SANTRI
DI PONDOK PESANTREN
(Studi kasus: Pondok Pesantren Al-Ashriyyah
Nurul Iman Parung, Bogor)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat
memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
H. Abdul Wahab Abd Muhaimin, Lc. MA Drs. H. Zainul Arfin Yusuf, M.Pd
NIP 150 238 774 NIP 150 204 484
Panitia Ujian
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
hidayah, taufik, dan inayah-Nya, penulis dapat nenyelesaikan skripsi yang berjudul
"
Selanjutnya shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada
Nabi dan Rasul-Nya Muhammad SAW beserta sahabat, keluarganya dan para
perjuangan, dengan beraneka ragam kendala, tidak terlepas dari bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dari lubuk hati yang paling dalam, penulis
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
2. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas Syariah
3. Dr. Euis Amalia, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Muamalat Ekonomi Islam
Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Drs. H. Abdul Wahab Abd Muhaimin, Lc. MA. Sebagai pembimbing I, yang dengan
6. Drs. H. Zainul Arfin Yusuf, M.Pd sebagai pembimbing II, yang dengan penuh
keikhlasan dan ketulusan hati telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan
senantiasa mendoakan penulis dan memberikan motifasi, baik moril maupun materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi serta menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, kasih sayang, dan taufik-Nya serta
8. kepada seluruh Dosen/Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta yang telah
yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini dari awal hingga akhir.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan, agar semua bantuan
dan partisipasi dari berbagai pihak tersebut diberikan-Nya ganjaran dan pahala yang
berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, masukan dan saran selalu penulis harapkan untuk kesempurnaannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi umat
Penulis
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................ iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
D. Metode Penelitian............................................................. 10
A. Pemberdayaan Kewirausahaan.......................................... 19
D. Struktur Organisasi........................................................... 44
F. Sumber Dana.................................................................... 47
Iman.................................................................................
48
57
PONDOK PESANTREN
A. Analisa Pemberdayaan Kewirausahaan di Pondok
60
75
78
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 80
B. Saran ............................................................................... 83
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Salah satu masalah mendasar yang hingga kini menjadi tantangan terbesar
ekonomi di berbagai sektor. Hal ini disebabkan karena pembangunan tidak mampu
Problem yang dimiliki bangsa Indonesia itu antara lain adalah pertumbuhan
ekonomi yang tidak dibarengi dengan kesempatan tenaga kerja yang merata,
besarnya jumlah peluang usaha dan investasi di Indonesia. Ditambah lagi banyaknya
peluang dan kesempatan investasi tersebut tidak banyak didukung oleh kemampuan
sumber daya manusia yang kualified. Akibatnya timbul kesenjangan antara kebutuhan
lapangan pekerjaan dengan kesempatan yang diberikan oleh pelaku usaha kepada
pengangguran.
negara ini hanya bisa menambah jumlah lapangan kerja untuk 1.590.000 orang saja.
Lebih mengkhawatirkan lagi, 50% dari total penganggur di negeri ini adalah
sarjana. Padahal mereka inilah yang diharapkan menjadi agent of change yang bisa
membawa kemajuan bagi bangsa ini. Hal ini sebenarnya tidak terlalu mengagetkan
karena hanya 6% sarjana kita yang berwirausaha, selebihnya (80%) memilih menjadi
karyawan.1
sebenarnya sudah terjadi di berbagai belahan dunia sejak puluhan tahun yang lalu.
Max Gunther, seorang penulis buku motivasi, pernah mengkritik sistem pendidikan di
Amerika Serikat tahun 70-an yang katanya hanya akan melahirkan lulusan
sanglarstik yang artinya mereka mempunyai mental buruh, yaitu menjadi pegawai
negeri atau pegawai swasta.2 Mereka kurang mau dan mampu menciptakan lapangan
kerja sendiri. Bahkan untuk kasus di Indonesia, hal itu masih terjadi sampai sekarang.
Masyarakat sulit untuk mau dan memulai wirausaha dengan alasan mereka
tidak diajar dan dirangsang untuk berusaha sendiri. Hal ini juga didukung oleh
lingkungan budaya masyarakat dan keluarga yang dari dulu selalu ingin anaknya
menjadi orang gajian alias pegawai. Di sisi lain para orang tua kebanyakan tidak
memiliki pengalaman dan pengetahuan untuk berusaha. Oleh karena itu, mereka
1
Koran Pikiran Rakyat (27/11/08).
2
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Raja Grafindo Utama, 2006), h.2.
Pandangan tentang lebih enak menjadi karyawan di negeri ini memang sudah lumrah,
kalau tidak bisa dibilang salah kaprah.3 Rupanya cita-cita ini sudah berlangsung lama
terutama di Indonesia dengan berbagai sebab. Jadi, tidak mengherankan jika setiap
tahun jumlah orang menganggur semakin terus bertambah sementara itu lapangan
Selain itu, banyak pihak yang kurang yakin bahwa kewirausahaan dapat
bertitik tolak dari keyakinan bahwa kewirausahaan adalah suatu property budaya dan
sikap mental, oleh karena itu bersifat attitudinal dan behavioral. Seseorang menjadi
wirausaha karena dari asalnya sudah demikian. Dengan kata lain, ia menjadi
sosialisasi sebagai proses alamiah, khususnya dari orang tuanya. Jadi, pendidikan
formal (sebagai suatu proses intervensi terencana dan terkendali yang kita kenal
sehari-hari) untuk membentuk wirausaha, tidak mereka yakini. Mereka hanya yakin
sendiri dan tidak bergantung pada pencarian kerja yang semakin hari semakin sempit
dan ketat persaingannya. Kreativitas ini sangat dibutuhkan bagi orang yang berjiwa
3
Sasmito, Semua Orang Bisa Jadi Pengusaha, (Jakarta: Hi-Fest Publishing, 2007), h.13.
4
Benedicta Prihatin Dwi Riyanti, Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi
Kepribadian (Jakarta: PT Grasindo, 2003), h.x.
kewirausahaan untuk menciptakan sebuah peluang kerja, tidak hanya bagi dirinya
sendiri tapi juga bagi orang lain. Ini sesuai dengan keinginan Kantor Menteri
Koperasi dan UKM untuk menciptakan 20 juta usaha kecil menengah baru tahun
2020. Keinginan ini direspon positif oleh Ir. Aburizal Bakri bahwa membangun UKM
5 orang, maka 20 juta UKM akan menyerap lebih dari 100 juta tenaga kerja. Hal ini
beberapa negara, pendidikan tersebut telah dilakukan puluhan tahun yang lalu.
dan digalakkan pada era 90-an. Namun demikian, kita patut bersyukur karena
hasilnya dewasa ini sudah mulai berdiri sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga yang
pergeseran yang cukup jelas. Jika di masa penjajahan misi pesantren adalah
masyarakat dari belenggu tindakan tiranik, maka pada masa pembangunan ini, hal itu
5
Heflin Frinces, Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis (Yogyakarta: Darussalam, 2004), h.4
6
Kasmir, Kewirausahaan, h. 5.
7
Mujamil Qomar, Pesantren: dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2001), h.5.
Pondok pesantren dengan berbagai harapan dan predikat yang dilekatkan
padanya, sesungguhnya berujung pada tiga fungsi utama yang senantiasa diemban,
Excellence). Kedua, sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia (Human
Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator yang mengarah pada terciptanya
tampil beda dengan cara konsisten membina akhlak dan kegiatan ekonomi di mana
semua unit usaha yang ada di pesantren tersebut dijalankan oleh santri sendiri.
Nurul Iman Parung-Bogor adalah salah satu Pondok Pesantren yang diindikasikan
kewirausahaan (yang memadai, terstruktur dan tertata secara sistemik) baik dilihat
proses awal produksi hingga menjadi barang jadi dikerjakan oleh santri. Berbeda
dengan pesantren lain yang hanya memberdayakan santri senior saja atau
memberdayakan santri tetapi hanya sebagai penjaga saja. Begitu juga dengan sektor
usaha yang dijalankan di pondok pesantren ini, bergerak dalam berbagai sektor
seperti agrobisnis, produksi, dan jasa. Bahkan dengan kewirausahaan tersebut,
diteliti, mengingat dampak positif yang bisa dihasilkan bagi pemberdayaan ekonomi
umat di masa mendatang. Pemberdayaan tersebut bermakna sebagai upaya sadar yang
pesantren. Oleh sebab itu saya merasa tertarik untuk mengangkat tema ini menjadi
1. Pembatasan Masalah
Nurul Iman.
c. Faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan kewirausahaan di
2. Perumusan Masalah
masalah ini, maka berikut ini diajukan beberapa pertanyaan penelitian yang
1. Tujuan Penelitian
Nurul Iman.
a. Manfaat Akademis
di kalangan santri dan umat Islam pada umumnya, yang pada akhimya mampu
b. Manfaat Praktis
yang mandiri, baik sebagai para wirausahawan Muslim yang handal, maupun
dalam dunia kerja dan profesi lainnya yang disemangati jiwa kemandiriannya,
D. Metode Penelitian
Metodologi digunakan sebagai suatu cara utama yang dipergunakan untuk
berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8
Penelitian ini merupakan data yang diambil dari lapangan dengan pendekatan survei,
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang berifat alamiah maupun hasil
rekayasa manusia.10 Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian dengan cara
mengamati dan mengumpulkan data dan kemudian data yang diperoleh, disusun dan
1. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yang terdiri dari:
a. Subjek Penelitian
8
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda, 2006), h.4
9
Azwar Saifudin, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1999), h. 6
10
Nana Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosda, 2005), h.72.
dalam penelitian ini adalah pengurus pondok pesantren, karyawan dan santri-
b. Objek Penelitian
Parung-Bogor.
2 Pengumpulan Data
dokumentasi.
a. Wawancara
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya
11
Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988),
h.25.
Setelah data terkumpul, maka akan dilakukan analisa guna
reduksi atas data-data yang terkumpul, mensortir mana data yang relevan dan
terutama data yang bersifat kuantitatif untuk disajikan dalam bentuk deskripsi
b. Observasi
sistematis dari fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini penulis melakukan
c. Dokumentasi
dokumen atau data yang secara langsung oleh pihak pondok kemudian diolah.
d. Kajian Pustaka
Yaitu sumber-sumber bacaan/ pustaka yang dapat mendukung
e. Pengolahan Data
Dari data-data yang sudah penulis peroleh, maka penulis
keniscayaan, yang diakui oleh semua orang. Maka untuk menghadapinya diperlukan
unggul yang mempunyai kualifikasi untuk bersaing dengan sumber daya dari luar.
12
A. Qodri Azizy, Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam (Persiapan SDM dan
Terciptanya Masyarakat Madani (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h.vii.
13
Badudu dan Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2001) h. 318.
memampukan dan memandirikan masyarakat.14 Pemberdayaan juga dapat berarti
penyadaran tentang kelemahan atau potensi yang dimiliki sehingga menimbulkan dan
meningkatkan kepercayaan diri sendiri untuk keluar dari persoalan dan untuk
tujuan yang dapat diukur dalam bentuk peningkatan dan perubahan yang lebih baik.
Tabel 1.1
Tahapan pemberdayaan
Input
Proses
Output
14
Lili Badiri, Muhammad Zen, M.Hudri, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,
2005) h. 54.
15
Sumardi, Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Berkah Pustaka, 1984), h.23.
adalah kemandirian, terutama kemandirian ekonomis; dan kemandirian adalah
keberdayaan.16
terhadap penyiapan generasi Indonesia yang tidak saja memahami ajaran agama
dalam konteks sosial, tetapi juga mempersiapkan generasi dengan keterampilan dan
menjadi ajaran wajib bagi setiap pesantren. Hampir susah menemukan pesantren yang
mengajarkan santrinya untuk mengejar posisi sebagai pegawai negeri sipil. Fakta ini
F. Tinjauan Pustaka
lanjut kemudian menyusunnya menjadi satu karya ilmiah, maka langkah awal yang
yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud
pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang
akhirnya menemukan beberapa tulisan yang menulis judul hampir sama dengan yang
akan penulis teliti, judul-judul tersebut antara lain adalah karya milik pertama;
Muzaini Romli. Manajemen Sumber Daya Manusia pada Pondok Pesantren Jamiyah
16
Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Syafe, Pengembangan Masyarakat Islam: dari
Ideologi, Strategi sampai Tradisi (Bandung:.PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. 1, h.47.
Islamiyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Jurusan Muamalat tahun 1429 H/2008 lebih
melalui kewirausahaan.
formal bukan di bidang kewirausahaan dan berbagai bidang usaha pesantren. Juga
dengan skripsi yang ketiga; karya Siti Irma Fatimah, Analisa Strategi Koperasi
Koperasi Pondok Pesantren Al-Ikhlas Subang Jawa Barat) Fakultas Syari'ah dan
Hukum Jurusan Muamalat tahun 1427 H/2006 M ini juga hanya memaparkan
Berbeda dengan ketiga skripsi dan tulisan diatas bahwa penelitian yang akan
G. Sistematika Penulisan
Bagian ini akan membahas tentang landasan teori, yaitu terdiri dari, teori
didalam Islam.
Bogor, perkembangan, visi, misi dan tujuan Pondok Pesantren, dan struktur
secara umum dan lebih difokuskan pada divisi departemen usaha Pondok Pesantren
merancang program, pelaksanaan program dan evaluasi, serta faktor pendukung dan
TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan Kewirausahaan
1. Pengertian Pemberdayaan
atau keberdayaan).18 Pemberdayaan secara etimologi berasal dari kata daya yang
berarti upaya, usaha, akal, kemampuan.19 Jadi, pemberdayaan adalah upaya untuk
mengembangkannya.20
bertujuan untuk membuka akses golongan bawah, lemah, dan tertindas tersebut
17
Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Syafe, Pengembangan Masyarakat Islam:
dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. 1, h.41.
18
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Reflika
Aditama, 2005), Cet. 1, h. 57.
19
Badadu-Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Sinar Harapan, 1997), h.
317.
20
Mubyartanto, Membangun Sistem Ekonomi (Yogyakarta: BPFE, 2000), h.263.
terhadap sumber daya yang dikuasai oleh golongan kuat atau terkungkung oleh
khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
pada intinya ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan
diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam
melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa
percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, antara lain melalui transfer
21
M. Dawam Rahardjo, Islam Dan Transformasi Sosial Ekonomi, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1999), Cet. 1, h. 355.
22
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.58
Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang
meningkatkan kepercayaan diri sendiri untuk keluar dari persoalan dan untuk
Tahapan-tahapan Pemberdayaan
yaitu:
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dalam rangka
ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, serta pembukaan akses
23
Gunawan Sumodiningrat, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat,
(Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2003), cet. 2. h. 16.
b. Mempunyai wadah yang terorganisir
d. Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait
pemberdayaan. 24
dan sejahtera.
1. Pemberdayaan pada mata ruhaniyah, dalam hal ini terjadi degradasi moral
24
Lili Bariadi, Muhamad Zen, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CV. Pustaka Amri,
2005), h.47
25
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial (Jakarta: UI Press, 2003), h.237-238.
Islam. Oleh karena itu, pemberdayaan jiwa dan akhlak harus lebih
ditingkatkan.
2. Pemberdayaan intelektual, yang pada saat ini dapat disaksikan bahwa umat
Islam Indonesia telah jauh tertinggal dalam kemajuan tekhnologi, untuk itu
(jihad).
masyarakat Islam sendiri. Seorang putra Islam dalam generasi Qurani awal
manusia, sungguh aku akan membunuhnya. Untuk dapat keluar dari himpitan
ekonomi seperti sekarang ini, disamping penguasaan terhadap life skill atau
masyarakat adalah upaya untuk memperluas pilihan bagi masyarakat. Ini berarti
26
Syamsudin RS, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam dalam Dawah
Islam, (Bandung: KP. HADID, 1999), h.2.
2. Pengertian Kewirausahaan
pahlawan, berbudi luhur; swa artinya sendiri sta artinya berdiri. Oleh karena itu
and creates an organization to pursue it.28 Pada definisi ini ditekankan bahwa
semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang
sifat perwira atau mulia dan mampu berdiri di atas kekuatan sendiri. Jadi, ia
27
Sumarsono, Kontribusi Sikap Mental Berwiraswasta untuk Berprestasi, (Jakarta:
C.V Era Swasta, 1984), h.1.
28
Anugrah Pekerti, Falsafah Kewirausahaan (Mitos, Teori dan Aksi Pengembangan
Kewirausahaan), (Jakarta : Depdikbud Dikti, 1998), h.20.
Raymond W. Kao menyebut kewirausahaan sebagai suatu proses,
yakni proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu
sesuatu yang baru berbeda dengan yang lain atau mampu menciptakan sesuatu
mampu berusaha dalam bidang ekonomi umumnya dan niaga khususnya secara
tepat guna (tepat dan berguna, efektif, dan efisien), juga berwatak merdeka lahir
29
Rambat Lupiyoadi, Kewirausahaan : From Mindset to Strategy, (Jakarta :
LPUI, 2005), h.27.
30
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Raja Grafindo Utama, 2006), h.17
31
Buchari Alma, Panduan Kuliah Kewirausahaan. (Bandung: CV Alvabeta, 2000),
h.70.
32
Buchari Alma, Ajaran Islam dalam Bisnis. (Bandung: CV Alfabeta, 1994), h.22
b. Berani mengambil resiko.
ini dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan dan sosiologi. Faktor individu yang
dan ketidakpuasan. Adapun inovasi yang berasal dari lingkungan ialah peluang,
pendanaan. Sedangkan faktor yang berasal dari pribadi adalah komitmen, visi,
33
Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 27.
34
Suryana, Kewirausahaan, (Jakarta: PT. Salemba Emban Patria, 2003) h.10
kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan
berani memulai usaha tanpa takut dan rasa cemas, sekalipun dalam kondisi tidak
usaha yang dapat memberikan keuntungan. Resiko kerugian merupakan hal biasa
karena mereka memegang prinsip bahwa faktor kerugian pasti ada. Tidak ada
istilah rugi selama seseorang melakukan usaha dengan penuh keberanian dan
dikutip Dra. Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Syafei. perilaku atau
untuk berprestasi adalah suatu keinginan atau dorongan dalam diri orang yang
menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai
35
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Raja Grafindo Utama, 2006), h.17
36
Peter F. Drucker, Inovasi dan Kewiraswastaan: Praktek & Dasar-Dasar,
(Jakarta:Erlangga, 1985) h.33.
37
Nanat Fatah Natsir, Etos Kerja Wirausaha Muslim, (Bandung: Sunan Gunung Djati
Press, 1999), h.34
Ketiga, preferensi kepada resiko-resiko menengah. Seorang
yang membutuhkan tingkat kinerja tinggi, suatu tingkatan yang menuntut usaha
berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan tugas
tersebut.
dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari
yang jauh lebih tinggi dari rata-rata orang. Kesadaran ini akan melahirkan sikap
sebagai lambang konkret dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian dari
kompetensi mereka. 38
pikir agar menjadi berani dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan serta
Quran maupun Hadis Nabi. Salah satunya dapat dijumpai dalam ayat:
!"#$&
1 ,-./.0# ()*+ '
<=> 89:;+ 456+7 23
F @ABCD0#
Apakah engkau tahu siapakah pendusta agama? Mereka adalah yang
menelantarkan anak yatim dan tidak perduli terhadap para fakir miskin.40
38
Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Syafe, Pengembangan Masyarakat Islam:
dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi, h.47.
39
Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Syafe, Pengembangan Masyarakat Islam:
dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi, h.47.
40
Q.S Al-Maun 1-3
Mafhum mukallaf dari ayat di atas adalah orang kaya yang tidak
menyantuni yatim dan fakir miskin ekuivalen dengan orang miskin yang tidak
berpunya untuk membayar zakat, anjuran untuk bersedekah, wakaf dan kewajiban
(entrepreneurship).41
paling sempurna, dan karena itulah manusia diberi tugas sebagai khalifah dimuka
bumi ini. Selain itu, dalam al-Quran dinyatakan bahwa umat Islam adalah khaira
terwujud jika umat Islam berilmu, berharta, dan sehat jasmani rohani, sehingga
dapat berguna dan memberi manfaat bagi orang lain yang masih dalam
Makin banyak pekerjaannya, berarti makin banyak pula anggota keluarga yang
41
Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Syafe, Pengembangan Masyarakat Islam:
dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi, h.47.
42
Sudrajat Rasyid, Kewirausahaan Santri: Bimbingan Santri Mandiri,(Jakarta: PT.
Citrayudha, 2006), h.32
43
Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti, Jaami Al Hadits: Al Jaami As Shagir Wal
Jawahid Wa Al Jaami Al Kabir, (Beirut: Daar al Fikri, 1994), Juz IV, h.303.
Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang lebih banyak memberi manfaat
bagi manusia lainnya
Reputasi Nabi dalam dunia bisnis dikenal sebagai orang yang sukses.
Rahasia keberhasilan Rasul adalah jujur dan adil dalam mengadakan hubungan
dagang dengan para pelanggan.45 Nabi Muhammad percaya kalau ia setia jujur
dan profesional, maka orang akan mempercayainya. Inilah dasar dan etika
wirausaha yang diletakkan oleh Rasulullah kepada umatnya dan umat manusia
seantero jagat.
pengaruh Islam berkembang pesat sampai ke pelosok dunia. Maka, jika kaum
Muslimin Indonesia ingin melakukan bisnis yang maju, maka etika, moral, dan
jiwa kewirausahaan yang dicontohkan oleh Rasul tersebut dipegang dan sungguh
tepat untuk menjawab berbagai persoalan dan tantangan hidup di dunia ini. 46
44
Ibid, h.155
45
Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Pedagang, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy,
1997), h.26
46
Lili Badiri, Muhammad Zen, M.Hudri, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri, 2005) h. 43.
Kemandirian dan kecukupan dalam bidang ekonomi memiliki makna
a. Dengan kekuatan ekonomi yang baik seorang Muslim akan dapat memelihara
b. Dengan kekuatan ekonomi yang baik, seorang Muslim akan lebih dapat
e. Kemampuan ekonomi sangat diperlukan untuk regenerasi umat agar umat ini
mutlak agar warga atau bangsa yang menghuni negara itu dapat menikmati
pembangunan umat adalah bagian yang tak terpisahkan dalam jalan hidup seorang
Muslim.
47
Miftahul Huda, Aspek Ekonomi dalam Syariat Islam, (Mataram: LKBH, 2007),
h.14.
B. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Menurut Manfred Ziemek, istilah pondok pesantren dimaksudkan
pondok pesantren berarti kamar, gubuk, ruang kecil, di dalam bahasa indonesia
dari bahasa Arab yaitu funduk yang artinya ruang tidur, wisma, hotel sederhana
prilaku sehari-hari.50
dan pendalaman ajaran agama Islam), serta fungsi indzhar (menyampaikan dan
48
Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986), h.98.
49
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(Jakarta,1986), h.177.
50
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta:INIS, 1994), h.6.
51
Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani, 1998), cet.I, h.120.
Sepanjang sejarah perjalanan umat Islam di Indonesia, ternyata kedua
fungsi utama tersebut telah dilaksanakan oleh pondok pesantren (pada umumnya).
Walaupun dengan berbagai kekurangan yang ada. Dari pondok pesantren lahir
para juru dakwah, para mualim dan ustadz, para kiayi, tokoh-tokoh masyarakat,
Hal ini tidak lain karena di dalam kegiatan pondok pesantren, terdapat
nilai-nilai yang sangat baik bagi berhasilnya suatu kegiatan pendidikan. Sehingga,
mana para santri dan kyai tinggal bersama dalam satu lingkungan asrama
(komplek). Para santri yang belajar di pondok pesantren tidak hanya dituntut
menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan oleh kyai atau ustadz, namun sekaligus
Istilah pondok pesantren berasal dari dua kata, yaitu pondok dan
pesantren. Pondok adalah tempat mondok, sedangkan pesantren berasal dari kata
santri. Jadi pondok pesantren adalah tempat mencari ilmu yang anak didiknya
diasramakan.
sosial, juga berfungsi sebagai pusat penyiaran agama Islam yang mengandung
yang kuat dalam membentuk dan memelihara kehidupan sosial, kultural, politik,
Khusnurdilo, terdapat tiga jenis peranan yang dapat dimainkan oleh pesantren,
yaitu:
52
Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, h. 120.
53
Sulthon Masyhud, Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva
Pustaka, 2005) h.13.
BAB III
dampak kirisis moneter tahun 1998. Pada awal terjadinya krisis moneter, banyak
perekonomian bangsa Indonesia. Di saat itu Al Syekh Habib Saggaf bin Mahdi bin
Syekh Abu Bakar bin Salim yang masih bertempat tinggal di kawasan perumahan
Bintaro Jaya, merasa prihatin dan sedih dengan hal tersebut. Krisis moneter itu
membuat semakin banyak para remaja yang putus sekolah serta tidak mampu
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi serta terjadinya krisis moral di mana-mana.
Hal itu menjadikan beliau bersikeras mendirikan suatu lembaga pendidikan gratis
demi meringankan beban bagi mereka yang tidak mampu, umumnya bangsa
Indonesia. Sehingga dengan tekad dan kemauan beliau yang mulia tersebut, beliau
menetap di desa. Beliau akhirnya pindah ke Desa Waru Jaya, Kecamatan Parung,
Jawa Barat Desa yang penduduknya di bawah garis kemiskinan di mana mayoritas
penghasilan mereka hanya mengandalkan penjualan daun melinjo serta ikan air tawar.
disaksikan para undangan dari Pejabat Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor, para
Pejabat Tinggi Negara Republik Indonesia serta Duta Besar Negara-negara Arab,
Juni 1998 di atas lahan 17 (tujuh belas) hektar. Diawali dengan peresmian peletakkan
Nurul Iman mendapatkan rekomendasi dari Kepala Desa Waru Jaya dan Camat
didaftarkan pada kantor Departemen Agama Kabupaten Bogor sejak tanggal 12 Maret
namun karena makin banyaknya santri yang berminat maka dibangunkan sebuah
kobong (bangunan dari bambu) yang berukuran 4 X 5 meter di areal tanah yang
awalnya sebuah hutan semak belukar dan rumput ilalang. Hari ke hari semakin
banyak santri yang berminat hingga kobong tersebut tidak lagi mencukupi untuk
mulai dari pembangunan gedung H. Isya dengan luas 15x12 M2 pada tahun 2000.
Asrama memberikan pandangan baru terhadap tempat tinggal para santri yang
belajar mereka. Namun, perkembangan tak putus begitu saja, dari tahun ke tahun
asrama-asrama baru yang menjadi obyek penampungan para santri. Seperti asrama
Gandhi Seva Loka dengan luas 15x12 M2, lalu disusul dengan dibangunnya asrama
program utama pada bidang pendidikan pondok pesantren dan pendalaman IPTEK
sebagai pendamping proyek mereka di dunia. Atas dasar itu, maka dibangun kembali
satu tempat ibadah untuk para santri dengan luas 32.5x9.50 M2, di depan pintu
Pesantren yang menjadi pemandangan baru di wilayah perkomplekan putra dan putri,
yaitu asrama Hanif (perkomplekan putra) dengan luas 12x6 M2, asrama H. Kosim
(perkomplekan putra) dengan luas 12x6 M2, asrama Olga Fatma (perkomplekan
putra) dengan luas 20x12 M2, asrama Anwariyyah (perkomplekan putra) dengan luas
56x12 M2, tiga lokal asrama (perkomplekan putri), asrama dengan tiga belas kamar
(perkomplekan putri), gedung belajar tingkat dua (perkomplekan putri) dan dua
tempat ibadah (Masjid) di area perkomplekan putra dengan luas 36x36 M2 dan putri
dan minum serta sarana dan pra-sarana ditanggung oleh pihak yayasan (gratis), maka
para santri yang berminat belajar di Pondok Pesantren ini pun semakin banyak
berdatangan. Tidak hanya dari daerah Desa Waru Jaya, melainkan hingga daerah-
daerah jauh di dataran bumi Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke, bahkan
Nama Al-Ashriyyah Nurul Iman sendiri dinukil dari bahasa Arab, Al-
agama dan pengetahuan umum secara terpadu dan modern. Nurul Iman berawal dari
kosa kata bahasa Arab, Nr yang bermakna cahaya, dan Al-Imn bermakna
agama dan ilmu pengetahuan umum yang terpadu dan modern dengan diselimuti
cahaya keimanan yang tinggi. Kini walaupun semakin bertambahnya jumlah santri,
tetapi Yayasan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman tetap senantiasa menjadi
pengobatannya serta sarana dan pra-sarana lainnya ditanggung oleh Yayasan. Dengan
kata lain gratis untuk seluruh lapisan masyarakat, terutama bagi mereka dari golongan
yang tidak mampu, fakir, miskin, anak yatim serta anak-anak terlantar.
B. Program Pengembangan
program pengembangan untuk masa datang. Baik dalam bidang pendidikan maupun
pesantren ini memiliki program untuk mewujudkan SDM yang berkualitas tinggi
dalam keimanan dan ketakwaan, menguasai IPTEK yang menjadi tumpangan hidup
di dunia. Oleh sebab itu diadakanlah kursus-kursus di luar pendidikan formal dalam
pembelajaran keseharian para santri. Kursus-kursus tersebut antara lain adalah kursus
sampah menjadi pupuk organik, peternakan ikan, dan lain-lain. Para santri pun
dituntut untuk mampu menguasai minimal tiga bahasa asing yaitu bahasa Arab,
Inggris dan Mandarin untuk bekal panduan pelepasan mereka kelak. Modal awal
seperti inilah yang terektur pada diri mereka agar mampu memproyeksikan ilmu
mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inofatif, dan tetap berada dalam landasan iman
dan takwa yang kuat. Karena itu Pesantren berusaha mengembangkan kreatifitas serta
lainnya.
memiliki program penambahan asrama untuk tempat tinggal para santri. Hal itu
diperlukan karena para santri, baik putra maupun putri, masih ada yang tidur di
yang ada. Selain itu, karena lembaga pendidikan pimpinan Al Syekh Habib Saggaf
bin Mahdi ini berorientasi pada pendidikan padat karya, yakni mendidik para santri
untuk belajar cara membuat roti, tahu, tempe, air mineral, tata cara jahit-menjahit, dan
lain-lain, maka sangat dibutuhkan sarana-sarana yang memudahkan terlaksananya
pendidikan tersebut.54
menguasai ilmu agama dan salah satunya mempunyai kecerdasan, baik kecerdasan
intelegensi, emosional, dan spiritual. Setiap santri yang dididik minimal mampu
mengamalkan ilmu untuk dirinya, keluarganya, dan lebih luasnya kepada masyarakat.
Iman, adalah:
tinggi.
D. Struktur Organisasi
disusun atau dibangun. Sedangkan organisasi dapat diartikan sebagai susunan aturan
dari berbagai bagian, sehingga merupakan kesatuan yang teratur dan tersusun. Maka
berikut:
Tabel 3.1
Struktur Organisasi
PENASEHAT
Penashat : As Syekh Habib Saggaf bin Mahdi bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
3. Lapangan Futsal
6. YAPANI Entertainment
7. Percetakan
PRESTASI
1. Akademik
e. Juara III MQK (Musbaqah Qiraatul Kutub) Tingkat Nasional Bidang Fiqih
f. Juara III Lomba Pidato Tiga Bahasa Tingkat Nasional Antar SLTA
2. NonAkademik
a. Juara I Lomba Qasidah Tingkat Kabupaten Bogor
F. Sumber Dana
mengenai meminta uang tetapi lebih mengenai menjual ide bahwa donor dapat
mewujudkan perubahan masyarakat. Bila orang telah menerima ide itu, maka mereka
akan mau menyumbang sehingga bisa menghimpun beberapa dana dari donatur yang
dari donatur tetap, unit usaha yang dijalankan oleh pondok pesantren dan bisnis habib
sendiri. Namun jika masih terdapat kekurangan maka itu semua datangnya dari Allah,
Al-Ashriyyah diantaranya:
55
Ust Subaiki, Staf Bendahara Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Wawancara
Pribadi, 11 Maret 2009, di Kantor Tata Usaha Pondok Pesantren.
c. Melalui Media cetak dan elektronik
d. Pandai Bergaul
berasal dari luar Negeri dimana penggunaannya itu di tujukan untuk pembangunan
pondok pesantren.
Tabel 3.2
Nama Donatur dan Kegunaan Sumbangan
5. Ibu Olga Fatma Gobel Jakarta Pondok Asrama Putra Olga Fatma
adalah agar para santri selain memiliki pengetahuan agama, juga agar memiliki skill
santri dituntut agar bisa menciptakan lapangan kerja, minimal untuk dirinya sendiri
tengah masyarakat.
tersebut diberdayakan, dengan cara dijual ke pengumpul dan dibuat juga pupuk
1. Bidang Agribisnis
adalah air yang melimpah, tanah yang subur, beragam tumbuhan dan binatang
tersedia untuk diambil manfaatnya. Kondisi iklim di Indonesia yang tropis pun
perkebunan, peternakan dan perikanan yang berorientasi pada hasil budidaya dan
Pondok. Dengan luas lahan sekitar 135 hektar, bidang agribisnis menjadi bidang
pertanian dan budidaya tanaman untuk menjadi suatu bidang keahlian bagi
para santri. Di bawah bimbingan para ahli, kegiatan pertanian dan budidaya
Di bawah ini adalah bagan hasil pertanian yang diperoleh oleh santri
Tabel 3.2
Hasil Pertanian
Nurul Iman dalam hal pertanian ini, adalah dengan berkunjungnya Taiwan
b. Perkebunan
seluas kurang lebih dua hektar. Ada tiga kategori dalam sektor perkebunan ini
yaitu perkebunan buah, bunga atau tanaman hias dan tanaman obat-obatan
terhadap buah pepaya ini cukup bagus. Buah-buahan merupakan salah satu
unsur makanan yang selalu dibutuhkan orang, hampir setiap orang baik
kios penjual rangkaian bunga dan banyak pula penjual tanaman di tepi jalan,
peternakan, akan tetapi saat ini Indonesia masih menjadi salah satu importir
sapi terbesar. Maka muncullah ide untuk membuat peternakan sapi. Usaha di
d. Perikanan
ikan. Di atas lahan seluas kurang lebih 28 hektar usaha ikan ini sangat
bibit ikan dengan induknya. Biasanya satu indukan dapat bertelur dan
memijahkan ribuan bibit atau anak ikan. Bibit ini kemudian ditempatkan
dalam kolam tersendiri dan sudah siap jual atau dipelihara, di mana
sini yaitu ikan mas, nila, gurame, sepat, dan ikan hias.
2. Bidang Produksi
tenaga kerja dan banyak diminati. Karena selain memberi peluang penghasilan
yang besar, juga berorientasi pada hasil. Produksi yang dimaksud di sini adalah
proses pembuatan dari bahan dasar menjadi bahan jadi atau dari bahan setengah
jadi menjadi menjadi barang siap pakai. Bidang produksi yang dikembangkan di
a. Pabrik Roti
serta 100 butir telur dan bahan lainnya dihabiskan untuk memproduksi 10.000
roti dalam satu hari. Dengan 15 orang santri yang bekerja secara bergantian
terampil dalam hal produksi roti. Bahkan Mr. Paul Wolfoitz (Presiden Bank
Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman dan mencicipi roti hasil buah
maka didirikanlah pabrik tempe dan tahu ini yang dananya diambil dari
kita dan tanah air kita sendiri. Untuk itu didirikanlah pabrik air minum
Hexagonal ini dengan produksi sesuai kapasitas mesin, yaitu 500 galon setiap
d. Pengolahan Sampah
dijual kepada para pengumpul dan sebagian lagi diolah menjadi pupuk
Di dunia ini manusia tidak bisa hidup sendiri. Tanpa bantuan pihak
lain, mustahil kita bisa berinteraksi dengan sesama manusia. Bukankah secara
bisa dilakukannya sendiri dan perlu bantuan orang lain, Itulah yang disebut
dengan jasa. Jenis jasa yang dikembangkan di Pesantren ini diantaranya yaitu:
a. Percetakan
roti, Pondok Pesantren Al-Ashriyah Nurul Iman saat ini melebarkan sayap ke
dalam bidang percetakan. Salah satu bidang usaha manusia yang mengalami
perubahan yang signifikan adalah hal cetak mencetak, baik dari bahan cetak
masyarakat.
b. YAPANI Entertainment
ceramah Kyai dan juga mendokumentasikan setiap tamu penting yang datang
dengan tujuan agar setiap ceramah kyai dan tamu penting yang datang,
didokumentasikan dalam bentuk visual seperti VCD, DVD dan media lainnya.
c. Usaha Menjahit
pasar yang tiada henti. Pakaian adalah kebutuhan pokok setiap orang, setiap
hari. Untuk itulah dikembangkan usaha menjahit ini agar di kemudian hari
maka diperlukan peran Pondok Pesantren dalam membina santri. Adapun cara
kewirausahaan.
2. Aspek afektif (keberanian, mampu mengambil keputusan untuk dan oleh diri
sendiri, bertanggung jawab, pecaya diri, optimis, sabar, tawakkal, dan ikhlas);
dll.
3. Aspek konatif (mampu menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan
keputusan itu, tekad kuat untuk tidak menjadi beban,); untuk itu biasanya
dobrak diri dan bangun diri agar ia mampu dan mau merubah karakter (akhlak).
ahli ikhtiar); untuk itu pembelajaran yang diberikan biasanya dalam bentuk life
Modal seperti itulah yang terstruktur dalam diri mereka agar mampu
masa depan yang menguasai IPTEK, mempunyai daya juang tinggi, kreatif,
inovatif, dan tetap dilandaskan iman dan takwa yang kuat, Pondok Pesantren Al-
Ashriyyah Nurul Iman berusaha mengembangkan kreatifitas serta meningkatkan
yang sukses, karena pengusaha yang sukses itu memerlukan proses yang panjang
namun sudah ada yang menciptakan lapangan kerja sendiri minimal untuk dirinya
sendiri, di pondok ini juga sudah diterapkan pernikahan antar santri dimana santri
putra dan putri yang sudah menempuh S1 dinikahkan dan diberikan lahan oleh
biaya pendidikan dari tahap ibtidaiyah sampai dengan tingkat perguruan tinggi,
masyarakat juga dapat memperoleh akses dan informasi mengenai kegiatan usaha
santri masyarakat juga ikut dilibatkan, begitu juga dengan pertanian dimana pihak
pondok pesantren dengan masyarakat menerapkan bagi hasil dari setiap panen
yang diperoleh.
56
Ust Fuad Alanshori, Kepala Humas Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman,
Wawancara Pribadi, 29 Desember 2008, di Kantor Redaksi Pondok Pesantren.
BAB IV
PEMBERDAYAAN KEWIRAUSAHAAN
PARUNG BOGOR
harapan ekonomi itu ditumpahkan ke lembaga-lembaga rakyat yang sudah teruji dan
lulus dalam sejarah kehidupan masyarakat dan berbangsa. Dan ternyata, yang justru
tahan di tengah badai krisis ekonomi adalah lembaga-lembaga ekonomi mikro yang
berbasis rakyat. Industri kelas menengah kecil seperti home industry justru memiliki
mempunyai lebih dari 6000 santri ini, dapat dijadikan contoh. Banyak penduduk
bekerja untuk pondok pesantren dalam berbagai sektor. Ada yang bekerja sebagai
pemangkas rambut, dry cleaning, tukang masak, memasok jajanan santri ke koperasi,
tinggal 24 jam di pondok. Berbeda dengan sekolah biasa yang muridnya tidak
mondok. Di samping itu, status pesantren sebagai lembaga swasta dan kondisi orang
tua murid yang mayoritas berasal dari ekonomi menengah kebawah, memaksa
pondok pesantren seperti Al-Ashriyyah Nurul Iman untuk terus mandiri dan inovatif
lembaganya.
1. Integrated Structural
Maksudnya adalah semua unit atau bidang yang ada dalam pondok
sendiri. Artinya, semua unit atau bidang dengan berbagai ragam spesifikasi,
berada dalam suatu struktur organisasi. Model seperti ini sebenarnya tidak terlalu
yang jelas, termasuk hak dan kewenangannya. Sebaliknya, Apabila hal ini tidak
dijumpai sementara kendali organisasi berpusat hanya pada satu orang, maka
berjalan dengan baik. Inilah problem klasik kelembagaan yang biasanya banyak
keorganisasian dan kelembagaan tidak begitu berjalan dan aspirasi para guru
dihindarkan.
2. Integrated Non-Structural
Dilihat dari dua model kelembagaan yang telah disebutkan di atas, maka
mereka nanti.
ikut menjawab tantangan zaman termasuk dalam memasuki era globalisasi yang
sehingga apabila tidak segera dicarikan solusinya akan berdampak pada tingginya
angka kriminalitas.
58
Ust Fuad Alanshori, Kepala Humas Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman,
Wawancara Pribadi, 02 Januari 2009, di Kantor Redaksi Pondok Pesantren.
yang telah tumbuh di lingkungan pondok pesantren merupakan modal berharga
yang harus terus dikembangkan bagi para santri. Para santri juga perlu
mempersiapkan diri untuk menghadapi dan mewujudkan masa depan yang lebih
cerah, sehingga kelak di samping mampu berdakwah dengan baik, juga mampu
akhlak. Ilmu yang diajarkan oleh pondok pesantren meliputi materi marifatullah,
sekitarnya dengan adanya kewirausahaan ini diharapkan akan lahir insan mandiri
Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman. Adapun untuk pelatih atau pemberi materi,
a. Tujuan Umum
wawasan iman dan taqwa serta mempunyai keterampilan dan kewirausahaan yang
mampu memberikan manfaat bagi masyarakat umum dalam perkembangan
perekonomian.
b. Tujuan Khusus
yang intelektualitas.
Ketiga: Materi, dalam hal ini materi yang diberikan secara umum
tidak terlepas dari rencana-rencana yang telah disusun. Diantaranya dalam bentuk
workshop, seminar, dan lain-lain. Akan tetapi metode yang lebih menjadi acuan
Tabel 4.1
Jenis Usaha Dan Pelatih
bulan sekali terhadap santri pada masing-masing unit usaha. Setelah itu dilakukan
pada santri. Karena dalam hal ini, pengawas keuangan yang masuk pada unit
usaha yang dijaga oleh santri setiap harinya tidak ada, melainkan melalui waskat
(pengawasan malaikat).
a. Pengelola Program
Tabel 4.2
Rancangan Program Pemberdayaan Kewirausahaan
Habib Sagaf
1 08:00-09:00 Pembukaan Masjid
bin Mahdi
Pemberian Tausyiah
3 09:30-12:00 Para Asatidz Masjid
dan Motivasi
Lokasi
4 13:00-14:00 Pemberian Teori Pelatih
Usaha
inisiatif (tokoh) masyarakat dan bersifat otonom, sejak awal berdirinya merupakan
Dhofier unsur-unsur yang terdapat di dalam pesantren yaitu: Kyai, Santri dan
Kyai Ulama
kharisma tinggi, ibadah yang tekun serta pengetahuan keagamaan yang luas dan
agama dan menjadi pemimpin spiritual para santrinya, tidak jarang juga menjadi
konteks ini, muncul faktor yang sangat penting sekaligus sebagai syarat dalam
tradisi Islam, yaitu seorang kyai-ulama adalah pemegang ilmu-ilmu agama. Tugas
ini tidak dapat dilimpahkan kepada masyarakat umum karena berhubungan dengan
Setidaknya ada tiga hal yang dapat dijadikan kelebihan melalui unsur
(daya tarik) yang luar biasa bagi calon santri, wali santri, dan masyarakat untuk
berburu ilmu. Kedalaman ilmu sang Kyai-ulama inilah yang menjadikan awal
terbangun.
orang yang berilmu itu memperoleh penghargaan meski tidak selalu berupa materi.
Meski potensi berasal dari figur seorang Kyai pondok pesantren, tetapi karena
institusi pondok pesantren biasanya melekat dengan figur sang Kyai-ulama, maka
dan dari kepercayaan melahirkan akses. Dari sinilah jalur-jalur komunikasi, baik
pesantren, telah mandiri secara ekonomi yaitu sebagai pengusaha dan sebagainya.
Pada pondok pesantren ini para santri bahkan belajar bertani dan berdagang kepada
pondok pesantren.
Ini berarti sejak awal Kyai-ulama telah mempersiapkan diri secara
sungguh-sungguh. Tidak hanya dari aspek mental, tetapi juga sosial dan ekonomi.
Tabel 4.3
Potensi Ekonomi Kyai-Ulama
Kyai-Ulama
Aset Ekonomi
Pengembangan Pesantren
Santri Murid
AShriyyah Nurul Iman Parung-Bogor adalah santri, atau murid, atau siswa. Analisis
potensi diri ini, bahwa para santri tersebut sering mempunyai potensi/bakat bawaan,
Bakat bawaan ini selalu dipupuk dan dikembangkan. Karena itulah, di dalam
pondok pesantren diterapkan penelusuran potensi/bakat dan minat santri, kemudian
semacam Wadah Apresiasi Potensi Santri (WAPOSI), wadah semacam ini, sudah
supaya produktif. Untuk itu diperlukan keberanian manajerial dari para pengasuh
untuk mewarnai manajemen pondok pesantren secara lebih profesional dan modern.
Tabel 4.4
Potensi Ekonomi Santri-Murid
Pondok Pesantren
Pemberdayaan Ekonomi
Pengembangan Pesantren
Pendidikan
dipadukan dengan model pendidikan modern. Di samping itu, juga disiplin ilmu
yang ditekuninya, tidak hanya ilmu agama, melainkan sekaligus pelajaran umum
kitab, dan alat-alat tulis. Dari sini bisa dikembangkan salah satu unit usaha pondok
pesantren yang menyediakan sarana belajar tersebut, semisal toko buku atau kitab,
alat tulis, dan foto copy, belum lagi dari sisi kebutuhan sehari-hari seperti makan,
Tabel 4.5
Potensi Ekonomi Bidang Pendidikan
Pondok Pesantren
Kitab/buku, Asrama,
Makan/Minum, dll.
mencetak sumber daya manusia (human resource). Ketiga, sebagai lembaga yang
konservasi.
hal ini dengan sepenuh hati. Ia juga membuat suatu pujian dalam bentuk salawat
Ia mempopulerkan salawat ini dan secara perlahan menjadi bagian dari rius shalat
berbagai tingkat, menjadi penjaga hutan yang ada di sekitarnya dari perusakkan
yang berbasis masyarakat. Pesantren ini berada di desa Alam Endah kecamatan
Rancabali Kabupaten Bandung Jawa barat. Kiprah pesantren ini dalam membantu
kepada masyarakat tidak lepas dari peran serta pimpinannya, Fuad Affandi, yang
sama yang lintas agama, dan lintas golongan. Kebersamaan ini adalah hasil kerja
keras Fuad Affandi yang selalu berusaha menanamkan kebersamaan dalam jiwa
ditanamkan fuad affandi kepada para anggotanya, mereka dididik untuk tidak
Tani. Fuad affandi sendiri pertama kali mendirikan kelompok tani pada tahun
1988. jumlah kelompok tani yang berada dibawah naungan pesantren al ittifaq
adalah 5 kelompok tani dengan jumlah KK atau kepala keluarga kurang lebih 446
b. Kelompok tani one dengan jumlah anggota kurang lebih 380 petani.
c. Kelompok tani HMS ( Hasil Melak Sayur ) dengan jumlah anggota kurang
lebih 28 orang.
d. Kelompok tani Jampang Endah dengan jumlah anggota kurang lebih 25 orang.
orang.
dengan pondok diatas adalah bahwa kedua pondok pesantren tadi hanya fokus di
Parung-Bogor selain fokus di bidang agribisnis, juga ada bidang produksi dan jasa
sumber daya manusia (SDM) yang mampu menjawab tantangan dan kebutuhan
pondok pesantren yang lebih berorientasi kepada konteks kekinian atau dalam bentuk
dituntut untuk self supporting dan self financing. Karena itu Pondok Pesantren Al-
Ashriyyah Nurul Iman mengarahka pada santrinya untuk terlibat dalam kegiatan-
kegiatan unit-unit usaha yang ada di pesantren meliputi: Agrobisnis, Produksi dan
Namun terlepas dari itu semua faktor pendukung dan penghambat akan
1. Faktor Pendukung
yaitu:
b. Sistem disiplin yang ketat dalam siklus kegiatan di Pondok Pesantren Al-
Ashriyyah Nurul Iman ini. Semua kegiatan mulai bangun tidur, shalat, mandi,
ekstrakulikuler.
c. Ketersediaan fasilitas atau sarana dan prasarana terhadap kegiatan
2. Faktor Penghambat:
a. Timbulnya perasaan jenuh atau malas yang kadang-kadang timbul pada santri
PENUTUP
A. Kesimpulan
pesantren maka diperlukan peran pondok pesantren dalam membina santri. Adapun
kemandirian. Untuk pembinaan aspek ini pada program santri mukim diajarkan
6. Aspek afektif (keberanian, mampu mengambil keputusan untuk dan oleh diri
sendiri, bertanggung jawab, pecaya diri, optimis, sabar tawakkal, dan ikhlas );
dll.
7. Aspek konatif (mampu menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan
keputusan itu, tekad kuat untuk tidak menjadi beban,); untuk itu biasanya
dobrak diri dan bangun diri agar ia mampu dan mau merubah karakter (akhlak).
ahli ikhtiar); untuk itu pembelajaran yang diberikan biasanya dalam bentuk life
entrepreneur santri diaplikasikan dalam sebuah pola yang terdiri dari: Input, yaitu, 1.
dilihat dari kebutuhan santri, Kedua, kebutuhan pesantren dan Ketiga, kebutuhan
karena tidak keseluruhan santri bisa mengikutinya. Proses, yaitu Merancang program
pemberian teori melalui seminar, workshop dan lain-lain yang kemudian dipraktekan
kewirausahaan yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali dan dilakukan rolling
(pertukaran) pada unit usaha hingga ditemukan bakat yang cocok pada santri. Dan
Namun terlepas dari itu semua faktor pendukung dan penghambat akan
3. Faktor Pendukung
yaitu:
f. Sistem disiplin yang ketat dalam siklus kegiatan di Pondok Pesantren Al-
Ashriyyah Nurul Iman ini. Semua kegiatan mulai bangun tidur, shalat, mandi,
ekstrakulikuler.
a. Timbulnya perasaan jenuh atau malas yang kadang-kadang timbul pada santri
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah :
juga diberikan materi kewirausahaan secara teori yang lebih mendalam, sehingga
unit usaha yang ada pada pondok pesantren tersebut diharapkan lebih melihat
terhadap minat santri, agar setiap santri lebih siap untuk hidup mandiri dengan
bekal kewirausahaan yang dimiliki dan dijadwalkan dengan rapi sehingga tidak
dan teknologi serta berbagai keterampilan praktis diharapkan menjadi solusi yang
kegiatan wirausaha.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu dan Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2001.
Badiri, Lili, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat & Wirausaha, Jakarta: CV. Pustaka Amri,
2005.
Huda, Miftahul Aspek Ekonomi dalam Syariat Islam, Mataram: LKBH, 2007.
Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda, 2006.
Natsir, Nanat Fatah, Etos Kerja Wirausaha Muslim, Bandung: Sunan Gunung Djati Press,
1999.
Sasmito, Semua Orang Bisa Jadi Pengusaha, Jakarta: Hi-Fest Publishing, 2007.
Sumarsono, Kontribusi Sikap Mental Berwiraswasta untuk Berprestasi, Jakarta: C.V Era
Swasta, 1984.
meliputi:
- Sejarah Berdiri
- Visi Misi
- Identifikasi kebutuhan
- Penetapan sasaran
- Rancangan pemberdayaan
- Pelaksanaan pemberdayaan
Nurul Iman?
dan mengembangkan berbagai macam unit usaha selain itu disini juga
J : Dalam mengidentifikasi pelatihan pertama dilihat dari bakat santri yang akan
tama di pilih dulu beberapa santri senior kemudian santri senior tersebut
J : Evaluasi dilakukan setiap setiap satu bulan sekali namun pada dua bulan
sekali dilakukan rolling pada tempat yang lain sehingga terlihat kecondongan
T : Dari santri yang ditempatkan di setiap unit usaha diberikan insentif/upah atau
tidak?
J : Semua santri yang di tempatkan di unit usaha tidak kami berikan upah,
mondok disini.
Selanjutnya yaitu sistem disiplin yang ketat dalam siklus kegiatan di Pondok
Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman ini. Semua kegiatan mulai bangun tidur,
kegiatan ekstrakulikuler.
Selain itu ketersediaan fasilitas atau sarana dan prasarana terhadap kegiatan
kewirausahaan di ponpes ini. Dan yang terakhir adnya kesediaan pelatih yang
timbul perasaan jenuh atau malas yang kadang-kadang timbul pada santri
dikarenakan masalah pribadi ataupun hal lain di saat bekerja atau juga mesin
atau peralatan yang kadang-kadang rusak sehingga kegiatan produksi menjadi