Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS SISTEM BIAYA SERTA HUBUNGAN BIAYA, VOLUME DAN LABA

ADDICTEA

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen

Dosen Pengampu: Yusar Sagara SE, Ak, M.Si.

Disusun Oleh

Etty Fatimah (11160810000052)

Muhammad Faturrahman Aria Bisma (11160810000077)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1


1. Latar Belakang .....................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah ................................................................................................................1
3. Tujuan ..................................................................................................................................1
4. Manfaat ................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................3
1. Profil Usaha .........................................................................................................................3
2. Proses Bisnis ........................................................................................................................4
3. Proses Produksi dan Distribusi ............................................................................................6
4. Varian Rasa ..........................................................................................................................8
5. Pengembangan Produk.........................................................................................................9
6. Konsep Biaya .....................................................................................................................12
7. Analisa Biaya, Volume, dan Laba .....................................................................................18
8. Analisa Akuntansi Manajerial pada Addictea....................................................................24
 Sistem Biaya ..........................................................................................................24
 Analisis Biaya, Volume, dan Laba ........................................................................32
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................34
1. Simpulan ............................................................................................................................34
2. Saran ..................................................................................................................................34
LEARNING COOPERATIVE METHOD (LCM) ........................................................................ 34

i
BAB I
PENDAHULUAN

1) Latar Belakang

Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia


memang cukup menjanjikan, bagaimana tidak? UMKM mampu menyerap banyak tenaga
kerja di Indonesia. Tercatat sebanyak 97% dari total penduduk Indonesia, terserap
menjadi tenaga kerja pada UKM. Tidak hanya masalah penyerapan tenaga kerja, jumlah
UMKM pun meningkat setiap tahun nya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, krisis ekonomi yang
melanda Indonesia pada tahun 1997-1998 , tidak menyebabkan jumlah UMKM
berkurang, justru bertambah. Pada tahun 2012, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa
jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak 56.539.560 unit. Dari jumlah tersebut, Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 56.534.592 unit atau 99.99%. Sisanya,
sekitar 0.01% atau 4.968 unit adalah usaha besar.
Namun tidak semua UMKM tersebut dapat bertahan, karena pada dasarnya
membangun sebuah bisnis adalah hal yang mudah, mempertahankannya lah yang sulit.
Perlu adanya pemahaman yang lebih bagi pelaku usaha untuk mempertahankan
usahanya, salah satunya adalah dari menganalisis setiap biaya yang dikeluarkan hingga
menghitung jumlah volume produk yang diperlukan. Semua hal tersebut bertujuan untuk
memaksimalkan laba yang dapat diperoleh oleh pelaku usaha. Namun Bagaimana Sistem
Biaya dan apakah Biaya, Volume, dan Laba saling berhubungan? Hal tersebut yang
melatarbelakangi pembuatan mini paper ini, dengan menggunakan usaha Addictea
sebagai objek penelitian.

2) Rumusan masalah
Rumusan masalah penulisan makalah ini adalah:
“Bagaimana Sistem Biaya, serta Hubungan Biaya, Volume, dan Laba pada Addictea?”

1
3) Tujuan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk :

“Menganalisis Sistem Biaya serta Hubungan Biaya, Volume, dan Laba pada Addictea”

4) Manfaat
Penulisan makalah diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Mahasiswa program studi manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat


menganalisis Sistem Biaya serta Hubungan Biaya, Volume, dan Laba pada suatu
usaha
2. Sebagai tambahan refrensi, khusunya untuk mahasiswa yang akan/sedang
melakukan skripsi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1) PROFIL USAHA
Nama : Addictea

Pemilik : Saskia Pratiwi dan Mutia Safrina

Alamat : Addictea House (Jalan Cisangkuy No. 46, Citarum, Bandung Wetan, Citarum,
Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40115

Jam Operasional : 08.00 – 20.00 (Senin – Minggu)

Telepon : 0821-3050-5000

Web : http://www.addictea.com

Instagram : @addictea

3
Facebook : https://www.facebook.com/addicteabandung/

2) PROSES BISNIS

Addictea merupakan sebuah bisnis yang berangkat dari kesulitan mencari


minuman kesukaan yaitu teh asal Thailand atau yang biasa kita kenal dengan istilah Thai
Tea. 7 tahun silam sangat sulit untuk mencari Thai tea, maka dari itu Saskia pratiwi dan
Mutia Safrina mulai meracik dengan versinya sendiri. Ketika mendapatkan racikan yang
pas menurut mereka kemudian mereka memberikan kepada keluarga dan kerabatnya. Tak
disangka, respon yang didapat cukup positif.

Dari keluarga dan kerabatnya itulah tercetus ide, bahwa produk minuman ini
layak dipasarkan untuk umum. Kemudian mereka menjual produknya pertama kali di
ajang pemilihan rektor Institut Teknologi Bandung tahun 2011. Hasil yang mereka raih
saat itu cukup manis. Setelah itu, mereka berusaha merambah pasar yang lebih luas
dengan memberikan merek Addictea. Kesuksesan terus menghampiri mereka, hingga kini

4
Addictea menjadi salah satu minuman ikonik di kota Bandung dengan omset ratusan juta
rupiah perbulan.

Berangkat dari modal awal sebesar 5 juta rupiah yang digunakan untuk membeli
bahan baku dan kulkas. Ketika mereka menjual produknya secara luas, respons yang
didapatkan juga sangat baik. Dari sanalah mereka yakin akan masa depan produknya,
maka dari itu mereka tak cepat puas dan bergegas membuat inovasi baru.

Dari yang awalnya hanya menjual 2 varian saja yaitu Thai tea dan Greentea,
sekarang varian rasa pun di perbanyak menjadi 8 rasa. Yaitu Thai tea, Greentea, Banana,
Coffee, Taro, Seasalted caramel, Minty, dan Mixberry. Setiap mereka akan mengeluarkan
produk baru, biasanya mereka konsultasikan varian rasa yang baru ini ke pelanggan setia
dan tentu saja keluarga, karena akan cenderung lebih jujur kalau soal rasa.

Memang sekarang Addictea tidak hanya dikenal sebagai minuman Thai tea,
namun juga teh susu karena varian rasa yang semakin beragam. Untuk varian
pendahulunya yaitu Thai tea dan Greentea masih menggunakan daun teh asli dari
Thailand, tetapi untuk 6 varian rasa lainnya menggunakan daun teh dari Indonesia.
Tantangan terbesar bagi mereka sampai saat ini ialah daya tahan produknya. Karena
minuman ini berbasis susu dan tanpa pengawet, setelah tutupnya dibuka maka produknya
hanya mampu bertahan 6 jam di suhu ruang.

Target Pasar Addictea pada awalnya adalah anak muda dan karyawan/pekerja di
bidang perbankan dan provider khususnya frontliner karena harapan mereka adalah
terjadinya promosi mouth to mouth secara gratis. Titik penjualan Addictea merupakan
hasil selektif atas pemilihan mereka dengan metode konsinyasi (titip jual), Addictea
sengaja di taruh di tempat anak gaul muda di Bandung dan tempat yang ramai di
kunjungi keluarga. Mulai tahun 2016, mereka mulai memfokuskan Addictea di ranah
digital. Seperti bergabung dengan Google Bisnisku, memanfaatkan akun media sosial
seperti Instagram dan mendaftarkan bisnisnya ke layanan Ojek online Gofood. Dampak
dari mengembangkan bisnis melalui digital ini sangat signifikan. Promosi online tersebut
lebih banyak mendatangkan banyak pengunjung ke beberapa gerai Addictea di Bandung
khsusunya gerai pusat Addictea House dibilangan Cisangkuy.

5
Biasanya yang konsumen lakukan setelah melihat informasi yang ada di Google
itu, langsung menelepon admin untuk memesan sejumlah Addictea kemudian
mengunjungi gerai yang terletak di Cisangkuy untuk mengambil produk pesaannya yang
telah dibekukan sebelum kembali ke kota asal konsumen tersebut.

3) PROSES PRODUKSI DAN DISTRIBUSI


 Produksi

Dalam memproduksi teh susu nya, Addictea menggunakan bahan-bahan


berkualitas tinggi, dimana bahan utama yaitu daun tehnya sebagian besar diimpor
langsung dari Negeri Gajah Putih atau Thailand. Pada proses produksi, Addictea sangat
memperhatikan ke higienisan produknya, seperti yang ada foto, sebelum melakukan
proses produksi, karyawan Addictea wajib menggunkan pelindung kepala dan sarung
tangan. Yang menjadi nilai tambah untuk produk Addictea ini adalah mereka tidak
menggunakan pengawet, sehingga produk tersebut sehat untuk di konsumsi untuk segala
jenis usia walaupun kendalanya ialah tidak bertahan lama. Sebelum melakukan isi
minuman pada botol, karyawan Addictea terlebih dahulu memberi label varian rasa pada
botol atau kemasan Addictea.

6
 Distribusi
Sebelum dilakukan pengiriman kepada retailer, diadakan terlebih dahulu quality
control, jika ditemukan produk yang rusak, maka produk tersebut tidak akan dikirimkan
kepada retailer dan diganti dengan produk yang baru. Pendistribusian awalnya
menggunakan motor dari tempat produksi ke Addictea House namun setiap kali tiba di
tempat, ada beberapa minuman yang mengalami kerusakan kemasan. Lalu pada tahun
2015, untuk mengantisipasi kerusakan produk yang mengakibatkan kerugian. Maka pihak
Addictea menyiasati dengan membeli mobil walaupun dalam keadaan kondisi ekonomi
perusahaan saat itu belum stabil.

Pendistribusian keluar Bandung, yaitu Jakarta. Pihak Addictea bekerja sama


dengan pihak Baraya Travel untuk mengantarkan minuman ini ke Jakarta. Proses
Freezing yang mencapai titik 0 derajat akan menjaga kualitas teh susu dalam kemasan ini
saat sampai Jakarta.

7
4) VARIAN RASA ADDICTEA

1. Thaitea
2. Greentea
3. Taro milktea
4. Banana milktea
5. Coffee milktea
6. Minty milktea
7. Mixberry milktea
8. Seasalted caramel milktea

Tersedia 2 ukuran yaitu 240ml dan 450ml.

Harga dareah kota Bandung untuk 240 ml Rp 12.000 dan 450 ml Rp 17.000.

Harga dareah kota Jakarta untuk 240 ml Rp 17.000 dan 450 ml Rp 23.000.

5) PENGEMBANGAN PRODUK
1. RASA

Ini merupakan 2 varian rasa yang muncul pertama kali di tahun 2011, rasa teh susu yang
ada pada saat itu hanya ada Thai tea dan Green tea. Karena pada misi Addictea itu sendiri
ialah ingin produknya bisa ready to go dan bisa dibeli kapanpun seperti minuman

8
kemasan yang sudah tersedia di minimarket pada umumnya. Addictea ini tersedia 2
ukuran yaitu ukuran 240ml dan 450 ml.

Ada pengembangan rasa yang terjadi semenjak pertama berdiri yaitu tahun 2011
hingga tahun 2016, semula hanya tersedia 2 varian rasa saja. Namun setelah
berkembang selama 5 tahun, lahirlah varian rasa lainnya yaitu : taro, banana, coffee, dan
minty. Varian rasa ini lahir karena ada campur tangan pelanggan setia dan tentunya
keluarga, pihak Addictea biasanya memberikan produk sample sebelum memproduksi
masal. Hasil dari penyebaran produk sample tersebutlah yang menjadikan dasar apakah
rasa yang baru layak dijual atau tidak.

Pada bulan September tahun 2017, Addictea berusaha mengeluarkan varian rasa
lainnya yang belum pernah ada sebelumnya. Rasa yang terbaru ialah Seasalted Caramel,
Mixberry, dan Peach. Awalnya ketiga rasa ini dijual secara terbatas, namun karena

9
pelanggan setia Addictea merespon dengan baik maka produksi massal untuk ketiga
produk ini tetap dilakukan. Maka semenjak 3 rasa ini diluncurkan, varian rasa Addictea
jadi bertambah. Total varian rasa menjadi 9 rasa, yaitu : Thaitea, Greentea, Taro, Banana,
Coffee, Minty, Seasalted Caramel, Mixberry, dan Peach.

Setelah 6 bulan dari peluncuran 3 rasa baru, yang tadinya 3 rasa tersebut hanya
dijual secara terbatas tetapi pada akhirnya karena peminatnya masih tinggi jadi Addictea
mengambil langkah untuk memproduksi 3 rasa tersebut secara massal. 6 bulan berlalu,
Addictea mendapati bahwa ada salah satu rasa dari 3 rasa baru kurang diminati oleh
pasar. Maka dari itu Addictea mengambil langkah untuk memberhentikan produksi rasa
Peach. Tetapi 2 rasa yang lainnya dinilai masih sangat baik diterima oleh pasar. Jadi
varian rasa Addictea sampai bulan Noveber 2018 ini ada 8 varian rasa yaitu : Thaitea,
Greentea, Taro, Banana, Coffee, Minty, Seasalted Caramel, dan Mixberry.

2. BOTOL dan LABEL KEMASAN

10
Pada awal berdiri tahun 2011 hingga tahun 2016 bulan November tepatnya,
Addictea memakai kemasan yang sudah ada dipasaran. Karena pada saat awal berdiri
Addictea belum mempunyai banyak modal, namun untuk mencapai tujuannya yaitu
membuat thai tea on the go pemilik pun mensiasatinya dengan membeli kemasan yang
sudah tersedia di pasaran. Kemasan yang besar berukuran 450ml dan untuk yang kecil
berukuran 240ml. Untuk pemilihan label minuman juga masih sangat sederhana, hanya
terdapat logo, gambar cangkir yang berwarna mengikuti rasanya serta tulisan varian rasa
yang sesuai dengan minumannya.

Barulah pada saat tahun 2016 bulan November, Addictea melakukan inovasi lagi
yaitu mewujudkan milktea on the go dengan desain botol yang lebih handy dan cocok
untuk dibawa kemanapun. Pada kemasan yang sekarang ini, botol Addictea terlihat
lebih manis karena bentuknya yang memang dipesan khusus dan dibuatkan desainnya
secara langsung. Pada botol yang sekarang ini juga terlihat lebih menarik, masih
terdapat logo dan varian rasanya seperti kemarin namun gambar yang ada dikemasan
terlihat lebih menarik serta penambahan yang terlihat secara signifikan ialah adanya
tabel nutrisi dan bagaimana cara menyimpan Addictea dengan baik.

11
6) ANALISIS BAB 2 KONSEP BIAYA

A. Biaya Produksi
1. Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya bahan baku langsung adalah semua biaya bahan yang membentuk bagian
integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya
produk.
Pada Addictea, bahan baku utamanya adalah
1. Air
2. Daun teh
3. Creamer
4. Skim milk powder
Jumlah Produk yang dijual dan Biaya Perhari:

a. Air : 16 Galon (@ Rp 17.000)


b. Daun Teh : 167 Kg Daun Teh Lokal (@ Rp 3.500)
: 3 Kg Daun Teh Thailand (@ Rp 105.000)
c. Creamer : 2 Kg untuk Botol ukuran 240 ml (@ Rp. 30.000)
: 4.5 Kg untuk Botol ukuran 450 ml (@ Rp. 30.000)
d. Skim Milk Powder : 4.2 Kg untuk Botol ukuran 240 ml (@ Rp. 70.000)
: 8.9 Kg untuk Botol ukuran 450 ml (@ Rp. 70.000)
e. Biaya Bahan Baku Langsung : Rp 2.283.500 (Untuk 300.000 mL/hari)
Estimasi kebutuhan 300.000 mL/hari didasari oleh wawancara dengan pemilik
Addictea yang mengatakan mampu memproduksi hingga 300 Liter/hari. Lalu
kami mengasumsikan bahwa bahan baku dibagi menjadi dua karena Addictea
menjual 2 produk yang berbeda ukuran sehingga otomatis komposisi
minumannya pun berbeda, berikut rincian pembedaan produk dengan asumsi
bahwa penjualan untuk ukuran 450 mL lebih banyak 2:1 dibandingkan ukuran
240mL
untuk ukuran botol jadi memproduksi 445
450ml dialokasikan botol per hari ukuran
sebanyak 200.000 ml 450ml
300.000 ml / hari
untuk ukuran botol jadi memproduksi 416
240ml dialokasikan botol per hari ukuran
sebanyak 100.000 ml 240ml

12
Rincian Biaya Bahan Baku Langsung Perbulam

Bahan Baku Langsung Jumlah Produk yang digunakan Jumlah Biaya Bahan
Perbulan Baku Langsung

Air 480 Galon (@ Rp 17.000) Rp. 8.160.000

Daun The  5.010 Kg Daun Teh Lokal (@ Rp Rp. 26.985.000


3.500)
 90 Kg Daun Teh Thailand (@ Rp
105.000)
Creamer  60 Kg untuk Botol ukuran 240 ml Rp.5.850.000
(@ Rp. 30.000)
 135 Kg untuk Botol ukuran 450
ml (@ Rp. 30.000)
Skim Milk Powder  126 Kg untuk Botol ukuran 240 Rp. 27.510.000
ml (@ Rp. 70.000)
 267 Kg untuk Botol ukuran 450
ml (@ Rp. 70.000)
Total Rp. 68.505.000

Untuk perihal rincian biaya bahan baku langsung perbulan dihitung dari
waktu perbulan hanya tinggal mengalikan jumlah produk dengan 30 hari atau 1
bulan.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya tenaga kerja langsung adalah karyawan atau karyawati yang dikerahkan
untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Biaya untuk ini meliputi gaji
para karyawan yang dapat dibebankan kepada produk tertentu.

13
Jumlah Tenaga Kerja Gaji Jumlah Gaji

30 Orang Rp 2.916.000 Rp 87.500.000

Kami mengasumsikan jumlah tenaga kerja langsung dalam Addictea ada 30 orang
peramu dengan rata-rata gaji Rp. 2.916.000 sehingga biaya tenaga kerja langsung
perbulannya adalah Rp. 87.500.000

3. Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Biaya overhead pabrik disebut juga biaya produk tidak langsung, yaitu kumpulan
dari semua biaya untuk membuat suatu produk selain biaya bahan baku langsung dan
tidak langsung. Overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak
langsung, pekerja tidak langsung, dan bahan pabrik lainnya yang tidak secara mudah
diidentifikasikan atau dibebankan langsung ke pekerjaan produk atau tujuan akhir
biaya. Biaya overhead pabrik antara lain sebagai berikut:

a. Bahan Baku Tidak Langsung


Rincian Bahan Baku Tidak Langsung Perhari

Jenis Bahan Banyaknya Harga


Botol 861Unit Rp 1.306.000
Label 861 Unit Rp 861.000

Kami berasumsi bahwa Biaya bahan baku tak langsung berupa botol dan
labelnya sebanyak 861 Unit dimana 416 unit untuk botol ukuran 240 ml dan 445 unit
untuk botol ukuran 450 ml, sehingga jumlahnya pas yaitu 300.000 ml/hari.

Rincian Biaya Bahan Baku Tidak Langsung Perbulan

Jenis Bahan Banyaknya Harga


Botol 25.830 Unit Rp 39.180.000
Label 25.830 Unit Rp 25.830.000

14
Jumlah Biaya 65.010.000

Untuk perihal rincian biaya bahan baku tidak langsung dihitung dari waktu
perbulan hanya tinggal mengalikan jumlah biaya dengan 30 hari atau 1 bulan.

b. Tenaga Kerja Tidak Langsung


Jabatan Jumlah Gaji (Rp) Jumlah Gaji (Rp)
Manajer Toko 5 4.200.000 21.000.000
Jumlah BTKTL 21.000.000

Kami mengasumsikan tenaga kerja tidak langsung yang ada di Addictea


mencakup 5 orang manajer took dengan rata-rata gaji sebesar Rp. 4.200.000

c. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Produksi


Jenis Biaya Jumlah (Rp)
Listrik 3.000.000
Jumlah 3.000.000

Asumsi pada biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi adalah


hanya menggunakan listrik yaitu sebesar Rp. 3.000.000 per bulan, yang digunakan
sebagai penunjang produksi.

B. Biaya Nonproduksi
Biaya nonproduksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi desain,
pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum.
1. Biaya Penjualan
Jenis Biaya Jumlah
Sewa Rumah Rp. 32.000.000

Asumsi biaya penjualan hanya mencakup biaya sewa rumah di daerah Cisangkuy
pertahun sebesar Rp. 385.000.000, sehingga perbulannya sebesar Rp. 32.000.000.

15
C. Pendapatan Perbulan
Jenis Produk Jumlah Produk Harga Satuan Jumlah
yang dijual Produk Pendapatan
Perbulan
Addictea 240 mL 12.480 Botol Rp. 12.000 Rp. 134.760.000
Addictea 450 mL 13.250 Botol Rp. 17.000 Rp. 226.950.000
Rp. 361.710.000

Asumsi pendapatan perbulan berdasarkan jumlah botol yang terjual dimana untuk
botol dengan ukuran 450 ml lebih banyak yaitu perbandingannya 2:1 daripada penjualan
dengan botol ukuran 240 ml. Dimana pendapatan dari kemasan 450 mL adalah sebesar
Rp. 226.950.000 per bulan dan pendapatan dari kemasan 240 mL adalah sebesar Rp
134.760.000.

D. Laporan Laba Rugi Perbulan


Pendapatan:

Pendapatan Penjualan Rp. 361.710.000

Biaya Operasional:

BBBL Rp. 68.505.000

BTKL Rp. 87.500.000

BBBTL Rp. 65.010.000

BTKTL Rp. 21.000.000

BPPPP Rp. 3.000.000

BP Rp. 32.000.000

Total Biaya Operasional Rp. 277.015.000 -

Laba Bersih Rp. 84.695.000

Keterangan

16
BBBL = Biaya Bahan Baku Langsung

BTKL = Biaya Tenaga Kerja Langsung

BBBTL = Biaya Bahan Baku Tidak Langsung

BTKTL = Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

BPPPP = Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Produksi

BP = Biaya Penjualan

Dalam laporan laba rugi pendapatan penjualannya sebesar Rp. 361.710.000


kemudian dikurangi dengan total biaya operasional Rp. 277.015.000 yang mencakup biaya
bahan baku langsung sebesar Rp. 68.505.000, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp.
87.500.000, biaya bahan baku tidak langsung sebesar Rp. 65.010.000, biaya tenaga kerja
tidak langsung sebesar Rp. 21.000.000, biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan
produksi sebesar Rp. 32.000.000, sehingga laba bersih yang diperoleh sebesar Rp. 84.695.0

17
7) ANALISIS BAB 5 BIAYA-VOLUME-LABA

Analisis Biaya – Volume – Laba (BVL) menurut Garrison, Noreen, dan Brewer adalah
alat bantu yang berguna bagi manajer untuk memahami hubungan antara biaya, volume, dan
laba. Analisis BVL berfokus pada pengaruh dari kelima faktor berikut terhadap laba
1. Harga Produk
2. Volume Penjualan
3. Biaya Variabel per Unit
4. Total Biaya Tetap
5. Bauran Produk yang dijual
Bahan baku :

1. Air
2. Daun teh
3. Creamer
4. Skim milk powder
Perhari memproduksi 300L, jika sebulan berarti memproduksi 9000 L
1 L = 1000 ml
300L = 300.000ml

untuk ukuran botol jadi memproduksi 445


450ml dialokasikan botol per hari ukuran
sebanyak 200.000 ml 450ml
300.000 ml / hari
untuk ukuran botol jadi memproduksi 416
245ml dialokasikan botol per hari ukuran
sebanyak 100.000 ml 245ml

Harga jual / hari


Botol ukuran 240 ml 12.000 x 416 botol Rp 4.992.000
Botol ukuran 450 ml 17.000 x 445 botol Rp 7.565.000
TOTAL Rp 12.557.000

18
Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan untuk botol ukuran 240 ml terjual sebanyak 416
botol yang seharga Rp 4.992.000 dan untuk botol ukuran 480 ml terjual sebanyak 445 botol yang
seharga Rp 7.565.000. Maka jika ditotal penjualan perhari sebesar Rp 12.557.000

Harga jual / bulan


Botol ukuran 240 ml 4.992.000 x 30 hari Rp 149.760.000
Botol ukuran 450 ml 7.565.000 x 30 hari Rp 226.950.000
TOTAL Rp 361.710.000

Untuk penjualan perbulan kami mengasumsikan untuk botol ukuran 240 ml terjual seharga Rp
149.760.000 dan untuk botol ukuran 480 ml terjual seharga Rp 226.950.000. Maka jika ditotal
penjualan perhari sebesar Rp 361.710.000

Pengeluaran / hari
 Botol
Botol ukuran 240 ml / @1.000 1.000 x 416 botol Rp 416.000
Botol ukuran 450 ml / @2.000 2.000 x 445 botol Rp 890.000
TOTAL Rp 1.306.000

Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan memerlukan botol ukuran 240ml sebanyak 416
botol, lalu dikalikan dengan harga Rp 1.000/botol menjadi Rp 416.000 dan memerlukan botol
ukuran 480ml sebanyak 445 botol, lalu dikalikan dengan harga Rp 2.000/botol menjadi Rp
890.000. Jika ditotal untuk keperluan botol ini selama sehari biaya yang perlu dikeluarkan
sebesar Rp 1.306.000

 Label nama botol


Botol ukuran 240 ml / @1.000 1.000 x 416 botol Rp 416.000
Botol ukuran 450 ml / @1.000 1.000 x 445 botol Rp 445.000
TOTAL Rp 861.000

Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan memerlukan label untuk nama botol ukuran
240ml sebanyak 416 botol, lalu dikalikan dengan harga Rp 1.000/botol menjadi Rp 416.000 dan
memerlukan label untuk nama botol ukuran 480ml sebanyak 445 botol, lalu dikalikan dengan
harga Rp 1.000/botol menjadi Rp 445.000. Jika ditotal untuk label untuk nama botol ini selama
sehari biaya yang perlu dikeluarkan sebesar Rp 861.000

19
 Bahan baku : Air
Air 300 L / 19 L = 16 galon / hari
Rp 272.000
1 galon 19 L / @ 17.000 16 galon x 17.000
TOTAL Rp 272.000

Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan memerlukan air mineral sebanyak 16 galon, jika
dikalikan dengan biaya pergalon sebesar Rp 17.000 maka total biaya air perhari sebesar Rp
272.000

 Bahan baku : Daun teh


1 kg daun teh lokal = 60 cangkir uk 200 ml 300.000ml x 2/3
Rp 584.500
60 cangkir x 200 = 1200ml = 1.2L = 167kg x Rp 3.500
0.8 kg daun teh Thailand = 160 cangkir uk 200 ml 300.000ml x 1/3
Rp 315.000
160 cangkir x 200 = 32000ml = 32L = 3kg x Rp 105.000
TOTAL Rp 899.500

Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan membutuhkan daun teh lokal sebanyak 167kg,
jika dikalikan dengan biaya per kg sebesar Rp 3.500 maka total biaya daun teh per hari sebesar
Rp 584.500. Tidak memerlukan daun teh lokal saja namun juga memakai daun teh Thailand.
Untuk penggunaaan daun teh Thailand sebanyak 3kg, jika dikalikan dengan biaya per kg sebesar
Rp 105.000 maka total biaya daun teh Thaland per hari sebesar Rp 315.000. Maka total
pengeluaran dari bahan baku daun the ini sebesar Rp 889.500

 Bahan baku : Creamer


1kg premium creamer = Rp 30.000
250 ml membutuhkan 1 sendok teh creamer / 5 gram
Botol ukuran 240 ml 416tol x 5gr = 2.080 gr = 2 kg 4.5 kg + 2 kg = 6.5 kg
Botol ukuran 450 ml 445 botol x 10gr = 4.450 gr = 4.5 kg 6.5 kg x Rp 30.000
TOTAL Rp 195.000

Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan memerlukan creamer sebanyak 6.5 kg untuk 2
ukuran botol. Jika dikalikan dengan biaya per kg sebesar Rp 30.000 maka total bahan baku
creamer sebesar Rp 195.000

 Bahan baku : Skim milk powder


1kg premium skim milk powder = Rp 70.000
250 ml membutuhkan 2 sendok teh skim milk powder / 10 gram

20
Botol ukuran 240 ml 416 botol x 10gr = 4.160 gr = 4.2 kg 4.2 kg + 8.9 kg = 13.1 kg
Botol ukuran 450 ml 445 botol x 20gr = 8.900 gr = 8.9 kg 13.1 kg x Rp 70.000
TOTAL Rp 917.000

Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan memerlukan skim milk powder sebanyak 13.1 kg
untuk 2 ukuran botol. Jika dikalikan dengan biaya per kg sebesar Rp 70.000 maka total biaya
bahan baku skim milk powder sebesar Rp 917.000.

Total pengeluaran biaya variabel perhari


Botol plastic Rp 1.306.000
Label nama Rp 861.000
Air Rp 272.000
Daun the Rp 899.500
Creamer Rp 195.000
Skim milk powder Rp 917.000
TOTAL Rp 4.450.500

Total dari pengeluaran biaya variabel perhari yaitu sebesar Rp 4.450.500 yang mencakup botol
plastik, label nama, air, daun teh, creamer, dan skim milk powder.

Biaya Variabel perbulan


Rp 4.450.500 x 30 hari Rp 133.515.000

Biaya variabel perbulan diperoleh dari biaya variabel perhari dikalikan dengan 30 hari atau 1
bulan, totalnya ialah Rp 133.515.000.

Fixed cost per bulan


Gaji karyawan 30 orang x Rp 2.916.666 Rp 87.500.000
Gaji Manajer Toko 5 orang x Rp 4.200.000 Rp 21.000.000
Rp 385.000.000 / tahun
Sewa rumah Rp 32.000.000
385 / 12 bulan
Listrik 2000 watt 2000 watt x Rp 1.500 Rp 3.000.000

Total Rp 143.500.000

Fixed cost perbulan diperoleh dari gaji karyawan, gaji manager took, sewa rumah, dan biaya
listrik. Total fixed cost perbulan sebesar Rp 143.500.000

21
Margin kontribusi
Margin kontribusi adalah analisis biaya-volume-laba bagian dari manajemen akuntansi terhadap
margin keuntungan dalam penjualan per unit dan berguna dalam melaksanakan berbagai
perhitungan ataut digunakan sebagai ukuran kepengaruhan operasional.

Margin Kontribusi (Penjualan – Biaya Variabel per Bulan)


361.710.000 – 133.515.000 = Rp 228.195.000
Diperoleh margin kontribusi dari pengurangan penjualan dan biaya variabel perbulan sebesar Rp
228.195.000.

Laba Neto Operasi per Bulan


Margin Kontribusi Rp 228.195.000
Fixed Cost Rp 143.500.000
Laba Neto Operasi Rp 84.695.000

Berdasarkan perhitungan diatas, Addictea telah melewati titik impas nya dan mampu
mencetakan laba sebesar Rp 84.695.000. Untuk mengetahui berapa besar penjualan addictea
yang harus dicapai agar dapat mencapai titik impas, kami menghitung penjualan nya sebagai
berikut

Laba Penjualan = Penjualan (1 – Rasio Biaya Variabel) – Biaya Tetap


0 = x (1-0.369121672) -143.500.000
x(0.630878328) = 143.500.000
x = Rp 218.843.853
Lalu, untuk mencari titik impas per unit. Kami menggunakan persamaan sebagai berikut
x = (227.460.659 x 25.830) / 277.015.000
x = 21.209 unit

22
Berikut merupakan ilustrasi Hubungan Biaya, Volume, dan Laba pada penjualan Addictea saat
ini :

Unit Sales Total Cost Sales Data


0 Rp 143,500,000 -(Rp 143,500,000)
21209 Rp 227.460.659 Rp 227.460.659
25830 Rp 277.015.000 Rp 361,710,000

Dari grafik diatas, kita dapat mengetahui di titik mana Addictea dapat dikatakan
rugi, dapat dikatakan untung, dan dapat dikatakan break even dalam BULANAN

 Ketika melakukan penjualan sebanyak 0 Unit, maka Addictea akan mengalami


kerugian sebanyak biaya tetap, yaitu sebesar Rp 143.500.000 (RUGI)
 Ketika melakukan penjualan sebanyak 21.209 Unit, maka Addictea akan mengalami
titik impas, yaitu keadaan yang disebut dengan balik modal, yaitu tidak rugi dan tidak
untung, sebesar Rp 0 (BREAK EVEN POINT)
 Setelah melewati titik impas, maka Addictea mulai menerima keuntungan. Untuk saat
ini Addictea mampu melakukan penjualan sebanyak 25.830 Unit, artinya keuntungan
yang Addictea peroleh per bulan adalah sebesar Rp 84.695.000 (UNTUNG)
Lalu, jika mengalami kerugian, kemanakah unit yang tidak laku terjual? Karena
Addictea merupakan minuman yang berbahan baku alami dan tanpa pengawet, maka jika
tidak didinginkan produk tersebut akan dengan cepat basi, berikut beberapa strategi yang
dilakukan oleh Addictea untuk mengatasi hal tersebut

23
 Melakukan promosi dengan kuantitas yang besar, misalnya promo “BAYAR 4
DAPAT 5”, hal itu untuk mendorong pembeli untuk membeli lebih sehingga
produk dapat dengan cepat dihabiskan.
 Lalu langkah berikutnya yang Addictea lakukan adalah dengan melakukan kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR), dengan membagikan minuman tersebut
keberbagai yayasan. Hal yang didapat dari cara tesebut adalah citra Addictea
semakin baik dimata pelanggan.
 Terakhir, jika hal tersebut tidak berhasil maka mau tidak mau Addictea membuang
produknya sebagai wujud Quality Control yang dilakukan oleh Addictea itu sendiri.

Dapat disimpulkan, agar mendapatkan kenaikan laba operasi yang semakin besar,
addictea harus bisa menaikan volume penjualan nya agar margin kontribusi ikut
meningkat sehingga laba yang diinginkan bisa ikut meningkat.

8) Analisis Akuntansi Manajerial pada Addictea


 Sistem Biaya
Akuntansi manajemen terkait dengan proses penyediaan informasi relevan (keuangan

dan non keuangan) kepada manajemen (Atkinson, et al. 2012, hal. 2). Proses itu meliputi

identifikasi, pengukuran, analisis, interpretasi, dan komunikasi (Hilton & Platt, 2011, hal. 38).

Tujuan informasi itu adalah untuk membantu manajemen membuat berbagai keputusan guna

pencapaian tujuan organisasi (Bhimani, et al., 2008, hal. 5, Horngren, et al. 2012, hal. 26).

Sistem Biaya sendiri sangat berhubungan dengan fungsi-fungsi manajerial seperti

perencanaan hingga pengendalian, lalu bagaimana Sistem Biaya pada Addictea?berikut kami

jabarkan sesuai dengan macam-macam Sistem Biaya

1. Fungsi Perencanaan, Pengurangan, dan Pengendalian Biaya

Pada fungsi ini, terdapat empat jenis sistem biaya, yaitu Sistem Biaya Target, Sistem Biaya

Kaizen, Sistem Biaya Siklus Umur, dan Sistem Biaya Kualitas

24
Sistem Biaya Definisi Kelebihan/Kekurangan Addictea
Sistem Biaya Gagasan/ide dibalik  Kelebihan dari Target  Dalam Praktiknya,
Target target costing adalah Costing adalah karena Addictea
menyeimbangkan antara menentukan harga sesuai mengguanakan
kebutuhan pelanggan keadaan pasar dan laba yang Sistem Biaya
terhadap produk/jasa diinginkan (Price – Driven Target, Sebelum
dengan kebutuhan Costing), Sehingga menentukan harga,
perusahaan terhadap laba menyebabkan harga Addictea melihat
(Emblemsvag, 2003, hal. kompetitif yang dulu bagaimana
44 : Whitecotton, et al. menyebabkan pelanggan pasar akan
2011, hal. 150). akan lebih tertarik menerima produk
 Kekurangannya dengan mereka, saat itu
sistem ini, penentuan harga harga Thai Tea
diciptakan sebelum masa dipasaran terbilang
produksi, sehingga mahal, oleh karena
terkadang karyawan harus itu Addictea
berkerja keras untuk menyesuaikan
menyesuaikan produksi harganya agar
dengan target biaya yang diterima
diharapkan pelanggan, dengan
tetap
memperkirakan
dengan laba yang
diinginkan.
 Kekurangannya,
terbukti pada
analisis BVL,
yang kami
lakukan, Addictea
harus bekerja
keras untuk
mencapai titik
impas tiap
bulannya dengan
jumlah yang besar
yaitu 21.209 Unit
Sistem Biaya Kaizen costing  Kelebihan dari Kaizen  Addictea tidak
Kaizen merupakan pendekatan Costing adalah efesiensi menggunakan
yang digunakan secara dalam melakukan costing, Sistem Biaya ini,
luas untuk melakukan dengan melakukan karena mereka
pengurangan biaya (cost pengurangan biaya pada fase belum memiliki
reduction) (Hilton & produksi, sehingga dapat standar biaya yang
Plat, 2011, hal. 59). mencapai target laba yang bisa dijadikan
Berbeda dengan target diinginkan, kaizen costing standar
costing yang diterapkan juga berfungsi sebagai pengurangan biaya
di tahap pengembangan system control budget saat proses
dan perancangan produk,  Kekurangannya, untuk produksi
kaizen costing perusahaan yang baru  Kelemahannya,
diterapkan di tahap berdiri mustahil untuk Addictea tidak
proses produksi melakukan Kaizen Costing dapat mengontrol
(Atkinson, et al., 2012, karena tidak memiliki acuan proses produksi
hal. 273 : Atrill & biaya yang akan dijadikan dan sering terjadi
McLanney, 2009, hal. standar pengurangan biaya kecacatan produk

25
115) yang terlanjur di
produksi
Sistem Biaya Life cycle costing  Kelebihannya  Addictea turut
Siklus Umur mengharuskan mempertimbangkan biaya menggunakan
manajemen memberi dari hulu dan hilir sistem biaya siklus
perhatian pada semua  Kekurangannya tidak semua umur, mereka
biaya yang terjadi atau perusahaan mampu mempertimbangka
akan terjadi selama mengatur biaya hilir atau n biaya hulu
siklus umur produk suppliernya berupa riset dan
(Atrill & McLanney, biaya supplier.
2009, hal. 482). Dan biaya hilir
berupa pemasaran
dan aftersales
Sistem Biaya Tekanan persaingan  Kelebihan dari biaya  Dalam kasus
Kualitas mengharuskan kualitas adalah dapat addictea, jika
perusahaan memberikan menghindari terjadinya terjadi kerusakan
perhatian lebih terhadap biaya yang timbul dari produk maka
kualitas produk/jasa produk yang kualitasnya addictea akan
yang dihasilkan (Hansen, tidak memenuhi standar menggantinya
et al., 2009, hal. 497 ; pelanggan dengan produk
Hoque, 2004, hal. 90).  Kekuraangannya biaya ini lain, namun tidak
Untuk itu, kualitas terkadang merupakan biaya melakukan proses
dijadikan inisiatif antisipasi produksi ulang
strategis (Horngren, et melainkan
al., 2012, hal. 693), salah menggunakan
satunya dengan produk cadangan
menerapkan manajemen
kualitas total (TQM)
(Atkinson, et al. 2012,
hal. 268 ; Edmonds, et
al. 2011, hal. 218)

2. Sistem Biaya Pengakuan Biaya


Pada sistem ini, terdapat tiga jenis sistem biaya yaitu Biaya Aktual, Biaya Normal dan
Biaya Standar. Lalu bagaimana implementasinya pada Addictea?

Sistem Biaya Definisi Kelebihan/Kekurangan Addictea


Sistem Biaya Suatu perusahaan  Kelebihan dari actual  Addictea tidak
Aktual dikatakan menggunakan costing adalah perhitungan menggunakan
actual costing jika biaya benar-benar terjadi, sistem biaya ini,
perusahaan itu mengukur sehingga biaya tersebut karena pada
dan menetapkan biaya benar-benar praktiknya
produksi (bahan menggambarkan apa yang addictea
langsung, tenaga kerja harus dibebankan oleh menetapkan
langsung dan overhead perusahaan terlebih dahulu
produksi) kepada  Sementara, tidak semua biaya overhead
produk/jasa berdasarkan biaya keluar pada saat itu seperti listrik
biaya aktual juga, misalnya listrik yang diawal periode.
(sesungguhnya) hanya ada setiap akhir bulan  Kelemahannya ini
(Barfield et al., 2003, saja, ini menyebabkan biaya akan
hal. 175 ; Hilton & Platt, actual tidak efektif mempengaruhi
2011, hal. 136) pengambilan

26
keputusan oleh
manager Addictea,
dikarenakan biaya
BOP yang
ditetapkan terlebih
dahulu bisa jadi
tidak sesuai
dengan biaya
actual yang akan
keluar di akhir
periode
Sistem Biaya Suatu perusahaan  Kelebihan dari normal  Addictea tidak
Normal dikatakan menggunakan costing adalah manajemen menggunakan
normal costing jika mendapatkan informasi sistem biaya ini,
biaya bahan dan tenaga biaya dari setiap aktivitas karena informasi
kerja langsung produksi secara tepat yang diberikan
ditetapkan berdasarkan  Kelemahannya, tidak setiap oleh sistem biaya
biaya aktual harga itu tetap, mungkin saja ini masih belum
(sesungguhnya), terjadi perubahan harga di tepat untuk
sementara biaya akhir periode membantu
overhead ditetapkan membuat
berdasarkan tarif yang keputusan
ditentukan dimuka
(predetermined overhead
rate) (Hilton & Platt,
2011, hal. 134)
Sistem Biaya Sistem biaya standar  Kelebihan menggunakan  Addictea
Standar (standard costing) sistem biaya standar adalah menggunakan
merupakan metode yang Biaya lebih terkontrol dan sistem biaya ini,
sangat berguna bagi informasinya sangat berguna dimana Output
banyak perusahaan untuk manajemen dalam dari sistem biaya
(Horngren, et al., 2012, membuat keputusan ini sangat berguna
hal. 264), karena dapat  Tingkat ketat ataupun bagi addictea
menyediakan informasi kelonggaran suatu standar dalam membuat
yang berharga untuk tidak bisa diukur keputusan.
pengelolaan dan  Dari Sistem biaya
pengendalian bahan, ini, addictea
tenaga kerja, dan mengetahui berapa
aktivitas lainnya yang biaya yang
terkait dengan produksi harusnya
(Horngren, et al. 2012, dikeluarkan dalam
hal. 263). memproduksi
addictea, sehingga
memungkinkan
addictea untuk
memperbaik
metode produksi,
memilih tenaga
kerja, dan hal
lainnya

3. Sistem Pengakumulasian Biaya

27
Pada Sistem ini, terdapat tiga jenis biaya, yaitu Sistem Biaya Pesanan, Sistem Biaya
Proses, dan Sistem Biaya Hybrid
Sistem Biaya Definisi Kelebihan/Kekurangan Addictea
Sistem Biaya Sistem biaya pesanan  Kelebihan menggunakan  Addictea tidak
Pesanan (job costing) diterapkan sistem biaya pesanan ialah, menggunakan
di perusahaan yang produsen tidak merasakan metode system
berproduksi berdasarkan kerugian atas barang biaya pesanan
pesanan (Crosson & dagangannya karena semua karena Addictea
Needles, 2008, hal. 130 barang yang akan dibuat melakukan
sudah pasti terjual produksi tidak
 Kekurangan dari sistem bergantung dengan
biaya pesanan ialah jika adanya pesanan
tidak ada pesanan pada hari saja, melainkan
itu maka akan juga terus menerus
mengakibatkan tidak mengikuti target
berjalannya proses produksi produksi harian.
dan akan menyebabkan  Kelemahan jika
tidak adanya pemasukan Addictea
bagi produsen. menggunakan
sistem ini adalah
jika pelanggan
yang memasan
sedikit atau tidak
memesan sama
sekali, maka
Addictea akan
mengalami
kerugian
mengingat banyak
beban yang terus
ada walaupun
produksi tidak
berjalan
Sistem Biaya Process costing  Keuntungan dari sistem  Addictea tidak
Proses diterapkan di perusahaan biaya proses ialah ketika menganut sistem
yang berproduksi secara konsumen menginginkan biaya proses
kontinyu (Hilton & Platt, suatu barang tersebut maka karena walaupun
2011, hal. 178). produsen atau distributor Addictea
Produk/jasa yang dapat langsung menyediakan menyediakan
dihasilkan bersifat produk yang diinginkan langsung
massal (Bhimani, et al., konsumen pada saat itu juga. produknya tanpa
2008, hal. 123 ; Hilton &  Kerugian dari sistem biaya menunggu
Platt, 2011, hal. 178), proses ialah ketika sudah pesanan dari
homogen (Blocher, et al. memproduksi pada jumlah siapapun, Mereka
2010, hal. 92 ; tertentu namun tidak terjual juga menerima
Vanderbeck, 2010, hal. semua produknya pada hari order khusus
29), serta dilakukan itu maka produsen akan dalam volume
melalui proses produksi mengalami kerugian jika yang lebih besar .
standar (Whitecotton, et biaya produksi dari hasil  Namun
al, 2011, hal. 90) penjualan produk belum kelemahannya
menutup produk yang tidak
terjual bisa
menjadi beban,

28
Karena Addictea
memproduksi
produk yang
Product Lifetime
nya sangat singkat,
hal ini membuat
manajer harus
memutar otak agar
produknya laku
terjual sebelum
produk tersebut
basi
 Salah satu caranya
adalah dengan
promosi Buy 4 Get
5, yang secara
tidak langsung
membuat
pelanggan
membeli lebih
banyak dari yang
mungkin
diperlukan..
Sistem Biaya Adakalanya perusahaan  Kelebihan dari sistem biaya  Addictea
Hybrid beroperasi dengan hybrid ialah produsen menggunakan
karakteristik produksi memecah belah proses metode sistem
yang merupakan produksi yaitu dengan biaya hybrid
kombinasi dari adanya pesanan dan proses. karena Addictea
produksi untuk Jadi ketika konsumen juga menerima
memenuhi pesanan menginginkan barang pesanan khusus
produk/jasa tertentu readystock bisa langsung untuk event-event
(customized-products) membelinya, namun jika besar dan tentu
konsumen menginginkan kuota tersebut bisa
dan disaat yang sama
jumlah produk tertentu yang dimasukan
juga berproduksi untuk
agak banyak itu bisa didalam ataupun
tujuan massal (mass-
langsung dibuatkan menjadi diluar kuota harian
products) (Barfield, et proses pemesanan oleh yang harus terjual
al. 2003, hal. 238 ; produsen.  Kelebihannya
Bhimani, et al., 2008, adalah hal ini
hal. 123). Dengan membuat Addictea
karakteristik demikian, lebih fleksibel
perusahaan dapat dalam menentukan
menerapkan hybrid volume penjual
costing (Barfield, et al. dan tidak terpaku
2003, hal. 238 ; pada suatu target
Bhimani, et al., 2008, tertentu, karena
hal. 123). manajer jadi
memiliki banyak
opsi, mulai dari
meningkatkan
volume penjualan
yang
menggunakan
produk ready
stock hingga

29
menyediakan
pesananan khusus
dalam volume
yang lebih banyak
untuk event-event
tertentu

4. Sistem Penyajian Biaya

Pada Sistem ini, terdapat dua jenis biaya, yaitu Sistem Biaya Serapan dan Sistem Biaya
Variabel
Sistem Biaya Definisi Kelebihan/Kekurangan Addictea
Sistem Biaya Dalam absorption  Kelebihannya dengan  Addictea tidak
Serapan costing, semua biaya menggunakan absorption menggunakan
produksi baik yang costing, jika ada Sistem Biaya
bersifat variabel (bahan, peningkatan persediaan serapan ini
tenaga kerja langsung, maka beberapa biaya  Kekurangannya
dan overhead variabel) produksi tetap dalam Biaya Produksi
maupun yang bersifat periode berjalan tidak akan bisa berubah-
tetap (overhead tetap) tampak dalam laporan rubah dalam
diperhitungkan dan keuangan sebagai bagian laporan keuangan,
disajikan sebagai dalam HPP. yang bisa
komponen yang  absorption costing tidak menyebabkan
membentuk biaya membuat pembedaan antara pengambilan
produk/jasa (Brewer, et biaya variabel dan biaya keputusan dapat
al., 2010, hal. 76 ; tetap. Oleh karenanya lebih rumit
Hansen & Mowen, 2007, metode ini tidak cocok
442 ; Weetman, 2010, untuk perhitungan biaya
hal. p. 107). 'volume' laba yang sangat
penting untuk perencanaan
dan pengendalian.
Sistem Biaya Dalam variable costing,  Kelebihannya dengan  Addictea
Variabel hanya biaya produksi menggunakan variable menggunakan
yang bersifat variabel costing, seluruh biaya tetap sistem biaya
(bahan, tenaga kerja dalam biaya overhead pabrik variabel ini dalam
langsung, overhead tetap diperlakukan sebagai sistem penyajian
variabel) yang beban pada periode berjalan. biayanya, karena
diperhitungkan dan  Persediaan akhir dalam pada praktiknya
disajikan sebagai metode variable costing Addictea
komponen biaya lebih rendah dibandingkan memperhitungkan
produk/jasa (Drury, dengan metode absorption listrik dan BOP
2006, hal. 217 ; Norren, costing. Alasannya adalah lainnya sebagai
et al., 2011, hal. 207 ; bahwa dengan menggunakan beban
Wild & Shaw, 2010, hal. variable costing, hanya  Hal ini
207), sedangkan biaya biaya produksi variabel yang mempermudah
overhead tetap dibebankan ke unit yang Addictea untuk
diperlakukan sebagai diproduksi dan oleh membuat
biaya periodik (Barfield, karenanya dimasukkan keputusan
et al., 2003, hal. 444 ; dalam persediaan. manajerial seperti
Bhimani, et al., 2008, mengontrol beban
hal. 200). biaya

30
5. Sistem Pengalokasian Biaya Overhead

Sistem Biaya Definisi Kelebihan/Kekurangan Addictea


Sistem Dalam metode ini, biaya  Kelebihan dari metode  Addictea tidak
Pengalokasian overhead dialokasikan sistem pengalokasian BOP menggunakan
BOP Tarif kepada produk/jasa tarif tunggal ini ialah sistem
Tunggal berdasarkan tarif tunggal Perusahaan hanya pengalokasian
(Bamber, et al., 2008, menggunakan tarif biaya BOP tarif tunggal
hal. 261). overhead pabrik untuk  Karena pada
pembebanan biaya overhead metode ini, sangat
pabrik ke pesanan maupun rawan terjadi
produknya dari awal sampai kesalahan
akhir proses. perhitungan biaya
 Kelemahannya sering terjadi untuk produk-
kesalahan perhitungan biaya produk yang
memiliki volume
tinggi dan tenaga
kerja langsung
yang tinggi,
dimana kedua hal
tersebut ada pada
Addictea
 Kesalahan
perhitungan biaya
merupakan hal
yang sangat
krusial, karena
mempengaruhi
pengambilan
keputusan oleh
seorang manajer
Sistem Dalam metode ini, biaya  Kelebihan dari sistem  Addictea tidak
Pengalokasian overhead ditetapkan pengalokasian BOP tariff menggunakan
BOP Tarif kepada produk/jasa departemental ialah sistem
Departemental berdasarkan tarif Perusahaan dapat pengalokasian
overhead yang menetapkan tarif biaya BOP tarif
ditetapkan untuk masing- overhead pabrik untuk setiap departemental
masing departemen tahapan atau departemen karena Addictea
produksi (Hansen, et al., produksi yang ada di tidak memiliki
2009, hal. 89). Jika perusahaan. Jumlah tarif lebih dari satu
perusahaan menerapkan biaya overhead pabrik departemen
tarif departemental, tergantung dari tahapan atau produksi.
penetapan biaya departemen produksi yang
overhead kepada ada.
produk/jasa dilakukan
dalam 2 (dua) tahapan
yang disebut dengan
two-stage cost allocation
(Hilton & Platt, 2011, hal.
138).

31
Sistem Activity-based costing  Kelebihan dari sistem  Addictea
Pengalokasian fokus pada aktivitas pengalokasian BOP aktivitas menggunakan
BOP Aktivitas sebagai dasar ialah perusahaan dapat sistem
pengalokasian biaya menetapkan tarif biaya pengalokasian
overhead ke produk/jasa overhead pabrik untuk setiap BOP aktivitas
(Oliver & Horngren, aktivitas yang terjadi dalam karena Addictea
2010, hal. 99 ; Warren, pembuatan produknya. Cara membuat anggaran
et al., 2009, hal. 451 ; ini dikenal dengan Activity ketika munculnya
Whitecotton, et al, 2011, Based Costing (ABC). proses pembuatan
hal. 137). Ini berbeda produk.
dengan functional-based  Sistem biaya ini
costing yang memungkinkan
mengalokasikan biaya Addictea untuk
overhead berdasarkan mendapat
plantwide rates gambaran
(Bamber, et al., 2008, mengenai prinsip
hal. 261 ; Hansen, et al., dasar manajemen
2009, hal. 87) atau biaya, yaitu biaya
departemental rates yang berbeda
(Bamber, et al., 2008, untuk tujuan yang
hal. 262 ; Hansen, et al., berbeda. Sehingga
2009, hal. 89). sangat berguna
untuk analisis
profitabilitas yang
mungkin akan
dilakukan oleh
Addictea
 Addicte pun dapat
membuat estimasi
biaya dan
improvement
process

 Analisis Biaya, Volume, dan Laba (Cost, Volume, and Profit)


Analisis Biaya – Volume – Laba (BVL) menurut Garrison, Noreen, dan Brewer adalah
alat bantu yang berguna bagi manajer untuk memahami hubungan antara biaya, volume, dan
laba. Analisis BVL berfokus pada pengaruh dari kelima faktor berikut terhadap laba
1. Harga Produk
2. Volume Penjualan
3. Biaya Variabel per Unit
4. Total Biaya Tetap
5. Bauran Produk yang dijual

32
Indikator Informasi Tindakan Manajer
Analisis Biaya, Informasi yang Diasumsikan jika Addictea tidak melakukan
Volume, dan Laba diperoleh berupa inovasi untuk mengeluarkan produk baru yang
Hubungan antara menggunakan bahan baku yang berbeda dan
Biaya Produk, hanya mengeluarkan varian rasa baru yang
Volume Produk bahan bakunya hampir sama, maka tindakan
dan Laba Produk yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan
laba adalah dengan terus meningkatkan
penjualan produk dengan harga yang sama atau
meningkatkan harga jual produk.
Biaya Produksi Diasumsikan jika biaya produksi yang salah
satunya terdiri dari biaya bahan baku
mengalami kenaikan, maka hal yang dapat
dilakukan oleh manajer ialah harus
meminimalkan pemborosan bahan baku dengan
cara : pembelian bahan baku dengan teliti dan
cermat, Belilah bahan baku yang berkualitas
baik, hal ini bisa dilakukan dengan mencari
suplier yang dapat memberikan bahan baku
yang berkualitas dengan harga yang sesuai,
karena bahan baku yang berkualitas baik akan
menghasilkan produk yang berkualitas baik
pula. Lalu kurangi pemborosan dengan cara
yang terampil. Dalam usaha sektor industri,
keterampilan akan menghasilkan penghematan,
karena dengan keterampilan mengolah bahan
baku dan bahan penolong yang baik, akan
menghindarkan dari rusaknya bahan bahan
yang digunakan.

33
BAB III
PENUTUP

1. SIMPULAN

Dari yang sudah diuraikan pada bab pembahasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa agar mendapatkan kenaikan laba operasi yang semakin besar,
addictea harus bisa menaikan volume penjualan nya agar margin kontribusi ikut
meningkat sehingga laba yang diinginkan bisa ikut meningkat.

2. SARAN

Saran penulis adalah perbanyak membaca literature tentang Analisis Biaya,


Volume, dan Laba untuk memahami secara menyeluruh adalah dengan banyak
membaca.

Applikasi Learning Cooperative Method (LCM)

A. Manfaat Learning Cooperative Method (LCM)


1. Mahasiswa tidak pasif yaitu hanya mendengarkan saja, namun mahasiswa dituntut
untuk Aktif sehingga timbul rasa ingin tahu mahasiswa dalam suatu hal. Misalnya
dalam pembahasan bab ini kami jadi mengerti mengenai dampaknya biaya,
volume, dan laba dalam suatu produk
2. Mampu membuat mahasiswa mengerti dan memahami akan banyak persepsi
terhadap suatu objek, sehingga mahasiswa mampu menghadapi yang namanya
perbedaan dan tidak menghindarinya begitu saja

B. Kelebihan Learning Cooperative Method (LCM)


1. Tidak berorientasikan kepada nilai namun kepada pemahaman mahasiswanya, hal
ini penting karena orientasi kepada nilai merupakan hal yang sangat salah. Hal
tersebut membuat siswa dan mahasiswa di Indonesia tidak terlalu fokus kepada
pemahaman, melainkan kepada bagaimana cara mendapatkan nilai yang tinggi
ketika ujian, sehingga timbul lah kegiatan mencontek dan lain sebagainya.

34
C. Kekurangan Learning Cooperative Method (LCM)
1. Secara konsep LCM sudah sangat bagus, secara praktik LCM belum dilaksanakan
dengan baik, mungkin karena LCM ini membutuhkan dukungan secara
kurikulum. Namun kurikulum yang ada masih berdasarkan nilai.

35

Anda mungkin juga menyukai