Anda di halaman 1dari 41

KECERDASAN

BUDAYA
Hp. 08116701561 - 081360789961
e-mail : zaiba8228@gmail.com
: zainuddiniba@yahoo.
com
Zainuddin Iba 1
Intelijensi organisasi (IO) adalah kemampuan suatu organisasi untuk
memahami dan menyimpulkan pengetahuan yang relevan dengan tujuan
bisnisnya. Dapat dikatakan IO adalah kapasitas intelektual seluruh organisasi. 
Kecerdasan organisasi yang relevan merupakan potensi besar bagi perusahaan.
Intelijensi organisasi mencakup baik pengetahuan manajemen dan 
pembelajaran organisasi , karena merupakan penerapan konsep pengetahuan
manajemen kepada lingkungan bisnis. Selain itu IO juga termasuk mekanisme
pembelajaran, model pemahaman dan model jaringan nilai bisnis, seperti konsep
balanced scorecard.

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-intelijensi-organisasi-atau-organizational-intelligence/15017
2
https://gensindo.sindonews.com/berita/83/1/cq-jenis-kecerdasan-baru-setelah-iq-eq-dan-sq?showpage=all

IO terdiri dari kemampuan untuk memahami permasalahan yang komples dan


bertindak efektif, untuk menafsirkan dan bertindak atas peristiwa yang
relevan. Hal ini juga mencakup kemampuan untuk mengembangkan, berbagi
dan menggunakan pengetahuan yang relevan untuk tujuan bisnis serta
kemampuan untuk mempertimbangkan dan belajar dari pengalaman.
Intelijensi organisasi membantu perusahaan memahami hubungan yang
mendorong bisnisnya dengan mereka mengidentifikasi masyarakat serta alur
kerja karyawan dan pola komunikasi kolaboratif di geografi, divisi, dan
organisasi internal dan eksternal.
3
A. Kecerdasan Budaya
Intelligence atau kecerdasan pada awalnya dipergunakan untuk
mengukur tingkat kecerdasan sumber daya manusia. Namun,
belakangan terminologi kecerdasan banyak berpengaruh untuk
menunjukkan kelebihan yang harus dimiliki orang untuk
mencapai keberhasilan dalam suatu bidang tertentu.

https://www.pngwing.com/id/free-png-cbmox
4
Pengertian Kecerdasan
Budaya ;
Sebelum membahas pengertian kecerdasan
budaya, ada baiknya untuk terlebih dahulu
memahami pengertian kecerdasan dan
berbagai macam kecerdasan.
Karl Albrecht (2006 : 9) mengungkapkan
bahwa kecerdasan adalah dimensi
kompetensi. Karl Albrecht mengelompokkan
beberapa bidang kecerdasan yang
disebutkan sebagai multiple-intelligence
atau kecerdasan jamak karena pada
dasarnya manusia tidak cukup hanya
mempunyai kecerdasan tunggal. Bukti
menunjukkan bahwa orang yang mempunyai
intelligence quotient (IQ) tinggi dapat sukses
dalam pekerjaan atau kehudupannya.
Karl Albrecht (2006 : 9)

5
Komponen dari multiple-intelligence dipersingkat dengan
akronim ASPEAK terdiri dari:

Abstract
intelligence,

Aesthetics Social
intelligence intelligence
ASPEAK
Kinesthetic Practical
intelligence intelligence

Emotionali
ntelligence
,

Karl Albrecht (2006 : 9) 6


Komponen dari multiple-intelligence dipersingkat
dengan akronim ASPEAK terdiri dari:
1. Abstract intelligence, sebagai alasan simbolik untuk pengukuran
intelligence quotient seseorang.
2. Social intelligence, merupakan kemampuan berhubungan baik dengan
orang lain dan membuatnya bekerjasama dengan kita. Dengan
demikian, Social intelligence merupakan akar dari tumbuhnya culture
intelligence.
3. Practical intelligence, adalah tentang bagaimana membuat segala
sesuatu dapat dilakukan atau “getting things done” yang merupakan
prinsip manajemen.
4. Emotional intelligence, merupakan kecerdasan yang bersangkutan
dengan selfawareness dan self-management. Emotional intelligence
yang pertama sekali diungkapkan Goleman mengandung lima dimensi
yaitu; self-awareness, self-regulation, motivation, empahty
5. Aesthetics intelligence, merupakan kecerdasan yang menyangkut
rasa tentang bentuk, desain, music, seni dan pustaka.
6. Kinesthetic intelligence, merupakan kecerdasan yang menyangkut
keterampilan seluruh badan seperti olahraga, dansa, music atau
menerbangkan pesawat jet.

7
Justin Menkes (2005 : 11)
Membahas tentang executive intelligence yang merupakan jenis
kecerdasan yang mencerminkan ukuran kepemimpinan yang efektif.
Kecerdasan eksekutif adalah menjadi sentral kinerja kepemimpinan
karena membantu eksekutif mengartikulasikan pertimbangan yang
menggerakkan orang lain, atas minatnya sendiri, untuk menyetejui
dengan keputusan tertentu. Kecerdasan eksekutif memfokus pada
ketrampilan kognitif tertentu yang memungkinkan individu memahami
dan mengemudikan kompleksitas situasi antar pribadi dengan cara
cerdas.

Justin Menkes (2005 : 11 8


David Apgar (2006 : 12)
Membahas tentang risk intelligence, yang dipahami sebagai
pengalaman, setiap dan semua pengalaman masa lalu dan masa
yang akan datang, yang dapat membantu kita menyelesaikan
masalah yang memerlukan pemahaman tentang risiko. Definisi ini
mengandung makna bahwa kecerdasan dikaitkan dengan
pengalaman.

David Apgar (2006 : 12) 9


Justin Menkes (2005 : 218)
Juga membahas tentang perbedaan antara pengetahuan dan
kecerdasan. Pengetahuan memberikan tanda penting pada cara
terbaik untuk menangani situasi tertentu, sehingga informasi ini hanya
berguna sampai pada suatu tingkatan bahwa hal tersebut
dilaksanakan dengan penuh keterampilan. Adapun kecerdasan
adalah pengolah informasi yang mempertimbangkan bagaimana
ketangkasan pengetahuan seseorang akan dipergunakan.

https://id.depositphotos.com/ https://www.liputan6.com/global/read/ https://www.liputan6.com/citizen6/read/4284770/top-3-


stock-photos/ 4053982/5-hal-yang-menunjukkan- kumpulan-solusi-cerdas-orang-saat-hadapi-masalah
10
berpengetahuan.html gambaran-orang-cerdas-nomer-4-paling-jelas
David C. Thomas dan Kerr Inkson (2004 :15)
berpendapat bahwa kecerdasan budaya berarti menjadi
terampil dan fleksibel tentang memahami budaya,
belajar lebih banyak tentangnya dari interaksi yang
sedang berjalan dengannya, dan secara gradual
membentuk pemikian untuk menjadi lebih simpatik pada
budaya dan perilaku kita menjadi lebih terampil dan
sesuai ketika berinteraksi dengan orang dari budaya
lain. Kecerdasan budaya mempunyai 3 bagian, yaitu;
1. Manajer cerdas budaya memerlukan knowledge
(pengetahuan) tentang budaya dasar fundamental
interaksi antar budaya. Hal ini berarti mengetahui
apakah budaya itu, bagaimana budaya bervariasi, dan
bagaimana budaya memengaruhi perilaku.

11
2. Manajer cerdas budaya perlu mempraktekkan
mindfulness (kesadaran), kemampuan memberikan
perhatian dengan cara merenungkan dan kreatif
terhadap isyarat dalam situasi antarbudaya yang
dihadapi.
3. Berdasarkan pada knowledge dan mindfulness,
manajer cerdas budaya mengembangkan behavior
skills (keterampilan perilaku) dan menjadi kompeten
terhadap tentnag rentang situasi yang luas.
Keterampilan ini menyangkut pemilihan prilaku yang
sesuai dari prilaku yang berkembang baik yang
benar untuk situasi antar budaya yang berbeda.

12
Kecerdasan budaya adalah kapabilitas
berinteraksi secara efektif dengan orang yang
mempunyai latar belakang budaya yang bebeda
(David C. Thomas dan Kerr Inkson (2004 : 62)
Seperti bentuk kecerdasan lainnya seperti social
intelligence (kapabalitas berinteraksi dengan
orang lain), dan emotional intelligent (kapabilitas
mengatur dan menggunakan tingkat emosional
seseorang), demikian pula kecerdasan budaya
dibentuk dari beberapa segi.

13
Karakteristik
Individu dapat belajar untuk menjadi lebih cerdas secara kultural.
Namun, beberapa karakteristik yang telah dikuasai atau dapat
mengembangkan individu membuat mereka lebih termotivasi dan
lebih dapat meningkatkan kecerdasan budayanya.

Karakteristik tersebut adalah integritas, keterbukaan dan daya


tahan:
1. Integritas berarti mempunyai perasaan diri yang dibangun dengan
baik dan pemahaman tentang bagaimana system keyakinan
seseorang memotivasi perilaku. Pemahaman diri adalah dasar
fundamental untuk kecerdasan budaya . Masing-masing diantara
kita memiliki perasaan tentang diri kita yang secara fisik unik.
2. Keterbukaan (keterbukaan aktif atau keingintahuan terutama
tetnang orang dari budaya lain)
3. Daya tahan (kekuatan, keberanian dan kemampuan
menyelamatkan kondisi yang tidak menyenangkan)

14
Tahapan Pengembangan;
Menurut David C. Thomas dan Kerr Inkson (2004 :66) bahwa
pengembangan kecerdasan budaya terjadi dalam beberapa
tahapan sebagai berikut:
Tahap 1 : Reaktivitas terhadap stimuli eksternal. Sebagai titik awal
adalah kesetiaan tanpa pertimbangan pada aturan dan norma
budaya sendiri. Pada tahap ini tipikal individu sangat sedikit minat
pada budaya lain.
Tahap 2 : Pengakuan terhadap norma budaya lain dan motivasi
untuk belajar lebih banyak tentangnya. Pengalaman dan kesadaran
menghasilkan kepedulian baru terhadap kondisi multicultural di
sekeliling kita.

15
Tahap 3 : Akomodasi terhadap norma dan aturan
budaya lain dalam pikiran kita. Ketahanan pada yang
absolut menghilang dan lebih tentang variasi budaya
mulai dibangkitkan.

Tahap 4 : Asimilasi dari norma budaya beragam ke


dalam perilaku alternatif, dimana pada tahap ini
penyesuaian pada situasi yang berbeda tidak lagi
memerlukan banyak usaha.

Tahap 5 : Proaktivitas dalam perilaku budaya didasarkan


pada pengakuan perubahan isyarat yang orang lain tidak
merasa.

16
Proses Mengembangkan;
Kecerdasan budaya mengandung tiga komponen, yaitu
knoledge, mindfulness, dan behavior skill. Meningkatkan
kecerdasan budaya tidak merupakan proses linier, tetapi
memerlukan pembelajaran melalui pengalaman yang
cukup memerlukan waktu (David C. Thomas dan Kerr
Inkson (2004 : 69),
Penguasaan kecerdasan budaya menyangkut
pembelajaran dari interaksi sosial.
Pembelajaran sosial meruapakan cara yang sangat kuat
dimana pengalaman orang dipindahkan ke dalam
pengetahuan dan keterampilan.

17
Cultural intelligence
Mindfulness

Behavioral Skills
Behavioral Skills

Knowledge

Knowledge Mindfulness

Memperoleh Kecerdasan Budaya 18


Aktivitas Mendukung Pengembangan;
Untuk meningkatkan kecerdasan budaya adalah
menyediakan waktu di luar negeri, sehingga
mendapatkan pengalaman internasional di mana
pengalaman lintas budaya akan sering dan kecerdasan
budaya akan meningkat.
Aktivitas seperti dibawah ini dapat berperan penting
untuk mengembangkan kecerdasan budaya.
1. Pendidikan formal/training; terdapat tiga metode yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kecerdasan budaya.
 Metode faktual,; menggunakan buku, kuliah atau ceramah.
 Metode analitikal; menggunakan film, asimilator budaya.
Dan sensitivity training.
 Metode experietial; menggunakan simulasi, kunjungan
lapangan, dan bermain peran.

19
2. Kelompok dan tim antarbudaya;
pekerjaan yang dilakukan melalui kelompok dan tim kerja
cenderung semakin meningkat. Disampang itu, banyak orang
terlibat dalam kelompok sosial dan kepentingan. Globalisasi
menyebabkan kelompok terdiri dari orang yang berasal dari
berbagai budaya.

2. Pengalaman luar negeri dan penugasan ekspatriat;


Situasi paling menantang di mana dapat menghadapi
perbedaan budaya adalah hidup dan bekerja di negara asing
untuk sementara.

2. Interkasi antarbudaya didalam negeri;


Masyarakat multi kultural menunjukkan peluang besar untuk
terikat dengan orang lain yang secara kultural berbda. Tetapi
interaksi ini dapat bersifat dangkal dan kekurangdalaman
intensitas interaksi interpersonal yang diperlukan untuk
menikmati experential learning.
20
Beberapa cara yang dapat dilakukan terkait dengan
pengalaman lintas budaya adalah:
a. Menghadiri acara keagamaan atau upacara pernikahan dari
seseorang yang mempunyai budaya lain. Dengan meminta seorang
anggota untuk menjelaskan makna dari ritual yang dilakukan, maka
berarti telah belajar sesuatu tentang budaya lain.
b. Menempatkan organisasi etnik dalam lingkungan kita dan
menghadiri atau berpartisipasi dalam perayaan budaya. Pada
kesempatan tersebut minta bantuan kepada anggota untuk
menjelaskan tentang makna dari perayaan dan simol kegiatan
tersebut.
c. Menemukan kelompok kepentingan yang mewakili kepercayaan
yang kita tidak termasuk didalamnya dan menghadiri pertemuan
mereka.

21
Pentignya Kecerdasan Budaya ;

Meskipun modernisasi dunia berjalan dengan cepat, tetapi


budaya sangat lambat berubah. Di masa depan , perbadaan
budaya akan tetap merupakan faktor kunci dalam interaksi
antarpribadi. Telah lama diketahui bahwa interaksi secara
efektif dengan orang lain adalah bagian terpenting dari
pekerjaan seorang manajer.
Kecerdasan budaya, merupakan kemampuan
menghadapai orang lain dari latar belakang budaya berbeda
secara efektif, merupakan kompetensi mengandung banyak
segi terdiri daripengetahuan budaya, mempraktikkan
kesadaran, dan penyajian keterampilan perilaku.
Umpan balik dari setiap siklus pengalaman menunjukkan
kearah kecerdasan budaya yang lebih tinggi. Pengetahuan
spesifik yang diperoleh dalam cara formal dan informal
ditransformasikan kedalam keterampilan yang dapat
diterapkan pada berbagai situasi baru.

22
Budaya mempunyai pengaruh pada hampir semua aspek usaha
manusia. Manajer cerdas budaya memahami kemungkinan
pengaruh variasi budaya dalam perilakunya sendiri dan perilaku
orang lain. Manajer cerdas budaya juga tahu bagaimana dan
dalam lingkungan apa perbedaan budaya mungkin dapat
dipergunakan pengaruhnya (David C. Thomas dan Kerr Inkson
2004 :182).
Kecerdasan budaya juga memerlukan praktik mindfulness.
Mindfulness adalah menjadi peduli atas asumsi kita sendiri,
gagasan dan emosi; memerhatikan apa yang nyata tentang
asumsi orang lain, kata-kata dan prilaku; menggunkan pengertian
dalam merasakan situasi; melihat situasidari berbagai persepektif;
menghindari pada keadaan untuk membantu menginterprestasi
apa yang terjadi; menciptakan peta mental baru orang lain;
menciptakan kategori baru dan rumit untuk orang lain; mencari
informasi segar untuk sepakat atau tidak sepakat tentang peta
mental; dan menggunakan empati.

23
Knowledge dan mindfulness adalah elemen kunci
kecerdasan budaya, tetapi hanya itu saja tidak
mencukupi, menjadi cerdas budaya berarti
memperoleh keterampilan perilaku. Namun, hal
tersebut nbakan sekedar tentang menjadi lebih
terampil, tetapi tentang mengembangkan penyajian
perilaku terampil dan mengetahui kapan
menggunakan masing-masing.
Decision makerrs cerdas budaya memehami
bagaimana orang dengan latar belakang budaya
berbeda secara mental mampu menyederhanakan
proses pengambilan keputusan yang komples.

24
Negotiators cerdas budaya mengetahui bahwa
perbedaan budaya mempunyai pengaruh besar pada
proses komunikasi yang menyokong semua negosiasi.
Leaders cerdas budaya mengetahui bahwa
kepemimpinan sebagian besar ada dalam pikiran para
pengikutnya. Semua pengikut mengharapkan pemimpin
mempunyai visi, dapat mengorganisaikan visi tersebut,
dan mempunyai ketrampilan dalam mengorganisasi
pengikut, perilaku spesifik yang mengindentifikasikan
kemampuan tersebut bervariasi secara dramatis lintas
budaya.

25
Team management cerdas budaya berarti mengetahui bahwa kelompok
kerja dan tim beragam budaya mempunyai potensi untuk mendapatkan
prestasi tinggi, tetapi mereka juga mempunyai karakteristik yang membuat
mereka cenderung gagal. Kunci untuk memperoleh kelompok kerja beragam
budaya adalah memaksimumkan manfaat keberagaman, sedangkan pada
saat yang sama meminimumkan biaya.
Team management cerdas budaya juga memerlukan penguatan
kecerdasan budaya di antara anggota tim. Dengan maksud untuk melakukan
hal tersebut, anggota dan pemimpin tim harus memehami bagaimana
kelompok berkembang dan pengaruh proses kelompok, termasuk langkah
menuju kecerdasan budaya.
Career management cerdas budaya berarti mengetahui bahwa sifat karier
dan hubungan antara individu dan perusahaan mengalami perubahan.
Perubahan ini memerlukan kehati-hatian manajemen berpengalaman luar
negeri apabila kejadian ini mempunyai pengaruh positif pada pengembangan
kecerdasan budaya dan karier jangka panjang. Kita perlu dapat mengelola
paradoks yang nyata bahwa penempatan luar negeri merupakan cara
mngembangkan kecerdasan budaya, tetapi kecerdasan budaya juga
merupakan kebutuhan untuk sukses.

26
Tim Manajemen Cerdas Budaya

Tugas manajer atau pemimpin kelompok adalah memfalisitasi


suatu proses yang memungkinkan sisi kreatif keberagaman
tumbuh dengan subur. Ada tiga hal yang dapat dilakukan orang
cerdas budaya untuk mengurangi atau menghapuskan kerugian
proses dan kapitalitas pada keberagaman. (David C. Thomas dan
Kerr Inkson, 2004 : 156)
1. Managing the Group Enveronment (mengelola lingkungan
kelompok)
2. Development of culturally diverse group (pengembangan
kelompok yang secara kultural beragam)
3. Defloping cultural intelligence in the group (mengembangkan
kecerdasan budaya dalam kelompok

27
1. Managing the Group Environment; Fungsi setiap kelompok juga
tergantung pada lingkungan manajerial, yaitu:
a. Management support; setiap kelompok memerlukan dukungan
manajemen yang baik dalam bentuk sumber daya meterial,
informasi yang relavan dan dukungan psikologis ditunjukkan
sebagai niat baik dan penghargaan.
b. Rewards; individualis menyukai dihargai atas dasar
kontribusinya sendiri dan mereka percaya bahwa reward
seharusnya adalah patut.
c. Group status ; Kebanyakan manajer memahami bahwa, tanpa
memandang komposisi budaya, kelompok berstatus tinggi dalam
organisasi akan meningkatkan self-esteem anggota.
d. Self- management; Mengusahakan sasasran dan arah umum
untuk kelompok, terutama tim, dan memungkinkan mereka
mengelola sendiri dengan menemukan prosesnya sendiriuntuk
mencapai sasarannya adalah opsi bagi manajer setiap
organisasi.

28
2. Development of Culturally Diverse Group;
Elemen utama pengembangan kelompok adalah
seleksi dan alokasi dari anggota. Sebagai manajer,
kita mungkin mempunyai beberapa pertimbangan,
mungkin dipengaruhi oleh le-gislasi atau
kebijaksanaan lokal menyinggung pada kesamaan
dalam rekrutman staf baru dan/atau mengalokasikan
anggota staf pada kelompok tertentu.
Kelompok tidak terbentuk secara instan, tetapi
perkembangannya dapat terjadi melalui suatu proses
dalam waktu panjang. Pengembangan kelompok
terjadi melalui fase forming, storming, norming dan
performing.

29
a. Fase forming; pertama sekali mereka yang masuk
dalam kelompok berusaha menjadi akrab satu sama
lain.
b. Fase storming; Dalam kelompok mungkin dapat
terjadi konflik yang tidak dapat diabaikan yang timbul
tentang siapa melakukan apa dan bagaimana
menjalankan sesuatu.
c. Fase Norming; Anggota kelompok mulai
mengembangkan harapan bersama
d. Fase Performing; akhirnya anggota kelompok
bekerja bersam secara erat dan efektif.

30
3. Developing Cultural Intelligence in the Group
Cara terbaik mengkapitalisasi keberagaman budaya
dalam kelompok adalah mematikan bahwa anggota
kelompok mempunyai kecerdasan budaya dan
pemimpin kelompok mempunyai kemauan dan
ketrampilan menggali masalah proses di dalam
kelompok.
Memfasilitasi pengembangan kecerdasan budaya,
pelatihan anggota kelompok dalam saling pengertian
dan keterampilan antarbudaya adalah sangat berharga.
Elemen utama dalam menggali masalah proses
adalahketetapan umpan balik kepada anggota
kelompok, baik dari masing-masing dan dari pengamat
di luar kelompok.

31
B. Cultural Intelligence dalam
Konteks Global
Kepemimpinan sekarang menghadapi tantangan
multikultural. Sedikit dari kita perlu diyakinkan pada
kenyataan ini. Kita bersaing dalam pasar global,
mengelola tenga kerja beragam, dan melanjutkan
dengan cepat menggeser kecendrungan. Tetapi banyak
pendekatan pada tantangan kepemimpinan terlihat
terlalu simplisistik atau terlalu ekstrem. Cultural
intelligence manawarkan cara yang lebih baik.
Cultural intelligence (CQ) adalah kapasitas untuk
berfungsi secara efektif meliputi budaya nasional, etnik
dan organisasional, etnik, dan organisasional
(Livermore, 2010 :4).

32
Cultural intelligence menawarkan pemimpin repertoire
dan perspektif menyeluruh yang dapat diterapkan pada
banyak situasi kultural.
Untuk menghadapi penugasan yang bersifat lintas
budaya diperlukan empat dimensi cultural intelligence
(CQ) yang berbeda, yaitu:
1. CQ drive (apakah motivasi anda untuk penugasan)
2. CQ knowledge (informasi cultural apa yang
diperlukan untuk memenuhi tugas tersebut.
3. Q strategy (apakah rencana anda untuk inisiatif ini)
4. CQ action (perilaku apa yang anda perlukan untuk
menyelesaikan melakukan secara efektif)

33
Mengapa Cultural Intelligence;
Hampir 99% pemimpin eksekutif dari 68 negara
menyatakan bahwa kepemimpinan antar budaya
sebagai tantangan menajemen untuk abad yang akan
datang.
Isu yang paling menekankan eksekutif mengidentifikasi
mengapa CQ diperlukan adalah (Livermore 2010 : 14)
adalah:
1. Memahami keberagaman konsumen
2. Megelola tim beragam
3. Merekrut dan mengembangkan talenta antar budaya
4. Menyesuaikan gaya kepemimpinan
5. Mendemonstrasikan rasa hormat

34
Pendekatan Cultural Intelligence;
Meskipun kebanyakan dari kita perlu sedikit keyakinan
bahwa kepemimpinan adalah merupakan tantangan
multikultural, diperlukan pendekatan cultural
inteliigence yang unik. Cara utama membedakan CQ
dengan pendekatan kepemimpinan lain dalam
manajemen global adalah (Livermore 2010 : 19):
1. CQ adalah meta-framework berakar pada rigorious,
academic research
2. CQ didasarkan pada multiple intelligence research
3. CQ adalah lebih dari sekedar knowledge
4. CQ menekankan belajar kapabilitas lebih dari sifat
kepribadian
5. CQ tidak spesifik secara kultural
35
Peta Jalan menuju Cultural Intelligence;
Kemampuan dan keterampilan yang secara konsisten
menghasilkan cross-cultural leadership yang efektif
adalah inti pendekatan cultural intelligence (Livermore
2010 : 24).
Model empat dimensi Cultural Intelligence (CQ) adalah?
1. CQ Drive (motivational CQ) CQ drive memiliki sub
dimensi:
a. Intrinsic motivation adalah motivasi intrinsic adalah
suatu tingkatan dimana anda memperoleh
kesenangan dari situasi budaya beragam.
b. Extrinsic motivation adalah manfaat nyata yang
diperoleh dari pengalaman keberagaman budaya;
dan self efficacy, kepercayaan bahwa anda akan
efektif dalam menghadapi antarbudaya.
36
2. CQ Knowledge Memahami masalah antar budaya
dan perbedaan CQ knowledge adalah dimensi
kognitif yang menunjukkan pada pengetahuan
pemimpin tentang budaya dan perannya dalam
membentuk bagaimana melakukan bisnis. Termasuk
didalamnya adalah keseluruhan pamahaman tentang
bagaimana budaya bervariasi satu dengan lainnya.
CQ knweldge terdiri dari dua subdimensi yaitu
cultural systems dan cultural norms and values,
norma dan nilai budaya, menunjukkan pada cara
variasi masalah dalam pendekatan budaya seperti
time, authority, and relationship atau waktu,
kewenangandan hubungan.

37
3. CQ Strategy Mengatur strategi dan dapat mengerti
pengalaman perbedaan budaya atau dikenal juga
sebagai metacognitive CQ, yaitu kemampuan
pemimpin menjalankan pemahaman budaya kita
untuk memecahkan masalah kompleks budaya.
Subdimensi CQ strategy adalah awareness, planning
and checking awareness.
4. CQ Action Merupakan dimensi behavioral adalah
kemampuan pemimpin untuk bertindak dengan tepat
dalam rentang situasi antarbudaya. Subdimensi CQ
action adalah verbal action, non verbal action dan
speech act, kata dan frasa yang eksak yang kita
gunakan ketika kita mengkomunikasikan tipe pesan
spesifik.

38
4. 1.
CQ Action, CQ Drive
behavior motivational
dimention dimention

3. 2.
CQ Strategy, CQ Knowledge,
Metacognitive, Cognitive,
dimention dimention

The Four-step Cycle of Cultural Intelligence


39
Perbedaan dengan Emotional Intelligence;
Keahlian teknis tidak cukup, pemimpin perlu dapat
juga bekerja dengan 0rang lain. Emotional intelligence
membantu mengukur tingkatan dimana kita dapat
melihat, menilai, dan mengelola emosa kita sendiri
dan orang lain.
Cultural intelligence pada sisi lain mengambil,
meneruskan dimana emotional intelligence
meninggalkan, dimana cultural intelligence membantu
kita belajar bagaimana bekerja secara efektif dengan
orang yang datang dari orientasi budaya berbeda

40
Sumber

41

Anda mungkin juga menyukai