Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KECERDASAN

Oleh

Kelompok 3
Arnoldus Tatogo (2021001034)
Christiano Kutun Making (2021001032)
Wardahtul Janah (2021001047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
SEMESTER 1

2021
PENDAHULUAN
Kecerdasan memiliki pengertian yang sangat luas. Secara umum kecerdasan dapat
diartikan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan,
menguasai dan mempraktekannya dalam upaya pemecahan suatu masalah.
Tokoh pengukuran inteligensi Alfred Binet mengatakan bahwa kecerdasan adalah
kemampuan yang terdiri dari tiga komponen, yakni (1) kemampuan untuk mengarahkan
pikiran atau tindakan, (2) kemampuan untuk mengubah arah pikiran atau tindakan, dan
(3) kemampuan untuk mengkritisi pikiran dan tindakan diri sendiri atau autocritism.
Menurutnya, inteligensi merupakan sesuatu yang fungsional sehingga tingkat
perkembangan individu dapat diamati dan dinilai berdasarkan kriteria tertentu.
Sedangkan kecerdasan menurut paradigma multiple intelligences yang dikemuka
kan oleh Howard Gardner, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang mempunyai
tiga komponen utama, yakni: Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi
dalam kehidupan nyata sehari-hari, kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan
baru yang dihadapi untuk diselesaikan, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau
menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Dengan demikian dari beberapa pengertian diatas kecerdasan dapat diartikan
sebagai kesempurnaan akal budi seseorang yang diwujudkan dalam suatu rangkaian
kecakapan-kecakapan tertentu dan untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah
dalam kehidupan secara nyata dan tepat.
Pada pembahasan ini kelompok memaparkan konsep kecerdasan umum yang serin
g dibahas yaitu Five Basic Intelligences, kemudian sebagai pembahasan lanjutan kelompo
k coba untuk menguraikan kecerdasan berdasarkan konsep tentang sembilan kecerdasan d
ari Howard Gardner. Paper ini terbagi dalam tiga judul besar yaitu: Five Basic Inteligence
s, Multiple Intelligences, dan The Relevance of the Multiple Intelligences to Educational
Psychology.

1. Lima Kecerdasan Dasar/ Five Basic Intelligences

1.1. Kecerdasan Intelektual /Intellegent Quotient/ (IQ)

Kecerdasan intelektual atau pikiran ini merupakan kecerdasan yang bertumpu pa


da kemampuan untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. Hal ini nyata dalam berbag
ai psikotes yang diterima ketika seseorang ingin bergabung dalam sebuah instasi ataupun
hanya untuk mengukur tingkatan intelektualnya. Istilah yang dicetuskan oleh Alfred Bin
et ini dalam perkembangannya mengalami beberapa kritikan. Misalnya oleh Steve Halla
m yang berpendapat bahwa sebenarnya tingkatan kecerdasan manusia tidak serta-merta d
apat diukur dengan grafik angka yang tak dapat berubah atau mutlak. Kritik yang kedua
yang juga diajukan oleh Steve Hallam adalah bahwa kecerdasan manusia tidak hanya ter
batas pada kemampuan matematik ataupun logika melainkan melampauinya. Selanjutnya
dia juga menyebut bahwa musik, olah raga, seni dan berbagai bidang keahlian lainnya ya
ng berhubungan dengan pemanfaan kemampuan berpikir juga merupakan bentuk kecerd
asan intelektual.

1.2. Kecerdasan Emosional/ Emotional Quotient (EQ)

Kecerdasan emosional didasarkan pada kemampuan manusia dalam mengatur ata


u mengolah emosi dan perasaan. Kecerdasan emosional sangat mempengaruhi pembawa
an diri seseorang, bagaimana tingkat penguasaan diri dalam mengatur lalu lintas emosi d
alam diri. Emosi sendiri dalam KBBI (dalam kaitan dengan psikologi) diartikan sebagai
keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan,
kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif. Seseorang yang memiliki kecerdasan
emosi yang kurang walaupun IQ-nya besar, dia akan akan sulit menyelaraskan konsep-k
onsep intelektuannya dalam realitas yang akan dihadapinya sehari-hari dikarenakan sulit
nya mengolah atau mengekspresikan ungkapan-ungkapan emosional. Menurut pendapat
kelompok kecerdasan emosional sama artinya dengan kedewasaan diri. Seseorang denga
n EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa
mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang
buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.

1.3. Kecerdasan Spiritual/ Spiritual Quotient (SQ)


Kecerdasan Spiritual ini berkaitan dengan keyakinan kita kepada Tuhan.
Kecerdasan ini muncul apabila kita benar-benar yakin atas eksistensi jiwa atau roh dalam
diri manusia. Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai
perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna
yang ada di balik kenyataan. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang
dibatasi oleh kepentingan-kepentingan manusia dan sudah menjadi ter-kavling-kavling
sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa secara um
um tanpa terbatas pada konsep-konsep religius tertentu, namun konsep-konsep religius itu
adalah sebuah sarana yang memberikan pencerahan bagi setiap individu untuk sampai pa
da pemaknaan dan pemenuhan kapasitas kecerdasan spiritual. Kemampuan untuk
bersikap fleksibel, adanya tingkat kesadaran diri yang tinggi, kemampuan untuk
menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk dan melampaui perasaan
sakit, dan kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai merupakan sedikit contoh
orang yang ber-SQ tinggi.

1.4. Kecerdasan Moral/ Moral Quotient (MQ)

Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah:
artinya, memiliki keyakinan etika yang kuat dalam bertindak berdasarkan keyakinan
tersebut, sehingga orang bersikap benar dan terhormat berdasarkan norma moral yang be
rlaku. Kecerdasan yang sangat penting ini mencakup karakter-karakter utama, seperti
kemampuan untuk memahami penderitaan orang lain dan tidak bertindak jahat; mampu
mengendalikan dorongan dan menunda pemuasaan keinginan diri; mendengarkan dari
berbagai pihak sebelum memberikan penilaian. Kecerdasan moral pada dasarnya d
ibangun dari empat aspek utama yaitu kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, dan
toleransi. Keempat hal ini membantu seseorang dalam menghadapi tantangan dan
tekanan etika yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupannya. Kebajikan-kebajikan
tersebutlah yang akan melindunginya agar tetap berada di jalan yang benar dan
membantunya agar selalu bermoral dalam bertindak.

1.5. Kecerdasan Mengatasi Kesulitan/ Adversity Quotient (AQ)


Kecerdasan mengatasi kesulitan adalah kemempuan menghindarkan berbagai tant
angan yang menghambat tercapainya sebuah tujuan. Orang yang memiliki AQ tinggi
disebut climber. Dalam menghadapi kesulitan, mereka selalu berusaha mencari jalan
keluar penyelesaian, tidak pernah dibbiarkan ada sesuatu yang menghalangi cita-citanya.
Potensi Adversity Quotient telah banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan motivasi ker
ja dan usaha. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan segala potensi diri guna mencapa
i kesempurnaan cita-cita. Pendek kata, orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih
mampu mewujudkan cita-citanya dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah. Ciri or
ang dengan AQ tinggi adalah pertama, mempunyai dedikasi tinggi terhadap apa yang
tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen, kecintaan atau ambisi untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kedua, memiliki determinasi. Kemauan untuk
mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk
mencapai tujuan yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain.
Orang sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain
pada umumnya.

2. Kcerdasan Majemuk/ Multiple intelligences

Teori kecerdasan majemuk pertama kali digagas oleh Howart Gardner yang merupaka
n sebuah upaya pemaksimalan pemahaman akan ruang lingkup teori kecerdasan yang cender
ung separatif. Multiple Intelligences adalah istilah yang digunakan oleh Howard Garner untuk
menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia itu memiliki banyak kecerdasan. Teori ini
kemudian dikembangkan dan diperkenalkan pada tahun 1983 dalam bukunya yang berjudul
Frames of Mind, yang telah diterjemahkan ke dalam dua belas bahasa. Kecerdasan majemuk
memandang bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki banyak kecerdasan dan memiliki
kemampuan untuk mengembangkan kecerdasan-kecerdasan tersebut sampai batas maksimal
bila berada pada lingkungan yang mendukung. Ada sembilan kecerdasan majemuk.
2.1. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan linguistik atau word smart adalah suatu kemampuan berbahasa
secara efektif. kecerdasan linguistik juga berkaitan dengan kemampuan berbicara. Dalam
hal ini, kecerdasan linguistik nampak pada para orator, pelawak, selebriti radio, atau
politisi yang sering menggunakan kata-kata untuk memanipulasi dan mempengaruhi.
Namun demikian, orang yang memiliki kecerdasan linguistik ini sebenarnya tidak hanya
sebatas mampu bertutur dan berkata-kata serta mampu mengkhidmati kata-kata pada
tataran makna tersurat dan tersiratnya saja, namun juga mampu mengkhidmati bentuk
dan bunyinya serta untuk citra yang tercipta ketika kata-kata dirancangreka dalam cara
yang lain dan berbeda dari biasanya.
2.2. Kecerdasan Matematis-Logis (Logical-Matematical Intelligence)
Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan yang berkaitan dengan
penggunaan bilangan dan logika secara efektif, Kemampuan yang termasuk dalam
kecerdasan ini adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan
perhitungan. Komponen inti dari kecerdasan matematis-logis adalah kepekaan pada pola-
pola logis atau numeris dan kapasitas mencernanya, serta kemampuan mengolah alur
pemikiran yang panjang. Einstein (ahli fisika), John Dewey (ahli pendidikan), Stepen
Hawking (ahli fisika), dan Habibie (ahli pesawat terbang dan mantan presiden Indonesia).
2.3. Kecerdasan Spasial/Ruang-Visual (Visual/Spatial Intelligence)
Kecerdasan spasial adalah kecerdasan dalam mengenali objek dan pemandangan
di lingkungan aslinya . Artinya seseorang dengan kecerdasan spasial yang tinggi dapat d
engan mudah merevisualisasi sebuah gambaran atau pengelihatan dalam pikiran mereka,
kecenderungan yang dimiliki oleh orang dengan kemampuan ini adalah gampang mengin
gat segala sesuatu dengan moda visual. Dengan melihat mereka dapat kembali mereka m
embangun imajinasi dalam pikiran.
2.4. Kecerdasan Kinestetik-Badani (Bodily-Kinesthetic Intelegence)
Kecerdasan kinestetik merupakan kemampuan untuk memahami, mencintai dan
memelihara tubuh, dan membuatnya berfungsi seefisien mungkin bagi orang yang
bersangkutan. Dengan kata lain, kecerdasan tubuh adalah kecerdasan atletik dalam
mengontrol tubuh seseorang dengan sangat cermat. Orang dengan level kecerdasan kines
tetik yang tinggi mampu dengan mudah meniru sebuah gerakan atau tanpa dengan sebua
h fase latihan yang panjang. Contoh orang yang cenderung punya kecerdasan kinestetik a
dalah para penari dan juga olahragawan.
2.5. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Kecerdasa musikal adalah kemampuan untuk mengembangkan,
mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Selain itu, kecerdasan
musik juga meliputi kemampuan untuk mengamati, membedakan, mengarang, dan
membentuk bentuk-bentuk musik, kepekaan terhadap ritme, melodi, dan timbre dari
musik yang didengar. Mereka yang memiliki kapasitas lebih dalam bidang kecerdasan in
i, mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap bunyi-bunyian terkadang baik yang harmon
is maupun yang tidak harmonis.
2.6. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka
terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain, atau kepekaan
akan ekspresi wajah, suara, serta isyarat orang lain. Secara umum kecerdasan
interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan
komunikasi dengan berbagai orang. Bukan hanya soal bagaimana mengerti dan meneri
ma tetapi juga dalam hal memeberi tanggapan yang sesuai dengan feed back yang diter
ima. Orang dengan kecerdasan ini memiliki tendensi mudah bergaul dan cepat bikin n
yaman.
2.7. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Kecerdasan intrapersonal merupakan sebuah kemampuan untuk mengenal diri
sendiri namun lebih merujuk pada hal-hal psikis dan emosional. Termasuk dalam
kecerdasan ini adalah kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, memiliki
kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya, mempunyai kemampuan untuk mengambil
keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidupnya, bisa mengatur perasaan serta emosi
dirinya sendiri secara teratur. Adapun beberapa komponen yang termasuk kepenuhan k
ecerdasan intrapersonal yaitu, kemampuan untuk mengalami berbagai perasaan secara
mendalam dengan gairah, semangat, dan spontanitas, kemampuan bersikap tegas,
pengakuan terhadap harga diri, kemampuan untuk meredakan perasaan sakit pada diri
sendiri, mempunyai segala sesuatu yang diperlukan untuk mempertahankan niat dalam
pekerjaan maupun relasi, kemampuan untuk berkreasi dan berhubungan secara dekat,
kemampuan untuk menyendiri.
2.8. Kecerdasan Naturalis/Lingkungan (Naturalist Intelligence)
Kecerdasan naturalis/lingkungan adalah kemampuan seseorang untuk dapat
mengerti flora dan fauna dengan baik, juga kemampuan untuk memahami dan
menikmati alam serta menggunakan kemampuan tersebut secara produktif dalam
bertani, berburu, dan mengembangkan pengetahuan alam lainnya. Kemampuan menge
nal dan mengerti keadaan alam sekitar ini dapat diterapkan di lingkungan biotik maup
un abiotik. Kecerdasan ini membantu mereka yang memilikinya untuk lebih mudah m
engenal dan mengklasifikasikan berbagai benda dalam golongannya dan tentunya untu
k tujuan yang positif.
2.9. Kecerdasan Eksistensial (Existential Intelligence)
Pada dasarnya kecerdasan eksistensial adalah minat pada masalah-masalah
pokok kehidupan. Kecerdasan ini mencakup kemampuan menempatkan diri dalam
hubungan dengan jangkauan kosmos yang terjauh (yang tidak terhingga besarnya dan
tidak terhingga kecilnya) dan kemampuan lain yang terkait, yakni menempatkan diri
dalam hubungan dengan berbagai aspek eksistensial manusia, misalnya makna hidup,
arti kematian, nasib dunia fisik dan psikologis, serta pengalaman mendalam seperti
cinta pada sesama atau keterlibatan total dalam karya seni. Kecerdasan ini umumnya
muncul dalam diri anak-anak.

3. Relevansi Kecerdasan dalam Psikologi Pendidikan


Dalam buku “Psikologi Pendidikan Pendekatan Multidisipliner (Asrori, 2020)” Psikol
ogi pendidikan secara umum diartikan sebagai cabang dari psikologi namun dalam
penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada maslah pertumbuhan dan
perkembangan, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dalam masalah
pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar. Dengan demikian,
definisi singkat tentang psikologi pendidikan di atas telah secara tersirat menerangkan hubun
gan yang sangat erat antara kecerdasan dan psikologi pendidikan. Kecerdasan dalam lingkup
kajian psikologi pendidikan merupakan bagian dari aspek yang mempengaruhi keberhasilan b
elajar. Kecerdasan merupakan aspek yang sangat penting dalam kajian psikologi pendidikan
karena lewat kecerdasan dan berbagai sub kajiannya Psikologi pendidikan dalam pendekatan
dan pengkajiannya dibantu untuk melihat lebih dalam fenomena-fenomena dan penyebab ke
majuan atau kemunduran prestasi belajar yang diimbas oleh kecerdasan. Kecerdasan juga dap
at dikatakan sebagai sebuah objek kajian dari psikologi pendidikan jika dijelaskan secara hier
arkis, karena merupakan aspek penentu keberhasilan belajar. Misalnya, ketika seorang pesert
a didik mengalami penurunan prestasi belajar, salah satu objek telaah yang juga menentukan
adalah latar belakang kecerdasan. Kecerdasan dasar apakah yang sebenarnya dimiliki oleh pe
serta didik tersebut? Apakah metode pembelajaran yang diaplikasikan padanya sesuai dengan
latar belakang kecerdasan yang dimilikinya? Atau mungkin pertanyaan yang timbul setelah it
u adalah, apakah dia sudah mengenal latar kecerdasan apa saja yang dimilikinya? Pertanyaan-
pertanyaan yang demikian memeberikan gambaran bahwa kosep tentang kecerdasan sangat b
erpengaruh dan penting dalam telaah dan kajian psikologi pendidikan.

KESIMPULAN

Kecerdasan dan Psikologi Pendidikan merupakan dua hal yang dalam disiplin-disiplin
tertentu tak dapat terpisahkan, karena keduanya memiliki hubungan yang mutualitatif. Kecerd
asan dalam diri setiap orang tentulah berbeda, hal ini juga kadang dipengaruhi oleh faktor gen
etik. Namun pada dasarnya kecerdasan yang lebih mendalam hanya dapat dikembangkan den
gan latihan. Ada sebuah pribahasa asing (Jerman) yang mendukung pemikiran ini, pribahasa i
tu berbunyi “Die Übungen machen einem Meister” artinya latihan-latihan menjadikan seseora
ng ahli. Maka ada baiknya kita sekalian yang menyimak dan membaca makalah ini mulai tert
arik untuk mengidentifikasi diri sendiri, kecerdasan yang apa sajakah yang dimiliki dalam dir
i?
Demikian makalah yang kami sampaikan kami menyampaikan permohonan maaf jika
di dalam pembahasan ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Kami dari kelompok 4 me
nyampaikan sekian dan terima kasih.

DAFTAR RUJUKAN

Asrori. 2020. Psikologi pendidikan Pendekatan Multidisipliner. Banyumas: Penerbit CV.


Pena Persada Redaksi
Syarifah. 2019. Konsep Kecerdasan Majemuk Howard Gardner. Jurnal Ilmiah Sustainable.
Vol. 2 No. 2, hal 154 - 175
Akhdan Nur Said. 2018. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan
Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Empiris pada
Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta). Jurnal Nominal. Volume VII.
Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai