Anda di halaman 1dari 152

PENGARUH TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS LAPORAN

KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BUOL TERHADAP

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PUBLIK

SKRIPSI

disusun oleh :

Nama : Nasrullah R. Hanapi

Nomor Mahasiswa : 04312368

Program Studi : Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2009

i
SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna memperoleh
gelar Sarjana Strata-1 di Program Studi Akuntansi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia

Oleh:

Nama : Nasrullah R. Hanapi

Nomor Mahasiswa : 04312368

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2009

ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

“Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Apabila kemudian
hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, saya sanggup menerima hukuman
atau sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku”

Yogyakarta, 10 Desember 2009


Penulis,

Nasrullah R. Hanapi

iii
BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI BERJUDUL

Pengaruh Transparansi Dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah

Kabupaten Buol Terhadap Pengambilan Keputusan Publik

Disusun Oleh: NASRULLAH R. HANAPI

Nomor Mahasiswa: 04312368

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan LULUS

Pada tanggal : 20 Januari 2009

Pembimbing Skripsi/Penguji : Mahmudi, SE,M.Si, Ak ..................

Penguji : Dra. Abriyani Puspaningsih, M.Si, Ak .................

Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia

Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D

iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi ini telah disahkan dan disetujui oleh dosen pembimbing skripsi
dengan judul:

PENGARUH TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS LAPORAN

KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BUOL TERHADAP

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PUBLIK

Diajukan oleh :

Nama : Nasrullah R. Hanapi

Nomor Mahasiswa 04312368

Program Studi : Akuntansi

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing


Pada tanggal.................................
Dosen Pembimbing,

Mahmudi, SE., M.Si, Ak

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Ayah dan Ibuku tercinta yang


telah mencintaiku dan
berusaha untuk memahamiku,
dan Adik-Adikkku tersayang, Dinda
tercinta dan seluruh Keluargaku.
tidak lupa kepada Sahabat,HMI
MPO, Karyawan, Dosen, dan Dekan
dilingkungan UII yang selalu
memberikan pelajaran yang banyak
demi kebaikkanku kelak di suatu
saat nanti...

vi
MOTTO

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang


demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'

(Al Baqarah; 45)

Barang Siapa Bersungguh-sungguh Mengejar Sesuatu Maka Pasti


Akan Mendapatkannya

~ Mahfudzat~

ALLAH MeniNGGIKAN DeRAJAT ORANG-ORANG BERIMAN DIANTAra KALIAN DAN


YANG Berilmu (AL-QUR’AN)

vii
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji hanya bagi dan milik Allah SWT semata dan kepada-NYA lah

aku bersyukur, atas setiap nikmat dan kemudahan yang diberikan-NYA sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh

Transparansi Dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Buol

Terhadap Pengambilan Keputusan Publik. Shalawat dan salam semoga

dilimpahkan kepada teladan dan Rasul terkasih Muhammad SAW beserta para

pengikutnya yang senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan.

Berkenaan dengan isi skripsi, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin

untuk mencapai hasil yang diharapkan tetapi karena keterbatasan kemampuan

penulis menyadari bahwa baik bentuk maupun isi yang tersaji masih jauh dari

yang disebut sempurna. Untuk itu dengan kerendahan hati, harapan penulis

mohon berbagai sumbang saran, pemikiran dan kritik dari berbagai pihak terkait

yang lebih memahami dan mengerti tentang pengukuran kepuasaan konsumen.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Edi Suandi Hamid selaku Rektor Universitas Islam

Indonesia Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Asma’i Ishak, M.Bus., Ph.D., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Islam Indonesia,

viii
3. Bapak Mahmudi, SE., M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing skripsi,

atas segala bimbingan, dorongan, dan bantuan selama penyusunan

skripsi ini,

4. Kepada Ibu Dra. Abriyani Puspaningsih, M.Si, Ak. Terima kasih atas

partisipasi dan arahannya.

5. Adik-adikku tercinta, Ayu dan Novi yang telah memberikan dorongan

dan dukungan agar penulis cepat lulus(HEHEHE).

6. Seluruh karyawan dan dosen FE UII yang telah memperlancar masa-

masa kuliahku

7. BAPPEDA, INSPEKTORAT, DPRD, STISIPOL, LPMS KSDA,

ORMAS-ORMAS dan para pengusaha yang berada diwilayah

kabupaten Buol yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi

kuisioner yang kami berikan (khususnya saudara Evriyanto yang telah

banyak mendampingiku).

8. Partnerku tercinta “Meriany” yang selalu mendampingiku dalam

menjalani hidup selama kuliah. Jasamu tak akan mudah kulupakan.

9. HMI MPO Komfak FE UII sebagai media tempat pembelajaran dan

pendidikan untukku, Yakin, Usaha, Sampai…

10. Pengurus HMI komfak ekonomi UII 2007-2008 yang telah menguji

kedewasaan dan menempaku untuk menjadi seorang pemimpin

11. Kader-kaderku tercinta just keep fighting..!

ix
12. Teman- teman LEM FE UII periode 2005-2006 yang telah

mendampingi awal tumbuhnya naluri juangku.

13. Teman- teman DPM FE UII periode 2006-2007 sebagai kawan

seperjuangan dalam upaya memberikanku kedewasaan dan

keterampilan tertentu.

14. Teman- teman KKN unit15 yang telah membantuku dalam

menyelesaikan tanggung jawab semasa kuliah .

15. Teman-teman seangkatan (Fathul, Ragil, Anto, Satria, Jose, Diah,

Diana, Maya dll) terima kasih atas persahabatannya.

Secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu dan

Ayahku yang telah berkorban dengan segenap jiwa dan raganya demi kesuksesan

putra-putrinya.

Akhir kata, tiada kesempurnaan kecuali kesempurnaan Allah SWT. Besar

harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para pembaca dan

mohon maaf atas segala kekurangan yang ada.

Wassalamu ‘alaikum wr.wb.

Yogyakarta, Januari 2009

Hormat saya,

Nasrullah R. Hanapi

x
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................................i

Halaman Judul ke-2.........................................................................................................ii

Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme..........................................................................iii

Halaman Pengesahan.......................................................................................................iv

Halaman Persembahan.....................................................................................................v

Motto................................................................................................................................vi

Kata Pengantar.................................................................................................................vii

Daftar Isi..........................................................................................................................x

Daftar Tabel.....................................................................................................................xv

Daftar Lampiran...............................................................................................................xviii

Abstrak.............................................................................................................................xix

Bab I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................3

1.3. Batasan Masalah................................................................................................3

1.4. Tujuan Penelitian...............................................................................................4

1.5. Manfaat Penelitian.............................................................................................5

1.6. Sistematika Penulisan........................................................................................5

Bab II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................7

2.1. Dasar Kebutuhan Transparansi dan Akuntabilitas Pada Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah...........................................................................7

xi
2.1.1. Good Governance....................................................................................7

2.1.2. Otonomi Daerah.......................................................................................8

2.1.3. Prinsip Akuntabilitas : Definisi dan Indikatornya...................................9

2.1.4. Prinsip Transparansi : Definisi dan Indikatornya....................................13

2.2. Tujuan Akuntansi...............................................................................15

2.2.1. Kualitas Laporan Keuangan....................................................................16

2.2.2. Anggaran Sektor Publik (Pemerintah).....................................................16

2.2.3. Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah....................................20

2.3. Teori-Teori Pengambilan Keputusan.................................................22

2.3.1. Teori Rasional Komprehensif..................................................................23

2.3.2. Teori Inkremental....................................................................................25

2.3.3. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory)...........................27

2.4. Kriteria pengambilan Keputusan.......................................................28

2.4.1 Nilai-nilai Politik......................................................................................29

2.4.2. Nilai-nilai organisasi................................................................................29

2.4.3. Nilai-nitai Pribadi....................................................................................30

2.4.4. Nilai-nilai Kebijaksanaan........................................................................30

2.4.5. Nilai-nilai Ideologis.................................................................................31

2.5. Persepsi..............................................................................................31

Bab III Metode Penelitian.............................................................................................34

3.1. Populasi dan Sampel Penelitian.........................................................................34

3.2. Data Penelitian...................................................................................................36

3.2.1. Data Umum 36

xii
3.2.2. Data spesifik. 36

3.3. Metode Pengumpulan........................................................................................37

3.3.1. Data primer 37

3.3.2. Data sekunder 37

3.4. Varibel Penelitian..............................................................................................38

3.4.1. Metode Analisis Data..............................................................................39

3.4.1.1. Pengujian Hipotesis Pertama (H) ..............................................39

3.4.1.2. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)................................................41

Bab IV ANALISA DATA..............................................................................................44

4.1. Pengujian Validitas dan Realibilitas..................................................................44

4.2. Analisis Deskriptif.............................................................................................49

4.3. Analisis Kuantitatif............................................................................................54

4.3.1 Analisis Kuantitatif pada Hipotesis Pertama (H1).................................54

4.3.2 Penilaian Persepsi Para Pengguna Laporan Keuangan Pemkab

Buol........................................................................................................59

4.3.2.1. Prinsip-prinsip Akuntabilitas...................................................59

4.3.2.2. Transparansi Anggaran............................................................60

4.3.2.3. Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan..............................61

4.3.2.4. Transparansi Laporan Keuangan.............................................62

4.3.3. Penilaian Persepsi Para Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah

Kabupaten Buol Berdasarkan Jenis Kelamin.........................................63

4.3.3.1. Prinsip-Prinsip Akuntabilitas Publik.......................................63

4.3.3.2. Transparansi Anggaran............................................................64

xiii
4.3.3.3. Prinsip-Prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan 65

4.3.3.4. Prinsip-Prinsip Transparansi Laporan Keuangan....................67

4.3.4 Penilaian Persepsi Para Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah

Kabupaten Buol Berdasarkan Pendidikan Terakhir..............................69

4.3.4.1. Prinsip-Prinsip Akuntabilitas Publik.......................................69

4.3.4.2. Prinsip-Prinsip Transparansi Anggaran...................................71

4.3.4.3. Prinsip-Prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan 73

4.3.4.4. Prinsip-Prinsip Transparansi Laporan Keuangan....................75

4.3.5 Penilaian Persepsi Para Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah

Kabupaten Buol Berdasarkan Usia........................................................77

4.3.5.1. Prinsip-Prinsip Akuntabilitas Publik........................................77

4.3.5.2. Prinsip-Prinsip Transparansi Anggaran....................................79

4.3.5.3. Prinsip-Prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan 81

4.3.5.4. Prinsip-Prinsip Transparansi Laporan Keuangan.....................84

4.3.6. Penilaian Persepsi Para Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah

Kabupaten Buol Berdasarkan Institusi.................................................87

4.3.6.1. Prinsip-Prinsip Akuntabilitas Publik.......................................87

4.3.6.2. Prinsip-Prinsip Transparansi Anggaran...................................89

4.3.6.3. Prinsip-Prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan 92

4.3.6.4. Prinsip-Prinsip Transparansi Laporan Keuangan....................94

4.3.7. Analisis Kuantitatif pada Hipotesis Kedua (H2)..................................97

4.3.7.1. Uji t untuk Mengetahui Pengaruh Masing-Masing Nilai

Variabel X Terhadap Variabel Y..........................................................103

xiv
4.3.7.2. Uji F untuk Mengetahui Pengaruh Nilai Keseluruhan

Variabel X terhadap Variabel Y...................................................... 103

Bab V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ...... 102

5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 102

5.2. Implikasi ..................................................................................................... 105

5.3. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 108

LAMPIRAN .............................................................................................................. 112

xv
DAFTAR TABEL

TABEL 4.1.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Akuntabilitas..........................46

TABEL 4.1.2. Hasil Uji validitas dan Reliabilitas Butir Transparansi Anggaran...........47

TABEL 4.1.3. Hasil UJI Validitas dan Reliabilitas Butir Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan................................................................................47

TABEL 4.1.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Transparansi Laporan

Keuangan.................................................................................................48

TABEL 4.1.5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Transparansi Laporan

Keuangan dengan Signifikansi dalam Pengambilan Keputusan..............49

TABEL 4.2.1. Jumlah responden menurut jenis kelamin................................................50

TABEL 4.2.2. Jumlah Responden menurut pendidikan terakhir.....................................51

TABEL 4.2.3. Jumlah responden menurut Institusi........................................................52

TABEL 4.2.4 Jumlah Responden menurut Usia/Umur..................................................53

TABEL 4.3.1. Akumulasi data persepsi..........................................................................55

TABEL 4.3.2. Hasil Uji Friedman...................................................................................56

TABEL 4.3.3. Hasil Perhitungan Independen Sampel T Test.........................................57

TABEL 4.3.2.1. Persepsi publik terhadap prinsip-prinsip akuntabilitas laporan

keuangan pemkab Buol.........................................................................59

TABEL 4.3.2.2. Persepsi Publik terhadap Transparansi Anggaran Pemkab Buol..........60

TABEL 4.3.2.3. Persepsi Publik mengenai Sistem Akuntansi Keuangan Pemkab

Buol.......................................................................................................61

xvi
TABEL 4.3.2.4. Persepsi Publik terhadap Transparansi Laporan Keuangan

Pemkab Buol.........................................................................................62

TABEL 4.3.3.1. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik

Berdasarkan Jenis Kelamin...................................................................63

TABEL 4.3.3.2. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran

Berdasarkan Jenis Kelamin...................................................................64

TABEL 4.3.3.3. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan Berdasarkan Jenis Kelamin................................65

TABEL 4.3.3.4. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Laporan

Keuangan Berdasarkan Jenis Kelamin.................................................67

TABEL 4.3.4.1. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik

Berdasarkan Pendidikan Terakhir.........................................................69

TABEL 4.3.4.2. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran

Berdasarkan Pendidikan Terakhir.........................................................71

TABEL 4.3.4.3. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan Berdasarkan Pendidikan Terakhir......................73

TABEL 4.3.4.4. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Laporan

Keuangan Berdasarkan Pendidikan Terakhir.......................................75

TABEL 4.3.5.1. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik

Berdasarkan Usia.................................................................................77

TABEL 4.3.5.2. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran

Berdasarkan Usia.................................................................................79

xvii
TABEL 4.3.5.3. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan Berdasarkan Usia...............................................82

TABEL 4.3.5.4. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Laporan

Keuangan Berdasarkan Usia................................................................84

TABEL 4.3.6.1. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik

Berdasarkan Institusi............................................................................87

TABEL 4.3.6.2. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran

Berdasarkan Institusi............................................................................89

TABEL 4.3.6.3. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan Berdasarkan Institusi.........................................92

TABEL 4.3.6.4. Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Laporan

Keuangan Berdasarkan Institusi..........................................................94

TABEL 4.3.7.1. Hasil perhitungan regresi......................................................................100

TABEL 4.3.7.2. Koifisien Determinasi antara Variabel Independen dengan

Dependen..............................................................................................100

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner..............................................................................................112

Lampiran 2: Hasil uji validitas dan Reliabilitas........................................................116

Lampiran 3: Analisis Komparatif k sample Berkorelasi (Perhitungan H1 )..............119

Lampiran 4: Pengujian Friedman (H1)......................................................................121

Lampiran 5: Analisis Regresi Linier Berganda (Perhitungan H2 )............................122

Lampiran 6: Pengujian Koefisien Regresi (H2)........................................................123

Lampiran 7: Data jawaban Kuesioner.......................................................................124

Lampiran 8: Surat Izin Penelitian.............................................................................128

xix
ABSTRAK

Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan merupakan


keniscayaan bagi pemerintah, baik itu pemerintah daerah maupun pusat. Hal ini
dikarenakan masyarakat merupakan stakeholder yang patut untuk diberikan
pertanggungjawaban. Posisi pemerintah baik itu eksekutif ataupun legislatif
hanyalah pemegang amanah yang setiap saat harusnya dapat diganti atau
dipecat jika tidak dapat melaksanakan tugasnya secara maksimal. Sehingga untuk
mengukur sejauh mana hal tersebut sudah dilakukan pemerintah maka patutlah
masyarakat yang menilainya, dengan alasan tersebut diadakanlah penelitian ini .
Penelitian ini berjudul: Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas
Laporan Keuangan pemerintah Kabupaten Buol terhadap Pengambilan
Keputusan Publik. Dengan tujuan 1) Untuk mengetahui bagaimana persepsi
masyarakat kabupaten Buol terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan
keuangan yang disajikan pemerintah kabupaten Buol. 2).Untuk mengetahui
adakah perbedaan persepsi publik terhadap akuntabilitas dan transparansi
laporan keuangan yang disajikan pemerintah kabupaten Buol. 3).Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh laporan keuangan yang dibuat pemerintah
kabupaten Buol terhadap pengambilan keputusan publik.
Penelitian Ini menggunakan dua pengujian dengan sampel
kelompok/institusi internal dan eksternal pemkab Buol yang menggunakan dan
mengawasi laporan keuangan. Pengujian pertama dengan menggunakan
Hipotesa : H o1 = Tidak terdapat perbedaan persepsi diantara para pengguna
laporan pengguna laporan akuntabilitas keuangan pemerintah kabupaten Buol
mengeni transparansi akuntabilitas pemerintah kabupaten Buol.
Ha1 = Terdapat perbedaan persepsi diantara para pengguna laporan keungnan
pemerintah kabupaten Buol mengenai transparansi dan akuntabilitasi laporan
keuangan pemerintah kabupaten Buol. Karena pada variabel hipotesis pertama
mempunyai sifat kompatif dan perbedaan maka analisis yang tepat untuk
digunakan adalah analisis komparatif k sampai berkorelasi denngan
menggunakan uji friedman dengan analisis kai kuadrat dan akan diperkuat
dengan independent sampel T tes.
Sedangkan pada pengujian kedua menggunakan Hipotesa : H0 = Tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara transparansi laporan keuangan
pemkab Buol dengan pengambilan keputusan publik. Ha = Terdapat pengaruh
yang signifikan antara transparansi laporan keuangan pemkab Buol dengan
pengambilan keputusan publik. Dengan alat analisis yang digunakan adalah uji t
dan uji F dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana.
Adapun hasil penelitian yang penulis temukan adalah: 1). Terdapat
perbedaan persepsi diantara para pengguna laporan keuangan pemkab Buol
mengenai transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan pemkab Buol, 2).
Publik kabupaten Buol masih mayoritas menganggap bahwa pemkab Buol
melaksanakan transparansi dan akuntabilitas publik dengan baik. Walaupun
rata-rata dari setiap variabelnya memiliki perbedaan yang sangat tipis ±10%.3).
Terdapat pengaruh transparansi laporan keuangan pemkab Buol terhadap
pengambilan keputusan publik kabupaten Buol.

xx
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting sejak

dilaksanakannya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu sejak Januari 2001.

Salah satu tujuan utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal

tersebut adalah untuk menciptakan good governance, yaitu kepemerintahan yang

baik yang ditandai dengan adanya transparansi, akuntabilitas publik, partisipasi,

efisiensi dan efektivitas, serta penegakan hukum. Otonomi daerah tersebut

berdampak pada berbagai aspek, baik aspek politik, hukum, dan sosial, maupun

aspek akuntansi dan manajemen keuangan daerah.

Reformasi akuntansi keuangan daerah dan manajemen keuangan daerah

kemudian banyak dilakukan dalam rangka memenuhi tuntutan transparansi dan

akuntabilitas publik pemerintah daerah atas pengelolaan keuangan publik.

Salah satu alat untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik

adalah melalui penyajian laporan keuangan pemerintah. Dalam era otonomi daerah

dan desentralisasi, sesuai dengan ketentuan UU No.32 dan 33 Tahun 2004, PP No.

24 Tahun 2005, dan PP No. 58 Tahun 2005, pemerintah daerah disyaratkan untuk

dapat menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah sebagai bagian dari LKPJ

Kepala Daerah. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal

31 mengatur bahwa Kepala Daerah harus memberikan pertanggungjawaban


pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa Laporan Keuangan. Laporan Keuangan

tersebut setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus

Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan

perusahaan daerah.

Selain itu publik adalah merupakan pemegang kekuasaan atau jika dalam

perusahaan adalah pemilik/stakeholder. Sedangkan pemerintah hanyalah pemegang

amanah publik atau manajemen. Sehingga laporan keuangan harus disajikan sebagai

bentuk pertanggung jawaban atau akuntabilitas pemegang amanah kepada pemilik.

Selain itu informasi-informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sangatlah

penting bagi pengambilan keputusan ekonomi, sosial maupun politik bagi

stakeholder.

Walaupun berbagai Undang-undang yang terkait dengan transparansi dan

akuntabilitas laporan keuangan pemerintah kepada publik telah banyak dibuat. Akan

tetapi masih ada kecenderungan ketidaktransparansian dan keakuntabilitasan

pemerintah daerah kepada unsur-unsur publik sehingga untuk mengetahui hal

tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang terkait dengan hal ini.

Selain itu masyarakat merupakan pemilik atau stakeholder yang memiliki

kepentingan terhadap laporan keuangan yang disajikan pemerintah dalam

mengambil keputusan-keputusannya, baik berupa keputusan ekonomi, politik dan

sosial. Sehingga perlu dibuktikan bahwa laporan keuangan yang disajikan pemkab

Buol memiliki relevansi, dapat dipahami, andal dan dapat diperbandingkan dalam
pengambilan keputusan publik. Oleh karena itu penulis merasa tergerak untuk

melakukan penelitian ini dengan judul Pengaruh Transparansi Dan Akuntabilitas

Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Buol Terhadap Pengambilan

Keputusan Publik

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi publik mengenai akuntabilitas dan transparansi

keuangan yang diterapkan oleh pemerintah kabupaten Buol?

2. Apakah ada perbedaan persepsi publik terhadap akuntabilitas dan

transparansi keuangan yang disajikan pemerintah kabupaten Buol?

3. Apakah transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan yang disajikan

pemerintah Kabupaten Buol mempengaruhi keputusan publik?

1.3. Batasan Masalah

1. Penelitian ini melibatkan pendapat publik kabupaten Buol terhadap laporan

keuangan yang disajikan pemerintah kab. Buol. Yang penulis klasifikasikan

kedalam dua kriteria, yaitu :

a. Internal, yaitu yang diwakili dari instansi-instansi pemerintah yang

membutuhkan informasi yang terkait laporan keuangan pemerintah, yaitu.

DPRD, BAWASDA, BAPPEDA, DAN BPK.

b. Eksternal, yaitu diwakili dari lapisan masyarakat yang mebutuhkan

adanya akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan pemrintah


seperti, LSM, ORMAS, Tokoh-tokoh masyarakat, pengusaha, Mahasiswa

dan masyarakat umum.

2. Persepsi publik terhadap Akuntabilitas dan transparansi didasarkan pada

laporan keuangan pemerintah daerah Kab. Buol yang disajikan kepada

masyarakat

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

a. Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat kabupaten Buol terhadap

transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan yang disajikan pemerintah

kabupaten Buol.

b. Untuk mengetahui adakah perbedaan persepsi publik terhadap akuntabilitas

dan transparansi laporan keuangan yang disajikan pemerintah kabupaten

Buol.

c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh laporan keuangan yang dibuat

pemerintah kabupaten Buol terhadap pengambilan keputusan publik.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1 Bagi Penulis Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap

akuntabilitas dan transaparansi laporan keuangan yang disajikan pemerintah

kabupaten Buol.
2 Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Buol Sebagai bahan evaluasi terhadap

persepsi publik tentang akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan yang

mereka sajikan

3 Sebagai bahan referensi dan bacaan untuk pengembangan penelitian

selanjutnya.

1.6. Sistematika Penulisan

Penulisan ini akan disusun dalam beberapat tahap yaitu :

Bab I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas mengenai teori-teori normatif yang relevan

dengan penelitian ini, yang menjadi dasar pemecahan permasalahan

yang dihadapi oleh pemkab Buol mengenai transparansi dan

akuntabilitas laporan keuangan.

Bab III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai penentukan metode yang tepat untuk

menghasilkan kesimpulan penelitian, mencakup spesifikasi populasi

dan sampel, spesifikasi variabel serta alat analisis yang digunakan.


Bab IV ANALISIS DAB PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang deskripsi hasil penelitian

berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan yang disebut juga

analisis data dan pembahasan hasil analisis yang telah diuraikan

Bab V PENUTUP

Bab ini akan memaparkan kesimpulan dari seluruh bahasan

penulisan, keterbatasan penelitian, implikasi hasil penelitian dan

juga saran yang mungkin dapat disajikan serta dapat dilaksanakan

untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Dasar Kebutuhan Transparansi dan Akuntabilitas Pada

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2.1.1. Good Governance

BAPPENAS sebagai salah satu badan atau lembaga yang dibentuk pemerintah

untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Agar dapat berjalan dengan baik

menetapkan beberapa karakteristik terselenggaranya pemerintaha yang baik yang

dikenal dengan good governance.

Adapun karakteristik tersebut adalah :

1. Wawasan ke Depan (visionary);


2. Keterbukaan dan Transparansi (openness and transparency);
3. Partisipasi Masyarakat (participation);
4. Tanggung Gugat (accountability);
5. Supremasi Hukum (rule of law);
6. Demokrasi (democracy);
7. Profesionalisme dan Kompetensi (profesionalism and competency);
8. Daya Tanggap (responsiveness);
9. Keefisienan dan Keefektifan (efficiency and effectiveness);
10. Desentralisasi (decentralization);
Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat (private Sector and
11.
civil society partnership);
12. Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan (commitment to reduce Inequality);
13. Komitmen pada Lingkungan Hidup (commitment to environmental protection);
14. Komitmen Pasar yang Fair (commitment to Fair Market);
Akuntansi mempunyai kaitan sangat erat dengan beberapa prinsip good

governance diatas, karena akuntansi pada hakekatnya adalah proses pencatatan

secara sistematis atas transaksi keuangan yang bermuara kepada pelaporan keuangan

daerah. Partisipasi, transparansi dan akuntabilitas akan semakin membaik jika

didukung oleh suatu sistem akuntansi yang menghasilkan informasi yang tepat

waktu, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya sistem informasi

akuntansi yang usang dan tidak akurat akan menghancurkan sendi-sendi partisipasi

masyarakat, transparansi dan akuntabilitas.

2.1.2. Otonomi Daerah

Pelakanaan otonomi daerah mulai diterapkan ketika munculnya Undang-

Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.Yang kemudian

menyusul dengan ketentuan UU No. Tahun 2003, UU No. 32 Tahun 2004, PP No. 24

Tahun 2005, dan PP No. 58 Tahun 2005, pemerintah daerah disyaratkan untuk dapat

menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah sebagai bagian dari LKPJ Kepala

Daerah. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31

mengatur bahwa Kepala Daerah harus memberikan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa Laporan Keuangan. Laporan Keuangan

tersebut setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus

Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan

perusahaan daerah.
Adapun penjelasan mengenai laporan-laporan yang termasuk dalam laporan

keuangan sebagaimana terkandung dalam PP NO. 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan adalah sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah

pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap PABN/APBD. Laporan

Realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan

sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam

satu periode pelaporan. Dalam laporan realisasi anggaran sekurang-

kurangnya menyajikan unsur-unsur seperti: pendapatan, belanja, transfer,

surplus/defisit, pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.

2. Neraca

Neraca mengambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai

aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Dalam nerac

sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos seperti: kas dan setara kas,

investasi jangka pendek, piutang pajak dan bukan pajak, persediaan,

investasi jangka panjang, aset tetap, kewajiban juangka pendek, kewajiban

jangka panjang, ekuitas dana.


3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber penggunaan,

perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas

dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas

diklasifikasikan berdasarkan aktifitas operasi, investasi aset nonkeuangan,

pembiayaan dan nonanggaran.

4. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau

analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan

atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan

dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-

pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas

laporan keuangan, seperti kewajiban kontijensi dan komitmen-komitmen

lainnya.

2.1.3. Prinsip Akuntabilitas : Definisi dan Indikatornya

Dalam mewujudkan Good Governance maka dibutuhkan tiga prinsip utama

yakni akuntabilitas, transparansi dan partisipasi. Ketiga prinsip tersebut tidaklah

dapat berjalan sendiri-sendiri, ada hubungan yang sangat erat dan saling

mempengaruhi, masing-masing adalah instrumen yang diperlukan untuk mencapai

prinsip yang lainnya, dan ketiganya adalah instrumen yang diperlukan untuk
mencapai manajemen publik yang baik. Walaupun begitu, akuntabilitas menjadi

kunci dari semua prinsip ini.5 Prinsip ini menuntut dua hal yaitu (1) kemampuan

menjawab (answerability), dan (2) konsekuensi (consequences). Komponen

pertama(istilah yang bermula dari responsibilitas) adalah berhubungan dengan

tuntutan bagi para aparat untuk menjawab secara periodik setiap pertanyaan-

pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana mereka menggunakan wewenang

mereka, kemana sumber daya telah dipergunakan, dan apa yang telah dicapai dengan

menggunakan sumber daya tersebut.

Prof Miriam Budiardjo mendefinisikan akuntabilitas sebagai

“pertanggungjawaban pihak yang diberi mandat untuk memerintah kepada mereka

yang memberi mandat itu.” (Miriam Budiardjo, 1998). Akuntabilitas bermakna

pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan

pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukkan kekuasaan

sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and balances sistem).

Lembaga pemerintahan yang dimaksud adalah eksekutif (presiden, wakil presiden,

dan kabinetnya), yudikatif (MA dan sistem peradilan) serta legislatif (MPR dan

DPR). Peranan pers yang semakin penting dalam fungsi pengawasan ini

menempatkannya sebagai pilar keempat.

Guy Peter menyebutkan adanya 3 tipe akuntabilitas yaitu : (1) akuntabilitas

keuangan, (2) akuntabilitas administratif, dan (3) akuntabilitas kebijakan publik.

(B.Guy Peters, 2000). Paparan ini tidak bermaksud untuk membahas tentang
akuntabilitas keuangan, sehingga berbagai ukuran dan indikator yang digunakan

berhubungan dengan akuntabilitas dalam bidang pelayanan publik maupun

administrasi publik.

Akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh

pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan.8

Pengambilan keputusan didalam organisasi-organisasi publik melibatkan banyak

pihak. Oleh sebab itu wajar apabila rumusan kebijakan merupakan hasil kesepakatan

antara warga pemilih (constituency) para pemimpin politik, teknokrat, birokrat atau

administrator, serta para pelaksana di lapangan.

Sedangkan dalam bidang politik, yang juga berhubungan dengan masyarakat

secara umum, akuntabilitas didefinisikan sebagai mekanisme penggantian pejabat

atau penguasa, tidak ada usaha untuk membangun monoloyalitas secara sistematis,

serta ada definisi dan penanganan yang jelas terhadap pelanggaran kekuasaan

dibawah rule of law. Sedangkan publik accountability didefinisikan sebagai adanya

pembatasan tugas yang jelas dan efisien. (Meuthia Ganie-Rochman, hal 141)

Berbagai definisi lain tentang akuntabilitas maupun pembahasan singkatnya dapat

dilihat pada Lampiran 2. Tetapi, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa

akuntabilitas berhubungan dengan kewajiban dari institusi pemerintahan maupun

para aparat yang bekerja di dalamnya untuk membuat kebijakan maupun melakukan

aksi yang sesuai dengan nilai yang berlaku maupun kebutuhan masyarakat.
Akuntabilitas publik menuntut adanya pembatasan tugas yang jelas dan

efisien dari para aparat birokrasi. Karena pemerintah bertanggung gugat baik dari

segi penggunaan keuangan maupun sumber daya publik dan juga akan hasil,

akuntabilitas internal harus dilengkapi dengan akuntabilitas eksternal , melalui

umpan balik dari para pemakai jasa pelayanan maupun dari masyarakat. Prinsip

akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat

kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilainilai atau norma-norma

eksternal yang dimiliki oleh para stakeholders yang berkepentingan dengan

pelayanan tersebut. Sehingga, berdasarkan tahapan sebuah program, akuntabilitas

dari setiap tahapan adalah :

1. pada tahap proses pembuatan sebuah keputusan, beberapa indikator untuk

menjamin akuntabilitas publik adalah :

a. pembuatan sebuah keputusan harus dibuat secara tertulis dan tersedia bagi setiap

warga yang membutuhkan,

b. pembuatan keputusan sudah memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang berlaku,

artinya sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar maupun nilai-nilai

yang berlaku di stakeholders,

c. adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan sudah sesuai dengan

visi dan misi organisasi, serta standar yang berlaku,


d. adanya mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi, dengan

konsekuensi mekanisme pertanggungjawaban jika standar tersebut tidak

terpenuhi,

e. konsistensi maupun kelayakan dari target operasional yang telah ditetapkan

maupun prioritas dalam mencapai target tersebut.

2. pada tahap sosialisasi kebijakan, beberapa indikator untuk menjamin akuntabilitas

publik adalah :

a. penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan, melalui media massa,

media nirmassa, maupun media komunikasi personal,

b. akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan caracara mencapai

sasaran suatu program,

c. akses publik pada informasi atas suatu keputusan setelah keputusan dibuat dan

mekanisme pengaduan masyarakat,

d. ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil yang telah

dicapai oleh pemerintah.

2.1.4. Prinsip Transparansi : Definisi dan Indikatornya

Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap

orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni

informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil

yang dicapai. Transparansi adalah adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan.

Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap aspek
kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan informasi

diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan

dibuat berdasarkan pada preferensi publik (Meutiah, hal 15).

Prinsip ini memiliki 2 aspek, yaitu (1) komunikasi publik oleh pemerintah,

dan (2) hak masyarakat terhadap akses informasi. Keduanya akan sangat sulit

dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan baik kinerjanya. Manajemen

kinerja yang baik adalah titik awal dari transparansi. Komunikasi publik menuntut

usaha afirmatif dari pemerintah untuk membuka dan mendiseminasi informasi

maupun aktivitasnya yang relevan. Transparansi harus seimbang, juga, dengan

kebutuhan akan kerahasiaan lembaga maupun informasi-informasi yang

mempengaruhi hak privasi individu. Karena pemerintahan menghasilkan data dalam

jumlah besar, maka dibutuhkan petugas informasi professional, bukan untuk

membuat dalih atas keputusan pemerintah, tetapi untuk menyebarluaskan

keputusankeputusan yang penting kepada masyarakat serta menjelaskan alasan dari

setiap kebijakan tersebut.

Peran media juga sangat penting bagi transparansi pemerintah, baik sebagai

sebuah kesempatan untuk berkomunikasi pada publik maupun menjelaskan berbagai

informasi yang relevan, juga sebagai “watchdog” atas berbagai aksi pemerintah dan

perilaku menyimpang dari para aparat birokrasi. Jelas, media tidak akan dapat

melakukan tugas ini tanpa adanya kebebasan pers, bebas dari intervensi pemerintah

maupun pengaruh kepentingan bisnis.


Keterbukaan membawa konsekuensi adanya kontrol yang berlebih-lebihan dari

masyarakat dan bahkan oleh media massa. Karena itu, kewajiban akan keterbukaan

harus diimbangi dengan nilai pembatasan, yang mencakup kriteria yang jelas dari

para aparat publik tentang jenis informasi apa saja yang mereka berikan dan pada

siapa informasi tersebut diberikan.

Tetapi secara ringkas dapat disebutkan bahwa, prinsip transparasi paling

tidak dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti :

a. mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua

proses-proses pelayanan publik,

b. mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai

kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses didalam sektor publik,

c. mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi maupun

penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani

Keterbukaan pemerintah atas berbagai aspek pelayanan publik, pada akhirnya

akan membuat pemerintah menjadi bertanggung gugat kepada semua stakeholders

yang berkepentingan dengan proses maupun kegiatan dalam sector publik.

2.2. Tujuan Akuntansi

Pada awalnya tujuan akuntansi adalah menghasilkan laporan

pertanggungjawaban dari pihak pengelola (accounter) kepada pemilik (accountee).

Dalam hal ini accountor adalah pemerintah sedangkan accoutee adalh publik. Tujuan

tersebut selanjutnya dikenal dengan stewarship function (accoutability function).


Sesuai dengan dengan tujuan awal tersebut tugas akuntan (accountant) adalah

membantu accountor dalam melaksanakan tujuan tersebut. Tujuan ini baik secara

eksplisit maupun implisit banyak kita jumpai pada tulisan-tulisan klasik seperti karya

sanders, Hatfields, dan Moore (1940) dan juga tulisan Ijril (1970)

Dari tujuan accountability kemudian berkembang kearah tujuan berdasarkan

decission usefulness atau decision making. American Accounting Association (AAA)

melalui A statetment of Basic Accounting Theory (ASOBAT) merupakan lembaga

formal pertama yang menunjukkan adanya pergeseran tujuan akuntansi dari

stewardship menjadi decision usefulness. Perkembangan kearah tujuan ini tidak

dapat dipisahkan dari keinginan dunia akuntansi untuk memiliki satu teori yang

bersifat universal.

2.2.1. Kualitas Laporan Keuangan

Laporan keuangan harus dapat mendukung pembuatan keputusan ekonomi,

sosial, dan politik tersebut meliputi informasi yang digunakan untuk (a)

membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang dianggarkan, (b) menilai

kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi, (c) membantu menentukan tingkat

kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan masalah keuangan

negara dan ketentuan lainnya, serta (d) membantu dalam mengevaluasi tingkat

efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.


Agar laporan keuangan pemerintah daerah bermanfaat untuk pengambilan

keputusan, maka laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif laporan

keuangan, yaitu relevan, handal, dan dapat dipahami, dan dapat diperbandingkan

(KDPPLK) .

2.2.2. Anggaran Sektor Publik (Pemerintah)

Anggaran sektor publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam

bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Anggaran

negara menurut John F. Due (1975) adalah suatu pernyataan tentang perkiraan

pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan terjadi dalam satu periode dimasa

depan, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi

dimasa lalu. Suparmoko (2000) menyebutkan anggaran adalah suatu daftar atau

pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara byang

diharapkan dalam jangka waktu satu tahun. Sedangkan menurut Syamsi (1994)

anggaran merupakan hasil perencanaan yang berkaitan dengan bermacam-macam

kegiatan secara terpadu yang dinyatakan dalam satuan uang pada jangka waktu

tertentu.

Dari ketiga pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa anggaran

adalah suatu perencanaan berupa kegiatan-kegiatan yang terpadu menyangkut

penerimaan maupun pengeluaran dalam satuan moneter dalam satu periode, biasanya

satu tahun.
Adapun Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi :

1. Otorisasi Oleh Legislatif

Anggaran piublik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih

dahulu sebelum eksekutif mengeksekusi anggaran tersebut.

2. Komprehensif

Anggaran harus menunjukan semua penerimaan dan pengeluaran

pemerintah. Oleh karena itu, adanya dan non-budgeter pada dasarnya

menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif

3. Keutuhan anggaran

Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimp[undalam dana

umum (general fund).

4. Nondiscretionary Appropriation

Jumlah yang disetujui oleh legislatif harus termanfaatkan secara

ekonomis, efektif, dan efisien.

5. Periodik

Anggaran merupakan suatu prosesyang periodik, dfapat bersifat

tahunan atau multi tahunan

6. Akurat

Estimasi anggaran hendaiknya tidak dimasukkan cadangan

tyersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-

kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat


mengakibatkan underesttimate pendapatan dan overestimate

pengeluaran.

7. Jelas

Anggaran hendaknya sederhana, dan dapat dipahami masyarakat dan

tidak membingungkan.

8. Diketahui Publik

Anggaran harus diinformasika kepada masyarakat luas.

Selain itu anggaran juga memiliki beberapa fungsi. Sebagaimana yang

diungkapkan Ulum (2005) bahwa anggaran negara mempunyai beberapa

fungsi yaitu:

3. Fungsi Materiil

Fungsi ini menekankan bahwa anggaran berfungsi untuk membiayai

tugas-tugas negara disegala bidang selama satu7 tahunmendatang dan

dilain pihak memuat jumlah-jumlah sumber pendapatan negara yang

diperkirakan akan dapat diterima selama masas satu tahunyang akan

datang.

4. Fungsi Kebijakan Pemerintah

Anggaran menggambarkan kebijakan yang akan dijalankan pemerintah

untuk masa satu tahun kedepan.


5. Fungsi Hukum Tata Negara/ Fungsi Otorisasi

Merupakan dokumen sebagai hasil dari penilaian perwakilan rakyat

terhadap kebijakan pemerintah, selanjutnya memberikan kuasa kepada

pemerintah untuk melakukan pengeluaran dan menunjuk sumber-

sumber pembiayaannya. Memberikan kuasa berarti memberikan

otorisasi sehingga disebut fungsi otorisasi.

6. Fungsi Pengawasan

Anggaran mempunyai fungsi sebagai dasar pengawasan baik intern

maupun ekstern. Secara intern dijalankan oleh penguasa yang

bertanggungjawab atas penjagaan efisiensi anggaran dan kebijuakan

keuangan. Pengawasan secara ekstern sebaiknya dijalankan oleh badan

yang kedudukannyadiluar kekuasaan dan pengaruh pemerintah.

7. Fungsi Ekonomi Mikro

Anggarn negar menyediakan dasar penilaian pelaksanaan kebijakan

pemerintah dipandang dari sudut tepat guna ekonomi dalam rumah

tangga negara.

8. Fungsi Ekonomi Makro

Anggaran negara memberikan gambaran tentang kebijakan sebagai

rumah tangga negara yang bersumber dari pemerintah dan perwakilan

rakyat. Hal ini terutama menyangkut perencanaan tingkat APBN yang

dinilai memadai/pantas untuk tahun mendatang dengan menentukan


jumlah belanja, jumlah pajak-pajak, dan pendapatan lainnya serta

kemungkinan adanya kekurangan (defisit).

2.2.3. Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Sejak bergulirnya reformasi maka perubahan dalam sistem

pemerintahan sudah merupakan sebuah keniscayaan dimulai dengan

diadakannya pemilihan langsung presiden oleh rakyat, dimana sebelumnya

hanya ada pemilihan umum melalui parpol. Selain itu reformasi juga telah

sempat mengubah sistem akuntansi yang awal mulanya berbasis kas menjadi

berbasis akrual. Perubahan ini tentu positif demi mewujudkan

terselenggaranya pemerintah yang transparan dan akuntabel. Perubahan

tersebut dilakukan oleh pemerintah pusat yang didukung oleh DPR, BPK

serta para penyelenggara pemerintah daerah.

Sistem yang selama ini digunakan memang tergolong cukup

sederhana, mudah dipahami dan diimplementasikan. Namun demikian masih

memiliki beberapa kekurangan dalam penyajian laporan, diantaranya belum

dapat menggambarkan posisi aktiva, kewajiban dan ekuitas secara akurat dan

wajar. Disamping itu, laporan realisasi anggaran dan laporan arus kas tidak

tersedia secara sistematis dan tidak tersedia informasi mengenai indikator

kinerja untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan suatu program. Maka

dengan sistem laporan keuangan yang baru nantinya akan dapat diperoleh
laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan

keuangan, serta perubahan ekuitas (Simanjuntak, 2004).

Disamping itu, dengan diterapkannya sistem yang baru ini akan dapat

menghasilkan informasi mengenai tingkat pencapaian kinerja memalui

indikator kinerja seperti masukan, keluaran, hasil dan manfaat. Keseluruhan

dari sistem akuntansi ini sudah cukup memenuhi kebutuhan transparansi dan

akuntabilitas kepada publik.

Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan

Undang-undang Nomaor 33 tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan

Pusat dan daerah adalah dua undang-undang yang berupaya mewujudkan

sistem akuntansi yang cocok dengan kondisi pemerintahab indonesia yang

bersifat desentralisasi. Dengan demikian hal ini akan membuat semakin

kompleksnya sistem akuntasi keuangan pemerintah karena dalam hal ini hal

yang sangat dibutruhkan adalah bagaimana menciptakan suatu output yang

lengkap, akurat dan terpercaya demi terwujudnya akuntabilitas dan

transparansi publik dengan baik. Selain penjabaran undang-undang tersebut

dibidang administrasi keuangan daerah, berbagai peraturan pemerintah yang

lebih berisifat operasional-pun telah dikeluarkan. Beberapa peraturan yang

relevan disini adalah sebagai berikut :

 Peraturan Pemerintah Nomor 104 tahun 2000 tentang Dana Perimbangan,


 Peraturan pemerintah Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah,

 Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam Rangka Pelaksanaan

Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan,

 Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah

 Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tenang Tatacara

Pertanggungjawaban Kepala Daerah,

 Peraturan Pemerintah Nomor109 Tahun 2000 tentang Kedudukan

Keuangan Daerah, dan

 Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan

Keuangan DPRD

2.3. Teori Teori Pengambilan Keputusan

Ada 3 (tiga) teori pengambilan keputusan yang dianggap paling sering

dibicarakan dalam pelbagai kepustakaan kebijaksanaan negara. Teori-teori yang

dimaksud ialah : teori Rasional komprehensif, teori Inkremental dan teori

Pengamatan terpadu.

2.3.1. Teori Rasional Komprehensif

Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula yang

banyak diterima oleh kalangan luas ialah teori rasional komprehensif.


a. Unsur-unsur utama dari teori ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

Pembuat keputusan dihadapkan pada.suatu masalah tertentu yang dapat

dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-

masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain.

b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat

keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan

kepentingannya

c. Pelbagai altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara

saksama.

d. Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditmbulkan oleh setiap altenatif yang

dipilih diteliti.

e. Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya,

dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif lainnya.

f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif’ dan akibat-akibatnya’ yang

dapat memaksimasi tercapainya tujuan, nilai atau sasaran yang telah

digariskan.

Teori rasional komprehensif banyak mendapatkan kritik dan kritik yang paling

tajam berasal dari seorang ahli Ekonomi dan Matematika Charles Lindblom (1965 ,

1964' 1959)’ Lindblom secara tegas menyatakan bahwa para pembuat keputusan itu

sebenarya tidaklah berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit dan

terumuskan dengan jelas.


Lebih lanjut, pembuat keputusan kemungkinan juga sulit untuk memilah-milah

secara tegas antara nilai-nilainya sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini masyarakat.

Asumsi penganjur model rasional bahwa antara fakta-fakta dan nilai-nilai dapat

dengan mudah dibedakan, bahkan dipisahkan, tidak pemah terbukti dalam kenyataan

sehari-hari. Akhirnya, masih ada masalah yang disebut sunk_cost, yaitu keputusan-

keputusan, kesepakatan-kesepakatan dan investasi terdahulu dalam kebijaksanaan

dan program-program yang ada sekarang kemungkinan akan mencegah pembuat

keputusan untuk membuat keputusan yang berbeda sama sekali dari yang sudah ada.

Untuk konteks negara-negara sedang berkembang, menurut R’s. Milne (1972),

mode irasionar komprehensif ini jelas tidak akan muduh diterapkan. Sebabnya ialah:

informasi/data statistik tidak memadai; tidak memadainya perangkat teori yang siap

pakai untuk kondisi- kondisi negara sedang berkembang; ekologi budaya di mana

sistem pembuatan keputusan itu beroperasi juga tidak mendukung birokrasi di negara

sedang-berkembang umumnya dikenal amat lemah dan tidak sanggup memasok

unsur-unsur rasionar dalam pengambilan keputusan.

2.3.2. Teori Inkremental

Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori

pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus

dipertimbangkan (seperti daram teori rasional komprehensif) dan, pada saat yang

sama, merupakan teori yang lebih banyak menggambarkan cara yang ditempuh oleh
pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil kepurusan sehari-hari. Pokok-pokok

teori inkremental ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan

untuk mencapainya dipandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait

daripada sebagai sesuatu hal yang saling terpisah.

b. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa altematif

yang langsung berhubungan dengan pokok masalah dan altematif-alternatif

ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau marginal bila

dibandingkan dengan kebijaksanaan yang ada sekarang.

c. Bagi tiap altematif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang mendasar saja

yang akan dievaluasi.

d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan didedifinisikan secara

teratur. Pandangan inkrementalisme memberikan kemungkinan untuk

mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana sehingga

menjadikan dampak dari masalah itu lebih dapat ditanggulangi.

e. Bahwa tidak ada keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap

masalah. Batu uji bagi keputusan yang baik terletak pada keyakinan bahwa

berbagai analisis pada akhirnya akan sepakat pada keputusan tertentu

meskipun tanpa menyepakati bahwa keputusan itu adalah yang paling tepat

sebagai sarana untuk mencapai tujuan.


f. Pembuatan keputusan yang inkremental pada hakikatnya bersifat perbaikan-

perbaikan kecil dan hal ini lebih diarahkan untuk memperbaiki

ketidaksempurnaan dari upaya-upaya konkrit dalam mengatasi masalah sosial

yang ada sekarang .

Kepurtusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pada hakikatnya

merupakan produk dari saling memberi dan menerima dan saling percaya di antara

pelbagai pihak yang terlibat dalam proses keputusan tersebut. Dalam masyarakat

yang strukturnya majemuk paham lnkremental ini secara politis lebih aman karena

akan lebih gampang untuk mencapai kesepakatan apabila masalah-masalah yang

diperdebatkan oleh pelbagai kelompok yang terlibat hanyalah bersifat upaya untuk

memodifikasi terhadap program-program yang sudah ada daripada jika hal tersebut

menyangkut isu-isu kebijaksanaan mengenai perubahan-perubahan yang radikal

yang memiliki sifat ” ambil semua atau tidak sama sekali. Karena para pembuat

keputusan itu berada dalam keadaan yang serba tidak pasti khususnya yang

menyangkut akibat-akibat dari tindakan-tindakan mereka di masa datang, maka

keputusan yang bersifat inkremental ini akan dapat mengurangi resiko dan biaya

yang ditimbulkan oleh suasana ketidakpastian itu Paham inkremental ini juga cukup

rcalistis karena ia menyadari bahwa para pembuat keputusan sebenamya kurang

waktu, kurang pengalaman dan kurang sumber-sumber lain yang diperlukan untuk

melakukan analisis yang komprehensif terhadap semua altematif untuk memecahkan

masalah-masalah yang ada.


2.3.3. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory)

Penganjur teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni setuju

terhadap kritik-kritik para teoritisi inkremental yang diarahkan pada teori rasional

komprehensif, akan tetapi ia juga menunjukkan adanya beberapa kelemahan yang

terdapat pada teori inkremental. Misalnya, keputusan-keputusan yang dibuat oleh

pembuat keputusan penganut model inkremental akan lebih mewakili atau

mencerminkan kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang kuat dan

mapan serta kelompok-kelompok yang mampu mengorganisasikan kepentingannya

dalam masyarakat, sementara itu kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok

yang lemah dan yang secara politis tidak mampu mengorganisasikan kepentingannya

praktis akan terabaikan. Iebih lanjut dengan memusatkan perhatiannya pada

kepentingan/tujuan jangka pendek dan hanya berusaha untuk memperhatikan variasi

yang terbatas dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada sekarang, maka model

inkremental cenderung mengabaikan peluang bagi perlunya pembaruan sosial (social

inovation) yang mendasar.

Oleh karena itu, menurut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental dalam

pembuatan keputusan cenderung menghasilkan kelambanan dan terpeliharanya status

quo, sehingga merintangi upaya menyempurnakan proses pembuatan keputusan itu

sendiri. Bagi sarjana seperti Dror yang pada dasarnya merupakan salah seorang

penganjur teori rasional yang terkemuka model inkremental ini justru dianggapnya

merupakan strategi yang tidak cocok untuk diterapkan di negara-negara sedang


berkembang, sebab di negara-negara ini perubahan yang kecil-kecilan (inkremental)

tidaklah memadai guna tercapainya hasil berupa perbaikan-perbaikan besar-besaran.

Model pengamatan terpadu juga memperhitungkan tingkat kemampuan para

pembuat keputusan yang berbeda-beda. Secara umum dapat dikatakan, bahwa

semakin besar kemampuan para pembuat keputusan untuk memobilisasikan

kekuasaannya guna mengimplementasikan keputusan-keputusan mereka, semakin

besar keperluannya untuk melakukan scanning dan semakin menyeluruh scanning

itu, semakin efektif pengambilan keputusan tersebut. Dengan demikian, moder

pengamatan terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang

menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan moder inkremental

dalam proses pengambilan keputusan

2.4. Kriteria pengambilan Keputusan

Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman

perilaku para pembuat keputusan itu dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)

kategori, yaitu:

2.4.1 Nilai-nilai Politik.

Pembuat keputusan mungkin melakukan penilaian atas altematif kebijaksanaan

yang dipilihnya dari sudut pentingnya altematif-altematif itu bagi partai politiknya

atau bagi kelompok-kelompok klien dari badan atau organisasi yang dipimpinnya.

Keputusan-keputusan yang lahir dari tangan para pembuat keputusan seperti ini
bukan mustahil dibuat demi keuntungan politik’ dan kebijaksanaan dengan demikian

akan dilihat sebagai instrumen untuk memperluas pengaruh-pengaruh politik atau

untuk mencapai tujuan dan kepentingan dari partai politik atau tujuan dari kelompok

kepentingan yang bersangkutan.

2.4.2. Nilai-nilai organisasi.

Para pembuat keputusan, khususnya birokrat (sipil atau militer), mungkin dalam

mengambil keputusan dipengaruhi oleh nilai-nilai organisasi di mana ia terlibat di

dalamnya’ Organisasi, semisal badan-badan administrasi, menggunakan berbagai

bentuk ganjaran dan sanksi dalam usahanya untuk memaksa para anggotanya

menerima, dan bertindak sejalan dengan nilai-nilai yang telah digariskan oleh

organisasi. Sepanjang nilai-nilai semacam itu ada, orang-orang yang bertindak selaku

pengambil keputusan dalam organisasi itu kemungkinan akan dipedomani oleh

pertimbangan-pertimbangan semacam itu sebagai perwujudan dari hasrat untuk

melihat organisasinya tetap bartahan dan berkembang.

2.4.3. Nilai-nitai Pribadi.

Hasrat untuk melindungi atau memenuhi kesejahteraan atau kebutuhan fisik atau

kebutuhan finansial, reputasi diri, atau posisi historis kemungkinan juga digunakan

oleh para pembuat teputusan sebagai kriteria dalam pengambilan keputusan.

Para politisi yang menerima uang sogok untuk membuat keputusan tertentu yang

menguntungkan si pemberi uang sogok, misalnya sebagai hadiah pemberian

perizinan atau penandatanganan kontrak pembangunan proyek tertentu.


2.4.4. Nilai-nilai Kebijaksanaan.

Dari perbincangan di atas, satu hal hendaklah dicamkan, yakni janganlah kita

mempunyai anggapan yang sinis dan kemudian menarik kesimpulan bahwa para

pengambil keputusan politik ini semata-mata hanyalah dipengaruhi oleh

pertimbangan-penimbangan demi keuntungan politik, organisasi atau pribadi. Sebab,

para pembuat keputusan mungkin pula bertindak berdasarkan atas persepsi mereka

terhadap kepentingan umum atau keyakinan tertentu mengenai kebijaksanaan negara

apa yang sekiranya secara moral tepat dan benar. Seorang wakil rakyat yang

mempejuangkan undang-undang hak kebebasan sipil mungkin akan bertindak sejalan

dengan itu karena ia yakin bahwa tindakan itulah yang secara moral benar, dan

bahwa persamaan hak-hak sipil itu memang merupakan tujuan kebijaksanaan negara

yang diinginkan, tanpa mempedulikan bahwa perjuangan itu akan menyebabkannya

resiko politik yang fatal.

2.4.5. Nilai-nilai Ideologis.

Ideologi pada hakikatnya merupakan serangkaian nilai-nilai dan keyakinan

yang secara logis saling berkaitan yang mencerminkan gambaran sederhana

mengenai dunia serta berfungsi sebagai pedoman bertindak bagi masyarakat yang

meyakininya. Di berbagai negara sedang berkembang di kawasan Asia, Afrika dan

Timur Tengah nasionalisme yang mencerminkan hasrat dari orang-orang atau bangsa

yang bersangkutan untuk merdeka dan menentukan nasibnya sendiri — telah

memberikan peran penting dalam mewarnai kebijaksanaan luar negeri maupun


dalam negeri mereka. Pada masa gerakan nasional menuju kemerdekaan,

nasionalisme telah berfungsi sebagai minyak bakar yang mengobarkan semangat

perjuangan bangsa-bangsa di negara-negara sedang berkembang melawan kekuatan

kolonial. (Abdul Wahab, Solichin, 1987)

2.5. Persepsi

Persepsi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris “perception” dan

bahasa latin “perceptio”, yang berarti menerima sedangkan persepsi secara

terminologi adalah upaya memasukkan hal-hal kedalam kesadaran kita sehingga

dengan demikian kita dapat meramalkan atau mengidentifikasinya sebagai objek-

objek didunia luar. Secara umum, persepsi dianggap sebagai upaya menafsirkan dan

mengadakan sintesis terhadap penerapan-penerapan atas suatu objek.

Menurut Boyd (1997) yang dikutip oleh anindita (2001) persepsi dapat

didefinisikan sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan

menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran

keseluruhan yang bermakna. Sehingga persepsi dapat juga didefinisikan bagaimana

seseorang mengamati, memperhatikan dan mengambil kesimpulan akan suatu objek

berdasarkan aktifitas-aktifitas ataupun informasi-informasi yang dilakukan dan

didapatkan dari objek tersebut. Sedangkan mengenai persepsi antar individu, dimana

setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama karena

adanya rangsangan dalam proses yang beda pula. Ada tiga proses berkenaan dengan

persepsi (Stanton,1981) yaitu :


1. Perhatian yang Selektif (Selective Exposure)

Pada umumnya manusia akan dihadapkan pada jumlah rangsangan

yang sangat banyak setiap harinya dan tidak semua rangsangan tersebut

dapat diterima. Perhatian yang selektif berarti mengeleminasi setiap

rangsangan yang timbul yang tidak sesuai dengan kepentingan atau

kebutuhannya. Misalnya seseorang anggota DPRD akan sangat

memperhatikan perkembangan laporan keuangan setiap tahunnya karena

dia sangat berkepentingan dengan hal tersebut.

2. Gangguan Selektif ( Selective Distortion)

Rangsangan yang diperhatikan oleh masyarakat pun tidak selalu

seperti apa yang dimaksud. Setiap orang berusaha menyesuaikan

informasi yang masuk dalam pandangannya. Distorsi selektif

menggambarkan kecenderungan orang menafsirkan suatu informasi

dengan cara lebih mendukung daripada menentang konsepsi-konsepsi

yang telah dimilikinya. Misalnya, pemerintah harus berupaya memahami

susunan pikiran masyarakat terhadap suatu laporan keuangan agar dapat

dipahami dengan mudah dan dampak serta intrepertasi laporan keuangan

tersebut diserahkan kembali kepada mereka sehingga tidak menutup

kemungkinan akan terjadi gangguan intrepertasi yang menimbulkan

perbedaan persepsi.
3. Mengingat kembali yang selektif (Selektive Reaction)

Orang cenderung melupakan apa yang mereka pelajari dan

memahami informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka.

Mengingat yang selektif berarti mereka akan mengingat apa yang

dikatakan orang lain yang mereka anggap penting.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel Penelitian.

Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh elemen-elemen

masyarakat di wilayah Kabupaten Buol yang menggunakan, mengawasi dan

mengamati keuangan pemerintah daerah.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel dengan beberapa

pertimbangan. Menurut Sekaran (2000) yang dikutip oleh Kuncoro (2003), bahwa

yang disebut dengan sampling adalah proses memilih sejumlah elemen dari populasi

yang mecukupi untuk mempelajari sampel dan memahami karakteristik elemen

populasi.

Tidak semua sampel diambil secara random (acak). Menurut Djarwanto (2001)

ada juga penelitian yang sampel diambil secara non random dengan beberapa alasan

seperti :

1. Individu yang populasinya tidak terbatas atau bersifat tak terbatas(infitate),

2. Generalisasi bagi populasi bukan merupakan tujuan penelitian,

3. Penarikan sampel secara random memerlukan biaya yang tinggi tidak

sebanding dengan manfaat yang akan diperoleh,

4. Peneliti tidak mempunnyai daftar lengkap individu dari populasinya.

Penelitian ini memiliki populasi yang cukup banyak yaitu seluruh penduduk

yang berada di kabupaten Buol yaitu sebesar 112,960 jiwa (BKPM SULTENG,
2006), hal inilah yang mendasari penulis untuk mengambil sampel secara non

random untuk disesuaikan dengan tujuan penelitian ini. Sehingga peneliti mencoba

membatasi sampel yang akan diambil hanya terbatas kepada elemen-elemen

masyarakat yang terlibat langsung dengan laporan keuangan pemerintah kabupaten

Buol secara periodik atau berjangka.

Metode yang diambil adalah purposive sampling method yang merupakan sub

dari judgement sampling method. Menurut Djarwanto (2001) Purposive sampling

method adalah metode pengambilan sampel tidak secara acak dimana peneliti

menggunakan pertimbangannya untuk memilih anggota smapel yang sekirany dapat

memberikan prospek yang baik bagi perolehan data yang akurat untuk tujuan

tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti membagi dua kelompok sampel yang akan diteliti

yaitu internal dan eksternal pemerintah daerah kabupaten Buol.

Dengan rincian sebagai berikut :

a. Internal, yaitu yang diwakili dari instansi-instansi pemerintah yang

membutuhkan informasi yang terkait laporan keuangan pemerintah, yaitu.

DPRD, BAWASDA, BAPPEDA, DAN BPK.

b. Eksternal, yaitu diwakili dari lapisan masyarakat yang membutuhkan

informasi terkait laporan keuangan pemerintah seperti, LSM, ORMAS,

pengusaha, Mahasiswa dan masyarakat umum.


3.2. Data Penelitian

3.2.1. Data Umum

Data umum adalah data atau gambaran umum mengenai latar belakang

responden. Data-data tersebut diantaranya adalah :

1. Nama responden

2. Jenis Kelamin

3. Institusi

4. Umur

3.2.2. Data spesifik

Data spesifik adalah data yang diperlukan untuk digunakan dalam analisi

persepsi data yang diperlukan yaitu :

1. Persepsi publik terhadap akuntabilitas publik pemerintah Kabupaten Buol

secara umum.

2. Persepsi publik terhadap transparansi anggaran Pemerintah Kabupaten Buol.

3. Persepsi publik terhadap transparansi sistem akuntasi Pemerintah kabupaten

Buol.

4. Persepsi publik terhadap transparansi laporan keuangan pemerintah

Kabupaten Buol.

5. Signifikansi pangaruh akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan

Pemerintah Kabupaten Buol dalam pengambilan keputusan para pengguna

laporan keuangan.
3.3. Metode Pengumpulan

3.3.1. Data primer

Pengumpulan dalam hal ini adalah kuisioner 1 yang harus diisi respoden.

Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu mencoba

mengambil sampel, dari pihak-pihak yang memang secara langsung atau tidak

langsung memantau pemerintah daerah khususnya dalam hal akuntabilitas dan

transparansi laporan keuangan.

Pemilihan metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tidak semua

masyarakat yang ada di kabupaten Buol memahami, memantau sekaligus

menggunakan laporan keuangan pemerintah dalam pengambilan keputusannya.

Akan tetapi ada pihak-pihak tertentu yang kesehariannya atau secara periodik

memantau dan menggunakan laporan keuangan pemerintah kabupaten Buol dalam

aktifitas-aktifitasnya. Pihak-pihak inilah yang dipilih peneliti untuk diberikan

kuisioner dengan jumlah kurang lebih sama kuantitasnya. Dimana sampel yang

dipilih tersebut dianggap tel;ah mewakili unsur-unsur publik yang ada di kabupaten

Buol dalam rangka menyatakan persepsinya terhadap akuntabilitas dan transparansi

laporan keuangan kabupaten Buol.

3.3.2. Data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan hanya berupa literator-literatur yang

berhubungan dengan penelitian ini seperti buku-buku, majalah, artikel, dan data
internet yang berkaitan dengan akuntabilitas keuangan, akuntasi serta semua yang

berhubungan dan mendukung wacana dalam penelitian ini.

3.4. Varibel Penelitian

Variabel penelitian hipotesis pertama yang digunakan untuk mengetahui sejauh

mana perbedaan persepsi yang terjadi diantara para pengguna laporan keuangan

Pemerintah Kabupaten Buol, yaitu dengan menggunakan 4 variabel penelitian, antara

lain:

1. Pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan prinsip-prinsip

akuntabilitas publik dengan baik.

2. Pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan prinsip-prinsip transparansi

anggaran dengan baik.

3. Pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan dengan baik.

4. Pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Transparansi Laporan

Keuangan dengan baik.

Untuk hipotesis kedua digunakan satu variabel independen dan satu variabel

dependen, yaitu :

1. Akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan Pemerintah Kab. Buol.

Variabel ini merupakan salah satu indikator dari penerapan akuntabiitas

dan transparansi keuangan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah

khususnya mengenai laporan keuangan pemerintah kabupaten Buol.


2. Pengambilan Keputusan Publik.

Variabel dependen atau terikatnya adalah pengaruh akuntabilitas dan

transparansi laporan keuangan, dalam hal ini adalah akuntabilitas laporan

keuangan, transparansi anggaran, sistem keuangan dan laporan keuangan

terhadap pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan keungan

pemerintah Kabupaten Buol.

3.4.1. Metode Analisis Data

3.4.1.1. Pengujian Hipotesis Pertama (H)

H1 penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi

diantara pengguna laporan keuangan pemerintah kabupaten Buol hipotesis ini

merupakan hipotesis beda lebih dari 2 proporsi populasi. Pengujian hipotesis

terhadap beda lebih dari 2 proporsi populasi tidak dapat menggunakan uji t atau uji f.

uji hipotesis untuk beda lebih dari dua proporsi merupakan uji multi nominal dan

bentuk ditribusi frekuensi (proporsi), lebih dari dua dikenal dengan istilah chi-square

distribution atau kai kuadrat ( Algifari, 2003)

Kai kuadrat adalah teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila

populasi terdiri dari dua kelas atau lebih, datanya berbentuk nominal. Jenis teknik

statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis hubungan harus sesuai dengan jenis

data atau variabel berdasarkan skala pengukurannya, yaitu data nominal. Data

ordinal atau data interval/rasio dari kelompok sampel yang diuji (Hasan,2004).
Untuk pengujian hipotesis pertama akan digunakan alat uji statistik friedman.

Alasannya adalah berdasarkan pada jenis hubungan data yang akan dianalisis. Pada

hipotesis pertama berdasarkan tingkat eksplanasinya merupakan hipotesis beda yang

diukur dengan pengujian hipotesis beda pula. Pengujian hipotesis beda adalah

pengujian untuk mengetahui keadaan perbedaan sesuatu. Dalam hal ini signifikansi

perbedaan yang terdapat dalam suatu kelompok dengan kelompok yang lain (Hasan,

2004).

Karena pada variabel hipotesis pertama mempunyai sifat komparatif dan

perbedaan maka analisis yang tepat untuk digunakan adalah analisis komparatif k

sampai berkorelasi denngan menggunakan uji friedman dengan analisis kai kuadrat

dan akan diperkuat dengan independen sampel T tes.

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

uji friedman adalah sebagai berikut :

1. Ho1 = tidak terdapat perbedaan persepsi diantara para pengguna laporan

keuangan pemerintah kabupaten Buol mengenai transparansi akuntabilitas

pemerintah kabupaten Buol.

2. Ha1 = terdapat perbedaan persepsi diantara para pengguna laporan

keuangan pemerintah kabupaten Buol mengenai transparansi dan

akuntabilitasi laporan keuangan pemerintah kabupaten Buol.


a. Menentukan formula hipotesis seperti pada sub bab sebelumnya,

selanjutnya menentukan taraf nyata (  ) dan x2 ( kai kuadrat ) tabel :

 tarif nyata yang digunakan adalah 5 % ( 0,05 )

 nilai x2 memiliki derajat kebebasan ( df ) = k – 1

b. Menentukan nilai uji statistik dengan rumus

XO2 = 12
Rf   3nk  1
2

nk (k 
1)

Ket n = banyaknya baris dalam table

K = banyaknya kolom

Rj = jumlah rangking dalam kolom

X2 = kai kuadrat

c. Pengambilan kesimpulan dengan menerapkan kriteria pengujian, yaitu

Ho diterima atau Ha ditolak, jika :

X2 hitung  X2 kritis ( , df )

Ha diterima atau Ho ditolak, jika :

X2 hitung > X2 kritis ( , df )


3.4.1.2. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

Hipotesis kedua (H2) digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang

signifikan antara akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan pemerintah

kabupaten Buol terhadap pengambilan keputusan masyarakat Buol. Hipotesis ini

memiliki hubungan kausalitas satu arah, dimana ada beberapa variabel bebas yang

mempengaruhi variabel terikat . Hubungan kausal merupakan bentuk hubungan yang

sifatnya sebab akibat. Dimana keadaan satu variabel disebabkan atau ditentukan oleh

keadaan satu atau lebih variabel yang lain(Hasan,2004).

Alat analisis yang digunakan adalah uji t dan uji F dengan menggunakan

analisis regresi linier berganda. Karena pada hipotesis ini akan dicari prediksi

perubahan variabel terikat (y) apabila terdapat pengaruh dari beberapa variabel bebas

(x). Berdasarkan tingkat eksplanasinya Ha merupakan hipotesis prediksi

(Hasan,2004). Pengujian hipotesis prediksi adalah pengujian hipotesis untuk

mengetahui apakah variabel (independen) dapat digunakan untuk memprediksikan

variabel lain (dependen)

Karena pada hipotesis kedua ini menguji signifikansi hubungan antara lebih

dari dua variabel sehingga analisis yang tepat untuk digunakan adalah analisi regresi

linier berganda dengan uji t untuk mengetahui regresi parsial individual dan uji F

untuk mencari tingkat signifikansi secara keseluruhan.

Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :
1. Menentukan Hipotesis kedua (H2)

H0= Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara akuntabilitas,

transparansi anggaran, transparansi sistem akuntansi keuangan, dan

transparansi laporan keuangan pemkab Buol dengan pengambilan

keputusan publik.

Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara akuntabilitas, transparansi

anggaran, transparansi sistem akuntansi keuangan, dan transparansi

laporan keuangan pemkab Buol dengan pengambilan keputusan publik.

2. Menentukan formula hipotesis seperti pada sub bab sebelumnya,

selanjutnya menetukan taraf nyata (α),t, F tabel

 Taraf nyata yang digunakan adalah 5% (0,05)

 Nilai t tabel memiliki derajat kebebasan (df) = n-1

 Nilai F tabel memiliki derajat kebebasan (df), K1

 V1 = m-1 ;V2 = n-m

 m = jumlah variabel, n = jumlah sampel

3. Menentukan nilai uji statistik dengan rumus :

2 2
R (y )
2
R (R  k  k
F0 = atau F0 =
1) 2 2
(1  R )(y )
2
k (1  R ) nk1
rp n  3
t0 =
1  (rp )2
Keterangan :

n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel bebas

R = Koefisien regresi berganda

rp = Koefisien regresi parsial

y2 = Jumlah kuadrat variabel y

4. Pengambilan kesimpulan dengan menerapkan kriteria pengujian yaitu:

Ho diterima atau Ha ditolak, jika :

-F,t kritis ≤ F, t hitung ≤ F,t kritis (α,df)

Ha diterima atau ditolak jika

-F,t kritis ≥ F, t hitung ≥ F, t kritis (α,df)


BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Validitas dan Realibilitas

Pengujian Validitas dan Realibilitas atas item-item kuisioner adalah untuk

melihat tingkat keabsahan dan keandalan item-item tersebut dalam mengukur

variabel yang ada. Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu

alat pengukuran terhadap apa yang diukur. Sedangkan uji Reliabilitas digunakan

untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang

relatif sama apabila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama.

Sebelum data diolah lebih lanjut, maka terlebih dahulu data yang sudah

terkumpul diuji validitas dan reabilitasnya. Dalam hal ini penulis menggunakan

bantuan program komputer SPSS 10. Dimana data yang dikumpulkan dari hasil

jawaban kuisioner sudah disusun dalam tabulasi nilai yang penulis sajikan dalam

lampiran 2.

Validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas internal. Validitas

internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan

instrumen lain secara keseluruhan. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki

validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung tujuan instrumen

secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud. Bagian

instrumen tersebut adalah bagian-bagian berupa butir-butir pertanyaan dari kuisioner,


dimana kumpulan butir-butir tersebut mencerminkan suatu faktor tertentu(Suharsini

Arikunto,1998 hal163).

Selain itu penulis menggunakan pengujian validitas berdasarkan analisis

faktor. Dimana validitas dengan analisis faktor dilakukan dengan didahului oleh

suatu asumsi bahwa instrumen dapat dikatakan valid jika setiap faktor yang

membentuik instrumen tersebut adalah valid. Analisis faktor dapat dilakukan apabila

antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya terdapat kesamaan,

kesinambungan atau tumpang tindih. Hal ini dapat diketahui melalui pengujian

dengan mengkorelasikan skor-skor yang ada dalam satu faktor yang sudah dijumlah

terlebih dahulu dengan jumlah skor pada faktor lain. Analisis faktor dapat dilakukan

dengan cara mengkorelasikan skor faktor denganm skor total, setelah diketahui

sebelumnya kekhususan tiap-tiap faktor (Suharsini Arikunto,1998 hal 167-169)

Reliabilitas memiliki pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data apabila instruman tersebut

sudah baik atau dapat diandalkan. Instrumen yang baik tidak akan bersifat

tendensius yang mengarahkan kepada responden untuk memilih jawaban-jawaban

tertentu. Dimana instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel dalam suatu

penelitian maka akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula. Uji reliabilitas

yang akan diperoleh adalah dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan

saja.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik rumus alpha karena

teknik ini cocok digunakan untuk pengujian pada angket atau kuisioner yang

menggunakan skala bertingkat (Suharsini Arikunto,1998 hal 178). Hasil dari

perhitungan uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 2.

Tabel dibawah ini menunjukkan hasil dari proses perhitungan validitas dan

reliabilitas menggunakan SPSS 10. Dimana terlihat bahwa dari keseluruhan daftar

pernyataan dalam kuisioner adalah valid dan reliabel, hal ini terbukti melalui

kesimpulan dari tiap-tiap item pernyataan menyatakan valid dan reliabel. Jika

keseluruhan dalam kuisioner tersebut sudah memenuhi syarat validitas dan

reliabilitasnya, maka kuisioner tersebut layak untuk dianalisis ketahap selanjutnya.

Tabel 4.1.1.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Akuntabilitas

Item Nilai Reliabilitas r tabel Kesimpulan


validitas (α)
(r xy)
Akuntabilitas 1 0,8086 0,8576 0,3494 Valid/Reliabel
Akuntabilitas 2 0,3501 0,9216 0,3494 Valid/Reliabel
Akuntabilitas 3 0,4336 0,9134 0,3494 Valid/Reliabel
Akuntabilitas 4 0,8367 0,8518 0,3494 Valid/ Reliabel
Akuntabilitas 5 0,9602 0,8302 0,3494 Valid/Reliabel
Akuntabilitas 6 0,9203 0,8387 0,3494 Valid/Reliabel
Sumber : data primer yang diolah

Dari ke-6 butir pernyataan tentang akuntabilitas, menunjukkan nilai

validitas (rxy) lebih besar dari r tabel (r tabel product moment = 0,3494 dilihat dari N

= 30 dengan signifikansi 5% uji two –tail). Berarti ke-6 butir pernyatan mengenai
akuntabilitas tersebut adalah VALID semua. Sehingga layak untuk dianalisis

selanjutnya.

Tabel 4.1.2.

Hasil Uji validitas dan Reliabilitas Butir Transparansi Anggaran

Item Nilai Reliabilitas r tabel Kesimpulan


validitas (α)
(r xy)
Trans. Angg 1 0,9052 0,9192 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Angg 2 0,9184 0,9158 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Angg 3 0,3957 0,9632 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Angg 4 0,8410 0,9250 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Angg 5 0,8501 0,9230 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Angg 6 0,8614 0,9226 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Angg 7 0,9112 0,9167 0,3494 Valid/Reliabel
Sumber : data primer yang diolah

Dari ke-7 butir pernyataan tentang akuntabilitas, menunjukkan nilai

validitas (rxy) lebih besar dari r tabel (r tabel product moment = 0,3494 dilihat dari N

= 30 dengan signifikansi 5% uji two –tail). Berarti ke-7 butir pernyataan mengenai

akuntabilitas tersebut adalah VALID dan RELIABEL semua. Sehingga layak untuk

dianalisis selanjutnya.

Tabel 4.1.3.

Hasil UJI Validitas dan Reliabilitas Butir Transparansi Sistem Akuntansi

Item Nilai validitas Reliabilitas r tabel Kesimpulan


(r xy) (α)
Trans. Sist 1 0,3886 0,7995 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Sist 2 0,7983 0,3668 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Sist 3 0,5171 0,6969 0,3494 Valid/Reliabel
Sumber : data primer yang diolah
Dari ke-3 butir pernyataan tentang akuntabilitas, menunjukkan nilai

validitas (rxy) lebih besar dari r tabel (r tabel product moment = 0,3494 dilihat dari N

= 30 dengan signifikansi 5% uji two –tail). Berarti ke-3 butir pernyatan mengenai

akuntabilitas tersebut adalah VALID dan RELIABEL semua. Sehingga layak untuk

dianalisis selanjutnya.

Tabel 4.1.4.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Transparansi Laporan Keuangan

Item Nilai Reliabilitas r tabel Kesimpulan


validitas (α)
(r xy)
Trans. Lapor 1 0,8352 0,9275 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Lapor 2 0,8953 0,9197 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Lapor 3 0,8211 0,9293 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Lapor 4 0,7843 0,9366 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Lapor 5 0,8374 0,9282 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Lapor 6 0,8061 0,9339 0,3494 Valid/Reliabel
Sumber : data primer yang diolah

Dari ke-6 butir pernyataan tentang akuntabilitas, menunjukkan nilai

validitas (rxy) lebih besar dari r tabel (r tabel product moment = 0,3494 dilihat dari N

= 30 dengan signifikansi 5% uji two –tail). Berarti ke-6 butir pernyataan mengenai

akuntabilitas tersebut adalah VALID dan RELIABEL semua. Sehingga layak untuk

dianalisis selanjutnya.
Tabel 4.1.5.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Transparansi Laporan Keuangan dengan

Signifikansi dalam Pengambilan Keputusan

Item Nilai validitas Reliabilitas r tabel Kesimpulan


(r xy) (α)
Signifikansi 1 0,7695 0,7454 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Angg 2 0,7517 0,7633 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Angg 3 0,6656 0,7728 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Angg 4 0,6415 0,7795 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Angg 5 0,4344 0,8240 0,3494 Valid/Reliabel
Trans. Angg 6 0,3856 0,8391 0,3494 Valid/Reliabel
Sumber : data primer yang diolah

Dari ke-6 butir pernyataan tentang akuntabilitas, menunjukkan nilai

validitas (rxy) lebih besar dari r tabel (r tabel product moment = 0,3494 dilihat dari N

= 30 dengan signifikansi 5% uji two–tail). Berarti ke-6 butir pernyatan mengenai

akuntabilitas tersebut adalah VALID dan RELIABEL semua. Sehingga layak untuk

dianalisis selanjutnya.

4.2. Analisis Deskriptif

Berdasarkan data umum dari jawaban kuisioner yang telah dikumpilkan

analisis deskriptif mengenai gambaran tentang keadaan responden. Dimana dalam

analisis deskriptif ini peneliti akan menguraikan tentang instansi, jenis kelamin,

pendidikan terakhir, usia para responden. Dari 150 kuisioner yang disebar hanya 134

yang kembali untuk dapat di analisis. Hal ini disebabkan enggannya beberapa

responden untuk mengisi kuisioner untuk memberikan penilaian laporan keuangan

pemkab Buol.
Adapun penjelasan lengkap mengenai analisis deskriptif ada dalam

keterangan sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin

Dari hasil kuisioner yang dapat kami kumpulkan akan nampak

jawaban para responden berdasarkan jenis kelamin seperti pada tabel

berikut :

Tabel 4.2.1.

Jumlah responden menurut jenis kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase


1 Laki-laki 106 79,1 %
2 Perempuan 28 20,9 %
Total 134 100%

Sumber : Data Primer yang diolah

Dari tabel dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis kelamin responden

terbesar adalah laki-laki yaitu berjumlah 106 orang dengan presentase

sebanyak 79,1%. Sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan

hanya berjumlah 28 orang dengan presentase sebanyak 20,9%.

2. Pendidikan Terakhir

Latar belakang pendidikan turut mempengaruhi responden dalam

menyatakan persepsinya. Dimana dari hasil jawaban kuisioner

dikumpulkan dapat dianalisis mengenai pendidikan terakhir responden.

Seperti ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.


Tabel 4.2.2.

Jumlah Responden menurut pendidikan terakhir

No Pendidkan Terakhir Jumlah Persentase


1 SLTA 60 44.77 %
2 D3 1 0.74 %
3 S1 70 52.23 %
4 S2 3 2.23 %
5 S3 0 0%
Total 134 100 %
Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa latar belakang responden

yang berpendidikan terakhir S1 adalah paling paling banyak yaitu

berjumlah 70 orang dengan presentase sebanyak 52 %, menyusul

kemudian SLTA berjumlah 60 orang dengan presentase sebanyak 44,77

%. Sedangkan responden yang berlatar belakang pendidikan terakhir D3

dan S2 memiliki jumlah yang cukup minim masing-masing 1 dan 3 orang

dengan presentase 0.74 % dan 2.23 % . Sedangkan S3 berjumlah 0

karena tidak ada responden yang berpendidikan setara itu.

3. Institusi/ Kelompok

Adapun Institusi/Kelompok yang dipilih peneliti adalah institusi-

institusi atau kelompok yang menggunakan, mengawasi, ataupun

mengamati laporan keuangan pemerintah kabupaten Buol. Dari kuisioner

yang sudah terkumpul dapat kita lihat jumlah institusi maupun responden

didalamnya, hal ini dapat dilihat pada tabel


Tabel 4.2.3.

Jumlah responden menurut Institusi

No Institusi/Kelompok Jumlah Persentase


1 BAPPEDA 15 11.19 %
2 Lain2 14 10.44 %
S
3 Akademisi 15 11.19 %
4 Mahasiswa 15 11.19 %
5 BAWASDA 15 11.19 %
6 DPRD 15 11.19 %
7 Ormas-ormas 15 11.19 %
8 LSM 15 11.19 %
9 Pengusaha 15 11.19 %
Total 134 100 %

Sumber : Data primer yang diolah

Institusi responden dalam penelitian ini, seperti yang terlihat pada

tabel menunjukkan bahwa hampir semua institusi yang menunjukkan

presentase yang sama besar sekaligus yang terbesar, institusi tersebut

adalah BAPPEDA, BAWASDA (INSPEKTORAT), DPRD,, LSM,

Mahasiswa, akademisi, Ormas-ormas, dan Pengusaha dengan jumlah rata-

rata 15 orang dengan presentase sebanyak 11,19 %. Hanya Kelompok

Lain-Lain saja yang berjumlah 14 orang dengan presentase sebanyak

10,44 %, dimana kelompok lain-lain ini diwakili oleh para tokoh-tokoh

masyarakat.
4. Usia

Usia atau umur seseorang akan mempengaruhi dalam menentukkan

persepsi seseorang terhadap sesuatu. Dimana semakin tua usia seseorang

maka semakin mempengaruhi independensi dan pengalamannya. Dari

hasil kuisioner dapat ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2.4.

Jumlah Responden menurut Usia/Umur

No Usia Jumlah Persentase


1 18-30 74 55,2 %
2 31-40 33 24,6 %
3 41-50 19 14,2 %
4 51-60 8 6,0 %
Total 134 100 %
Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang berusia

18-30 merupakan responden terbanyak dengan jumlah 74 orang dengan

persentase sebanyak 55,2%. Disusul kemudian oleh responden yang berusia

31-40 berjumlah 33 orang dengan persentase sebanyak 24,6%. Kemudian

responden yang berusia 41-50 berjumlah 19 orang dengan persentase

sebanyak 14,2%. Sedangkan responden terkecil adalah responden berusia 51-

60 berjumlah 8 orang dengan persentase 6,0%.


4.3. Analisis Kuantitatif

4.3.1. Analisis Kuantitatif pada Hipotesis Pertama (H1)

Friedman test digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k sampel

(Hasan, 2004). Alasan menggunakan uji ini adalah karena data atau variable yang

ada bersifat membandingkan dari banyak sampel yang saling berhubungan.

Didalam Friedman test itu sendiri terdapat x² atau kai kuadrat sebagai

formula dalam pengambilan keputusan, selain itu kai kuadrat juga dapat digunakan

untuk menguji keselarasan dimana pengujian yang dilakukan untuk memeriksa

apakah terdapat perbedaan antara frekwensi observasi(fo) dengan frekwensi yang

diharapkan (fa) dari sample yang terbatas, untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan yang signifikan atau tidak (Mustafa, 1995). Dalam penelitian ini, uji

tersebut digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi antara

pengguna laporan keuangan pemerintah kabupaten Buol mengenai transparansi dan

akuntabilitas laporan keuangan pemkab Buol.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisis data-data yang ada

dalam suatu table kontigensi r x k (r menunjukkan baris dan k menunjukkan kolom).

Hal seperti ditunjukkan pada lampiran 3.


Tabel 4.3.1.

Akumulasi data persepsi

Variabel-Variabel dalam Kuisioner

Persepsi Transp. Transp. Transp.


Responden Akuntabilitas Anggaran SAK LK
SS 23 27 30 17
S 61 41 52 63
TS 32 43 41 39
STS 18 23 11 15
Total 134 134 134 134
Sumber : Data primer yang diolah

Pada tabel diatas terlihat pengelompokan-pengelompokkan sudah dilakukan

berdasar sikap responden sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju.

Untuk tahap selanjutnya pengujian hipotesis (pada lampiran 4) dengan menggunakan

uji friedman k sample berkorelasi untuk menghitung x². Dengan bantuan program

SPSS 10 (lihat lampiran 4) hasil yang diperoleh untuk x² hitung adalah 43,66

dengan degree of freedom (df) sama dengan 3, α =5% dan nilai x² kritis sebesar 7,81.

Karena x² hitung lebih besar dari x² kritis maka keputusan pada hipotesis ini adalah

menolak H0. dengan demikian kesimpulannya adalah terdapat perbedaan persepsi

diantara para pengguna laporan keuangan pemkab Buol mengenai transparansi dan

akuntabilitas laporan keuangan pemkab Buol .

Pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan

hasil hitung SPSS 10 tersebut diatas dapat pula dilakukan dengan membandingkan

antara nilai propabilitas dengan besarnya tingkat signifikansi (α) yang digunakan
dalam pengujian. Jika nilai propabilitas (asymp.sig) lebih kecil dari α yang

digunakan (lampiran 3), maka keputusannya adalah menolak H 0, demikian pula

sebaliknya jika asymp.sig lebih besar dari α yang digunakan maka keputusannya

menerima H0. hasil perhitungan pada data diatas menghasilkan nilai propabilitas atau

p-value = 0,00. Nilai propabilitas tersebut lebih kecil dari pada tingkat signifikansi

(α) = 0,05 atau 5%). Sehingga kesimpulan dalam pengujian ini adalah sama yaitu

menolak H0 yang berarti terdapat perbedaan persepsi diantara para pengguna laporan

keuangan pemkab Buol mengenai transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan

pemkab Buol. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini hasil uji

friedman :

Tabel 4.3.2.

Hasil Uji Friedman


Test Statistics a

N 134
Chi-Square 43.668
df 3
Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test

Untuk analisis selanjutnya adalah uji hipotesis independent sample test yang

merupakan pengelompokan dari sekian banyak sampel yang diteliti menjadi dua

bentuk sample yang akan diperbandingkan apakah menerima H0 atau menolaknya.


Tabel 4.3.3.

Hasil Perhitungan Independen Sampel T Test

Group Statistics

Std. Error
Institusi N Mean Std. Deviation Mean
Akuntabilitas Internal 45 2.7556 .7974 .1189
eksternal 89 2.5599 .5546 5.879E-02
Persepsi Transparansi Internal 45 2.8984 .8311 .1239
eksternal 89 2.3820 .6029 6.391E-02
Transparansi Sistem Internal 45 2.9778 .8208 .1224
Akuntansi eksternal 89 2.5843 .5205 5.517E-02
Transparansi Laporan Internal 45 2.8593 .7629 .1137
Keuangan eksternal 89 2.3315 .5016 5.317E-02

Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality of t-test for Equality of Means
Variances
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. Mean Std. Error
F Sig. t df (2- Difference Difference Lower Upper
tailed)
Akuntabilitas Equal variances
18.30 .000 1.656 132 .100 .1956 .1181 -.038 .429
assumed
Equal variances
1.475 66.178 .145 .1956 .1326 -.069 .460
not assumed
Persepsi Equal variances
16.60 .000 4.107 132 .000 .5164 .1257 .268 .765
Transparansi assumed
Equal variances
3.704 68.121 .000 .5164 .1394 .238 .795
not assumed
Transparansi Equal variances
25.19 .000 3.380 132 .001 .3935 .1164 .163 .624
Sistem assumed
Akuntansi Equal variances
2.932 62.420 .005 .3935 .1342 .125 .662
not assumed
Transparansi Equal variances
18.36 .000 4.798 132 .000 .5278 .1100 .310 .745
Laporan assumed
Keuangan Equal variances
4.204 63.810 .000 .5278 .1255 .277 .779
not assumed

Sumber : data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tiap-tiap variabel memiliki tingkat

signifikansi perbedaan yang berbeda-beda, dimana jika dilihat dari perbandingan

institusi internal maupun eksternal pemerintah. Tampilan tabel diatas menunjukan

hasil dengan asumsi variansi sama dan variansi berbeda. Untuk menentukan bentuk
anggapan variansi yang benar maka sebaiknya dilakukan uji hipotesis kesamaan

variansi (Sutanta, 2005). Uji pertama menggunakan uji kesamaan variansi dengan

metode levenne dengan menunjukkan bahwa untuk nilai sig variabel prinsip

akuntabilitas, transparansi anggaran, transparansi Sistem Akuntasi Keuangan, dan

transparansi Laporan Keuangan masing-masing memiliki point yang sama yaitu

0,000. dengan demikian masing-masing nilai sig variable-variabel tersebut berada

dibawah α = 0,05 berarti kesamaan variansi ditolak atau dengan asumsi tidak sama

(equal variance not assumed).

Sedangkan pada uji rata-rata (mean), tampak pada variansi yang diasumsikan

tidak sama. Dimana t hitung yang diperoleh secara berurutan variable prinsip

akuntabilitas, transparansi anggaran, transparansi Sistem Akuntasi Keuangan, dan

transparansi Laporan Keuangan adalah 1,475, 3,704, 2,932 dan 4,204 dengan nilai

sig 0,145, 0,000, 0,005 dan 0,000. dengan demikian karena semua nilai sig < α maka

H0 ditolak, yang artinya dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi

diantara para pengguna laporan keuangan pemerintah kabupaten Buol mengenai

transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan, dalam hal ini antara internal dan

eksternal pemkab Buol terhadap varaiabel-variabel diatas.


4.3.2 Penilaian Persepsi Para Pengguna Laporan Keuangan Pemkab Buol

4.3.2.1. Prinsip-prinsip Akuntabilitas

Penilaian persepsi para pengguna laporan keuangan terhadap prinsip-prinsip

akuntabilitas keuangan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Buol

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3.2.1.

Persepsi publik terhadap prinsip-prinsip akuntabilitas laporan keuangan pemkab

Buol

Persepsi Prinsip-prinsip akuntabilitas


Responden Jumlah Persentase
SS 23 17.2 %
S 61 45.5 %
TS 32 23.9 %
STS 18 13.4 %
Total 134 100 %
Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas di tunjukkan bahwa dari total responden yang ada

yaitu sebanyak 134 orang. Ada sejumlah 23 responden dengan presentase 17,2 %

yang menyatakan sangat setuju (SS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan

prinsip-prinsip akuntabilitas publik dengan baik. Menyusul kemudian menyatakan

setuju (S) sebanyak 61 responden atau 45,5 %, menyatakan tidak setuju (TS)

sebanyak 32 responden atau 23,9 %, dan menyatakan sangat tidak setuju sebanyak

18 responden atau 13,4 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebanyakan

dari responden menyatakan bahwa pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan

prinsip-prinsip akuntabilitas publik dengan baik hal ini ditunjukkan dengan


responden menyatakan setuju (S) sebanyak 45 %, ditambah yang menyatakan sangat

setuju (SS) sebanyak 17,2% sehingga menjadi 62,2%.

4.3.2.2. Transparansi Anggaran

Tabel 4.3.2.2

Persepsi Publik terhadap Transparansi Anggaran Pemkab Buol

Persepsi Transparansi Anggaran


Responden Jumlah Persentase
SS 27 20.1 %
S 41 30.6 %
TS 43 32.1 %
STS 23 17.2 %
Total 134 100 %
Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas di tunjukkan bahwa dari total responden yang ada

yaitu sebanyak 134 orang. Ada sejumlah 27 responden dengan presentase 20,1 %

yang menyatakan sangat setuju (SS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan

prinsip-prinsip transparansi anggaran dengan baik. Menyusul kemudian menyatakan

setuju (S) sebanyak 41 responden atau 30,6 %, menyatakan tidak setuju (TS)

sebanyak 43 responden atau 32,1 %, dan menyatakan sangat tidak setuju sebanyak

23 responden atau 17,2 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebanyakan

dari responden menyatakan bahwa pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan

prinsip-prinsip transparansi anggaran dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan

responden menyatakan setuju (S) sebanyak 30,6%, ditambah yang menyatakan


sangat setuju (SS) sebanyak 20,1 % sehingga menjadi 50,7%. Walaupun

perbedaannya hanya terpaut 0,7%

4.3.2.3. Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan

Tabel 4.3.2.3.

Persepsi Publik mengenai Sistem Akuntansi Keuangan Pemkab Buol

Persepsi Sistem Akuntansi Keuangan


Responden Jumlah Persentase
SS 30 22.4 %
S 52 38.8 %
TS 41 30.6 %
STS 11 8.2 %
Total 134 100 %
Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas di tunjukkan bahwa dari total responden yang ada

yaitu sebanyak 134 orang. Ada sejumlah 30 responden dengan presentase 22,4 %

yang menyatakan sangat setuju (SS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan

prinsip-prinsip Sistem Akuntansi Keuangan dengan baik. Menyusul kemudian

menyatakan setuju (S) sebanyak 52 responden atau 38,8 %, menyatakan tidak setuju

(TS) sebanyak 41 responden atau 30,6 %, dan menyatakan sangat tidak setuju

sebanyak 11 responden atau 8,2 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kebanyakan dari responden menyatakan bahwa pemerintah kabupaten Buol telah

melaksanakan prinsip-prinsip transparansi system akuntansi keuangan dengan baik.

Hal ini ditunjukkan dengan responden menyatakan setuju (S) sebanyak 38,8 %,

ditambah yang menyatakan sangat setuju (SS) sebanyak 22,4 % sehingga menjadi

61,2 %.
4.3.2.4. Transparansi Laporan Keuangan

Tabel 4.3.2.4.

Persepsi Publik terhadap Transparansi Laporan Keuangan Pemkab Buol

Transparansi Laporan
Persepsi Keuangan
Responden jumlah persentase
SS 17 12.7 %
S 63 47.0 %
TS 39 29.1 %
STS 15 11.2 %
Total 134 100 %
Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas di tunjukkan bahwa dari total responden yang ada

yaitu sebanyak 134 orang. Ada sejumlah 17 responden dengan presentase 12,7 %

yang menyatakan sangat setuju (SS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan

prinsip-prinsip transparansi laporan Keuangan dengan baik. Menyusul kemudian

menyatakan setuju (S) sebanyak 63 responden atau 47,0 %, menyatakan tidak setuju

(TS) sebanyak 39 responden atau 29,1 %, dan menyatakan sangat tidak setuju

sebanyak 15 responden atau 11,2 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kebanyakan dari responden menyatakan bahwa pemerintah kabupaten Buol telah

melaksanakan prinsip-prinsip transparansi laporan keuangan dengan baik. Hal ini

ditunjukkan dengan responden menyatakan setuju (S) sebanyak 47,0 %, ditambah

yang menyatakan sangat setuju (SS) sebanyak 12,7 % sehingga menjadi 59,7 %.
4.3.3. Penilaian Persepsi Para Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah

Kabupaten Buol Berdasarkan Jenis Kelamin

4.3.3.1. Prinsip-Prinsip Akuntabilitas Publik

Tabel 4.3.3.1.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik Berdasarkan Jenis

Kelamin

Jenis kelamin * Akuntabilitas Crosstabulation

Akuntabilitas
Total
1,00-,1,74 1,75-2,49 2,50-3,24 3,25-4,00
Jenis kelamin Laki-Laki Count 16 23 51 16 106
% of Total 11.9% 17.2% 38.1% 11.9% 79.1%
Perempuan Count 2 9 10 7 28
% of Total 1.5% 6.7% 7.5% 5.2% 20.9%
Total Count 18 32 61 23 134
% of Total 13.4% 23.9% 45.5% 17.2% 100.0%

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berjenis

kelamin perempuan yang menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik dengan baik adalah (SS) sebesar

1,5 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar 6,7 %, yang menyatakan tidak setuju

(TS) sebesar 7,5 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 5,2 %.

Dengan demikian kebanyakan dari responden perempuan menyatakan Tidak Setuju

(TS) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip

Akuntabilitas Publik dengan baik dengan jumlah responden 7,5% dari jumlah total

responden perempuan 20,9%


Sedangkan pada responden yang berjenis kelamin Laki-laki yang menyatakan

sangat setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Akuntabilitas

Publik dengan baik adalah (SS) sebesar 11,9%, yang menyatakan setuju (S) sebesar

38,1 %, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 17,2 %, dan yang menyatakan

sangat tidak setuju (STS) sebesar 11,9 %. Dengan demikian kebanyakan dari

responden laki-laki menyatakan Setuju (S) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik dengan baik dengan jumlah

responden 38,1% dari jumlah total responden Laki-laki 79,1%.

4.3.3.2. Prinsip-Prinsip Transparansi Anggaran

Tabel 4.3.3.2

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran Berdasarkan Jenis

Kelamin

Jenis kelamin * Persepsi Transparansi Crosstabulation

Persepsi Transparansi
Total
1,00-,1,74 1,75-2,49 2,50-3,24 3,25-4,00
Jenis kelamin Laki-Laki Count 22 29 37 18 106
% of Total 16.4% 21.6% 27.6% 13.4% 79.1%
Perempuan Count 1 14 4 9 28
% of Total .7% 10.4% 3.0% 6.7% 20.9%
Total Count 23 43 41 27 134
% of Total 17.2% 32.1% 30.6% 20.1% 100.0%

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berjenis

kelamin perempuan yang menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran Publik dengan baik adalah


(SS) sebesar 6,7 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar 3 %, yang menyatakan tidak

setuju (TS) sebesar 10,4 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar

7 %. Dengan demikian kebanyakan dari responden perempuan menyatakan Tidak

Setuju (TS) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip

Transparansi Anggaran dengan baik dengan jumlah responden 10,4% dari jumlah

total responden perempuan 20,9% .

Sedangkan pada responden yang berjenis kelamin Laki-laki yang menyatakan

sangat setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi

Anggaran dengan baik adalah (SS) sebesar 13,4%, yang menyatakan setuju (S)

sebesar 27,6 %, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 21,6 %, dan yang

menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 16,4 %. Dengan demikian kebanyakan

dari responden laki-laki menyatakan Setuju (S) bahwa pemerintah kabupaten Buol

telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran dengan baik dengan

jumlah responden 27,6% dari jumlah total responden Laki-laki 79,1%.


4.3.3.3. Prinsip-Prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan

Tabel 4.3.3.3.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan

Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin * Transparansi Sistem Akuntansi Crosstabulation

Transparansi Sistem Akuntansi


Total
1,00-,1,74 1,75-2,49 2,50-3,24 3,25-4,00
Jenis kelamin Laki-Laki Count 8 29 45 24 106
% of Total 6.0% 21.6% 33.6% 17.9% 79.1%
Perempuan Count 3 12 7 6 28
% of Total 2.2% 9.0% 5.2% 4.5% 20.9%
Total Count 11 41 52 30 134
% of Total 8.2% 30.6% 38.8% 22.4% 100.0%

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa responden yang berjenis

kelamin perempuan yang menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan dengan baik

adalah (SS) sebesar 4,5 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar 5,2 %, yang

menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 9,2 %, dan yang menyatakan sangat tidak

setuju (STS) sebesar 2,2 %. Dengan demikian kebanyakan dari responden

perempuan menyatakan Tidak Setuju (TS) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan dengan baik

dengan jumlah responden 9,2 % dari jumlah total responden perempuan 20,9%.

Sedangkan pada responden yang berjenis kelamin Laki-laki yang menyatakan

sangat setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi

Sistem Akuntansi Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 17,9%, yang
menyatakan setuju (S) sebesar 33,6 %, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar

21,6 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 6 %. Dengan

demikian kebanyakan dari responden laki-laki menyatakan Setuju (S) bahwa

pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan dengan baik dengan jumlah responden 33,6% dari jumlah total

responden Laki-laki 79,1%.

4.3.3.4. Prinsip-Prinsip Transparansi Laporan Keuangan

Tabel 4.3.3.4.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Laporan Keuangan

Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin * Transparansi Laporan Keuangan Crosstabulation

Transparansi Laporan Keuangan


Total
1,00-,1,74 1,75-2,49 2,50-3,24 3,25-4,00
Jenis kelamin Laki-Laki Count 10 29 55 12 106
% of Total 7.5% 21.6% 41.0% 9.0% 79.1%
Perempuan Count 5 10 8 5 28
% of Total 3.7% 7.5% 6.0% 3.7% 20.9%
Total Count 15 39 63 17 134
% of Total 11.2% 29.1% 47.0% 12.7% 100.0%

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa responden yang berjenis

kelamin perempuan yang menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan dengan baik

adalah (SS) sebesar 3,7 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar 6 %, yang

menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 7,5 %, dan yang menyatakan sangat tidak
setuju (STS) sebesar 3,7 %. Dengan demikian kebanyakan dari responden

perempuan menyatakan Tidak Setuju (TS) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan dengan baik

dengan jumlah responden 7,5 % dari jumlah total responden perempuan 20,9%.

Sedangkan pada responden yang berjenis kelamin Laki-laki yang menyatakan

sangat setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi

laporan Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 9%, yang menyatakan setuju (S)

sebesar 41%, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 21,6%, dan yang

menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 7,5%. Dengan demikian kebanyakan

dari responden laki-laki menyatakan Setuju (S) bahwa pemerintah kabupaten Buol

telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan

dengan baik dengan jumlah responden 41% dari jumlah total responden Laki-laki

79,1%.

Berdasarkan analisis data diatas dimulai dari tabel mengenai persepsi

terhadap akuntabilitas, transparansi anggaran, transparansi Sistem Akuntansi

Keuangan dan Transparansi Laporan Keuangan dapat disimpulkan bahwa persepsi

antara laki-laki dan perempuan selalu berbeda. Hal ini ditandai dengan perbedaan

persepsi responden mayoritas dari masing-masing variabel dari laki-laki dan

perempuan. Sehingga jenis kelamin mempengaruhi tingkat persepsi seseorang

terhadap transparansi dan akuntabilitas publik.


4.3.4 Penilaian Persepsi Para Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah

Kabupaten Buol Berdasarkan Pendidikan Terakhir

4.3.4.1. Prinsip-Prinsip Akuntabilitas Publik

Tabel 4.3.4.1

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik Berdasarkan

Pendidikan Terakhir

Pendidikan * Akuntabilitas Crosstabulation

Akuntabilitas
1,00-,1,74 1,75-2,49 2,50-3,24 3,25-4,00 Total
Pendidikan SLTA Count 5 12 34 9 60
% of Total 3.7% 9.0% 25.4% 6.7% 44.8%
DIPLOMA Count 1 1
% of Total .7% .7%
S1 Count 10 19 27 14 70
% of Total 7.5% 14.2% 20.1% 10.4% 52.2%
S2 Count 2 1 3
% of Total 1.5% .7% 2.2%
Total Count 18 32 61 23 134
% of Total 13.4% 23.9% 45.5% 17.2% 100.0%

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpendidikan

terakhir SLTA yang menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Akuntabilitas Publik dengan baik adalah

(SS) sebesar 6,7 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar 25,4 %, yang menyatakan

tidak setuju (TS) sebesar 9,0 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju (STS)

sebesar 3,7 %. Dengan demikian mayoritas dari responden berpendidikan terakhir

SLTA menyatakan Setuju (S) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan
Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik dengan baik dengan jumlah responden 25,4 %

dari jumlah total responden berpendidikan terakhir SLTA 44,8%.

Pada responden yang berpendidikan terakhir D1 hanya menyatakan Sangat

Tidak Setuju (STS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip

Transparansi Akuntabilitas Publik dengan baik dari jumlah total responden 0,7%.

Menurut responden yang berpendidikan terakhir S1 yang menyatakan sangat

setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi

Akuntabilitas Publik dengan baik adalah (SS) sebesar 10,4%, yang menyatakan

setuju (S) sebesar 20,1 %, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 14,2 %, dan

yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 7,5 %. Dengan demikian

mayoritas dari responden berpendidikan terakhir S1 menyatakan Setuju (S) bahwa

pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik

dengan baik dengan jumlah responden 20,1 % dari jumlah total responden

berpendidikan terakhir S1 52,2%.

Sedangkan menurut responden yang berpendidikan terakhir S2 yang

menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip

Transparansi Akuntabilitas Publik dengan baik adalah (SS) sebesar 0%, yang

menyatakan setuju (S) sebesar 0 %, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar

0,7%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 1,5 %. Dengan

demikian mayoritas dari responden berpendidikan terakhir S2 menyatakan Sangat

Tidak Setuju (STS) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-
prinsip Akuntabilitas Publik dengan baik dengan jumlah responden 1,5 % dari

jumlah total responden berpendidikan terakhir S2 2,2%.

4.3.4.2. Prinsip-Prinsip Transparansi Anggaran

Tabel 4.3.4.2.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran Berdasarkan

Pendidikan Terakhir

Pendidikan * Persepsi Transparansi Crosstabulation

Persepsi Transparansi
1,00-,1,74 1,75-2,49 2,50-3,24 3,25-4,00 Total
Pendidikan SLTA Count 11 22 21 6 60
% of Total 8.2% 16.4% 15.7% 4.5% 44.8%
DIPLOMA Count 1 1
% of Total .7% .7%
S1 Count 11 18 20 21 70
% of Total 8.2% 13.4% 14.9% 15.7% 52.2%
S2 Count 3 3
% of Total 2.2% 2.2%
Total Count 23 43 41 27 134
% of Total 17.2% 32.1% 30.6% 20.1% 100.0%

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpendidikan

terakhir SLTA yang menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran dengan baik adalah (SS)

sebesar 4,5 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar 15,7 %, yang menyatakan tidak

setuju (TS) sebesar 16,4 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar

8,2 %. Dengan demikian mayoritas dari responden berpendidikan terakhir SLTA

menyatakan Tidak Setuju (TS) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah


melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran dengan baik dengan jumlah

responden 16,4% dari jumlah total responden berpendidikan terakhir SLTA 44,8%.

Pada responden yang berpendidikan terakhir D1 hanya menyatakan Sangat

Tidak Setuju (STS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip

Transparansi Anggaran dengan baik dari jumlah total responden 0,7%.

Menurut responden yang berpendidikan terakhir S1 yang menyatakan sangat

setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi

Anggaran dengan baik adalah (SS) sebesar 15,7%, yang menyatakan setuju (S)

sebesar 14,9 %, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 13,4 %, dan yang

menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 8,2 %. Dengan demikian mayoritas

dari responden berpendidikan terakhir S1 menyatakan Sangat Setuju (SS) bahwa

pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi

Anggaran dengan baik dengan jumlah responden 15,7 % dari jumlah total responden

berpendidikan terakhir S1 52,2%.

Sedangkan menurut responden yang berpendidikan terakhir S2 yang

menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip

Transparansi Anggaran dengan baik adalah (SS) sebesar 0%, yang menyatakan

setuju (S) sebesar 0 %, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 0,7%, dan yang

menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 1,5 %. Dengan demikian mayoritas

dari responden berpendidikan terakhir S2 menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS)

bahwa pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi


Anggaran dengan baik dengan jumlah responden 1,5 % dari jumlah total responden

berpendidikan terakhir S2 2,2%.

4.3.4.3. Prinsip-Prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan

Tabel 4.3.4.3.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan

Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan * Transparansi Sistem Akuntansi Crosstabulation

Transparansi Sistem Akuntansi


Total
1,00-,1,74 1,75-2,49 2,50-3,24 3,25-4,00
Pendidikan SLTA Count 3 19 29 9 60
% of Total 2.2% 14.2% 21.6% 6.7% 44.8%
DIPLOMA Count 1 1
% of Total .7% .7%
S1 Count 5 21 23 21 70
% of Total 3.7% 15.7% 17.2% 15.7% 52.2%
S2 Count 2 1 3
% of Total 1.5% .7% 2.2%
Total Count 11 41 52 30 134
% of Total 8.2% 30.6% 38.8% 22.4% 100.0%

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpendidikan

terakhir SLTA yang menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan dengan baik

adalah (SS) sebesar 6,7 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar 21,6 %, yang

menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 14,2 %, dan yang menyatakan sangat tidak

setuju (STS) sebesar 2,2 %. Dengan demikian mayoritas dari responden

berpendidikan terakhir SLTA menyatakan Setuju (S) bahwa pemerintah kabupaten


Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan

dengan baik dengan jumlah responden 21,6% dari jumlah total responden

berpendidikan terakhir SLTA 44,8%.

Pada responden yang berpendidikan terakhir D1 hanya menyatakan Sangat

Tidak Setuju (STS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip

Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan dengan baik dari jumlah total responden

0,7%.

Menurut responden yang berpendidikan terakhir S1 yang menyatakan sangat

setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 15,7%, yang menyatakan

setuju (S) sebesar 17,2%, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 15,7 %, dan

yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 3,7%. Dengan demikian

mayoritas dari responden berpendidikan terakhir S1 menyatakan Setuju (S) bahwa

pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan dengan baik dengan jumlah responden 17,2% dari jumlah total

responden berpendidikan terakhir S1 52,2%.

Sedangkan menurut responden yang berpendidikan terakhir S2 yang

menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip

Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 0%, yang

menyatakan setuju (S) sebesar 0%, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 0,7%,

dan yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 1,5%. Dengan demikian
mayoritas dari responden berpendidikan terakhir S2 menyatakan Sangat Tidak Setuju

(STS) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip

Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan dengan baik dengan jumlah responden 1,5

% dari jumlah total responden berpendidikan terakhir S2 2,2%.

4.3.4.4. Prinsip-Prinsip Transparansi Laporan Keuangan

Tabel 4.3.4.4.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Laporan Keuangan

Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan * Transparansi Laporan Keuangan Crosstabulation

Transparansi Laporan Keuangan


Total
1,00-,1,74 1,75-2,49 2,50-3,24 3,25-4,00
Pendidikan SLTA Count 2 18 40 60
% of Total 1.5% 13.4% 29.9% 44.8%
DIPLOMA Count 1 1
% of Total .7% .7%
S1 Count 10 20 23 17 70
% of Total 7.5% 14.9% 17.2% 12.7% 52.2%
S2 Count 2 1 3
% of Total 1.5% .7% 2.2%
Total Count 15 39 63 17 134
% of Total 11.2% 29.1% 47.0% 12.7% 100.0%

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpendidikan

terakhir SLTA yang menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Laporan Keuangan dengan baik adalah

(SS) sebesar 0%, yang menyatakan setuju (S) sebesar 29,9%, yang menyatakan tidak

setuju (TS) sebesar 13,4 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar
1,5 %. Dengan demikian mayoritas dari responden berpendidikan terakhir SLTA

menyatakan Setuju (S) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan

Prinsip-prinsip Transparansi Laporan Keuangan dengan baik dengan jumlah

responden 29,9 % dari jumlah total responden berpendidikan terakhir SLTA 44,8%.

Pada responden yang berpendidikan terakhir D1 hanya menyatakan Sangat

Tidak Setuju (STS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip

Transparansi Laporan Keuangan dengan baik dari jumlah total responden 0,7%.

Menurut responden yang berpendidikan terakhir S1 yang menyatakan sangat

setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Laporan

Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 12,7%, yang menyatakan setuju (S)

sebesar 17,2%, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 14,9%, dan yang

menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 7,5%. Dengan demikian mayoritas

dari responden berpendidikan terakhir S1 menyatakan Setuju (S) bahwa pemerintah

kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Laporan Keuangan

dengan baik dengan jumlah responden 17,2% dari jumlah total responden

berpendidikan terakhir S1 52,2%.

Sedangkan menurut responden yang berpendidikan terakhir S2 yang

menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip

Transparansi Laporan Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 0%, yang

menyatakan setuju (S) sebesar 0 %, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar

0,7%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 1,5 %. Dengan
demikian mayoritas dari responden berpendidikan terakhir S2 menyatakan Sangat

Tidak Setuju (STS) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-

prinsip Transparansi Laporan Keuangan dengan baik dengan jumlah responden 1,5

% dari jumlah total responden berpendidikan terakhir S2 2,2%.

Berdasarkan analisis data diatas dimulai dari table mengenai persepsi

terhadap akuntabilitas, transparansi anggaran, transparansi Sistem Akuntansi

Keuangan dan Transparansi Laporan Keuangan dapat disimpulkan bahwa persepsi

berdasarkan pendidikan terakhir selalu berbeda. Hal ini ditandai dengan perbedaan

persepsi responden mayoritas dari masing-masing variable berdasarkan pendidikan

terakhir. Sehingga persepsi responden berdasarkan pendidikan terakhir

mempengaruhi tingkat persepsi seseorang terhadap transparansi dan akuntabilitas

public.

4.3.5. Penilaian Persepsi Para Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah

Kabupaten Buol Berdasarkan Usia

4.3.5.1. Prinsip-Prinsip Akuntabilitas Publik

Tabel 4.3.5.1.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik Berdasarkan Usia

Usia * Akuntabilitas Crosstabulation

Akuntabilitas
1,00-,1,74 1,75-2,49 2,50-3,24 3,25-4,00 Total
Usia 18Tahun - 30Tahun Count 9 18 35 12 74
% of Total 6.7% 13.4% 26.1% 9.0% 55.2%
31 Tahun - 40 tahun Count 5 6 16 6 33
% of Total 3.7% 4.5% 11.9% 4.5% 24.6%
41 Tahun - 50 Tahun Count 4 4 7 4 19
% of Total 3.0% 3.0% 5.2% 3.0% 14.2%
51 Tahun - 60 Tahun Count 4 3 1 8
% of Total 3.0% 2.2% .7% 6.0%
Total Count 18 32 61 23 134
% of Total 13.4% 23.9% 45.5% 17.2% 100.0%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berusia 18-30

tahun menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-

prinsip Akuntabilitas publik dengan baik adalah (SS) sebesar 9 %, yang menyatakan

setuju (S) sebesar 26,1 %, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 13,4 %, dan

yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 6,7 %. Dengan demikian

mayoritas dari responden yang berusia 18-30 tahun menyatakan Setuju (S) bahwa

pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik

dengan baik dengan jumlah responden 26,1 % dari total jumlah yang berusia 18-30

tahun sebanyak 55,2% responden.

Menurut responden yang berusia 31-40 tahun menyatakan sangat setuju

bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Akuntabilitas publik dengan

baik adalah (SS) sebesar 4,5 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar 11,9%, yang

menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 4,5 %, dan yang menyatakan sangat tidak

setuju (STS) sebesar 3,7 % Dengan demikian mayoritas dari responden yang berusia

31-40 tahun menyatakan Setuju (S) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik dengan baik dengan jumlah

responden 11,9 % dari total jumlah yang berusia 31-40 tahun sebanyak 24,6%

responden.

Kemudian pada responden yang berusia 41-50 tahun menyatakan sangat

setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Akuntabilitas publik

dengan baik adalah (SS) sebesar 3 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar 5,2%,
yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 3 %, dan yang menyatakan sangat tidak

setuju (STS) sebesar 3 % Dengan demikian mayoritas dari responden yang berusia

41-50 tahun menyatakan Setuju (S) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik dengan baik dengan jumlah

responden 5,2 % dari total jumlah yang berusia 41-50 tahun sebanyak 14,2%

responden.

Sedangkan pada responden yang berusia 51-60 tahun menyatakan sangat

setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Akuntabilitas publik

dengan baik adalah (SS) sebesar 0,7 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar 2,2%,

yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 3 %, dan yang menyatakan sangat tidak

setuju (STS) sebesar 0% Dengan demikian mayoritas dari responden yang berusia

51-60 tahun menyatakan Tidak Setuju (TS) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah

melaksanakan Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik dengan baik dengan jumlah

responden 3 % dari total jumlah yang berusia 51-60 tahun sebanyak 6% responden.

4.3.5.2. Prinsip-Prinsip Transparansi Anggaran

Tabel 4.3.5.2.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran Berdasarkan Usia


Usia * Persepsi Transparansi Crosstabulation

Persepsi Transparansi
1,00-,1,74 1,75-2,49 2,50-3,24 3,25-4,00 Total
Usia 18Tahun - 30Tahun Count 16 21 29 8 74
% of Total 11.9% 15.7% 21.6% 6.0% 55.2%
31 Tahun - 40 tahun Count 3 14 6 10 33
% of Total 2.2% 10.4% 4.5% 7.5% 24.6%
41 Tahun - 50 Tahun Count 2 6 3 8 19
% of Total 1.5% 4.5% 2.2% 6.0% 14.2%
51 Tahun - 60 Tahun Count 2 2 3 1 8
% of Total 1.5% 1.5% 2.2% .7% 6.0%
Total Count 23 43 41 27 134
% of Total 17.2% 32.1% 30.6% 20.1% 100.0%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berusia 18-30

tahun menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-

prinsip Transparansi Anggaran dengan baik adalah (SS) sebesar 6 %, yang

menyatakan setuju (S) sebesar 21,6 %, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar

15,7 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 11,9 %. Dengan

demikian mayoritas dari responden yang berusia 18-30 tahun menyatakan Setuju (S)

bahwa pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi

Anggaran dengan baik dengan jumlah responden 21,6 % dari total jumlah yang

berusia 18-30 tahun sebanyak 55,2% responden.

Menurut responden yang berusia 31-40 tahun menyatakan sangat setuju

bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran

dengan baik adalah (SS) sebesar 7,5 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar 4,5%,

yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 10,4 %, dan yang menyatakan sangat

tidak setuju (STS) sebesar 2,2 % Dengan demikian mayoritas dari responden yang

berusia 31-40 tahun menyatakan Tidak Setuju (TS) bahwa pemerintah kabupaten

Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran dengan baik dengan

jumlah responden 10,4% dari total jumlah yang berusia 31-40 tahun sebanyak

24,6% responden.

Kemudian pada responden yang berusia 41-50 tahun menyatakan sangat

setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi

Anggaran dengan baik adalah (SS) sebesar 6 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar
2,2%, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 4,5 %, dan yang menyatakan

sangat tidak setuju (STS) sebesar 1,5 % Dengan demikian mayoritas dari responden

yang berusia 41-50 tahun menyatakan Sangat Setuju (SS) bahwa pemerintah

kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran dengan

baik dengan jumlah responden 6 % dari total jumlah yang berusia 41-50 tahun

sebanyak 14,2% responden.

Sedangkan pada responden yang berusia 51-60 tahun menyatakan sangat

setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi

Anggaran dengan baik adalah (SS) sebesar 0,7 %, yang menyatakan setuju (S)

sebesar 2,2%, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 1,5 %, dan yang

menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 1,5% Dengan demikian mayoritas dari

responden yang berusia 51-60 tahun menyatakan Setuju (S) bahwa pemerintah

kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran dengan

baik dengan jumlah responden 2,2 % dari total jumlah yang berusia 51-60 tahun

sebanyak 6% responden.

4.3.5.3. Prinsip-Prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan

Tabel 4.3.5.3.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi

Keuangan Berdasarkan Usia


Usia * Transparansi Sistem Akuntansi Crosstabulation

Transparansi Sistem Akuntansi


1,00-,1,74 1,75-2,49 2,50-3,24 3,25-4,00 Total
Usia 18Tahun - 30Tahun Count 6 30 26 12 74
% of Total 4.5% 22.4% 19.4% 9.0% 55.2%
31 Tahun - 40 tahun Count 3 5 16 9 33
% of Total 2.2% 3.7% 11.9% 6.7% 24.6%
41 Tahun - 50 Tahun Count 2 4 5 8 19
% of Total 1.5% 3.0% 3.7% 6.0% 14.2%
51 Tahun - 60 Tahun Count 2 5 1 8
% of Total 1.5% 3.7% .7% 6.0%
Total Count 11 41 52 30 134
% of Total 8.2% 30.6% 38.8% 22.4% 100.0%

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berusia 18-30

tahun menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-

prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 9

%, yang menyatakan setuju (S) sebesar 19,4 %, yang menyatakan tidak setuju (TS)

sebesar 22,4 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 4,5 %.

Dengan demikian mayoritas dari responden yang berusia 18-30 tahun menyatakan

Tidak Setuju (TS) bahwa pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-

prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan dengan baik dengan jumlah

responden 22,4 % dari total jumlah yang berusia 18-30 tahun sebanyak 55,2%

responden.

Menurut responden yang berusia 31-40 tahun menyatakan sangat setuju

bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 6,7 %, yang menyatakan
setuju (S) sebesar 11,9%, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 3,7 %, dan

yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 4,5 % Dengan demikian

mayoritas dari responden yang berusia 31-40 tahun menyatakan Setuju (S) bahwa

pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan dengan baik dengan jumlah responden 11,9% dari total jumlah

yang berusia 31-40 tahun sebanyak 24,6% responden.

Kemudian pada responden yang berusia 41-50 tahun menyatakan sangat

setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 6 %, yang menyatakan setuju

(S) sebesar 3,7%, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 3 %, dan yang

menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 1,5 % Dengan demikian mayoritas

dari responden yang berusia 41-50 tahun menyatakan Sangat Setuju (SS) bahwa

pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan dengan baik dengan jumlah responden 6 % dari total jumlah

yang berusia 41-50 tahun sebanyak 14,2% responden.

Sedangkan pada responden yang berusia 51-60 tahun menyatakan sangat

setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 0,7 %, yang menyatakan

setuju (S) sebesar 3,7%, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 1,5 %, dan yang

menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 0% Dengan demikian mayoritas dari

responden yang berusia 51-60 tahun menyatakan Setuju (S) bahwa pemerintah
kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi

Keuangan dengan baik dengan jumlah responden 3,7 % dari total jumlah yang

berusia 51-60 tahun sebanyak 6% responden.

4.3.5.4. Prinsip-Prinsip Transparansi Laporan Keuangan

Tabel 4.3.5.4.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Laporan Keuangan

Berdasarkan Usia
Usia * Transparansi Laporan Keuangan Crosstabulation

Transparansi Laporan Keuangan


1,00-,1,74 1,75-2,49 2,50-3,24 3,25-4,00 Total
Usia 18Tahun - 30Tahun Count 7 28 35 4 74
% of Total 5.2% 20.9% 26.1% 3.0% 55.2%
31 Tahun - 40 tahun Count 6 5 17 5 33
% of Total 4.5% 3.7% 12.7% 3.7% 24.6%
41 Tahun - 50 Tahun Count 2 4 5 8 19
% of Total 1.5% 3.0% 3.7% 6.0% 14.2%
51 Tahun - 60 Tahun Count 2 6 8
% of Total 1.5% 4.5% 6.0%
Total Count 15 39 63 17 134
% of Total 11.2% 29.1% 47.0% 12.7% 100.0%

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berusia 18-30

tahun menyatakan sangat setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-

prinsip Transparansi Laporan Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 3 %, yang

menyatakan setuju (S) sebesar 26,1 %, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar

20,9 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 5,2 %. Dengan

demikian mayoritas dari responden yang berusia 18-30 tahun menyatakan Setuju (S)

bahwa pemerintah kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi


Laporan Keuangan dengan baik dengan jumlah responden 26,1 % dari total jumlah

yang berusia 18-30 tahun sebanyak 55,2% responden.

Menurut responden yang berusia 31-40 tahun menyatakan sangat setuju

bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Laporan

Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 3,7 %, yang menyatakan setuju (S)

sebesar 12,7%, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 3,7 %, dan yang

menyatakan sangat tidak setuju (STS) sebesar 4,5 % Dengan demikian mayoritas

dari responden yang berusia 31-40 tahun menyatakan Setuju (S) bahwa pemerintah

kabupaten Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Laporan Keuangan

dengan baik dengan jumlah responden 12,7% dari total jumlah yang berusia 31-40

tahun sebanyak 24,6% responden.

Kemudian pada responden yang berusia 41-50 tahun menyatakan sangat

setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Laporan

Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 6 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar

3,7%, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 3 %, dan yang menyatakan sangat

tidak setuju (STS) sebesar 1,5 % Dengan demikian mayoritas dari responden yang

berusia 41-50 tahun menyatakan Sangat Setuju (SS) bahwa pemerintah kabupaten

Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Laporan Keuangan dengan

baik dengan jumlah responden 6 % dari total jumlah yang berusia 41-50 tahun

sebanyak 14,2% responden.


Sedangkan pada responden yang berusia 51-60 tahun menyatakan sangat

setuju bahwa pemkab Buol telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Laporan

Keuangan dengan baik adalah (SS) sebesar 0 %, yang menyatakan setuju (S) sebesar

4,5%, yang menyatakan tidak setuju (TS) sebesar 1,5 %, dan yang menyatakan

sangat tidak setuju (STS) sebesar 0% Dengan demikian mayoritas dari responden

yang berusia 51-60 tahun menyatakan Setuju (S) bahwa pemerintah kabupaten Buol

telah melaksanakan Prinsip-prinsip Transparansi Laporan Keuangan dengan baik

dengan jumlah responden 4,5 % dari total jumlah yang berusia 51-60 tahun

sebanyak 6% responden.

Berdasarkan analisis data diatas dimulai dari table mengenai persepsi

terhadap akuntabilitas, transparansi anggaran, transparansi Sistem Akuntansi

Keuangan dan Transparansi Laporan Keuangan dapat disimpulkan bahwa persepsi

berdasarkan usia hampir selalu berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

perbedaan persepsi responden mayoritas dari masing-masing variable berdasarkan

usia. Sehingga persepsi responden berdasarkan usia mempengaruhi tingkat persepsi

seseorang terhadap transparansi dan akuntabilitas public.


4.3.6. Penilaian Persepsi Para Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah

Kabupaten Buol Berdasarkan Institusi

4.3.6.1. Prinsip-Prinsip Akuntabilitas Publik

Tabel 4.3.6.1.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik Berdasarkan Institusi

Internal Pemerintah Kabupaten Buol

Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik


Persepsi SS S TS STS
Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
BAPPEDA 7 5.2% 8 6% 0 0% 0 0%
BAWASDA 6 4.5% 5 3.7% 3 2.3% 1 0.7%
DPRD 2 1.5% 0 0% 5 3.7% 8 6%
Total 15 11.2% 13 9,7% 8 6% 9 6,7%
Eksternal Pemerintah Kabupaten Buol

Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik


Persepsi SS S TS STS
Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Akademisi 0 0% 9 6,7% 6 4,5% 0 0%
Ormas 3 2,2% 7 5,2% 1 0,7% 4 3%
Mahasiswa 2 1,5% 8 6% 5 3,7% 0 0%
LSM 3 2,2% 7 5,2% 0 0% 5 3,7%
Pengusaha 0 0% 9 6,7% 6 4,5% 0 0%
Lain-lain 0 0% 8 6% 6 4,5% 0 0%
Total 8 5,9% 48 35.8% 24 17.9% 9 6,7%
Sumber : data primer yang diolah

Dari tabel diatas ditunjukkan bahwa Internal pemerintah Kabupaten Buol

yang berjumlah 45 responden atau 33,6 % dari total sampel yang menyatakan Sangat

Setuju (SS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan prinsip-prinsip akuntabilitas

publik dengan baik adalah sejumlah 15 responden atau 11,2%, yang menyatakan

Setuju (S) sejumlah 13 responden atau 9,7%, yang menyatakan Tidak Setuju(TS)
sejumlah 8 responden atau 6%, dan yang menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS)

adalah sebesar 9 responden atau 6,7%.

Sedangkan berdasarkan tabel eksternal pemerintah Kabupaten Buol yang

berjumlah 89 responden atau 66,4 % dari total sampel yang menyatakan Sangat

Setuju (SS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan prinsip-prinsip akuntabilitas

publik dengan baik adalah sejumlah 8 responden atau 5,9%, yang menyatakan

Setuju (S) sejumlah 48 responden atau 35,8%, yang menyatakan Tidak Setuju(TS)

sejumlah 24 responden atau 17,9%, dan yang menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS)

adalah sebesar 9 responden atau 6,7%.

Sehingga berdasarkan persentase keseluruhan yang dihasilkan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa internal pemkab Buol mempunyai persepsi yang baik terhadap

akuntabilitas pemkab Buol. Hal ini ditandai dengan besarnya persentase yang

menyatakan sangat setuju (SS) sebesar 11,2% ditambah dengan yang menyatakan

Setuju (S) 9,7%, sehingga menjadi 20,9%. Sedangkan yang menyatakan Tidak

Setuju(TS) 6%, ditambah dengan yang menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS) 6,7%.

Sehingga menjadi 12,7% dari total responden internal pemkab Buol sebanyak 33,6%.

sedangkan untuk eksternal pemkab Buol mempunyai persepsi yang baik pula

terhadap akuntabilitas pemkab Buol. Hal ini ditandai dengan besarnya persentase

yang menyatakan setuju (S) sebesar 35,8 % ditambah dengan yang menyatakan

Sangat Setuju (SS) 6%, sehingga menjadi 41,8%. Sedangkan yang menyatakan

Tidak Setuju(TS) 17,9%, ditambah dengan yang menyatakan Sangat Tidak Setuju
(STS) 6,7% Sehingga menjadi 24,6% dari total responden internal pemkab Buol

sebanyak 66,4%.

Jika dilihat antara persepsi publik dengan responden internal dan eksternal

pemkab Buol, keduanya mempunyai persepsi yang sama yaitu baik. Akan tetapi

selisih perbedaan persepsinya hampir sama, dimana pada internal pemerintah

memiliki selisih perbedaan 8,2% sedangkan pada eksternal pemerintah 7,2 % .

4.3.6.2. Prinsip-Prinsip Transparansi Anggaran

Tabel 4.3.6.2.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran Berdasarkan

Institusi

Internal Pemerintah Kabupaten Buol

Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran


Persepsi SS S TS STS
Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
BAPPEDA 15 11,19% 0 0% 0 0% 0 0%
BAWASDA 4 2,99% 6 4,48% 5 3,73% 0 0%
DPRD 2 1,49% 0 0% 6 4,48% 7 5,22%
Total 21 15,67% 6 4,48% 11 8,21% 7 5,22%
Eksternal Pemerintah Kabupaten Buol

Prinsip-prinsip Transparansi Anggaran


Persepsi SS S TS STS
Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Akademisi 0 0 9 6.72% 6 4.48% 0 0
ORMAS 3 2.24% 8 5.97% 2 1.50% 2 1.49%
Mahasiswa 3 2.24% 1 0.75% 6 4.48% 5 3.73%
LSM 0 0 3 2.24% 7 5.22% 5 3.73%
Pengusaha 0 0 9 6.77% 5 3.73% 1 0.75%
Lain-lain 0 0 5 3.73% 6 4.48% 3 2.24%
Total 6 4.48% 35 26.12% 32 23.88% 16 11.94%
Sumber : data primer yang diolah
Dari tabel diatas ditunjukkan bahwa Internal pemerintah Kabupaten Buol

yang berjumlah 45 responden atau 33,58 % dari total sampel yang menyatakan

Sangat Setuju (SS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan prinsip-prinsip

Transparansi Anggaran dengan baik adalah sejumlah 21 responden atau 15,67 %,

yang menyatakan Setuju (S) sejumlah 6 responden atau 4,48 %, yang menyatakan

Tidak Setuju(TS) sejumlah 11 responden atau 8,21 %, dan yang menyatakan Sangat

Tidak Setuju (STS) adalah sebesar 7 responden atau 5,22%.

Sedangkan berdasarkan tabel eksternal pemerintah Kabupaten Buol yang

berjumlah 89 responden atau 66,42 % dari total sampel yang menyatakan Sangat

Setuju (SS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan prinsip-prinsip Transparansi

Anggaran dengan baik adalah sejumlah 6 responden atau 4,48 %, yang menyatakan

Setuju (S) sejumlah 35 responden atau 26,12%, yang menyatakan Tidak Setuju(TS)

sejumlah 32 responden atau 23,88%, dan yang menyatakan Sangat Tidak Setuju

(STS) adalah sebesar 16 responden atau 11,94%.

Sehingga berdasarkan persentase keseluruhan yang dihasilkan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa internal pemkab Buol mempunyai persepsi yang baik terhadap

Transparansi Anggaran pemkab Buol. Hal ini ditandai dengan besarnya persentase

yang menyatakan sangat setuju (SS) sebesar 15,67% ditambah dengan yang

menyatakan Setuju (S) 4,48%, sehingga menjadi 20,15%. Sedangkan yang

menyatakan Tidak Setuju(TS) 8,21%, ditambah dengan yang menyatakan Sangat


Tidak Setuju (STS) 5,22%. Sehingga menjadi 13,43% dari total responden internal

pemkab Buol sebanyak 33,58%.

Sedangkan untuk eksternal pemkab Buol mempunyai persepsi yang berbeda

dengan internal pemkab Buol terhadap Transparansi Anggaran pemkab Buol. Hal ini

ditandai dengan besarnya persentase yang menyatakan Tidak Setuju (TS) sebesar

23,88% ditambah dengan yang menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS) 11,94%,

sehingga menjadi 35,82%. Sedangkan yang menyatakan Setuju(S) 26.12%, ditambah

dengan yang menyatakan Sangat Setuju (SS) 4,48 %. Sehingga menjadi 30,60% dari

total responden internal pemkab Buol sebanyak 66,42%.

Jika dilihat antara persepsi publik dengan responden internal dan eksternal

pemkab Buol, keduanya mempunyai persepsi yang beda. Dimana pada Internal

Pemkab Buol mayoritas menyatakan bahwa pemkab Buol telah melaksanakan

prinsip-prinsip transparansi Anggaran dengan baik dengan persentase 20,15% dari

total responden internal 33,58% Akan tetapi pada eksternal pemkab Buol mayoritas

menyatakan bahwa pemkab Buol belum melaksanakan prinsip-prinsip transparansi

anggaran dengan baik dengan persentase sebesar 35,82% dari total responden

66,42%. Walaupun demikian selisih perbedaannya tidak terlalu signifikan yaitu

masing-masing internal dan eksternal sebesar 6,72% dan 5,22%.


4.3.6.3. Prinsip-Prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan

Tabel 4.3.6.3.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan

Berdasarkan Institusi

Internal Pemerintah Kabupaten Buol

Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan


Persepsi SS S TS STS
Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
BAPPEDA 11 8,21% 4 2,99% 0 0% 0 0%
BAWASDA 9 6,72% 1 0,75% 4 2,99% 1 0,75%
DPRD 2 1,49% 3 2,24% 6 4,48% 4 2,99%
Total 22 16,42% 8 5,97% 10 7,46% 5 3,73%
Eksternal Pemerintah Kabupaten Buol

Prinsip-prinsip Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan


Persepsi SS S TS STS
Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Akademisi 0 0% 9 6,72% 6 4,48% 0 0%
ORMAS 3 2,24% 8 5,97% 3 2,24% 1 0,75%
Mahasiswa 0 0% 6 4,48% 6 4,48% 3 2,24%
LSM 3 2,24% 7 5,22% 5 3,73% 0 0%
Pengusaha 0 0% 7 5,22% 6 4,48% 2 1,49%
Lain-lain 2 1,49% 7 5,22% 5 3,73% 0 0%
Total 8 5,97% 44 32,84% 31 23,13% 6 4,48%
Sumber : data primer yang diolah

Dari tabel diatas ditunjukkan bahwa Internal pemerintah Kabupaten Buol

yang berjumlah 45 responden atau 33,58% dari total sampel yang menyatakan

Sangat Setuju (SS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan prinsip-prinsip

Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan dengan baik adalah sejumlah 22


responden atau 16,42%, yang menyatakan Setuju (S) sejumlah 8 responden atau

5,97 %, yang menyatakan Tidak Setuju(TS) sejumlah 10 responden atau 7,46%, dan

yang menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS) adalah sebesar 5 responden atau 3,73%.

Sedangkan berdasarkan tabel eksternal pemerintah Kabupaten Buol yang berjumlah

89 responden atau 66,42 % dari total sampel yang menyatakan Sangat Setuju

(SS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan prinsip-prinsip Transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan dengan baik adalah sejumlah 8 responden atau 5,97 %, yang

menyatakan Setuju (S) sejumlah 44 responden atau 32,84%, yang menyatakan

Tidak Setuju(TS) sejumlah 31 responden atau 23,13%, dan yang menyatakan Sangat

Tidak Setuju (STS) adalah sebesar 6 responden atau 4,48%.

Sehingga berdasarkan persentase keseluruhan yang dihasilkan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa internal pemkab Buol mempunyai persepsi yang baik terhadap

Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan pemkab Buol. Hal ini ditandai dengan

besarnya persentase yang menyatakan sangat setuju (SS) sebesar 16,42% ditambah

dengan yang menyatakan Setuju (S) 5,97%, sehingga menjadi 22,39%. Sedangkan

yang menyatakan Tidak Setuju(TS) 7,49%, ditambah dengan yang menyatakan

Sangat Tidak Setuju (STS) 3,73%. Sehingga menjadi 11,19% dari total responden

internal pemkab Buol sebanyak 33,58%.

Sedangkan untuk eksternal pemkab Buol mempunyai persepsi yang sama

dengan internal pemkab Buol terhadap Transparansi Sistem Akuntansi Keuangan

pemkab Buol. Hal ini ditandai dengan besarnya persentase yang menyatakan Sangat
Setuju (SS) sebesar 5,97% ditambah dengan yang menyatakan Setuju (S) 32,84%,

sehingga menjadi 38,81%. Sedangkan yang menyatakan Tidak Setuju (TS) 23,13%,

ditambah dengan yang menyatakan Sangat Tidak Setuju (SS) 4,48 %. Sehingga

menjadi 27,61% dari total responden internal pemkab Buol sebanyak 66,42%.

Jika dilihat antara persepsi publik dengan responden internal dan eksternal

pemkab Buol, keduanya mempunyai persepsi yang sama yaitu baik. dengan selisih

perbedaan persepsinya sama, dimana pada internal pemerintah memiliki selisih

perbedaan 11,19% sedangkan pada eksternal pemerintah juga 11,19 % .

4.3.6.4. Prinsip-Prinsip Transparansi Laporan Keuangan

Tabel 4.3.6.4.

Persepsi Publik Terhadap Prinsip-prinsip Transparansi Laporan Keuangan

Berdasarkan Institusi

Internal Pemerintah Kabupaten Buol

Prinsip-prinsip Transparansi Laporan Keuangan


Persepsi SS S TS STS
Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
BAPPEDA 11 8,21% 4 2,99% 0 0% 0 0%
BAWASDA 4 2,99% 9 6,72% 1 0,75% 1 0,75%
DPRD 2 1,49% 2 1,49% 7 5,22% 4 2,99%
Total 17 12,69% 15 11,19% 8 5,97% 5 3,73%
Eksternal Pemerintah Kabupaten Buol

Prinsip-prinsip Transparansi Laporan Keuangan


Persepsi SS S TS STS
Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Akademisi 0 0% 9 6,72% 4 2,99% 2 1,49%
ORMAS 0 0% 9 6,72% 5 3,73% 1 0,75%
Mahasiswa 0 0% 7 5,22% 6 4,48% 2 1,49%
LSM 0 0% 10 7,46% 5 3,73% 0 0%
Pengusaha 0 0% 7 5,22% 6 4,48% 2 1,49%
Lain-lain 0 0% 6 4,48% 5 3,73% 3 2,24%
Total 0 0% 48 35,82% 31 23,13% 10 7,46%
Sumber : data primer yang diolah

Dari tabel diatas ditunjukkan bahwa Internal pemerintah Kabupaten Buol

yang berjumlah 45 responden atau 33,58 % dari total sampel yang menyatakan

Sangat Setuju (SS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan prinsip-prinsip

Transparansi Laporan Keuangan dengan baik adalah sejumlah 17 responden atau

12,69%, yang menyatakan Setuju (S) sejumlah 15 responden atau 11,19 %, yang

menyatakan Tidak Setuju(TS) sejumlah 8 responden atau 5,97%, dan yang

menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS) adalah sebesar 5 responden atau 3,73%.

Sedangkan berdasarkan tabel eksternal pemerintah Kabupaten Buol yang

berjumlah 89 responden atau 66,42 % dari total sampel yang menyatakan Sangat

Setuju (SS) bahwa pemkab Buol telah melaksanakan prinsip-prinsip Transparansi

Laporan Keuangan dengan baik adalah sejumlah 0 responden atau 0 %, yang

menyatakan Setuju (S) sejumlah 48 responden atau 35,82%, yang menyatakan Tidak
Setuju(TS) sejumlah 31 responden atau 23,13%, dan yang menyatakan Sangat Tidak

Setuju (STS) adalah sebesar 10 responden atau 7,46%.

Sehingga berdasarkan persentase keseluruhan yang dihasilkan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa internal pemkab Buol mempunyai persepsi yang baik terhadap

Transparansi Laporan Keuangan pemkab Buol. Hal ini ditandai dengan besarnya

persentase yang menyatakan sangat setuju (SS) sebesar 12,69% ditambah dengan

yang menyatakan Setuju (S) 11,19%, sehingga menjadi 23,88%. Sedangkan yang

menyatakan Tidak Setuju(TS) 5,97%, ditambah dengan yang menyatakan Sangat

Tidak Setuju (STS) 3,73%. Sehingga menjadi 9,70% dari total responden internal

pemkab Buol sebanyak 33,58%.

Sedangkan untuk eksternal pemkab Buol mempunyai persepsi yang sama

dengan internal pemkab Buol terhadap Transparansi Laporan Keuangan pemkab

Buol. Hal ini ditandai dengan besarnya persentase yang menyatakan Sangat Setuju

(SS) sebesar 0% ditambah dengan yang menyatakan Setuju (S) 35,82%, sehingga

menjadi 35,82%. Sedangkan yang menyatakan Tidak Setuju (TS) 23,13%, ditambah

dengan yang menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS) 7,46 %. Sehingga menjadi

30,60% dari total responden internal pemkab Buol sebanyak 66,42%.

Jika dilihat antara persepsi publik dengan responden internal dan eksternal

pemkab Buol, keduanya mempunyai persepsi yang sama yaitu baik. Akan tetapi

selisih perbedaan jauh berbeda, dimana pada internal pemerintah memiliki selisih

perbedaan 14,18 sedangkan pada eksternal pemerintah hanya 5,22 % .


4.3.7. Analisis Kuantitatif pada Hipotesis Kedua (H2)

Pada hipotesis kedua peneliti melakukan pengujian mengenai pengaruh

transparansi laporan keuangan terhadap pengambilan keputusan publik kabupaten

Buol. Pada pengujian hipotesis kedua ini (lampiran 6) peneliti menggunakan analisis

regresi linier berganda dan melakukan uji t untuk mengetahui regresi parsial

individual dan uji F untuk menentukan tingkat signifikansi secara keseluruhan

mengenai pengaruh antara transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan pemkab

Buol dengan pengambilan keputusan publik kabupaten Buol.

Analisis regresi linier berganda adalah analisis mengenai ketergantungan

antara lebih dari dua variabel independen terhadap satu variabel dependen, dengan

maksud untuk menaksir dan meramalkan nilai rata-rata variabel dependen dan

independen(Nurhayati, 1998). Meskipun regresi berhubungan dengan

ketergantungan tetapi tidak harus sebab akibat yang hanya hubungan satu arah.

Tabel pada lampiran 7 sudah dikelompokkan hasil dari kuisioner yang telah

disebar mengenai pengaruh transparansi laporan keuangan terhadap pengambilan

keputusan. Dan sebelum dianalisis menggunakan regresi linier berganda pada

lampiran 5, tiap-tiap variabel dicari rata-ratanya (mean) baik variabel dependen (y)

maupun variabel independen (x),

Hasil persamaan yang diperoleh dari perhitungan nilai koifisien regresi dari

masing-masing variabel independen dan intercepnya adalah sebagai berikut:


y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan

y = Variabel pengambilan keputusan publik

X1 = Variabel Akuntabilitas

X2 = Variabel transparansi anggaran

X3 = Variabel transparansi sistem akuntansi pemerintahan

X4 = Variabel transparansi laporan keuangan

a = Intercept

b1,b2,b3,b4 = Koifisien regresi variabel independen

e = Error term

Persamaan diatas digunakan untuk menaksir nilai y jika a, b, dan x diketahui.

Nilai a merupakan nilai y yang dipotong oleh kurva linier pada sumbu vertikal y,

atau dengan kata lain, a adalah nilai y jika x = 0. Nilai b adalh kemiringan (slope)

kurva linier yang menunjukkan besarnya perubahan nilai y sebagai akibat dari

perubahan setiap unit nilai x. Dimana besarnya a dan b konstan adalah sepanjang

kurva linier.

Persamaan y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e merupakan model

matematis propabilisyik (propabilistic mathematical model) atau disebut juga

dengan istilah model matematis stochastic (stochastic mathematical model). Nilai y


pada persamaan ini belum dapat diketahui, walaupun nilai variabel x diketahui. Hal

ini disebabkan karena pada persamaan tersebut masih terdapat faktor kesalahan (e).

Dimana besarnya e dapat ditentukan dengan formulasi e = Y – Ŷ.

y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

= 1,578 + 0,042x + 0,183x + -0,265x + 0,557x + e

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5. apabila dilihat

dari tanda-tanda yang me\nyertai koefisien regresi, maka dapat dikatakan bahwa

tanda positif yang menyertai x mempunyai arti bahwa apabila laporan keuangan

dipublikasikan semakin tinggi transparansinya maka semakin tinggi pula

pengambilan keputusannya, atau berbanding lurus.

Kesalahan standar koefisien regresi (standar error) masing untuk variabel

akuntabilitas adalah Sb = 0,079, variabel transparansi anggaran adalah Sb = 0,063,

variabel transparansi sistem akuntansi pemerintahan adalah Sb = 0,094, sedangkan

variabel transparansi laporan keuangan adalah Sb = 0,093 dan nilai t hitung adalah

nilai yang digunakan dalam pengujian terhadap koefisien regresi untuk mengetahui

apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai

variabel dependen. Nilai kritis yang terjadi adalah t (127,0,05) = ± 1,65.


4.3.7.1. Uji t untuk Mengetahui Pengaruh Masing-Masing Nilai Variabel

X Terhadap Variabel Y

Nilai statistik t hitung untuk variabel akuntabilitas adalah sebesar 0,528 lebih

kecil dari pada t kritis = +1,65. maka keputusannya adalah menerima H 0, yang

artinya secara statistik tidak terdapat terdapat pengaruh antara akuntabilitas laporan

keuangan pemkab Buol terhadap pengambilan keputusan publik.

Nilai statistik t hitung untuk variabel transparansi anggaran adalah sebesar

2,912 lebih besar dari pada t kritis = +1,65. maka keputusannya adalah menolak H 0,

yang artinya secara statistik terdapat terdapat pengaruh antara transparansi anggaran

pemkab Buol terhadap pengambilan keputusan publik.

Nilai statistik t hitung untuk variabel transparansi sistem akuntansi

pemerintahan adalah sebesar -2,824 lebih kecil dari pada t kritis = -1,65. maka

keputusannya adalah menolak H0, yang artinya secara statistik terdapat terdapat

pengaruh antara transparansi sistem akuntansi pemerintah pemkab Buol terhadap

pengambilan keputusan publik.

Nilai statistik t hitung untuk variabel transparansi laporan keuangan adalah

sebesar 6,003 lebih besar dari pada t kritis = +1,65. maka keputusannya adalah

menolak H0, yang artinya secara statistik terdapat terdapat pengaruh yang signifikan

antara transparansi anggaran pemkab Buol terhadap pengambilan keputusan publik.


4.3.7.2. Uji F untuk Mengetahui Pengaruh Nilai Keseluruhan Variabel X

terhadap Variabel Y

Tabel 4.3.7.1.

Hasil perhitungan regresi

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 15,486 4 3,871 35,711 ,000a
Residual 13,985 129 ,108
Total 29,470 133
a. Predictors: (Constant), Transparansi Laporan Keuangan (X4) , Persepsi
Transparansi (X2), Akuntabilitas (X1), Transparansi Sistem Akuntansi
(X3)
b. Dependent Variable: Pengambilan Keputusan (Y)

Sumber: Data primer yang diolah

Pengujian selanjutnya adalah menggunakan uji F (lampiran 5) dimana nilai F

hitung = 35,711 lebih besar dari nilai F kritis = 3,9. Dari hasil perhitungan statistik

tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai keseluruhan variabel x jika digabungkan

adalah menolak H0 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara

akuntabilitas, transparansi anggaran, transparansi sistem akuntansi pemerintahan dan

transparansi laporan keuangan pemkab Buol terhadap pengambilan keputusan

publik.

4.3.7.3. Hasil Perhitungan Koefisien Deteminasi

Tabel 4.3.7.2.
Koifisien Determinasi antara Variabel Independen dengan Dependen

Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 ,725a ,525 ,511 ,32925
a. Predictors: (Constant), Transparansi Laporan
Keuangan (X4) , Persepsi Transparansi (X2),
Akuntabilitas (X1), Transparansi Sistem Akuntansi (X3)

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel diatas adalah mengenai pengujian koefisien determinasi majemuk atau

R square (R²) yang digunakan untuk mengukur bagaimana proporsi variasi dari

variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen secara bersama-sama

yang dijelaskan oleh model regresi. R² semata-mata hanyalah untuk menaksir

sesuatu agar dapat diandalkan dalam perhitungan koefisien regresi populasi yang

sebenarnya, dan juga untuk menarik kesimpulan statistik mengenai koefisien tadi

yang lebih menekankan pada relevansi logis atau teoritis dari variabel yang

menjelaskan dengan variabel tak bebas dalam arti statistiknya.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka R² atau R Square

adalah sebesar 0,525 atau 53% dengan nilai adjusted R square sebesar 0,511 atau

51%. Dari hasil tersebut dilihat bahwa variabel independen (akuntabilitas,

transparansi anggaran, sistem akuntansi pemerintahan, dan laporan keuangan) hanya

mempengaruhi variabel dependen (pengambilan keputusan publik) sebesar 53%.

Sedangkan 47% dijelaskan oleh variabel lain diluar persamaan tersebut.

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN


5.1. Kesimpulan

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang merupakan ringkasan dari

berbagai uraian pada bab-bab sebelumnya yang berdasarkan pada analisis data yang

telah dilakukan. Penelitian ini berdasarkan responden berjumlah 134 orang yang

memiliki latar belakang dari 9 institusi yang berbeda –beda, yaitu internal dan

eksternal Pemkab Buol.

Adapun kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan pengujian statistik terhadap pernyataan-pernyataan pada

kuisioner yang telah diisi oleh 134 responden dapat diambil kesimpulan

bahwa terdapat perbedaan persepsi diantara para pengguna laporan

keuangan pemkab Buol mengenai transparansi dan akuntabilitas laporan

keuangan pemkab Buol .

2. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya

dimulai dari persepsi terhadap akuntabilitas, transparansi anggaran,

transparansi Sistem Akuntansi Keuangan dan Transparansi Laporan

Keuangan dapat disimpulkan bahwa persepsi antara laki-laki dan

perempuan selalu berbeda. Dimana mayoritas dari responden laki-laki

menyatakan setuju sedangkan mayoritas perempuan menyatakan tidak

setuju terhadap variabel-variabel tersebut. Sehingga jenis kelamin


mempengaruhi tingkat persepsi seseorang terhadap transparansi dan

akuntabilitas publik.

3. Variabel akuntabilitas, transparansi anggaran, transparansi Sistem

Akuntansi Keuangan dan Transparansi Laporan Keuangan disimpulkan

bahwa persepsi berdasarkan pendidikan terakhir dan usia selalu berbeda.

Sehingga pendidikan terakhir dan usia mempengaruhi tingkat persepsi

seseorang terhadap variabel-variabel tersebut.

4. Persepsi publik terhadap variabel akuntabilitas pada responden internal

dan eksternal pemkab Buol, dapat disimpulkan bahwa keduanya

mempunyai persepsi yang sama yaitu baik. Dengan selisih perbedaan

persepsinya hampir sama pula, dimana pada internal pemerintah memiliki

selisih perbedaan 8,2% sedangkan pada eksternal pemerintah 7,2 %.

5. Persepsi publik terhadap variabel transparansi anggaran pada responden

internal dan eksternal pemkab Buol, dapat disimpulkan bahwa keduanya

mempunyai persepsi yang beda. Dimana pada Internal Pemkab Buol

mayoritas menyatakan bahwa pemkab Buol telah melaksanakan prinsip-

prinsip transparansi Anggaran dengan baik dengan persentase 20,15%

dari total responden internal 33,58% Akan tetapi pada eksternal pemkab

Buol mayoritas menyatakan bahwa pemkab Buol belum melaksanakan

prinsip-prinsip transparansi anggaran dengan baik dengan persentase

sebesar 35,82% dari total responden 66,42%. Walaupun demikian selisih


perbedaannya tidak terlalu signifikan yaitu masing-masing internal dan

eksternal sebesar 6,72% dan 5,22%.

6. Persepsi publik terhadap variabel transparansi Sistem Akuntansi

Keuangan pada responden internal dan eksternal pemkab Buol, keduanya

mempunyai persepsi yang sama yaitu baik. dengan selisih perbedaan

persepsinya sama pula, dimana pada internal pemerintah memiliki selisih

perbedaan 11,19% sedangkan pada eksternal pemerintah juga 11,19 % .

7. Jika dilihat antara persepsi publik terhadap variabel transparansi laporan

keuangan pada responden internal dan eksternal pemkab Buol, keduanya

mempunyai persepsi yang sama yaitu baik. Akan tetapi selisih perbedaan

persepsinya sedikit jauh berbeda, dimana pada internal pemerintah

memiliki selisih perbedaan 14,18 sedangkan pada eksternal pemerintah

5,22 % .

8. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

tentang pertanyaan pokok masalah dimana publik kabupaten Buol masih

mayoritas menganggap bahwa pemkab Buol melaksanakan transparansi

dan akuntabilitas publik dengan baik. Walaupun rata-rata dari setiap

variabelnya memiliki perbedaan yang sangat tipis ±10%.

9. Berdasarkan pengujian masing-masing variabel yang telah dilakukan

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh variabel transparansi


anggaran, transparansi sistem akuntansi, dan transparansi laporan

keuangan terhadap pengambilan keputusan publik kabupaten Buol,

sedangkan untuk variabel akuntabilitas tidak terdapat pengaruhnya

terhadap pengambilan keputusan publik.

10. Untuk pengujian secara keseluruhan variabel dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh akuntabilitas, transparansi anggaran, transparansi

sistem akuntansi keuangan pemerintahan, dan transparansi laporan

keuangan terhadap pengambilan keputusan publik.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini ada beberapa saran yang

mungkin layak untuk digunakan pada penelitian yang sejenis kedepannya.,

diantaranya :

1. Bagi institusi internal pemkab Buol hendaknya memperbaiki tingkatt

kinerjanya mengenai transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat

Buol demi tercipta kepercayaan publik sehingga keharmonisan antara

pelayan dan yang dilayani menjadi lebih baik. Demi terwujudnya

kabupaten Buol yang BERKAH.

2. Bagi institusi eksternal pemerintah kabupaten Buol diharapkan untuk

terus mengawasi dan melakukan kontrol yang lebih masiv lagi terhadap

jalannya pemerintahan pemkab Buol. Dan meningkatkan


independensinya dan menghindari kepentingan money politic serta meng-

upgrade dalam pengetahuan mengenai akuntansi sektor publik.

3. Untuk akademisi akuntansi sektor publik hendaknya meningkatkan

penelitian-penelitian yang terkait dengan akuntabilitas dan transparansi

keuangan sektor publik. Agar sistem yang ada pada sisi praktisnya dapat

diminimalkan kekurangannya dan laporan keuangan dapat lebih mudah

dipahami masyarakat.

4. Hendaknya dilakukan lagi penelitian yang sejenis dengan memperbanyak

sampel dan institusi yang terkait. Agar analisis persepsi publik kabupaten

Buol mengenai transparansi dan akuntabilitas publik mendapatkan hasil

dengan akurasi yang lebih baik.

5.3. Keterbatasan Peneletian

Ada beberapa hal yang menjadi kelemahan pada penelitian ini diantaranya :

1. Regulasi yang berkaitan dengan dengan transparansi dan akuntabilitas

publik sewaktu-waktu dapat berubah sehingga akan membuat beberapa

dari data yang ada dalam penelitian ini menjadi tidak relevan lagi dimasa

yang akan datang.

2. Jumlah sampel maupun institusi dalam penelitian ini tergolong masih

minim yaitu 134 responden dengan 9 institusi jika dibandingkan dengan

populasi yang ada dikabupaten Buol yang berjumlah 112.960 jiwa

(bkpm.go.id,2006), hal ini dikarenakan keterbatasan penulis informasi


mengenai institusi pemerintah dan nonpemerintah yang mengawasi

sekaligus menggunakan laporan keuangan pemkab Buol.

3. Masih banyaknya masyarakat atau publik maupun institusi yang ada di

kabupaten Buol yang masih minim pengetahuannya mengenai regulasi-

regulasi yang berkaitan dengan transparansi dan Akuntabilitas Publik.

4. Masih minimnya masyarakat atau publik kabupaten buol yang sadar

terhadap pentingnya transparansi dan akuntabilitas publik. Sehingga

enggan dan takut dalam mengawasi jalannya transparansi dan

akuntabilitas publik.

DAFTAR PUSTAKA

Firman Maulana Nanda, Skripsi, ”Persepsi Publik Terhadap Akuntabilitas Laporan

Keuangan Pemerintah Kabupaten Sleman”, FE UII Yogyakarta, 2005.

Anonim, ”Undang-Undang Otonomi Daerah 1999 dan Petunjuk Pelaksanaan


Undang-Undang Otonomi Daerah”, Penerbit CV. Restu Agung Jakarta,

2001.

Muqodim, ”Teori Akuntansi”, Penerbit Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII

Yogyakarta, 2005

Suwardjono,”Teori Akuntansi, Perekayasaan Pelaporan Keuangan”, Edisi Ketiga,

Penerbit BPFE Yogyakarta, 2005.

Anonim,”Undang-Undang Otonomi Daerah 2004 Beserta Penjelasannya”, Penerbit

Citra Umbara Bandung, 2005.

Algifari, ”Statistika Induktif untuk Ekonomi dan Bisnis”, Yogyakarta : UPPAMP

YKPN, 2003.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.”Akuntabilitas Instansi

Pemerintah”. Edisi Kedua. Jakarta: Pusat Pendidikan Dan Pelatihan

Pengawasan BPKP, 2002.

Basri YZ. Subri Mulyadi, ”Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar

Negeri”, Jakarta: Rajawali Pers, 2003.

Hadi Sutrisno, ” Statistik”, Yogyakarta : Andi, 1988.

Halim Abdul, ”Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah”, UPP AMP YKPN,

Yogyakarta, 2002.

Hamid Edi Suandi.,et.all, ”Memperkokoh Otonomi Daerah: Kebijakan, evaluasi dan

saran”. UII Press, Yogyakarta, 2004.


Husada Jan, ”Reformasi Akuntansi Kepemerintahan : Upaya Penyelamatan

Kekayaan Negara”, Makalah Seminar Indonesian Financial Service

Expo, Jakarta, 2004.

Hasan Iqbal, ”Analisis Data Penelitian dengan Statistika”, Bumu Aksara, Jakarta,

2004.

Kuncoro Mudrajad, ”Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasio,

Perencanaan, Strategi Dan Peluang”, Erlangga, Jakarta, 2004.

”Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi”, Erlangga, Jakarta,2003

Republik Indonesia, ”Undang-Undang Nomor 105 Tahun 2000

Tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah”, Depdagri8,

Jakarta 2004.

”Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan

Negara”, Depdagri, Jakarta.

”Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab

Keuangan Negara”, Depdagri, Jakarta.

”Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah”, Depdagri, Jakarta.

”Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan antara Pusat dan

Pemerintahan Daerah”, DepdagrI, Jakarta.

Simamora Bilson, ”Panduan Riset Prilaku Konsumen”, Gramedia, Jakarta, 2002.


Suharsimi Arikunto, ”Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek”, Edisi Revisi,

Rineka Cipta, Yogyakarta, 1998.

Sutanta Hadi,”Statistika dan Propabilitas: Teori dan Praktek”, Adityamedia,

Yogyakarta, 2005.

Suparmoko, ”Keuangan Negara (dalam Teori dan Praktek)”, Edisi V, BPFE,

Yogyakarta, 2003.

Umar Husein, ”Riset Akuntansi”, Gramedia, Jakarta, 2001.

Umul Ihyaul MD, ”Akuntansi Sektor Publik (Sebuah Pengantar)”. UMM Press,

Malang, 2005.

Yanto Sri, ”Meneropong Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara”, Media

Akuntansi, vol 39, IAI, Jakarta, 2004.

Mardiasmo, ” Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah”, Andi, Yogyakarta,

2004.

KSAP,. ”Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan”.,Salemba Empat, 2005.

Clingak-Clinguk, ”Laporan Keuangan Daerah Perlu Akuntabilitas”, Artikel, 2008.

BAPPENAS, ”Karakteristik yang dapat Terhimpun dari Telusuran Wacana Good

Governance”, Artikel, 2005.

PSEKP, ”Laporan Penyelenggaraan Workshop Penyusunan LPJ keuangan

Daerah”, Artikel, 2006.


Miriam Budiardjo, “Menggapai kedaulatan Untuk Rakyat”, Mizan, Bandung, 1998.

hal 107-120.

B. Guy Peters, “The Politics of Bureaucracy”, London : Routledge, 2000., hal 299-

381.

Lalolo Krina P Loina, ”Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi

& Partisipasi”, Makalah, 2003.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional & Departemen Dalam Negeri,

”Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah”,

Jakarta, 2002.
112

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

I. Pertanyaan untuk data umum

Petunjuk pengisian daftar kuesioner untuk data umum.

Untuk No.2 sampai dengan No.5 berilah tanda silang (X) pada item jawaban yang

anda anggap paling tepat. Khusus No. 1 jika anda keberatan mencantumkan nama anda.

Pertanyaan No. 1 boleh tidak dijawab.

Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Usia : …….Tahun

3. Jenis Kelamin* :  Laki-laki

 Perempuan

4. Jenjang Pendidikan*:  SLTA atau lebih rendah

 Diploma (D3)

 Strata1 (S1)

 Strata2 (S2)

 Strata3 (S3)

5. Organisasi/ Pekerjaan :  DPRD  LSM  BPK

 BAPPEDA  BAWASDA  Mahasiswa

 Pengusaha  ORMAS  Akademisi

 Lain-lain
Variabel Penelitian

II. Pertanyaan untuk data khusus (persepsi)

Petunjuk pengisian daftar kuesioner untuk data khusus

Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (x) pada kotak jawaban yang anda

anggap paling tepat.

SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju

S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

Pernyataan berikut berkaitan dengan akuntabilitas laporan keuangan Pemkab Buol.

Pernyataan SS S TS STS

Setiap kebijakanpemkab Buol selalu mengumumkan secara


tertulis dan tersedia bagi setiap warga yang membutuhkan,
Pemkab Buol selalu mempublikasikan laporan keuangan,
melalui media massa, media nirmassa, maupun media
komunikasi personal,
Laporan keuangan pemkab Buol selalu disajikan secara
akurat, dan lengkap
Pemkab Buol telah melaksanakan prinsip-prinsip
Akuntabilitas Publik dengan baik
Secara umum Laporan keuangan Pemkab Buol sudah
baik(dapat dipertanggungjawabkan)
Secara umum Pemkab Buol telah melaksanakan prinsip-
prinsip Good Governance dengan baik
Pernyataan berikut berkaitan dengan persepsi transparansi Anggaran Pemkab Buol

Pernyataan SS S TS STS

Anggaran Pemkab Buol sudah memenuhi prinsip


transparansi Anggaran
Saya diberi kemudahan jika menanyakan tentang berbagai
kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses
didalam sektor publik
Saya memiliki kesempatan yang luas untuk berpartisipasi
(mengkritisi, memberi masukan) dalam proses
penganggaran APBD
Saya diberi kemudahan jika melapor maupun menyebarkan
informasi apabila menemukan penyimpangan tindakan
aparat publik didalam kegiatan pelayanan publik

RAPBD telah dipublikan kepada masyarakat luas sebelum


disahkan menjadi APBD
Rancangan anggaran Pemkab Buol mudah untuk diakses
atau dilihat oleh masyarakat luas
Rancangan anggaran Pemkab Buol disusun secara
komprehensif, sederhana dan dapat dipahami oleh
masyarakat luas

Pernyataan berikut berkaitan dengan Transparansi Sistem Akuntansi

KeuanganPemkab Buol

Pernyataan SS S TS STS

Sistem akuntansi Pemkab Buol sudah memenuhi prinsip-


prinsip sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah yang
sesuai peraturan perundangan yang berlaku
Sistem akuntansi Pemkab Buol mengatur secara lengkap
mengenai prosedur, dokumen, catatan, sistem otorisasi, dan
sistem pelaporan
Secara umum sistem akuntansi Pemkab Buol berjalan
dengan baik
Pernyataan berikut berkaitan dengan Transparansi Laporan Keuangan Pemkab Buol

Pernyataan SS S TS STS

Laporan keuangan Pemkab Buol mudah dipahami


masyarakat
Laporan keuangan Pemkab Buol sudah memenuhi prinsip
pelaporan keuangan Pemda
Laporan keuang Pemkab Buol dipublikasikan tepat waktu

Laporan keuangan pemkab Buol dapat dijadikan ukuran


untuk menilai kinerjanya (dapat diperbandingkan)
Laporan keuangan Pemkab Buol dapat diandalkan, bebas
dari pengertian yang menyesatkan, disajikan secara wajar
dan jujur (faithfull representasion)
Laporan keuangan Pemkab Buol relevan untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan dimasa yang akan datang

Pernyataan berikut berkaitan dengan signifikansi pengaruh antara akuntabilitas

keuangan Pemkab Buol dengan pengambilan keputusan oleh para pengguna baik

pribadi atau institusi.

Pernyataan SS S TS STS
Laporan keuangan Pemkab Buol mempunyai manfaat dan
berpengaruh secara signifikan dalam pengambilan
keputusan ekonomi

Saya menggunakan laporan keuangan Pemkab Buol dalam


mengambil keputusan ekonomi
Saya menggunakan laporan keuangan Pemkab Buol dalam
mengambil keputusan Sosial
Saya menggunakan laporan keuangan Pemkab Buol dalam
mengambil keputusan politik
Saya mengikuti perkembangan laporan keuangan Pemkab
Buol
Saya menunggu laporan keuangan Pemkab Buol sebelum
mengambil keputusan.

LAMPIRAN 2
Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 18.0000 10.2759 3.2056 6

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

A1 15.2000 6.9931 .8086 .8576


A2 15.2333 8.8057 .3501 .9216
A3 14.7333 8.2713 .4336 .9134
A4 14.8667 6.6023 .8367 .8518
A5 15.0000 6.4138 .9602 .8302
A6 14.9667 6.6540 .9203 .8387

Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 6
Alpha = .8921

Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 21.5333 33.1540 5.7580 7

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

PT1 18.4667 24.6023 .9052 .9192


PT2 18.3000 22.6310 .9184 .9158
PT3 18.3667 30.1713 .3957 .9632
PT4 18.6333 22.5851 .8410 .9250
PT5 18.2667 24.3402 .8501 .9230
PT6 18.5667 24.7368 .8614 .9226
PT7 18.6000 23.2138 .9112 .9167

Reliability Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 7

Alpha = .9376
Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 9.5333 3.0161 1.7367 3

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

TSA1 6.4000 1.8345 .3886 .7995


TSA2 6.1667 1.4540 .7983 .3668
TSA3 6.5000 1.2931 .5171 .6969

Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 3
Alpha = .7214

Reliability

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 17.6333 18.7920 4.3350 6

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

TLK1 14.8000 13.0621 .8352 .9275


TLK2 14.6333 12.5161 .8953 .9197
TLK3 15.0333 12.9989 .8211 .9293
TLK4 14.4333 12.5299 .7843 .9366
TLK5 14.7000 13.6655 .8374 .9282
TLK6 14.5667 14.4609 .8061 .9339

Reliability Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 6

Alpha = .9404
Reliability

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 18.5667 8.9437 2.9906 6

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

APK1 15.3667 5.4126 .7695 .7454


APK2 15.1000 6.4379 .7517 .7633
APK3 15.1000 6.0241 .6656 .7728
APK4 15.9000 5.8172 .6415 .7795
APK5 15.6000 6.8000 .4344 .8240
APK6 15.7667 8.1161 .3856 .8391

Reliability Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 6

Alpha = .8198
LAMPIRAN 3

Hasil Uji Friedman

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum


Akuntabilitas 134 2.63 .65 1.33 3.83
Persepsi Transparansi 134 2.56 .73 1.29 3.86
Transparansi Sistem
Akuntansi 134 2.72 .66 1.33 4.00
Transparansi Laporan
Keuangan 134 2.51 .65 1.17 3.83

Friedman Test

Ranks

Mean Rank
Akuntabilitas 2.55
Persepsi Transparansi 2.33
Transparansi Sistem
3.04
Akuntansi
Transparansi
2.09
Laporan Keuangan

Test Statisticsa

N 134
Chi-Square 43.668
df 3
Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test
Hasil Uji Independent Sample T Test

T-Test

Group Statistics

Std. Error
Institusi N Mean Std. Deviation Mean
Akuntabilitas Internal 45 2.7556 .7974 .1189
eksternal 89 2.5599 .5546 5.879E-02
Persepsi Transparansi Internal 45 2.8984 .8311 .1239
eksternal 89 2.3820 .6029 6.391E-02
Transparansi Sistem Internal 45 2.9778 .8208 .1224
Akuntansi eksternal 89 2.5843 .5205 5.517E-02
Transparansi Laporan Internal 45 2.8593 .7629 .1137
Keuangan eksternal 89 2.3315 .5016 5.317E-02

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means


95% Confidence Interval of the Differe

Sig. Mean Std. Error


FSig. t df(2-tailed) Difference Difference Lower Upper
Akuntabilitas Equal
variances 18.30 .000 1.656 132 .100 .1956 .1181 -.038 .429
assumed
Equal
1.475 66.178 .145 .1956 .1326 -.069 .460
variances not
assumed
Persepsi Equal
16.60 .000 4.107 132 .000 .5164 .1257 .268 .765
variances Transparansi
assumed
Equal
3.704 68.121 .000 .5164 .1394 .238 .795
variances not
assumed
Transparansi Equal variances
25.19 .000 3.380 132 .001 .3935 .1164 .163 .624
Sistem assumed
Akuntansi Equal
2.932 62.420 .005 .3935 .1342 .125 .662
variances
not assumed
Transparansi Equal variances
18.36 .000 4.798 132 .000 .5278 .1100 .310 .745
Laporan assumed
Keuangan Equal
variances 4.204 63.810 .000 .5278 .1255 .277 .779
not assumed
LAMPIRAN 4

Pengujian Friedman Test pada Hipotesis Pertama (H1)

1. H01 = Tidak terdapat perbedaan persepsi diantara pengguna laporan keuangan pemkab

Buol mengenai transparansi dan akuntabilitas publik pemkab Buol.

Ha1 = Terdapat perbedaan persepsi diantara pengguna laporan keuangan pemkab Buol

terhadap transparansi dan akuntabilitas pemkab Buol.

2. x² tabel (0,05 ; 3) = 7,81

3. x² hitung = 43,66

4. x² hitung ≥ x² tabel

Daerah penerimaan H0 Daerah Penolakan H0

7,81 43,66

5. Kesimpulan : H0 ditolak atau H1 diterima, berarti terdapat perbedaan persepsi diantara

para pengguna laporan keuangan pemkab Buol mengenai transparansi dan

akuntabilitas pemkab Buol.


LAMPIRAN 5

Hasil Uji Regresi Linier Berganda


Regression

Variables Entered/Removedb

Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Transparansi Laporan
Keuangan (X4) , Persepsi
Transparansi (X2), Akuntabilitas . Enter
(X1), Transparaansi
Sistem Akuntansi (X3)
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Pengambilan Keputusan (Y)

Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 ,725a ,525 ,511 ,32925
a. Predictors: (Constant), Transparansi Laporan
Keuangan (X4) , Persepsi Transparansi (X2),
Akuntabilitas (X1), Transparansi Sistem Akuntansi (X3)
ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 15,486 4 3,871 35,711 ,000a
Residual 13,985 129 ,108
Total 29,470 133
a. Predictors: (Constant), Transparansi Laporan Keuangan (X4) , Persepsi
Transparansi (X2), Akuntabilitas (X1), Transparansi Sistem Akuntansi
(X3)
b. Dependent Variable: Pengambilan Keputusan (Y)

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,578 ,127 12,414 ,000
Akuntabilitas (X1) ,042 ,079 ,057 ,528 ,599
Persepsi Transparansi (X2) ,183 ,063 ,282 2,912 ,004
Transparansi Sistem
-,265 ,094 -,373 -2,824 ,005
Akuntansi (X3)
Transparansi Laporan
,557 ,093 ,768 6,003 ,000
Keuangan (X4)
a. Dependent Variable: Pengambilan Keputusan (Y)
LAMPIRAN 6

Pengujian Koifisien Regresi Parsial Individual pada Hipotesis Kedua (H2)

1. H02 : x = 0

Ha2 : x ≠ 0

2. t tabel (0,05 : 127) = ± 1,65

F tabel (0,05;129;1) = ± 3,9

3. t hitung akuntabilitas = 0,528

t hitung transparansi anggaran = 2,912

t hitung transparansi sistem akuntansi Pemerintahan = -2,824

t hitung transparansi laporan keuangan = 6,003

F hitung = 35,711

4. –t, -F tabel ≤ t, F hitung ≤ t,F tabel

Daerah penerimaan H0 Daerah Penolakan H0

-1,65 +1.65 0,528, 2,912, -2,824,

6,003 (t)

-3,9 +3,9 35,711 (F)

5. Kesimpulan : H0 ditolak atau H1 diterima, berarti terdapat pengaruh yang signifikan

antara variabel transparansi laporan keuangan pemkab Buol terhadap pengambilan

keputusan publik.
LAMPIRAN 7
No Institusi Usia Jenjang Jenis Akuntabilitas Publik Transparansi Anggaran TSAK T. Laporan Keuangan Sig. LP dan Kep.
Resp. (variable X1) (Variabel X2) (Vrbl X3) (Variabel X4) (Variabel Y)
Pend. Kelamin 1 2 3 4 5 6 1 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1 BAPPEDA 33 S1 P 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3
2 45 S1 L 3 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3
3 49 S1 L 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2 3 2
4 32 S1 L 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3
5 33 S1 P 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3
6 44 S1 L 3 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3
7 49 S1 L 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2 3 2
8 32 S1 P 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3
9 33 S1 L 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3
10 45 S1 L 3 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3
11 50 S1 P 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2 3 2
12 32 S1 P 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3
13 36 S1 L 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3
14 28 S1 L 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3
15 42 S1 L 3 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3
16 LAIN2 21 S1 L 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 4 3 2 3
17 23 SLTA L 2 3 4 3 3 3 2 1 4 1 1 2 1 2 3 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3
18 39 S1 L 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 3
19 39 S1 P 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3
20 27 SLTA L 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 3 2
21 27 SLTA P 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 3 2
22 22 SLTA L 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3
23 21 S1 L 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 4 3 2 3
24 23 SLTA L 2 3 4 3 3 3 2 1 4 1 1 2 1 2 3 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3
25 39 S1 L 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 3
26 39 S1 L 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3
27 21 S1 P 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 4 3 2 3
28 23 SLTA L 2 3 4 3 3 3 2 1 4 1 1 2 1 2 3 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3
29 39 S1 L 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 3
30 AKADEMISI 42 S1 L 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2
31 25 SLTA L 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3

124
32 24 S1 P 4 3 2 2 2 2 2 1 2 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3
33 25 S1 L 2 3 2 2 2 2 3 2 2 4 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2
34 38 S1 L 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3
35 44 S1 L 3 2 2 4 4 4 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
36 27 S1 P 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 1 2 3 1 1 1 1 2 1 1 2 3 2 3 1 1
37 51 S1 L 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
38 42 S1 L 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2
39 25 SLTA L 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3
40 24 S1 P 4 3 2 2 2 2 2 1 2 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3
41 25 S1 L 2 3 2 2 2 2 3 2 2 4 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2
42 38 S1 L 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3
43 44 S1 L 3 2 2 4 4 4 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
44 27 S1 P 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 1 2 3 1 1 1 1 2 1 1 2 3 2 3 1 1
45 MAHASISWA 23 SLTA L 3 2 4 4 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2 4
46 19 SLTA L 4 3 4 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 3 2 4 2 3 3 2 3 3 2 2
47 19 SL;TA L 3 2 2 3 2 2 3 2 3 1 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3
48 22 SLTA L 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3
49 22 SLTA L 3 4 4 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 3 4
50 35 SLTA L 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 1 3 3
51 23 SLTA L 2 3 3 3 1 2 1 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 1 3 2 3 3 2 3 3
52 18 SLTA L 3 3 2 3 3 2 3 4 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2
53 23 SLTA L 4 3 4 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 1 2 2 1 2 2 3 2 3 4 3 2 1 3 2
54 23 SLTA L 2 3 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 3 2 2 1 3 3 3 1 4 2 2 2 4 2 1
55 23 SLTA P 3 2 4 4 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2 4
56 19 SLTA L 4 3 4 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 3 2 4 2 3 3 2 3 3 2 2
57 19 SL;TA L 3 2 2 3 2 2 3 2 3 1 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3
58 22 SLTA P 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3
59 22 SLTA P 3 4 4 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 3 4
60 BAWASDA 26 S1 L 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
61 27 S1 P 2 2 2 3 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 4 4 3 2 3 3
62 29 SLTA L 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3
63 31 S1 P 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4
64 51 S1 L 4 3 4 4 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3
65 40 S1 L 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3

125
66 38 SLTA L 3 4 4 3 4 3 3 2 2 2 3 2 2 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 1 1 3 1
67 35 S1 L 4 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
68 45 S1 L 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
69 42 S2 L 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2
70 26 S1 L 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
71 27 S1 P 2 2 2 3 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 4 4 3 2 3 3
72 29 SLTA L 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3
73 31 S1 P 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4
74 35 S1 L 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 3 2 3 3
75 DPRD 57 S1 L 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 1 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 4 4 2
76 40 S1 L 3 4 4 4 2 3 4 4 4 1 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 4 1
77 42 S1 L 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 3 3
78 32 S1 L 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 3 4
79 37 S2 L 2 2 2 1 1 2 2 2 4 4 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 4 4 4
80 41 S1 P 2 2 2 1 1 2 2 2 4 4 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 4 3
81 53 S1 L 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2
82 31 S1 L 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2
83 57 S1 L 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 1 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 4 4 2
84 40 S1 L 3 4 4 4 2 3 4 4 4 1 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 4 1
85 42 S1 L 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 3 3
86 32 S1 L 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 3 4
87 37 S2 L 2 2 2 1 1 2 2 2 4 4 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 4 4 4
88 41 S1 P 2 2 2 1 1 2 2 2 4 4 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 4 3
89 52 S1 L 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2
90 ORMAS 25 SLTA L 3 4 3 3 2 3 3 3 2 4 2 1 3 3 3 3 3 4 2 2 2 3 4 3 3 1 3 3
91 24 SLTA L 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3
92 23 SLTA L 1 2 2 2 1 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 1 3 4 1 2 4 4 2
93 20 SLTA P 3 3 3 4 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 1 3
94 23 DIPLOMA L 1 1 2 2 1 2 2 1 3 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 4 4 3 4 3 4
95 20 SLTA L 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3
96 26 SLTA L 3 2 3 2 3 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2
97 20 SLTA L 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3
98 21 SLTA P 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
99 21 SLTA P 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

126
100 18 SLTA L 4 3 4 2 4 3 2 2 1 4 3 4 3 4 4 2 3 4 2 4 1 3 4 4 4 3 3 4
101 19 SLTA L 2 3 4 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 3 3 3 2 3 3
102 19 SLTA L 4 2 4 4 4 2 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4
103 24 SLTA L 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3
104 23 SLTA L 1 2 2 2 1 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 1 3 4 1 2 4 4 2
105 LSM 27 S1 L 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 3 1 3 1 2 2 2 3 3 3 2
106 32 SLTA L 4 3 2 2 2 3 2 2 4 2 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 2 3 4
107 28 SLTA L 4 3 2 2 2 3 2 2 4 2 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 2 3 4
108 25 SLTA L 3 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 2 3 2 4 4 3 3 2 4 2
109 24 SLTA L 3 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 2 3 2 4 4 3 3 2 4 2
110 27 S1 L 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 3 1 3 1 2 2 2 3 3 3 2
111 32 SLTA L 4 3 2 2 2 3 2 2 4 2 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 2 3 4
112 28 SLTA L 4 3 2 2 2 3 2 2 4 2 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 2 3 4
113 25 SLTA L 3 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 2 3 2 4 4 3 3 2 4 2
114 27 S1 L 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 3 1 3 1 2 2 2 3 3 3 2
115 32 SLTA L 4 3 2 2 2 3 2 2 4 2 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 2 3 4
116 27 SLTA L 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 3 1 3 1 2 2 2 3 3 3 2
117 32 SLTA L 4 3 2 2 2 3 2 2 4 2 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 2 3 4
118 27 SLTA L 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 3 1 3 1 2 2 2 3 3 3 2
119 32 SLTA L 4 3 2 2 2 3 2 2 4 2 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 2 3 4
120 PENGUSAHA 28 S1 L 2 3 3 2 2 2 2 1 1 1 3 2 1 2 2 2 1 3 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2
121 41 SLTA L 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 3 2
122 31 S1 L 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 1 3 3
123 53 SLTA L 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 1 3 3
124 23 SLTA L 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3
125 27 SLTA L 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3
126 23 SLTA P 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 3 2
127 25 S1 L 4 4 2 2 3 1 3 3 4 2 4 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 4
128 27 S1 P 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
129 53 SLTA L 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 1 3 3
130 23 SLTA L 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3
131 27 S1 L 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3
132 29 SLTA P 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 3 2
133 25 S1 L 4 4 2 2 3 1 3 3 4 2 4 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 4
134 34 S1 P 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

127
128

Anda mungkin juga menyukai