi-informasi terkini terlokalisasi di daerah
mengenai perkembangan pusat (kota-kota
dan kebutuhan penyandang besar) dan minim di
disabilitas dan juga men kota-kota kecil
jadi media penyalur
aspirasi dari penyandang
disabilitas
Sumber : Data Sekunder
106
c) Pelibatan penyandang disabilitas sebagai pemilik hak dalam
107
bagaimana kehidupan yang sesuai dengan kepentingan terbaik
secara luas dari ranah privat sampai ranah publik dan dapat
tingkat global.
108
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
pemerintah atas amanat konstitusi pasal 31 ayat (1) dan (2), PT-LB
109
yang normal dan juga untuk melengkapi, melanjutkan, serta
normal.
B. SARAN
110
menciptkan pendidikan tinggi yang non-diskriminatif untuk
penyandang disabilitas.
teralisasikan.
111
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN SKRIPSI
NIM : 125010101111039
Menyatakan bahwa dalam penulisan karya ilmiah hukum berupa skripsi ini adalah
asli karya penulis, tidak ada karya/data orang lain yang telah dipublikasikan, juga
bukan karya/data orang lain dalam rangka mendapatkan gelar kesarjanaan di
perguruan tinggi, selain yang diacu dalam kutipan dan atau dalam daftar pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, jika dikemudian hari terbukti karya ini
merupakan karya orang lain baik yang dipublikasian maupun dalam rangka
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, saya sanggup dicabut gelar
kesarjanaan saya.
Yang
Menyatakan,
MUHAMMAD RIDHO
NIM.125010101111039
Analisis terhadap peraturan peraturan perundang-undangan terkait dengan pemenuhan hak pendidikan tinggi bagi
penyandang disabilitas