Anda di halaman 1dari 112

ANALISIS KESEIMBANGAN ANTARA VARIABEL

MAKRO EKONOMI DAN RETURN INDEKS HARGA


SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK
INDONESIA

TESIS

Disusun oleh:
ARIF NUR HARIANTO
11070282

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS
INSTITUTE PERBANAS
JAKARTA
2009
ANALISIS KESEIMBANGAN ANTARA VARIABEL
MAKRO EKONOMI DAN RETURN INDEKS HARGA
SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK
INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Untuk Mencapai Gelar Magister Manajemen

Disusun oleh:
ARIF NUR HARIANTO
11070282

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS
INSTITUTE PERBANAS
JAKARTA
2009
ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS
INSTITUTE PERBANAS
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PERSETUJUAN

Tesis yang berjudul

ANALISIS KESEIMBANGAN ANTARA VARIABEL MAKRO EKONOMI


DAN RETURN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI
BURSA EFEK INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Untuk Mencapai Gelar Magister Manajemen

Disusun oleh

Nama : Arif Nur Harianto


NPM : 11070282
Program : Pascasarjana
Program Studi : Magister Manajemen
Jurusan : Keuangan dan Perbankan

Telah disetujui untuk diujikan

di : Jakarta
tanggal : ….., Maret 2009

Oleh:

Endri, M.A.
Dosen Pembimbing
ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS
INSTITUTE PERBANAS
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PENGESAHAN

Tesis yang berjudul

ANALISIS KESEIMBANGAN ANTARA VARIABEL MAKRO EKONOMI


DAN RETURN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI
BURSA EFEK INDONESIA

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Skripsi pada

Hari : .........................................................
Tanggal : .........................................................
Waktu : .........................................................
Program Studi : Magister Manajemen
Jurusan : Keuangan dan Perbankan

Oleh

Nama : Arif Nur Harianto


NPM : 11070282

DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS


Tim Penguji Tesis

Penguji I : Firman S. Parningotan, S.E, M.Ec......................................

Penguji II : Mustanwir Zuhri, M.M. ......................................................

Penguji III : Endri, M.A. .........................................................................

Mengetahui,
Direktur Pascasarjana

DR. Steph Subanidja, S.E, MBA


ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS
INSTITUTE PERBANAS
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PERNYATAAN

1. Naskah tesis yang diajukan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik Magister Manajemen, baik di Program
Pascasarjana ABFI Institute Jakarta maupun perguruan tinggi lain.
2. Tesis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian penulis sendiri tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing atau tim promotor.
3. Dalam tesis ini tidak terdapat karya-karya atau pendapat yang ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang atau
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. “Seluruh naskah tesis disajikan dan menjadi tanggung jawab penulis
sepenuhnya.”

Jakarta, Maret 2009

Penyusun

Arif Nur Harianto


NPM : 11070282
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis ingin mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan penyusunan tugas tesis sebagai prasyarat untuk mencapai gelar

Magister Manajemen, yang berjudul “


ANALISIS KESEIMBANGAN ANTARA

VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RETURN INDEKS HARGA

SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA. ” Penulis

berharap agar karya kecil ini dapat memberikan sedikit sumbangan pemikiran

dalam penelitian keuangan, terutama di dalam memajukan perkembangan pasar

modal di Indonesia. Penulis sadar bahwasanya perkembangan pasar modal banyak

dipengaruhi oleh berbagai faktor baik eksternal maupun internal terutama faktor-

faktor yang terkait dengan lingkungan makro perekonomian. Berdasarkan latar

belakang tersebut, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tentang

hubungan antara lingkungan makro ekonomi dan pasar modal dengan

menggunakan metode kointegrasi dan Error Correction Mechanism (ECM).

Penelitian ini berupaya untuk membuktikan secara empiris keseimbangan antara

variabel makro ekonomi dan return IHSG baik dalam jangka panjang maupun

jangka pendek. Penulis sangat berharap agar penelitian kecil ini dapat mendorong

rekan-rekan peneliti lain untuk mendalami lebih lanjut serta melakukan eksplorasi

dan pengembangan mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi pasar modal

khususnya pasar modal di Indonesia sehingga, di masa yang akan datang pasar

modal lebih mampu berkembang dan menjadi bagian dari sektor keuangan yang

mampu menggerakkan roda perekonomian menjadi lebih baik.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan

yang terdapat di dalamnya. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak,

Alhamdulillah segala hambatan dan kekurangan yang terdapat di dalam tesis ini
dapat sedikit demi sedikit teratasi. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis tak lupa

untuk menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Endri, M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan tulus dan

ikhlas merelakan serta menyediakan waktu dan tenaga ditengah-tengah

kesibukannya untuk memberikan banyak ilmu, masukan dan bimbingan

serta petunjuk berharga sejak awal hingga akhir penyempurnaan tesis ini.

Motivasi dan semangat Beliau dalam mengabdikan dirinya terhadap dunia

pendidikan banyak mendorong penulis untuk terus bergairah dan

bersemangat dalam menimba ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari baik di lingkungan agama, keluarga dan masyarakat.

2. Bapak Firman S. Parningotan, M.ec. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan yang kritis dan petunjuk berharga pada saat sidang

tesis ini.

3. Bapak Mustanwir Zuhri, M.M. selaku dosen penguji yang telah banyak

memberikan saran-saran yang konstruktif untuk penulis pada saat sidang

tesis ini.

4. Ibu dan Bapak tersayang yang selalu memberikan motivasi dan dorongan

semangat, doa dan rasa sabar yang tak terhenti serta dukungan baik moril,

materiil maupun spiritual. “Maaf jika anakmu ini terlalu banyak

mengecewakan Kalian, kasih sayangmu untukku seluas air di lautan,

setinggi bintang di langit, dan sebening embun di pagi hari. ”

5. Adik-adikku – “
Randhy dan Hanisa”
, terima kasih atas dukungan,

bantuan, serta rasa cinta-kasih dan sayangnya selama ini, “Semangat

terus dalam menimba ilmu ya, optimis semua kesulitan yang dihadapi

pasti akan berakhir manis dan penuh suka cita serta kebahagiaan.”

6. DR. Steph Subanidja, S.E., MBA, dengan pemikiran serta wawasannya

yang luas dan jauh kedepan, telah banyak memberikan konstribusi bagi
kemajuan dan perkembangan lembaga pendidikan MM ABFI Institute

Perbanas hingga layak berada dan sejajar dideretan lembaga pendidikan

terkemuka lainnya.

7. Para dosen pengajar MM ABFI Institute Perbanas yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama masa studi penulis.

8. Seluruh Staff Sekretariat (mbak Rina, Mas Nardi, Pak Joko) dan teman-

teman OB yang telah banyak membantu penulis selama masa studi.

9. Ungkapan terima kasih yang teramat sangat serta tak terhingga kepada

dua teman seperjuanganku di MM ”


Sigit dan Taufik”serta teman-teman

di Pascasarjana ABFI Institute Perbanas, Harry, Mbak Susi, Mbak Audi,

Adi, Mas Hengky, Doni, Mbak Rani, Mbak Woro, Reta, Amel, Roland

dan semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namanya,


tenkyu 4 all”
...

10. Untuk semua sahabat karib dan teman sejawat kelas B Strata I Perbanas

terutama dan spesial untuk Ami, Nanda, Ulfa, Hendra, Maulia, dan Ajid,

terima kasih atas dukungan, toleransi dan kebersamaannya, terima kasih

juga untuk Ida, Adi, Ajat, Memel, Nana, Ayu, Rophan, Ndaru, Veliani,

Bayu, Septa, Indri, Indria&Andria, Nia, Vina, Putu, Pritha, Mukliang,

Rocky, Nando, Hendro, Bobby, Ficka, Fani, Danar, Icha, Mega, Liliek,

Dewa, Rudi, Onge, Koko, Febry, Deddy, Hakim, Karin, Citra, Adi DK,

Didi dan semua sahabat serta teman satu angkatan dan seluruh angkatan

S1 Perbanas yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

11. For A Graceful Lady “


Ayu Mulyasari ”
, Than’
x a lot ya...karena kamu

aku menjadi sangat berambisi untuk bisa menyelesaikan tesis dan menjadi

bagian dari wisudawan S2 Maret 2009. Trims yach...mudah-mudahan

harapan itu bisa tercapai. Untuk Mpok Nyai terima kasih atas doanya.

12. Untuk teman-teman ex 1-7: Roni, Dita, Riska, Amel, Bowo, Jabbar, Pitak,
Rio, Allien, Amrin, Emon, Deos, dan Ratih. Untuk teman-teman di FOH:

Acim, Popo, Adji, Miechu, dan Kendi, “walau kita telah lama tak

bercengkrama dan bersenda gurau tapi kalian tetaplah sahabatku …”

sukses untukmu semua…

13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang luar

biasa kepada penulis sehingga penyusunan tesis ini dapat terselesaikan

dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan tesis ini. Akhir kata, semoga tesis ini dapat berguna bagi semua

pihak yang membutuhkannya.

Jakarta, Maret 2009


Penulis

Arif Nur Harianto


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ILUSTRASI...........................................................................................
DAFTAR
TABEL...................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................

1.1. Latar Belakang Masalah..................................................................................


1.2. Perumusan Masalah.........................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................................
1.5. Batasan Penelitian............................................................................................
1.6. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian.......................................................
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN (SURVEY OF LITERATURE) .....................
2.1.
Investasi...........................................................................................................
2.1.1. Pengertian Investasi dan Jenis-Jenis Investasi................................
2.2. Investasi Saham...............................................................................................
2.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham........................
2.3. Teori Penentuan Harga Arbitrase.....................................................................
2.4. Model Multi-Factor.........................................................................................
2.5. Penelitian Terdahulu........................................................................................
2.6. Kerangka Pemikiran.........................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................


3.1. Model Analisis Penelitian................................................................................
3.1.1. Model Persamaan Kointegrasi........................................................
3.1.2. Model Error Correction Mechanism (ECM)..................................
3.2. Metode Analisis...............................................................................................
3.2.1. Unit Root
Test..................................................................................
3.2.2. Cointegration..................................................................................
3.2.3. Error Correction Mechanism (ECM).............................................
3.3. Populasi Dan Sampel Penelitian......................................................................
3.4. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................
3.5. Data dan Variabel Penelitian...........................................................................
3.6. Hipotesis..........................................................................................................

BAB IV ANALISIS PENELITIAN........................................................................


4.1. Deskripsi Statistik Data....................................................................................

4.2. Pengujian Awal (Pre-Test)..............................................................................


4.2.1. Unit Root Test on Level………………………………....…….......
4.2.2. Unit Root Test on First Difference ……………………….………
4.2.3. Cointegration Test on Level ………………………………...……
4.2.4. Cointegration Test on First Difference...........................................
4.2.5. Error Correction Mechanism (ECM).............................................
4.3. Pembahasan Hasil Penelitan............................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI..................................................
5.1. Kesimpulan......................................................................................................
5.2.
Rekomendasi....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
LAMPIRAN...........................................................................................................
.
DAFTAR ILUSTRASI

No. Judul Ilustrasi Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran……………………………………….


3.1 Prosedur Tahapan Pengujian…………………...……………….....
4.1 Grafik Perkembangan Return IHSG Bulan Januari 2003 –Oktober
2008..................................................................................................
4.2 Grafik Perkembangan Suku Bunga Deposito Bulan Januari 2003
–Oktober 2008................................ …………………………..…...
4.3 Grafik Perkembangan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
Bulan Januari 2003 –Oktober 2008.................................................
4.4 Grafik Perkembangan Jumlah Uang Beredar Bulan Januari 2003
–Oktober 2008.................................................................................
4.5 Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar
Amerika Bulan Januari 2003 –Oktober 2008..................................
4.6 Grafik Perkembangan Tingkat Inflasi Bulan Januari 2003–Oktober
2008..................................................................................................
DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Halaman

4.1 Rangkuman Deskripsi Statistik Data Penelitian…………………..


4.2 Rangkuman Uji Akar Unit Untuk Data Awal (Level)…………….
4.3 Rangkuman Uji Akar Unit Untuk Data Perbedaan Pertama (First
Difference)………………………………………..……………….
4.4 Tabel 4.4 Tabel Regresi Linear Biasa (OLS)..................................
4.5 Uji Kointegrasi dengan ADF……………………………………...
4.6 Tabel Regresi Linear Biasa (OLS) Pada Pembedaan Pertama (First
Difference).......................................................................................
4.7 Uji Kointegrasi Pada First Difference dengan ADF.......................
4.8 Hasil Regresi Error Correction Mechanism (ECM).......................
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran Halaman

A. Data Variabel Penelitian Bulan Januari 2003 sampai Oktober


2008.................................................................................................
B. Unit Root Test on Level …………………………………………..
C. Unit Root Test on First Difference………………………………..
ABSTRAK

Arif Nur Harianto. 11070282. ANALISIS KESEIMBANGAN ANTARA


VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RETURN INDEKS HARGA
SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA . Tesis.
Jakarta: Asian Banking Finance And Informatics Institute Perbanas. Maret 2009.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif dimana penelitian ini


bermaksud untuk mengetahui keseimbangan antara variabel makro ekonomi
dengan return Indeks Harga Saham Gabungan baik dalam jangka panjang maupun
jangka pendek periode Januari 2003 sampai dengan Oktober 2008 (70 observasi).
Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan yaitu terdapat keseimbangan antara
variabel makro ekonomi dan return IHSG baik dalam jangka panjang maupun
jangka pendek dimana apabila suku bunga deposito mengalami penurunan
(kenaikan); suku bunga Sertifikat Bank Indonesia menurun (meningkat); jumlah
uang yang beredar menurun (meningkat); nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
terapresiasi (terdepresiasi); dan tingkat inflasi menurun (meningkat) maka akan
berdampak pada kenaikan (penurunan) return IHSG. Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh variabel yang ada dalam makro ekonomi dan return IHSG dan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga deposito satu bulan
(DEPO), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang beredar (M1), nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (KURS), tingkat inflasi (INF) dan return
IHSG (RIHSG) periode pengamatan bulan Januari 2003 sampai Oktober 2008.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik
observasi atau pengamatan dari bulan Januari 2003 sampai Oktober 2008. Dalam
penelitian ini, prosedur pengolahan data dilakukan pertama kali dengan menguji
stasioneritas data dengan menggunakan uji akar unit Augmented Dickey Fuller
(ADF). Setelah itu, pengujian panjang lag melalui pendekatan Akaike Information
Criterion (AIC). Selanjutnya, uji kointegrasi dengan menggunakan metode Engle-
Granger Agumented Dickey Fuller (ADF) dilakukan guna mengetahui
keseimbangan antara variabel makro ekonomi dan return IHSG dalam jangka
panjang. Terakhir, untuk mengetahui ada tidaknya keseimbangan antara variabel
makro ekonomi dan return IHSG dalam jangka pendek, pengujian dilakukan
dengan menggunakan metode Error Correction Mechanism (ECM). Dari hasil
analisis tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (a) tidak terdapat
hubungan atau keseimbangan jangka panjang pada pengujian dengan data awal
(level) sebab μt tidak stasioner karena nilai ADF (-2,259342) dari nilai residu
dengan panjang lag sebesar 2 memiliki besaran yang lebih besar dari nilai kritisnya
yang sebesar 1% (-4,100935), 5% (-3,478305) dan 10% (-3,166788); (b) terdapat
hubungan atau keseimbangan jangka panjang pada pengujian dengan data
pembedaan pertama (first difference) sebab μt stasioner karena nilai ADF (-
10,21671) dari nilai residu dengan panjang lag sebesar 1 memiliki besaran yang
lebih kecil dari nilai kritisnya yang sebesar 1% (-4,100935), 5% (-3,478305) dan
10% (-3,166788); (c) antara variabel makro ekonomi dan return IHSG memiliki
keseimbangan jangka pendek sebab koefisien μt-1 signifikan secara stastistik. Hal ini
dapat terlihat dari nilai probabilitas μt-1 yang lebih kecil dari nilai alpha sebesar 1%,
5% dan 10%; (d) hanya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika saja yang
mampu memprediksi return IHSG. Variabel makro ekonomi lain yaitu, variabel
suku bunga deposito satu bulan, suku bunga SBI, jumlah uang yang beredar (M1)
dan tingkat inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap return IHSG. Dengan kata
lain, perubahan atas penurunan dan kenaikan return IHSG lebih banyak
dipengaruhi oleh depresiasi dan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, investasi merupakan salah satu

pilihan yang tepat untuk menghasilkan keuntungan dimasa yang akan datang.

Seperti yang diungkapkan oleh Bodie, et al (2003), investasi merupakan komitmen

saat ini dari sejumlah uang atau sumber daya lainnya yang diharapkan mampu

menghasilkan keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi sendiri terbagi

menjadi dua bagian yaitu investasi pada aset-aset riil dan finansial.

Di Indonesia, investasi pada aset-aset finansial khususnya pada saham

menjadi alternatif yang paling menjanjikan keuntungan disamping obligasi dan

produk-produk bank lainnya seperti sertifikat deposito, deposito berjangka, dll.

Apalagi kepastian hukum dan aturan pengawasan ketat yang diterapkan oleh

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) diharapkan akan mampu memberikan

keamanan dan kenyamanan bagi para investor dalam menginvestasikan dananya

dalam bentuk saham.

Namun disisi lain, investasi pada saham juga mengandung risiko.

Karakteristik harga saham yang selalu berfluktuasi dapat menimbulkan

ketidakpastian dan kemungkinan kerugian dimasa yang akan datang. Harga saham

yang selalu berfluktuasi tersebut pastinya dipicu oleh beberapa faktor. Husnan

(2001) mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan

mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental makro ekonomi yang mempengaruhi

harga saham seperti, tingkat bunga, jumlah peredaran uang, nilai kurs, tingkat

inflasi, dan sebagainya.

Gambaran pengaruh faktor-faktor fundamental makro ekonomi terhadap

harga saham terlihat saat krisis ekonomi melanda Indonesia di pertengahan tahun
1997. Pada saat itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terus mengalami

penurunan yang sangat tajam dan mencapai puncaknya di bulan Juni 1998 sebesar

Rp 14.900, berdasarkan sumber dari (Bank Indonesia, 1999).

Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika menyebabkan

kesempatan jumlah uang beredar semakin tinggi yang dapat mempengaruhi money

supply dalam perekonomian sehingga mendorong tingginya tingkat inflasi. Rata-

rata tingkat inflasi pertahun meningkat hingga mencapai puncaknya sejak tahun

1967 yaitu sebesar 77,6 persen pada tahun 1998.

Untuk menangani depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang

semakin bertambah parah, pemerintah menaikkan suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) hingga menyentuh angka 70,81 persen pertahun di bulan Juli 1998.

Akibatnya, bunga deposito berjangka menunjukkan peningkatan pada akhir Juni

1998 sebesar 52,92 persen bahkan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

pada bulan Agustus 1998 sebesar 81,01 persen pertahun, sumber data (Bank

Indonesia, 1999).

Peningkatan pada suku bunga menyebabkan para pemilik modal

berkecenderungan untuk mengalihkan modalnya ke deposito sehingga berakibat

negatif terhadap pasar modal. Investor tidak tertarik menanamkan modalnya di

pasar modal, karena imbalan saham yang diterima lebih kecil dibandingkan dengan

imbalan (pendapatan) dari bunga deposito. Akibat lebih jauh lagi, harga saham di

pasar modal mengalami penurunan yang sangat drastis. Hal ini terlihat dari Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus menurun. Sumber laporan keuangan

moneter (Bank Indonesia, 1999) menyatakan bahwa pada tahun 1993 IHSG

sebesar 588,77 dan pada tahun 1998 sebesar 418,47.

Melewati masa krisis ekonomi tahun 1998, perekonomian Indonesia

memperlihatkan kondisi yang mulai membaik. Hal tersebut ditandai dengan mulai

menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Berdasarkan sumber data
(Bank Indonesia, 2003), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika menguat hingga

level Rp. 6.726 di bulan Juni 1999. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika juga berdampak pada menurunnya jumlah uang yang beredar sehingga

tekanan inflasi juga semakin menurun. Rata-rata tingkat inflasi setelah masa krisis

tahun 1998 adalah sebesar 8,81% per tahun.

Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang diikuti dengan

penurunan laju inflasi berdampak kepada penurunan tingkat suku bunga.

Berdasarkan sumber data laporan keuangan moneter (Bank Indonesia, 2008),

tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) hingga akhir periode 2008

ditutup sebesar 11,08 persen pertahun. Penurunan suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) berdampak pada penurunan suku bunga deposito berjangka. Suku

bunga deposito berjangka hingga akhir periode 2008 adalah sebesar 10,40 persen

pertahun.

Kondisi membaiknya perekonomian Indonesia yang ditandai dengan

penguatan nilai tukar rupiah, penurunan laju inflasi dan penurunan suku bunga

mengakibatkan respon positif terhadap investasi pada pasar modal. Para pemilik

modal mulai menempatkan dananya di pasar tersebut. Berdasarkan sumber data

laporan keuangan moneter (Bank Indonesia, 2008), perkembangan harga saham di

Bursa Efek Indonesia menembus angka hingga diatas level 2.000 setelah masa

krisis tahun 1998.

Dari rangkaian gambaran peristiwa ekonomi diatas, ada kecenderungan

yang menunjukkan bahwa harga saham di pasar modal memang terkait dengan

faktor-faktor fundamental makro ekonomi. Pada saat krisis ekonomi terjadi di

Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika menurun yang menyebabkan

kesempatan jumlah uang beredar meningkat sehingga laju inflasi juga meningkat.

Kemudian, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia mengalami peningkatan disertai

dengan peningkatan pada suku bunga deposito berjangka. Dampaknya, harga


saham di Bursa Efek Indonesia jatuh pada tingkat paling rendah.

Sebaliknya, setelah masa krisis ekonomi tahun 1998, saat kondisi

perekonomian mulai membaik, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika mulai

mengalami penguatan sehingga laju inflasi juga menurun. Selanjutnya, suku bunga

Sertifikat Bank Indonesia mulai mengalami penurunan diikuti dengan penurunan

pada suku bunga deposito berjangka. Sebagai respon dari membaiknya

perekonomian Indonesia, aktivitas perdagangan saham dipasar modal mulai

mengalami perbaikan dengan ditandai kenaikan pada harga saham.

Terkait dengan argumentasi diatas, Manurung (1996) dalam Endri (2004)

meneliti pengaruh variabel makro, investor asing, bursa yang telah maju terhadap

indeks BEJ. Variabel makro ekonomi yang dimasukkan dalam model adalah

tingkat bunga deposito, kurs dolar Amerika Serikat, defisit transaksi berjalan,

inflasi, penawaran uang yang diukur dengan M2, pengeluaran pemerintah dan

produk domestik bruto. Pengujian terhadap ketujuh variabel memberikan hasil

empat variabel yang signifikan pada tingkat signifikansi sebesar 10%. Sedangkan

variabel lainnya, yaitu: variabel inflasi tiga bulan, pengeluaran pemerintah dan

produk domestik bruto tidak signifikan mempengaruhi indeks di Bursa Efek

Jakarta.

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan diatas secara jelas ditunjukkan

bahwa beberapa variabel makro ekonomi memberikan implikasi yang besar

terhadap pergerakan return indeks harga saham gabungan. Dengan demikian, hal

ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para investor dalam pengambilan

keputusan investasi di pasar modal. Kemudian timbul pertanyaan apakah terdapat

hubungan keseimbangan antara variabel makro ekonomi dan pergerakan return

Indeks Harga Saham Gabungan baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka

pendek?

Dalam penelitian kali ini penulis mencoba untuk menguji konsistensi


variabel-variabel makro ekonomi yang terdiri dari, bunga deposito satu bulan,

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang beredar (M1), nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika, dan tingkat inflasi dalam keterikatannya dengan

pergerakan Return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dimana data yang

digunakan dalam penelitian kali ini lebih up-to-date dari data-data hasil penelitian

sebelumnya yaitu periode waktu Januari 2003 sampai Oktober 2008, sehingga dari

hasil penelitian kali ini diharapkan investor dapat memperoleh informasi sebagai

bahan pengambilan keputusan investasi yang lebih sesuai dengan kondisi pasar

modal saat ini.

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang penelitian di atas maka dapat dirumuskan pokok-

pokok permasalahan yang akan dilakukan pembahasan pada penelitian ini, yaitu:

1. Apakah terdapat keseimbangan antara variabel bunga deposito satu bulan,

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang beredar (M1), nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika Serikat, dan tingkat inflasi dengan pergerakan return

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dalam jangka

panjang?

2. Apakah terdapat keseimbangan antara variabel bunga deposito satu bulan,

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang beredar (M1), nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika Serikat, dan tingkat inflasi dengan pergerakan return

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dalam jangka

pendek?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:
1. Membuktikan secara empiris apakah terdapat keseimbangan antara variabel

bunga deposito satu bulan, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang

beredar (M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan tingkat

inflasi dengan pergerakan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di

Bursa Efek Indonesia dalam jangka panjang?

2. Membuktikan secara empiris apakah terdapat keseimbangan antara variabel

bunga deposito satu bulan, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang

beredar (M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan tingkat

inflasi dengan pergerakan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di

Bursa Efek Indonesia dalam jangka pendek?

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang terkait dengan analisis keseimbangan antara variabel makro

ekonomi dan pergerakan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa

Efek Indonesia, diharapkan memberikan manfaat kepada ABFI Institute Perbanas,

investor, pemerintah, dan pengelola pasar modal di Indonesia.

1. Bagi ABFI Institute Perbanas

Bagi lembaga pendidikan ABFI Institute Perbanas, diharapkan dari hasil

penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

ilmu keuangan. Selain itu, diharapkan juga dari hasil penelitian ini dapat menjadi

acuan maupun tonggak baru untuk penelitian dimasa yang akan datang khususnya

di dalam bidang ilmu keuangan maupun di dalam bidangilmu ekonomi umumnya.

2. Bagi Investor

Bagi Investor diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada pasar modal sehingga


tingkat keuntungan yang optimal dapat diraih dengan risiko investasi minimal.

3. Bagi Pemerintah dan Pengelola Pasar Modal di Indonesia

Bagi Pemerintah dan Pengelola Pasar Modal di Indonesia, diharapkan dari

hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap

perkembangan pasar modal di Indonesia dengan menggunakan pengujian

keseimbangan jangka panjang maupun jangka pendek.

1.5. Batasan Penelitian

Agar hasil penelitian yang dilakukan lebih terarah maka dalam penelitian ini

keseimbangan yang digunakan antara lain :

1. Variabel-variabel yang diuji dalam penelitian meliputi: (1) variabel makro

ekonomi yaitu bunga deposito satu bulan, Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

jumlah uang beredar (M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat,

dan tingkat inflasi; (2) variabel return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

di Bursa Efek Indonesia.

2. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian meliputi:(1) Metode

kointegrasi (cointegration) untuk mengetahui apakah terdapat keseimbangan

jangka panjang antara variabel ekonomi makro dan return IHSG;(2) Metode

Error Correction Model (ECM) untuk mengetahui hubungan keseimbangan

jangka pendek antara variabel ekonomi makro danreturn IHSG.

3. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu dari Januari 2003 sampai dengan

Oktober 2008 dengan mengunakan data bulanan.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian,

permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,


batasan penelitian dan sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Berisikan tinjauan pustaka yang menjadi dasar teori dari penelitian,

dimana teori-teori yang dimaksud dianggap sesuai dan relevan

dengan permasalahan yang dihadapi dan dapat dijadikan acuan

dalam menganalisa permasalahan tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian yang digunakan,

model yang dipakai dan variabel apa saja yang digunakan dalam

penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan

teknik pengolahan data serta rencana analisis data.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini membahas analisis hasil penelitian yang dimulai dengan

diskripsi statistik, uji penelitian dengan menggunakan metode

Kointegrasi (cointegration dan Error Correction Model (ECM)

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian, implikasi dan

saran-saran.
BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN (SURVEY OF LITERATURE)

2.1. Investasi

Sebagian besar orang melakukan suatu investasi dengan harapan dapat

menikmati keuntungannya di masa yang akan datang. Sebagai contoh, seseorang

yang melakukan investasi dengan membeli surat-surat berharga dengan harapan

dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan risiko investasi tersebut di

masa yang akan datang. Kunci dari suatu investasi seperti yang diungkapkan oleh

Bodie, et al (2003) bahwa ”you sacrifice something of value now, expecting to

benefit from that sacrifice later.”

2.1.1. Pengertian Investasi dan Jenis-Jenis Investasi

Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat

ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang

Halim. (2003). Sedangkan, Sunariyah (2000) memberikan penekanan bahwa:


Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan

biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa

yang akan datang. ”

Pengertian lain tentang investasi juga dijelaskan oleh Alexander, et al (1993) yaitu

“Investment, in its brodest sense, means the sacrifice of current dollars for future

dollars.” Pengertian yang serupa juga diungkapkan oleh Francis dan Ibbotson

(2000) bahwa:

“Suppose a person commits a certain amount of money today with the expectation that

it will return some larger amount in the future. This economic venture could be a

gamble. It could be a speculation. It might also be an investment. ”

Jadi jelaslah bahwa seseorang yang menggunakan sejumlah dananya untuk dikelola
dengan harapan agar dapat menghasilkan keuntungan dimasa yang akan datang

disebut dengan investasi.

Pada umumnya investasi dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu: investasi pada financial assets dan investasi pada real assets.

Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat

deposito, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi pada aset-aset tersebut

juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi,

dan lainnya. Sedangkan, investasi pada real assets diwujudkan dalam bentuk

pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan

perkebunan, dan lainnya. Selanjutnya, pemilikan aktiva finansial dalam rangka

investasi pada sebuah institusi atau perusahaan dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu investasi langsung (direct investing ) dan investasi tidak langsung (indirect

investing). Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat

berharga secara langsung dalam suatu institusi atau perusahaan yang secara resmi

telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan

dividend dan capital gain. Sedangkan, investasi tidak langsung terjadi bilamana

surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan

investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara.

Berkaitan dengan investasi pada aset-aset keuangan di pasar modal, dalam

melakukan investasi di pasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup,

pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang akan dibeli

dan mana yang akan dijual, dan mana yang tetap dimiliki. Sebagai contoh, setiap

calon investor yang ingin berkecimpung dalam bidang jual-beli saham harus

bersikap rasional dalam menghadapi pasar jual-beli saham. selain itu, investor juga

harus mempunyai ketajaman perkiraan masa depan perusahaan yang sahamnya

akan di beli atau dijual. Oleh karena itu, pengetahuan dasar investasi di sektor

financial assets yang dilakukan di pasar modal mutlak di perlukan bagi para
investor yang ingin menanamkan dananya pada aset-aset tersebut.

2.2. Investasi Saham

Saham merupakan sekuritas yang memberikan penghasilan yang tidak tetap

bagi pemiliknya. Pemilik saham akan menerima penghasilan dalam bentuk dividend

dan perubahan harga saham. Kalau harga saham meningkat dari harga beli, maka

pemodal dikatakan memperoleh capital gain apabila sebaliknya disebut sebagai

capital loss. Panji dan Piji (2003) menjelaskan bahwa saham merupakan tanda

penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas.

2.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Alwi (2003) pergerakan harga saham dipengaruhi oleh:

1. Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro yang mempengaruhi harga saham antara lain:

a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti penarikan

produk baru, pengiklanan produk baru, perubahan harga, laporan produksi,

laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.

b. Pengumuman pendanaan, seperti pengumuman yang berhubungan dengan

ekuitas dan hutang, leasing, kesepakatan kredit, pemecahan saham,

penerbitan saham, joint venture dan lainnya.

c. Pengumuman badan direksi manajemen, seperti perubahan dan penggantian

direktur, manajemen dan struktur organisasi.

d. Pengumuman penggabungan, pengambilalihan, diversifikasi, seperti laporan

merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisi dan

diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.

e. Pengumuman investasi, seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan

riset, penutupan usaha.


f. Pengumuman ketenagakerjaan, seperti negosiasi baru, kontrak baru, dan

pemogokan.

2. Lingkungan Makro

Lingkungan makro yang mempengaruhi harga saham antara lain:

a. Pengumuman dari pemerintah, seperti kurs valas, perubahan suku bunga

tabungan, deposito, kurs valuta asing, inflasi serta berbagai regulasi atau

deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.

b. Pengumuman hukum (legal announcements ), seperti tuntutan karyawan

terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan

terhadap manajernya.

c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan

pertemuan tahunan, insider trading, volume/harga saham perdagangan,

pembatasan/penundaan trading.

d. Gejolak sosial politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan

faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham

di bursa efek suatu negara.

2.3. Teori Penentuan Harga Arbitrase

APT pertama kali dirumuskan oleh Ross (1976). APT pada dasarnya

menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang

mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga yang

berbeda. Konsep yang dipergunakan adalah hukum satu harga (the law of one

price). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut terjual dengan harga

yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan

membeli aktiva yang berharga murah dan pada aset yang sama menjualnya dengan

harga yang lebih tinggi sehingga memperoleh laba tanpa risiko. APT

mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam


perekonomian dan industri. Korelasi antara tingkat keuntungan dua sekuritas

terjadi karena sekuritas-sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

sama.

Menurut Alexander, et al (2005) arbitrase adalah proses memperoleh laba

tanpa risiko dengan memanfaatkan peluang perbedaan harga atau sekuritas fisik

yang sama. Sebagai taktik investasi yang digunakan secara luas, arbitrase biasanya

meliputi penjualan sekuritas pada harga yang relatif tinggi dan kemudian membeli

sekuritas yang sama (atau berfungsi sama) pada harga yang relatif lebih rendah.

Sifat dasar arbitrase tampak jelas ketika membahas perbedaan harga

sekuritas individual. Namun, peluang-peluang yang ’


mirip arbitrase’ dapat

melibatkan sekuritas atau portofolio yang ’


serupa’
. Kerupaan tersebut dapat

didefinisikan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang menarik dan sering

disinggung adalah keterpaparannya terhadap faktor tampak nyata yang

mempengaruhi harga sekuritas.

Suatu model faktor menyimpulkan bahwa sekuritas dengan sensitivitas

faktor yang sama akan berperilaku sama kecuali terhadap risiko non-faktor. Oleh

karena itu, sekuritas atau portofolio dengan sensitivitas faktor yang sama

seharusnya menawarkan return yang diharapkan yang sama. Jika hal ini tidak

terjadi, maka akan muncul peluang yang serupa dengan arbitrase. Investor akan

memanfaatkan peluang ini yang kemudian akan menyebabkan hilangnya peluang

tersebut.

Dengan demikian, bentuk umum persamaan APT adalahHusnan (2001):

E ( R) 0 1b1 2 b2 3 b3 ..... k bk (1)

Persamaan ini merupakan bentuk dari persamaan linier, dimana E(R) adalah

Return Indeks Harga Saham Gabungan (RIHSG) yang menjadi variabel dependen

dari penelitian, b1 s/d bk adalah variabel independen (faktor) yang dimasukkan


dalam model sekuritas yaitu, bunga deposito satu bulan (DEPO), Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), jumlah uang beredar (M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika Serikat (KURS), dan tingkat inflasi (INF), ‫ג‬


0 merupakan konstanta, ‫ג‬
1 s/d

‫ג‬
k koefisien dari variabel independen yang akan diestimasi sekuritas.

2.4 Model Multi-Factor

Model faktor atau model indeks mengasumsikan bahwa return sekuritas

sensitif terhadap perubahan berbagai macam faktor atau indeks Alexander, et al

(2005). Pada model faktor berganda (multi-factor), return riil sekuritas tidak hanya

sensitif terhadap perubahan indeks pasar. Artinya terdapat kemungkinan bahwa

lebih dari satu faktor penyebar (persuasive factor) dalam perekonomian yang

mempengaruhi return sekuritas.

Sebagai proses penghasil return, suatu model faktor berusaha untuk

mencakup kekuatan-kekuatan perekonomian utama yang secara sistematis

menggerakkan harga semua sekuritas. Secara implisit, dalam konstruksi model

faktor terdapat asumsi bahwa return antara dua sekuritas akan berkorelasi –yaitu

akan bergerak secara bersama-sama –hanya melalui reaksi yang sama terhadap

satu atau lebih faktor yang ditentukan dalam model. Aspek apapun dari return

sekuritas yang tidak dapat dijelaskan oleh model faktor diasumsikan unik atau

khusus terhadap sekuritas itu dan oleh karena itu tidak berkorelasi dengan elemen

unik dari return sekuritas lain. Hasilnya model faktor adalah alat yang bermanfaat

untuk manajemen portofolio. Model faktor dapat memberikan informasi yang

diperlukan untuk menghitung return yang diharapkan setiap sekuritas. Model

faktor juga dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik kesensitifan portofolio

terhadap perubahan faktor.

Model multifaktor digunakan untuk menentukan return sekuritas yang

memperhitungkan berbagai pengaruh dari berbagai macam faktor. Alexander, et al


(2005) mengatakan bahwa:

”...beberapa faktor umum yang dapat mempengaruhi return sekuritas antara lain,

tingkat pertumbuhan GDP, tingkat bunga sekuritas Treasury jangka panjang dan

jangka pendek, spread hasil antara sekuritas Treasury jangka panjang dan jangka

pendek, spread hasil antara sekuritas jangka panjang korporasi dan Treasury, tingkat

inflasi, dan harga minyak... ”

Dilain pihak Husnan (2001) mengatakan bahwa:

”... jenis informasi yang mungkin mempengaruhi harga sekuritas antara lain, berita

tentang keberhasilan riset yang dilakukan perusahaan, pengumuman pemerintah

tentang pertumbuhan GNP, berita bahwa produk pesaing mengalami gangguan

penurunan tingkat bunga yang tidak diperkirakan, penjualan yang meningkat lebih dari

yang diharapkan, dan lain-lain... ”

Jika terdapat k faktor, model multi faktor dapat dituliskan dengan persamaan

sebagai berikut Alexander, et al (2005):

rit ai bi1 F1t bi 2 F2t ... bik Fkt eit

(2) Tiap sekuritas memiliki sensitivitas sebanyak k, satu untuk masing-masing

faktor k. Baik faktor maupun faktor sektor dapat terwakili dalam persamaan (2). rit

adalah return (imbalan) saham atau harga saham i pada periode t, Fit s/d Fkt adalah

variabel (faktor) yang dimasukkan dalam model saham i pada periode t, ai

konstanta, bi1 s/d bik koefisien yang akan diestimasi saham i pada periode t, dan eit

adalah error term suatu saham i pada periode t.

Sebagai alternatif dari persamaan (2), model-model faktor kadang-kadang

ditulis sebagai berikut:

rit r it ci1 FD1t ci 2 FD2t ... cik FDkt eit

(3)

Notasi r adalah imbal hasil harapan dari saham i dalam periode t dan notasi

FD1t....FDkt adalah deviasi faktor-faktor 1 sampai dengan k dari nilai harapannya

pada periode t. Sebagai contoh, untuk kasus faktor yang pertama, FD1t = F1t - F
1t , yang mewakili perbedaan antara nilai aktual faktor pertama dengan nilai

harapannya. Jadi, apabila faktor tersebut adalah tingkat inflasi, maka FD1t

merupakan tingkat inflasi yang tidak diduga karena ia sama dengan perbedaan

antara tingkat inflasi aktual dan tingkat inflasi harapan. Terakhir, notasi Ci1 ... Cik

menunjukkan koefisien respons dari tingkat imbal hasil saham i terhadap deviasi-

deviasi faktor tersebut. Notasi kesalahan acak (random error) eit dan notasi deviasi

faktor FD1t....FDkt semua mempunyai nilai harapan nol.

2.5. Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan uji empiris mengenai

keterkaitan simultan antara variabel makro ekonomi dan harga saham seperti

penelitian yang dilakukan oleh Agung (2005) yang menemukan fakta bahwa tidak

semua variabel makro ekonomi yang terdiri dari variabel nilai tukar rupiah terhadap

dolar Amerika, Suku Bunga Bank Indonesia (SBI), dan kepemilikan saham oleh

investor asing mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Lebih lanjut, variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan SBI 1 bulan

kurang signifikan dalam mempengaruhi pergerakan IHSG. Sedangkan, variabel

prosentase kepemilikan saham oleh investor asing signifikan menjelaskan

pergerakan IHSG. Disamping itu, ada korelasi yang lemah antara variabel nilai

tukar rupiah thd USD dan variabel prosentase kepemilikan saham oleh investor

asing. Korelasi yang lemah juga terjadi antara variabel SBI dan variabel nilai tukar.

Namun dilain pihak, ada korelasi yang kuat antara variabel SBI dan variabel

prosentase kepemilikan saham oleh investor asing yang menunjukkan tingkat

korelasi sebesar 84,3%. Tingkat prosentase sebesar itu masih dibawah 90%

sehingga masih dikategorikan belum ada multikolinear. Pada pengolahan pertama,

nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berpengaruh positif terhadap IHSG.

Artinya, apabila rupiah terdepresiasi terhadap dollar Amerika maka IHSG akan
menurun. Namun sebaliknya, jika rupiah terapresiasi terhadap dollar Amerika maka

IHSG akan mengalami peningkatan. Dilain pihak, prosentasi kepemilikan saham

oleh investor asing berpengaruh positif terhadap IHSG. Artinya, apabila prosentasi

kepemilikan saham oleh investor asing mengalami peningkatan maka IHSG juga

akan mengalami peningkatan, sebaliknya jika prosentasi kepemilikan saham oleh

investor asing mengalami penurunan maka IHSG juga akan mengalami penurunan.

Selanjutnya pada pengolahan kedua, dengan memasukkan faktor SBI 1 bulan, SBI

1 bulan berpengaruh negatif terhadap IHSG. Artinya, jika SBI 1 bulan menurun

maka IHSG akan mengalami peningkatan. Sebaliknya, jika SBI 1 bulan meningkat

maka IHSG akan mengalami penurunan. Fakta lain mengatakan bahwa adanya

tambahan variabel SBI 1 bulan justru menurunkan kemampuan model dalam

mempengaruhi IHSG. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan

metodologi korelasi dan regresi melalui teknik analisis Ordinary Least Square

dimana data yang digunakan adalah data bulanan yang pengujiannya dilakukan

selama dua tahun yaitu dari bulan Juni 2002 sampai dengan bulan Juni 2004.

Sementara itu, Sudjono (2004) melalui uji penelitian empiris mengenai

hubungan simultan antara variabel makro ekonomi (bunga deposito/ satu bulan

maupun dua belas bulan, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang beredar

(M1 dan M2), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan tingkat

inflasi) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menemukan fakta bahwa

dengan menggunakan data bulanan selama periode Januari 1990 sampai dengan

Desember 2000 variabel rupiah mampu (andal) dalam menjelaskan pengaruhnya

terhadap variabel-variabel IHSG, Depo1, SBI, maupun rupiah sendiri baik dalam

jangka panjang maupun jangka pendek. Namun, tidak terdapat keseimbangan

jangka panjang antara variabel makro ekonomi dan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) jika pengujian kointegrasi dilakukan pada periode Januari 1990 sampai

dengan Juli 1997 (periode sebelum krisis) maupun Agustus 1998 sampai dengan
Desember 2000 (periode krisis moneter). Kesimpulan penelitian tersebut

dihasilkan dengan menggunakan metode Kointegrasi, VAR dan ECM. Variabel-

variabel lain seperti Depo12, M1 dan M2, dan inflasi dikeluarkan dari model

penelitian karena menurut Granger Causality Test variabel-variabel tersebut tidak

memenuhi syarat uji kausalitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudjono di

Indonesia ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lee (1996)

dalam Sudjono (2004) di Amerika Serikat. Menurut Lee perubahan tingkat bunga

(The deposit rate) mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham.

Penelitian terkait juga dilakukan oleh Kroon dan Veen (2004) yang meneliti

pengaruh nilai tukar terhadap harga saham perusahaan. Hasil penelitian yang

dilakukan terhadap 1.691 saham di 24 negara selama periode 1996 – 2002

mengungkap fakta bahwa pasar saham di negara-negara Eropa umumnya relatif

terindikasi sensitif terhadap perubahan nilai tukar. Disisi lain, rata-rata saham-

saham perusahaan Jepang tidak sensitif terhadap nilai tukar. Selanjutnya, hanya

16% saham perusahaan yang signifikan dipengaruhi oleh eksposur mata uang.

Sekalipun signifikan, rata-rata eksposur antar perusahaan mendekati nilai nol.

Kemudian, fakta juga menunjukkan adanya keterkaitan antara faktor-faktor

fundamental dan eksposur mata uang perusahaan. Namun demikian, faktor-faktor

tersebut tidak memiliki hubungan yang berarti dengan eksposur tersebut. Faktor-

faktor fundamental yang dimaksud adalah ukuran perusahaan dan ekspor. Hasil

analisis penelitian tersebut memberi implikasi terhadap para manajer pengelola aset

bahwa lindung nilai terhadap mata uang bukan merupakan bagian yang penting

dalam aktivitas bisnis perusahaan.

Penelitian selanjutnya mengenai relativitas hubungan antara penerbitan

berita-berita yang berkaitan dengan aspek makro ekonomi dengan pasar saham

juga dilakukan oleh Graham, et al (2003). Mereka dalam hal ini menyatakan bahwa

ada lima variabel dari sebelas variabel yang diuji yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap penilaian saham. Variabel-variabel tersebut yaitu, Laporan Pemerintah

(Employment Report), Asosiasi Nasional Survei Manajer Pembelian (National

Association of Purchasing Managers Survey), Indeks Harga Produsen (Producer

Price Index), Indeks Harga Ekspor dan Impor (Import and Export Price Indexes),

dan Indeks Biaya Pemerintah (Employment Cost Index). Dari kelima variabel yang

pengaruhnya signifikan terhadap penilaian saham tersebut, Laporan Pemerintah dan

Asosiasi Nasional Survei Manajer Pembelian sektor manufaktur adalah yang

pengaruhnya sangat signifikan terhadap penilaian saham. Menurut mereka, enam

variabel makro ekonomi yang juga dimasukkan dalam model penelitian seperti

Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index), Ukuran Produktivitas dan Biaya

(Productivity and Cost Measure), Pendapatan Riil (Riil Earnings), Penjualan

Retail (Retail Sales), Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product ), dan

Asosiasi Nasional Survei Manajer Pembelian (National Association of Purchasing

Managers Survey) sektor non-manufaktur tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap penilaian saham. Objek penelitian tersebut adalah Amerika Serikat dengan

periode penelitian yaitu Januari 1997 sampai dengan Desember 2001, dimana data

yang diambil adalah data bulanan dan kuartalan.

Endri (2004) melakukan uji penelitian mengenai pengaruh nilai tukar riil

dan tingkat bunga riil terhadap return indeks harga saham di bursa efek Jakarta

baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang selama periode waktu

1997 – 2004. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa melalui pengujian

dengan menggunakan metode kointegrasi dan Error Correction Model variabel

nilai tukar riil dan tingkat bunga riil baik mempengaruhi pergerakan return indeks

harga saham secara signifikan. Kedua variabel tersebut, menurut Endri, memiliki

hubungan yang saling berlawanan dengan return indeks harga saham gabungan.

Artinya, jika nilai tukar riil dan tingkat bunga riil berkecenderungan menurun maka

return indeks harga saham akan bergerak naik. Begitu pula sebaliknya, jika nilai
tukar riil dan tingkat bunga riil berkecenderungan meningkat return indeks harga

saham akan mengalami penurunan. Terkait dengan penelitian diatas, Doong, et al

(2005) menunjukkan bukti yang mengindikasikan bahwa harga saham dan nilai

tukar tidak terintegrasi. Berdasarkan uji Granger Causality, uji empiris

menyatakan bahwa ada hubungan langsung yang signifikan antara perubahan dalam

nilai tukar dengan return saham.

Penelitian yang diprakarsai oleh Khazali dan Pyun (2004) tentang hubungan

antara harga saham dan tingkat inflasi di wilayah Asia-Pasifik seperti Australia,

Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Philipina, Singapura, dan

Thailand selama periode 1980-2001 dengan analisis regresi menggunakan metode

pengujian kointegrasi (co-integration test) dan Vector Auto Regression (VAR)

serta Vector Error Correction Model (ECM) menunjukkan hasil bahwa tingkat

inflasi memiliki hubungan negatif dengan harga saham dalam jangka pendek.

Namun demikian, terdapat hubungan yang positif antara tingkat inflasi dan harga

saham dalam jangka panjang setelah tes kointegrasi dilakukan di sembilan negara

tersebut.

Peavy (1992) melakukan penelitian terhadap indeks harga saham S&P 500

dan menemukan fakta bahwa indeks S&P 500 dipengaruhi baik oleh pendapatan

laba per lembar sahamnya dan tingkat bunga secara signifikan. Indeks harga saham

S&P dan pendapatan laba per lembar sahamnya memiliki hubungan yang searah

dimana, jika laba per lembar sahamnya meningkat maka indeks harga saham S&P

500 akan mengalami peningkatan, begitu pula sebaliknya. Di sisi lain, tingkat bunga

memiliki hubungan negatif dengan indeks S&P dimana, jika tingkat bunga

mengalami penurunan maka indeks harga saham S&P 500 akan mengalami

kenaikan, begitu pula sebaliknya. Hal ini terlihat dari level signifikansi dari hasil

penelitian yang nilainya dibawah 1%. Di samping itu, pendapatan laba per lembar

saham S&P 500 dan tingkat bunga mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap
indeks S&P 500 sebesar 86,3% sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.

Dengan menggunakan metode uji penelitian Granger Causality Test,

Mahdavi dan Sohrabian (1991) menemukan fakta bahwa tingkat pendapatan

nasional (Gross National Product) berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pertumbuhan harga saham di Amerika Serikat. Hasil uji empiris menyatakan bahwa

jika tingkat pendapatan nasional meningkat maka tingkat pertumbuhan harga

saham juga akan mengalami peningkatan. Sebaliknya, tingkat harga saham akan

mengalami penurunan apabila tingkat pendapatan nasional menurun.

Hermanto (1999) dalam Endri (2004) meneliti keterkaitan antara jumlah

uang beredar, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, terhadap IHSG. Hasil

penelitannya menunjukkan bahwa dengan menggunakan model kointegrasi dengan

ditunjukkan eigen value terlihat bahwa krisis moneter (1997) menunjukkan

hubungan ko-integrasi baik dari hasil besaran maupun tandanya pada ketiga

variabel tersebut. Dalam keadaan normal penelitian Hermanto menunjukkan bahwa

terdapat hubungan uni-directional Granger dari nilai tukar dan penawaran uang

terhadap indeks harga saham, hubungan bi-directional Granger terjadi antara nilai

tukar dolar dan penawaran uang.

Dominian, et al (1996) melakukan uji empiris keterkaitan antara tingkat

inflasi yang diharapkan, tingkat bunga, dan return saham dan menemukan fakta

bahwa tingkat inflasi yang diharapkan dan tingkat bunga memiliki hubungan yang

saling berlawanan dengan return saham. Artinya, terdapat hubungan yang

signifikan secara statistik dan ekonomi antara penurunan tingkat inflasi yang

diharapkan dan tingkat bunga dengan kenaikan return IHSG. Penelitian serupa

mengenai tingkat inflasi, output, dan harga saham juga dilakukan oleh Adrangi, et

al (1999). Penelitian tersebut mengungkap fakta yang sama tentang adanya

hubungan yang saling berlawanan antara tingkat inflasi dan return saham riil di

pasar yaitu Korea dan Meksiko. Selain itu, hasil penelitian juga menyatakan bahwa
antara tingkat inflasi dan aktivitas riil berhubungan negatif. Terakhir, hasil

penelitian menunjukkan bahwa aktivitas riil dan return saham riil berkorelasi

positif.

Manurung (1996) dalam Endri (2004) melakukan penelitian tentang

pengaruh variabel makro, investor asing, bursa yang, telah maju terhadap indeks

BEJ. Variabel makro ekonomi yang dimasukkan ke dalam model yaitu, tingkat

bunga deposito, kurs dolar Amerika Serikat, defisit transaksi berjalan, tingkat

inflasi, penawaran uang yang diukur dengan M2, pengeluaran pemerintah dan

produk domestik bruto. Hasilnya, pada tingkat signifikansi sebesar 10%, variabel

inflasi tiga bulan, pengeluaran pemerintah, dan produk domestik bruto tidak

signifikan dalam mempengaruhi indeks di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan, sisanya

terbukti mempengaruhi indeks di Bursa Efek Jakarta.

Kwon, et al (1997) melakukan penelitian tentang pengaruh makro ekonomi

terhadap return harga saham pada pasar saham negara Korea. Sejumlah data yang

dimasukkan kedalam variabel makro ekonomi yaitu, indeks produksi industri,

inflasi, tingkat bunga, tingkat bunga obligasi perusahaan dan pemerintah, neraca

perdagangan, pendapatan dividend, nilai tukar mata uang, harga minyak, dan

penawaran uang (M1). Sedangkan untuk data harga saham, variabel yang

digunakan adalah indeks harga saham gabungan (IHSG) Korea periode January

1980 sampai Desember 1992 sebanyak 156 pengamatan dengan menggunakan data

bulanan. Selain itu, pasar saham Korea juga dikelompokkan kedalam berbagai

ukuran indeks selain indeks harga saham gabungan yaitu, indeks berdasarkan

golongan (golongan pertama dan golongan kedua), indeks berdasarkan ukuran

modal (saham-saham berukuran besar, menengah, dan kecil) dan indeks

berdasarkan kelompok industri yang terbagi menjadi 16 kelompok dari 34

golongan industri. Penelitian dilakukan dengan memasukkan tiga model persamaan

regresi berdasarkan deret waktu yang digunakan untuk menganalisis eksposur


antara 22 indeks harga saham dan variabel makro ekonomi yang menjadi sampel

penelitian. Model pertama penelitian digunakan untuk menentukan bagaimana

pengaruh indeks produksi industri, inflasi, inflasi yang diharapkan, premi risiko,

dan jangka waktu tingkat bunga obligasi terhadap indeks harga saham gabungan.

Selanjutnya, model kedua digunakan untuk mengetahui pengaruh pendapatan

dividen, neraca perdagangan, nilai tukar mata uang, harga minyak, dan penawaran

uang (M1). Model terakhir, model ketiga adalah pengaruh gabungan antara model

kesatu dan kedua. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pada model pertama

variabel inflasi, inflasi yang diharapkan dan premi risiko tidak signifikan terhadap

indeks harga saham. Variabel jangka waktu obligasi diketahui mampu

mempengaruhi 18 dari 22 indeks harga saham yang dimasukkan dalam penelitian

pada level signifikan sebesar 5%. Indeks produksi berpengaruh signifikan hanya

pada dua indeks harga saham industri yaitu pertambangan dan barang tambang

mineral bukan metal. Kemudian, model kedua memberi kesimpulan bahwa

pendapatan dividen berpengaruh signifikan terhadap return saham pada level

signifikan sebesar 1% dimana hubungan antara variabel tersebut adalah positif.

Nilai tukar memberi pengaruh terhadap 8 indeks harga saham pada level signifikan

sebesar 5% dan 2 indeks harga saham pada level signifikan sebesar 10% dengan

korelasi negatif antara kedua variabel tersebut. Berikutnya, harga minyak signifikan

dalam mempengaruhi indeks harga saham industri makanan dan minuman, logam,

mesin dan peralatan, perdagangan grosir, pengiriman dan penyimpanan, dan

memiliki pengaruh terhadap industri perikanan di tingkat marjinal. Hubungan

antara harga minyak dan industri peralatan dan mesin, perdagangan grosir, dan

pengiriman dan penyimpanan adalah negatif, sedangkan industri makanan dan

minuman serta logam berhubungan positif dengan harga minyak. Variabel

penawaran uang (M1) berpengaruh signifikan terhadap industri makanan dan

minuman dimana hubungan antara dua variabel tersebut adalah positif. Terakhir,
hasil regresi pada model ketiga menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan uji

statistik pada model pertama dan kedua. Hasil penelitian juga menemukan fakta

bahwa pasar saham Korea lebih sensitif terhadap aktivitas perdagangan

internasional yang ditunjukkan oleh nilai tukar, neraca perdagangan, penawaran

uang dan indeks produksi daripada variabel inflasi dan suku bunga. Hasil ini

berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh baik di Amerika maupun di Jepang

sehingga hasil penemuan di Korea ini menyarankan untuk menggunakan strategi

yang berbeda jika ingin berinvestasi di pasar Korea.

Penelitian yang dilakukan oleh Dritsaki (2005) meneliti tentang hubungan

jangka panjang antara indeks harga saham Yunani dan indeks produksi, inflasi dan

tingkat bunga mengunakan data kuartalan periode September 1988 sampai June

2003 dengan menggunakan metode kointegrasi dan penerapan hubungan sebab-

akibat Granger Causality Test. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara harga saham dan variabel makro ekonomi yang

ditunjukkan oleh indeks produksi, inflasi dan tingkat bunga.

2.6. Kerangka Pemikiran

Di dalam melakukan investasi pada saham fluktuasi harga saham

merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh para pialang dan investor.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham yaitu makro

ekonomi. Jika makro ekonomi cenderung mengalami perubahan, dampaknya

secara langsung dapat berpengaruh pada perubahan harga saham. Berikut ini

merupakan bentuk kerangka pemikiran penelitian yang dituangkan dalam bentuk

diagram alur:

Ilustrasi 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Rencana Alur Penelitian


Makro Ekonomi

 Deposito
Indeks Harga Saham  SBI
Gabungan  M1
 Nilai Tukar
 Inflasi

Uji Hipotesis

Cointegration
dan
Error Correction Model

Tidak Signifikan Signifikan


sig > α= 5% sig < α= 5%
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Model Analisis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji keseimbangan antara variabel makro

ekonomi dan IHSG baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk

tujuan penelitian tersebut, model penelitian yang digunakan adalah model

kointegrasi (Cointegration) dan Error Correction Model (ECM). Beberapa peneliti

sebelumnya telah melakukan penelitian (pengujian) pengaruh maupun hubungan

antara variabel makro ekonomi terhadap Return Indeks Harga Saham (RIHSG)

dengan menggunakan model Ordinary Least Square bivariate (single-equation

regression model) atau sering disebut OLS. Sebagaimana dinyatakan oleh Rao

(1994) bahwa data makro ekonomi mempunyai sifat nonstationary. Menurut

Nachrowi dan Usman (2006) data yang tidak stasioner disebabkan oleh adanya

otokorelasi dimana peningkatan waktu observasi menunjukkan nilai mean

mengalami peningkatan yang sistematik (tidak konstan). Selain itu, data yang tidak

stasioner juga disebabkan oleh adanya heteroskedastisitas dimana meskipun nilai

mean tidak menunjukkan perubahan yang sistematik, tetapi variannya menunjukkan

peningkatan. Oleh karena itu, jika pengujian menggunakan metode OLS bivariate

dilakukan, hasil estimasinya dapat bias atau sering disebut spurious regression

(Gujarati , 2003). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode yang

berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan metode kointegrasi

(cointegration) untuk menjawab apakah terdapat keseimbangan jangka panjang

antara variabel makro ekonomi dengan Return IHSG dan Error Correction Model

(ECM) untuk menjawab pertanyaan apakah terdapat keseimbangan jangka pendek

antara variabel makro ekonomi dengan Return IHSG di Indonesia.


3.1.1. Model Persamaan Kointegrasi

Menurut Nachrowi dan Usman (2006) model persamaan kointegrasi

(Cointegration) dapat digunakan jika dalam pengujian kointegrasi masing-masing

variabel (Return Indeks Harga Saham Gabungan (RIHSG), bunga deposito satu bulan

(DEPO), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang beredar (M1), nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (KURS), dan tingkat inflasi (INF)) saling

terintegrasi pada ordo 0 atau dinotasikan I(0). Dalam ekonometrika variabel yang

saling terkointegrasi dikatakan dalam kondisi memiliki keseimbangan jangka

panjang (long-run equlibrium) (Gujarati, 2003). Bila kita dapat membuktikan

bahwa seluruhnya terkointegrasi, maka kita dapat menyimpulkan bahwa regresi

tersebut bukanlah regresi palsu, tetapi regresi yang terkointegrasi. Dengan

demikian, interprestasi dengan menggunakan model di atas tidak akan menyesatkan

khususnya untuk analisis jangka panjang.

Model persamaan kointegrasi digunakan untuk mengestimasi keseimbangan

antara variabel makro ekonomi dan return IHSG dalam jangka panjang. Berikut ini

disajikan model persamaan kointegrasi antar variabel makro ekonomi (variabel

independen) dan Return IHSG (variabel dependen) yaitu:

RIHSG = ß0 + ß 1 DEPO + ß 2 SBI + ß 3 M1 + ß 4 KURS + ß 5 INF + μ1 (4)

Persamaan tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

μ1 = RIHSG - ß0 - ß 1 DEPO - ß 2 SBI - ß 3 M1 - ß 4 KURS - ß 5 INF (5)

Jika μ1 stasioner, maka ‘


RIHSG’
; ‘
DEPO’
;’ ; ‘
SBI’ ; ‘
M1’ dan ‘
KURS’ INF’

dikatakan terkointegrasi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena trend ‘


RIHSG’
;


DEPO’
;’ ;‘
SBI’ ;‘
M1’ dan ‘
KURS’ INF’saling menghilangkan, sehingga variabel

yang tidak stasioner tersebut dapat menghasilkan residual yang stasioner.


Parameter yang didapat disebut dengan parameter kointegrasi dan regresi yang

didapat disebut dengan parameter kointegrasi dan regresi yang didapat disebut

dengan regresi kointegrasi.

3.1.2. Model Error Correction Mechanism (ECM)

Model Error Correction Mechanism (ECM) dipergunakan untuk

mengkoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju pada keseimbangan jangka

panjang (Gujarati, 2003). Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Sargan (1984)

dan dipopulerkan oleh Eangle dan Granger (1987). Pada model koreksi kesalahan

ini, pergerakan jangka pendek variabel-variabel dalam sistem dipengaruhi oleh

deviasi dari keseimbangan. Koreksi kesalahan ini merupakan hasil yang diperoleh

dari residual estimasi persamaan kointegrasi.

Model ECM untuk melihat hubungan jangka pendek antara variabel makro

ekonomi dan return IHSG yang dihasilkan dari model persamaan kointegrasi (4)

adalah sebagai berikut:

∆ RIHSG = α0 + α1 ∆DEPO + α2 ∆SBI + α3 ∆M1 + α4 ∆KURS + α5 ∆INF + α6

μt-1 + et

(6)

μi-1 adalah error kointegrasi lag 1, atau secara matematis dituliskan, sebagai

berikut:

μt-1 = RIHSGt-1 - ß0 - ß 1 DEPOt-1 - ß 2 SBIt-1 - ß 3 M1t-1 - ß 4 KURSt-1 - ß 5 INFt-1 (7)

Dari model yang terbentuk diatas dapat terlihat bahwa hubungan perubahan

‘ ,‘
DEPO’ ,‘
SBI’ ,‘
M1’ ,‘
KURS’ INF’terhadap ‘
RIHSG’
’dalam jangka panjang akan

diseimbangkan oleh error sebelumnya. Dari persamaan diatas, ∆DEPO, ∆SBI,

∆M1, ∆KURS dan ∆INF menggambarkan ‘


gangguan’jangka pendek dari DEPO,
SBI, M1, KURS dan INF, dan error kointegrasi merupakan penyesuaian menuju

keseimbangan jangka panjang. Dengan demikian, jika koefisien α6 signifikan, maka

koefisien tersebut akan menjadi penyesuaian bila terjadi fluktuasi variabel-variabel

yang diamati menyimpang dari ‘


hubungan’jangka panjangnya.

3.2. Metode Analisis

Sebelum digunakan untuk estimasi, data penelitian perlu melalui

serangkaian tahapan pengujian, yaitu: uji stationary dan penentuan panjang lag.

Selanjutnya, dilakukan uji keseimbangan jangka panjang dengan metode

kointegrasi dan pengujian keseimbangan antara variabel makro ekonomi dan IHSG

jangka pendek dengan ECM. Uji stationary diperlukan karena variabel makro

ekonomi pada umumnya nonstationary (Gujarati, 2003) . Tujuan uji stationary ini

adalah agar mean-nya stabil dan random error-nya = 0, sehingga model regresi

yang diperoleh mempunyai kemampuan prediksi yang andal dan tidak ada spurious

(spurious regression). Uji stationary dapat dilakukan dengan beberapa metode

yaitu: grafik, correlogram, maupun akar unit (unit root) dengan menggunakan

metode Augmented Dickey-Fuller (ADF) test dan Phillips-Perron (PP) test.

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan

metode Augmented Dickey-Fuller (ADF) tes.

Setelah dilakukan uji stationary, langkah selanjutnya adalah menentukan

panjang lag melalui pendekatan Akaike Information Criterion (AIC). Hal ini

disebabkan karena kointegrasi dan ECM sangat peka terhadap panjang lag Enders

(1995); Gujarati (2003); dan Ansari dan Gang (1999). Beberapa penelitian

sebelumnya menggunakan panjang lag yang beragam. Penelitian yang dilakukan

oleh Sudjono (2004), penentuan lag dilakukan dengan menggunakan prosedur

Johansen’
s cointegration test. Sebagaimana prinsip parsimoni (parsimony), asumsi
yang digunakan oleh Johansen’
s cointegration test adalah mencari log likelihood

test statistik terkecil dari persamaan VAR maupun ECM. Selanjutnya dibuat

rekapitulasi log likelihood dari persamaan VAR dan ECM untuk periode jangka

waktu penelitian dari lag 1 sampai dengan lag 12.

Pengujian selanjutnya adalah uji kointegrasi dan ECM. Jika series data

variabel diketahui mempunyai unit root dan cointegrated pada tingkat 1, I(1),

maka perlu dilakukan uji kointegrasi; atau dengan kata lain uji kointegrasi

dilakukan untuk mendeteksi stabilitas hubungan jangka panjang dua variabel atau

lebih Ajay dan Mougoué (1996). Terakhir, Error Correction Model (ECM) untuk

menjawab pertanyaan apakah terdapat keseimbangan jangka pendek antara variabel

makro ekonomi dengan IHSG di Indonesia. Perhatikan Skema kerangka tahapan

pengujian dibawah ini (Ilustrasi 3.1).


Ilustrasi 3.1

Prosedur Tahapan Pengujian

Tahap I

Uji stationary
unit root test
Augmented Dickey Fuller (ADF) Method

Unit root stationer Unit root non- stationer

ADF < α=1%,5%&10% ADF > α=1%,5%&10%

Tahap II

Penentuan Panjang Lag

Akaike Information Criterion (AIC)

Tahap III

Cointegration Test

Uji Eangle-Granger atau Uji Augmented Engle-Granger

Variabel dependen Variabel dependen tidak


terkointegrasi dengan variabel terkointegrasi dengan variabel
independen independen

ADF < α=1%,5%&10% ADF > α=1%,5%&10%


Tahap IV

Error Correction Mechanism Test (ECM)

Variabel dependen tidak Variabel dependen


menyesuaikan perubahan menyesuaikan perubahan
variabel independen variabel independen

Prob. μt-1 < α=1%,5%&10% Prob. μt-1 > α=1%,5%&10%

3.2.1. Unit Root Test

Dalam kointegrasi, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah semua

variabel harus terintegrasi pada orde yang sama dan suatu series dari dua variabel

atau lebih yang dipasangkan adalah stasioner. Untuk memeriksa sifat stasioner

dalam series di semua variabel (Return Indeks Harga Saham Gabungan (RIHSG),

bunga deposito satu bulan (DEPO), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang

beredar (M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (KURS), dan

tingkat inflasi (INF)), terlebih dahulu dilakukan pengujian akar unit. Ada beberapa

pendekatan untuk melakukan pengujian akar unit. Salah satunya adalah dengan

menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF) dan Phillips-Peron (PP). Pada

intinya, Uji akar unit Augmented Dickey Fuller (ADF) (Dickey dan Fuller, 1981)

dan Uji Phillips-Perron (PP) (Phillips dan Perron, 1990) digunakan untuk menguji

apakah suatu series stasioner dengan menggunakan hasil uji heteroskedastisitas

pada data time-series. Jika hipotesis dari unit akar ditolak, maka series dikatakan

stasioner.

Model ADF memiliki spesifikasi sebagai berikut:


Y t  1 2t Yt 1 1Yt 1 2 Yt 2 ... m Yt m t
(8)

Persamaan di atas dapat dituliskan kembali dengan spesifikasi sebagai berikut:

m
Y t 12 t 
Y t 1 i Y t 1 t (9)
i1

Dimana, Yt variabel yang diuji dengan akar unit yaitu Return Indeks Harga Saham

Gabungan (RIHSG), bunga deposito satu bulan (DEPO), Sertifikat Bank Indonesia

(SBI), jumlah uang beredar (M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

Serikat (KURS), dan tingkat inflasi (INF), 1 adalah koefisien intercept, 2

adalah koefisien trend,  adalah koefisien regresi dan t adalah random error

yang terdistribusi secara normal dengan zero mean dan variance 2 . Uji t statistik

untuk hipotesis null adalah H0:  = 1 adalah ( 1) / s () , dimana s () adalah

standard error dari koefisien regresi . Dengan menggunakan hipotesis null

bahwa 0 terhadap alternatifnya 0 , untuk variabel Y apapun, panjang lag

m dalam uji regresi ADF ditentukan oleh Akaike Information Criterion (AIC),

yaitu:

SSR  2
AIC m ln M  m
 n  n

(10)

Berbeda dengan ADF, Uji PP memperkirakan Yt 1 1t 


Yt 1 t dan menilai

bahwa hipotesis null 0 terhadap alternatifnya 0 . Dalam teori, regresi ADF

dan PP diestimasi dengan tiga variasi yaitu, regresi time series dengan intercept,

trend dan intercept, atau terpisah antara trend dan intercept. Ketiga pendekatan ini

bertujuan untuk menjamin bahwa hasil uji andal dengan kehadiran penyimpangan
dan trend. Dalam uji akar root, pada penelitian ini, pengujian dilakukan dengan

menggunakan metode Augmented Dickey Fuller dengan variasi regresi time series

menggunakan model dengan intercept dan trend. Jika autokorelasi diduga terjadi

dalam series yang diuji, statistik diubah dengan menghilangkan pengaruh

autokorelasi dari sebuah distribusi asimtotis dari uji statistik dengan menggunakan

uji PP. Formula untuk perubahan uji statistik diberikan dalamPeron (1988).

3.2.2. Cointegration

Konsep kointegrasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui keseimbangan

jangka panjang di antara variabel-variabel yang di observasi. Kadangkala, dijumpai

dua variabel random yang masing-masing merupakan random walk (tidak

stasioner). Artinya, kombinasi linear yang bersifat stasioner dapat terjadi diantara

dua variabel yang masing-masing tidak stasioner atau mengikuti pola random walk.

Apabila hal yang demikian terjadi kedua variabel tersebut dikatakan saling

terintegrasi atau ber-cointegrated Ghozali (2006); Gujarati (2003); dan Nachrowi

dan Usman (2006). Contoh, Xt dan Yt masing-masing random walk; tetapi Zt = Xt

-  Yt merupakan time series yang stasioner. Pada kondisi seperti ini, Xt dan Yt

dikatakan berkointegrasi dan dapat diestimasi dengan OLS melalui regresi Xt

pada Yt. Catatan bahwa beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai pengertian

kointegrasi. Kointegrasi terjadi pada suatu kombinasi linier yang tercipta dari

variabel-variabel yang non-stationer. Variabel-variabel yang termasuk dalam

kombinasi linier harus terintegrasi pada orde yang sama. Apabila terdapat dua

variabel yang terintegrasi pada orde yang berbeda, maka kointegrasi tidak mungkin

terjadi pada kedua variabel tersebut. Akan tetapi, ada kemungkinan terdapat

gabungan dari suatu orde series yang berbeda pada saat terdapat tiga atau lebih

series yang diperhatikan. Dengan demikian, himpunan bagian dari series yang

memiliki orde yang lebih tinggi dapat terkointegrasi pada orde yang lebih rendah.
Ada kemungkinan sebanyak n-1 vektor kointegrasi yang independen secara linier,

apabila Xt memiliki n komponen.

Secara umum formulasi persamaan kointegrasi adalah sebagai berikut:

Yt = ß1 + ß2 X2t + ß3 X3t +...+ ßn Xnt + μt

(10)

Persamaan tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

μt = Yt - ß1 - ß2 X2t - ß3 X3t -...- ßn Xnt

(11)

Dimana, Yt adalah variabel terikat (RIHSG), ß1 merupakan koefisien konstan, ß2... ßn

adalah koefisien regresi, X2t...Xnt adalah variabel bebas (DEPO), (SBI), (M1),

(KURS), dan (INF) dan μt adalah nilai residual.

Langkah metodologi selanjutnya adalah dengan memeriksa apakah series

terkointegrasi atau tidak. Uji hipotesis kointegrasi dilakukan dengan menggunakan

metodologi yang dikemukakan oleh Engle dan Granger (1987). Metode yang

digunakan adalah DF atau ADF unit root terhadap nilai residual dari persamaan

regresi kointegrasi. Regresi dikatakan terintegrasi jika nilai residualnya stasioner

atau variabel terikat dan bebas yang tidak stasioner tersebut terkointegrasi sehingga

menghasilkan residual yang stasioner. Secara formal formulasi kointegrasi dimulai

dengan mempertimbangkan suatu set variabel-variabel ekonomi dalam jangka

panjang:

ß1 X1t + ß2 X2t + .....+ ßn Xnt = 0

(12)

Jika ß merupakan vektor (ß1, ß2, ...., ßn) dan X juga merupakan vektor (X1t, X2t,...,

Xnt), sistem dalam keseimbangan jangka panjang apabila ß1 Xt = 0. Deviasi dari

keseimbangan jangka panjang disebut sebagaiequilibrium error, et, sehingga:

et = ß1 Xt

(13)
Komponen Xt = (X1t, X2t,..., Xnt) apabila berada pada orde d,b dapat dikatakan

terkointegrasi dengan notasi Xt ~CI (d,b) jika:

 Seluruh komponen dari Xt terintegrasi pada orde d.

 Terdapat suatu vektor ß = (ß1, ß2, ...., ßn) yang mempunyai kombinasi linier

bXt = ß1 X1t + ß2 X2t +.....+ ßn Xnt terintegrasi pada orde (d-b), di mana b >

0, sehingga vektor b dikatakan sebagai vektor kointegrasi (cointegrating

vector)

3.2.3. Error Correction Mechanism (ECM)

Uji Error Correction Mechanism (ECM) adalah suatu metode untuk

melihat keseimbangan jangka pendek antar variabel penelitian. ECM bertujuan

untuk melakukan koreksi terhadap keseimbangan jangka pendek menuju pada

keseimbangan jangka panjang. Meskipun dalam jangka panjang terjadi kointegrasi

antara variabel-variabel dalam penelitian dalam bentuk kombinasi linier. Sangat

mungkin dalam jangka pendek antar variabel tersebut tidak terjadi keseimbangan.

Dengan demikian, kombinasi linier yang terjadi dalam jangka panjang dikatakan

memiliki kesalahan keseimbangan (equilibrium error) sehingga melalui error term

persamaan kointegrasi jangka panjang tersebut dapat digunakan untuk

menghubungkan perilaku-perilaku variabel terikat jangka pendek terhadap nilai-

nilai jangka panjangnya dengan menggunakan teknik ECM.

Menurut Gujarati (2003) jika dua variabel Y dan X terkointegrasi, maka

hubungan kedua variabel tersebut dapat dinyatakan sebagai error correction

mechanism. Jadi, dalam keseimbangan jangka panjang apabila terdapat beberapa

variabel, terintegrasi pada orde 1, dan merupakan I (1) maka estimasi

keseimbangan terbentuk dalam persamaan seperti dibawah ini, yaitu:

Yt = ß1 + ß2 X2t + ß3 X3t +...+ ßn Xnt + et (14)

Dengan demikian, formulasi koreksi kesalahan (ECM) adalah sebagai berikut:


∆Yt = ß1 + ß2 ∆X2t + ß3 ∆X3t +...+ ßn ∆Xnt + ßt μt-1 + et (15)

μt-1 = ∆Yt-1 - α1 - α2 ∆X2t-1 - α3 ∆X3t-1 +...+ αn ∆Xnt-1 (16)

Dimana, ∆Yt adalah nilai first difference dari (RIHSG), ∆X 2t...∆Xnt merupakan first

difference dari (DEPO), (SBI), (M1), (KURS), dan (INF), ß1 adalah koefisien

konstan, ß2...ßn koefisien kecepatan penyesuaian (speed of adjustment

coefficients), μt-1 merupakan error-correction term yang merupakan nilai tenggang

residual dari estimasi hubungan keseimbangan jangka panjang persamaan (14) dan

et merupakan white-noise disturbance.

Apabila μi-1 > 0, maka modelnya tidak berada dalam keseimbangan. Jika

∆DEPO, ∆SBI, ∆M1, ∆KURS dan ∆INF = 0 dan μt-1 > 0, ini berarti RIHSGt-1 di

atas nilai keseimbangannya, yang seharusnya adalah ß1 + ß2 DEPOt-1 + ß3 SBIt-1 +

ß4 M1t-1 + ß5 KURSt-1 + ß6 INFt-1. Oleh karena itu, nilai ßt diharapkan negatif.

Dengan demikian, ßt μt-1 < 0 dan akibatnya ∆ RIHSG < 0 agar kembali pada

keseimbangan. Pemaparan tersebut memberikan arti bahwa bila RIHSGt berada diatas

nilai keseimbangannya, maka RIHSGt akan menurun pada periode berikutnya untuk

mengkoreksi kesalahan keseimbangan.

Sekarang bila μt-1 < 0 maka RIHSG berada dibawah nilai keseimbangannya,

dan ßt μt-1 > 0 yang mengakibatkan ∆RIHSG >0, sehingga nilai RIHSG meningkat pada

periode ke-t. Jadi, nilai absolut dari ßt menentukan seberapa cepat keseimbangan

bisa tercapai kembali bila diperoleh penyimpangan.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Pada penelitian ini, obyek yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah
makro ekonomi dan Return IHSG periode Januari 2003 Sampai Oktober 2008.

Penulis juga menjadikan seluruh variabel yang ada dalam makro ekonomi sebagai

populasi dari penelitian.

Selanjutnya, sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu.

Adapun, teknik sampling yang merupakan teknik dalam pengambilan

sampel dibagi menjadi dua, yaitu: probability sampling dan non-probability

sampling. Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang

yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Teknik ini meliputi, simple random sampling, proportionate stratified

random sampling, disproportionate stratified random, sampling area (cluster)

sampling (sampling menurut daerah). Kemudian, Non-probability sampling adalah

teknik pengambilan sampling yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama

bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik

sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh,

snowball. Dari beberapa kriteria di atas, penulis menetapkan bahwa teknik

sampling yang digunakan adalah berupa simple random sampling dimana

pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi itu. Penentuan sampel dilakukan dengan mempersempit anggota

populasi menjadi scope yang lebih kecil, sampel ini diambil dengan pertimbangan

bahwa obyek yang akan diteliti sebagai populasi memiliki jumlah anggota yang

cukup banyak dan juga terbatasnya sumber data. Atas dasar pertimbangan

tersebut, peneliti memutuskan untuk mengambil lima dari anggota populasi sebagai

sampel untuk penelitian secara acak. Lima anggota populasi sebagai instrumen
yang digunakan untuk mengukur variabel makro ekonomi yaitu, bunga deposito

satu bulan (DEPO), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang beredar (M1),

nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (KURS), dan tingkat inflasi

(INF). Data atas variabel makro ekonomi dan harga saham diperoleh oleh peneliti

dari situs internet www.idx.co.id dan www.bi.go.id.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner

(angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya.

Dari ketiga teknik pengumpulan data tersebut, teknik yang digunakan

dalam proses penelitian ini adalah berupa teknik observasi. Observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses

biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan. Adapun observasi yang dilakukan dalam penelitian ini

berupa observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah

dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, di mana tempatnya.

Melalui observasi seperti ini, peneliti mengetahui pasti variabel yang akan diamati.

Disamping itu, instrumen penelitian yang digunakan telah teruji validitas dan

realibilitasnya.

Teknik observasi seperti ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh

data-data sekunder, seperti: bunga deposito satu bulan (DEPO), Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), jumlah uang beredar (M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika Serikat (KURS), dan tingkat inflasi (INF) serta Return IHSG (RIHSG)

dalam rentang waktu selama Januari 2003 sampai Oktober 2008 (70 observasi)

menggunakan data bulanan.


3.5. Data dan Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel dalam penelitian terdiri dari Return Indeks Harga Saham

Gabungan (RIHSG) yang menjadi variabel dependen dari penelitian. Selanjutnya

berturut-turut, bunga deposito satu bulan (DEPO), Sertifikat Bank Indonesia

(SBI), jumlah uang beredar (M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

Serikat (KURS), dan tingkat inflasi (INF) adalah sebagai variabel independen dari

penelitian. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa data

bulanan periode Januari 2003 sampai dengan Oktober 2008 (70 observasi). Data

makro ekonomi diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia yang

dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Sedangkan, data IHSG diperoleh dari bursa

efek Indonesia (BEI).

3.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis penelitian terdiri dari tiga bagian. Hipotesis

penelitian yaitu, hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif/hubungan. Dari

ketiga bentuk hipotesis diatas, penelitian ini menggunakan bentuk hipotesis

asosiatif/hubungan, karena penelitian ini melakukan dugaan sementara terhadap

rumusan masalah asosiatif, yaitu menanyakan hubungan dan regresi antara dua

variabel atau lebih. Perumusan hipotesis dalam uji penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H0.1 : Tingkat bunga deposito satu bulan (DEPO) memiliki hubungan negatif
dengan return IHSG (RIHSG)

H0.1 : Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) memiliki hubungan negatif

dengan return IHSG (RIHSG)

H0.1 : Jumlah uang yang beredar (M1) memiliki hubungan negatif dengan return

IHSG (RIHSG)

H0.1 : Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat memiliki hubungan positif

dengan return IHSG (RIHSG)

H0.1 : Tingkat inflasi memiliki hubungan negatif dengan return IHSG (RIHSG)

Keterangan :

RIHSG = Return Indeks Harga Saham Gabungan (dalam persen)

DEPO = Suku Bunga Deposito Satu Bulan (dalam persen)

SBI = Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (dalam persen)

M1 = Jumlah Uang Beredar (dalam miliar Rp)

KURS = Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika (dalam Rp)

INF = Tingkat Inflasi (dalam persen)


BAB IV

ANALISIS PENELITIAN

4.1. Deskripsi Statistik Data

Dengan manggunakan program E-views 4.1, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui keseimbangan antara variabel makro ekonomi dengan return Indeks

Harga Saham Gabungan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek periode

Januari 2003 sampai dengan Oktober 2008 (70 observasi). Faktor-faktor

fundamental yang dimasukkan ke dalam variabel makro ekonomi yaitu, suku bunga

deposito satu bulan, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang

beredar (M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan tingkat inflasi dimana

sumber data tersebut diperoleh dari dua situs resmi yaitu www.idx.co.id dan

www.bi.go.id..

Deskripsi statistik data yang dimasukkan ke dalam variabel penelitian dapat

dilihat pada rangkuman tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1

Rangkuman Deskripsi Statistik Data Penelitian

Keterangan RIHSG DEPO SBI M1 KURS INF


Mean 1.861000 8.373429 9.330571 302879.0 9161.786 8.811000
Median 2.750000 7.490000 8.665000 277279.0 9162.500 7.160000
Maximum 14.24000 12.64000 12.80000 491729.0 10995.00 18.38000
Minimum -31.42000 5.860000 7.320000 180112.0 8279.000 4.600000
Std. Dev. 7.550271 2.054245 1.823032 88051.14 485.0165 3.805643
Skewness -1.291959 0.658154 0.748112 0.500106 0.871803 1.272263
Kurtosis 7.015594 1.968085 2.177387 2.049235 5.194167 3.254682
Jarque-Bera 66.50476 8.159418 8.503192 5.554437 22.90904 19.07347
Probability 0.000000 0.016912 0.014241 0.062211 0.000011 0.000072
Sum 130.2700 586.1400 653.1400 21201533 641325.0 616.7700
Sum Sq. Dev. 3933.455 291.1746 229.3178 5.35E+11 16231632 999.3212
Observations 70 70 70 70 70 70
Sumber: data diolah
Keterangan:

RIHSG = Return Indeks Harga Saham Gabungan

DEPO = Suku Bunga Deposito Satu Bulan

SBI = Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

M1 = Jumlah Uang Beredar

KURS = Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika

INF = Tingkat Inflasi

Pada tabel 4.1 diatas, deskripsi statistik untuk return Indeks Harga Saham

Gabungan berturut-turut yaitu, nilai mean sebesar 1,861%; nilai median sebesar

2,750%; nilai maksimum sebesar 14,240%; nilai minimum sebesar -31,420%; nilai

standar deviasi sebesar 7,550; nilai skewness sebesar -1,292; nilai kurtosis sebesar

7,016; dan nilai Jarque-Bera sebesar 66,505.

Selanjutnya, suku bunga deposito memiliki nilai mean sebesar 8,373%; nilai

median sebesar 7,490%; nilai maksimum sebesar 12,640%; nilai minimum sebesar

5,860%; nilai standar deviasi sebesar 2,054; nilai skewness sebesar 0,658; nilai

kurtosis sebesar 1,968; dan nilai Jarque-Bera sebesar 8,159.

Kemudian, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia memiliki nilai mean

sebesar 9,331%; nilai median sebesar 8,665%; nilai maksimum sebesar 12,800%;

nilai minimum sebesar 7,320%; nilai standar deviasi sebesar 1,823; nilai skewness

sebesar 0,748; nilai kurtosis sebesar 2,177; dan nilai Jarque-Bera sebesar 8,503.

Jumlah uang beredar memiliki nilai rata-rata sebesar Rp. 302.879 miliar;

nilai tengah sebesar Rp. 277.279 miliar; nilai maksimum sebesar Rp. 491.729

miliar; nilai minimum sebesar Rp. 180.112 miliar; nilai standar deviasi sebesar

88.051,14; nilai skewness sebesar 0,500; nilai kurtosis sebesar 2,049; dan nilai

Jarque-Bera sebesar 5,554.

Deskripsi statistik untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yaitu,

nilai rata-rata sebesar Rp. 9.161,786; nilai tengah sebesar Rp. 9.162,500; nilai
maksimum sebesar Rp. 10.995; nilai minimum sebesar Rp. 8.279; nilai standar

deviasi sebesar 485,017; nilai skewness sebesar 0,872; nilai kurtosis sebesar

5,194; dan nilai Jarque-Bera sebesar 22,909.

Terakhir, deskripsi statistik untuk tingkat inflasi yaitu, nilai rata-rata

sebesar 8,811%; nilai tengah sebesar 7,160%; nilai maksimum sebesar 18,380%;

nilai minimum sebesar 4,600%; nilai standar deviasi sebesar 3,806; nilai skewness

sebesar 1,272; nilai kurtosis sebesar 3,255; dan nilai Jarque-Bera sebesar 19,073.

Berikutnya, grafik di bawah ini bertujuan untuk melihat gambaran

perkembangan atau trend dari data yang dimasukkan dalam penelitian.

Ilustrasi 4.1

Grafik Perkembangan Return IHSG Bulan Januari 2003 –Oktober 2008

20

10

-10

-20

-30

-40
2004 2005 2006 2007 2008

RIHSG

Ilustrasi 4.1 menggambarkan grafik perkembangan atau trend return IHSG

bulan Januari 2003 – Oktober 2008. Pada perkembangannya, return IHSG

memiliki kecenderungan berfluktuasi dimana nilai tertinggi dicapai di bulan


Desember 2005 yaitu sebesar 14,24% dan nilai terendah berada di bulan Oktober

2008 yaitu sebesar -31,42%.

Kemudian, pada ilustrasi 4.2, grafik perkembangan suku bunga deposito

menunjukkan trend penurunan pada periode tahun 2003 setelah diawal tahun

tersebut berada di posisi tertinggi yaitu sebesar 12,64%. Suku bunga deposito

kembali mengalami kenaikan di awal periode tahun 2004 sampai akhir tahun 2005,

namun suku bunga deposito berada pada nilai terendah di bulan Maret dan April

2004 yaitu sebesar 5,86%. Ditahun-tahun berikutnya, suku bunga deposito kembali

terpuruk dan mengalami kenaikan pada kuartal ketiga tahun 2008.

Ilustrasi 4.2

Grafik Perkembangan Suku Bunga Deposito

Bulan Januari 2003 –Oktober 2008

13

12

11

10

5
2004 2005 2006 2007 2008

DEPO

Tidak jauh berbeda dengan suku bunga deposito, setelah suku bunga

Sertifikat Bank Indonesia berada pada posisi tertinggi sebesar 12,80% di awal
bulan Januari 2003, SBI memperlihatkan trend penurunan hingga awal periode

tahun 2004. SBI kemudian berada di posisi terendah pada bulan Mei 2004 sebesar

7,32% dan bergerak stabil hingga awal tahun 2005. Hingga awal tahun 2006, SBI

mulai bergerak naik dan kembali menurun hingga awal tahun 2008. Selanjutnya,

SBI mengalami peningkatan kembali dipertengahan tahun 2008. (Perhatikan

ilustrasi 4.3 dibawah ini)

Ilustrasi 4.3

Grafik Perkembangan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

Bulan Januari 2003 –Oktober 2008

13

12

11

10

7
2004 2005 2006 2007 2008

SBI

Selanjutnya, perkembangan jumlah uang beredar pada ilustrasi 4.4

menunjukkan trend kenaikan mulai dari bulan Januari 2003 sampai Oktober 2008.

Jumlah uang beredar berada pada posisi terendah di bulan Januari 2003 yaitu
sebesar Rp. 180.112 miliar dan mencapai posisi tertinggi pada bulan September

2008 sebesar Rp. 491.729 miliar.

Ilustrasi 4.4

Grafik Perkembangan Jumlah Uang Beredar

Bulan Januari 2003 –Oktober 2008

500000

450000

400000

350000

300000

250000

200000

150000
2003 2004 2005 2006 2007 2008

M1

Jika dilihat melalui grafik, perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika memiliki kecenderungan berfluktuasi antara bulan Januari 2003 sampai

dengan Oktober 2008. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berada pada

posisi terendah yaitu sebesar Rp. 8.279 di bulan Mei tahun 2003 dan mencapai

level tertinggi di bulan Oktober tahun 2008 sebesar Rp. 10.995. (Perhatikan

ilustrasi 4.5 dibawah ini)

Ilustrasi 4.5

Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika

Bulan Januari 2003 –Oktober 2008


11500

11000

10500

10000

9500

9000

8500

8000
2003 2004 2005 2006 2007 2008

KURS

Pada perkembangannya, tingkat inflasi di awal tahun 2003 hingga

pertengahan tahun 2005 menunjukkan pergerakan yang berfluktuasi dimana tingkat

inflasi berada pada posisi terendahnya di bulan Januari 2004 sebesar 4,60%.

Perkembangan selanjutnya, tingkat inflasi secara signifikan mengalami kenaikan

hingga berada pada level tertinggi di bulan Nopember 2005 yaitu sebesar 18,38%.

Tingkat inflasi kembali menurun drastis hingga akhir periode 2006 dan bergerak

fluktuatif kemudian mengalami peningkatan hingga bulan Oktober 2008.

Ilustrasi 4.6

Grafik Perkembangan Tingkat Inflasi

Bulan Januari 2003 –Oktober 2008


20

18

16

14

12

10

4
2004 2005 2006 2007 2008

INF

4.2. Pengujian Awal (Pre-Test)

4.2.1. Unit Root Test on Level

Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan terdahulu, uji unit akar

bertujuan untuk memeriksa sifat stasioner dalam series di semua variabel (Return

Indeks Harga Saham Gabungan (RIHSG), bunga deposito satu bulan (DEPO),

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang beredar (M1), nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika Serikat (KURS), dan tingkat inflasi (INF)).

Uji akar unit menggunakan metode Augmented Dickey Fuller (ADF)

dengan memasukkan intercept dan trend. Pengujian unit akar awal (level)

dilakukan pada variabel return IHSG, data tersebut disimpulkan menghadapi

masalah akar unit atau menolak hipotesis alternatif serta menerima Ho. Dalam

pengertian bahwa return IHSG belum stasioner dalam level. Return IHSG

dikatakan tidak stasioner sebab nilai ADF (-0,320725) lebih besar nilainya jika

dibandingkan dengan nilai kritis baik 1% (-4,11044), 5% (-3,48276), dan 10% (-


3,16937) pada probabilitas sebesar 98,84 persen dan panjang lag 6. (Perhatikan

tabel 4.2)

Pengujian akar unit selanjutnya adalah pada suku bunga deposito (DEPO).

Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa untuk variabel DEPO, nilai ADF

adalah sebesar -3,02891 dengan panjang lag menurut Akaike Information Criterion

(AIC) yaitu 1. Jika dibandingkan dengan nilai kritis sebesar 1%, 5% dan 10%. Nilai

ADF lebih besar dari nilai kritis tersebut, Dengan demikian, kesimpulan untuk

menolak hipotesis tidak memiliki cukup bukti. Artinya, data suku bunga deposito

menghadapi masalahunit root atau data tidak stasioner. (Perhatikan tabel 4.2)

Selanjutnya, uji akar unit dilakukan pada variabel suku bunga Sertifikat

Bank Indonesia (SBI). Pada output terlihat bahwa nilai ADF adalah sebesar

-2,524897 dengan probabilitas sebesar 31,56 persen. Panjang lag yang ditentukan

menurut Akaike Information Criterion (AIC) adalah 1. Hasilnya, jika dibandingkan

dengan nilai kritis sebesar 1% (-4,098741), 5% (-3,477275) dan 10% (-3,166190),

nilai ADF lebih besar dari nilai-nilai kritis tersebut. Dengan demikian, kesimpulan

yang diperoleh adalah menerima Ho, artinya, data suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia menghadapi masalah unit akar atau data tidak stasioner. (Lihat tabel 4.2)

Kemudian, pengujian unit akar yang keempat dilakukan untuk variabel

jumlah uang beredar (M1). Hasilnya menunjukkan bahwa dengan panjang lag 8,

nilai ADF adalah sebesar -0,68761 dengan tingkat pobabilitas sebesar 96,93

persen. Jika dibandingkan dengan nilai kritis sebesar 1%, 5% dan 10% yang

masing-masing adalah -4,11568, -3,48522 dan -3,17079, nilai ADF memiliki

kecenderungan yang lebih besar dari nilai-nilai kritisnya. Dengan demikian, hasil uji

hipotesis tidak memiliki cukup bukti untuk menolak Hipotesis sehingga data jumlah

uang beredar (M1) menghadapi masalah unit root atau data tidak stasioner.

(Perhatikan Tabel 4.2)

Pengujian selanjutnya dilakukan pada variabel nilai tukar rupiah terhadap


dolar Amerika (KURS). Hasilnya menunjukkan dengan nilai ADF sebesar -

1,913468 pada probabilitas sebesar 63,67 persen dan panjang lag 1, data nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika menghadapi masalah akar unit atau data tidak

stasioner karena nilai ADF lebih besar dari nilai kritis baik 1%, 5% dan 10%.

Dengan kata lain, pengujian hipotesis tidak mempunyai cukup bukti untuk dapat

menerima hipotesis alternatif. (Lihat tabel 4.2)

Terakhir, pengujian yang dilakukan pada variabel inflasi (INF)

menghasilkan fakta bahwa data tersebut juga menghadapi masalah akar unit

sehingga Ho diterima. Hal ini disebabkan karena dengan nilai ADF sebesar -

2,075477 pada probabilitas sebesar 54,98% dan panjang lag 1, nilai kritis dari data

INF baik 1%, 5% dan 10% lebih kecil nilainya dari nilai ADF sehingga kesimpulan

menyatakan menerima hipotesis yang berarti data inflasi diketahui tidak stasioner

secara statistik. (Lihat tabel 4.2)


Tabel 4.2

Rangkuman Uji Akar Unit Untuk Data Awal (Level)

Lag Length
ADF Test
Variable Critical Value Probability (Automatic
Statistic
based on AIC)
1% -4,11044
RIHSG -0,320725 5% -3,48276 0,9884 6
10% -3,16937
1% -4,09874
DEPO -3,02891 5% -3,47728 0,1322 1
10% -3,16619
1% -4,09874
SBI -2,524897 5% -3,47728 0,3156 1
10% -3,16619
1% -4,11568
M1 -0,68761 5% -3,48522 0,9693 8
10% -3,17079
1% -4,09874
KURS -1,913468 5% -3,47728 0,6367 1
10% -3,16619
1% -4,09874
INF -2,075477 5% -3,47728 0,5498 1
10% -3,16619

Dengan demikian, dari hasil analisis uji akar unit untuk data awal (level),

fakta membuktikan bahwa variabel makro ekonomi seperti suku bunga deposito

satu bulan (DEPO), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang

beredar (M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (KURS), dan

tingkat inflasi (INF) pada umumnya memiliki sifat tidak stasioner. Hasil ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rao (1994), Nachrowi dan Usman

(2006) dan Gujarati (2003).

4.2.2. Unit Root Test on First Difference

Pengujian akar unit selanjutnya adalah dengan melakukan differencing atau

pembedaan. Sebagaimana diketahui, data-data variabel makro ekonomi dan return

IHSG belum dapat dinyatakan stasioner pada uji akar unit awal (level). Uji akar
unit untuk perbedaan pertama (first difference) bertujuan untuk mengetahui

apakah data-data time series yang digunakan sebagai bahan penelitian sudah

stasioner atau belum setelah di transformasi melalui proses pembedaan stasioner

(Difference Stationarity Process/DSP) pada difference satu.

Uji akar unit untuk pembedaan pertama (first difference ) dilakukan pada

variabel return IHSG/D(RIHSG). Dengan menggunakan metode Augmented Dickey

Fuller (ADF) dan memasukkan intercept dan trend, hasilnya menunjukkan bahwa

return IHSG tidak menghadapi masalah akar unit atau menerima hipotesis

alternatif serta menolak Ho. Dalam pengertian bahwa return IHSG sudah stasioner

pada difference satu. Return IHSG dikatakan stasioner sebab nilai ADF

(-4,81025) lebih kecil nilainya jika dibandingkan dengan nilai kritis baik 1% (-

4,11044), 5% (-3,48276), dan 10% (-3,16937) pada probabilitas sebesar 0,12%

dan panjang lag 5. (Perhatikan tabel 4.3)

Pengujian akar unit pembedaan pertama selanjutnya adalah pada suku

bunga deposito (DEPO). Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa untuk

variabel DEPO, nilai ADF adalah sebesar -2,28559 dengan panjang lag menurut

Akaike Information Criterion (AIC) yaitu 0. Jika dibandingkan dengan nilai kritis

sebesar 1%, 5% dan 10%. Nilai ADF lebih besar dari nilai kritis tersebut, Dengan

demikian, kesimpulan untuk menolak hipotesis tidak memiliki cukup bukti. Artinya,

data suku bunga deposito menghadapi masalah unit root atau data tidak stasioner

pada difference satu. (Perhatikan tabel 4.3)

Selanjutnya, uji akar unit pembedaan pertama dilakukan pada variabel suku

bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pada output terlihat bahwa nilai ADF

adalah sebesar -2,16851 dengan probabilitas sebesar 49,89 persen. Panjang lag

yang ditentukan menurut Akaike Information Criterion (AIC) adalah 0. Hasilnya,

jika dibandingkan dengan nilai kritis sebesar 1% (-4,09874), 5% (-3,47728) dan

10% (-3,16619), nilai ADF lebih besar dari nilai-nilai kritis tersebut. Dengan
demikian, kesimpulan yang diperoleh adalah menerima Ho, artinya, data suku

bunga Sertifikat Bank Indonesia menghadapi masalah unit akar atau data tidak

stasioner pada difference satu. (Lihat tabel 4.3)

Kemudian, pengujian akar unit pembedaan pertama yang keempat

dilakukan untuk variabel jumlah uang beredar (M1). Hasilnya menunjukkan bahwa

dengan panjang lag 11, nilai ADF adalah sebesar -2,36157 dengan tingkat

pobabilitas sebesar 39,51 persen. Jika dibandingkan dengan nilai kritis sebesar 1%,

5% dan 10% yang masing-masing adalah -4,12734, -3,49066 dan -3,17394, nilai

ADF memiliki kecenderungan yang lebih besar dari nilai-nilai kritisnya. Dengan

demikian, hasil uji hipotesis tidak memiliki cukup bukti untuk menolak Hipotesis

sehingga data jumlah uang beredar (M1) menghadapi masalah unit root atau data

tidak stasioner pada difference satu. (Perhatikan Tabel 4.3)

Pengujian selanjutnya dilakukan pada variabel nilai tukar rupiah terhadap

dolar Amerika (KURS). Hasilnya menunjukkan dengan nilai ADF sebesar -

4,41221 pada probabilitas sebesar 0,40 persen dan panjang lag 0, data nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika tidak menghadapi masalah akar unit atau data

stasioner pada difference satu karena nilai ADF lebih kecil dari nilai kritis baik 1%,

5% dan 10%. Dengan kata lain, pengujian hipotesis mempunyai cukup bukti untuk

dapat menerima hipotesis alternatif. (Lihat tabel 4.3)

Terakhir, pengujian yang dilakukan pada variabel inflasi (INF)

menghasilkan fakta bahwa data tersebut juga tidak menghadapi masalah akar unit

pada difference satu sehingga Ho ditolak. Hal ini disebabkan karena dengan nilai

ADF sebesar -7,08427 pada probabilitas sebesar 0,00% dan panjang lag 0, nilai

kritis dari data INF baik 1%, 5% dan 10% lebih besar nilainya dari nilai ADF

sehingga kesimpulan menyatakan menolak hipotesis yang berarti data inflasi

diketahui stasioner secara statistik. (Lihat tabel 4.3)


Tabel 4.3

Rangkuman Uji Akar Unit Untuk Data Perbedaan Pertama

(First Difference)

ADF Lag Length


Variable Test Critical Value Probability (Automatic
Statistic based on AIC)
1% -4,11044
D(RIHSG) -4,81025 5% -3,48276 0,0012 5
10% -3,16937
1% -4,09874
D(DEPO) -2,28559 5% -3,47728 0,4357 0
10% -3,16619
1% -4,09874
D(SBI) -2,16851 5% -3,47728 0,4989 0
10% -3,16619
1% -4,12734
D(M1) -2,36157 5% -3,49066 0,3951 11
10% -3,17394
1% -4,09874
D(KURS) -4,41221 5% -3,47728 0,0040 0
10% -3,16619
1% -4,09874
D(INF) -7,08427 5% -3,47728 0,0000 0
10% -3,16619

Dengan demikian, Hasil uji akar unit pada perbedaan pertama (first

difference) memberi kesimpulan bahwa tidak semua variabel penelitian memiliki

sifat stasioner setelah dilakukan transformasi melalui proses pembedaan stasioner

(Difference Stationarity Process/DSP) pada difference satu. Hanya variabel return

IHSG; nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika; dan tingkat inflasi yang tidak

menghadapi masalah akar unit pada difference satu. Sedangkan, tiga variabel lain

yaitu, suku bunga deposito; suku bunga Sertifikat Bank Indonesia; dan jumlah

uang beredar tetap menghadapi masalah akar unit atau data tidak stasioner pada

difference satu.
4.2.3. Cointegration Test on Level

Uji kointegrasi digunakan untuk mengetahui keseimbangan jangka panjang

antara variabel dalam penelitian. Dengan melakukan uji kointegrasi kita dapat

mengetahui apakah antar variabel dalam penelitian terkointegrasi atau memiliki

hubungan atau keseimbangan dalam jangka panjang.

Berikutnya, uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui keseimbangan

jangka panjang antara variabel makro ekonomi yaitu suku bunga deposito satu

bulan (DEPO), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang beredar

(M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (KURS), dan tingkat

inflasi (INF) dengan return Indeks Harga Saham Gabungan (RIHSG). Uji kointegrasi

dilakukan pada data awal (level) dengan menggunakan prosedur pengujian

kointegrasi Engle dan Granger dengan metode yang digunakan adalah uji DF atau

ADF unit root test. Sebagaimana disebutkan oleh beberapa penulis diantaranya,

Gujarati (2003) dan Enders (1995) bahwa pengujian kointegrasi valid jika

dilakukan pada data asli.

Tahapan dalam melakukan uji kointegrasi berdasarkan prosedur Engle-

Granger adalah dengan membuat model dengan menggunakan regresi linear biasa

(OLS). Kemudian nilai residu dari hasil estimasi regresi linear tersebut nantinya

akan diuji stasioneritasnya. Apabila nilai residu menyatakan bahwa diantara

variabel-variabel terjadi kointegrasi atau memiliki kombinasi linear stasioner

diantara variabel-variabel tersebut, hasil analisis dapat membuktikan bahwa

terdapat hubungan atau keseimbangan jangka panjang antara variabel makro

ekonomi dan return IHSG sehingga estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan

teknik kointegrasi.

Estimasi OLS seperti yang terlihat pada tabel 4.4 menghasilkan nilai residu

yang dinyatakan dengan (RES_OLS). Dengan menggunakan Uji ADF dan

memasukkan intercept serta trend, pada tabel 4.5 diperoleh kesimpulan bahwa nilai
ADF (-2,259342) dari nilai residu dengan panjang lag sebesar 2 memiliki besaran

yang lebih besar dari nilai kritisnya yang sebesar 1% (-4,100935), 5% (-

3,478305) dan 10% (-3,166788). Dengan demikian, hal ini dapat diartikan bahwa

μt tidak stasioner atau hipotesis nol diterima dan menolak hipotesis alternatif.

Artinya, variabel terikat return IHSG (RIHSG) tidak terkointegrasi dengan variabel

bebas makro ekonomi. Dengan demikian, regresi yang dihasilkan bukan merupakan

regresi kointegrasi. Atau dengan kata lain, analisis dari hasil uji stasioneritas

terhadap nilai residu membuktikan bahwa antara variabel makro ekonomi yang

terdiri dari suku bunga deposito satu bulan (DEPO), suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), jumlah uang beredar (M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika Serikat (KURS), dan tingkat inflasi (INF) dengan pergerakan return

IHSG (RIHSG) tidak terdapat hubungan atau keseimbangan jangka panjang pada

pengujian dengan data awal (level). Dengan demikian, hasil uji kointegrasi dengan

menggunakan data awal (level) sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh

Gujarati (2003) bahwasanya pengujian kointegrasi tidak akan menghasilkan

keseimbangan jangka panjang pada data-data yang sifatnya tidak stasioner. Atau

dengan kata lain, variabel makro ekonomi dan return IHSG tidak akan

terkointegrasi apabila variabel-variabel tersebut tidak stasioner secara statistik.

Hasil penelitian juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudjono

(2004) yang menyatakan bahwa tidak satupun variabel makro ekonomi yaitu suku

bunga deposito baik satu bulan maupun dua belas bulan, suku bunga SBI, jumlah

uang yang beredar (M1 dan M2), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, dan

tingkat inflasi yang terkointegrasi dengan variabel terikat IHSG pada periode

penelitian Januari 1990 sampai dengan Juli 1997 (periode sebelum krisis) maupun

Agustus 1998 sampai dengan Desember 2000 (periode krisis moneter). Hasil ini

pada akhirnya mengungkapkan bahwa antara variabel makro ekonomi dan return

IHSG tidak memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang.


Namun demikian, pada tabel 4.4, jika nilai R2 dibandingkan dengan nilai

Durbin-Watson, ternyata R2 memiliki nilai yang lebih kecil jika dibandingkan

dengan nilai Durbin-Watsonnya. Artinya, regresi linear biasa yang dihasilkan

bukanlah merupakan regresi palsu (spurious regression ) sehingga hasil estimasi

tidak memberikan dampak bias dan tidak berpengaruh dalam pengambilan

keputusan.

Selanjutnya, hasil analisis regresi pada tabel 4.4 membuktikan bahwa hanya

variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap return IHSG. Sedangkan, variabel lainnya yaitu, variabel suku

bunga deposito satu bulan, suku bunga SBI, jumlah uang yang beredar (M1) dan

tingkat inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap return IHSG. Hal ini terlihat pada

nilai probabilitas dimana hanya nilai probabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika yang lebih kecil dari nilai alpha sebesar 1%, 5% dan 10% sehingga

kesimpulan menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif. Sedangkan,

sisa variabel lainnya tidak memiliki cukup bukti untuk menolak hipotesis nol dan

menerima hipotesis alternatif. Hal ini terlihat pada nilai probabilitas dari variabel-

variabel tersebut yang lebih besar dari nilai alpha 1%, 5%, dan 10%.

Kemudian, hasil analisis juga memberikan kesimpulan mengenai hubungan

antara variabel makro ekonomi dan return IHSG. Hasilnya, terdapat hubungan

positif antara suku bunga SBI, inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

dan return IHSG. Disisi lain, hubungan negatif terjadi antara suku bunga deposito

satu bulan, jumlah uang beredar (M1) dan return IHSG. Artinya, apabila suku

bunga SBI dan inflasi mengalami kenaikan (penurunan), nilai tukar rupiah

terapresiasi (terdepresiasi) maka return IHSG akan mengalami kenaikan

(penurunan). Disisi lain, jika suku bunga deposito satu bulan, jumlah uang beredar

(M1) mengalami kenaikan (penurunan) maka return IHSG akan mengalami

penurunan (kenaikan).
Jika hasil analisis penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya,

pernyataan yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika dan return IHSG konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Agung (2005) walaupun variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika kurang signifikan mempengaruhi IHSG. Pernyataan berbeda dikatakan

oleh Sudjono (2004), Endri (2004), dan Kwon, et al (1997). Para peneliti tersebut

mengatakan bahwa nilai tukar rupiah signifikan dalam mempengaruhi IHSG.

Selanjutnya, hubungan positif antara suku bunga SBI dan return IHSG yang

dihasilkan dari penelitian bertolak-belakang dengan hipotesis dan penelitian

sebelumnya. Menurut Agung (2005) suku bunga SBI dan return IHSG memiliki

hubungan negatif. Namun, terdapat kesamaan hasil penelitian bahwasanya variabel

suku bunga SBI tidak signifikan dalam memprediksireturn IHSG.

Hasil penelitian juga menunjukkan ada pengaruh yang kurang signifikan

antara tingkat inflasi dan return IHSG dengan hubungan yang positif. Hasil ini

bertolak-belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Dominian, et al (1996) ,

Adrangi, et al (1999) , dan Drisakti (2005) . Menurut para peneliti tersebut tingkat

inflasi signifikan dalam mempengaruhi IHSG dan memiliki hubungan negatif artinya

jika tingkat inflasi meningkat maka berdampak pada penurunan return IHSG, dan

sebaliknya.

Kemudian, hasil penelitian mengungkapkan fakta yang berbeda dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lee (1996) . Menurut Lee suku bunga

deposito memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG. Namun, Manurung (1996)

memiliki pendapat yang sama dengan hasil penelitian dengan mengungkapkan fakta

bahwa suku bunga deposito tidak signifikan dalam mempengaruhi IHSG.

Terakhir, hasil penelitian atas pengaruh jumlah uang beredar (M1) terhadap

return IHSG menunjukkan fakta yang tidak konsisten dengan penelitian

sebelumnya. Menurut Manurung (1996) dan Kwon, et al (1997) jumlah uang


beredar memiliki pengaruh yang signifikan dengan IHSG dengan hubungan yang

positif. Sedangkan, hasil kesimpulan menyatakan bahwa jumlah uang beredar tidak

memiliki hubungan signifikan dengan IHSG dan hubungannya negatif. (Perhatikan

tabel 4.4 dan 4.5 dibawah ini)

Tabel 4.4

Tabel Regresi Linear Biasa (OLS)

Dependent Variable: RIHSG


Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:23
Sample: 2003:01 2008:10
Included observations: 70
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DEPO -2.679162 2.204238 -1.215459 0.2287
SBI 2.931237 2.728496 1.074305 0.2867
M1 -1.70E-05 1.02E-05 -1.668437 0.1001
KURS -0.006472 0.002024 -3.198028 0.0022
INF 0.019430 0.388497 0.050012 0.9603
C 61.22234 20.15965 3.036875 0.0035
R-squared 0.272431 Mean dependent var 1.861000
Adjusted R-squared 0.215589 S.D. dependent var 7.550271
S.E. of regression 6.687046 Akaike info criterion 6.720038
Sum squared resid 2861.861 Schwarz criterion 6.912766
Log likelihood -229.2013 F-statistic 4.792827
Durbin-Watson stat 1.471064 Prob(F-statistic) 0.000878
Estimation Command:
=====================
LS RIHSG DEPO SBI M1 KURS INF C

Estimation Equation:
=====================
RIHSG = C(1)*DEPO + C(2)*SBI + C(3)*M1 + C(4)*KURS + C(5)*INF + C(6)

Substituted Coefficients:
=====================
RIHSG = -2.679161989*DEPO + 2.931236644*SBI - 1.701782286e-05*M1 -
0.006471940586*KURS + 0.01942954931*INF + 61.22233961

Tabel 4.5

Uji Kointegrasi dengan ADF

Null Hypothesis: RES_OLS has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 2 (Automatic based on AIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.259342 0.4496
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(RES_OLS)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:25
Sample(adjusted): 2003:04 2008:10
Included observations: 67 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
RES_OLS(-1) -0.480981 0.212885 -2.259342 0.0274
D(RES_OLS(-1)) -0.313737 0.179932 -1.743640 0.0862
D(RES_OLS(-2)) -0.303167 0.130566 -2.321941 0.0235
C 1.139330 1.617691 0.704294 0.4839
@TREND(2003:01) -0.031712 0.040387 -0.785209 0.4353
R-squared 0.418388 Mean dependent var -0.222256
Adjusted R-squared 0.380864 S.D. dependent var 7.850087
S.E. of regression 6.176855 Akaike info criterion 6.551191
Sum squared resid 2365.519 Schwarz criterion 6.715720
Log likelihood -214.4649 F-statistic 11.15005
Durbin-Watson stat 1.837007 Prob(F-statistic) 0.000001

4.2.4. Cointegration Test on First Difference


Sebagaimana diketahui pada uji kointegrasi dengan menggunakan data awal

(level). Hasilnya menunjukkan bahwa antara variabel makro ekonomi dan return

IHSG tidak terkointegrasi dalam jangka panjang. Dengan demikian, pada pengujian

kointegrasi dengan menggunakan data awal (level) disimpulkan bahwa antara

variabel makro ekonomi dan return IHSG tidak terjadi hubungan atau

keseimbangan jangka panjang.

Pengujian kointegrasi selanjutnya adalah dengan menggunakan data untuk

pembedaan pertama (first difference). Tahapan atau prosedur pengujian yang

dilakukan pada uji kointegrasi dengan data pembedaan pertama (first difference )

tidak jauh berbeda dengan uji kointegrasi dengan menggunakan data awal (level).

Hanya saja, uji kointegrasi disini dilakukan pada data awal yang telah di

differencing pada tingkat difference satu.

Sama seperti uji kointegrasi pada data awal (level), tahapan dalam

melakukan uji kointegrasi berdasarkan prosedur Engle-Granger kali ini adalah

dengan membuat model dengan menggunakan regresi linear biasa (OLS) dengan

data yang telah di differencing pada difference satu. Kemudian nilai residu dari

hasil estimasi regresi linear tersebut nantinya akan diuji stasioneritasnya. Apabila

nilai residu menyatakan bahwa diantara variabel-variabel terjadi kointegrasi atau

memiliki kombinasi linear stasioner diantara variabel-variabel tersebut, hasil analisis

dapat membuktikan bahwa terdapat hubungan atau keseimbangan jangka panjang

antara variabel makro ekonomi dan return IHSG sehingga estimasi dapat dilakukan

dengan menggunakan teknik kointegrasi.

Estimasi OLS seperti yang terlihat pada tabel 4.6 menghasilkan nilai residu

yang dinyatakan dengan (RES_COINT). Dengan menggunakan Uji ADF dan

memasukkan intercept serta trend, pada tabel 4.7 diperoleh kesimpulan bahwa nilai

ADF (-10,21671) dari nilai residu dengan panjang lag sebesar 1 memiliki besaran

yang lebih kecil dari nilai kritisnya yang sebesar 1% (-4,100935),


5% (-3,478305) dan 10% (-3,166788). Dengan demikian, hal ini dapat diartikan

bahwa μt stasioner atau hipotesis nol ditolak dan menerima hipotesis alternatif.

Artinya, variabel terikat return IHSG (RIHSG) terkointegrasi dengan variabel bebas

makro ekonomi. Dengan demikian, regresi yang dihasilkan merupakan regresi

kointegrasi. Atau dengan kata lain, analisis dari hasil uji stasioneritas terhadap nilai

residu membuktikan bahwa antara variabel makro ekonomi yang terdiri dari suku

bunga deposito satu bulan D(DEPO), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia

D(SBI), jumlah uang beredar D(M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

Serikat D(KURS), dan tingkat inflasi D(INF) dengan pergerakan return IHSG

D(RIHSG) terdapat hubungan atau keseimbangan jangka panjang pada pengujian

dengan data pembedaan pertama (first difference). Dengan demikian, hasil uji

kointegrasi dengan pembedaan pertama (first difference) sesuai dengan pernyataan

yang dikemukakan oleh Ghozali (2006); Gujarati (2003); dan Nachrowi dan

Usman (2006) bahwasanya kombinasi linear yang bersifat stasioner dapat terjadi

diantara dua variabel yang masing-masing tidak stasioner atau mengikuti pola

random walk. Apabila hal yang demikian terjadi kedua variabel tersebut dikatakan

saling terintegrasi atau ber-cointegrated.

Bahasan selanjutnya, hasil analisis regresi pada tabel 4.6 membuktikan

konsistensi dengan hasil regresi sebelumnya bahwasanya hanya variabel nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return

IHSG. Sedangkan, variabel lainnya yaitu, variabel suku bunga deposito satu bulan,

suku bunga SBI, jumlah uang yang beredar (M1) dan tingkat inflasi tidak memiliki

pengaruh terhadap return IHSG. Hal ini terlihat pada nilai probabilitas dimana

hanya nilai probabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang lebih kecil

dari nilai alpha sebesar 1%, 5% dan 10% sehingga kesimpulan menolak hipotesis

nol dan menerima hipotesis alternatif. Sedangkan, sisa variabel lainnya tidak

memiliki cukup bukti untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis
alternatif. Hal ini terlihat pada nilai probabilitas dari variabel-variabel tersebut yang

lebih besar dari nilai alpha 1%, 5%, dan 10%.

Kemudian, hasil analisis juga memberikan kesimpulan mengenai hubungan

antara variabel makro ekonomi dan return IHSG. Berbeda dengan hasil analisis

regresi pada data awal (level), hasil analisis regresi pada tingkat difference satu

membuktikan adanya hubungan positif yang terjadi antara suku bunga SBI, nilai

tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan return IHSG. Disisi lain, hubungan

negatif terjadi antara suku bunga deposito satu bulan, jumlah uang beredar (M1),

tingkat inflasi dan return IHSG. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami

kenaikan (penurunan), nilai tukar rupiah terapresiasi (terdepresiasi) maka return

IHSG akan mengalami kenaikan (penurunan). Disisi lain, jika suku bunga deposito

satu bulan, jumlah uang beredar (M1) dan tingkat inflasi mengalami kenaikan

(penurunan) maka return IHSG akan mengalami penurunan (kenaikan).

Jika hasil analisis penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya,

pernyataan yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika dan return IHSG tetap konsisten dengan penelitian

yang dilakukan oleh Agung (2005) walaupun variabel nilai tukar rupiah terhadap

dolar Amerika kurang signifikan mempengaruhi IHSG. Pernyataan berbeda

dikatakan oleh Sudjono (2004), Endri (2004), dan Kwon, et al (1997). Para

peneliti tersebut mengatakan bahwa nilai tukar rupiah signifikan dalam

mempengaruhi IHSG. Selanjutnya, hubungan positif antara suku bunga SBI dan

return IHSG yang dihasilkan dari penelitian juga konsisten bertolak-belakang

dengan hipotesis dan penelitian sebelumnya. Menurut Agung (2005) suku bunga

SBI dan return IHSG memiliki hubungan negatif. Namun, terdapat kesamaan hasil

penelitian bahwasanya variabel suku bunga SBI tidak signifikan dalam memprediksi

return IHSG.

Berbeda dengan hasil regresi dengan data awal, hasil penelitian dengan data
untuk pembedaan pertama menunjukkan ada pengaruh yang kurang signifikan

antara tingkat inflasi dan return IHSG dengan hubungan yang negatif. Hasil ini

menjadi konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Dominian, et al (1996) ,

Adrangi, et al (1999), dan Drisakti (2005) . Menurut para peneliti tersebut tingkat

inflasi memiliki hubungan negatif dengan return IHSG artinya jika tingkat inflasi

meningkat maka berdampak pada penurunan return IHSG, dan sebaliknya.

Namun, penelitian yang dilakukan para peneliti tersebut mengungkap fakta bahwa

tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap return IHSG.

Serupa dengan hasil analisis regresi dengan menggunakan data awal, uji

kointegrasi dengan menggunakan data untuk pembedaan pertama (first difference)

mengungkapkan fakta yang juga berbeda dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Lee (1996) . Menurut Lee suku bunga deposito memiliki pengaruh

signifikan terhadap IHSG. Namun, Manurung (1996) memiliki pendapat yang sama

dengan hasil penelitian dengan mengungkapkan fakta bahwa suku bunga deposito

tidak signifikan dalam mempengaruhi IHSG.

Terakhir, hasil penelitian atas pengaruh jumlah uang beredar (M1) terhadap

return IHSG menunjukkan fakta yang tidak konsisten dengan penelitian

sebelumnya. Menurut Manurung (1996) dan Kwon, et al (1997) jumlah uang

beredar memiliki pengaruh yang signifikan dengan IHSG dengan hubungan yang

positif. Sedangkan, hasil kesimpulan menyatakan bahwa jumlah uang beredar tidak

memiliki hubungan signifikan dengan IHSG dan hubungannya negatif. (Perhatikan

tabel 4.6 dan 4.7 dibawah ini)


Tabel 4.6

Tabel Regresi Linear Biasa (OLS) Pada Pembedaan Pertama

(First Difference)

Dependent Variable: D(RIHSG)


Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 15:12
Sample(adjusted): 2003:02 2008:10
Included observations: 69 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(DEPO) -3.190552 4.504172 -0.708355 0.4813
D(SBI) 6.667543 5.105063 1.306065 0.1963
D(M1) -4.15E-06 8.41E-05 -0.049369 0.9608
D(KURS) -0.015355 0.003597 -4.268648 0.0001
D(INF) -0.693786 0.641854 -1.080909 0.2839
C 0.276586 1.011740 0.273377 0.7855
R-squared 0.239773 Mean dependent var -0.330870
Adjusted R-squared 0.179437 S.D. dependent var 8.556090
S.E. of regression 7.750527 Akaike info criterion 7.016340
Sum squared resid 3784.452 Schwarz criterion 7.210610
Log likelihood -236.0637 F-statistic 3.973992
Durbin-Watson stat 2.705211 Prob(F-statistic) 0.003391

Estimation Command:
=====================
LS D(RIHSG) D(DEPO) D(SBI) D(M1) D(KURS) D(INF) C

Estimation Equation:
=====================
D(RIHSG) = C(1)*D(DEPO) + C(2)*D(SBI) + C(3)*D(M1) + C(4)*D(KURS) +
C(5)*D(INF) + C(6)

Substituted Coefficients:
=====================
D(RIHSG) = -3.190551785*D(DEPO) + 6.66754269*D(SBI) - 4.15082262e-
06*D(M1) - 0.01535455933*D(KURS) - 0.6937863137*D(INF) + 0.2765864494
Tabel 4.7

Uji Kointegrasi Pada First Difference dengan ADF

Null Hypothesis: RES_COINT has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.21671 0.0000
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(RES_COINT)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 15:13
Sample(adjusted): 2003:04 2008:10
Included observations: 67 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
RES_COINT(-1) -1.950339 0.190897 -10.21671 0.0000
D(RES_COINT(-1)) 0.393319 0.113585 3.462776 0.0010
C 1.815090 1.661795 1.092246 0.2789
@TREND(2003:01) -0.059187 0.040870 -1.448175 0.1525
R-squared 0.747265 Mean dependent var 0.031474
Adjusted R-squared 0.735230 S.D. dependent var 12.38352
S.E. of regression 6.372037 Akaike info criterion 6.599560
Sum squared resid 2557.980 Schwarz criterion 6.731184
Log likelihood -217.0853 F-statistic 62.09113
Durbin-Watson stat 1.906744 Prob(F-statistic) 0.000000

4.2.5. Error Correction Mechanism (ECM)

Metode ECM, seperti yang telah dijelaskan pada bahasan BAB III

terdahulu, bertujuan untuk menghubungkan perilaku return IHSG jangka pendek

dan nilai-nilai return IHSG jangka panjang.

Untuk memperoleh persamaan jangka pendek dari persamaan jangka

panjang, estimasi ECM dilakukan dengan cara memasukkan variabel ke model

dalam bentuk first difference dan memasukkan residual periode sebelumnya dari

hasil OLS (res_ols(-1)). Hasil ECM merupakan pergerakan dalam jangka

pendeknya, namun tetap dalam kerangka ataupun alur jangka panjangnya.


Hasil uji ECM menunjukkan bahwa koefisien μt-1 signifikan secara

stastistik. Hal ini dapat terlihat dari nilai probabilitas μt-1 (0,00%) yang lebih kecil

dari nilai alpha sebesar 1%, 5% dan 10%. Dengan demikian, hal ini dapat dikatakan

bahwa kesalahan keseimbangan mempengaruhi return IHSG. Artinya, return IHSG

tidak menyesuaikan perubahan variabel makro ekonomi pada periode yang sama

atau hipotesis nol ditolak serta menerima hipotesis alternatif. Jelasnya, antara

variabel makro ekonomi dan return IHSG memiliki keseimbangan jangka pendek.

Atau dengan kata lain, dengan koefisien μt-1 sebesar 91,10% penyesuaian satu

periode berikutnya untuk menuju keseimbangan jangka panjang sangat berarti. Hal

ini menegaskan bahwa dalam jangka pendek variabel return IHSG akan menurun

dan mampu menyesuaikan perubahan variabel makro ekonomi pada satu periode

berikutnya untuk mengoreksi kesalahan dan menuju keseimbangan jangka panjang

sebesar 91,10%.

Kemudian, hasil penelitian menggunakan metode ECM juga memberikan

output yang tidak jauh berbeda dengan analisis regresi sebelumnya bahwa hanya

nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang memberikan pengaruh signifikan

terhadap return IHSG. Namun, hasil yang berbeda ditunjukkan pada hubungan

antara variabel makro ekonomi dan return IHSG. Hasil regresi sebelumnya pada

data awal (level) menunjukkan hubungan positif terjadi antara suku bunga SBI,

inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan return IHSG dan hubungan

negatif terjadi antara suku bunga deposito satu bulan, jumlah uang beredar (M1)

dan return IHSG. Kemudian, hasil regresi dengan menggunakan data perbedaan

pertama (first difference) menunjukkan hubungan yang positif ada pada suku

bunga SBI, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan return IHSG. Disisi lain,

hubungan negatif terjadi antara suku bunga deposito satu bulan, jumlah uang

beredar (M1), tingkat inflasi dan return IHSG. Pada uji penelitian dengan ECM,

hasilnya menunjukkan bahwa variabel suku bunga SBI, nilai tukar rupiah terhadap
dolar Amerika dan jumlah uang beredar berhubungan positif dengan return IHSG

sedangkan, suku bunga deposito dan tingkat inflasi berhubungan negatif dengan

return IHSG. (Perhatikan tabel 4.8 dibawah ini)

Tabel 4.8

Hasil Regresi Error Correction Mechanism (ECM)

Dependent Variable: D(RIHSG)


Method: Least Squares
Date: 02/09/09 Time: 20:03
Sample(adjusted): 2003:02 2008:10
Included observations: 69 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(DEPO) -2.792163 3.137784 -0.889852 0.3770
D(SBI) 5.462940 3.558971 1.534977 0.1299
D(M1) 2.84E-05 5.87E-05 0.484448 0.6298
D(KURS) -0.019482 0.002555 -7.624583 0.0000
D(INF) -0.404791 0.448463 -0.902619 0.3702
RES_OLS(-1) -0.911030 0.110604 -8.236852 0.0000
C 0.466812 0.705113 0.662038 0.5104
R-squared 0.636999 Mean dependent var -0.330870
Adjusted R-squared 0.601870 S.D. dependent var 8.556090
S.E. of regression 5.398681 Akaike info criterion 6.306113
Sum squared resid 1807.037 Schwarz criterion 6.532761
Log likelihood -210.5609 F-statistic 18.13310
Durbin-Watson stat 1.962092 Prob(F-statistic) 0.000000
Estimation Command:
=====================
LS D(RIHSG) D(DEPO) D(SBI) D(M1) D(KURS) D(INF) RES_OLS(-1) C

Estimation Equation:
=====================
D(RIHSG) = C(1)*D(DEPO) + C(2)*D(SBI) + C(3)*D(M1) + C(4)*D(KURS) +
C(5)*D(INF) + C(6)*RES_OLS(-1) + C(7)

Substituted Coefficients:
=====================
D(RIHSG) = -2.792162971*D(DEPO) + 5.462940292*D(SBI) + 2.84361965e-
05*D(M1) - 0.01948211817*D(KURS) - 0.4047908842*D(INF) -
0.9110296282*RES_OLS(-1) + 0.4668115752

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil analisis mengenai uji hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya,

terdapat intisari dari hasil penelitian bahwasanya variabel makro ekonomi memiliki

sifat tidak stasioner pada pengujian dengan menggunakan data awal (level) atau

data asli (original), dan vektor-vektor dalam penelitian yaitu variabel (Return

Indeks Harga Saham Gabungan (RIHSG), bunga deposito satu bulan (DEPO),

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang beredar (M1), nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika Serikat (KURS), dan tingkat inflasi (INF) tidak

terkointegrasi pada orde yang sama sehingga keseimbangan jangka panjang tidak

terjadi antara variabel makro ekonomi dan return IHSG di bulan Januari 2003

sampai Oktober 2008 dengan menggunakan data awal (level). Dengan kata lain,

variabel makro ekonomi tidak berpengaruh terhadap return IHSG dalam jangka

panjang. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh

Gujarati (2003) bahwasanya pengujian kointegrasi tidak akan menghasilkan

keseimbangan jangka panjang pada data-data yang sifatnya tidak stasioner. Atau

dengan kata lain, variabel makro ekonomi dan return IHSG tidak akan

terkointegrasi apabila variabel-variabel tersebut tidak stasioner secara statistik.

Adapun, variabel makro ekonomi yang terbukti signifikan dalam mempengaruhi


return IHSG adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Sedangkan, variabel

lainnya tidak memiliki cukup bukti untuk dapat mempengaruhi return IHSG.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudjono (2004)

pada periode penelitian Januari 1990 sampai dengan Juli 1997 (periode sebelum

krisis) maupun Agustus 1998 sampai dengan Desember 2000 (periode krisis

moneter). Penelitian tersebut memasukkan variabel-variabel makro ekonomi yaitu,

suku bunga deposito baik satu bulan maupun dua belas bulan, suku bunga SBI,

jumlah uang yang beredar (M1 dan M2), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika,

dan tingkat inflasi serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasilnya, tidak

ada satupun variabel yang terkointegrasi pada orde yang sama. Atau dengan kata

lain variabel makro ekonomi tidak memiliki hubungan atau keseimbangan jangka

panjang dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Endri (2004) dan Hermanto (1999), penelitian yang

dilakukan oleh Endri (2004) memasukkan tiga variabel yaitu nilai tukar, tingkat

bunga dan return IHSG. Hasilnya, variabel makro ekonomi tersebut terkointegrasi

atau memiliki hubungan atau keseimbangan jangka panjang dengan return IHSG.

Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Hermanto (1999) mengungkap fakta

bahwa variabel makro ekonomi yang terdiri dari jumlah uang beredar dan nilai

tukar rupiah terhadap dolar Amerika mampu menunjukkan keseimbangan jangka

panjang terhadap IHSG.

Namun demikian, pengujian kointegrasi dengan menggunakan data untuk

perbedaan pertama (first difference) menunjukkan hasil uji kointegrasi yang

berbeda dengan hasil uji sebelumnya yang menggunakan data asli (original). Pada

uji kointegrasi dengan menggunakan data perbedaan pertama (first difference ),

vektor-vektor dalam penelitian yaitu variabel (Return Indeks Harga Saham

Gabungan D(RIHSG), bunga deposito satu bulan D(DEPO), Sertifikat Bank

Indonesia D(SBI), jumlah uang beredar D(M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat D(KURS), dan tingkat inflasi D(INF) terkointegrasi pada orde

yang sama sehingga keseimbangan jangka panjang terjadi antara variabel makro

ekonomi dan return IHSG di bulan Januari 2003 sampai Oktober 2008 pada

tingkat difference satu. Hasil uji kointegrasi dengan pembedaan pertama (first

difference) sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Ghozali (2006);

Gujarati (2003); dan Nachrowi dan Usman (2006) bahwasanya kombinasi linear

yang bersifat stasioner dapat terjadi diantara dua variabel yang masing-masing

tidak stasioner atau mengikuti pola random walk. Apabila hal yang demikian terjadi

kedua variabel tersebut dikatakan saling terintegrasi atau ber-cointegrated. Dengan

kata lain, variabel makro ekonomi berpengaruh signifikan terhadap return IHSG

dalam jangka panjang. Kesimpulannya, hasil uji kointegrasi dengan menggunakan

data pada tingkat difference satu menunjukkan konsistensi yang sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Endri (2004) dan Hermanto (1999).

Selanjutnya, melalui uji Error Correction Mechanism (ECM), fakta

menunjukkan adanya keseimbangan jangka pendek antara variabel makro ekonomi

dan return IHSG. Artinya, dalam jangka pendek variabel makro ekonomi lebih

mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap return IHSG. Hasil penelitian ini serupa

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudjono (2004). Penelitian tersebut

mengungkap fakta bahwa dalam jangka pendek variabel makro ekonomi lebih

mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap IHSG. Atau dengan kata lain, terdapat

keseimbangan antara variabel makro ekonomi dengan IHSG dalam jangka pendek.

Implikasinya, variabel makro ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

return IHSG dalam jangka pendek.

Berdasarkan uji ECM, kesimpulan hasil penelitian mengatakan bahwa

dalam jangka pendek variabel return IHSG akan menurun dan mampu

menyesuaikan perubahan variabel makro ekonomi pada satu periode berikutnya

untuk mengoreksi kesalahan dan menuju keseimbangan jangka panjang sebesar


91,10%. Dengan nilai koefisien μt-1 sebesar itu, pada saat terjadi penyimpangan,

penyesuaian satu periode berikutnya untuk menuju keseimbangan jangka panjang

dapat tercapai relatif cepat.


BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Pada akhir bab V ini akan disimpulkan hasil dari penelitian yang telah

dibahas mulai dari bab I hingga bab IV tentang skripsi berjudul “Analisis

Keseimbangan Variabel Makro Ekonomi dan Return Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia.”Beberapa kesimpulan yang dapat

diambil dari penelitian ini antara lain, yaitu:

 Dari hasil uji kointegrasi pada data asli (original) atau data awal (level),

fakta menunjukkan bahwa nilai ADF (-2,259342) dari nilai residu

(RES_OLS) dengan panjang lag sebesar 2 memiliki besaran yang lebih

besar dari nilai kritisnya yang sebesar 1% (-4,100935), 5% (-3,478305)

dan 10% (-3,166788) . Hal ini memberi kesimpulan bahwa nilai residu

(res_OLS) tidak stasioner secara statistik. Dengan demikian, variabel

makro ekonomi dan return IHSG tidak terintegrasi pada orde yang

sama. Artinya, hasil empiris menunjukkan bahwa tidak terdapat

keseimbangan jangka panjang antara variabel makro ekonomi dan

return IHSG di bulan Januari 2003 sampai Oktober 2008 pada uji

kointegrasi dengan menggunakan data awal (level). Atau dengan kata

lain, variabel makro ekonomi tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap return IHSG sehingga setiap perubahan yang terjadi pada

variabel makro ekonomi tidak akan mengakibatkan perubahan pada

return IHSG dalam jangka panjang. Hasil ini juga memberi bukti

bahwa pengujian kointegrasi tidak akan menghasilkan keseimbangan

jangka panjang pada data-data yang sifatnya tidak stasioner. Atau


dengan kata lain, variabel makro ekonomi dan return IHSG tidak akan

terkointegrasi apabila variabel-variabel tersebut tidak stasioner secara

statistik.

 Dari hasil uji kointegrasi dengan menggunakan data untuk perbedaan

pertama (first difference ), hasilnya menunjukkan bahwa nilai ADF

(-10,21671) dari nilai residu (RES_COINT) dengan panjang lag sebesar

1 memiliki besaran yang lebih kecil dari nilai kritisnya yang sebesar 1%

(-4,100935), 5% (-3,478305) dan 10% (-3,166788). Dengan demikian,

hal ini dapat diartikan bahwa μt stasioner secara statistik atau hipotesis

nol ditolak dan menerima hipotesis alternatif. Artinya, variabel terikat

return IHSG (RIHSG) terkointegrasi dengan variabel bebas makro

ekonomi. Dengan demikian, regresi yang dihasilkan merupakan regresi

kointegrasi. Atau dengan kata lain, analisis dari hasil uji stasioneritas

terhadap nilai residu membuktikan bahwa antara variabel makro

ekonomi yang terdiri dari suku bunga deposito satu bulan D(DEPO),

suku bunga Sertifikat Bank Indonesia D(SBI), jumlah uang beredar

D(M1), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat D(KURS),

dan tingkat inflasi D(INF) dengan pergerakan return IHSG D(RIHSG)

terdapat hubungan atau keseimbangan jangka panjang pada pengujian

dengan data pembedaan pertama (first difference). Jadi, variabel makro

ekonomi dapat dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap return

IHSG atau setiap perubahan pada variabel makro ekonomi akan

berdampak pada perubahan return IHSG dalam jangka panjang pada

tingkat difference satu. Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan

bahwa kadangkala kombinasi linear yang bersifat stasioner dapat terjadi

diantara dua variabel yang masing-masing tidak stasioner atau

mengikuti pola random walk terbukti pada hasil uji kointegrasi dengan
pembedaan pertama (first difference). Apabila hal yang demikian terjadi

kedua variabel tersebut dikatakan saling terintegrasi atau ber-

cointegrated.

 Dari pengujian dengan menggunakan metode Error Correction

Mechanism (ECM), hasilnya menunjukkan fakta bahwa nilai

probabilitas μt-1 sebesar 0,00% lebih kecil nilainya dari nilai alpha

sebesar 1%, 5% dan 10%. Artinya, koefisien μt-1 signifikan secara

stastistik. Dengan demikian, hasil empiris menyimpulkan bahwa

terdapat keseimbangan jangka pendek antara variabel makro ekonomi

dan return IHSG di bulan Januari 2003 sampai Oktober 2008.

Implikasinya, variabel makro ekonomi signifikan dalam mempengaruhi

return IHSG atau setiap perubahan pada variabel makro ekonomi akan

berdampak pada perubahan return IHSG dalam jangka pendek. Selain

itu, dalam jangka pendek variabel return IHSG akan menurun dan

mampu menyesuaikan perubahan variabel makro ekonomi pada satu

periode berikutnya untuk mengoreksi kesalahan dan menuju

keseimbangan jangka panjang sebesar 91,10%. Dengan nilai koefisien

μt-1 sebesar itu, pada saat terjadi penyimpangan, penyesuaian satu

periode berikutnya untuk menuju keseimbangan jangka panjang dapat

tercapai relatif cepat.

 Penilaian hubungan antara variabel makro ekonomi dan return IHSG

juga menunjukkan fakta bahwa hanya nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika saja yang mampu memprediksi return IHSG. Variabel makro

ekonomi lain yaitu, variabel suku bunga deposito satu bulan, suku

bunga SBI, jumlah uang yang beredar (M1) dan tingkat inflasi tidak

memiliki pengaruh terhadap return IHSG. Dengan kata lain, perubahan

atas penurunan dan kenaikan return IHSG lebih banyak dipengaruhi


oleh depresiasi dan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
5.2. Rekomendasi

Dari hasil kesimpulan diatas, rekomendasi yang dapat penulis berikan

khususnya kepada berbagai pihak, yaitu:

 Bagi dunia pendidikan, penelitian dapat membuka cakrawala baru

dalam model ekonometrik dimana selama ini banyak penelitian masih

menggunakan metode regresi (OLS). Selain itu, penelitian ini hanya

melihat keseimbangan antara variabel makro ekonomi dan return IHSG

sedangkan hubungan simultan antara variabel-variabel tersebut belum

disinggung. Seperti yang dikatakan oleh Rao (1994) bahwa data makro

ekonomi selain mempunyai sifat nonstationary juga mempunyai

hubungan imbal-balik (causality). Oleh sebab itu, penelitian selanjutnya

diharapkan juga melihat hubungan imbal-balik antara variabel makro

ekonomi dan return IHSG dengan menggunakan metode Granger

Causality Test dan Vector Auto Regressive (VAR).

 Bagi investor saham, ketika ingin merencanakan investasi pada saham,

para investor sebaiknya perlu melakukan analisis terlebih dahulu

mengenai perubahan return IHSG yang disebabkan oleh perubahan nilai

tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Berdasarkan penelitian, hanya

variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang signifikan

dalam memprediksi return IHSG dimana kedua variabel tersebut

berhubungan positif. Artinya, jika nilai tukar rupiah terapresiasi

(terdepresiasi) maka return IHSG akan mengalami kenaikan

(penurunan).

 Bagi pemerintah dan pengelola pasar modal di Indonesia, berdasarkan

hasil penelitian, perkembangan pasar modal saat ini sangat dipengaruhi

oleh kondisi ekonomi makro khususnya pergerakan nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika. Oleh karena itu, pemerintah perlu terus


menjaga stabilitas kondisi perekonomian nasional agar perkembangan

pasar modal dapat terus berjalan dengan baik.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Adrangi, B., A. Chatrath, and K. Raffiee, (1999), Inflation, Output, And Stock
Prices: Evidence From Two Major Emerging Markets, Journal of Economics and
Finance, Vol. 23 (3), 266-278

Ajay, R.A, dan M. Mougoué, (1996), “ On the Dynamic Relation Between Stock
Prices and Exchange Rates,”Journal of Financial Research21, 193-207

Alwi, I.Z., (2003), Pasar Modal Teori dan Aplikasi. Jakarta: Yayasan Pancur
Siwah

Al-Khazali, O.M., and C.S. Pyun, (2004), Stock Prices and Inflation: New
Evidence from the Pacific-Basin Countries , Review of Quantitative Finance and
Accounting,22 (2), 123-140

Anoraga, P., dan P. Pakarti, (2003), Pengantar Pasar Modal, Jakarta: PT Rineka
Cipta

Ansari, M.L., dan Gang, I.N., (1999), “


Liberalization Policy: ‘
Fits & Starts’or
Gradual Change in India,”Comparative Economic Studies 51, 24-46

Bodie, Z., A. Kane, and A.J. Marcus, (2003), Essentials of INVESTMENTS ,


International Edition, New York: McGraw-Hill

Budilaksono, A., (2005). Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Kepemilikan


Saham Oleh Investor Asing dan SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan

Dickey, D.A., and W.A. Fuller, (1981), Likelihood Ratio for Autoregressive Time
Series with a Unit Root, Economtrica, Vol. 49, 1057-1072

Domian, D.L., J.E. Gilster, and D.A. Louton, (1996), Expected Inflation, Interest
Rates, And Stock Returns, The Financial Review, Vol. 31,4, pp.809-830

Dritsaki, M., (2005), Linkage Between Stock Market And Macroeconomic


Fundamentals: Case Study Of Athens Stock Exchange, Journal of Financial
Management and Analysis, 38-47

Enders, W., (1995), Applied Econometric Time Series, New York: John Wiley and
Sons, Inc.

Endri, (2004), Analisis Pengaruh Nilai Tukar Dan Tingkat Bunga Terhadap
Return Indeks Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta, Finance and Banking Journal,
Vol.8 (2), 113-128

Francis, J.C., and R. Ibbotson, (2000), Investment A Global Perspective , New


Jersey: Prentice Hall
Graham, M., J. Nikkinen, and P. Shalstrom, (2003), Relative Importance Of
Scheduled Macroeconomic News For Stock Market Investors, Journal Economics
and Finance, Vol. 27 (2), 154-164

Gujarati, D., (2003), Basic Econometric 4th edition, Singapore: McGraw-Hill


Book Co.

Halim, A., (2003), Analisis Investasi , Edisi Pertama Jilid 1, Jakarta: Salemba
Empat

Hermanto, B., (1999), "Nominal Stock Return Volatility on The Jakarta Stock
Exchange and Changes in Government Policy," Disertasi, England: Department of
Accounting and Finance, Faculty of Commerce and Social Science, The University
of Birmingham, dikutip oleh Endri, (2004), Analisis Pengaruh Nilai Tukar Dan
Tingkat Bunga Terhadap Return Indeks Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta ,
Finance and Banking Journal, Vol.8 (2), 113-128

Husnan, S., (2001), Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas , Edisi
Ketiga, Yogyakarta: YKPN

Kroon, E., and O.V. Veen, (2004), Do Currencies Influence The Stock Prices Of
Companies, Journal of Asset Management, Vol. 5,4, 251-262

Kwon, C.S., T.S. Shin, and F.K. Bacon, (1997), The effect of Macroeconomic
Variables on Stock Markets Return in Developing Markets, Multinational
Business Review Fall, 63-70

Lee, S.B., (1996), "Causal Relations Among Stock Returns, Interest Rates, Real
Activity, and Inflation," Journal of Finance 47, 1591-1603, dikutip oleh Sudjono,
(2004), Analisis Keseimbangan dan Hubungan Simultan Antara Variabel
Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Jakarta, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan

Mahdavi, S., and A. Sohrabian, (1991), The Link Between The Rate of Growth of
Stock Prices And The Rate of Growth of GNP In The United States: A Granger
Causality Test, American Economist, Vol. 35,2, 41-48

Manurung, A.H., (1996), Pengaruh Variabel Makro, Investor Asing, Bursa Yang
Telah Maju terhadap Indeks BEJ, Tesis, Program Pascasarjana Program Studi
Ilmu Ekonomi, UI, Jakarta, dikutip oleh Endri, (2004), Analisis Pengaruh Nilai
Tukar Dan Tingkat Bunga Terhadap Return Indeks Harga Saham Di Bursa Efek
Jakarta, Finance and Banking Journal, Vol.8 (2), 113-128

Nachrowi, D.N., dan H. Usman, (2006), Pendekatan Populer dan Praktis


Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Peavy, J.W., (1992), Stock Prices: Do Interest Rates and Earnings Really
Matter?, Financial Analysts Journal,48,3, 10-12

Philips, P., and P. Perron, (1990), Testing for a Unit Root in Time Series
Regression, Biometrika,75, 335-346

Rao, B.B., (1994), Cointegration for the Applied Economist 1st edition, New
York: ST. Martin’
s Press, Inc.,

Sharpe, W., et al., (2005), Investasi, Edisi Keenam Jilid 1, Jakarta: PT Indeks
Gramedia

Sharpe, W., et al., (1993), Fundamentals of Investments , New Jersey: Prentice


Hall

Sudjono, (2004), Analisis Keseimbangan dan Hubungan Simultan Antara


Variabel Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa
Efek Jakarta, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan

Sunariyah., (2000), Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta: YKPN


Lampiran A. Data Variabel Penelitian Bulan Januari 2003 sampai Oktober 2008

SUKU BUNGA TINGKAT SBI M1 KURS Return IHSG


KETERANGAN INFLASI (%)
DEPOSITO 1BLN (%) 1BLN (%) (MILIAR RP) USD/IDR (%)
2003 1.2003 12.64 12.80 180112 8876 8.68 -8.59
2.2003 12.35 12.50 181530 8905 7.60 2.78
3.2003 11.9 11.58 181239 8908 7.17 -0.31
4.2003 11.44 11.24 182963 8675 7.62 9.31
5.2003 11.02 10.71 191707 8279 7.15 13.73
6.2003 10.31 9.90 194878 8285 6.98 0.61
7.2003 8.95 9.20 196589 8505 6.27 2.19
8.2003 8.17 9.00 201859 8535 6.51 4.36
9.2003 7.67 8.74 207587 8389 6.33 12.99
10.2003 7.47 8.53 212614 8495 6.48 4.87
11.2003 6.98 8.47 224318 8537 5.53 -1.90
10.2003 6.62 8.39 223799 8465 5.16 10.08
2004 1.2004 6.27 8.05 216343 8441 4.82 10.84
2.2004 5.99 7.64 219033 8447 4.60 1.08
3.2004 5.86 7.42 219086 8587 5.11 -3.34
4.2004 5.86 7.34 215447 8661 5.92 6.49
5.2004 6.16 7.32 223690 9210 6.47 -6.31
6.2004 6.23 7.34 233726 9415 6.83 -0.22
7.2004 6.26 7.37 238059 9168 7.20 3.36
8.2004 6.28 7.37 238959 9328 6.67 -1.35
9.2004 6.31 7.39 240911 9170 6.27 9.78
10.2004 6.33 7.41 247603 9090 6.22 4.94
11.2004 6.36 7.42 250221 9018 6.18 13.65
12.2004 6.43 7.43 253818 9290 6.40 2.30
2005 1.2005 6.46 7.42 248175 9165 7.32 4.52
2.2005 6.46 7.43 250433 9260 7.15 2.72
3.2005 6.5 7.44 250492 9480 8.81 0.59
4.2005 6.58 7.62 246296 9570 8.12 0.00
5.2005 6.76 7.88 252500 9495 7.40 0.74
6.2005 6.98 8.10 267635 9713 7.42 3.14
7.2005 7.22 8.48 266870 9819 7.84 5.34
8.2005 7.55 8.84 274841 10240 8.33 -11.18
9.2005 9.16 10.00 273954 10310 9.06 2.78
10.2005 10.43 11.00 286715 10090 17.89 -1.95
11.2005 11.46 12.25 276729 10035 18.38 -3.83
12.2005 11.98 12.75 281905 9830 17.11 14.24
2006 1.2006 12.01 12.75 281412 9395 17.03 5.77
2.2006 11.85 12.74 277265 9230 17.92 -1.10
3.2006 11.61 12.73 277293 9075 15.74 8.78
4.2006 11.51 12.74 282400 8775 15.40 10.69
5.2006 11.45 12.55 304663 9220 15.60 -9.18
6.2006 11.34 12.50 313153 9300 15.53 -1.48
7.2006 11.09 12.31 311822 9070 15.15 3.16
8.2006 10.8 11.85 329372 9100 14.90 6.87
9.2006 10.47 11.25 333905 9235 14.55 6.24
10.2006 10.01 10.92 346414 9110 6.29 3.13
11.2006 9.5 10.35 342645 9165 5.27 8.61
12.2006 8.96 9.88 361073 9020 6.60 5.04
2007 1.2007 8.64 9.55 344840 9090 6.26 -2.67
2.2007 8.43 9.25 346573 9160 6.30 -0.93
3.2007 8.13 9.00 341833 9118 6.52 5.17
4.2007 7.93 9.00 351259 9083 6.29 10.31
5.2007 7.59 8.80 352629 8828 6.01 1.77
6.2007 7.46 8.56 381376 9054 5.77 4.08
7.2007 7.26 8.31 397823 9186 6.06 9.79
8.2007 7.16 8.25 402035 9410 6.51 -6.57
9.2007 7.13 8.25 411281 9137 6.95 7.51
10.2007 7.16 8.25 414996 9103 6.88 13.32
11.2007 7.18 8.25 424435 9376 6.71 0.56
12.2007 7.19 8.08 460842 9419 6.59 2.14
2008 1.2008 7.07 8.00 420298 9291 7.36 -4.32
2.2008 6.95 7.94 411327 9051 7.40 3.60
3.2008 6.88 7.95 419746 9217 8.17 -10.09
4.2008 6.86 7.98 427028 9234 8.96 -5.83
5.2008 6.98 8.26 438544 9318 10.38 6.07
6.2008 7.19 8.59 466708 9225 11.03 -3.90
7.2008 7.51 9.03 458379 9118 11.90 -1.90
8.2008 8.04 9.27 452445 9153 11.83 -6.01
9.2008 9.26 9.53 491729 9378 12.14 -15.39
10.2008 10.14 10.70 471354 10995 11.77 -31.42
Lampiran B. Unit Root Test on Level

Suku Bunga Deposito (DEPO)

Null Hypothesis: DEPO has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.028910 0.1322
Test critical values: 1% level -4.098741
5% level -3.477275
10% level -3.166190
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(DEPO)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:09
Sample(adjusted): 2003:03 2008:10
Included observations: 68 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DEPO(-1) -0.044568 0.014714 -3.028910 0.0035
D(DEPO(-1)) 0.830171 0.068074 12.19519 0.0000
C 0.311659 0.138860 2.244417 0.0283
@TREND(2003:01) 0.001869 0.001562 1.196067 0.2361
R-squared 0.744584 Mean dependent var -0.032500
Adjusted R-squared 0.732611 S.D. dependent var 0.466532
S.E. of regression 0.241242 Akaike info criterion 0.050990
Sum squared resid 3.724654 Schwarz criterion 0.181550
Log likelihood 2.266324 F-statistic 62.19041
Durbin-Watson stat 1.924047 Prob(F-statistic) 0.000000
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Null Hypothesis: SBI has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.524897 0.3156
Test critical values: 1% level -4.098741
5% level -3.477275
10% level -3.166190
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(SBI)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:11
Sample(adjusted): 2003:03 2008:10
Included observations: 68 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
SBI(-1) -0.040952 0.016219 -2.524897 0.0141
D(SBI(-1)) 0.814758 0.079035 10.30879 0.0000
C 0.313559 0.160948 1.948206 0.0558
@TREND(2003:01) 0.002207 0.001519 1.452939 0.1511
R-squared 0.673359 Mean dependent var -0.026471
Adjusted R-squared 0.658047 S.D. dependent var 0.406410
S.E. of regression 0.237655 Akaike info criterion 0.021033
Sum squared resid 3.614728 Schwarz criterion 0.151592
Log likelihood 3.284875 F-statistic 43.97786
Durbin-Watson stat 1.876771 Prob(F-statistic) 0.000000
Jumlah Peredaran Uang (M1)

Null Hypothesis: M1 has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 8 (Automatic based on AIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.687610 0.9693
Test critical values: 1% level -4.115684
5% level -3.485218
10% level -3.170793
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(M1)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:12
Sample(adjusted): 2003:10 2008:10
Included observations: 61 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
M1(-1) -0.065441 0.095172 -0.687610 0.4949
D(M1(-1)) -0.321717 0.153432 -2.096804 0.0411
D(M1(-2)) -0.163906 0.151620 -1.081031 0.2849
D(M1(-3)) -0.143107 0.154872 -0.924033 0.3599
D(M1(-4)) -0.236359 0.148577 -1.590824 0.1180
D(M1(-5)) -0.340181 0.148562 -2.289819 0.0263
D(M1(-6)) 0.012112 0.149563 0.080985 0.9358
D(M1(-7)) -0.320263 0.147809 -2.166727 0.0350
D(M1(-8)) -0.468031 0.149055 -3.139983 0.0028
C 14217.05 13387.73 1.061947 0.2934
@TREND(2003:01) 487.8661 401.8488 1.214054 0.2304
R-squared 0.370238 Mean dependent var 4324.049
Adjusted R-squared 0.244285 S.D. dependent var 12468.69
S.E. of regression 10839.26 Akaike info criterion 21.58154
Sum squared resid 5.87E+09 Schwarz criterion 21.96219
Log likelihood -647.2370 F-statistic 2.939505
Durbin-Watson stat 2.011340 Prob(F-statistic) 0.005608
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika (KURS)

Null Hypothesis: KURS has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.913468 0.6367
Test critical values: 1% level -4.098741
5% level -3.477275
10% level -3.166190
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(KURS)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:15
Sample(adjusted): 2003:03 2008:10
Included observations: 68 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
KURS(-1) -0.159655 0.083438 -1.913468 0.0602
D(KURS(-1)) 0.318531 0.174203 1.828501 0.0721
C 1364.042 739.1298 1.845470 0.0696
@TREND(2003:01) 3.477122 1.796401 1.935605 0.0573
R-squared 0.101628 Mean dependent var 30.73529
Adjusted R-squared 0.059517 S.D. dependent var 273.5551
S.E. of regression 265.2896 Akaike info criterion 14.05654
Sum squared resid 4504228. Schwarz criterion 14.18710
Log likelihood -473.9225 F-statistic 2.413333
Durbin-Watson stat 1.529234 Prob(F-statistic) 0.074765
Tingkat Inflasi (INF)

Null Hypothesis: INF has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.075477 0.5498
Test critical values: 1% level -4.098741
5% level -3.477275
10% level -3.166190
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(INF)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:16
Sample(adjusted): 2003:03 2008:10
Included observations: 68 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
INF(-1) -0.110201 0.053097 -2.075477 0.0420
D(INF(-1)) 0.186106 0.122620 1.517745 0.1340
C 0.769442 0.544113 1.414122 0.1622
@TREND(2003:01) 0.007009 0.010077 0.695487 0.4893
R-squared 0.079896 Mean dependent var 0.061324
Adjusted R-squared 0.036766 S.D. dependent var 1.605880
S.E. of regression 1.576082 Akaike info criterion 3.804784
Sum squared resid 158.9783 Schwarz criterion 3.935343
Log likelihood -125.3627 F-statistic 1.852455
Durbin-Watson stat 1.990605 Prob(F-statistic) 0.146607
Return Indeks Harga Saham Gabungan (RIHSG)

Null Hypothesis: RIHSG has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 6 (Automatic based on AIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.320725 0.9884
Test critical values: 1% level -4.110440
5% level -3.482763
10% level -3.169372
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(RIHSG)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:19
Sample(adjusted): 2003:08 2008:10
Included observations: 63 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
RIHSG(-1) -0.133249 0.415463 -0.320725 0.7497
D(RIHSG(-1)) -0.562697 0.388133 -1.449752 0.1529
D(RIHSG(-2)) -0.546111 0.357141 -1.529119 0.1321
D(RIHSG(-3)) -0.208005 0.317089 -0.655983 0.5146
D(RIHSG(-4)) -0.300995 0.276954 -1.086808 0.2819
D(RIHSG(-5)) -0.303332 0.212094 -1.430179 0.1584
D(RIHSG(-6)) -0.367947 0.152589 -2.411363 0.0193
C 2.902078 2.903120 0.999641 0.3219
@TREND(2003:01) -0.091234 0.053924 -1.691906 0.0964
R-squared 0.424502 Mean dependent var -0.533492
Adjusted R-squared 0.339243 S.D. dependent var 8.559225
S.E. of regression 6.957535 Akaike info criterion 6.849091
Sum squared resid 2613.994 Schwarz criterion 7.155253
Log likelihood -206.7464 F-statistic 4.978968
Durbin-Watson stat 1.863777 Prob(F-statistic) 0.000120
Lampiran C. Unit Root Test on First Difference

Suku Bunga Deposito (DEPO)

Null Hypothesis: D(DEPO) has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.285586 0.4357
Test critical values: 1% level -4.098741
5% level -3.477275
10% level -3.166190
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(DEPO,2)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:39
Sample(adjusted): 2003:03 2008:10
Included observations: 68 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(DEPO(-1)) -0.165037 0.072208 -2.285586 0.0255
C -0.062124 0.067549 -0.919682 0.3611
@TREND(2003:01) 0.002004 0.001657 1.209109 0.2310
R-squared 0.078383 Mean dependent var 0.017206
Adjusted R-squared 0.050026 S.D. dependent var 0.262615
S.E. of regression 0.255962 Akaike info criterion 0.155540
Sum squared resid 4.258578 Schwarz criterion 0.253459
Log likelihood -2.288356 F-statistic 2.764121
Durbin-Watson stat 1.778280 Prob(F-statistic) 0.070451
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Null Hypothesis: D(SBI) has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.168510 0.4989
Test critical values: 1% level -4.098741
5% level -3.477275
10% level -3.166190
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(SBI,2)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:43
Sample(adjusted): 2003:03 2008:10
Included observations: 68 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(SBI(-1)) -0.178224 0.082187 -2.168510 0.0338
C -0.061373 0.064594 -0.950140 0.3456
@TREND(2003:01) 0.002096 0.001580 1.327069 0.1891
R-squared 0.075999 Mean dependent var 0.021618
Adjusted R-squared 0.047568 S.D. dependent var 0.253387
S.E. of regression 0.247287 Akaike info criterion 0.086578
Sum squared resid 3.974795 Schwarz criterion 0.184497
Log likelihood 0.056355 F-statistic 2.673127
Durbin-Watson stat 1.778904 Prob(F-statistic) 0.076622
Jumlah Peredaran Uang (M1)

Null Hypothesis: D(M1) has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 11 (Automatic based on AIC, MAXLAG=12)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.361571 0.3951
Test critical values: 1% level -4.127338
5% level -3.490662
10% level -3.173943
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(M1,2)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:45
Sample(adjusted): 2004:02 2008:10
Included observations: 57 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(M1(-1)) -3.505207 1.484269 -2.361571 0.0228
D(M1(-1),2) 2.008389 1.398923 1.435668 0.1583
D(M1(-2),2) 1.644066 1.287366 1.277078 0.2084
D(M1(-3),2) 1.401527 1.158145 1.210148 0.2328
D(M1(-4),2) 1.121417 1.032492 1.086126 0.2835
D(M1(-5),2) 0.812272 0.913687 0.889005 0.3789
D(M1(-6),2) 0.750261 0.803817 0.933373 0.3558
D(M1(-7),2) 0.451948 0.706894 0.639344 0.5260
D(M1(-8),2) -0.060896 0.607850 -0.100183 0.9207
D(M1(-9),2) -0.237393 0.483371 -0.491119 0.6258
D(M1(-10),2) -0.610978 0.358369 -1.704888 0.0954
D(M1(-11),2) -0.691204 0.208660 -3.312586 0.0019
C 3215.163 3609.317 0.890795 0.3780
@TREND(2003:01) 295.5976 150.5229 1.963806 0.0560
R-squared 0.821361 Mean dependent var -226.6491
Adjusted R-squared 0.767354 S.D. dependent var 19920.93
S.E. of regression 9608.543 Akaike info criterion 21.38807
Sum squared resid 3.97E+09 Schwarz criterion 21.88987
Log likelihood -595.5600 F-statistic 15.20837
Durbin-Watson stat 1.895020 Prob(F-statistic) 0.000000
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika (KURS)

Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.412212 0.0040
Test critical values: 1% level -4.098741
5% level -3.477275
10% level -3.166190
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(KURS,2)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:47
Sample(adjusted): 2003:03 2008:10
Included observations: 68 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(KURS(-1)) -0.761349 0.172555 -4.412212 0.0000
C -44.52306 67.85008 -0.656198 0.5140
@TREND(2003:01) 2.070325 1.672281 1.238025 0.2202
R-squared 0.244404 Mean dependent var 23.35294
Adjusted R-squared 0.221155 S.D. dependent var 306.6962
S.E. of regression 270.6661 Akaike info criterion 14.08276
Sum squared resid 4761910. Schwarz criterion 14.18068
Log likelihood -475.8140 F-statistic 10.51241
Durbin-Watson stat 1.519559 Prob(F-statistic) 0.000111
Tingkat Inflasi (INF)

Null Hypothesis: D(INF) has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.084272 0.0000
Test critical values: 1% level -4.098741
5% level -3.477275
10% level -3.166190
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(INF,2)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:48
Sample(adjusted): 2003:03 2008:10
Included observations: 68 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(INF(-1)) -0.869210 0.122696 -7.084272 0.0000
C -0.006796 0.405126 -0.016776 0.9867
@TREND(2003:01) 0.001731 0.009996 0.173204 0.8630
R-squared 0.435902 Mean dependent var 0.010441
Adjusted R-squared 0.418545 S.D. dependent var 2.118843
S.E. of regression 1.615685 Akaike info criterion 3.840510
Sum squared resid 169.6785 Schwarz criterion 3.938430
Log likelihood -127.5774 F-statistic 25.11408
Durbin-Watson stat 1.977954 Prob(F-statistic) 0.000000
Return Indeks Harga Saham Gabungan (RIHSG)

Null Hypothesis: D(RIHSG) has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 5 (Automatic based on AIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.810250 0.0012
Test critical values: 1% level -4.110440
5% level -3.482763
10% level -3.169372
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(RIHSG,2)
Method: Least Squares
Date: 02/16/09 Time: 14:50
Sample(adjusted): 2003:08 2008:10
Included observations: 63 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(RIHSG(-1)) -3.701821 0.769569 -4.810250 0.0000
D(RIHSG(-1),2) 2.023012 0.703529 2.875519 0.0057
D(RIHSG(-2),2) 1.377814 0.587311 2.345968 0.0226
D(RIHSG(-3),2) 1.092700 0.439999 2.483413 0.0161
D(RIHSG(-4),2) 0.730927 0.276309 2.645321 0.0106
D(RIHSG(-5),2) 0.389380 0.136054 2.861949 0.0059
C 2.240248 2.025309 1.106127 0.2735
@TREND(2003:01) -0.083809 0.048303 -1.735073 0.0883
R-squared 0.785665 Mean dependent var -0.279524
Adjusted R-squared 0.758386 S.D. dependent var 14.03858
S.E. of regression 6.900558 Akaike info criterion 6.819248
Sum squared resid 2618.973 Schwarz criterion 7.091392
Log likelihood -206.8063 F-statistic 28.80110
Durbin-Watson stat 1.889562 Prob(F-statistic) 0.000000

Anda mungkin juga menyukai