PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
2023
A. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, tepat tanggap dalam
menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar keterangan. Kecerdasan adalah
kesempurnaan perkembangan akal budi. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah yang dihadapi , dalam hal ini adalah masalah yang menuntut
kemampuan pikiran.
Kecerdasan atau yang biasa disebut dengan intelegensi berasal dari bahasa latin
“intelligence” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (toorganize,
torelate, tobindtogether). Bagi para ahli yang meneliti, istilah intelegensi memberikan
macam-macam arti. Menurut mereka, kecerdasan merupakan konsep yang bisa diamati tetapi
menjadi hal yang paling sulit untuk didefinisi kan. Ini terjadi karena intelegensi tergantung
pada konteks atau lingkungannya.
Menurut dusek kecerdasan dapat didefinisikan melalui dua jalan yaitu secara kuantitatif dan
kualitatif. Secara kuantitatif, kecerdasan adalah proses belajar untuk memecahkan masalah
yang dapat diukur dengan tes intelegensi, sedangkan secara kualitatif kecerdasan merupakan
suatu cara berpikir dalam membentuk konstrukbagaimana menghubungkan dan mengelola
informasi dari luar yang disesuaikan dengan dirinya. Howard Gardner berpendapat
kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai
bagi budaya tertentu.
Alfred binet merupakan seorang tokoh perintis pengukuran inteligensi, ia menjelaskan bahwa
intelegensi merupakan kemampuan individu mencakup tiga hal. Pertama kemampuan
mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, artinya individu mampu menetapkan
tujuan untuk dicapainya (goalsetting). Kedua, kemampuan untuk mengubah arah tindakan
bila dituntut demikian, artinya individu mampu melakukan penyesuaian diri dalam
lingkungan tertentu. Ketiga, kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan
autokritik, artinya individu mampu melakukan perubahan atas kesalahan-kesalahan.
Lebih lanjut, Raymond Bernard Cattel mengklasifikasi kemampuan mental menjadi dua
macam, yaitu intelegensi fluid (gf) dan intelegensi crystallized(gc). Intelegensi fruit
merupakan kemampuan yang berasal dari faktor bawaan biologis yang diperoleh sejak
kelahirannya dan lepas dari pengaruh pendidikan dan pengalaman. Sedangkan intelegensi
kristalized merupakan kemampuan yang merefleksikan adanya pengaruh pengalaman,
pendidikan dan kebudayaan dalam diri seseorang, intelegensi ini akan meningkat kadarnya
dalam diri seseorang seiring dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan keterampilan yang dimiliki oleh individu. Karakteristik dari intelegensi fluid
cenderung tidak berubah setelah usia 14 atau 15 tahun, sedangkan intelegensi crystallized
masih dapat terus berkembang sampai usia 30 sampai 40 tahun bahkan lebih. Berdasarkan
pengertian kecerdasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan
seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang
menuntut kemampuan pikiran serta dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang, yaitu faktor
yang bersifat bawaan atau genetik (temperamen), faktor yang berasal dari lingkungan
keluarga (cara asuh orang tua), dan faktor pendidikan emosi yang diperoleh dari sekolah.
Menurut guleman ( 2006) kecerdasan emosi itu tumbuh seiring pertumbuhan seseorang sejak
lahir hingga ia meninggal dunia. Jadi dapat diketahui bahwa status gizi tidak mempengaruhi
kecerdasan emosi, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini.
Cara asuh atau pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya dapat
mempengaruhi kecerdasan emosi anak. Dalam penelitian ini pola asuh tidak memiliki
hubungan dengan kecerdasan emosi. Hal ini karena selain pola asuh, aspek genetik dan
lingkungan menjadi faktor penentu juga sehingga walaupun pola asuh responden sebagian
besar dalam kategori baik tapi tetap tidak memiliki hubungan dengan kecerdasan emosional
responden
b) Imbecile(IQ:30-40)
Imbecile setingkat lebih tinggi dari anak idiot. Ia dapat belajar berbahasa, dapat
mengurus dirinya sendiri dengan pengawasan yang teliti. Pada imbeciledapat
diberikan latihan-latihan ringan, tetapi dalam kehidupannya selalu bergantung kepada
orang lain, tidak dapat berdiri sendiri/mandiri. Kecerdasannya sama dengan anak
normal berumur 3 sampai 7 tahun. Anak imbecile tidak bisa dididik di sekolah-
sekolah biasa.
h) Cerdas (superior),(IQ:120-129)
Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik merekaseringkali
terdapat dalam kelas biasa. Pimpinan kelas biasanya berasal dari kelompok ini.
b) Kecerdasan Logis-Matematik
Kecerdasan matematik adalah kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan,
mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan untuk
mengeksplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan dengan memanipulasi
objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan
teratur. Kecerdasan matematika disebut juga kecerdasan logis dan penalaran karena
merupakan dasar dalam memecahkan masalah dengan memahami prinsip-prinsip
yang mendasari sistem kausal atau dapat memanipulasi bilangan,kuantitas, dan
operasi. Oleh karena itu, orang yang kuat dalam kecerdasan ini sangat senang
berhitung, bertanya, dan melakukan eksperimen.
c) Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk memahami gambar-gambar dan bentuk.
Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung berpikir dengan gambar dan sangat
baik ketika belajar melalui presentasi visual seperti film, gambar, video, dan
demonstrasi yang menggunakan alat peraga. Mereka juga sangat menyukai aktivitas
menggambar, mengecat, mengukir, dan biasa mengungkapkan diri mereka melalui
aktivitas seni. Mereka juga sangat baik untuk membaca peta, diagram, dan
menyelesaikan teka-teki jigsaw. Kecerdasan visual disebut juga kecerdasan spasial
karena mencakup kemampuan untuk menggambar bentuk dan ruang suatu objek,
kemampuan memikirkan bentuk sehingga memungkinkan seseorang untuk
mengetahui di mana dia berada, dan kemampuan untuk memotret dunia.
Mereka juga mampu melakukan tugas dengan baik setelah melihat orang lain
melakukannya terlebih dahulu, kemudian meniru dan mengikuti tindakannya. Namun,
orang yang memiliki kecerdasan ini sering merasa tidak tenang ketika duduk dalam
waktu yang relatif lama dan bahkan merasa bosan jika segala sesuatu yang dipelajari
atau disampaikan tanpa disertai dengan tindakan yang bersifat demonstratif.
f) Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membaca & isyarat sosial,
komunikasi verbal dan nonverbal, dan mampu menyesuaikan gaya komunikasi secara
tepat. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi dilakukan negosiasi
hubungan dengan keterampilan dan kemahiran karena orang tersebut mengerti
kebutuhan tentang empati, kasih sayang, pemahaman, ketegasan, dan ekspresi dari
kebutuhan dan keinginan. Orang seperti ini mengetahui bagaimana pentingnya
berkolaborasi dengan orang lain, memimpin ketika diperlukan, mengikuti jika
memang keikutsertaan saat diperlukan,bekerjasama dengan orang-orang yang
memiliki keterampilan komunikasi yang berbeda-beda . Kecerdasan interpersonal
hubungan dengan konsep interaksi dengan orang lain di sekitarnya interaksi yang
dimaksud bukan hanya sekedar berhubungan biasa saja seperti berdiskusi dan
membagi suka dan duka, melainkan juga memahami pikiran, perasaan, dan
kemampuan untuk memberikan empati dan respons.
g) Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan yang bersumber pada pemahaman
diri secara menyeluruh guna menghadapi, merencanakan, dan memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung memiliki
kesadaran diri yang tinggi di mana mereka mampu memproses tujuan yang jelas
tentang segala sesuatu yang dilakukan secara dan masa yang akan datang. Pada
umumnya, mereka memilih untuk bekerja sendiri dalam menyelesaikan proyek-
proyek meskipun kadang-kadang memerlukan perhatian ekstra. Mereka bukan hanya
cenderung untuk selalu menyendiri dan tidak mau bergaul dengan orang lain, tetapi
juga berhubungan dengan kemampuannya untuk merefleksi diri. Mereka dapat
menghabiskan waktu dalam kehidupan sehari-hari untuk merefleksi diri memikirkan
tujuan dan keberadaan diri mereka. Jika tidak memiliki tujuan tertentu yang harus
dilakukan di luar, setelah pergi ke sekolah atau kegiatan lain, maka mereka mungkin
tidak akan pernah meninggalkan rumah mereka selama beberapa waktu tertentu.
h) Kecerdasan naturalistik
Kecerdasan naturalistik adalah kemampuan dalam mengenal dan mengklasifikasi
berbagai spesies termasuk flora dan fauna dalam suatu lingkungan. Orang yang
memiliki kecerdasan naturalistik yang kuat mempunyai ketertarikan pada dunia luar
atau dunia binatang, ketertarikan ini mulai muncul sejak dini mereka menyukai
subjek, cerita-cerita, dan pertunjukan yang berhubungan dengan binatang dan
fenomena alam. Bahkan, mereka menunjukkan minat yang luar biasa pada mata
pelajaran seperti biologi, ilmu hewan (zoology), ilmu tumbuh-tumbuhan ( botany ),
ilmu tanah (geologi), ilmu cuaca (meteorologi), ilmu Falak (astronomi), dan
paleontologi. Kecerdasan naturalistik disebut juga cerdas alam karena sangat peka
terhadap perubahan dalam lingkungan, sekalipun perubahan tersebut dalam hitungan
menit dan sangat perlahan Yang bagi orang lain pada umumnya sama sekali tidak
merasakan. Hal ini terjadi karena tingkat persepsi sensori yang dimilikinya jauh lebih
tinggi dari kebanyakan orang. Kekuatan perasaan yang berhubungan dengan alam
dapat memberi pemahaman tersendiri dalam mengamati persamaan, perbedaan, dan
perubahan pada alam jauh lebih cepat dibandingkan orang lain pada umumnya. Oleh
karena itu, orang yang cerdas pada alam sangat mudah untuk melatih dan membuat
katalog terhadap sesuatu.
E. Upaya Pendidik Dalam Mengembangkan Kecerdasan Peserta Didik Dalam
Proses Pembelajaran
1. Guru selalu melibatkan anak secara bersama-sama dalam semua kegiatan sentra.
Dalam pembelajaran sentra guru selalu melibatkan partisipasi anak. Upaya guru dalam
mengembangkan kecerdasan intrapersonal anak adalah merangsang minat anak dan selalu
melibatkan anak dalam kegiatan sentral. Partisipasi anak dalam kegiatan seputra ini juga
disesuaikan dengan karakter atau pribadi anak, agar anak lebih mudah dalam memahaminya
Dalam pembelajaran, para guru juga melibatkan peran orang tua. Pembelajaran akan berjalan
dengan baik jika orang tua juga berperan. Sebagaimana lingkungan belajar utama anak adalah
keluarga ayah dan ibu lah yang berperan dalam pembelajaran anak ketika di rumah.
Di dalam kegiatan sentra main peran, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Peran
fasilitator yang dilakukan oleh guru adalah menyiapkan segala peralatan yang digunakan
dalam sentra bermain peran dan menjadi penghubung antara satu anak dengan anak yang
lainnya.Sedangkan peran sebagai motivator adalah selalu memberikan semangat dan
motivasi, mendampingi dan memberikan pemaknaan terhadap peran yang telah dilakukan
oleh anak usia dini setelah selesai bermain di sentra main peran.
4. Selalu menyiapkan cerita yang menarik untuk anak pada setiap harinya
Untuk membuat anak-anak tertarik dalam memainkan suatu peran atau tokoh, guru harus
menyiapkan cerita atau kegiatan yang menarik sesuai dengan tema.
DAFTAR RUJUKAN
Factors, T. H. E., Influence, W., & Linguistic, T. H. E. (n.d.). Kecerdasan Linguistik Faktor.
Ii, B. A. B., Iq, K. I., & Emosional, K. (2019). IQ, SQ, dan EQ. 1–81.