DAN DEMOKRASI
PENULISAN HUKUM
Oleh:
NIM 11010115120201
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN
DAN DEMOKRASI
PENULISAN HUKUM
Oleh:
Penulisan hukum dengan judul di atas telah disahkan dan disetujui untuk diperbanyak
Pembimbing I Pembimbing II
Untung Dwi Hananto, S.H., M.H. Sekar Anggun Gading P., S.H., M.H.
NIP. 196407071988031003 NIP. 198905212014042001
ii
HALAMAN PENGUJIAN
DEMOKRASI
Oleh :
Sekar Anggun Gading P., S.H., M.H. Dr. Fifiana Wisnaeni, S.H., M.Hum.
NIP. 198905212014042001 NIP. 196208011987032001
Mengesahkan : Mengetahui :
Dekan Fakultas Hukum Ketua Program Studi
Universitas Diponegoro S1 Ilmu Hukum
Dengan ini saya menyatakan bahwa Penulisan Hukum ini tidak pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi lain dan
sepanjang pengetahuan saya didalamnya tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“I will so excited about the change of seasons, the sound of the ocean, watching a
sunset, the smell of rain and starry nights.”
“Semua yang dibawah langit ada masanya, juga jalannya masing-masing. Maka,
bersabarlah dan berusaha.”
“Igonorance is the curse of God, knowledge is the wing wherewith we fly to heaven.”
(William Shakespeare)
“Without equal access to the law, the sistem not only robs the poor of their only
protection, but it places in the hands of their oppressors the most powerful and
ruthless weapon ever invented.”
(Reginald Heber Smith)
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan pada-Mu Ya Allah yang telah melimpahkan rahmat dan berkat dan
segala-galanya kepada hamba. Sebagai ungkapan rasa terima kasih, Penulisan Hukum
ini menjadi persembahan yang Penulis tujukan untuk Keluarga Penulis yang amat
sangat penulis sayangi, orang-orang terdekat yang penulis sayangi dan cintai, Sahabat
serta teman-teman penulis yang selalu sayangi dan banggakan, seluruh civitas
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan
Program Sarjana (S1) Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan rasa hormat penulis
1. Bapak Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas
Diponegoro Semarang.
2. Ibu Prof. Dr. Retno Saraswati, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
3. Untung Dwi Hananto, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
menyelesaikan Skripsi ini serta dengan sabar dan tanpa lelah dalam
vi
memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat
4. Sekar Anggun Gading P., S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
dengan sabar dan penuh perhatian untuk membimbing penulis secara online
5. Ibu Dr. Fifiana Wisnaeni, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penguji III yang telah
6. Ibu Mira Novana, S.H., M.H., selaku Dosen Wali yang telah memberikan
Diponegoro Semarang.
7. Ayah tercinta penulis yang selama ini telah memberikan dukungan secara
8. Ibu tercinta penulis yang selama ini selalu memberi doa, semangat dan motivasi
penulis agar menjadi anak yang memiliki hati yang baik dan berjiwa emas, dan
dorongan kepada penulis untuk menjadi manusia yang lebih baik dimasa depan.
vii
10. Syarifah Mauliddiyah selaku kakak penulis yang selalu ada di masa-masa
penulis susah dan memiliki masalah, terima kasih atas waktu, motivasi, saran,
dan semuanya.
11. Ivan Wagner, selaku narasumber yang telah membantu dan membimbing
12. Seluruh dosen pendidik Universitas Diponegoro yang telah mendidik dan
13. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada diriku sendiri yang selalu
berjuang dan pantang menyerah, walaupun banyak hal yang telah terjadi di
setiap perjalanan hidup. Keikhlasan dan hati yang kuat membuat penulis
diriku sendiri atas segala pencapaian yang tidak pernah kamu bayangkan. Tetap
menajadi manusia yang berhati baik dan berjiwa emas, karena itulah dirimu.
Ucapan terima kasih penulis berikan kepada semua pihak, dan semoga
diberikan doa terbaik untuk semuanya. Akhir kata penulis berharap Skripsi ini dapat
Penulis,
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
HALAMAN PENGUJIAN...................................................................................iii
PERNYATAAN.....................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................. ix
ABSTRACT............................................................................................................x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
B. Perumusan Masalah............................................................................ 12
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 13
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 13
E. Sistematika Penelitian......................................................................... 14
xi
D. Tinjauan Umum Mengenai Organisasi Masyarakat............................47
A. Metode Pendekatan............................................................................. 60
B. Spesifikasi Penelitian.......................................................................... 60
C. Jenis data............................................................................................. 61
Hukum Indonesia.......................................................................... 64
Indonesia....................................................................................... 69
Demokrasi...........................................................................................92
BAB V PENUTUP..............................................................................................127
A. Kesimpulan....................................................................................... 127
B. Saran..................................................................................................131
xii
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................133
LAMPIRAN........................................................................................................137
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”,
berserikat dan berkumpul serta memiliki hasrat bangsa Indonesia untuk membangun
negara yang bersifat demokratis dan yang hendak menyelenggarakan keadilan sosial
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
1
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Dasar” dan Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi “Negara Indonesia adalah
Negara Hukum,” maka konstitusi dengan tegas menentukan Negara Indonesia adalah
Negara Hukum dan kedaulatan negara berada di tangan rakyat. Sebagai sebuah
konsep, negara hukum dan demokrasi merupakan konsep yang berkembang dan
terbuka untuk diperdebatkan dan diperbarui.1 Dari kedua konsep tersebut diintrodusir
perlindungan hak warga negara, karena perlindungan hak asasi adalah satu elemen
dalam cita negara hukum dan perlindungan hak warga negara merupakan manifestasi
Konsep negara hukum dan demokrasi merupakan konsep yang berbeda tetapi
manusia dan pembatasan kekuasaan. Konsep negara hukum berakar dari paham
dasar dari kontrak sosial yang diciptakan pemerintah dengan rakyat, di dalamnya
negara juga berkewajiban terhadap warga negaranya, seperti; negara wajib untuk
menghormati (to respect), negara wajib untuk memenuhi (to fulfill), dan negara wajib
untuk melindungi (to protect) hak asasi manusia bagi warga negaranya.
(nachtwackerstaats).
3
Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Hukum Lembaga Kepresidenan Indonesia, (Malang: Alumni, 2009),
halaman 9.
4
Uthrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, (Jakarta: Ichtiar, 1962), halaman 9.
3
negara hukum formil (klasik), yang didasari oleh pemikiran untuk melakukan
kesejahteraan rakyat.
pembangunan suatu negara. Rakyat diberikan hak dalam pembangunan suatu negara
berdasarkan teori-teori kontrak sosial. Teori kontrak sosial merupakan usaha untuk
mendobrak dasar dari pemerintahan absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat.
Bermula dari John Locke yang mencetuskan gagasan hak-hak politik rakyat
diantaranya, hak atas hidup, hak atas kebebasan, dan hak untuk mempunyai milik (life,
dapat menjamin hak-hak politik tersebut, yang dikenal dengan Trias Politika.6
dengan wujud yang konkret sebagai program dan sistem politik. Demokrasi pada
tahap ini semata-mata bersifat politis dan mendasarkan dirinya atas asas-asas
kemerdekaan individu, kesamaan hak (equal rights), serta hak pilih untuk semua
5
W. Riawan Tjandra, Hukum Sarana Pemerintahan, (Jakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014), halaman
1.
6
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008),
halaman 111.
4
pembagian kekuasaan negara sehingga kekuasaan eksekutif diimbangi dengan
tidak dipertentangkan dengan konsep demokrasi. Kedua konsep (negara hukum dan
demokrasi) berjalan bersama dan saling mendukung. Berbagai definsi tentang negara
hukum memasukkan demokrasi (dalam hal ini partisipasi publik) dan hak asasi
manusia menjadi elemen penting dalam negara hukum.8 Prinsip dasar hak asasi
manusia yang menjadi elemen penting dalam negara hukum diantaranya; prinsip
universal dan tidak dapat dicabut, prinsip tidak bisa dibagi, prinsip saling bergantung
konsep demokrasi. Oleh karena itu, konsep negara hukum dan demokrasi seringkali
dijadikan satu istilah, yaitu satu negara hukum yang demokratis. Hal ini disebabkan
hukum. Kesamaan tersebut yang menjadikan satu nafas untuk menyebutkan bentuk
ideal negara hukum yang melindungi hak-hak warga negara dalam satu istilah negara
7
Ibid, halaman 111-112.
8
Muhammad Asrun, Op.Cit, halaman 139.
9
Prof. Dr. Rahayu, Hukum Hak Asasi Manusia, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
2015), halaman 34-36.
5
hukum yang demokratis.10 Sifat demokratis dari konsep negara hukum itu
oleh rakyat, yang tidak lain merupakan pengaturan hubungan di antara sesama rakyat
dan perlindungan hak-hak warga negara dalam konteks hubungan penguasa dan
rakyat.11
dituangkan dalam konstitusi.12 Tepatnya, dalam amandemen ketiga Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Dasar” dan amandemen kedua pada BAB XA mengenai Hak Asasi
Manusia pada Pasal 28C ayat (2) yang berbunyi “setiap orang berhak untuk
membangun masyarakat, bangsa dan negaranya”, serta pada Pasal 28E ayat (3) yang
bentuk perubahan yang paling penting dalam perjalanan sejarah demokrasi Indonesia.
10
Arbi Sanit, Perwakilan Politik di Indonesia, (Jakarta: Penerbit CV Rajawali, 1985), halaman 25.
11
Muhammad Asrun, Op.cit, halaman 140.
12
Miriam Budiardjo, Op.cit, halaman 107.
6
menerapkan konsep “pemerintahan berdasarkan konstitusi (constitutional
goverment)”.13
politik demokratis adalah penerapan tiga dimensi demokrasi dalam suatu negara yaitu
tersebut merupakan suatu kesatuan struktur organisasi negara yang merumuskan dan
berusaha mencapai tujuan-tujuan negara. Sistem politik yang baik akan menciptakan
Masyarakat dalam proses politik diberikan fasilitas untuk kebebasan berpendapat dan
13
Loc.cit.
14
Emanuel Raja Danaitu, Wewenang Pemerintah Dalam Pembubaran Organisasi Masyarakat,
Universitas Katolik Widya Karya, e-Jurnal Lentera Hukum, Volume 4, Issue 3 (2017), halaman 150-
163.
7
Sistem politik yang demokratis akan melahirkan konfigurasi politik.15
Konfigurasi politik suatu negara akan melahirkan produk hukum tertentu di negara
bagi partisipasi rakyat secara penuh untuk ikut aktif menentukan kebijaksanaan
umum. Selain itu, negara yang konfigurasi politiknya demokratis, terdapat ciri
society adalah wilayah kehidupan sosial yang terletak diantara “negara” dan
negara dan pemerintah.18 Organisasi ini yang biasa disebut sebagai organisasi
15
Mahfud MD, Hukum dan Politik di Indonesia (Kesinambungan dan Perubahan), (Jakarta: LP3ES
anggota Ikapi, 2014), halaman vii – ix.
16
Ibid, halaman x.
17
Ibid, halaman x.
18
Bachrtiar Alam, Antropologi dan Civil Society: Pendekatan Teori Kebudayaan, Jurnal Antropologi
Indonesia, Universitas Indonesia, Vol. XXIII, No. 60 (1999), halaman 3.
8
Pembentukan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
dan memperjuangkan hak asasi manusia. Adanya dasar hukum Pasal 1 ayat (2) dan
Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013, maka setiap ormas atau kelompok-
untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta
pemelihara dan pelestarian norma, nilai dan etika dalam kehidupan bermasyarakat,
masyarakat, menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yang hidup
9
dalam masyarakat, melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup,
mendapatkan pemulihan hak yang dilanggar melalui sarana formal maupun informal
yang disesuaikan dengan standar hak asasi manusia. Sedangkan bantuan hukum
struktural adalah gerakan perubahan struktural yang mendasarkan gerakan pada nilai-
dan pertumbuhan pribadi martabat manusia. Sehingga orientasi dari bantuan hukum
demokrasi dan hak asasi manusia, sehingga dengan menggunakan hukum sebagai
pisau analisis dapat merubah tatanan sosial, ekonomi, dan budaya dengan tujuan
untuk mewujudkan sistem hukum yang berkeadilan dalam konsep negara hukum
10
Dalam penerapan sistem politik demokratis di Indonesia, negara Indonesia
penghormatan hak asasi manusia di Indonesia belum berjalan dengan baik. Dominasi
salah satu lembaga politik di Indonesia, tepatnya suprastruktur politik (struktur politik
infrastruktur politik. Apakah keduanya berjalan dengan baik dan saling mendukung
berdasarkan demokrasi substantif sehingga dapat merubah tatanan sosial yang semula
Sehingga, dari penelitian ini diharapkan dapat membentuk sistem politik yang baik
11
dan berkeadilan di negara Indonesia, melalui peningkatan menuju sistem politik
demokrasi substantif.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dan merujuk pada Pasal 1 ayat (2) dan Pasal
28E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur
B. Perumusan Masalah
masalah untuk mencapai sasaran yang hendak dicapai dalam suatu penulisan karya
ilmiah. Selain itu, perumusan masalah ini juga memudahkan penulis dalam
ketatanegaraan Indonesia?
12
C. Tujuan Penelitian
tujuan positif dan bermanfaat bagi masyarakat. Berdasarkan latar belakang dan
perumusan masalah seperti yang telah disebutkan di atas, maka tujuan yang dicapai
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah dalam penelitian yang telah
1. Manfaat Teoritis
kajian dalam perkembangan dan kemajuan ilmu hukum, khususnya Hukum Tata
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat secara praktis yang diperoleh dari hasil penelitian ini ialah :
13
(1) Bagi Pemerintah
E. Sistematika Penelitian
penulisan hukum ini, penulis menguraikan masalah yang dibagi dalam 5 (lima) bab.
14
Adapun maksud pembagian penulisan hukum ini ke dalam bab-bab adalah untuk
menjelaskan dan menguraikan setiap masalah dengan baik. Untuk lebih jelasnya,
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan terkait dengan Latar Belakang Permasalahan yang
menjadi sebab kenapa penulis mengangkat topik bahasan ini dalam penelitian ini,
Pada bab ini penulis menguraikan terkait dengan Konsep Negara Hukum yang
Pada bab ini penulis menguraikan terkait dengan langkah-langkah atau prosedur yang
digunakan dalam penyusunan penulisan hukum secara sistematis yang terdiri dari
Metode Pendekatan, Spesifikasi Penelitian, Jenis dan Sumber Bahan Hukum, Metode
Pada bab ini penulis membahas satu-persatu dari kedua rumusan masalah yang
menjadi dasar penelitian ini, mulai dari Kedudukan Yayasan Lembaga Bantuan
15
Hukum Indonesia dalam Ketatanegaraan Indonesia, Pelaksanaan bantuan hukum oleh
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dalam prinsip hak asasi manusia dan
demokrasi.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bagian penutup dari penelitian yang memuat kesimpulan dari dua
rumusan masalah yang dibahas dalam BAB IV, kemudian penulis mengambil suatu
saran atau masukan terhadap masalah yang telah dikaji dan diuraikan tersebut, guna
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pertama kali dirumuskan secara sadar dan sistematis oleh seorang pemikir perancis
yaitu Jean Bodin. Jean Bodin telah mengasosiasikan kedaulatan dengan negara
(sovereignty) bukan saja merupakan atribut negara, tetapi merupakan suatu fungsi
esensial yang ada di dalamnya. Kedaulatan adalah jiwa (soul) dari lembaga politik
yang disebut negara.22 Dari penjabaran di atas kedaulatan dalam studi hukum dan
politik dapat dicirikan sebagai kekuasaan yang mutlak, abadi, utuh, tunggal, tak
19
Jenedjri M. Gaffar, Demokrasi Konstitusional (Praktik Ketatanegaraan Indonesia Setelah
Perubahan UUD 1945), (Jakarta: Konstitusi Press, 2012), halaman. 3.
20
Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme di Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi HTN UI dan
Mahkamah Konstitusi RI, 2003), halaman 95.
21
Adi Sulistiyono, Negara Hukum Kekuasaan, Konsep, dan Paradigma Moral, (Solo: Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press), 2008),
halaman 35-36.
22
Jimly Asshidiqie, Op.Cit, halaman 100-101.
17
terbagi, dan bersifat tertinggi. Karena ciri tersebut, sangat penting pemahaman makna
kekuasaan tertinggi yang dapat saja dibagi dan dibatasi. Pembatasan kekuasaan di
dalam kedaulatan absolut berdasarkan gagasan John Locke mengenai hak-hak politik
rakyat, diantaranya; hak atas hidup, hak atas kebebasan, dan hak untuk mempunyai
milik (life, liberty, and propery). Sehingga pembatasan kekuasaan dilakukan oleh
antara warga negara, adanya kemerdekaan dan kebebasan yang diberikan pada atau
dipertahankan dan dimiliki oleh warga negara, adanya sistem perwakilan yang efektif,
ketentuan mayoritas.23
pemerintahan yang didasarkan atas kehendak orang banyak dan untuk menjalankan
23
Ibid, halaman 33.
18
dalam suatu negara. Pemerintahan dalam suatu negara dilakukan dari, oleh, dan untuk
rakyat.24
dan uraian di atas, maka dibutuhkan wadah normatif dari gagasan tersebut. Di dalam
teori ilmu hukum dikenal kedaulatan hukum. Hans kelsen berpendapat bahwa
Pandangan ini berpijak kepada asumsi bahwa negara merupakan suatu tatanan hukum
nasional sehingga kedaulatan tertinggi terletak pada norma hukum yang secara
24
Jenedjri M. Gaffar, Op.Cit, halaman 4-5.
25
Adi Sulistiyono, Op.Cit,halaman 37.
26
Miriam Budiardjo, Op.Cit, halaman 172.
19
tersebut yang menjadikan satu nafas untuk menyebutkan bentuk ideal negara hukum
Terdapat korelasi yang jelas antara hukum yang bertumpu pada konstitusi dan
pada partisipasi dan kepentingan rakyat. Implementasi negara hukum harus ditopang
dengan sistem demokrasi, oleh karenanya hubungan antara negara hukum dan
kehilangan bentuk dan arah, sementara hukum tanpa demokrasi akan kehilangan
yang menjamin pengakuan terhadap hak asasi manusia yang diatur dalam konstitusi
dan pelaksaan demokrasi juga harus dilandasi oleh hak asasi manusia, oleh sebab itu,
Konsep negara hukum pada umumnya seperti konsep negara hukum eropa
continental (rechsstaat) dan anglo amerika (the rule of law). Hans Kelsen
memberikan argumentasi bahwa dalam kaitan negara hukum yang juga merupakan
27
Bobi Aswandi, Kholis Roisah, Negara Hukum Dan Demokrasi Pancasila Dalam Kaitannya Dengan
Hak Asasi Manusia (HAM), Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia, Volume 1 Nomor 1 (2019), halaman 129-130.
28
Ibid, halaman 132-133.
20
1. Negara yang kehidupannya sejalan dengan konstitusi dan Undang-Undang.
Dari argumen yang diberikan oleh Hans Kelsen tersebut dapat di simpulkan
bahwa konsep hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Negara
adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia, adanya pemisahan atau pembagian
kekuasaan lembaga negara dalam rangka menjamin pelaksanaan kekuasaan negara itu
sendiri, serta adanya peradilan administrasi. Adapun the rule of law pada prinsipnya
kedudukan di hadapan hukum (equility before the law) serta adanya jaminan
diatur dan dibatasi oleh aturan hukum, sedangkan substansi hukum itu sendiri
dalamnya termuat hak asasi manusia. Demokrasi dan nomokrasi menyatukan dua
Haposan Siallagan, Penerapan Prinsip Negara Hukum Di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas
29
negara hukum.
sebagai berikut: (1) terdapat prosedur hukum untuk memberi wewenang kepada
pejabat; (2) terdapat batasan yang efektif terhadap penggunaan kekuasaan; (3)
dan akuntabilitas dari pejabat-pejabat pemerintah; dan (4) terdapat satu sistem
30
Ibid, halaman 7.
31
Miriam Budiardjo, Op.Cit, halaman 107.
32
Adi Sulistiyono, Op.Cit, halaman 31.
22
Menurut Dahrendorf negara hukum yang demokratis dapat tercapai dengan
adanya empat perangkat kondisi sosial, diantaranya: (1) perwujudan nyata atas
persamaan status kewarganegaraan bagi semua peserta dalam proses politik, (2)
kehadiran kelompok-kelompok kepentingan dan elite di mana tak satu pun mampu
memonopoli jalan menuju kekuasaan, (3) berlakunya nilai-nilai kebajikan publik, dan
(4) menerima perbedaan pendapat dan konflik kepentingan sebagai sesuatu yang tak
Impartial Tribunal).
kehendak rakyat, sehingga harus menjamin adanya peran serta warga negara dalam
33
Dr. Nurul Qamar, Op.Cit, halaman 73-74.
23
proses pengambilan keputusan kenegaraan. Hukum sebagai kaidah normatif, di
sebagai legitimasi bagi kekuasaan itu sendiri. Hukum tidak dibuat untuk menjamin
segenap warga negara, sehingga kehendak segenap warga negara tercermin dalam
kedaulatan rakyat sekaligus kedaulatan hukum. Hal ini termaktub dalam alinea 4
Pilihan kebijakan hukum (legal policy) bahwa Indonesia adalah merupakan negara
hukum ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan
34
Janedjri M. Gaffar, Op.Cit.,halaman 7.
24
Konsep negara hukum yang dianut dalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah negara hukum yang aktif dan dinamis. Model negara
hukum seperti ini menjadikan sebagai pihak yang aktif berorientasi pada pemenuhan
konsekuensi, terlepas dari konsep acuan yang dianut, apakah konsep Rechtsstaat dari
tradisi Eropa Kontinental (Civil Law), atau konsep Rule of Law tradisi Anglo Saxon
perlindungan (protect), serta pemenuhan (fulfill), hak asasi manusia (HAM) haruslah
yudisial.35
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 digunakan istilah rechtsstaat,
namun yang dianut oleh negara Indonesia bukanlah konsep rechtsstaat maupun rule
of law, tetapi negara hukum Pancasila. Konsep negara hukum baru, yang bersumber
pada pandangan dan falsafah hidup luhur bangsa Indonesia, yaitu negara hukum
salah satu ciri dari negara hukum pancasila ialah adanya asas negara kekeluargaan.36
35
Bobi Aswandi, Kholis Roisah , Op.Cit, halaman 132-133.
36
Bobi Aswandi, Kholis Roisah , Op.Cit, halaman 134.
25
Dalam suatu negara kekeluargaan terdapat pengakuaan terhadap hak-hak
individual termasuk pula hak milik ataupun hak asasi tetapi dengan tetap
beberapa prinsip yang salah satunya, adanya perlindungan hak asasi manusia dengan
jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang adil. Perlindungan
terhadap hak asasi manusia ini dimasyarakatkan secara luas untuk mempromosikan
penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan terhadap hak asasi manusia sebagi ciri
Konsep negara hukum yang demokratis sangat melekat pada hak asasi
manusia, karena salah satu prinsip negara hukum, diantaranya adalah ditegakkannya
hak asasi manusia. Selain itu, dalam upaya mewujudkan penghormatan, penghargaan,
perlindungan dan penegakan hak asasi manusia, menjadi tanggung jawab negara atau
Negara hukum yang demokratis dapat menjamin perlindungan dan penegakan hak
asasi manusia, karena pada negara tersebut dapat melahirkan hukum-hukum yang
Mahakuasa.38
37
Loc.Cit.
38
Dr. Nurul Qamar, Op.Cit, halaman 5.
26
Menurut Hans Kelsen, sebagaimana dikutip oleh M. Hatta, “negara hukum
(Allgemeine Staatslehre) akan lahir, apabila sudah dekat sekali identieit der
pada pelaksanaan negara hukum yang sempurna”. Dengan demikian negara hukum
tidak dapat dan tidak tepat untuk disebut sebagai negara hukum.39
alat sarana untuk mewujudkan ide, cita, dan harapan-harapan perwujudan nilai-nilai
keadilan kemanusiaan. Keadilan kemanusiaan hanya ada apabila hak asasi manusia
(kohesi dan korelasi) antara hukum dan hak asasi manusia. Atas dasar itulah nilai-
nilai universal hak asasi manusia dinormakan dalam hukum dasar negara (konstitusi)
universal hak asasi manusia yang berhasil dinormakan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada BAB XA, tepatnya pada pasal 28A-28J
sebagai dasar hukum negara, karena sebagai negara hukum yang demokratis hukum
dan hak asasi manusia merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Prof.
39
H. A. Masyhur Effendi, Dimensi atau Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan
Hukum Internasional,(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), halaman 32.
40
Dr. Nurul Qamar, Op.Cit, halaman 18.
27
Mansyur A. Effendy (dalam buku Kapita Selekta Hukum) mengatakan bahwa, hukum
dan hak asasi manusia merupakan kesatuan yang sulit untuk dipisahkan, seperti dua
sisi dalam satu mata uang. Apabila bangunan hukum dibangun tanpa hak asasi
manusia yang merupakan pengawal bagi hukum dalam merealisasi perwujudan dalam
nilai-nilai keadilan kemanusiaan, maka hukum tersebut menjadi alat bagi penguasa
manusia dibangun tanpa didasarkan atas suatu komitmen hukum yang jelas, maka hak
asasi manusia tersebut hanya akan menjadi bangunan yang rapuh dan mudah untuk
adalah:42
Hak asasi manusia dimiliki oleh semua umat manusia di dunia, karena hak
asasi manusia merupakan prinsip yang diterima secara umum sebagai hak
yang sifatnya melekat tanpa dipengaruhi oleh ras, jenis kelamin, agama,
etnis dan pandangan politik, asal usul sosial maupun kebangsaan. Hak-hak
tersebut tidak dapat diserahkan secara sukarela atau dicabut. Hal ini
41
Ibid,. halaman 19.
42
Prof. Dr. Rahayu, Op.Cit., halaman 33-36.
28
Manusia (Universal Declaration Of Human Rights), bahwa “Setiap umat
dan standar hidup layak pada waktu bersamaan. Hal ini menunjukkan
bahwa hak asasi manusia yang meliputi hak sipil politik serta hak ekonomi
sosial dan budaya merupakan hak yang menyatu sebagai bagian dari
semua orang memiliki status hak yang sama dan sederajat, dan tidak dapat
interrelation)
lainnya.
pada situasi sama harus diperlakukan dengan sama, dan pada situasi
29
berbeda juga harus diperlakukan secara berbeda pula. Salah satu
dalam hak asasi manusia. Setiap manusia berhak sepenuhnya atas hak-
Setiap orang dan seluruh masyarakat berhak untuk turut berperan aktif
Di dalam hukum hak asasi manusia internasional diakui bahwa negara tidak
30
diasumsikan bahwa negara memiliki kewajiban positif untuk melindungi secara aktif
dan pembatasan terhadap hak dan kebebasan tersebut hanya diperkenankan sepanjang
ditentukan oleh hukum. Hal ini berarti bahwa negara bertanggung jawab untuk
menaati hak asasi manusia. Negara harus tunduk pada norma hukum dan standar yang
tercantum dalam berbagai instrumen hukum hak asasi manusia yang berlaku.
menempatkan hak asasi manusia sebagai sekumpulan hak yang bersifat normatif yang
ekonomi, sosial dan budaya. Dengan demikian, maka diperlukan tanggung jawab
negara untuk memastikan bahwa setiap individu yang berada di bawah kekuasaan
tersebut.43
43
Dr. Rahayu, Op.Cit., halaman 58.
31
Pada prinsipnya, dalam hukum hak asasi manusia, negara mempunyai
yang diemban negara adalah kewajiban untuk menghormati (to respect), kewajiban
untuk memenuhi (to fulfill), dan kewajiban untuk melindungi (to protect) hak asasi
yang bersifat normatif yang menjadi hukum dasar negara (konstitusi) sehingga
hubungan antara hak asasi manusia dengan demokrasi yang bersifat utuh dan saling
mendukung. Rakyat sebagai manusia dari negara harus dihormati hak-haknya oleh
negara dan pemerintah. Karenanya pada paham demokrasilah hak asasi manusia
Prof. Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa hak asasi manusia dan demokrasi
merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah
peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. Maka, dapat dikatakan bahwa hubungan
antara hak asasi manusia dengan demokrasi bersifat kohesi urgen karena keduanya
44
Dr. Rahayu, Op.Cit, halaman 59.
32
meletakkan nilai dan kepentingan rakyat sebagai manusia yang harus dihormati dan
model-model pilihan rakyat sendiri, hal ini hanya dapat dijalankan bilamana HAM
(hak asasi manusia) dari manusia sebagai warga negara (rakyat) dari suatu negara
hak asasi manusia dihormati, sebaliknya hak asasi manusia akan dihormati bilamana
dipraktikkan.45
manusia dan melaksanakan penegakan atas pelanggaran yang terjadi serta menjamin
diskriminasi, Prinsip partisipasi dan kontribusi dan prinsip tanggung jawab negara
dan penegakan hukum, sebagai nyawa dan dasar pengembangan sistem politik
prinsip-prnsip dasar hak asasi manusia untuk kesejahteraan rakyat yang berdasarkan
keadilan sosial.
45
Dr. Nurul Qamar, Op.Cit,halaman 20-21.
33
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 1 ayat (2) menyatakan
dengan sistem checks and balances serta jaminan hak konstitusional warga negara
tersebut dibutuhkan pula pemahaman yang rigid terhadap konsep negara Indonesia
dan karakteristik yang dimiliki oleh Negara Indonesia. Konsep demokrasi di negara
Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap
satu. Pendekatan pluralisme, memiliki karakter utama yaitu negara adalah netral,
kelompok masyarakat secara terbuka memiliki potensi yang sama dalam pengaruh
dan akses pada sistem politik. Ciri utama pluralisme adalah mengakui adanya
46
Ibid,halaman 39.
34
wilayah publik yang bebas demi terjaminnya suatu transaksi wacana dan berjalannya
diskusi reflektif sesuai dengan persamaan pandangan, nilai dan keyakinan. Kelompok
ini biasa disebut dengan civil society atau yang disebut dengan masyarakat sipil.
setelah runtuhnya sejumlah negara otoriter komunis di Eropa Timur dan Uni Soviet.
Dalam pandangan seperti ini tentu saja timbul kesan bahwa strategi demokratisasi
melalui civil society adalah untuk menumbangkan rezim otoritarian. Civil society
dalam strategi demokratisasi tidak hanya dimaknai dengan upaya penumbangan rezim
otoriter saja, tetapi demokratisasi melalui civil society di sini memiliki relevansi
dengan cara pandang yang diarahkan pada suatu kondisi dimana konsep negara
Cohen dan Arato dalam bukunya (Civil Society and Political Theory, 1992)
mengatakan bahwa teori tentang civil society hanya dapat dipahami dalam konteks
interksi antara negara, ekonomi, dan individu warga negara. Tiga komponen yang
kebebasan individual warga negara.48 Civil society yang disebut juga masyarakat sipil,
47
Hasyim Asy’ari, LBH (Demokratisasi Dan Pemberdayaan Civil Society Di Indonesia 1971-1996),
(Jakarta: Pensil-324, 2010), halaman 1.
48
Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia, (Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia, 2006), halaman xxiii.
35
hak politik yang melekat pada individu dan penegakan serta perlindungan hak asasi
ruang atau wadah bagi partisipasi masyarakat. Salain itu, masyarakat sipil juga bisa
negara dari otoriter menjadi demokratis. Perubahan tersebut membuat civil society
merupakan bagian dari sistem politik yang demokratis. Saat ini, civil society tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan politik modern. Untuk melindungi civil society
Hubungan antara negara (sistem politik yang demokrasi) dengan civil society,
Society versus Socialism dalam Modern Praxis, 1992) menilai bahwa civil society
civil society akan menyemarakkan ruang publik, dimana negara dapat menyerap
berbagai artikulasi kepentingan yang secara objektif hidup dalam masyarakat. Negara
sangat bergantung kepada civil society, tidak hanya dalam konteks membangun dan
36
sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat. Sistem demokrasi yang yang baik
Sphere, 1989) ruang publik memainkan peran kunci dalam menjembatani dua benua
yang cenderung terpisah. Ini merupakan forum dalam kehidupan sosial warga negara
tempat opini publik yang berkenaan dengan kepentingan umum (general interest)
bisa terbentuk secara jernih dan objektif. Di ruang publik itu dapat berlangsung
berbagai tataran diskusi yang intensif tentang berbagai isu kepentingan umum,
memperjuangkannya. Dari ruang publik itu pula segala pandangan kritis, segala
berbagai media massa. Dengan kata lain, membangun civil society identik dengan
kegiatan yang terorganisasi, dan karena itu memiliki cukup “power” dalam
49
Ibid, halaman xxiv-xxv.
50
Ibid, halaman xxv.
37
kebutuhan masyarakat. Untuk menciptakan hubungan dan keterkaitan antara negara
dengan masyarakat sipil yang dapat menciptakan transaksi yang berkeadilan untuk
kesejahteraan rakyat, dibutuhkan korelasi yang baik. Negara dengan kedaulatan yang
dengan civil society (masyarakat sipil) yang memiliki kemandirian, keberanian, serta
paham akan hak-hak serta kewajiban yang dimiliki sebagai masyarakat yang hak-hak
Keberhasilan demokrasi suatu negara bergantung pada tata aturan yang sesuai
dengan prinsip supremasi hukum (sistem politik) dan pelaku demokrasi itu sendiri.
berusaha mencapai tujuan bersama. Untuk melaksanakan aktivitas yang kompleks itu,
bekerja dalam sistem politik seperti parlemen, birokrasi, badan peradilan, partai
menggunakan dua kriteria yang berbeda, yaitu siapa yang memerintah dan ruang
sistem politik otokrasi tradisional ke totaliter sampai pada sistem politik demokrasi.
Dari sudut struktural, sistem politik demokrasi secara ideal ialah sistem politik yang
51
Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara Teoretik dan Empirik,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), halaman 82.
38
memungkinkan perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan di antara individu,
di antara individu dan kelompok, individu dan pemerintah, kelompok dan pemerintah,
mekanisme dan prosedur yang mengatur dan menyalurkan konflik sampai pada
dan menjunjung tinggi serta memuliakan hak-hak asasi manusia maka terdapat dan
dan rakyat diberikan kesempatan untuk andil dalam pemerintahan. Sistem politik
masyarakat. Sistem politik demokrasi juga memiliki pers yang bebas, yaitu bebas
hak asasi manusia. Pers dimaksudkan sebagai social control atau kontrol sosial
masyarakat agar sistem politik demokrasi dapat berjalan dengan bersih, baik dan
danai.53
menurut Ossip K. Flechtheim (1952) dibagi dua jenis (vertikal atau struktural), yaitu:
52
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia, 1992), halaman 228.
53
Sukarna, Sistem Politik 2, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990), halaman 9
39
(1) kekuasaan yang ditujukan kepada Negara, dan (2) kekuasaan yang ada di dalam
sistem politik adalah suatu sistem hubungan antara manusia yang dilembagakan
Istilah suprastruktur politik berasal gabungan dari kata supra artinya atas,
struktur artinya bangunan atau tata hubungan, dan politik artinya kekuasaan. Jadi,
dalam Negara yang bersangkutan, yang merupakan mesin politik resmi atau mesin
politik formal, yaitu bidang kekuasaan Negara atau pemerintahan yang terdiri dari
54
Beddy Iriawan Maksudi, Op.Cit, halaman 83.
55
Ibid, halaman 19.
56
Beddy Iriawan Maksudi, Op.cit, halaman 83.
57
Eko Sabar Prihatin, Hukum dan Politik, (Semarang: Pustaka Magister Semarang, 2014), halaman 75.
40
peraturan (rule making); b) penerapan peraturan (rule application); c) pemberian
struktur politik masyarakat dengan mengupayakan ruang publik yang diakui dan
dilindungi oleh konstitusi negara atas hak kesetaraan, hak kebebasan, hak dalam
Sehingga, membentuk sistem politik demokrasi yang sehat dan menciptakan iklim
Istilah infrastruktur politik berasal gabungan dari kata infra artinya bawah,
struktur artinya bangunan atau tata hubungan, dan politik artinya kekuasaan. Jadi,
infrastruktur politik adalah struktur politik masyarakat, yang merupakan struktur, atau
bangunan, pranata yang tak tampak secara jelas, atau tidak terlihat wujudnya, namun
infrastruktur politik merupakan mesin politik tidak resmi atau mesin politik informal
58
Loc.cit.
59
Beddy Iriawan Maksudi, Op.cit, halaman 83.
41
dukungan, dan masalah lainnya yang menyangkut dengan kepentingan umum.
Infrastruktur politik suatu negara pada umumnya terdiri atas lima komponen, yaitu;60
articulation)
Indonesia terdiri dari lembaga suprastruktur politik dan lembaga infrastruktur politik,
yang keduanya merupakan satu kesatuan struktur organisasi masyarakat yang besar
guna merumuskan dan berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama. Sistem politik yang
42
antara satu kelompok kepentingan dengan kelompok kepentingan lainnya atau antara
(infrastruktur politik).
sangat penting. Infrastruktur politik sebagai wadah untuk menyediakan ruang publik
harmonis dan produktif antara negara dan masyarakat akan memudahkan negara
dalam membuat berbagai kebijakan serta aturan hukum yang sesuai dengan harapan
dan kebutuhan masyarakat. Komponen dari sistem politik demokrasi yang akan
mempengaruhi kemajuan sistem politik Indonesia tidak hanya berpacu pada satu
politik sendiri tidak hanya terpacu pada partai politik saja akan tetapi juga golongan
kepentingan, golongan penekan, alat komunikasi politik dan tokoh politik sangat
apabila kelima komponen tersebut dapat berjalan beriringan dan mendukung satu
sama lain, sehingga akan menciptakan kehidupan politik yang baik di negara
Indonesia.
43
diantaranya, partai politik, golongan kepentingan dan golongan penekan untuk
yang diberikan sistem politik demokrasi Indonesia dengan tujuan rakyat memiliki
Civil society (masyarakat sipil) dapat ditafsirkan dari berbagai sudut pandang,
tetapi dari banyaknya tafsiran terdapat satu perspektif yang sama yaitu civil society
yang awalnya dilakukan di tingkat yang paling rendah dan selanjutnya disusun
rencana organisasi di atasnya sampai dengan tingkat pusat atas dasar rencana dari
44
kepemimpinan, sumber keuangan untuk membiayai kegiatan, dan pola komunikasi ke
kepentingan politik, sosial, ekonomi, budaya maupun kepentingan hak asasi manusia,
masyarakat dan tidak memiliki nilai atau norma standar yang mengatur
62
Novie Indrawati Sagita, Strategi Gerakan Kelompok Kepentingan Dalam Pengawasan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara, Departemen Ilmu Pemerintahan
Universitas Padjadjaran, Jurnal Wacana Politik, Volume 1, Nomor 2, Oktober (2016), halaman 98.
63
Loc.Cit.
45
2. Kelompok non assosiasional, merupakan kelompok yang tidak terorganisir
elit politik.
dsb.
bernegara yaitu:64
(1) katalisasi perubahan sistem dengan cara melakukan advokasi dan berusaha
64
Loc.Cit.
46
mengembangkan kemauan politik dan inisiatif masyarakat sehingga dapat bersama-
kepentingan ini kerap membela masyarakat umum yang kerap menjadi korban
Konsepsi civil society (masyarakat sipil) sebagai ruang atau wadah bagi
keagamaan, petani dan buruh yang bukan menjadi bagian dari negara dan sektor
bisnis. Selain sebagai konsep untuk menjelaskan realitas, civil society juga bisa
47
dipahami sebagai ideal type untuk mewujudkan masyarakat yang diharapkan.
supporting).65
masyarakat sebagai gerakan demokrasi di Indonesia mulai lahir tepatnya pada tanggal
20 mei 1908, yang didirikan oleh Dr. Soetomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu
dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal
65
Adi Suryadi Culla, Op.Cit, halaman 15.
48
tahun 2013 Undang-Undang Ormas dicabut dan diganti dengan Undang-Undang
2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, dan pada tahun 2018 Perppu tersebut
suatu realitas yang harus diakui keberadaannya dengan berpola pikir ke depan dan
adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela
Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai asas dan pegangan organisasi masyarakat
3 orang atau lebih warga negara Indonesia, sehingga organisasi masyarakat memiliki
hukum, dapat berbasis anggota atau tidak berbasis anggota. Organisasi masyarakat
50
Pembentukan organisasi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, melestarikan dan
memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yang hidup dalam masyarakat,
2013.
bangsa, dan/atau pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan
17 Tahun 2013.
memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi secara mandiri
dan terbuka, memperoleh hak atas kekayaan intelektual untuk nama dan lambang
51
memperjuangkan cita-cita dan tujuan organisasi, melaksanakan kegiatan untuk
dan kegiatan organisasi dan melakukan kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah
Daerah, swasta, organisasi masyarakat lain, dan pihak lain dalam rangka
dengan tujuan organisasi, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, memelihara nilai agama, budaya, moral, etika,
terdaftar wajib memiliki AD dan ART. AD dan ART tersebut harus memuat nama
dan lambang organisasi, tempat kedudukan, asas, tujuan, dan fungsi organisasi
52
organisasi masyarakat, pengelolaan keuangan, mekanisme penyelesaian sengketa dan
atau lembaga asing, kegiatan lain yang sah menurut hukum dan/atau anggaran
yang sangat penting dalam meningkatkan keikutsertaan secara aktif seluruh lapisan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam rangka menjamin persatuan dan
53
menjaga keberlangsungan hidup organisasi masyarakat”. Tentunya dalam melakukan
dalam sistem politik demokrasi yang ada di Indonesia akan berjalan dengan baik dan
bukan sebagai upaya untuk menggiring opini atau kepentingan lain, tetapi sebagai
kewajiban negara bahwa negara wajib untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
transparansi kebijakan serta ruang publik untuk berdiskusi secara terbuka dan
memberi solusi.
atau merusak fasilitas umum dan fasilitas sosial, melakukan kegiatan yang menjadi
tugas dan wewenang penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, menerima dari atau memberikan kepada pihak mana pun sumbangan
dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
54
dilarang menganut, mengembangkan, serta menyebarkan ajaran atau paham yang
kegiatan yang dilarang dalam undang-undang tepatnya pada Pasal 59. Organisasi
dan/atau pencabutan surat keterangan terdaftar atau pencabutan status badan hukum.
sumber daya manusia agar konsepsi civil society dapat bergerak dan berkembang
kemajuan politik demokrasi di Negara Indonesia agar berjalan dengan baik dan
berkesinambungan.
55
juga dapat menjadi pembatas dalam melaksanakan peran-peran organisasi masyarakat
organisasi masyarakat adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat
tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
organisasi masyarakat memang diakui dan dilindungi, akan tetapi pemerintah juga
pelaksanaan fungsi social control (kontrol sosial) dan agent of change (agen
dinamis dengan berbagai jenis pandangan, landasan, dan sebaran kegiatan yang
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Realita yang tampak di masyarakat sering
56
masyarakat.67 Beberapa organisasi masyarakat kehadirannya sering kali meresahkan
politik di Indonesia sering tidak dianggap dan tidak terlihat, sehingga membawa
kesan negatif dan di cap “masyarakat yang sukanya menentang negara”. Ini
merupakan masalah dasar yang dimiliki Negara Indonesia bahwa masih rendahnya
(suprastruktur politik).
asasi manusia yang salah satunya adalah dengan memberikan hak kesetaraan dalam
penerapan sistem politik yang demokratis di negara Indonesia yang bertujuan untuk
fasilitas kebijakan yang memadahi untuk pemenuhan hak partisipasi dan kontribusi
pemagangan serta kursus. Fasilitas ini tidak hanya ditujukan pada organisasi
kemasyarakatan, tetapi juga kepada masyarakat awam agar lebih dekat dengan
fasilitas ruang publik bagi masyarakat sebagai wadah partisipasi rakyat untuk
dengan tingginya tingkat kualitas sumber daya manusia sehingga dapat memilih dan
menyaring, ruang publik mana yang cocok dan sesuai dengan cita Negara Indonesia
58
sebagai negara kesejahteraan, yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat yang
59
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
pendekatan hukum yuridis normatif, yaitu penelitian yang berdasarkan pada kaidah-
kaidah hukum yang ada dan juga dengan melihat kenyataan-kenyataan yang terjadi.
Pendekatan yuridis adalah suatu pendekatan yang mengacu pada hukum dan
dengan pendekatan yang menggunakan bahan pustaka, atau data sekunder terhadap
asas-asas hukum dengan melalui buku-buku serta penelitian, sehingga sering disebut
masyarakat dan kenegaraan. Dengan demikian data yang digunakan adalah data
sekunder baik merupakan bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder.
B. Spesifikasi Penelitian
analitis, karena penulis hanya akan memaparkan obyek yang diteliti, diselidiki
68
Roni Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1982), halaman 20.
60
dengan teori-teori hukum dan praktik pelaksanaan perundang-undangan yang
informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa
primer sebagai produk pemerintah dengan bahan hukum sekunder sebagai asas-asas,
keduanya dapat terlihat relevan atau tidak, serta pencapaian yang telah diusahakan
dalam pemerintahan sudah sesuai dengan penerapan prinsip-prinsip yang ada dalam
pemerintahan.
C. Jenis data
bersifat deskriptif, sehingga data yang diperoleh adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka atau disebut studi kepustakaan,
Data sekunder sendiri dapat dibedakan menjadi bahan hukum primer, sekunder, serta
penelitian ini akan dilengkapi dengan wawancara, sebagai bahan pertimbangan untuk
69
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),
halaman 45.
61
1. Bahan hukum primer
hukum mengikat. Dalam penulisan hukum ini bahan hukum primer yang digunakan
antara lain :
Hukum Indonesia.
a. buku-buku teks yang ditulis oleh para ahli hukum yang berpengaruh.
c. jurnal-jurnal hukum.
62
Wawancara sebagai pelengkap dari studi kepustakaan akan dilakukan dengan
Metode pengumpulan data yang didasarkan pada sumber data yang telah
diperoleh dalam penelitian ini, dikumpulkan dengan cara studi kepustakaan (library
research), baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, serta penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan objek kajian penelitian ini yang dapat berupa
peraturan perundang-undangan, literatur dan karya tulis ilmiah lainnya. Selain itu,
kualitatif, yaitu dengan cara menyajikan dan menjelaskan data dalam bentuk kalimat
yang tersusun secara sistematis sehingga diberikan penafsiran dan gambaran yang
secara kualitatif.
63
BAB IV
Indonesia
Tahun 1969, tiga tahun setelah Jendral Soeharto berkuasa, suasana penegakan
hukum dan penegakan hak-hak asasi manusia di Indonesia sudah tidak terkontrol dan
arus utama politik dan hukum yang dianggap dapat mengancam kelangsungan sebuah
rezim. Setelah Kongres Peradin ketiga, pada tahun 1969 Adnan Buyung Nasution
Bantuan Hukum (LBH) yang dikhususkan untuk membantu mereka yang hak-haknya
di bidang politik dan hukum terampas dan tersisihkan. Hak-hak politik yang dimiliki
oleh rakyat diantaranya, hak atas hidup, hak atas kebebasan, dan hak untuk memiliki
(life, liberty, and propery), serta penerapan dari asas-asas hukum diantaranya asas
persamaan di hadapan hukum (equality before the law), keadilan untuk semua (justice
for all), dan asas hukum praduga tidak bersalah (presumption of innocent).
orang yang tidak mampu dan buta hukum. Dewan Pimpinan Pusat Peradin
64
tanggal 28 Oktober 1970 melalui Surat Keterangan (SK) bertepatan dengan hari
Sumpah Pemuda.70
Hak atas bantuan hukum adalah salah satu hak asasi manusia. Undang-undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) mengatur bahwa negara
wajib melindungi hak setiap warga negara, tanpa diskriminasi. Warga negara berhak
baik dalam perkara pidana, perdata maupun administrasi. Setiap warga negara juga
berhak diadili melalui proses peradilan yang menjamin pemeriksaan yang objektif
oleh hakim untuk memperoleh putusan yang adil dan benar. Dengan demikian,
yang adil bagi seluruh warga negara merupakan kewajiban penyelenggara negara. Di
memberi perlindungan terhadap hak asasi manusia tiap warga negara. Pemenuhan hak
atas bantuan hukum tersebut sama dengan mewujudkan sistem hukum yang
mendapatkan pemulihan hak yang dilanggar melalui sarana formal maupun informal
70
Achmad Santosa dan Henny Supolo, Verboden Voor Honden En Inlanders Dan Lahirlah LBH
(Catatan 40 Tahun Pasang Surut Keadilan), (Jakarta: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
(YLBHI), 2012), halaman xiii-xiv.
71
M. Faiq Assiddiqi, Sistem Bantuan Hukum Di Indonesia dan Perkembangannya, (Jakarta: Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), 2014), halaman 5-6.
65
yang disesuaikan dengan standar hak asasi manusia. Bantuan hukum dalam konsep
access to justice ini tidak dipandang sebagai bantuan hukum yang harus diarahkan
penyelesaian masalah hukum ke dalam ranah institusi formal, tapi juga dapat
diselesaikan melalui mekanisme yang disesuaikan dengan standar hak asasi manusia
Bantuan hukum tidak hanya berjalan dalam kerangka berpikir yang legal-
formalistik, tetapi juga berorientasi pada pemikiran yang lebih luas, yang juga
mencakup dimensi politik dan hak asasi manusia. Implementasi yang dilakukan
penghormatan terhadap hak asasi manusia. Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Indonesia sebagai ciri dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia sesuai
mencerminkan kehendak dan cita-cita ormas…” ciri tersebut adalah latar belakang
kelamin, maupun latar belakang sosial budaya adalah satu. Mereka diikat dalam suatu
nasib dan kepentingan bersama sebagai warga dunia untuk hidup secara layak dan
dilengkapi hak-hak sosial, ekonomi, politik, budaya dan hukum. Di depan hukum
72
Ibid, halaman 6-7.
66
semua manusia adalah sama. Namun persamaan hak dan kewajiban asasi itu bukan
sesuatu yang mudah didapat, terutama oleh mereka yang miskin dan terpinggirkan
secara struktural. Karena itulah pendiri Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia,
bertekad dan berkomitmen untuk terus menerus berusaha dan berjuang dengan jalan
menjaga agar hak-hak dasar dan hak-hak asasi manusia yang langsung diberikan oleh
hukum, martabat dan hak asasi manusia pada umumnya dan meninggikan kesadaran
hukum dalam masyarakat pada khususnya, baik kepada pejabat maupun warga negara
biasa, agar supaya mereka sadar akan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai
yang tidak mampu, berperan aktif dalam proses pembentukan hukum, penegakan
hukum, dan pembaharuan hukum sesuai dengan konstitusi yang berlaku dan
mengandung dimensi keadilan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan
67
dan tidak mencari keuntungan serta tidak mempunyai anggota. Yayasan Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia bergerak dalam bidang sosial dan kemanusiaan. Asas dan
sifat Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia sesuai dengan Pasal 2 dan 4
bertentangan dengan Pancasila dan konstitusi, serta ormas bersifat sukarela, sosial,
dan pemenuhan hak-hak asasi manusia Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia,
Indonesia membuka cabang di seluruh wilayah Indonesia, sampai saat ini ada 15
kantor Lembaga Bantuan Hukum di Indonesia mulai dari Aceh, Medan, Padang,
Pekanbaru, Jogya, Surabaya, Bali, Ujung Pandang (Makassar), Manado dan Papua.
masyarakat.
pintas untuk melakukan perubahan struktural, yang akan merubah tatanan sosial,
ekonomi dan budaya yang semula timpang menjadi lebih berkeadilan, menggunakan
68
hukum dengan mengubah hukum ke arah yang lebih responsif terhadap kepentingan
rakyat dan bukan lagi sebagai alat penguasa yang akan membawa pada reformasi
sebagai suatu alat bagi perubahan yang independen terhadap sistem politik.
Keabsahan hukum didasarkan pada keadilan substantif, koersi lebih bercorak insentif
keterpaduan antara aspirasi hukum dan politik yang tidak bersifat subordinatif.
Strategi hukum responsif akan memberikan ruang yang besar bagi partisipasi
menjadi kreatif dan mandiri.74 Selain itu dari aspirasi politik, strategi hukum responsif
mendapatkan pemulihan hak yang dilanggar melalui sarana formal maupun informal
73
Benny K. Harman, Mulyana W. Kusumah, Hendardi, Paskah Irianto, Sigit Pranawa, Tedjabayu,
Memberdayakan Rakyat Membangun Demokrasi, (Jakarta: Direktorat Komunikasi dan Program
Khusus YLBHI, 1995), halaman 20-21.
74
Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Bantuan Hukum: Akses Masyarakat Marjinal Terhadap Keadilan
(Tinjauan Sejarah, Konsep, Kebijakan, Penerapan dan Perbandingan di Berbagai Negara), (Jakarta:
Sentralisme Production, 2007), halaman 26.
69
dan berdasarkan dengan standar hak asasi manusia. Perkembangan access to justice
dan B. Garth. 1978: (1) pertumbuhan bantuan hukum bagi orang yang tidak mampu
hak yang dilanggar melalui pengadilan, seperti class action, dan (3) alternative
Berdasarkan pada tujuan dan orientasi, sifat, cara pendekatan dan ruang
lingkup kegiatan dari program bantuan hukum untuk masyarakat tidak mampu, di
Indonesia ada dua konsep bantuan hukum yang sedang dikembangkan, yaitu konsep
yang diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu secara individual. Sifat dari
jenis bantuan hukum ini pasif, dan cara pendekatannya sangat formal legal. Orientasi
dan tujuannya adalah untuk menegakkan keadilan untuk masyarakat yang kurang
konstitusional adalah bantuan hukum untuk masyarakat yang kurang mampu yang
dilakukan dalam kerangka usaha-usaha dan tujuan-tujuan yang lebih luas seperti,
75
Ibid, halaman 20-21.
70
menyadarkan hak-hak masyarakat sebagai subyek hukum, penanaman nilai-nilai hak
keadilan yang diistilahkan beyond the third wave of access to justice dengan maksud
sebagai berikut: (1) pencegahan terjadinya sengketa hukum untuk mendorong social
harmony. Hal ini berarti program access to justice tidak selalu harus selalu dikaitkan
complaint sistem, atau sistem ADR tradisional dan modern, (2) pengembangan hak-
hak prosedural masyarakat yang diperlukan dalam publik interest litigation seperti
class action, legal standing Ornop, strict liability, pembuktian terbalik dan lain
kejaksaan dan kepolisian untuk memastikan bahwa rasa keadilan masyarakat benar-
benar terpenuhi, dan (4) pendampingan hukum (beyond legal representation dimuka
pengadilan) bagi kelompok marjinal yang dilakukan oleh pro bono lawyers, pekerja
menggunakan konsep bantuan hukum konstitusional, karena orientasi dan tujuan dari
konsep bantuan hukum konstitusional adalah usaha mewujudkan negara hukum yang
76
Nur Kholis, “LBH dan Konsep Bantuan Hukum Struktural” Bantuan Hukum Struktural (BHS)
Antara Hidup dan Mati” Lembaga Bantuan Hukum Palembang bekerjasama dengan Yayasan Tifa,
Jurnal Analisis Hukum Kritis, Volume 1, Issue 9 (2005), halaman 48.
71
berlandaskan pada prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia. Sifat dari
bantuan hukum jenis ini lebih aktif, di mana bantuan hukum diberikan tidak saja
menggunakan jalur-jalur hukum formal yang ada, juga bersifat non-legal seperti
lobby ke lembaga-lembaga politik resmi, dalam hal ini, pemerintah dan DPR,
pembentukan opini publik melalui media massa dalam rangka mempengaruhi proses
secara alamiah namun disebabkan struktur kelembagaan yang timpang. Struktur yang
timpang ini menyebabkan penguasaan akses terhadap sumber daya dan penguasa
teknologi. Dalam kemiskinan struktural, struktur sosial yang ada telah memfasilitasi
dengan pola hubungan yang tidak sejajar tidak mungkin mengahasilkan hukum yang
adil bagi semua orang. Adanya kebutuhan bagi suatu ideologi hukum yang bersifat
dimarjinalisasi dan ditelantarkan oleh struktur yang timpang. Oleh karenanya, konsep
bantuan hukum struktural bukan hanya aksi kultural namun juga melibatkn aksi
77
Loc.Cit.
72
struktural untuk mengubah tatanan masyarakat dan membebaskan masyarakat dari
struktur politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang sarat dengan penindasan.78
keadilan sosial dan demokrasi, melahirkan rumusan konsep baru yang disebut
bantuan hukum struktural (BHS), konsep ini sebagai perefleksian bantuan hukum
politik. Bantuan hukum struktural pada prinsipnya merupakan suatu konsep gerakan
pendekatan struktural. Pendekatan struktural adalah salah satu pendekatan yang mulai
immanent dalam gejala sosial yang dapat diamati dengan cara menganalisa sistem-
Pembenahan struktur yang timpang menuju ke arah struktur yang lebih adil,
lapangan politik maupun ekonomi. Patra M. Zen menjelaskan bahwa hukum sebagai
sistem bisa dipilah menjadi tiga elemen, yaitu struktur sistem hukum (structure of
78
Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Op.Cit, halaman 29-30.
79
Loc.Cit.
80
Abdurahman Wahid, Bantuan Hukum Sebagai Sarana Menanggulangi Masalah Kemiskinan
Struktural, Jurnal Hukum dan Pembangunan, Januari 1983, halaman 44.
73
legal sistem), substansi sistem hukum (substance of legal sistem), dan budaya hukum
masyarakat (legal culture). Bantuan hukum struktural melihat bahwa perubahan yang
signifikan hanya bisa dilakukan melalui perombakan struktur sistem hukum dan
karena struktur tersebut berimpitan dengan sistem sosial maka perombakan struktur
sosial adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari. Tujuan akhir dari bantuan hukum
struktural bukanlah lagi menawarkan jasa bantuan hukum pada rakyat yang kurang
mampu (miskin) namun lebih kepada perubahan tatanan sosial dari yang semula
timpang menjadi lebih berkeadilan. Seperti yang kemudian direfleksikan oleh Lev
hukum sebagai ‘jalan pintas bagi pembaharuan politik, sosial, bahkan kultural’.81
pada ‘positioning’ dimana:82 (1) analisa yang dilakukan menggunakan pisau analisis
merupakan obyek analisis, (3) relasi yang dikembangkan setara antara masyarakat
(pencari keadilan) dengan publik defender (pemberi jasa bantuan hukum), (4) fakta
yang dihimpun meliputi fakta-fakta sosial, dan (5) melibatkan tindakan-tindakan non
kepentingan petani dan buruh, kritisisme sosial-legal dan politik, desakan melalui
74
yang juga dipakai sebagai forum untuk komentar politik dan hukum, serta kampanye
untuk hak-hak asasi sebagai jalur-jalur non legal merupakan bagian penting dalam
mengusahakan perubahan dan perbaikan hukum untuk mengisi kebutuhan baru dari
sehingga mereka menyadari hak-hak mereka sebagai manusia dan sebagai warga
negara Indonesia yang bermartabat. Bantuan hukum struktural juga berarti berusaha
melaksanakan reformasi hukum agar hukum dapat memenuhi kebutuhan rakyat dan
mengusahakan perubahan dan perbaikan hukum untuk mengisi kebutuhan baru dari
75
bantuan hukum dalam arti luas telah memberikan kontribusi menuju perubahan ke
peranan lembaga bantuan hukum sebagai salah satu gerakan pembaharuan bersama
Kontribusi paling besar dari gerakan bantuan hukum struktural pada masa
saling berinteraksi sepanjang waktu. Di bawah rezim otoriter Orde Baru, gerakan
bantuan hukum secara terus menerus mendorong berjalannya kedua proses tersebut,
baik liberalisasi dalam bentuk jaminan dan perlindungan hak warga, maupun
perjalanan yang rumit, sebagai sebuah proses demokratisasi tidak bisa dilihat sebagai
sesuatu yang berjalan linear karena melibatkan berbagai tahapan dan perubahan-
perubahan dalam berbagai dimensi. Transisi yang terjadi di Indonesia telah membawa
negara ini dari otokrasi ke dalam zona abu-abu dari demokrasi politik yang terbatas
hukum struktural sebagai alat menepis gejala ‘pluralisme yang mandul’ maupun
‘sistem kuasa yang dominan’ pada zona abu-abu. Suatu tantangan untuk
84
Ibid, halaman 10.
76
Bantuan hukum struktural sebagai upaya untuk pemenuhan keadilan substantif
dan perwujudan demokrasi substantif dengan mengubah pola ketimpangan sosial dan
penindasan terhadap masyarakat miskin, agar hak-hak dasar mereka akan sumber-
sumber daya politik, ekonomi, teknologi, informasi dan sebagainya agar mereka bisa
85
M. Faiq Assiddiqi, Op.Cit, halaman 38-39.
77
pembangunan di Negara Indonesia. Adnan Buyung Nasution mengartikan bantuan
hukum struktural sebagai rangkaian program baik melalui jalan hukum yang dapat
merubah tatanan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan menuju pola hubungan
derdasarkan hak asasi manusia dan keadilan sosial merupakan prasyarat dengan
sumber daya hukum yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Mulya Lubis
2. Sistem hukum kita juga harus diubah dalam arti aksi-aksi hukum kelompok
86
Benny K. Harman, dkk, Op.Cit, halaman 65.
78
pinggiran, karena memang lapisan yang tertindas itu justru lebih banyak di
pinggiran.
4. Sifat bantuan hukum haruslah aktif. Bantuan hukum bukan lagi rumah sakit
yang menunggu, tetapi haruslah bantuan hukum yang berjalan dari satu
6. Bantuan hukum harus mulai membuka diri terhadap organisasi sosial yang
bukan hukum.
7. Bantuan hukum untuk bisa efektif haruslah menjadi suatu gerakan sosial yang
bertujuan tidak saja pada konsentrasi sosial, politik, ekonomi, dan budaya
Konsepsi bantuan hukum struktural merupakan konsepsi yang baik dan dapat
bersatu dalam satu tujuan yaitu mewujudkan negara Indonesia yang berlandaskan hak
penghormatan hak asasi manusia yang dipadukan dengan asas-asas hukum yang
diantaranya asas persamaan di hadapan hukum (equality before the law), keadilan
untuk semua (justice for all), dan asas hukum praduga tidak bersalah (presumption of
79
innocent) yang akan membawa Negara Indonesia menuju demokrasi substantif sesuai
dengan tujuan negara untuk kesejahteraan rakyat yang berlandaskan keadilan sosial.
dalam menentukan profil kerja serta kebijakan yang akan mempengaruhi struktur
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Dibawah ini akan ditampilkan profil kerja
6. Kasus terkait hak atas peradilan yang adil, termasuk isu salah tangkap,
luas dan mencakup berbagai aspek dalam kehidupan, dalam segi pemerintahan yang
perburuhan yang seringkali terjadi PHK sepihak oleh perusahaan, kasus lingkungan
kasus yang terkait pada masyarakat miskin kota yang diantaranya penggusuran
pemukiman, dan pedagang kaki lima, kasus reklamasi yang berdanpak pada
minoritas yang berdanpak pada diskriminasi, dan kasus peradilan yang adil. Dari
menerapkan konsep bantuan hukum struktural. Hukum akan berpengaruh dan mampu
untuk merubah tatanan sosial, ekonomi dan budaya dalam kehidupan masyarakat
84
B. Kedudukan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Dalam
Ketatanegaraan Indonesia
1945 yang berbunyi “…untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
Terbukti dalam Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan
rakyat di negara Indonesia melalui sistem politik yang demokratis, negara dicirkan
memiliki dua lembaga yaitu suprastruktur politik (stuktur politik pemerintah) dan
suatu kesatuan struktur organisasi negara yang merumuskan dan berusaha mencapai
tujuan-tujuan negara. Sistem politik yang baik akan menciptakan iklim keterbukaan
85
dan pertukaran gagasan antara lembaga suprastruktur politik dengan lembaga
infrastruktur politik.
lembaga yang ada dalam negara, diantaranya lembaga eksekutif, lembaga legislatif,
tokoh politik. Kedua lembaga tersebut memiliki peran yang sangat penting, dalam
negara dalam pengambilan kebijakan serta aturan hukum yang sesuai dengan harapan
dan kebutuhan masyarakat, serta penerapan prinsip checks and balance dengan
melaksanakan amanat konstitusi yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “Kedaulatan
86
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar,” dan Pasal
28E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi
organisasi masyarakat yang bersifat formal, menggunakan staf yang bekerja penuh,
memiliki agenda dan prosedur kerja yang teratur dan diakui masyarakat atas
keadilan untuk semua, dan praduga tidak bersalah. Dalam melaksanakan prinsip
Hukum Struktural untuk mewujudkan tujuan negara. Bantuan hukum struktural pada
87
Metode pendekatan struktural melakukan pendekatan melalui unsur-unsur
pembenahan struktur sistem hukum yang juga akan berdanpak pada pembenahan
struktur/tatanan sosial, ekonomi, dan budaya yang semula timpang menjadi lebih
yaitu struktur sistem hukum, substansi sistem hukum, dan budaya hukum masyarakat.
analisis dalam men-sejajarkan tatanan sosial, ekonomi dan budaya yang berlandaskan
pada hak asasi manusia merupakan jalan pintas yang akan membentuk keadilan
konstitusi Indonesia dalam pemenuhan hak asasi manusia pada BAB XA Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam melaksanakan konsep
bantuan hukum struktural sesuai dengan Pasal-Pasal diantaranya, Pasal 28C ayat (2)
negaranya.” Pada Pasal 28D ayat (1) yang berbunyi “Setiap orang berhak atas
88
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di hadapan hukum.” Pada Pasal 28E ayat (3) yang berbunyi “Setiap orang
Pada Pasal 28I ayat (1) yang berbunyi “Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apapun.” Pada Pasal 28I ayat (2) yang berbunyi
“Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa
diskriminatif.” Pada Pasal 28I ayat (4) yang berbunyi “Perlindungan, pemajuan,
penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara,
organisasi masyarakat sudah sesuai dengan konstitusi dan tujuan negara yang
sosial.
89
tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan pada Pasal 10 dan Pasal 11 dimana
Yayasan adalah “Badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
pada pemenuhan, penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia dan asas-asas
hukum diantaranya persamaan dihadapan hukum, keadilan untuk semua, dan praduga
tidak bersalah sesuai dengan asas yang tercantum dalam Pasal 2 Undang-Undang
berkeadilan substantif dan demokrasi substantif, sesuai dengan tujuan bantuan hukum
90
yang tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang
Bantuan Hukum, diantaranya menjamin dan memenuhi hak bagi penerima bantuan
seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, dan mewujudkan peradilan yang efektif,
sosial, ekonomi, dan budaya dengan berdasarkan hukum sebagai pisau analisis dalam
pemenuhan, perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia dan asas-asas hukum
diantaranya persamaan di hadapan hukum, keadilan untuk semua, dan praduga tidak
bersalah dengan menggunakan hukum sebagai pisau analisis dalam upaya merubah
struktur/tatanan sosial, ekonomi dan budaya yang mewujudkan tujuan negara yang
91
C. Pelaksanaan Bantuan Hukum Oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia dalam prinsip hak asasi manusia dan demokrasi, menggunakan pendekatan
pertama metode pendekatan formal-legal yang menggunakan jalur hukum atau litigasi
dan kedua metode pendekatan non-legal yang menggunakan jalur non litigasi,
diantaranya: 87
hukum kritis.
87
M. Faiq Assiddiqi, Op.Cit, halaman 38-39
92
Pemberian bantuan hukum secara litigasi, akan berpengaruh pada putusan
berdasarkan pada penelitian hukum dan kebijakan untuk mewakili kepentingan publik
masyarakat marjinal dengan merampas hak-hak asasi manusia. Tugas dan fungsi
Bantuan Hukum, apakah pembelaan perkara pidana, perkara perdata, tata usaha
Selektifitas kasus yang dibela Lembaga Bantuan Hukum telah disepakati berdasarkan
group).
93
material hukum yang belum diatur dalam sistem hukum tetapi diperlukan
merubah substansi sistem hukum dan struktur sistem hukum yang akan berdampak
sosial, ekonomi, dan budaya yang timpang menjadi lebih berkeadilan. Menggunakan
hukum sebagai alat bagi perubahan yang independen terhadap struktur sistem hukum
merupakan strategi responsif, karena Negara Indonesia adalah negara hukum yang
sesuai dengan amanat konstitusi tepatnya Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga negara bertanggung jawab dalam
penegakan hukum.
pendekatan struktural. Pendekatan struktural adalah suatu metode atau cara pencarian
terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur
sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula
struktural, diantaranya:89
Ibid, halaman 67
89
94
1. Analisa kasus yang digunakan menggunakan analisis struktural.
obyek analisis.
substantif. Hukum yang berkeadilan substantif memiliki koersi yang lebih bercorak
insentif dan kewajiban moral mandiri, sedangkan moralitas yang berkembang adalah
keterpaduan antara aspirasi hukum dan politik yang tidak bersifat subordinatif.
Strategi hukum responsif akan memberikan ruang yang besar bagi partisipasi
menjadi kreatif dan mandiri. Namun, kegiatan pembelaan hukum di pengadilan ini
dunia peradilan belum mampu diatasi oleh bangsa ini, sehingga tetap membentuk
95
hukum yang timpang. Oleh karenanya, secara pararel keikutsertaan Lembaga Bantuan
Pemberian bantuan hukum secara non litigasi, dapat dilakukan dengan lobby,
maupun kampanye publik serta jalur lain yang dapat membangkitkan daya di dalam
legal/non litigasi yang bertujuan untuk membangun civil society dengan memperluas
jangkauan suara rakyat melalui partisipasi mereka dalam berbagai kegiatan yang
dialogis-kritis di tingkat akar rumput (grass root) sehingga memiliki cukup ‘power’
96
kesejahteraan rakyat, dibutuhkan korelasi yang baik antara negara dengan civil
(bargaining power) mereka terhadap negara maupun perusahaan swasta. Tidak jarang,
asasi kelompok masyarakat marjinal. Pemimpin informal yang disebut juga paralegal
paralegal inilah yang ditahun-tahun kedepan perlu direncanakan secara lebih matang
Indonesia dalam prinsip hak asasi manusia dan demokrasi sesuai dengan selektifitas
97
sehingga dibutuhkan analisa kasus struktural untuk menetapkan ‘positioning’ suatu
Bantuan Hukum Indonesia terdapat dua prosedur, pertama pengaduan dan yang kedua
legal/litigasi atau non legal/non litigasi. Selektifitas kasus yang ditangani oleh
litigasi. Sedangkan, kasus yang tidak bersifat struktural ditangani dengan pendekatan
non legal/non litigasi melalui konsultasi hukum atau mediasi. Berdasarkan kedua
prosedur bantuan hukum oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia terdapat
alur dan skema pelaksanaan bantuan hukum prosedur pengaduan dengan prosedur
98
Skema 1. Alur Penyelenggaraan Bantuan Hukum (Pengaduan)
Bersedia
Layanan Bantuan Surat memberikan
Hukum kuasa layanan
bantuan Ditolak,
dengan
alasan
Litigasi Non-litigasi
tertulis
hukum pengaduan ditentukan oleh selektifitas kasus yang dapat ditangani Lembaga
Bantuan Hukum harus berdanpak pada perbaikan kondisi ekonomi sosial dan budaya
dari kelompok masyarakat marjinal dan kasus harus berdampak secara signifikan
pada kehidupan negara hukum, perlindungan hak asasi manusia, dan kelangsungan
demokrasi menuju keadilan substantif. Kasus yang bersifat struktural akan ditangani
99
perburuhan, kasus terkait hak atas kemerdekaan (intoleransi beragama, diskriminasi
terhadap kelompok minoritas dan rentan), kasus terkait hak atas peradilan yang adil
(isu salah tangkap, peradilan sesat, penyiksaan), dsb. Kasus-kasus tersebut dapat
terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia, seperti perampasan kemerdekaan dan
kasus tersebut.
Kasus yang tidak bersifat struktural, akan ditangani dengan konsultasi hukum
dan mediasi. Kasus ini biasanya bersifat individu dan privasi, sehingga Lembaga
Bantuan Hukum hanya dapat memberikan konsultasi hukum, dan tidak dapat
diteruskan pada pembelaan hukum di pengadilan (litigasi). Kasus yang bersifat non
struktural ini biasanya kasus-kasus perdata seperti, kekerasan dalam rumah tangga
penipuan, dsb. Kasus-kasus tersebut dilayani oleh Lembaga Bantuan Hukum dengan
upaya non legal/non litigasi dengan memberikan konsultasi hukum atau mediasi.
100
Skema 2. Alur Penyelenggaraan Bantuan Hukum (Pendampingan)
Informasi kasus
struktural; isu, Lembaga bantuan hukum Analisis permasalahan
media, info dari melakukan pendanpingan struktural dan hukum
komunitas lain, info kasus-kasus struktural
dari jaringan2 dll
Penelitian
Pengorganisasian
Mengkonsolidasi jaringan hukum dan
masyarakat
kebijakan
Pemenuhan prosedur
pengadilan
Reformasi hukum:
1. Struktur sistem hukum.
Non-litigasi 2. Supremasi/substansi sistem
hukum.
3. Budaya hukum masyarakat.
101
Prosedur penyelenggaraan bantuan hukum pendampingan, pada prosedur ini
Lembaga Bantuan Hukum bersifat aktif sesuai dengan fungsi organisasi masyarakat
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang tercantum dalam Pasal 6 Undang-
dengan amanat konstitusi pada Pasal 28C ayat (2) yang berbunyi “Setiap orang
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.” Dan Pasal 28D ayat (1) yang
berbunyi “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.” Dan terakhir pada
Pasal 28I ayat (4) yang berbunyi “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah”,
berperan aktif untuk mendampingi kasus-kasus struktural diantaranya; kasus hak atas
tanah dan agraria yang seringkali berdanpak pada kriminalisasi, kasus terkait hak
reklamasi, revitalisasi pasar), dan kasus terkait hak atas lingkungan. Kasus-kasus
tersebut ditangani dengan prosedur yang sangat panjang karena kasus struktural ini
102
berdanpak luas dan signifikan pada kehidupan negara hukum, perlindungan hak asasi
struktural dengan menggunakan prinsip legal standing yang diantaranya: (1) analisa
kasus yang digunakan menggunakan analisis struktural, (2) berpegang pada nilai-nilai
keadilan sedangkan hukum positif merupakan obyek analisis, (3) relasi yang
(pemberi jasa bantuan hukum), (4) fakta yang dihimpun meliputi fakta-fakta sosial,
dan (5) melibatkan tindakan-tindakan non hukum/non litigasi, seperti penyadaran hak
dilanjutkan dengan penelitian hukum dan kebijakan, setelah mengetahui kasus posisi
yang terdiri dari pemuka masyarakat/pemimpin informal atau bisa disebut dengan
pemberdayaan paralegal yang berbasis komunitas dan pendidikan hukum kritis untuk
arbitrase dengan pihak pemerintah atau swasta. Pada proses ini akan menetukan
103
bagaimana kasus ini dapat diselesaikan, dengan menggunakan metode formal-
legal/litigasi atau non legal/non litigasi, atau juga dapat menggunakan keduanya
litigasi sehingga merupakan bagian penting dalam bantuan hukum, upaya pendekatan
non litigasi sebagai kritisisme sosial-legal dan politik, desakan melalui lobby untuk
dipakai sebagai forum untuk komentar politik dan hukum, serta kampanye untuk hak-
hak asasi manusia merupakan upaya dalam memperluas jangkauan suara rakyat
Lembaga Bantuan Hukum berdasarkan legal standing yang sudah dianalisis dan
legal/non litigasi dalam menangani kasus struktural yang berdanpak luas dan
signifikan dalam kehidupan negara hukum, perlindungan hak asasi manusia, dan
104
budaya dari kelompok masyarakat marjinal. Upaya dalam pembentukan keadilan
substantif, dapat dilakukan dengan pembentukan produk hukum yang lebih responsif
masyarakat, hal ini hanya akan dapat dicapai melalui strategi pembangunan hukum
hukum sebagai suatu alat bagi perubahan yang independen terhadap sistem politik,
sehingga dapat merubah struktur/tatanan sosial, ekonomi, dan budaya yang timpang
menjadi berkeadilan substantif sesuai dengan tujuan dari kegiatan bantuan hukum
struktural.
terorganisir secara baik, dengan keanggotaan yang resmi dan berbadan hukum.
105
3. Terwujudnya suatu sistem ekonomi, politik, dan budaya yang membuka akses
bagi setiap pihak untuk turut menentukan setiap keputusan yang berkenaan
Dalam upaya mewujudkan negara yang berlandaskan hak asasi manusia dan
demokrasi seperti yang telah tertera dalam VISI tersebut, dalam pelaksanaannya
sosial, ekonomi, dan budaya yang timpang menjadi lebih adil, tempat peraturan
Kemasyarakatan diantaranya:
3. Menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yang
106
6. Mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong royong, dan toleransi
dan
struktural, pendekatan struktural adalah suatu metode atau cara pencarian terhadap
suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai
individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada
Kasus yang ditangani akan memberi danpak secara signifikan pada kehidupan negara
107
hukum, perlindungan hak asasi manusia, dan kelangsungan demokrasi, sehingga
kasus tersebut dapat memberi danpak pada perbaikan kondisi sosial, ekonomi, dan
adalah aspek formal maupun material hukum yang belum diatur dalam sistem hukum
marjinal.
hukum positif merupakan obyek analisis, relasi yang dikembangkan setara antara
masyarakat (pencari keadilan) dengan publik defender (pemberi jasa bantuan hukum),
serta penelitian.
responsif dalam merubah struktur/tatanan sistem politik yang akan berdanpak pada
negara yang juga sebagai tujuan oraganisasi masyarakat tercantum dalam alenia ke-4
108
“…untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
sosial…”
masyarakat pada khususnya, baik kepada pejabat maupun warga negara biasa,
subyek hukum.
109
4. Memajukan dan mengembangkan program-program yang mengandung dimensi
keadilan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan gender dengan
tentang pengertian bantuan hukum dalam arti seluas-luasnya dengan bentuk dan
bantuan hukum dalam arti luas yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial,
110
10. Mengadakan kegiatan-kegiatan sosial yang antara lain meliputi usaha
mampu dan/atau buta hukum untuk membela dirinya dan memperjuangkan hak-
11. Memberikan bimbingan-bimbingan dan latihan praktik hukum bagi para sarjana,
tersebut dengan maksud dan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam
tujuan negara.
tersebut, Yayasan Lembaga bantuan Hukum Indonesia yang terdiri dari 15 kantor
111
Lembaga Bantuan Hukum di Indonesia dengan profil-profil LBH yang disesuaikan
Hukum Indonesia yang terdiri dari 15 kantor di Indonesia sampai desember tahun
2017 terdapat 2.797 kasus, dan sebesar 1.160 kasus merupakan kasus pengaduan.
Indonesia, dan tingginya kesadaran akan hukum. Ruang lingkup kasus tersebut
diantaranya, kasus perdata, kasus pidana, dan kasus tata usaha negara yang pada
harus diimbangi dengan jumlah sumber daya manusia yang terdapat dalam Yayasan
orang, sedangkan paralegal berjumlah 608 orang yang tersebar di 15 kantor LBH di
Indonesia.
sebagai berikut:
112
Tabel 2. Advokasi Penanganan Kasus Struktural Berdasarkan Kantor-Kantor
116
Tabel 3. Advokasi Penanganan Kasus Struktural Berdasarkan Kantor-Kantor
124
pencapaian dan hasil dalam pembangunan hukum serta pembangunan nasional
melakukan berbagai metode serta upaya hukum dan sosial dengan menggunakan
menghasilkan perubahan yang signifikan baik dalam struktur sistem hukum, substansi
melindungi hak asasi manusia memang tidak semua berbuah manis, upaya yang
lebih progresif. Akan tetapi hasil dan pencapaian yang seringkali dapat dimenangkan
Indonesia sebagai negara berkembang, yang berada dalam proses transisi dari sistem
pemerintahan otoriter menuju sistem politik yang demokratis sering kali terperangkap
dalam zona abu-abu, wilayah antara otoritarianisme dan demokrasi yang penuh
125
ketidakpastian. Zona ini, menurut Carothers sering dicirikan dengan “pluralisme yang
mandul” dimana pranata-pranata dan prosedur demokrasi yang telah dibangun tidak
hukum sebagai alat yang ampuh bagi pelaksanaan ideologi dan program negara.
suatu alat bagi perubahan yang independen terhadap sistem politik dengan keabsahan
hukum yang didasarkan pada keadilan substantif. hukum yang memiliki tiga elemen
utama diantaranya, struktur sistem hukum, substansi sistem hukum, dan budaya
hukum masyarakat, dengan berdasarkan tiga elemen tersebut kegiatan bantuan hukum
struktur sistem hukum yang berimpitan dengan sistem sosial, maka perombakan
struktur/tatanan sosial adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Perubahan
struktur/tatanan sosial yang lebih berkeadilan akan mewujudkan tujuan negara dalam
126
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang bekerja penuh, memiliki agenda dan prosedur kerja yang teratur dan
127
formal-legal yang menggunakan jalur hukum atau litigasi dan kedua metode
128
negara yang berlandaskan hak asasi manusia dan demokrasi. Indikator
(1) Kasus yang ditangani memberi danpak pada perbaikan kondisi sosial,
group).
(2) Kasus yang ditangani memberi danpak secara signifikan pada kehidupan
demokrasi.
(3) Apabila diperlukan inovasi dan terobosan hukum digunakan dalam proses
maupun material hukum yang belum diatur dalam sistem hukum tetapi
masyarakat marjinal.
129
9. Fakta yang dihimpun meliputi fakta-fakta sosial, dan
struktur/tatanan sosial adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Perubahan
130
B. Saran
sebagai berikut:
1. Untuk Pemerintah
hukum secara aktif dan juga dapat bermanfaat untuk masyarakat secara
langsung.
terhadap hak warga negara serta penerapan sistem yang demokratis dapat
132
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Achmad Santosa dan Henny Supolo, Verboden Voor Honden En Inlanders Dan
Lahirlah LBH (Catatan 40 Tahun Pasang Surut Keadilan), (Jakarta: Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), 2012)
Adi Sulistiyono, Negara Hukum Kekuasaan, Konsep, dan Paradigma Moral, (Solo:
Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan
Pencetakan UNS (UNS Press), 2008)
Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia,
(Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2006)
Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara Teoretik dan
Empirik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012)
Eko Sabar Prihatin, Hukum dan Politik, (Semarang: Pustaka Magister Semarang,
2014)
H. A. Masyhur Effendi, Dimensi atau Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum
Nasional dan Hukum Internasional, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994)
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008)
Nurul Qamar, Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi (Human
Rights in Democratiche Rechtsstaat), (Jakarta: Sinar Grafika, 2013)
134
W. Riawan Tjandra, Hukum Sarana Pemerintahan, (Jakarta: Cahaya Atma Pustaka,
2014)
JURNAL
Bobi Aswandi, Kholis Roisah, Negara Hukum Dan Demokrasi Pancasila Dalam
Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia (HAM), Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, Volume 1 Nomor 1
(2019)
Muhammad Asrun, Hak Asasi Manusia Dalam Kerangka Cita Negara Hukum,
Jurnal Cita Hukum , Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Vol. 4. No. 1
(2016)
Putu Eva Ditayani Antari, Pengaturan Larangan Dan Sanksi Organisasi Masyarakat
(Ormas) Sebagai Pembatasan Hak Berserikat Dalam Negara Demokrasi,
Jurnal Hukum Undiknas Vol. 2 No. 2 (2015)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
136
LAMPIRAN
1. Surat Riset/Penelitian.
137
138
139