Anda di halaman 1dari 20

PERJANJIAN KERJASAMA PENGELOLAAN DAN

PENGOPERASIAN SHIP TRANSIT ANCHORAGE DI


PERAIRAN NIPAH ANTARA PT. PELABUHAN
INDONESIA I (PERSERO) DENGAN PT. MAXSTEER
DYRYNUSA PERDANA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan


Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :
JOHN WILLI
110200204

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN


PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


PERJANJIAN KERJASAMA PENGELOLAAN DAN
PENGOPERASIAN SHIP TRANSIT ANCHORAGE DI
PERAIRAN NIPAH ANTARA PT. PELABUHAN
INDONESIA I (PERSERO) DENGAN PT. MAXSTEER
DYRYNUSA PERDANA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan


Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :
John Willi
110200204

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN


PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

Disetujui Oleh,
Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Prof. Dr. Hasim Purba, S.H.,M.Hum.


NIP.196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Sinta Uli, S.H., M.Hum. Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum.


NIP.195506261986012001 NIP.195902051986012001

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : JOHN WILLI

NIM : 110200204

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN

JUDUL SKRIPSI : PERJANJIAN KERJASAMA PENGELOLAAN DAN


PENGOPERASIAN SHIP TRANSIT ANCHORAGE DI
PERAIRAN NIPAH ANTARA PT. PELABUHAN
INDONESIA I (PERSERO) DENGAN PT. MAXSTEER
DYRYNUSA PERDANA

Dengan ini menyatakan :

1. Skripsi yang saya tulis ini adalah benar tidak merupakan ciplakan dari skripsi
atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka


segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari pihak manapun.

Medan, Januari 2016

John Willi
110200204

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

segala berkat, rahmat dan kasih karunia-Nya tidak terhingga yang telah

memberikan penulis kekuatan dan inspirasi yang terbaik sehingga mampu

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Perjanjian Kerjasama

Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah Antara

PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana”.

Penulisan skripsi ini membahas tentang pentingnya suatu perjanjian untuk

mengikat para pihak yang bersangkutan dalam pelaksanaan kerjasama

pengelolaan dan pengoperasian ship transit anchorage di perairan nipah, guna

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan,

semangat, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu,S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr. Budiman Ginting,S.H.,M.Hum.,selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Syafruddin Hasibuan,S.H.,M.H.,DFM.,selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

Universitas Sumatera Utara


5. Prof. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan;

6. Ibu Sinta Uli, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Kekhususan Hukum

Perdata Dagang sekaligus merupakan Dosen Pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu kepada penulis untuk membimbing, memberi nasehat dan

motivasi dalam proses pengerjaan skripsi ini;

7. Ibu Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum., sebagai Sekretaris Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus

merupakan Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu

kepada penulis untuk membimbing, memberi nasehat dan motivasi kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini;

8. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum.,selaku Ketua Program Kekhususan

Hukum Perdata BW;

9. Bapak Faisal Akbar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik

penulis;

10. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara seluruhnya

yang telah mendidik dan membimbing penulis selama tujuh semester dalam

menempuh pendidikan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara;

11. Teristimewakan kepada orang tuaku tercinta yaitu Ayah (James Li), Ibu

(Nurzana Tanujaya), adik-adikku (Liberty Theresia, Likelly Claudia, John

Kerli), dan keluarga besarku terima kasih atas dorongan motivasi serta cinta

dan kasih sayang yang telah diberikan dalam keseharian hidup penulis;

ii

Universitas Sumatera Utara


12. Kepada Bapak Swandi Hutasoit, S.H.,M.H., Bapak M.Yusron, S.H.,M.H.,

Bang Fadillah Haryono, S.H., dan Kak Sabrina Sitompul, S.H., selaku legal

staff di PT. Pelindo I Medan yang telah memberikan kesempatan pada penulis

melaksanakan riset dengan wawancara untuk penyelesaian skripsi penulis ini;

13. Kepada sahabat-sahabatku Pom2 Group (Intan, Kartika, Emma, Citra, Dyah,

Kristy Emelia, Imelda, Octaviana, Novia Utami, Ari Pareme, Rurin, dan

Gabeta) , AFC (Agus Syahputra, Ahmad Thohir Pane, M.Rifaldi, Ryan

Samuel, Imam Fauzi). Teman-teman kelas Grup D, teman-teman Grup Perdata

BW dan seluruh teman-teman stambuk 2011 yang tidak dapat penulis sebut

satu per satu, terima kasih atas doa dan juga dukungan semangat dalam

perkuliahan selama ini;

14. Dan segenap pihak yang membantu penulis secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas

doa dan dukungan semangat yang dibagikan bersama.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Bila ada kesalahan dan

kekurangan dalam skripsi ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir

kata penulis memanjatkan doa dan puji kehadiratNya, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2016

John Willi
110200204

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Permasalahan ................................................................................... 7

C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 8

D. Manfaat Penulisan............................................................................ 8

E. Metode Penelitian ............................................................................ 9

F. Keaslian Penulisan ........................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 13

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN .......................... 16

A. Pengertian Perjanjian dan Unsur-Unsur Perjanjian ......................... 16

B. Syarat Sahnya Perjanjian dan Asas-Asas Perjanjian ....................... 24

C. Jenis-Jenis Perjanjian dan Perjanjian Kerjasama ............................. 37

BAB III KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN

KERJASAMA PENGELOLAAN DAN PENGOPERASIAN SHIP

TRANSIT ANCHORAGE DI PERAIRAN NIPAH .......................... 47

A. Profil PT. Pelabuhan Indonesia I dan PT. Maxsteer Dyrynusa

Perdana............................................................................................. 47

B. Ruang Lingkup, Bentuk, dan Jangka Waktu Perjanjian

Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit

Anchorage di Perairan Nipah ........................................................... 52

iv

Universitas Sumatera Utara


C. Hak dan Kewajiban PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dan

PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana Dalam Perjanjian Kerjasama....... 56

BAB IV PERJANJIAN KERJASAMA PENGELOLAAN DAN

PENGOPERASIAN SHIP TRANSIT ANCHORAGE DI

PERAIRAN NIPAH ........................................................................... 61

A. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Dan

Pengoperasian Ship Transit Anchoarge di Perairan Nipah

Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dan PT. Maxsteer

Dyrynusa Perdana ............................................................................ 61

B. Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama

Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchoarge di

Perairan Nipah ................................................................................. 67

C. Penyelesaian Sengketa Perjanjian Kerjasama Antara PT.

Pelabuhan Indonesia I (Persero) dan PT. Maxsteer Dyrynusa

Perdana............................................................................................. 70

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 74

A. Kesimpulan ...................................................................................... 74

B. Saran ................................................................................................ 75

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76

LAMPIRAN

A. Hasil Wawancara dengan PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)


Medan.

B. Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship


Transit Anchorage di Perairan Nipah Nomor : B.VIII-121/TPI-
US.12 jo. Nomor : 046/MDP-Pelindo I/PKS/XI/2012.

Universitas Sumatera Utara


C. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.255 Tahun 2007
Tentang Penetapan Lokasi Kegiatan Anchorage PT.
(PERSERO) Pelabuhan Indonesia I di Perairan Nipah Selat
Singapura.

D. Persetujuan Izin Riset dari PT. Pelindo I Medan.

vi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
John Willi*)
SintaUli, S.H., M.Hum.**)
RabiatulSyahriah, S.H, M.Hum ***)

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.255 Tahun 2007


tentang penetapan lokasi kegiatan anchorage di perairan Nipah ditetapkan bahwa
PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) menjalin kerjasama dengan PT. Maxsteer
Dyrynusa Perdana. Ship Transit Anchoarge merupakan salah satu jenis usaha atau
kegiatan usaha yang ditawarkan oleh PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) kepada
PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana. Terbatasnya kemampuan PT. Pelabuhan
Indonesia I (Persero) untuk melakukan kegiatan pelabuhan tersebut mengharuskan
pihaknya menjalin kerjasama dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana, untuk
menjadikan pelaksanaan kegiatan kerjasama aman dan tentram maka diperlukan
suatu perangkat hukum yaitu perjanjian kerjasama. Skripsi ini berjudul
“Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di
Perairan Nipah Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer
Dyrynusa Perdana”. Permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana
pelaksanaan perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit
Anchorage di perairan Nipah, bagaimana tanggung jawab para pihak, serta bentuk
penyelesaian apabila terjadi sengketa dalam perjanjian kerjasama pengelolaan dan
pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah antara PT. Pelindo I
dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian
yuridis normatif dan penelitian yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif yaitu
penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti. Sedangkan penelitian yuridis empiris
merupakan penelitian yang dilakukan oleh penulis secara langsung di lapangan
yaitu dengan melakukan wawancara di PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero).
Kesimpulan dari isi perjanjian kerjasama antara PT. Pelabuhan Indonesia I
(Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana mengenai hak dan kewajiban
diantara para pihak telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah disepakati dalam
perjanjian Nomor : B.VIII-121/TPI-US.12 jo. Nomor : 046/MDP-Pelindo
I/PKS/XI/2012, baik dari segi mekanisme operasi pengelolaan dan pengoperasian
Ship Transit Anchorage maupun pembagian hasil atau sharing antara kedua belah
pihak. Jika terjadi kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh pihak yang terikat
dalam perjanjian, maka para pihak sepakat akan bertanggung jawab secara
bersama-sama atau tanggung renteng. Apabila terjadi sengketa dalam pelaksanaan
perjanjian tersebut maka penyelesaiannya akan diusahakan terlebih dahulu
melalui musyawarah, namun jika tidak ditemukan jalan keluar maka diselesaikan
secara litigasi dan memilih kedudukan hukum di Pengadilan Negeri Batam.

Kata kunci : Perjanjian, Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian, Ship


Transit Anchorage

*)
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**)
Dosen Pembimbing I
***)
Dosen Pembimbing II

vii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ribuan tahun yang lalu pelabuhan-pelabuhan yang ada pada awalnya

dibangun di sungai-sungai dan perairan pedalaman, kemudian berkembang secara

bertahap, pelabuhan dibangun di tepi laut terbuka seiring dengan perkembangan

peradaban manusia.

Wilayah Indonesia sering disebut dengan kepulauan nusantara, dari tiga

matra wilayah Indonesia maka wilayah perairan merupakan bahagian yang terluas

dibanding dengan wilayah daratannya. Hal ini membuat sejak zaman nenek

moyang bangsa Indonesia dikenal sebagai negara maritim.1

Peran dan fungsi pelabuhan pada masa tersebut hanya sebagai tempat

aktivitas perdagangan sehingga fasilitas dan pengelolaannya belum merupakan

kelembagaan yang dikelola secara terstruktur dan terencana seperti pelabuhan

yang ada dewasa ini.2 Kondisi wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau

besar dan pulau-pulau kecil yang memiliki perairan yang besar jika dibandingkan

dengan daratan merupakan faktor yang menentukan betapa pentingnya peranan

jasa transportasi angkutan laut dalam rangka menghubungkan daerah yang secara

geografis terpisah-pisah.

Melihat keadaan geografis Indonesia, wajar apabila pembangunan dan

pengaturan transportasi laut perlu mendapat perhatian yang lebih. Sehingga

1
Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hlm. 1.
2
Referensi Kepelabuhanan Seri 4, Perencanaan dan Pembangunan Pelabuhan, Pelabuhan
Indonesia, 2000, hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara


2

mampu menggerakkan pembangunan nasional dan pembangunan daerah,

dengan meningkatkan perdagangan dan kegiatan pembangunan transportasi laut.

Pelabuhan merupakan pertemuan lalu lintas internasional dan lalu lintas

nasional, seperti pelayaran samudera dan pelayaran dalam negeri. Pelabuhan

sebagai prasarana ekonomi merupakan penunjang bagi perkembangan industri

perdagangan maupun pelayanan, oleh karena itu pengelolaannya perlu

disesuaikan.

Dalam bahasa Indonesia, pelabuhan secara umum dapat didefinisikan


sebagai wilayah perairan yang terlindung, baik secara alamiah maupun secara
buatan, yang dapat digunakan untuk tempat berlindung kapal dan melakukan
aktivitas bongkar muat barang, manusia ataupun hewan serta dilengkapi dengan
fasilitas terminal yang terdiri dari tambatan, gudang dan tempat penumpukan
lainnya, di mana kapal melakukan transfer muatannya.3

Mengenai pengusahaan pelabuhan ini dalam PP No. 69 Tahun 2001

tentang Kepelabuhanan, dinyatakan bahwa masalah kepelabuhanan merupakan

faktor yang tidak terpisahkan dalam sistem ekonomi negara secara keseluruhan,

institut kepelabuhanan perlu disesuaikan dengan landasan baru.4

Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan

penyelanggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi

pelabuhan untuk menunjang kelancaran keamanan dan ketertiban arus lalu lintas

kapal, penumpang dan atau barang, keselamatan berlayar, serta tempat

perpindahan intra dan atau antarmoda.

Bila ditinjau dari jenisnya, jenis pelabuhan sangatlah beragam tergantung

dari sudut pandangnya. Menurut sudut pandang orang awam, dikenal pelabuhan

3
Referensi Kepelabuhanan Seri 5, Sumber Daya Manusia Pelabuhan,Pelabuhan Indonesia,
2000, hlm. 1.
4
Elfrida Gultom (I), Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan untuk Meningkatkan Ekonomi
Nasional, Rajawali Pers, Jakarta,2006, hlm. 194.

Universitas Sumatera Utara


3

laut (sea port), pelabuhan udara (air port), dan pelabuhan darat (dry port) yang

dibagi berdasarkan jenis moda transportasi utama yang dilayani. 5

Kegiatan usaha yang terdapat di pelabuhan juga beragam seperti usaha

bongkar muat, usaha tally mandiri, usaha jasa pengurusan transportasi, usaha depo

peti kemas, usaha angkutan perairan pelabuhan, usaha penyewaan peralatan

angkutan laut peralatan jasa terkait dengan angkutan laut, usaha pengelolaan

kapal, usaha perantara jual beli dan atau sewa kapal, usaha keagenan awak kapal,

usaha keagenan kapal, dan usaha perawatan dan perbaikan kapal.

Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan


atau aktivitas kehidupan atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari
zaman kehidupan manusia yang paling sederhana (tradisional) sampai kepada
taraf kehidupan manusia yang modern senantiasa didukung oleh kegiatan
pengangkutan. Bahkan salah satu barometer penentu kemajuan kehidupan dan
peradaban suatu masyarakat adalah kemajuan dan perkembangan kegiatan
maupun teknologi yang dipergunakan masyarakat tersebut dalam kegiatan
pengangkutan.6

Selain berbagai usaha tersebut, terdapat kegiatan usaha lain yang dapat

menunjang kegiatan di pelabuhan seperti jasa pelayanan alih muat dari kapal ke

kapal (Ship to Ship Transfer). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 82 Tahun 1999 Tentang Angkutan Di Perairan, Pasal 44 ayat (1)

Ship to Ship Transfer adalah kegiatan pemindahan langsung muatan, gas, cair,

ataupun padat dari suatu kapal ke kapal lainnya. Kegiatan jasa pelayanan alih

muat dari kapal ke kapal (Ship to Ship) adalah bagian dari kegiatan bongkar muat

barang atau pemindahan suatu barang yang dilakukan dari suatu kapal ke kapal

lain. Kegiatan bongkar muat barang tersebut dilakukan oleh Badan Hukum

5
R.P Suyono, Shipping: Pengangkutan International Ekspor Impor melalui Laut, Seri Bisnis
International keenam, Jakarta, 2001, hlm. 1.
6
Hasim Purba, Op.Cit., hlm. 3.

Universitas Sumatera Utara


4

Indonesia yang berbentuk Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara atau

Badan Usaha Milik Daerah atau Koperasi, yang didirikan untuk usaha itu.

Di Indonesia, sesuai Pasal 26 UU No. 17 Tahun 2008 jo. PP No. 69 Tahun

2001, untuk pelabuhan umum dianut tiga macam bentuk pengelolaan, yaitu

sebagai berikut:

1. Perpanjangan tangan dari Pemerintah Pusat.

Dalam hal ini, yang dimaksud adalah Direktorat Jenderal Perhubungan


Laut yang disebut unit pelaksana teknis atau satuan kerja pelabuhan yang
mengelola pelabuhan-pelabuhan kecil yang tidak komersial, tetapi penting
sebagai prasarana transportasi di pulau-pulau dan daerah terpencil. Semua
biaya yang diperlukan dalam menjalankan fungsi pelabuhan tersebut
disetorkan ke kas negara.

2. Badan Usaha Milik Negara dengan status Perseroan Terbatas (Persero).

Badan ini mengelola pelabuhan-pelabuhan besar yang bersifat


komersial dan termasuk sebagian pelabuhan-pelabuhan kecil yang masih
mampu membiayai diri sendiri atau yang menerima saham dari perseroan
ini dimiliki oleh negara, namun tidak menutup kemungkinan untuk
dimiliki sebagian oleh pihak swasta, baik dengan go public melalui pasar
saham maupun dengan cara penempatan langsung (direct placement).

3. Pihak swasta melalui kerjasama dengan pihak BUMN yang bersangkutan.

Kerjasama ini dapat diwujudkan dalam bentuk joint venture atau


dimungkinkan juga dalam bentuk perjanjian pemberian konsesi untuk
membangun pelabuhan baru.7

Dengan berlakunya UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang

menggantikan UU Nomor 21 Tahun 1992, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan

Badan Usaha Milik Negara yang menyelanggarakan pelabuhan tetap

menyelanggarakan kegiatan pengusahaan yang disesuaikan dengan ketentuan baru

Undang-Undang tersebut.

7
Syahrial Bosse, Pengelolaan Pelabuhan di Indonesia, Corporate Secretary, Jakarta, 2001,
hlm. 32.

Universitas Sumatera Utara


5

PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia adalah Suatu Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang diberikan tugas untuk mengoperasikan dan pengelolaan

pelabuhan-pelabuhan yang diusahakan di seluruh Indonesia.8 Dengan beragamnya

kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) dan juga

mengingat biaya dan kemampuan serta fasilitas untuk mengoperasikan usaha yang

beragam tersebut maka PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) membuka peluang

kerja sama dengan pihak swasta untuk mengoperasikan salah satu bentuk usaha

yang dimiliki. Salah satunya adalah kerjasama dengan PT. Maxsteer Dyrynusa

Perdana dalam pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan

Nipah.

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjalinnya perjanjian

kerjasama, antara lain karena keterbatasan sarana dan juga prasarana, keterbatasan

skill (kemampuan). Ataupun karena tuntutan perkembangan usahanya yang

semakin maju. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, berkembanglah apa yang

dinamakan dengan hubungan kerjasama.

Kerjasama tersebut lahir karena adanya kepentingan dari masing-masing

pihak yang saling membutuhkan. Dimana PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)

membutuhkan pihak luar untuk membantu dalam pengelolaan dan pengoperasian

pelayanan jasa di bidang Ship Transit Anchorage di perairan Nipah. Sebagai dasar

yang mengikat dari hubungan kerjasama tersebut dibutuhkan apa yang disebut

dengan perjanjian kerjasama. Perjanjian kerjasama merupakan suatu perjanjian

yang saling mengikatkan diri dalam suatu perjanjian yang merupakan kerangka

8
Hasim Purba, Op.Cit., hlm. 187.

Universitas Sumatera Utara


6

dasar yang dipakai sebagai bingkai hubungan kerjasama sehingga kepastian hak

dan kewajiban para pihak menjadi jelas dan rinci.

Sebagai dasar dari hubungan kerjasama tersebut dibutuhkan apa yang

dinamakan dengan perjanjian kerjasama. Perjanjian kerjasama merupakan suatu

kesepakatan bersama antara kedua belah pihak yang merupakan dasar untuk

membuat perjanjian pelaksanaan lebih lanjut sesuai dengan kepentingan dan

kebutuhan para pihak sebagaimana yang telah diperjanjikan sebelumnya. Pada

dasarnya perjanjian kerjasama ini berawal dari suatu perbedaan atau

ketidaksamaan kepentingan diantara para pihak yang bersangkutan.

Perumusan hubungan kontraktual tersebut pada umumnya senantiasa

diawali dengan proses negosiasi diantara para pihak. Melalui negosiasi para pihak

berupaya menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling mempertemukan

sesuatu yang diinginkan melalui proses tawar-menawar.9

Pada prinsipnya perjanjian kerjasama dibedakan dalam 3 pola yaitu Usaha

Bersama (Joint Venture), Kerjasama Operasi (Joint Operational) dan Operasi

Sepihak (Single Operational).

Hubungan kerjasama antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan

PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana merupakan perjanjian kerjasama dalam bentuk

kerjasama operasi atau joint operation dan menganut sistem sharing pendapatan

operasi. PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana

telah mengikatkan diri dalam perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian

Ship Transit Anchorage di perairan Nipah. Perjanjian tersebut telah disepakati

oleh kedua belah pihak dan menjadi undang-undang yang berlaku bagi para pihak

9
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial,
Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2010, hlm.1.

Universitas Sumatera Utara


7

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1338 Ayat (1) Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang menyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara

sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dan

perjanjian tersebut telah memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Dengan demikian terlihat jelas bahwa suatu perjanjian diperlukan untuk

menjaga para pihak dalam melaksanakan kegiatan kerjasama dapat terjaga atau

adanya suatu kepastian hukum. Untuk menjadikan kegiatan kerjasama aman dan

tentram maka diperlukan suatu perangkat hukum yaitu perjanjian kerjasama. 10

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka sangat

menarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang perjanjian, khususnya

perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage

antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa

Perdana, mengenai pelaksanaan perjanjian, dan bagaimana bentuk penyelesaian

apabila terjadi sengketa yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul :

“Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit

Anchorage di perairan Nipah Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)

dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana.”

B. Permasalahan

1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerjasama pengelolaan dan

pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah antara PT.

Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana?

10
Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2012, hlm. 19.

Universitas Sumatera Utara


8

2. Bagaimanakah tanggung jawab para pihak dalam perjanjian kerjasama

pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah?

3. Bagaimanakah bentuk penyelesaian sengketa antara PT. Pelabuhan

Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana apabila

terjadi sengketa?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat

mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara dan beberapa tujuan lain yang ingin dicapai, yaitu :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kerjasama pengelolaan dan

pengoperasian Ship Transit Anchorage antara PT. Pelabuhan Indonesia I

(Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab para pihak dalam perjanjian kerjasama

pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage antara PT.

Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana.

3. Untuk mengetahui bentuk penyelesaian sengketa kedua belah pihak

apabila terjadi sengketa dalam perjanjian kerjasama pengelolaan dan

pengoperasian Ship Transit Anchorage antara PT. Pelabuhan Indonesia I

(Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Secara teoretis yaitu , untuk menambah pengetahuan penulis tentang

bagaimana bentuk pelaksanaan perjanjian kerjasama pengelolaan dan

pengoperasian Ship Transit Anchorage, mengembangkan ilmu pegetahuan

Universitas Sumatera Utara


9

dibidang perjanjian khususnya tentang perjanjian kerjasama dan juga

pertanggungjawaban dalam penyelesaian sengketa perjanjian kerjasama

pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage tersebut.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pihak PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) maupun bagi pihak PT.

Maxsteer Dyrynusa Perdana baik dalam hal pembuatan perjanjian

kerjasama maupun pelaksanaan perjanjian tersebut. Dan penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi

masyarakat.

E. Metode Penelitian

Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala cara dalam

rangka ilmu tersebut untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa metode

ilmiah, suatu ilmu pengetahuan itu sebenarnya bukan suatu ilmu tetapi himpunan

pengetahuan saja tentang berbagai gejala yang satu dengan gejala yang lainnya. 11

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada

metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

suatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya kecuali

itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum

tersebut untuk kemudian suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dalam

gejala yang bersangkutan.

Metodologi memiliki peranan dalam penelitian dan pengembangan ilmu

pengetahuan, yaitu diantaranya:

11
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, 2009, hlm.37.

Universitas Sumatera Utara


10

1. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau


melaksanakan penelitian secara lebih baik atau lengkap.
2. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti hal–hal yang
belum diketahui.
3. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian
interdisipliner. 12

Skripsi merampungkan penyajian agar dapat memenuhi kriteria sebagai

tulisan ilmiah sehingga diperlukan data yang relevan dengan skripsi ini. Dalam

upaya pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian diterapkan metode

penelitian sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, digunakan metode penelitian Yuridis

Normatif. Penelitian Yuridis Normatif adalah penelitian kepustakaan atau studi

dokumen disebabkan penelitian ini dilakukan terhadap data yang bersifat

sekunder. Karena penyusunan skripsi ini juga melalui proses penelitian lapangan,

maka penelitian ini juga menggunakan metode penelitian Yuridis Empiris.

Penelitian Yuridis Empiris yaitu penelitian lapangan yang berasal dari data primer

yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber utama dengan melalui

pengamatan (observasi), wawancara, ataupun penyebaran kuisioner. Dalam hal

penelitian empiris ini, diperoleh data primer melalui wawancara langsung dengan

legal staff di PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero).

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu pembahasan sesuai dengan apa yang terdapat di

dalam tujuan penyusunan bahan skripsi, maka jenis penulisan yang diterapkan

adalah untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan, pengumpulan data yang

12
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2006, hlm. 7.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai