Anda di halaman 1dari 10

RESUME

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Menganalisis Kecerdasan dan Peranannya dalam Belajar”

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Dr. Zadrian Ardi, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Amylia Putri (21129006)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023

A. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, tepat tanggap dalam
menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar keterangan. Kecerdasan adalah
kesempurnaan perkembangan akal budi. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah yang dihadapi , dalam hal ini adalah masalah yang menuntut
kemampuan pikiran.

Kecerdasan atau yang biasa disebut dengan intelegensi berasal dari bahasa latin
“intelligence” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (toorganize,
torelate, tobindtogether). Bagi para ahli yang meneliti, istilah intelegensi memberikan
macam-macam arti. Menurut mereka, kecerdasan merupakan konsep yang bisa diamati tetapi
menjadi hal yang paling sulit untuk didefinisi kan. Ini terjadi karena intelegensi tergantung
pada konteks atau lingkungannya.

Menurut dusek kecerdasan dapat didefinisikan melalui dua jalan yaitu secara kuantitatif dan
kualitatif. Secara kuantitatif, kecerdasan adalah proses belajar untuk memecahkan masalah
yang dapat diukur dengan tes intelegensi, sedangkan secara kualitatif kecerdasan merupakan
suatu cara berpikir dalam membentuk konstrukbagaimana menghubungkan dan mengelola
informasi dari luar yang disesuaikan dengan dirinya. Howard Gardner berpendapat
kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai
bagi budaya tertentu.

Alfred binet merupakan seorang tokoh perintis pengukuran inteligensi, ia menjelaskan bahwa
intelegensi merupakan kemampuan individu mencakup tiga hal. Pertama kemampuan
mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, artinya individu mampu menetapkan
tujuan untuk dicapainya (goalsetting). Kedua, kemampuan untuk mengubah arah tindakan
bila dituntut demikian, artinya individu mampu melakukan penyesuaian diri dalam
lingkungan tertentu. Ketiga, kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan
autokritik, artinya individu mampu melakukan perubahan atas kesalahan-kesalahan.

Lebih lanjut, Raymond Bernard Cattel mengklasifikasi kemampuan mental menjadi dua
macam, yaitu intelegensi fluid (gf) dan intelegensi crystallized(gc). Intelegensi fruit
merupakan kemampuan yang berasal dari faktor bawaan biologis yang diperoleh sejak
kelahirannya dan lepas dari pengaruh pendidikan dan pengalaman. Sedangkan intelegensi
kristalized merupakan kemampuan yang merefleksikan adanya pengaruh pengalaman,
pendidikan dan kebudayaan dalam diri seseorang, intelegensi ini akan meningkat kadarnya
dalam diri seseorang seiring dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan keterampilan yang dimiliki oleh individu. Karakteristik dari intelegensi fluid
cenderung tidak berubah setelah usia 14 atau 15 tahun, sedangkan intelegensi crystallized
masih dapat terus berkembang sampai usia 30 sampai 40 tahun bahkan lebih. Berdasarkan
pengertian kecerdasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan
seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang
menuntut kemampuan pikiran serta dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan

Kecerdasan intelektual adalah kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi dan


memiliki daya kreasi serta inovasi. Kecerdasan ini digunakan sebagai pengukur kualitas
seseorang. Kecerdasan intelektual respon dan sebagian besar berasal dari kategori rata-rata
sebesar 61,7%

Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan impuls emosional, kemampuan


untuk membaca perasaan orang lain dan kemampuan untuk membina hubungan yang baik
dengan orang lain. Kecerdasan emosional responden sebagian besar berada pada kategori
baik yaitu sebesar 86,7%. Sebagian besar responden memiliki kecerdasan emosional yang
baik kemungkinan karena mereka mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya
sehingga emosi mereka lebih terkontrol dan memiliki rasa empati pada orang lain.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang, yaitu faktor
yang bersifat bawaan atau genetik (temperamen), faktor yang berasal dari lingkungan
keluarga (cara asuh orang tua), dan faktor pendidikan emosi yang diperoleh dari sekolah.
Menurut guleman ( 2006) kecerdasan emosi itu tumbuh seiring pertumbuhan seseorang sejak
lahir hingga ia meninggal dunia. Jadi dapat diketahui bahwa status gizi tidak mempengaruhi
kecerdasan emosi, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini.

Cara asuh atau pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya dapat
mempengaruhi kecerdasan emosi anak. Dalam penelitian ini pola asuh tidak memiliki
hubungan dengan kecerdasan emosi. Hal ini karena selain pola asuh, aspek genetik dan
lingkungan menjadi faktor penentu juga sehingga walaupun pola asuh responden sebagian
besar dalam kategori baik tapi tetap tidak memiliki hubungan dengan kecerdasan emosional
responden

C. Klasifikasi kecerdasan intelektual (IQ)


a) Idiot (IQ : 0-29)
Idiot merupakan kelompok individu terbelakang yang paling rendah. Tidak dapat
berbicara atau hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja. Biasanya tidak dapat
mengurus dirinya sendiri, seperti mandi, berpakaian, makan, dan lain-lain, dia harus
diurus oleh orang lain. Anak idiot tinggal di tempat tidur seumur hidupnya. Rata-rata
perkembangan intelegensinya sama dengan anak normal umur 2 tahun. Seringkali
umurnya tidak panjang, sebab selain intelegensinya rendah, juga badannya kurang
tahan terhadap penyakit. Baik di sekolah biasa maupun di sekolah luar biasa anak
idiot ini tidak akan ditemui.

b) Imbecile(IQ:30-40)
Imbecile setingkat lebih tinggi dari anak idiot. Ia dapat belajar berbahasa, dapat
mengurus dirinya sendiri dengan pengawasan yang teliti. Pada imbeciledapat
diberikan latihan-latihan ringan, tetapi dalam kehidupannya selalu bergantung kepada
orang lain, tidak dapat berdiri sendiri/mandiri. Kecerdasannya sama dengan anak
normal berumur 3 sampai 7 tahun. Anak imbecile tidak bisa dididik di sekolah-
sekolah biasa.

c) Moron atau debil (mentally handicapped / mentally retarded),(IQ:50-69)


Kelompok ini sampai tingkat tertentu dapat belajar membaca, menulis dan membuat
perhitungan-perhitungan sederhana, dapat diberikan pekerjaan rutin tertentu yang
tidak memerlukan perencanaan dan pemecahan. Banyak anak- anak debil ini
mendapat pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa.

d) Kelompok bodoh (dull/borderline), (IQ:70-79)


kelompok ini berada di atas kelompok terbelakang dan di bawah kelompok
normal(sebagai batas). Secara bersusah payah dengan beberapa hambatan, individu
tersebut dapat melaksanakan sekolah lanjutan pertama tetapi sukar sekali untuk dapat
menyelesaikan kelas-kelas terakhir di sekolah lanjutan tingkat pertama ( SLTP).

e) Normal rendah (below average),(IQ:80-89)


Kelompok ini termasuk kelompok normal, rata-rata atau sedang tetapi pada tingkat
bawah, mereka agak lambat dalam belajar. Mereka dapat menyelesaikan sekolah
menengah tingkat pertama tetapi agak kesulitan untuk dapat menyelesaikan tugas-
tugas dari jenjang SLTA.
f) Normal sedang (IQ:90-109)
Kelompok ini merupakan kelompok yang normal atau rata-rata. Mereka merupakan
kelompok yang terbesar persentasenya dalam populasi penduduk.

g) Normal tinggi (IQ:110-119)


Kelompok ini merupakan kelompok individu yang normal tetapi berada pada tingkat
yang tinggi

h) Cerdas (superior),(IQ:120-129)
Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik merekaseringkali
terdapat dalam kelas biasa. Pimpinan kelas biasanya berasal dari kelompok ini.

i) Sangat cerdas (very superior/gifted)(IQ:130-139)


Anak-anak gifted/verysuperior lebih cakep dalam membaca, mempunyai pengetahuan
tentang bilangan yang sangat baik, perbendaharaan kata yang luas dan cepat
memahami pengertian yang abstrak. Pada umumnya, faktor kesehatan, kekuatan, dan
ketangkasan lebih menonjol daripada anak normal.

j) Genius (IQ: 140 keatas)


Kelompok ini kemampuannya sangat luar biasa. Mereka pada umumnya memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang baru,
walaupun mereka tidak bersekolah. Kelompok ini berada dalam semua ras dan
bangsa, dalam semua tingkat ekonomi, baik laki-laki ataupun perempuan. Contoh
orang genius adalah Edison dan Einstain.

D. Jenis-Jenis Kecerdasan (Berdasarkan Teori Multiple Intelligence)


a) Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa,
termasuk bahasa ibu dan bahasa bahasa asing, untuk mengekspresikan apa yang ada
di dalam pikiran dan memahami orang lain. Menggunakan kata merupakan cara
utama untuk berpikir dan menyelesaikan masalah bagi orang yang memiliki
kecerdasan ini. Kecerdasan linguistik disebut juga kecerdasan verbal karena
mencakup kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan tulisan serta
kemampuan untuk menguasai bahasa asing. Mereka menggunakan kata untuk
membujuk, mengajak, membantah, menghibur, atau membelajarkan orang lain.

b) Kecerdasan Logis-Matematik
Kecerdasan matematik adalah kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan,
mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan untuk
mengeksplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan dengan memanipulasi
objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan
teratur. Kecerdasan matematika disebut juga kecerdasan logis dan penalaran karena
merupakan dasar dalam memecahkan masalah dengan memahami prinsip-prinsip
yang mendasari sistem kausal atau dapat memanipulasi bilangan,kuantitas, dan
operasi. Oleh karena itu, orang yang kuat dalam kecerdasan ini sangat senang
berhitung, bertanya, dan melakukan eksperimen.

c) Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk memahami gambar-gambar dan bentuk.
Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung berpikir dengan gambar dan sangat
baik ketika belajar melalui presentasi visual seperti film, gambar, video, dan
demonstrasi yang menggunakan alat peraga. Mereka juga sangat menyukai aktivitas
menggambar, mengecat, mengukir, dan biasa mengungkapkan diri mereka melalui
aktivitas seni. Mereka juga sangat baik untuk membaca peta, diagram, dan
menyelesaikan teka-teki jigsaw. Kecerdasan visual disebut juga kecerdasan spasial
karena mencakup kemampuan untuk menggambar bentuk dan ruang suatu objek,
kemampuan memikirkan bentuk sehingga memungkinkan seseorang untuk
mengetahui di mana dia berada, dan kemampuan untuk memotret dunia.

d) Kecerdasan Berirama Musik


Kecerdasan dari Rama musik adalah kapasitas berpikir tentang musik seperti mampu
mendengar, mengenal, mengingat, dan bahkan memanipulasi pola-pola musik. Orang
yang memiliki kecerdasan musik dianggap memiliki apresiasi yang kuat terhadap
musik, dengan mudah mengingat lagu-lagu dan melodi, mempunyai pemahaman
tentang warna nada dan komposisi, dapat membedakan perbedaan antara pola nada
dan pada umumnya senang terbenam dalam musik. Kemampuan memainkan
instrumen datang dengan alamiah pada diri orang yang memiliki kecerdasan musik.
Kecerdasan musik juga meliputi kemampuan meresepsi dan memahami, pencipta dan
menyanyikan bentuk- bentuk musikal dan para ahli mengakui bahwa musik
merangsang aktivitas kognitif dalam otak dan mendorong kecerdasan.

e) Kecerdasan Jasmaniah- Kinestetik


Kecerdasan jasmaniah kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh
tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan dan menggunakan tangan untuk
menghasilkan atau menginformasi sesuatu. Orang yang memiliki kelebihan dalam
kecerdasan kinestetik cenderung mempunyai perasaan yang kuat dan kesadaran
mendalam tentang gerakan-gerakan fisik. Mereka mampu berkomunikasi dengan baik
melalui bahasa tubuh dan sikap dalam bentuk fisik lainnya.

Mereka juga mampu melakukan tugas dengan baik setelah melihat orang lain
melakukannya terlebih dahulu, kemudian meniru dan mengikuti tindakannya. Namun,
orang yang memiliki kecerdasan ini sering merasa tidak tenang ketika duduk dalam
waktu yang relatif lama dan bahkan merasa bosan jika segala sesuatu yang dipelajari
atau disampaikan tanpa disertai dengan tindakan yang bersifat demonstratif.

f) Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membaca & isyarat sosial,
komunikasi verbal dan nonverbal, dan mampu menyesuaikan gaya komunikasi secara
tepat. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi dilakukan negosiasi
hubungan dengan keterampilan dan kemahiran karena orang tersebut mengerti
kebutuhan tentang empati, kasih sayang, pemahaman, ketegasan, dan ekspresi dari
kebutuhan dan keinginan. Orang seperti ini mengetahui bagaimana pentingnya
berkolaborasi dengan orang lain, memimpin ketika diperlukan, mengikuti jika
memang keikutsertaan saat diperlukan,bekerjasama dengan orang-orang yang
memiliki keterampilan komunikasi yang berbeda-beda . Kecerdasan interpersonal
hubungan dengan konsep interaksi dengan orang lain di sekitarnya interaksi yang
dimaksud bukan hanya sekedar berhubungan biasa saja seperti berdiskusi dan
membagi suka dan duka, melainkan juga memahami pikiran, perasaan, dan
kemampuan untuk memberikan empati dan respons.
g) Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan yang bersumber pada pemahaman
diri secara menyeluruh guna menghadapi, merencanakan, dan memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung memiliki
kesadaran diri yang tinggi di mana mereka mampu memproses tujuan yang jelas
tentang segala sesuatu yang dilakukan secara dan masa yang akan datang. Pada
umumnya, mereka memilih untuk bekerja sendiri dalam menyelesaikan proyek-
proyek meskipun kadang-kadang memerlukan perhatian ekstra. Mereka bukan hanya
cenderung untuk selalu menyendiri dan tidak mau bergaul dengan orang lain, tetapi
juga berhubungan dengan kemampuannya untuk merefleksi diri. Mereka dapat
menghabiskan waktu dalam kehidupan sehari-hari untuk merefleksi diri memikirkan
tujuan dan keberadaan diri mereka. Jika tidak memiliki tujuan tertentu yang harus
dilakukan di luar, setelah pergi ke sekolah atau kegiatan lain, maka mereka mungkin
tidak akan pernah meninggalkan rumah mereka selama beberapa waktu tertentu.

h) Kecerdasan naturalistik
Kecerdasan naturalistik adalah kemampuan dalam mengenal dan mengklasifikasi
berbagai spesies termasuk flora dan fauna dalam suatu lingkungan. Orang yang
memiliki kecerdasan naturalistik yang kuat mempunyai ketertarikan pada dunia luar
atau dunia binatang, ketertarikan ini mulai muncul sejak dini mereka menyukai
subjek, cerita-cerita, dan pertunjukan yang berhubungan dengan binatang dan
fenomena alam. Bahkan, mereka menunjukkan minat yang luar biasa pada mata
pelajaran seperti biologi, ilmu hewan (zoology), ilmu tumbuh-tumbuhan ( botany ),
ilmu tanah (geologi), ilmu cuaca (meteorologi), ilmu Falak (astronomi), dan
paleontologi. Kecerdasan naturalistik disebut juga cerdas alam karena sangat peka
terhadap perubahan dalam lingkungan, sekalipun perubahan tersebut dalam hitungan
menit dan sangat perlahan Yang bagi orang lain pada umumnya sama sekali tidak
merasakan. Hal ini terjadi karena tingkat persepsi sensori yang dimilikinya jauh lebih
tinggi dari kebanyakan orang. Kekuatan perasaan yang berhubungan dengan alam
dapat memberi pemahaman tersendiri dalam mengamati persamaan, perbedaan, dan
perubahan pada alam jauh lebih cepat dibandingkan orang lain pada umumnya. Oleh
karena itu, orang yang cerdas pada alam sangat mudah untuk melatih dan membuat
katalog terhadap sesuatu.
E. Upaya Pendidik Dalam Mengembangkan Kecerdasan Peserta Didik Dalam
Proses Pembelajaran

1. Guru selalu melibatkan anak secara bersama-sama dalam semua kegiatan sentra.

Dalam pembelajaran sentra guru selalu melibatkan partisipasi anak. Upaya guru dalam
mengembangkan kecerdasan intrapersonal anak adalah merangsang minat anak dan selalu
melibatkan anak dalam kegiatan sentral. Partisipasi anak dalam kegiatan seputra ini juga
disesuaikan dengan karakter atau pribadi anak, agar anak lebih mudah dalam memahaminya

2. Melibatkan orang tua dalam pembelajaran anak

Dalam pembelajaran, para guru juga melibatkan peran orang tua. Pembelajaran akan berjalan
dengan baik jika orang tua juga berperan. Sebagaimana lingkungan belajar utama anak adalah
keluarga ayah dan ibu lah yang berperan dalam pembelajaran anak ketika di rumah.

3. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator

Di dalam kegiatan sentra main peran, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Peran
fasilitator yang dilakukan oleh guru adalah menyiapkan segala peralatan yang digunakan
dalam sentra bermain peran dan menjadi penghubung antara satu anak dengan anak yang
lainnya.Sedangkan peran sebagai motivator adalah selalu memberikan semangat dan
motivasi, mendampingi dan memberikan pemaknaan terhadap peran yang telah dilakukan
oleh anak usia dini setelah selesai bermain di sentra main peran.

4. Selalu menyiapkan cerita yang menarik untuk anak pada setiap harinya

Untuk membuat anak-anak tertarik dalam memainkan suatu peran atau tokoh, guru harus
menyiapkan cerita atau kegiatan yang menarik sesuai dengan tema.
DAFTAR RUJUKAN

Factors, T. H. E., Influence, W., & Linguistic, T. H. E. (n.d.). Kecerdasan Linguistik Faktor.

Gardner, H. (2003). Pengertian Multiple Intelligences ( Kecerdasan Jamak ).

Ii, B. A. B., Iq, K. I., & Emosional, K. (2019). IQ, SQ, dan EQ. 1–81.

Ikasari, M. N. (2020). Upaya Guru Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal Anak Usia


Dini Melalui Sentra Main Peran di TA Al-Mannar Ponorogo. WISDOM: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 81–99. https://doi.org/10.21154/wisdom.v1i1.2144

Anda mungkin juga menyukai