Anda di halaman 1dari 65

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN

MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA


PT. ASTRA INTERNASIONAL TBK.

SKRIPSI

NURHIKMAH
NIM : 1361201185

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN


YAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS
MAROS
2017
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN
MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA
PT. ASTRA INTERNASIONAL TBK.

SKRIPSI

Diajukan kepada Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi


Ilmu Manajemen Yayasan Perguruan Islam
Maros Untuk memenuhi sebagian
Persyaratan Guna melakukan
penelitian

NURHIKMAH
NIM : 1361201185

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN


YAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS
MAROS
2017
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Proposal Penelitian : ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN


MENGGUNAKAN MARKET VALUE ADDED
(MVA) PADA PT. ASTRA INTERNASIONAL
TBK.
Nama Mahasiswa : NURHIKMAH
Nomor Induk Mahasiswa : 1361201185
Program Studi : MANAJEMEN
Konsentrasi : MANAJEMEN KEUANGAN

Setelah di periksa dan di teliti ulang, telah memenuhi persyaratan untuk


diujikan .

Maros, Juli 2017

Pembimbing I Pembimbing II

IL

Dr. Dahlan, S.E., M.M Zainal Abidin, S.E.,M.Si.

Mengetahui:
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
Yayasan Perguruan Islam Maros
(STIM-YAPIM)

Dr. Muhammad Nasrum, SE.,M.M

i
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb

Tiada kalimat yang penulis ucapkan kecuali kalimat Alhamdulillahi Rabbil

Alamin puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT Yang Maha Pandai, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha

Segalanya. Teriring rasa Syukur atas setiap detik keajaiban yang diwujudkan-

Nya dan atas kekuatan serta kesabaran yang ditumbuhkan-Nya dengan begitu

indah hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Analisis

Kinerja Keuangan dengan menggunakan Market Value Added (MVA) Pada

PT Astra International Tbk.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada sosok mulia

yang akhlaknya patutlah menjadi teladan bagi segenap umat manusia,

pengorbanannya begitu besar dan cintanya pada Umat amatlah luas,

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salam tercinta beserta keluarga, kerabat, dan

sahabatnya

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam meraih

Gelar Akademik Sarjana Ekonomi (S1) di Yayasan Perguruan Islam Maros

(YAPIM). Banyak pihak yang telah memberikan bantuan serta dorongan

kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini, oleh karena itu pada

kesempatan yang baik ini penulis menghaturkan terima kasih yang tak

terhingga terutama kepada Orang tua penulis yang selama ini telah

ii
membesarkan, menjaga, mendidik dan selalu memberikan dukungan moril dan

material yang tak terhingga kepada penulis, Berikut segala bentuk kasih

sayang dan cintanya.

1. Drs. H. M. Ikram Idrus, M.S. selaku Ketua Yayasan Perguruan Islam Maros.

2. Dr. Muhammad Nasrum, S.E., M.M. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Manajemen Yayasan Perguruan Islam Maros.

3. Pembimbing I, Dr. Dahlan S.E,. M.M dan pembimbing II, Zainal Abidin S.E.,

M.Si. terima kasih untuk waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap Dosen-dosen pengajar jurusan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen

yang pernah membagi segala pengetahuannya kepada penulis.

5. Evi Nur Qalbi dan Nur Alamsyah selaku saudara kandung penulis yang

telah memotivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.


6. Rijal Mahdiy selaku kakak penulis yang senantiasa mendampingi dan

mensupport sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Segenap Karyawan PT Astra International yang ada di Bursa Efek

Indonesia cabang Makassar yang siap membantu dan telah memberikan

data-data yang bermanfaat bagi penulis.

8. Fitri Ramadhani dan Windy Wulandari selaku sahabat dan teman

seperjuangan yang selama ini membagi suka dukanya selama kuliah dan

hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. serta teman-teman yang selama ini telah memberikan semangat dan

motivasi bagi penulis.

iii
Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran akan lebih

menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

sekalian, Amin.

Maros, Oktober 2017

Penulis

iv
ABSTRAK

NUR HIKMAH. 2017. Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Market


Value Added (MVA) pada PT. Astra Internasional TBK (dibimbing oleh Dahlan
dan Zainal Abidin).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kinerja keuangan PT Astra
International Tbk dengan menggunakan metode Market Value Added.
penelitian ini adalah PT. Astra Internasional TBK, yang merupakan perusahaan
yang berada di Indonesia ibu kota Jakarta. Data yang digunakan berupa data
sekunder yaitu laporan keuangan PT. Astra Internasional TBK pada tahun 2012
sampai tahun 2016, data struktur organisasi dan sejarah perusahaan PT. Astra
Internasional TBK. Data ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia di Makassar.
Metode analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja PT. Astra
Internasional TBK adalah Market Value Added (MVA). Untuk memperoleh nilai
Market Value Added maka terlebih dahulu mencari nilai Invested Capital yang
sama dengan total ekuitas saham biasa.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan
pada PT. Astra Internasional TBK dengan menggunakan Market value added
(MVA) pada tahun 2012 sampai tahun 2016 berkinerja baik, hal ini ditunjukkan
dengan nilai Market value added (MVA) yang positif yang menunjukkan bahwa
perusahaan dalam tahun 2012 sampai tahun 2016 berhasil meningkatkan nilai
tambah bagi perusahaan dan pemegang saham.

KataKunci : Kinerja Keuangan, Market value Added, Invested Capital.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
ABSTRAK....................................................................................................v
DAFTAR ISI................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan penelitian..............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................6


A. Manajemen Keuangan...................................................................................6
1. Pengertian Manejemen Keuangan.......................................................... 6
2. Fungsi Manejemen Keuangan................................................................. 7
B. Kinerja Keuangan..........................................................................................10
1. Pengertian Kinerja Keuangan................................................................. 10
2. Pengukuran Kinerja Keuangan.............................................................. 12
3. Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan................................................ 18
C. Market Value Added (MVA).........................................................................19
1. Pengertian Market Value Added (MVA)............................................... 19
2. Kelebihan Market Value Added (MVA)................................................. 20
3. Kekurangan Market Value Added (MVA)............................................ 21
D. Penelitian Terdahulu.....................................................................................26
E. Kerangka Pikir................................................................................................28

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................29


A. Rancangan Penelitian..................................................................................29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................29
C. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................29
D. Jenis dan Sumber Data................................................................................30
1. Jenis Data.................................................................................................... 30
2. Sumber Data............................................................................................... 31
D. Metode Analisis dan Pengujian Analisis..................................................31
E. Definisi Operasional Variabel.....................................................................32

BAB IV SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN.........................................34


A. Sejarah Berdirinya Perusahaan.................................................................34
B. Jenis Usaha.....................................................................................................36
1. Leasing......................................................................................................... 36
2. Asuransi Jiwa.............................................................................................. 36

vi
C. Anak Perusahaan PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk........................37
D. Jaringan Distribusi...................................................................................... 39
E. Produk Yang Dijual di Indonesia............................................................. 40
F. Tugas Dan Tanggung Jawab.................................................................... 41

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................44


1. Menentukan Invest Capital.......................................................................... 45
2. Menentukan Market Value Added (MVA)................................................. 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................53


A. Kesimpulan..................................................................................................... 53
B. Saran................................................................................................................ 53

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................55

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu.........................................................................26


Tabel 3. 1 Tingkat Kondisi Market Value Added (MVA).....................................32

Tabel 5. 1 Perhitungan Invested Capital PT. Astra Internasional Tbk.Tahun


2012-2016........................................................................................46
Tabel 5. 2 Perhitungan MVA PT.Astra International Tbk. Tahun 2012-2016.....47

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Peningkatan Kinerja Keuangan Dengan Market Value


Added (MVA).................................................................................28

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kekayaan pemegang

saham. Selain memberi manfaat bagi pemegang saham, tujuan ini juga

menjamin sumber daya perusahaan yang langka dialokasikan secara efisien

dan memberi manfaat ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan untuk

memaksimumkan kekayaan atau keuntungan bagi para pemegang saham

dapat diwujudkan dengan memaksimalkan nilai perusahaan (Tandelilin, 2000).

Nilai perusahaan go publik tercermin dari harga saham perusahaan tersebut.

Secara umum dikatakan bahwa nilai perusahaan yang meningkat menunjukkan

kinerja perusahaan yang tinggi, sedang untuk stakeholder, peningkatan nilai

atau kinerja perusahaan tercermin dari return yang dihasilkan oleh saham

tersebut yang berupa deviden dan capital gain(loss) atau disebut sebagai

return saham (Tandelilin, 2000).

Perusahaan juga bertanggung jawab kepada seluruh investor sehingga

hal ini menuntut perusahaan untuk menimbang semua strategi yang diambil

dan dampaknya kepada investor. Investor atau dapat dikatakan sebagai

pemegang saham dan yang berminat untuk membeli saham maupun obligasi

suatu perusahaan, tidak hanya akan melihat bagaimana pergerakan saham

secara historis tapi juga melihat dan mengukur performa atau kinerja

keseluruhan perusahaan.

Investor yang membeli saham suatu perusahaan berarti investor

tersebut membeli prospek atau harapan keberhasilan suatu perusahaan.

1
2

Apabila prospek perusahaan membaik atau bagus maka harga saham

perusahaan akan meningkat. Sebaliknya, jika prospek perusahaan memburuk,

harga saham bisa menurun. Dengan kata lain, setelah mengukur kinerja

perusahaan secara keseluruhan seorang investor dapat memutuskan untuk

berinvestasi atau tidak atau menjual sahamnya yang telah ada dalam

perusahaan tersebut. Menurut Hanafi (2005) kinerja keuangan suatu

perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan beberapa alat analisis

keuangan, salah satunya yaitu laporan keuangan dengan menggunakan

pendekatan beberapa rasio laporan keuangan dengan menggunakan

pendekatan beberapa rasio keuangan seperti rasio profitabilitas, rasio

likuiditas, rasio leverage dan lain-lain. Laporan keuangan perusahaan

merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain

seperti informasi industri, kondisi.

Oleh karena itu perusahaan perlu mengetahui struktur pendanaan yang

optimal yang dapat membawa perusahaan untuk dapat terus berlangsung

hidup dan mencapai tujuannya yaitu mencapai kesejahteraan para pemiliknya.

Selain dari pada itu untuk mencapai hasil dari pendanaan maka alternative

yang dilakukan adalah melakukan penilaian dan analisis yang akan digunakan

untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan.

Menurut Jumingan (2006) Kinerja keuangan merupakan gambaran

kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu menyangkut aspek

penghimpunan dana maupun penyaluran dana, Yang biasanya diukur dengan

indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Pendekatan yang

dapat digunakan guna mengukur kinerja keuangan perusahaan yang

didasarkan pada nilai pasar dikenal dengan istilah MVA (Market Value Added).
3

MVA adalah perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah

ekuitas modal investor yang telah diberikan (Brigham : 2006). MVA merupakan

suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam

memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-

sumber yang sesuai. Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai

bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang sudah

dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih besar. Semakin

besar MVA, semakin baik. MVA negative berarti nilai dari investasi yang

dijalankan kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar

modal.

Konsep ini dikembangkan oleh Stern, Stewart & Co., yang meyakini dan

mempopulerkan MVA sebagai salah satu penilaian kinerja yang paling tepat

untuk mengetahui sukses tidaknya manajemen perusahaan dalam

menciptakan kekayaan bagi pemegang saham. Kekayaan pemegang saham

akan menjadi maksimal dengan memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar

ekuitas perusahaan dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor,

perbedaan ini disebut Nilai Tambah Pasar (Market Value Added) MVA

(Brigham, 2001:51). Jika MVA positif berarti manajer berhasil menciptakan nilai

tambah bagi perusahaan sebaliknya jika MVA negatif maka manajer gagal

menciptakan nilai tambah bagi perusahaan sehingga gagal meciptakan

kekayaan bagi pemegang saham.

Salah satu perusahaan Go public yaitu perusahaan Pt. Astra

International. Tbk merupakan perusahaan multinasional yang bergelut dibidang

otomotif yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada

tahun 1957 dengan nama PT Astra International Incorporated. Pada tahun


4

1990, perseroan mengubah namanya menjadi PT Astra International Tbk.

Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 April 1990.

Saat ini mayoritas kepemilikan sahamnya dimiliki oleh PT. Trans Corp sebesar

50,1%.

Ruang lingkup kegiatan Perseroan seperti yang tertuang dalam

anggaran dasarnya adalah perdagangan umum, perindustrian, jasa

pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi.

Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak meliputi perakitan dan penyaluran

mobil, sepeda motor dengan suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat

berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa

keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi. Selanjutnya dengan adanya

informasi perusahaan yang tersaji maka perlu dilakukan analisis lebih jauh lagi

agar mempunyai nilai guna bagi manajemen perusahaan. Selain itu Pt. Astra

ternyata telah memuat beberapa jenis rasio dalam mengukur kinerja keuangan

perusahaan yaitu kinerja keuangan dengan berdasarkan kategori Earnings

measure yang mendasarkan kinerja kinerja pada Accounting Profit. Sementara

Market Value Added (MVA) termasuk pengukuran berdasarkan konsep Value

Measure atau suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta

kuantitatif dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran standar

yang disesuaikan sesuai dengan objek yang diukur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah apakah metode Market Value Added (MVA) dapat digunakan untuk

menilai kinerja keuangan PT. Astra Internasional ?


5

C. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Market value added (MVA)

dengan menilai kinerja keuangan PT. Astra Internationa tbk .

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan akan memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

atau masukan dan menambah kajian ilmu tentang menganalisis kinerja

keuangan perusahaan dengan metode Market value added.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis
Menjadi bahan acuan atau referensi bagi peneliti selanjutnya bagi yang

ingin meneliti lebih dalam, khususnya yang berkaitan dengan Market value

added (MVA).
b. Bagi perusahaan

Sebagai masukan dan bahan informasi kepada manejemen perusahaan

dalam menganalisis kinerja keuangan untuk pemegang saham

c. Bagi mahasiswa

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi sebagai acuan

mahasiswa dalam penyusunan karya ilmiah dengan bahasan serupa.

d. Bagi pihak-pihak lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahuan serta menjadi referensi untuk peneliti-peneliti selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Keuangan

1. Pengertian Manejemen Keuangan

Menurut Sutrisno (2008:3) manajemen keuangan dapat diartikan

sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha

mendapatkan dana dengan biaya yang murah serta usaha untuk

menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisiensi. Sedangkan

menurut Martono dan Agus Hartijo (2007:16) menya`takan bahwa manajemen

keuangan atau yang sering pula disebut dengan istilah pembelanjaan adalah

seluruh aktivitas perusahaan dalam rangka memperoleh dana, menggunakan

dana dan mengelola asset. Menurut Lukman Syamsuddin (2007:3)

mendefinisikan manajemen keuangan merupakan penerapan prinsip-prinsip

ekonomi dalam mengelolah keputusan-keputusan yang menyangkut masalah

financial perusahaan. Menurut Drs. R. Agus Sartono, M.B.A (Manajemen

Keuangan, Edisi 4, 2001 : 6)

Manajemen keuangan adalah manajemen dana baik yang berkaitan

dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif

maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau

pembelanjaan secara efisien.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

manejemen keuangan adalah segala kegiatan atau aktivitas perusahaan yang

berhubungan dengan bagaimana cara memperoleh pendanaan modal kerja,

menggunakan atau mengalokasikan dana, dan mengelola asset yang dimiliki.

6
7
2. Fungsi Manejemen Keuangan

Fungsi manajemen keuangan dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari

tugas dan tanggung jawab seorang manajer atau direktur keuangan. Tugas

dan tanggung jawab manajer keuangan antar perusahaan mungkin saja

berbeda. Hal ini mungkin bergantung pada jenis usaha perusahaan, besar

kecilnya ukuran perusahaan. Ini berarti berarti tugas dan tanggung jawab

manajer keuangan antar perusahaan mungkin saja mempunyai cakupan yang

berbeda. Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang

harus dilakukan oleh suatu perusahaan, utamanya seorang manajer atau

direktur keuangan. Keputusan keuangan ini diimplementasikan dalam kegiatan

sehari-hari untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu

meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga

saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya

makin bertambah.

Menurut Harmono (2009:18) ada tiga macam fungsi manajemen

keuangan yaitu :

a. Keputusan investasi

Keputusan investasi ini menyangkut bagaimana manajer

keuangan mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang

akan mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang. Hasil dari

kebijakan investasi.

b. Keputusan pembelanjaan kegiatan usaha

Dalam hal ini seorang manajer keuangan dituntut untuk

mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumber-sumber


8
pembelanjaan yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai

kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. Hasil

kebijakan sumber pembelanjaan.

c. Keputusan deviden

Deviden merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh

perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini

merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang

saham.

Manajemen keuangan dalam kegiatannya harus mengambil keputusan

yang sering disebut dengan fungsi manajemen keuangan, yaitu (Husnan,

2000).

a. Penggunaan dana, disebut dengan keputusan investasi

b. Memperoleh dana, disebut keputusan pendanaan

c. Pembagian laba, disebut kebijakan dividen

Fungsi utama dari manager keuangan adalah merencanakan, mencari

dan memanfaatkan dana dengan berbagai cara untuk memaksimalkan daya

guna (efficiency) dari operasi-operasi perusahaan. Hal ini memerlukan

pengetahuan akan pasar uang dari mana modal diperoleh dan bagaimana

keputusan-keputusan yang tepat di bidang keuangan harus dibuat dan efisiensi

dalam operasi perusahaan. Manajer harus mempertimbangkan berbagai aspek

seperti sumber-sumber keuangan yang luas dan cara-cara menggunakan uang

tersebut sewaktu melakukan pilihan. Penjelasan lain mengenai fungsi

manajemen keuangan antara lain:


9
a. Perencanaan Keuangan, membuat rencana pemasukan dan

pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.

b. Penganggaran Keuangan, tindak lanjut dari perencanaan keuangan

dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.

c. Pengelolaan Keuangan, menggunakan dana perusahaan untuk

memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.

d. Pencarian Keuangan, mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang

ada untuk operasional kegiatan perusahaan.

e. Penyimpanan Keuangan, mengumpulkan dana perusahaan serta

menyimpan dan mengamankan dana tersebut.

f. Pengendalian Keuangan, melakukan evaluasi serta perbaikan atas

keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan.

g. Pemeriksaan Keuangan, melakukan audit internal atas keuangan

perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.

h. Pelaporan keuangan, penyediaan informasi tentang kondisi keuangan

perusahaan sekaligus sebagai bahan evaluasi.

Menurut Martono & Harjito (2007) Manajemen keuangan terdiri dari tiga

fungsi utama yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan

penglolaan aktiva.

a. Mengambil keputusan investasi (investment decision)

Menyangkut masalah pemilihan investasi yang diinginkan dari

sekolompok kesempatan yang ada, memilih satu atau lebih alternatif investasi

yang dinilai paling menguntungkan.


10
b. Mengambil keputusan pembelanjaan (financing decision)

Menyangkut masalah pemilihan berbagai bentuk sumber dana yang

tersedia untuk melakukan investasi, memilih satu atau lebih alternatif

pembelanjaan yang menimbulkan biaya paling murah.

c. Mengambil keputusan dividen (dividend decision)

Menyangkut masalah penentuan besarnya persentase dari laba yang akan

dibayarkan sebagai dividen tunai kepada para pemegang saham, stabilitas

pembayaran dividen, pembagian saham dividen dan pembelian kembali

saham-saham.

Uraian tersebut di atas memberikan indikasi bahwa fungsi pokok

pembelanjaan menduduki posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan.

Hal ini baru dapat dirasakan apabila fungsi pembelanjaan tidak dapat

dijalankan sebagaimana mestinya yang mengakibatkan terganggunya

keseluruhan dari aktivitas perusahaan.

B. Kinerja Keuangan

1. Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan dapat dikatakan sebagai suatu usaha formal yang

dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari

aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu.

Menurut Sucipto (2003:6) pengertian kinerja keuangan adalah penentuan

ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi

atau perusahaan dalam menghasilkan laba. kinerja keuangan merupakan

gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai

hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat
11
dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk

melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan

menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar

(Fahmi, 2012:2).

Menurut Mulyadi (2007:2) menguraikan pengertian kinerja keuangan

ialah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan

karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan

sebelumnya. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sawir (2005:1) yang

menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan kondisi yang mencerminkan

keadaan keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar, dan

kriteria yang ditetapkan.

Pengukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai performing

measurement, yaitu kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau

keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan

demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan

perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas

perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu

(Hanafi,2003: 69). Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat

digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi

mereka diperusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Apabila kinerja

perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi

membuat investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya

sehingga akan terjadi kenaikan harga saham atau dapat dikatakan bahwa

harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan.


12
Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan maka secara umum

perlu dilakukan analisis terhadap laporan keuangan, yang menurut Brigham

dan Houston (2007:78) mencakup (1) pembandingan kinerja perusahaan

dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan (2) evaluasi

kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Laporan

keuangan perusahaan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu

tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu.

Dari sejumlah pengertian kinerja keuangan di atas, dapat diambil

kesimpulan sederhana bahwa kinerja keuangan merupakan pencapaian

prestasi perusahaan pada suatu periode yang menggambarkan kondisi

kesehatan keuangan perusahaan dengan indikator kecukupan modal, likuiditas

dan profitabilitas.

2. Pengukuran Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan

diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.

Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap

review data, menghitung, mengukur, dan memberi solusi terhadap keuangan

perusahaan pada suatu periode tertentu.

Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.

Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8

(delapan) macam, menurut Jumingan (2006:242) yaitu:

a. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis

dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih


13
dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun

dalam persentase (relatif).


b. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui

tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau

penurunan.
c. Analisis Persentase per-Komponen (common size), merupakan teknik

analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva

terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.


d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis

untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui

dua periode waktu yang dibandingkan.


e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk

mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu

periode waktu tertentu.


f. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk

mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan

laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.


g. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk

mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.


h. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat

yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.


Pengukuran kinerja keuangan
Penilaian terhadap kinerja perusahaan memiliki banyak metode. Seperti

yang diungkapkan oleh Widayant (1993), Ukuran yang dipakai dalam

penilaian kinerja suatu perusahaan selama ini sangat beragam dan

kadang berbeda dari industri yang satu dengan lainnya. Ukuran yang

sangat lazim dipakai dalam penelitian kinerja perusahaan dinyatakan dalam

rasio finansial yang dibagi dalam empat kategori utama:


a. Rasio Keuntungan (laba):
14
Rasio ini ditujukan untuk menilai seberapa bagus tingkat laba suatu

perusahaan. Termasuk dalam kelompok ini adalah:


Net Profit Margin (NPM), yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap

penjualan bersih
Return on Assets (ROA), yaitu rasio antara keuntungan bersih setelah

pajak setelah terhadap jumlah asset keseluruhan yang juga berarti merupakan

suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dalam

bentuk persentase dari asset yang dimiliki.


Return on Equity (ROE), yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap

penyertaan modal saham sendiri yang berarti juga merupakan ukuran

untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dalam bentuk

persentase dari saham sendiri yang ditanamkan dalam bisnis yang

bersangkutan
b. Rasio Aktivitas
Rasio ini mencoba mengukur efisiensi dari kegiatan operasional

perusahaan dan mencoba mengungkapkan masalah-masalah yang selama

ini tersembunyi. Termasuk dalam kategori ini adalah:


Total Assets Turnover (ATO), yaitu rasio antara penjualan terhadap jumlah

harta keseluruhan.
Collection Period, yaitu mengukur jangka waktu pembayaran piutang oleh

pembeli.
Inventory Turnover (ITO), yaitu mengukur tingkat perputaran barang dari

persediaan ke penjualan dan dinyatakan dengan rasio antara harga pokok

penjualan terhadap tingkat persediaan.


Fixed Asset Turnover yaitu mengukur tingkat penggunaan harta tetap

dinyatakan dalam rasio antara penjualan bersih terhadap harta tetap bersih

(setelah dikurangi akumulasi penyusutan)


Rasio Leverage, Rasio ini ditujukan untuk mengukur seberapa bagus struktur

permodalan perusahaan. Termasuk dalam rasio leverage adalah:


a) Debt Ratio, yaitu perbandingan jumlah hutang terhadap jumlah modal
15
b) Debt Equity Ratio (DER), yaitu perbandingan jumlah modal saham

terhadap jumlah modal keseluruhan.


c) Time Interest Earned(TIE), mengukur tingkat kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban bunga kepada kreditur.


c. Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur seberapa likuid perusahaan dalam memenuhi

kewajiban-kewajibannya jangka pendek. Termasuk dalam kategori ini adalah:


Current Ratio, yaitu rasio antara harta lancar terhadap kewajiban jangka

pendek
Quick Ratio, yaitu rasio antara harta lancar tanpa persediaan

terhadap kewajiban jangka pendek. Menurut Mahmud dan Halim, (2003, 75)

pengukuran kinerja keuangan meliputi rasio-rasio berikut :


a. Rasio Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih.


b. Rasio Aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan

melihat tingkat aktivitas aset.


c. Rasio Solvabilitas mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.


d. Rasio Profitabilitas mengukur seberapa kemampuan perusahaan

menghasilkan laba (Profitabilitas).


e. Rasio Pasar mengukur perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap

nilai pasar.
Pada dasarnya analisis rasio keuangan dikelompokkan ke dalam empat

macam kategori, yaitu (Hanafi; 2003: 77-88):


a. Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan

dengan melihat aktiva lancar perusahan relatif terhadap hutang lancarnya

(hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Biasanya rasio yang

digunakan adalah current ratio, cash ratio, dan net working capital to total asset

ratio.
16
b. Rasio Leverage (Solvabilitas)
Rasio ini untuk digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak

solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan

total asetnya. Rasio Leverage yang bisaanya digunakan seperti debt to total

asset ratio, total debt to total capital asset ratio, total debt to equity ratio, long

term debt to equity ratio, dan lain-lain.


c. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat beberapa aset kemudian menentukan beberapa tingkat

aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang

rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengahkibatkan semakin

besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Beberapa

rasio yang digunakan misalnya: total asset turn over ratio, receivable turn over

ratio, inventory turn over ratio, dan sebagainya.


d. Rasio Keuntungan (Profitabilitas)
Rasio ini memberikan gambaran tentang kemampuan suatu perusahaan

untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset,

dan modal saham tertentu pada periode tertentu. Beberapa rasio yang sering

digunakan adalah gross profit margin, net profit margin, return on total asset

(ROA), dan sebagainya (Sadarachman diambil dari Hanafi; 1995: 262).


Dari berbagai penjelasan mengenai pengukuran kinerja keuangan maka

dapa diuraikan, rasio keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam

laporan keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar

untuk memprediksi laba bersih dan dividen pada masa yang akan datang. Cara

yang digunakan untuk mendukung prediksi tersebut adalah dengan

menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis tersebut dihubungan

antara komponen keuangan yang satu dengan komponen keuangan yang lain.
17
Pada umumnya, hubungan tersebut dilihat dari rasio antara komponen-

komponen keuangan yang satu dengan yang lain. Dalam konteks manajemen

keuangan, analisis tersebut dikenal dengan analisis rasio keuangan. Analisis

rasio ini berguna untuk membandingkan kinerja perusahaan yang satu dengan

perusahaan yang lain atau membandingkan kinerja satu perusahaan pada

tahun ini dengan tahun yang lainnya.

3. Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan

Menurut Munawir (2012:31) menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran

kinerja keuangan perusahaan adalah:

a. Mengetahui tingkat likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat

ditagih.

b. Mengetahui tingkat solvabilitas

Solvabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya apabia perusahaan tersebut dilikuidasi,

baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Mengetahui tingkat rentabilitas

Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama

periode tertentu.

d. Mengetahui tingkat stabilitas

Stabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan

usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan


18
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta

membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja

keuangan memberikan penilaian atas pengelolaan aset perusahaan oleh

manajemen dan manajemen perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi

dan tindakan perbaikan atas kinerja keuangan perusahaan yang tidak sehat.

C. Market Value Added (MVA)

1. Pengertian Market Value Added (MVA)

Menurut Brigham dan Houston (2006:68), Market Value Added (MVA)

adalah perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas

modal investor yang telah diberikan.

Menurut Steward (Rahayu, 2007: 32), Market Value Added (MVA)

adalah suatu pengukur kinerja yang tepat untuk menilai sukses tidaknya

perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemiliknya. Jadi, kekayaan

atau kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah

bila Market Value Added (MVA) bertambah. Peningkatan Market Value Added

(MVA) dapat dilakukan dengan cara meningkatkan Economic Value Added

(EVA) yang merupakan pengukuran internal kinerja operasional tahunan,

dengan demikian Economic Value Added (EVA) mempunyai hubungan yang

kuat dengan Market Value Added (MVA).

Melani (2007:44) menerangkan Market value added (MVA) merupakan

selisih antara nilai perusahaan (enterprise value) yang merupakan nilai saham

beredar ditambah dengan utang dan jumlah modal (capital) yang ditanamkan.

Capital merupakan modal sendiri dan utang setelah penyesuaian (adjustment)


19
penyesuaian dilakukan untuk merefleksikan kondisi ekonomi baik atas hasil

usaha (laba) maupun modal, penyesuaian yang dilakukan, misalnya kelebihan

kas dikeluarkan dari modal, amortisasi goodwill ditambahkan dikeluarkan dari

modal, biaya bunga dikeluarkan dalam menghitung laba usah. Bagi

perusahaan yang terdaftar di bursa, harga saham bisa dipergunakan sebagai

acuan. Kemakmuran pemegang saham dapat dimaksimumkan dengan

memaksimumkan perbedaan antara lain pasar ekuitas dengan ekuitas (modal

sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh para pemegang saham (pemilik

perusahaan). Perbedaan ini disebut dengan Market value Added (MVA) yang

dirumuskan dengan :

MVA = Nilai pasar saham Modal sendiri yang disetor oleh pemegang saham
= (Jumlah saham beredar) (Harga saham) Total modal sendiri

Nilai tambah Pasar (MVA) Market Value Added didefinisikan sebagai

jumlah dimana nilai total perusahaan telah terapresiasi di atas jumlah nilai uang

yang senyatanya diinvestasikan ke dalam perusahaan oleh pemegang saham.

Nilai tambah pasar sama dengan harga saham perusahaan saat ini dikalikan

dengan jumlah lembar saham yang dikeluarkan dikurangi investasi pemilik

saham (modal disetor); ini mewakili nilai yang telah ditingkatkan/ditambahkan

pada kekayaan pemegang saham oleh manajemen dalam mengelola bisnis

(Raharjo, 2007:133).

2. Kelebihan Market Value Added (MVA)

Market Value Added (MVA) sebagai salah satu alat ukur kinerja keuangan

dan penilaian kinerja perusahan. Adapun kelebihan market value added yaitu :
20
a. Kelebihan MVA menurut Baridwan dan Legowo (2002:139), MVA

merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan

analisis trend sehingga bagi pihak manajemen dan penyedia dana akan lebih

mudah dalam menilai kinerja perusahaan.

b. Menurut Zaky & Ary (2002:139) MVA merupakan ukuran tunggal dan

dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis trend maupun norma

industri sehingga bagi pihak manajemen dan penyedia dana akan lebih mudah

dalam menilai kinerja perusahaan.

c. Menurut Napitupuluh (2008:31) kelebihan Market value added yaitu:

Penerapan MVA dalam perusahaan dapat menggambarkan prospek yang

menguntungkan atas investasi. Nilai MVA dapat menjadi metode perhitungan

dalam menganalisa kekayaan dimasa yang akan datang.

3. Kekurangan Market Value Added (MVA).

Selain memiliki kelebihan, Market Value juga memiliki kekurangan.

Menurut Napitupuluh (2008:31) kelemahan Market value added (MVA) yaitu:

a. Metode Market value added mengabaikan kesempatan biaya modal yang

diinvestasikan dalam perusahaan.


b. Metode Market value added hanya dapat diamati pada tingkat atas

sehingga tidak dapat diterapkan pada divisi operasi.


c. Market value added mengabaikan distribusi kekayaan kepada shareholder

dan juga
d. mengabaikan kontribusi mereka.

Market value added (MVA) hanya diaplikasikan pada perusahaan yang sudah

go public saja, hal itu merupakan kelemahan Market value added (MVA)

(Baridwan dan Legowo, 2002:139) sama halnya dengan Zaky & Ary (2002 :

139).
21
4.Pengukuran Market Value Added

Menurut Winarto (2005:5) langkah yang harus ditempuh dalam

menghitung nilai MVA adalah:

a. Menghitung jumlah saham yang beredar

b. Menghitung nilai pasar saham = harga pasar saham x jumlah saham yang

beredar

c. Menghitung nilai buku ekonomis per lembar saham = EPS/ROE

d. Menghitung nilai buku saham = nilai buku per lembar x jumlah saham yang

beredar

e. Menghitung Market Value Added( MVA) = nilai pasar saham nilai buku

saham

f. MVA (Market Value added) dapat bernilai positif maupun negatif. MVA positif

(MVA>0) jika nilai pasar perusahaan lebih besar dari modal yang

diinvestasikan, hal ini berarti kekayaan telah mampu diciptakan. sebaliknya

MVA negatif (MVA<0) jika nilai pasar perusahaan lebih kecil dari modal yang

diinvestasikan, berarti kekayaan telah dimusnahkan.

Perhitungan Market Value Added (MVA) adalah sebagai berikut

(Brigham dan Gapenski, 1999) :

Market Value Added (MVA) = Market value of equity Equity capital supplied

By Shareholder Market Value Added

= Nilai pasar Modal diinvestasikan

Market Value Added (MVA) = (Market value Book value) x shares

outstanding
22
Berdasarkan formula diatas, kekayaan atau kesejahteraan pemilik akan

bertambah jika MVA bertambah. Nilai pasar perusahaan merupakan nilai pasar

terhadap keseluruhan tuntutan terhadap aktiva perusahaan, yaitu berupa

ekuitas, bunga minoritas dan hutang.

Nilai pasar perusahaan = nilai pasar saham biasa + bunga minoritas +

hutang jangka pendek + hutang jangka panjang + hutang jangka panjang lain

Untuk menghitung nilai MVA, langkah yang harus ditempuh:

a. Menghitung jumlah saham yang beredar (the number of share outstanding)

b. Menghitung harga pasar saham (share price)

c. Menghitung nilai buku ekonomis per lembar saham (economic book value

per share)

d. Menghitung MVA

e. Untuk menghitung nilai buku ekonomis per lembar saham digunakan

f. perhitungan sebagai berikut :

g. Nilai buku ekonomis per lembar saham

h. = (EAT / the number of share outstanding) / (EAT / Equity)

i. = (EAT / the number of share outstanding) X (Equity / EAT)

j. = EPS / ROE

Pengukuran Market Value Added menurut Young OByrne (2001:26)

menyatakan bahwa Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai

pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang ) dan modal keseluruhan yang

diinvestasikan dalam perusahaan.

Market Value Added = nilai pasar - modal yang diinvestasikan


23
Market Value Added (MVA) = (nilai pasar dari ekuitas + nilai pasar dari utang +

bunga minoritas (modal yang diinvestasikan).

Nilai Market Value Added dapat dihitung dengan rumus :

Market Value Added (MVA) = Nilai pasar Ekuitas Modal ekuitas yang

diinvestasikan investor

Market Value Added (MVA) t = P t .Q t - P 0.Q t

Keterangan:

P t = Harga pasar saham per lembar

Q t = Jumlah lembar saham yang beredar pada tahun t

P 0 = Harga pasar saham per lembar saat penawaran perdana

Tolok ukur Market Value Added adalah:

a. MVA positif, berarti pihak manajemen perusahaan telah mampu

meningkatkan kekayaan perusahaan dan para pemegang saham atau bisa

dikatakan kinerja perusahaan tersebut sehat.

b. MVA negatif, berarti pihak manajemen tidak mampu atau telah menurunkan

kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham, atau bisa

dikatakan bahwa kinerja perusahaan tidak sehat.

menurut Brigham (2011:67), perhitungan market value added (MVA)

secara umum yaitu:

Market value added (MVA) = nilai pasar dari saham - ekuitas modal

Yang diberikan pemegang saham, atau

= (saham beredar) x (harga saham) total

Equitas saham biasa


24
Rumus Invested capital = Total Hutang dan ekuitas Hutang jangka
Pendek tanpa bunga
Market value of equity atau nilai pasar ekuitas adalah pendekatan dari nilai

pasar, total hutang dan kapitalisasi modal sebuah perusahaan. Karena harga

pasar ekuitas ini tidak tersedia secara lengkap dalam laporan keuangan

perusahaan, maka dapat dihitung dengan :

Market Value Added (MVA) = (Harga per lembar saham x jumlah

Saham total equitas saham

Jumlah saham yang dimaksud adalah jumlah saham yang disetor dan

ditempatkan (outstanding share) dan harga perlembar saham adalah

harga penutupan (closing price) dibursa. Namun untuk mendapatkan nilai

MVA yang akurat maka masing-masing komponennya disesuaikan terlebih

dahulu, dengan komponen-komponen yang berkaitan didalamnya. Market

Value merupakan pendekatan Fair Market Value akan seluruh kapitalisasi

debt dan equity perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas memberi kesimpulan bahwa pengukuran Market

Value Added (MVA), mencerminkan saham publik pada saat substraksi harga

saham dan nilai buku saham ekonomi masing-masing saham. Market value

added bisa menjadi referensi yang lebih baik bagi para pemegang saham

karena mempertimbangkan apakah perusahaan dapat memberi keuntungan

atau kerugian terhadap modal yang diinvestasikan. Pemegang saham dapat

menghitung penambahan atau pengurangan nilai sebenarnya dari kondisi

sebenarnya perusahaan dengan metode Market Value Added (MVA).


25
D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu di peroleh dari beberapa penelitian yang telah di

ajukan dan beberapa penelitian terdahulu memberikan hasil yang bermacam-

macam mengenai nilai MVA dari nilai positif dan nilai negatif , sehingga dapat

menjadi acuan dan pertimbangan bagi penyusun.

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variable Hasil Penelitian


Penelitian
Analisis Kinerja Hasil perhitungan pada
Keuangan Perusahaan Telkom diketahui EVA bernilai
dengan Menggunakan positif dan mengalami
Wahyudi Pendekatan Economic EVA dan kenaikan setiap tahunnya.
(2008) Value Added (EVA) MVA Sementara, MVA juga
dan Market Value bernilai positif dan mengalami
Added (MVA) periode kenaikan di setiap tahunnya
tahun 2005-2007
Analisis Kinerja Kesimpulan analisis EVA
Keuangan dengan Alat bernilai negatif di tahun 2005
Ukur EVA dan MVA dan 2008. Sementara MVA di
tahun 2008 saja yang
pada PT. Indosat Tbk
menunjukkan angka negatif.
Sehingga di tahun tersebut
perusahaan mengalami
kegagalan dalam
Yurinov EVA dan
meningkatkan nilai tambah
(2010 MVA bagi perusahaan maupun
pemegang saham.
Budihartih (2006) meneliti
tentang analisis kinerja
keuangan PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk.
2004-2005
Analisis Kinerja Peneliti menyimpulkan pada
Perusahaan dengan penelitian yang dilakukan
Menggunakan Metode terhadap PT. Bank mandiri
Misdiyono Economic Value Tbk., PT. Bank Central Asia
(2012) Added (EVA) dan EVA dan Tbk., Bank Negara Indonesia
Market Value Added MVA Tbk., PT. Bank Rakyat
(MVA) Periode 2008- Indonesia Tbk., dengan
2010. menggunakan MVA
26
Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Keempat perusahaan
perbankan dengan asset
terbesar memiliki nilai yang
positif selama 3tahun
berturut-turut. Keadaan ini
menunjukkan bahwa
perusahaan berhasil
menciptakan nilai bagi prmilik
modal.

Pendekatan EVA Kesimpulan penelitian ini


(Economic Value menjelaskan bahwa Bank
Added) dan MVA Mandiri, BNI dan BRI pada
(Market Value Added) tahun 20082010 ada
pada Bank BUMN kecenderungan menciptakan
Tamba yang go public EVA dan nilai tambah ekonomi yang
(2012) MVA positif bagi perusahaan
masingmasing. Sementara
nilai pasar saham pada Bank
Mandiri, BNI dan BRI pada
umumnya masing-masing
Bank memberikan kekayaan
yang substansial bagi
pemegang saham.

Penelitian Wahyudi (2008) Hasil perhitungan pada Telkom diketahui EVA

bernilai positif dan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Sementara, MVA juga

bernilai positif dan mengalami kenaikan di setiap tahunnya. Sedangkan

Yurinov (2010) Kesimpulan analisis EVA bernilai negatif. Sementara MVA di

tahun 2008 saja yang menunjukkan angka negative. Misdiyono (2012) dengan

menggunakan pendekatan EVA dan MVA memiliki nilai yang positif selama 3

tahun berturut-turut.Tamba (2012) Kesimpulan penelitian ini menjelaskan

bahwa ada kecenderungan menciptakan nilai tambah ekonomi yang positif

bagi perusahaan masingmasing. Sementara nilai pasar saham pada Bank


27
Mandiri, BNI dan BRI pada umumnya masing-masing Bank memberikan

kekayaan yang substansial bagi pemegang saham

E. Kerangka Pikir

Dalam merumuskan hipotesis diperlukan kerangka konseptual dan

berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu serta permasalahan yang

telah dikemukakan, PT.Astra international Tbk dengan menilai kinerja

keuangan menggunakan Market Value Added, maka digambarkan kinerja

keuangan analisa Market Value Added (MVA), maka penulis menyusun

kerangka konseptual sebagai berikut :

Market Value Added (MVA) Kinerja Keuangan

Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Peningkatan Kinerja Keuangan Dengan Market


Value Added (MVA)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

pada perusahaan yang telah go public yakni PT. Astra Internasional Tbk, studi

kasus adalah suatu inkuiri yang menyelidiki fenomena di dalam konteks

kehidupan nyata bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak

tampak dengan tegas dan dimana multi sumber bukti dimanfaatkan.

Penjelasan atas hasil penelitian ini dikategorikan jenis penelitian tipe deskriptif

dimana Sugiyono (2009:21) menjelaskan penelitian deskriptif merupakan

metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil

penelitian tetapi tidak untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di PT. Astra International. Waktu yang digunakan

dalam penelitian ini selama 6 bulan, yaitu Januari 2017 Juni 2017

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data.

a. Teknik wawancara, menurut Esterberg dalam sugiyono (2013:231)

wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna

dalam suatu topik tertentu.

b. Teknik pengamatan/ observasi, Sutrisno Hadi (2013:145)

mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang

28
29

kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai biologis dan

psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan,

c. Teori dokumentasi, Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang

berbentuk lisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life

histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-

lain.Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat

berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif.

d. Triangulasi, dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan

sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

D. Jenis dan Sumber Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian

ini maka metode yang digunakan adalah :

1. Jenis Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan

kuantitatif

a. Menurut Muhadjir (1996:2) data kualitatif, yaitu data yang disajikan

dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka, yang termasuk
30

dalam penelitian ini yaitu gambaran umum obyek penelitia, meliputi:

sejarah singkat berdirinya, letak geografis obyek, Visi dan Misi,

struktur organisasi dan lain-lain.

b. Menurut Sugoiyono (2010:15) data kuantitatif adalah jenis data yang

dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa informasi

atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk

angka.

2. Sumber Data

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis menggunakan data sekunder dan data

primer yaitu :

a. Data sekunder yang berasal dari dua sumber yaitu, yang pertama

melalui website resmi perusahaan yakni www.astra.co.id untuk

mendapatkan laporan keuangan triwulan PT. Astra International Tbk periode

2012 2016. Sedangkan sumber yang kedua yaitu adalah laporan tahunan

(annual report), data saham beserta IHSG di BEI selama periode penelitian

yaitu tahun 2012 2016, buku-buku literatur, jurnal, artikel dan tulisan-

tulisan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

b. Data primer, yaitu berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan jumlah

Invested capital dan Market Value Added (MVA).

D. Metode Analisis dan Pengujian Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan

Market value added (MVA) menurut Brigham (2011:67) dirumuskan sebagai

berikut :

Market value added (MVA) = nilai pasar dari saham - ekuitas modal yang

diberikan pemegang saham, atau


31

= (saham beredar) x (harga saham) total

ekuitas saham biasa

Rumus invested capital = Total Hutang dan ekuitas Hutang jangka


Pendek tanpa bunga

Berdasarkan formula di atas, kekayaan atau kesejahteraan pemilik akan

bertambah jika MVA bertambah. Jika MVA positif berarti manajer berhasil

menciptakan nilai tambah bagi perusahaan sebaliknya jika MVA negatif maka

manajer gagal menciptakan nilai tambah bagi perusahaan sehingga gagal

meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.

Tabel 3. 1 Tingkat Kondisi Market Value Added (MVA)

Tingkat kondisi Market Value added (MVA)


- Perusahaan belum mencapai nilai
tambah bagi pemegang saham
Market Value added 0 Perusahaan tidak meningkatkan
(MVA) kekayaan bagi pemegang saham
+ Perusahaan meningkatnya nilai
tambah bagi pemegang saham
Sumber : Zaky (2002 : 139)

E. Definisi Operasional Variabel

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan,

maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu

penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel.

Secara lebih rinci, operasionalisasi variabel penelitian adalah Kinerja

keuangan dengan menggunakan Market Value Added pada PT. Astra

International Tbk. Hartono(2013:191), menjelaskan yang dimaksud dengan

definisi variabel adalah definisi dalam bentuk kalimat untuk menjelaskan makna

dan arti dari suatu variabel penelitian. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah variabel terikat (X) dan variabel bebas (Y).
32

Defenisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Kinerja keuangan adalah pencapaian prestasi PT. Astra International Tbk

pada suatu periode yang menggambarkan kondisi kesehatan keuangan

perusahaan dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.

2. Market Value Added adalah perbedaan modal yang ditanamkan di PT. Astra

International Tbk. sepanjang waktu dari investasi modal, pinjaman, laba ditahan

dan uang yang bisa diambil sekarang atau sama dengan selisih diantara nilai

buku dengan nilai pasar perusahaan.


BAB IV
SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan

PT. Astra International. Tbk (Perseroan) didirikan pada tahun 1957 di

Bandung dan dikelola serta dipimpin oleh William Soeryadjaja, Tjien Kian Tie

dan Liem peng Hong. Pada tahun 1965 PT. Astra International memusatkan

kantor pusatnya di Jakarta, dan kantor Bandung dijadikan sebagai cabang

pertama, dengan nama PT. Astra Incorporated. Perseroan berdomisili di

jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat di jl. Gaya Motor Raya No.8, Sunter

II, Jakarta. PT.Astra International resmi berdiri secara hukum dan disahkan di

hadapan Notaris Sie kwan Djioe dengan akte notaris No.67 tanggal 20

februari1957 di Jakarta, dan dalam keputusan menteri kesehatan RI

No.J.A/53/5 tanggal 1 juli 1957 dan terdaftar di paniteran pengadilan negeri di

Jakarta serta di umumkan dalam tambahan no.01117 berita Negara RI No.85

tanggal 22 oktober 1957.

Perusahaan ini awalnya bergerak dibidang usaha permobilan, yaitu

Toyota, Daihatsu, Isuzu, Nissan Truck, dan pada bidang lainnya seperti :

1. PT.Federal, bergerak di bidang pemasaran sepeda motor Honda dan

sepeda Federal .

2. United Traktor, bergerak di bidang usaha mesin berat pertanian seperti ;

Traktor, Messey Ferguson, Sumitomo, Link Belt dan lain-lain.

3. Bidang usaha perkantoran dan perdagangan mesin Foto Copy Xerox,

minyak pelumnas dan specialis Caltex.

4. Astra Argo bergerak dibidang usaha pertanian, perkebunan dan perkayuan.

33
34

Pada tahun 1969 mulai mengalihkan usaha impor alat-alat berat dan

barang-barang teknik. Makin luasnya usaha tersebut dikarenakan PT.astra

makin memperoleh kepercayaan dari para investor luar negeri untuk

memasarkan produk-prodyk otomotif. Pada tahun 1990, Perusahaan

mengubah namanya menjadi PT. Astra International Tbk. Sesuai dengan pasal

3 Anggaran dasar perseroan, Ruang lingkup perseroan adalah Perdagangan

umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian,

pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama anak

perusahaan meliputi perakitan dan penyaluran mobil , sepeda motor berikut

suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat-alat berat , pertambangan

dan jasa terkait, pengebangan dan jasa terkait pengembangan perkebunan.

PT. Astra Intenational Tbk atau lebih dikenal dengan Astra Group ini telah

tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 April 1990. Saat ini mayoritas

Kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Jardine Cycle dan Carriage, Singapura.

PT.Astra International Tbk merupakan suatu badan usaha swasta yang

juga merupakan perusahaan public,yang kini memiliki enam divisi,yaitu:

1. Vehicle Division
2. Heavy Equipment Division
3. Property Division
4. Resources Division
5. Finance division
6. System Division
Divisi-divisi yang memasarkan produk astra kemudian satu persatu

memisahkan diri dan berkembang dan juga memiliki cabang di daerah.


35

B. Jenis Usaha

Jenis usaha yang bekerja sama di PT. Astra International Tbk.TSO

antara lain Leasing dan Asuransi jiwa.

1. Leasing

a. Astra Credit Company atau di singkat ACC

ACC terdiri dari 5 perusahaan multifinance yang paling besar adalah

PT.General Astra Sedaya Finance . ACC menyediakan pembiayaan untuk

pembelian kendaraan baru dan bekas Dibentuk melalui hubungan dengan

otomatis jaringan distribusi utama di seluruh Indonesia.

b. Federal International Finance atau disingkat FIF

FIF sebagai perusahaan pembiayaan sepeda motor terdepan, menanggapi

kebutuhan tersebut dengan memperkenalkan skema pembiayaan dan

mudah terjangkau tapi mampu memberikan keuntungan yang maksimal dan

nyaman bagi jutaan pemilik sepeda motor di seluruh negeri.

2. Asuransi Jiwa

a. Garda Oto

Garda Oto menyediakan dua macam kondisi perlindungan atas kendaraan

bermotor atau roda empat. Commonwealt lifeDulunya adalah Astra

CMG/Astra CMG life. Perusahaan asuransi jiwa dengan nama Astra Jardine

. Astra CMG merupakan joint venture antara Astra Internasional dan Bank

Commonwealt Australia. Astra CGM juga bekerja sama dengan Citibank,

Permata Bank, Bank NISP, Bank Commonwealt, Bank Ekonomi dan Bank

Danamon dalam programBancasurrance Astra CMG lift.


36

C. Anak Perusahaan PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk.

Divisi usaha dan anak perusahaan antara lain terdiri dari :

1. Otomotif

Anak perusahaan PT. Astra international Tbk. Dalam bidang ini adalah

a. Kendaraan roda empat, terdiri dari:

1. PT. Astra Daihatsu Motor

2. PT. Isuzu Astra Motor Indonesia

3. PT. Toyota Astra Motor Indonesia

b. Kendaraan roda dua terdiri dari anak perusahaan PT. Astra Honda Motor

c. Komponen yang ada di anak perusahaan PT. Astra International Tbk yaitu

PT Astra Otoparts Tbk

2. Jasa Keuangan

Jasa keuangan PT. Astra International Tbk dalam bidang ini adalah

a. Pembiayaan Mobil, terdiri dari :

1. PT Astra Sedaya Finance

2. PT Toyota Astra Financial Services

b. Pembiayaan sepeda motor, terdiri dari anak perusahaan PT federal

International Finance

c. Pembiayaan alat berat, terdiri dari :

1. PT Komatsu Astra Finance

2. PT Surya Artha Nusantara Finance

d. Asuransi Umum, terdiri dari anak perusahaan PT Asuransi Astra Buana

e. Asuransi Jiwa, terdiri dari anak perusahaan PT Astra Aviva Life

f. Jasa Perbankan terdiri dari PT Bank Permata Tbk


37

3. Alat Berat Dan Pertambangan

Alat berat dan Pertambangan pada PT Astra International Tbk dalam bidang

ini adalah

a. Produk dan jasa mesin konstruksi, terdiri dari :

1. PT United Tractors Tbk


2. PT Traktor Nusantara
b. Kontraktor Penambangan, terdiri dari anak perusahaan PT Pamapersada

Nusantara

c. Pertambangan Batu bara, terdiri dari anak perusahaan PT Tuah Turangga

Agung

d. Industri Konstruksi, terdiri dari anak perusahaan PT Acset Indonusa

4. Agri Bisnis

Agribisnis dalam perusahaan PT Astra International Tbk adalah dalam

bidang kelapa sawit yaitu anak perusahaan PT Agro Lestari Tbk.

5. Infrastruktur dan Logistik

Infrastruktur dan logistik dalam perusahaan PT Astra International Tbk

adalah :

a. Infrastruktur umum, yang terdiri dari anak perusahaan PT Astratel

Nusantara

b. Logistik, terdiri dari anak perusahaan PT serasi Auto raya

c. Jalan Tol, terdiri dari :

1. PT Marga Mandala Sakti


2. PT Marga Trans Nusantara
3. PT Margaharjaya
d. Pengelola air bersih, Terdiri dari anak perusahaan PT PAM Lyyonaise Jaya

e. Pelabuhan, terdiri dari anak perusahaan PT Pelabuhan Penajam BanuaTaka


38

6. Informasi Teknologi

Informasi teknologi dalam perusahaan PT. Astra International Tbk adalah

a. Solusi Dokumen, terdiri dari :

1. PT Astra Graphia Tbk

2. PT Astra Graphia Xprins Indonesia

b. Solusi teknologi informasi dan komunikasi, terdiri dari anak perusahaan PT

Astra Graphia Information Technology

7. Properti

Properti dalam perusahaan PT Astra International Tbk adalah

a. Properti komersial, yang terdiri dari anak perusahaan PT Menara Astra

b. Perdagangan properti yang terdiri dari :

1. PT Brahmayasa Bathera
2. PT Astraland Indonesia
3. PT Astra Modern Land

D. Jaringan Distribusi

Dalam mendukung penjualan dan layanan purna jual,TAM dibantu oleh

lima dealer utama yang membawahi dealer-dealer yang tersebar di seluruh

Indonesia. Hingga bulan Desember 2005 telah terdapat 181 outlet dan 101

bengkel resmi. Berikut ini kelima dealer utama yang dibagi berdasarkan

wilayah geografisnya:

a. Auto 2000 merupakan Dealer utama Toyota di wilayah Jakarta,jawa

barat,jawa timur,nusa tenggara timur,bali,Kalimantan,serta sebagian

Sumatra. Auto 2000 Juga sebagai salah satu dealer utama Toyota di

Indonesia dan bertanggung jawab dalam hal sales,service,dan spartpart.


39

b. PT New Ratna Motor merupakan Dealer utama Toyota di wilayah jawa

tengah dan Yogyakarta.

c. NV Hadji Kalla Trd co merupakan Dealer utama Toyota di wilayah Sulawesi

Selatan dan Sulawesi Tenggara.

d. PT Hasjrat Abadi merupakan Dealer utama Toyota di wilayah Sulawesi

utara,Sulawesi tengah,gorontalo,Maluku,ternate,dan papua.

e. PT agung Automall merupakan Dealer utama Toyota di wilayah

Bali,Riau,jambi,Bengkulu dan batam.

E. Produk Yang Dijual di Indonesia

Produk yang dijual dalam perusahaan PT Astra International Tbk dalam

Indonesia adalah

a. Sedan, yang terdiri dari produk antara lain :

1. Starlet
2. Soluna
3. Cressida
4. Vios
5. Dan Lain-Lain
b. Kendaraan penumpang, yang terdiri dari produk antara lain :

1. Yaris
2. Fortuner
3. Kijang inova
4. Kijang
5. Avanza
c. Truk dan kendaraan niaga, yang terdiri dari produk antara lain :

1. Dyna
2. Hilux
3. Kijang pick up
40

F. Tugas Dan Tanggung Jawab

Setiap perusahaan membentuk struktur organisasi yang dimana tugas

dan tanggung jawab setiap posisi pekerjaan serta alur hubungan antara posisi

tersebut serta saling melengkapi. Struktur organisasi berdampak pada

efesiensi dan efektivitas dalam menghasilkan produk dan pada akhirnya akan

berdampak pada nilai perusahaan. Struktur organisasi yang baik merupakan

salah satu syarat keberhasilan untuk menangani kegiatan usaha dalam rangka

pencapaian sasaran perusahaan. Dalam hal ini struktur organisasi Pt Astra

International Tbk. Sebagai berikut :

Skema 1: Struktur Organisasi PT.Astra International Tbk

Struktur Organisasi
PT Astra International Tbk.

Dewan Komisaris Komite Eksekutif

Direksi Komite Audit

Chiep Executive Officer Komite Nominasi dan Remunarsi

Prijono Sugiarto

DIC: Sudirman M.Rusdi Koperasi Astra International Chief:Pongki Pamungkas

DIC: Gunawan Geniushardja Dana Pensiun Astra Chief:Handy A.Halim

Yayasan Astra International Tbk


41

Adapun pembagian tugas masing-masing fungsi dalam struktur organisasi

perusahaan yaitu sebagai berikut :

a. Dewan Komisaris, berkewajiban mengawasi kebijakan kepengurusan yang

ditetapkan oleh direksi dan mengawasi serta memberikan nasihat kepada

Direksi dalam melakukan kepengurusan yang ditetapkan oleh direksi dan

mengawasi serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam melakukan

kepengurusan sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundangan

yang berlaku dengan memperhatikan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance.

b. Tugas dan kewajiban Direksi meliputi, antara lain:

1. Menyusun visi, misi, dan nilai-nilai serta rencana strategis Perseroan

dalam bentuk rencana korporasi (corporate plan) dan rencana kerja

(work plan);

2. Menetapkan struktur organisasi Perseroan, lengkap dengan rincian

tugas

3. setiap divisi dan unit usaha;

4. Mengendalikan dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki

Perseroan secara efektif dan efisien;

5. Membentuk sistem pengendalian internal dan manajemen

risiko

6. Perseroan

7. Melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan Perseroan;

8. Mengelola daftar pemegang saham dan daftar khusus;


42

9. Menyusun dan menyediakan laporan keuangan berkala dan

laporan tahunan Perseroan;

10. Menyusun dan menyampaikan informasi material kepada publik;

11. Menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS luar biasa sesuai

dengan

12. Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundangan yang terkait.

c. Komite Eksekutif, Komite Audit dan Komite Nominasi adalah komite

independen yang dibentuk oleh Dewan Komisaris ('BOC') dan bertanggung

jawab kepada Dewan Komisaris. Fungsi utamanya adalah untuk membantu

Dewan Komisaris dalam memenuhi tanggung jawab pengawasan atas

metodologi dan proses pelaporan keuangan, audit manajemen risiko dan

kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku dan penerapan tata

kelola perusahaan di perusahaan.


BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Beberapa analisis rasio yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu

dalam menilai kinerja keuangan Astra memberikan penilaian bahwa selama

periode 2012-2016 Astra memiliki kinerja yang semakin membaik setiap

tahunnya. Adapun pengukuran kinerja keuangan dengan analisis rasio

dipandang kurang efektif karena berpedoman pada data akuntansi yang

bersifat sebagai data historis dan memiliki berbagai kelemahan. Salah satu

kelemahan atas data akuntansi yang paling sering dikeluhkan yakni rawannya

pengaruh tindakan manajemen laba yang berakibat pada ketidakakuratan

sebuah data untuk diolah. Hal tersebut dikarenakan jika dalam

membandingkan kinerja berbagai perusahaan dimana setiap perusahaan

berbeda jenis perlakuan atas akuntansi maupun praktik manajemen laba yang

digunakan maka akan menghasilkan hasil analisis yang tidak relevan.

Berdasarkan perkembangan dalam dunia penelitian di bidang ekonomi

ditemukan sebuah konsep pengukuran yang dipandang lebih baik dari

pengukuran-pengukuran seperti yang disebutkan sebelumnya yakni penilaian

kinerja keuangan metode Market Value Added (MVA). MVA yang merupakan

pengukuran dengan konsep value based measure memiliki keunggulan

dibanding pengukuran yang lain disebabkan telah memadukan penggunaan

data - data keuangan serta nilai pasar perusahaan yang telah sesuai dengan

konsep akuntansi saat ini yakni berpedoman pada konsep fair value. MVA

merupakan satu ukuran tunggal dan mampu berdiri sendiri untuk menilai

43
44

kinerja keuangan perusahaan tanpa memakai analisis trend ataupun data

pembanding seperti standar industri pada analisis rasio keuangan. MVA

termasuk ukuran yang paling efektif dan mudah digunakan dalam

menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah

bagi perusahaan dan kekayaan pemegang saham.

Pengukuran MVA sangat memperhitungkan nilai pasar yang

diperoleh dari perkalian antara saham yang beredar dengan harga saham

perusahaan serta nilai ekuitas modal pemegang saham yang dirumuskan

dengan nilai invested capital. Saham beredar yang dimiliki Astra setiap

tahunnya selalu tetap, tetapi harga saham Astra yang diketahui meningkat di

tahun 2013-2014 ternyata kemudian menurun di 2014-2015 yakni sebesar Rp

7.425 kemudian menjadi Rp 6.000 akan berpengaruh menurunnya nilai

MVA. Sementara nilai ekuitas Astra selama periode 2012-2016 yang selalu

mengalami peningkatan dan penurunan besar setiap tahunnya, namun di tahun

2016 mengalami peningkatan dan diikuti hutang jangka pendek tanpa bunga

yang ikut meningkat menyebabkan nilai invested capital perusahaan pun juga

ikut meningkat di setiap tahun.

. Adapun pengukuran dengan konsep MVA atas kinerja keuangan PT.

Astra International Tbk. dapat dijelaskan secara terperinci melalui beberapa

tahapan sebagai berikut:

1. Menentukan Invest Capital

Invested capital digunakan dalam melihat besarnya capital yang

diinvestasikan oleh pemegang saham dalam perusahaan. Hal tersebut

menunjukkan besarnya nilai yang ditanam oleh investor di dalam perusahaan

melalui pembelian surat berharga seperti saham yang diterbitkan


45

oleh perusahaan. Invested capital dapat diperoleh dari selisih total ekuitas

dengan hutang jangka pendek tanpa bunga. Jika nilai selisih semakin

besar menunjukkan jumlah modal yang diinvestasikan semakin besar dan

memiliki tujuan terhadap perusahaan agar memberikan return yang tinggi

sesuai harapan investor. Tabel 5.1 menjelaskan perhitungan nilai invested

capital Astra yang dirumuskan sebagai berikut:

Invested capital = Total Hutang dan Ekuitas Hutang jangka pendek

Tanpa bunga

Tabel 5. 1 Perhitungan Invested Capital PT. Astra Internasional Tbk.Tahun


2012-2016

Total hutang dan ekuitas (Milyaran Hutang jangka pendek tanpa bunga
Tahun
Rupiah) (Rupiah)
2012 182.274 54.178
2013 213.994 71.139
2014 236.029 73.523
2015 245.435 76.242
2016 261.855 89.079
Sumber: www.idx.co.id

Invested Capital 2012 = Total hutang dan ekuitas Hutang jangka pendek

= 182.274 54.178

= 128.096

Invested capital 2013 = Total Hutang dan equitas Hutang jangka pendek

= 213.994 71.139

= 142.855

Invested capital 2014 = Total Hutang dan equitas Hutang jangka pendek

= 236.029 73.523

= 162.506

Invested Capital 2015 = Total Hutang dan equitas Hutang jangka pendek

= 245.435 76.242
46

= 169.193

Invested Capital 2016 = Total Hutang dan equitas Hutang jangka pendek

= 261.855 89.079

= 172.776

2. Menentukan Market Value Added (MVA)

Market Value Added (MVA) dapat menyatakan besaran yang langsung

mengukur penciptaan nilai. Penciptaan suatu nilai ditujukan bagi para

pemegang saham sesuai dengan konsep MVA yaitu memaksimumkan

kesejahteraan pemegang saham yang dilakukan dengan memaksimumkan

selisih antara nilai pasar atas ekuitas (market value of equity) dengan

jumlah yang ditanamkan investor ke dalam perusahaan (invested capital).

Adapun lebih mudahnya pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2 yang

menggunakan rumus perhitungan MVA sebagai berikut :

MVA = (Saham beredar) x (Harga saham) Invested Capital

Dimana : Harga saham yang digunakan adalah closing price di akhir tahun.

Tabel 5. 2 Perhitungan MVA PT.Astra International Tbk. Tahun 2012-2016

Tahun Saham Beredar


Harga
Invested Capital (Rp)
(MVA)
Saham (Rp)
2012 40.483.553.140 7600 128.096.000.000.000 179.579.003.864.000
2013 40.483.553.140 6800 142.855.000.000.000 132.443.161.352.000
2014 40.483.553.140 7425 162.506.000.000.000 138.084.382.064.500
2015 40.483.553.140 6000 169.193.000.000.000 70.708.318.840.000
2016 40.483.553.140 8275 172.776.000.000.000 162.225.402.233.500
Sumber: www.idx.co.id

Market value added (MVA) 2012 = (Saham beredar) x ( Harga saham)


Invested capital
= (40.483.553.140) x (7600)
128.096.000.000.000
= 179.579.003.864.000,00
47

Market value added (MVA) 2013 = (Saham beredar) x (Harga saham)


Invested capital
= (40.483.553.140) x (6800)
142.855.000.000.000
= 132.433.161.352.000,00

Market value added (MVA) 2014 = (Saham beredar) x (Harga saham)


Invested Capital
= (40.483.553.1400 x (7425)
162.506.000.000.000
= 138.084.382.064.500,00

Market value added (MVA) 2015 = (Saham beredar) x (Harga saham)


Invested capital
= (40.483.553.140) x (6000)
172.193.000.000.000
= 70.708.318.840.000,00

Market value added (MVA) 2016 = (Saham beredar) x (Harga saham)


Invested capital
= (40.483.553.140) x (8275)
172.776.000.000.000
= 162.225.402.233.500,00

B. Pembahasan

Berdasarkan perhitungan atas nilai MVA pada PT. Astra Internasional

Tbk. di tahun 2012, Astra memiliki nilai MVA > 0 yakni sebesar Rp.

179.579.003.864.000 yang berarti perusahaan dalam tahun tersebut telah

mampu mensejahterakan para pemegang saham dengan menciptakan nilai

tambah bagi perusahaan dan merupakan nilai MVA terbesar dibandingkan

tahun lain yang menggambarkan bahwa perusahaan dikatakan telah

memberikan return sesuai harapan investor dan berakibat respon positif minat

pasar atas perusahaan. Nilai MVA di tahun 2013 Astra juga menunjukkan
48

angka > 0 sebesar Rp. 132.443.161.352.000 memiliki pengertian bahwa

jumlah dimana nilai total perusahaan telah terapresiasi di atas jumlah nilai uang

yang senyatanya diinvestasikan ke dalam perusahaan oleh pemegang saham.

Pada tahun 2014 nilai MVA Astra masih > 0 yakni sebesar Rp.

138.084.382.064.500 dan dimana MVA pada tahun ini tetap mengalami

peningkatan sama halnya dengan tahun sebelumnya. Di tahun 2015 Astra

tetap memiliki nilai MVA > 0 dengan jumlah sebesar Rp. 70.708.318.840.000.

Perhitungan MVA Astra di tahun 2016 juga menghasilkan nilai MVA > 0 sebesar

Rp. 162.225.402.233.500.00 yang memiliki arti bahwa nilai yang telah

ditingkatkan/ ditambahkan pada kekayaan pemegang saham oleh manajemen

dalam mengelola bisnis telah berhasil, sehingga manajer suatu perusahaan

dikatakan sukses meningkatkan kinerja perusahaan dengan menginvestasikan

modal yang sudah dipercayakan kepada perusahaan dan akhirnya

memberikan kemakmuran bagi pemegang saham.

Nilai MVA dari tahun ke tahun Astra periode 2012-2014 selalu meningkat

dan nilai tersebut menunjukkan angka dalam kategori besar yang disebabkan

atas tingkat kapitalisasi dan likuiditas Astra yang memang tinggi. Peningkatan

tersebut dihasilkan akibat nilai harga saham yang setiap tahunnya dengan

angka masing-masing sebesar Rp. 7.600, Rp7.425, Rp8.275, Meski

peningkatan tersebut diikuti oleh nilai invested capital yang tinggi disetiap tahun

tapi tidak memberikan pengaruh negatif pada nilai MVA periode tahun tersebut.

Nilai MVA di tahun 2012 merupakan peningkatan yang terbaik dibandingkan

dengan tahun yang lain. Peningkatan tersebut tidak berlanjut di tahun 2012-

2013dan 2014-2015 karena pada periode tahun tersebut Astra berturut-turut

mengalami penurunan nilai MVA yakni Rp. 179.579.003.864.000 di tahun


49

2012 kemudian menjadi Rp. 132.443.161.352.000 di tahun 2013, kemudian

pada tahun 2014 MVA yakni Rp. 138.084.382.064.500 kemudian menjadi Rp.

70.708.318.840.00 di tahun 2015 Meski penurunan di tahun 2012-2013 dan

2014-2015 tidak sampai menuju ke nilai minus tapi penurunan ini

menunjukkan kemampuan dalam mensejahterakan pemegang saham dan

mempertahankan nilai tambah pasar perusahaan kurang maksimal pada tahun

tersebut.

Kondisi penurunan ini jika ditinjau dari aspek perhitungan nilai MVA amat

dipengaruhi nilai harga saham yang menunjukan korelasi positif terhadap nilai

MVA. Harga saham menurun selama periode 2012-2013 dan 2014-2015 yakni

Rp. 7.600 kemudian menjadi Rp. 6.800 dan Rp. 7.425 kemudian menjadi

Rp.6.000. Selain itu nilai menurunnya MVA juga diakibatkan nilai invested

capital semakin meningkat menjadi Rp. 128.096.000.000.000 di tahun 2012

dan Rp. 142.855.000.000.000 pada 2013 dan invested capital Rp.

162.506.000.000 pada tahun 2014 kemudian meningkat di tahun 2015 Rp.

169.193.000.000.000, di tahun 2013 dan 2015 yang berarti nilai invested

capital menunjukkan hubungan yang negatif dengan nilai MVA. Jika nilai

invested capital meningkat maka nilai MVA pun akan menurun ketika nilai

pasar bersifat konstan. Invested capital yang meningkat tersebut ditunjukkan

Astra memiliki peningkatan atas nilai hutang dan nilai ekuitas perusahaan. Hal

tersebut disebabkan selama tahun 2013 dan 2015 Astra memperluas

infrastruktur pada bisnis baru dengan mengakuisisi berbagai perusahaan

seperti PT Pelabuhan Penajam Banua Taka dan PT Pakoakuina. Kemudian

Astra juga melakukan pendirian perusahaan baru seperti pabrik Honda Motor,

pabrik Isuzu Astra Motor Indonesia, Menara Astra sebagai International Grade
50

A Office, dan perusahaan patungan dengan nama Astra-KLK Pte Ltd.

Perluasan portofolio maupun pendirian perusahaan baru yang dilakukan

nantinya akan memicu pada kenaikan jumlah karyawan maupun gaji dan

membengkaknya biaya-biaya lain atas pendirian tersebut.

Jika dilihat sekilas dari segi finansial, Astra menjelaskannya pada

laporan tahunan terdapat berbagai kendala yang dihadapi sepanjang tahun

2013 dan 2015 yang sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor eksternal

yang berada di luar kendali Perseroan. Salah satunya adalah tren pergerakan

harga komoditas dunia yang kurang menguntungkan saat ini dan merupakan

dampak krisis keuangan global di tahun 2013 dan 2015 sehingga

mengakibatkan penurunan kontribusi finansial dari lini bisnis komoditas Grup

Astra, yaitu United Tractors dan Astra Agro Lestari. Harga pasar internasional

atas minyak kelapa sawit yang kurang menguntungkan dan naiknya gaji buruh

dan karyawan juga menggerus marjin AAL. Tingkat ketergantungan

perekonomian nasional yang tinggi pada kinerja ekspor khususnya produk

komoditas, sedangkan tuntutan impor bahan bakar dalam jumlah yang relatif

tinggi menimbulkan tekanan pada cadangan devisa negara yang tercermin

pada tren depresiasi nilai Rupiah sejak pertengahan tahun 2013. Pada sektor

otomotif, semakin ketatnya kompetisi pada industri mobil di Indonesia yang

mulai dirasakan sejak akhir tahun 2012 memberikan dampak pada

menurunnya pangsa pasar dan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap

Dolar AS mengakibatkan kenaikan harga bahan baku, komponen dan produk

completely built-up (CBU) bagi kegiatan Grup otomotif. Selain itu sepanjang

tahun 2013 Astra terkena imbas dari peningkatan suku bunga oleh bank

sentral. Bisnis jasa keuangan mengalami penurunan marjin usaha seiring


51

peningkatan suku bunga oleh Bank Indonesia serta penurunan tingkat likuiditas

yang mendominasi pasar keuangan global yang terjadi pada semester kedua.

Dari berbagai kendala yang telah disebutkan pada intinya akan mempengaruhi

kondisi penurunan kinerja perusahaan dan berimbas penurunan minat pasar

terhadap perusahaan.
52
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam menganalisa kinerja keuangan pada PT. Astra Internasional

Tbk. periode 2012-2016 menggunakan Market Value Added (MVA) dapat

disimpulkan nilai Market Value Added (MVA) tahun 2012 yaitu:

179.579.003.864.000.00, tahun 2013 Rp 132.443.161.352.000.00, tahun

2014 Rp 138.084.382.064.500.00, tahun 2015 Rp 70.708.318.840.000.00,

tahun 2016 Rp 162.225.402.233.500.00 yang pada tahun 2012-2016

Market Value Added (MVA), menciptakan nilai tambah bagi perusahaan

dan kekayaan pemegang saham.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat menyimpulkan

Kinerja Keuangan PT. Astra International Tbk dengan menggunakan

Market Value Added (MVA) berkinerja Baik yang berdasar hasil MVA

2012-2016 menunjukkan angka > 0 .

B. Saran

Perusahaan seharusnya mampu menekan naiknya invested capital

perusahaan tersebut yang berarti perusahaan memiliki kewajiban

menurunkan nilai hutang disetiap tahunnya. Selain itu, dalam

hubunganyadengan penurunan harga saham perusahaan dapat diatasi

dari segi fundamental emiten yakni meningkatkan citra perusahaan baik di

mata investor salah satunya dengan memberikan return saham yang lebih

menarik kepada investor.

53
53

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Riyanto. (2001). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan.


Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.
Baridwan , Zaky & Ary Legowo. 2002. Asosiasi Antara Economic Value
Added
Brigham, dan Houston Joel F, (2007), Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
Edisi 11, Buku 1, SalembaEmpat, Jakarta.
Brigham, Eugene F dan Houston Joel F. (2001). Manajemen Keuangan
Edisi kedelapan Buku I. Jakarta: Erlangga.
Brigham,dan Houston Joel F. (2006). Manajemen Keuangan Edisi
kedelapan Buku I. Jakarta: Erlangga.
Hanafi. (2003). Analisis Laporan keuangan, Penerbit UPP AMK YKPN,
Yogyakarta.
Harmono, 2009. Manajemen Keuangan. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Kasmir, 2010. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta.
Harmono,2009, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard
(Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis), Bumi Aksara,
Jakarta.
Jugiyanto Hartono, 2013.Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah Dan
Pengalaman-pengalaman, BPFE Yogyakarta, Edisi Keenam,
Yogyakarta
Jumingan, (2006). Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Pertama, PT
Bumi Aksara, Jakarta.
Lukman Syamsuddin . 2007 . Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta
: Raja Grafindo Persada.
Martono & D.Agus Harjito. 2007. Manajemen keuangan .Yogyakarta :
Ekonisia.
Melani . 2007 . Siapkan Diri Sebelum Menapause Datang . Jakarta .
Puspa suara .
Mulyadi. 2007. Sistem Akuntasi, Jakarta: Selemba Empat.
Munawir, S. (2012). Analisis Informasi Keuangan, Liberty, Yogyakarta.
Napitupulu, (2008). Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan
Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA) Pada Tiga Emiten Terbaik 2006. Skripsi. Medan
: Universitas Sumatra Utara.
54

Raharjo, Budi. (2007). Keuangan dan Akuntansi untuk Manajer Keuangan


Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahayu, Mariana Sri. (2007). Analisis Pengaruh EVA dan MVA terhadap
Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Sawir .(2005). Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.
Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti (2006), Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan, Edisi 5, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Suad Husnan. 2000, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan
(Keputusan Jangka Panjang .
Sucipto. (2003). Penilaian Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi,
Program Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sugiyono. 2013 . Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sutrisno. 2008. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi.
Yogyakarta : EKONISIA.
Wahyudi, Bambang. 2008. Konsep Sistem Informasi : Dari Bit Sampai Ke
Database. Yogyakarta: Andi Offset
Widayanto, Gatot , 1993, EVA/NITAMI Suatu Terobosan Baru Dalam
Kinerja Perusahaan , Manejemen Usahawan Indonesia , No.
4 , Th XXVI. Yogyakarta: BPFE.

Winarto, Jacinta. 2005. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan dengan


Menggunakan Metode Market Value Added. Jurnal
manajemen.

Anda mungkin juga menyukai