PSIKOLOGI DASAR
“Thingking, Kecerdasan, Bahasa”
Disusun oleh:
Kelompok 2
Kelas C
Diserahkan tanggal:
16 November 2022
Daftar Isi
1
THINKING, KECERDASAN & BAHASA
A. KECERDASAN EKSTREM
Kecacatan Intelektual
Kecacatan intelektual adalalah suatu kondisi keterbatasan
kemampuan mental yang mempengaruhi fungsi dalam 3 domain . Ada
beberapa cara untuk mendefinisikan hal tersebut. yang pertama orang
tersebut menunjukan kekurangan dalam kemampuan mental. yang kedua
adalah keterampilan yang dimiliki seseorang untuk bisa hidup mandiri
atau biasa disebut perilaku adaptif. Cacat intelektual ini terjadi pada 1%
populasi. (American Psychiatric Association, 2013).
Dampak fungsi domain yaitu:
A. Konseptual (memori, penalaran, bahasa, membaca,
menulis, matematika dan keterampilan akademik lainnya)
B. Sosial (empati, penilaian sosial, komunikasi interpersonal,
kemampuan lain yang berdampak pada kemampuan dalam
membuat dan memelihara pertemanan)
C. Praktis ( keterampilan manajemen diri dan tanggung jawab)
(American Psychiatric Association, 2013).
2
akiibat penyakit, infeksi atau penggunaan obat-obatan pada ibu, penyakit
dan kecelakaan selama masa kanak-kanak. (Murphy et al., 1998)
Giftedness
Giftedness ialah orang-orang yang memiliki kemampuan lebih dari
pada orang lain seperti siswa A+, atlet bintang, musisi yang
memiliki bakat yang ada sejak lahir. Orang yang memiliki IQ 130
keatas atau memiliki keahlian didalam bidang tertentu adalah orang
yang berbakat.
B. KECERDASAAN EMOSIONAL
Beberapa tokoh mengemukakan tentang teori kecerdasan
emosional antara lain, Mayer & Salovey dan Daniel Goleman. Salovey
dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut
EQ sebagai, “himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan
kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada
orang lain, memilahmilah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk
membimbing pikiran dan tindakan.”. Menurut Goleman, kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya
dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence);
menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of
emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
a. Faktor Internal.
Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang
mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua
sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah
faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan
seseorang dapat terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses
kecerdasan emosinya. Segi psikologis mencakup didalamnya
pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi.
3
b. Faktor Eksternal.
Faktor ekstemal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan
emosi berlangsung. Faktor ekstemal meliputi:
1) Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam
memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi dan
2) Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses
kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang melatarbelakangi
merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.
1. Membaca situasi
Dengan memperhatikan situasi sekitar, kita akan mengetahui apa yang
harus dilakukan.
3. Siap berkomunikasi
Jika terjadi suatu masalah, bicarakanlah agar tidak terjadi salah paham.
5. Mencoba berempati
EQ tinggi biasanya didapati pada orang-orang yang mampu berempati
atau bisa mengerti situasi yang dihadapi orang lain.
7. Siap mental
Situasi apa pun yang akan dihadapi, kita harus menyiapkan mental
sebelumnya.
9. Bersikap rasional
Kecerdasan emosi berhubungan dengan perasaan, namun tetap berpikir
rasional.
4
10. Fokus
Konsentrasikan diri pada suatu masalah yang perlu mendapat
perhatian. Jangan memaksa diri melakukannya dalam 4-5 masalah
secara bersamaan.
Kecerdasan Matematika-Logika.
Memuat kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan
deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis
pola angka-angka serta memecahkan masalah dengan menggunakan
kemampuan berpikir.
Kecerdasan bahasa.
Memuat kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan
katakata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang
berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.
Kecerdasan Musikal.
5
Memuat kemampuan untuk peka terhadap suara-suara nonverbal
yang berada disekelilingnya, termasuk dalam hal nada dan irama.
Kecerdasan Visual-Spasial.
Memuat kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih
mendalam hubungan antara objek dan ruang.
Kecerdasan Kinestetik.
Memuat kemampuan untuk secara aktif menggunakan bagian-
bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan
berbagai masalah.
Kecerdasan Interpersonal.
Menunjukkan kemampuan untuk peka terhadap perasaan orang
lain. Mereka cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang lain,
sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.
Kecerdasan Intrapersonal.
Menunjukkan kemampuan untuk peka terhadap perasaan dirinya
sendiri. Cenderung mampu mengenali berbagai kekuatan maupun
kelemahan yang ada pada dirinya sendiri.
Kecerdasan Naturalis.
Kemampuan untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya
senang berada di lingkungan alam yang terbuka, seperti pantai, gunung,
cagar alam atau hutan.
Kecerdasan Eksistensialis.
6
Menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab
pertanyaan tentang eksistensi dirinya sebagai makhluk manusia. Orang
tersebut tidak hanya puas menerima keberadaannya namun mencoba
menyadari dan mencari jawaban yang terdalam, tentang siapa dia, apa
sesungguhnya tujuan hidupnya,apa hubungannya dengan Sang Pencipta,
hubungannya dengan manusia dan masyarakatnya, dengan alam semesta
ini, kemana hidupnya akan bermuara, dan sebagainya.
a. Area Broca
Area Broca terletak di lobus frontal kiri kebanyakan orang adalah
area otak yang terlibat untuk memproduksi bahasa (sebagian kecil berada
di sebelah kanan lobus frontal). Area Broca merupakan area yang
memungkinkan seseorang untuk berbicara dengan lancar dan fasih. Area
ini disebut area Broca setelah ahli saraf abad ke-19 Paul Broca, yang
pertama kali mempelajarinya orang dengan kerusakan pada daerah ini
(Leonard, 1997).
Kerusakan pada area Broca menyebabkan seseorang untuk tidak
bisa mengeluarkan kata-kata dengan cara yang lancar dan terhubung.
Orang dengan kondisi ini mungkin tahu persis apa yang ingin mereka
katakan dan mengerti apa yang mereka dengar dari orang lain, tetapi
mereka tidak dapat mengontrol produksi sebenarnya dari kata-kata
mereka sendiri. Bicara terhenti dan kata-kata sering salah diucapkan,
seperti mengatakan “cot” bukan “clock” atau “non” bukan "nine"
Beberapa kata mungkin dihilangkan sama sekali, seperti "the" atau "for."
Ini disebut Broca afasia.
Broca afasia mengacu pada ketidakmampuan untuk menggunakan
atau memahami baik bahasa tertulis atau lisan (Goodglass et al., 2001).
Kondisi afasia Broca akibat kerusakan pada area Broca, menyebabkan
7
orang yang terkena tidak dapat berbicara dengan lancar, salah
mengucapkan kata-kata, danuntuk berbicara terbata-bata.
b. Area Wernicke
Area Wernicke terletak di lobus temporal kiri (pada kebanyakan
orang). Area otak ini tampaknya terlibat dalam memahami arti kata-kata
(Goodglass et al., 2001). Area ini yang disebut Area Wernicke, dinamai
menurut ahli fisiologi dan kontemporer Broca, Carl Wernicke, yang
pertama kali mempelajari masalah yang timbul dari kerusakan di lokasi
ini.
Saat anak laki-laki ini meniru gerakan yang dilakukan ayahnya
melalui saat bercukur, area tertentu di otaknya lebih aktif daripada yang
lain, area yang mengontrol gerakan mencukur. Tetapi bahkan jika bocah
itu hanya mengawasi ayahnya, area saraf yang sama akan melakukannya
menjadi aktif — neuron di otak anak laki-laki itu akan aktif mencerminkan
tindakan ayah yang dia amati. Biologis seseorang dengan afasia Wernicke
akan dapat berbicara dengan lancar dan mengucapkan kata-kata benar,
tetapi kata-katanya akan menjadi kata yang salah sepenuhnya. Misalnya,
Elsie menderita stroke pada lobus temporal, sehingga merusak area otak
ini. Saat perawat UGD memeriksa tekanan darah, Elsie berkata, “Oh, hari
Sabtu yang berat.” Elsie pikir dia masuk akal. Dia juga kesulitan
memahami apa yang dikatakan orang-orang di sekitarnya padanya. Dalam
contoh lain, Ernest menderita stroke pada usia 80 dan juga menunjukkan
tanda-tanda afasia Wernicke. Misalnya, dia meminta istrinya untuk
mengeluarkan susu untuknya dari pendingin udara (AC).
Afasia Wernicke kondisi akibat kerusakan pada area Wernicke,
menyebabkan yang terkena dampak seseorang menjadi tidak dapat
memahami atau menghasilkan bahasa yang bermakna.
8
Secara sederhana dapat di simpulkan bahwa area broca merupakan pusat
pengelola penyampaian lisan dan area wernicke merupakan pusat
pemahaman lisan.
9
E. BILINGUAL ENVIRONTMENT
Bilingual atau dwibahasa adalah kemampuan menggunakan dua
bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam berbicara dan menulis tetapi
juga kemampuan memahami apa yang dikomunikasikan orang lain secara
lisan dan tertulis. (Hurlock,1993)
Tujuan utama pembelajaran bilingual ialah memberikan bekal
keterampilan berbahasa kepada anak yang mencangkup keterampilan
menyimak dan berbicara yang dibungkus dalam kegiatan memperkaya
kosakata anak.
Untuk melihat apakah seseorang tergolong monolingual atau
bilingual, dalam psikologi terdapat istilah bahasa pertama (first language)
untuk bahasa ibu, dan bahasa kedua (second language) untuk bahasa
selain bahasa ibu (Matlin,1994:320). Monolingual berarti seseorang yang
hanya berkomunikasi dengan bahasa ibu saja, sedangkan bilingual adalah
oarang yang menggunakan baik abahasa ibu maupun bahasa keduanya
sesuai dengan konteks sosial pembicaraan.
10
Memberi pengaruh yang kurang menguntungkan bagi
perkembangan keribadian dan sikap sosial anak usia SD yang bahasa
ibunya bukan bahasa Inggris. (Gage & Berliner (1975) Sapir & Nitzburg (1973))
11
empqat suara yang tampak mewakili pisang, anggur, jus, dan kata ya. Juga
setelah di tes suara tersebut tampaknya memenuhi syarat untuk disebut
sebagai bahasa.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
DAFTAR RUJUKAN
Indira, Anita. (2021). Jurnal Kajian dan Pengembangan Umat. Diakses pada tanggal 14
November 2022, melalui
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/ummatanwasathan/article/view/1968
14