Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus. Dalam hal ini, sudah sepantasnya manusia bersyukur, meski secara fisik tidak begitu besar dan kuat, namun berkat kecerdasan yang dimilikinya hingga saat ini manusia ternyata masih dapat mempertahankan kelangsungan dan peradaban hidupnya. Seseorang yang memiliki kecerdasan tentu mempunyai kapasitas pengetahuan tentang ruang lingkup pendidikan yang ditekuninya, yang tentunya mempunyai tujuan dan berpikir rasional. Hal tersebut dijelaskan oleh Wechsler (1939) mendefinisikan kecerdasan sebagai kumpulan kapasitas seseorang untuk bereaksi searah dengan tujuan, berpikir rasional dan mengelola lingkungan secara efektif. (Dalam soemanto W, 2006) Sekarang ini kebanyakan manusia menganggurkan kecerdasan yang mereka miliki. Punya mata hanya untuk melihat tetapi tidak untuk memperhatikan, punya perasaan hanya untuk merasakan tetapi tidak untuk menyadari, punya telinga hanya untuk mendengar tetapi tidak untuk mendengarkan dan seterusnya. Oleh sebab itu, berbagai kecerdasan yang dimiliki haruslah dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan jangan sampai disia-siakan. Dengan mengkaji materi ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang mendalam

tentang kecerdasan. Seseorang yang memiliki kecerdasan tentunya mempunyai wawasan

yang luas, yang tentunya dicapai dengan mengembangkan intelengen melalui berbagai upaya yang memengaruhi tiap individu untuk mengembangkan kecerdasannya. Oleh karenanya, melalui pembahasan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai kecerdasan. Peran IQ, EQ, dan SQ diantaranya dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja. Bahkan bisa merubah budaya ketidakdisplinan menjadi disiplin dan meningkatkan rasa tanggung jawab. membangkitkan 7 nilai dasar, yakni kejujuran, keadilan, kedisiplinan, tanggung jawab, visioner, kerjasama, dan kepedulian. B. tujuan tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini sebagai berikut : 1. Untuk mendeskrpsikan dan mengkaji kecerdasan secara umum. 2. Untuk mengetahui pengertian dan macam macam kecerdasan. 3. Untuk mengetahui fungsi dan aplikasi dari berbagai macam kecerdasan. 4. Untuk mendeskripsikan dan mengentahui bagaimana pentingnya peranan kecerdasan IQ, EQ, dan SQ dalam perkembangan profesi

BAB II PERANAN KECERDASAN DALAM PERKEMBANGAN ETIKA

A.

Pengertian Kecerdasan David Wechler memberikan rumusan tentang kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu untuk bertindak, berpikir rasional dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. Kemudian Edward L. Thorndike, menyebutkan adanya tiga cirri dari perbuatan yang cerdas, yaitu : mendalam (altitude), meluas (breadeth) dan cepat (speed). Caral witherington, mengemukakan enam cirri dari perbuatan yang cerdas, yaitu : 1) Memiliki kemampuan yang cepat dalam bekerja dengan bilangan (facility in the use of numbers). 2) Efisien dalam berbahasa (language efficiency). 3) Kemampuan mengamati dan menarik kesimpulan dari hasil pengamatan yang cukup cepat (speed of perception). 4) Kemampuan mengingat yang cukup cepat dan tahan lama (facility in memorizing). 5) Cepat dalam memahami hubungan (facility in relationship). 6) Memiliki daya khayal atau imajinasi yang tinggi (imagination).

B.

Peranan IQ, EQ dan SQ dalam Perkembangan Profesi 1. Peranan Intelligent Quotient ( IQ ) dalam Perkembangan Profesi Kecerdasan Intelektual atau Inteligensi yaitu kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat-alat berpikir. Intellegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara logis, terarah, serta mengolah dan

menguasai lingkungan secara efektif (Pali M, 1993). Konsep intellegensi yang awalnya dirintis oleh Alfred Bined 1964, mempercayai bahwa kecerdasan itu bersifat tunggal dan dapat diukur dalam satu angka.

Kecerdasan ini ditemukan pada tahun 1912 oleh William Stem yang digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang. Kecerdasan ini terletak di otak bagian Cortex (kulit otak). Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan kita kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi. (Dalam Sukmadinata, 2005)

Ada dua faktor inteligensi yang terdapat pada seseorang, yaitu :

1) General Ability : Kemampuan yang terdapat pada semua individu tapi dengan tingkatan yang berbeda satu sama lainnya. 2) Special Ability : Kemampuan yang berkaitan dengan bidang tertentu.

Untuk mengetahui IQ (Intelligence Quotient) seseorang, dilakukan tes inteligensi. Tes inteligensi menghasilkan IQ. IQ menggambarkan tingkat inteligensi. Cara penentuan IQ adalah berdasar Chronological Age (usia kronologis) dan Mental Age (umur mental). Maental Age adalah skor mentah yang diperoleh berdasar tes inteligensi. (dalam )

Pengukuran / Klasifikasi IQ : Very Superior Superior Brght Normal Average : 130 : 120 129 : 110 119 : 90 109

Dull Normal Borderline

: 80 89 : 70 79

Mental Defective : 69 and bellow Inteligensi sebagian besar orang tergolong average (rata-rata). Mereka dapat memperoleh penjelasan yang rasional. Dalam keadaan sakit, kecerdasan orang tak dapat berfungsi penuh. Perlu petunjuk yang praktis, tanpa penafsiran yang macam-macam. Banyak yang mempengaruhi intelegensi, antara lain: amnesia (lupa terhadap pengetahuan masa lalu). Orang yang kecelakaan dimungkinkan untuk menurun inteligensinya serta stroke juga mempengaruhi inteligensi seseorang. (dalam )

Ciri Khas IQ (Intellegence Quotien) : a) Logis b) Rasional c) Linier d) Sistematis Dengan memiliki IQ yang baik dan terstandar maka masing-masing individu memiliki kemantapan pemahaman tentang potensi diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya sebagai pelaksana / pelaku profesi. Dulu orang mengira bahwa kecerdasan seseorang itu bersifat tunggal, yaitu dalam satuan IQ (intelligence quotient) seperti selama ini kita kenal. Dampak negative atas persepsi ini adalah individu yang rendah kecerdasan akademik tradisionalnya, yakni matematik dan verbal (kata-kata), seakan tidak dihargai di hadapan masyarakat luas. Kini tradisi yang telah berlangsung hampir seabad tersebut, telah dibongkar dan terkuaklah bahwa kecerdasan manusia itu banyak rumpunnya. Kercerdasan itu

multidimensional, banyak cabangnya. Jadi tidak ada manusia yang bodoh, setiap manusia punya rumpun kecerdasan. (dalam )

2. Peranan Emotional Quotient ( EQ ) dalam Perkembangan Profesi. Kecerdasan emosi adalah kapasitas, kemampuan, dan ketrampilan untuk menangkap atau menilai serta mengendalikan emosi diri sendiri, orang lain, dan kelompok. Akan tetapi, definisi akurat kecerdasan emosi masih merupakan rahasia yang belum terungkap dan masih berubah-ubah. Kecerdasan emosi merupakan suatu bangunan yang tersusun atas lima dimensi. Kelima dimensi itu adalah pengetahuan, pengelolaan hubungan, motivasi diri, empati dan pengendalian perasaan atau emosi. Kecerdasan ini berada pada otak belakang manusia. Kecerdasan ini memang tidak mempunyai ukuran pasti seperti IQ, namun kita bisa merasakan kualitas keberadaannya dalam diri seseorang. Oleh karena itu EQ lebih tepat diukur dengan feeling. (dalam )

Sedangkan Emosi Adalah Letupan Perasaan Seseorang. Pengertian Eq (Emotional Quotient) / Kecerdasan Emosi yaitu: a) Kemampuan Untuk Mengenali Perasaan Sendiri, Perasaan Orang Lain, Memotivasi Diri Sendiri, Mengelola Emosi Dengan Baik, Dan Berhubungan Dengan Orang Lain (Daniel Goldman). b) Kemampuan Mengerti Dan Mengendalikan Emosi (Peter Salovely & John Mayer). c) Kemampuan Mengindra, Memahami Dan Dengan Efektif Menerapkan Kekuatan, Ketajaman, Emosi Sebagai Sumber Energi, Informasi, Dan Pengaruh (Cooper & Sawaf).

d) Bertanggung Jawab Atas Harga Diri, Kesadaran Diri, Kepekaan Sosial, Dan Adaptasi Sosial (Seagel).

Kecerdasan emosi penting untuk menangani situasi yang bermuatan emosi, suatu kondisi yang sering terjadi. Ini barangkali adalah bagian yang paling sulit dalam pengembangan kecerdasan seseorang. Muatan dari emosi negatif serta dampak dari kepercayaan diri, keberanian, dan kejujuran dapat diperoleh denganbaik melalui kecerdasan emosi. Keterampilan mengembangkan dan memanfaatkan kecerdasan emosi akan membentuk seperangkat kemampuan pokok yang mempengaruhi banyak isu bisnis yang vital bagi sensasi individu serta keberhasilan organisasi. Kecerdasan emosi merupakan faktor yang paling jelas mengatur pola kehidupan. Kecerdasan ini penting dalam pengelolaan emosi yang diperlukan untuk dapat membangun pola yang berhasil. Pengembangan kecerdasan emosi sangat penting bagi keberhasilan tingkah laku dan organisasi. Kecerdasan emosi merupakan penentu dalam pembentukan serta keberhasilan hubungan di masyarakat. Kecerdasan ini juga dapat menghilangkan perasaan takut, cemas, dan marah yang menghambat dalam pengendalian emosi. (dalam )

Menurut

Kompetensi utama kecerdasan emosi yang membuat seseorang

memiliki kepribadian yang utuh adalah sebagai berikut. 1) Kesadaran-diri emosional: seberapa jauh kita mampu mengenali perasaan sendiri. 2) Ekspresi emosional: kemampuan mengekspresikan perasaan dan naluri. 3) Kesadaran akan emosi orang lain: kemampuan mendengarkan, merasakan atau mengintuisikan perasaan orang lain dari kata, bahasa tubuh, maupun petunjuk lain.

4) Kreativitas: berhubungan dengan berbagai sumberdaya non-kognitif yang dapat membantu menyalurkan ide baru, menemukan solusi alternatif dan cara efektif melakukan sesuatu. 5) Kegigihan/fleksibilitas/adaptabilitas: ulet dan tetap berhasrat serta berharap walaupun ada halangan. 6) Hubungan antarpribadi: menciptakan dan mempertahankan hubungan dengan orangorang yang bersama kita supaya menjadi realitas yang utuh. 7) Ketidakpuasan konstruktif: kemampuan tetap tenang dan fokus dengan emosi yang tidak meningkat sekalipun dalam perselisihan. 8) Wawasan/ Optimisme: positif dan optimistik. 9) Belas kasihan/ empati: kemampuan berempati dan menghargai perasaan orang lain. 10) Intuisi: kemampuan mengenali, mempercayai, dan menggunakan perasaan kuat yang muncul dari dalam, serta respons kognitif lain yang dihasilkan oleh indera, emosi, pikiran, dan tubuh. 11) Kesengajaan: mengatakan apa maksud dan tekad untuk melaksanakan apa yang kita katakan; bersedia tahan terhadap gangguan dan godaan agar dapat bertanggung jawab atas segala tindakan dan sikap. 12) Radius kepercayaan: mempercayai bahwa seseorang itu baik, namun tidak juga terlalu mempercayai seseorang. 13) Kekuatan pribadi: yakin dapat menghadapi segala tantangan dan hidup sesuai dengan pilihan.

Aspek EQ Menurut Salovely & Goldman Ada Lima (dalam 1) Kemampuan Mengenal Diri (Kesadaran Diri).

):

2) Kemampuan Mengelola Emosi (Penguasaan Diri). 3) Kemampuan Memotivasi Diri. 4) Kemampuan Mengendalikan Emosi Orang Lain. 5) Kemampuan Berhubungan Dengan Orang Lain (Empati). Prilaku Cerdas Emosi : a) Menghargai Emosi Negatif Orang Lain. b) Sabar Menghadapi Emosi Negatif Orang Lain. c) Sadar Dan Menghargai Emosi Diri Sendiri. d) Emosi Negatif Untuk Membina Hubungan. e) Peka Terhadap Emosi Orang Lain. f) Tidak Bingung Menghadapi Emosi Orang Lain. g) Tidak Menganggap Lucu Emosi Orang Lain. h) Tidak Memaksa Apa Yang Harus Dirasakan. i) Tidak Harus Membereskan Emosi Orang Lain. j) Saat Emosional Adalah Saat Mendengatkan Seseorang dikatakan memiliki EQ Tinggi jika : a) Berempati. b) Mengungkapkan Dan Memahami Perasaan. c) Mengendalikan Amarah. d) Kemandirian. e) Kemampuan Menyesuaikan Diri. f) Disukai.

g) Kemampuan Memecahkan Masalah Antar Pribadi. h) Ketekunan. i) Kesetiakawanan. j) Keramahan.

k) Sikap Hormat. Emotional Quotient (EQ) mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesan pribadi dan profesional. EQ dianggap sebagai persyaratan bagi kesuksesan pribadi. Alasan utamanya adalah masyarakat percaya bahwa emosi-emosi sebagai masalah pribadi dan tidak memiliki tempat di luar inti batin seseorang juga batas-batas keluarga. Penting bahwa kita perlu memahami apa yang diperlukan untuk membantu kita membangun kehidupan yang positif dan memuaskan, karena ini akan mendorong mencapai tujuan-tujuan Profesional kita.(dalam )

3. Peran Spiritual Quotient ( SQ ) dalam Perkembangan Profesi. Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari bahasa Latin, spiritus, yang berarti napas. Roh bisa diartikan sebagai energi kehidupan, yang membuat manusia dapat hidup, bernapas dan bergerak. Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar fisik, termasuk pikiran, perasaan, dan karakter kita. (dalam )

Kecerdasan spiritual berarti kemampuan seseorang untuk dapat mengenal dan memahami diri seseorang sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti bisa memahami sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani dan ke manakah kita akan pergi. Kecerdasan spiritual diyakini sebagai kecerdasan yang paling utama dibandingkan dengan berbagai jenis kecerdasan yang lain. Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah Kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu Kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. (dalam )

Kecerdasan spiritual sering disebut SQ (Spiritual Quotient) penemunya danah zohar dan lan marshall, london, 2000) cenderung diperlukan bagi setiap hamba tuhan untuk dapat berhubungan dengan tuhannya. melibatkan kemampuan, menghidupkan kebenaran yang paling dalam; artinya mewujudkan hal yang terbaik, untuk dan paling manusiawi dalam batin. gagasan, energi, nilai, visi, dorongan, dan arah panggilan hidup, mengalir dari dalam dari suatu keadaan kesadaran yang hidup bersama cinta. (dalam )

Paul edwar; SQ adalah bukti ilmiah. ini adalah benar ketika anda merasakan keamanan (Secure), kedamaian (Peace), penuh cinta (Loved), dan bahagia (Happy). Ketika dibedakan dengan suatu kondisi dimana anda merasakan ketidak Amanan, ketidak bahagian, dan ketidak cintaan. (dalam )

Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat murni, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik. Kecerdasan spiritual melintasi batas agama (religion). Meski demikian, pemaknaan yang mendalam dan lurus terhadap agama yang dianut akan menjadi landasan yang kuat bagi tumbuh dan berkembangnya suara hati dalam diri manusia. (dalam )

Menurut dimitri mahayana (Nggermanto, 2001), ciri-ciri orang yang ber-SQ tinggi adalah : 1) memiliki prinsip dan visi yang kuat. 2) mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman. 3) Mampu memaknai setiap sisi kehidupan. 4) Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Dari materi di atas dapat di simpulkan bahwa Kecerdasan adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, kemampuan untuk belajar; keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Kecerdasan Intelektual (IQ) atau Inteligensi adalah kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat-alat berpikir. Kecerdasan emosi (EQ) adalah kapasitas, kemampuan, dan ketrampilan untuk menangkap atau menilai serta mengendalikan emosi diri sendiri, orang lain, dan kelompok.

Kecerdasan spiritual (SQ) kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu Kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. orang yang memiliki IQ tinggi tetapi tidak dibarengi dengan EQ, bagaikan paku yang pernah dihujam ke sebatang kayu, walaupun bisa dicopot kembali namun lubang itu akan masih tetap ada. Disinilah EQ itu bekerja dan mampu memberikan kesuksesan dalam diri kita. EQ dan komunikasinya yang baik mampu memberikan apresiasi ke dalam diri sendiri dan orang lain. EQ membantu kita menjadi seseorang yang sukses dalam bersosial dan berkehidupan. Namun tanpa SQ, tidak menyadari makna/value dalam diri serta siapa dirinya dan untuk apa dirinya diciptakan.

B. Saran

Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia, gunakanlah kecerdasan itu dengan sebaik-baiknya dalam hal kebajikan.

Sebagai pendidik (calon pendidik), dalam mewujudkan diri sebagai pendidik yang profesional dan bermakna, tugas kemanusiaan kita adalah berusaha membelajarkan para peserta didik untuk dapat mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusian yang dimilikinya, melalui pendekatan dan proses pembelajaran yang bermakna (SQ), menyenangkan (EQ) dan menantang atau problematis (IQ), sehingga pada gilirannya dapat dihasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas baik dari otak maupun hatinya.

Untuk menjadi seorang pribadi yang sukses kita harus mampu menggabungkan dan mensinergikan IQ, EQ, dan SQ. Ilmu tanpa hati adalah buta, sedangkan ilmu tanpa hati dan jiwa adalah hampa. Ilmu, hati, dan jiwa yang bersinergi itulah yang memberikan makna.

Daftar Pustaka

Musyana,Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. : Alfabeta : Bandung Nasution,N. 1993. Psikologi Pendidikan . Depdikbud : Jakarta Purwanto,Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. : Rosda : Bandung Sudrajat, Ahmad. 2008. IQ, EQ dan SQ; dari Kecerdasan Tunggal ke Kecerdasan Majemuk http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/iq-eq-dan-sq-dari-kecerdasan-tunggalke-kecerdasan-majemuk/ , diakses tanggal 18 Mei 2012). Soemanto,w. 2006. Psikologi Pendidikan. Rineka cipta : Jakarta Sukmadinata, NS. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Rosda : Bandung Sukarnyana,W.I. 1988. Teen Examples of course Development. Edisi utama. Volume one. FPS IKIP Malang Sukarnyana,W.I. 1988. Teen Examples of course Development. Edisi utama. Volume two. FPS IKIP Malang Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Rajawali press : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai