Dalam dunia pendidikan kata inteligensi / kecerdasaan sangatlah akrab di telinga kita karena
anak-anak dihadapkan dengan berbagai kemampuan intelegensi. Namun, masih banyak
pemahaman yang terkait dengan konsep inteligensi ini. Banyak ahli yang masih belum
sependapat mengenai berbagai hal tentang inteligensi dalam dunia pembelajaran dan
pendidikan. Dilaporkan dalam Journal of Educational Psychology dalam simposium yang
diadakan tahun 1921 bahwa sebanyak 12 orang psikolog yang diminta pandangannya tentang
inteligensi memberikan 12 pandangan yang berbeda-beda. (Woolfolk dan Nicholich).
Inteligensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti yaitu sebuah daya reaksi
atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental, terhadap
pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siap dipakai untuk
dihadapkan pada fakta atau kondisi baru.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa Inteligensi merupakan suatu kemampuan individu dalam
mendayagunakan potensi yang ada pada dirinya sebagai upaya memecahkan suatu
permasalahan untuk beradaptasi pada lingkungannya.
2. Klasifikasi IQ
IQ (Intelligence Quotient) atau nilai kecerdasan seseorang merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk menjelaskan kemampuan otak kiri seseorang. IQ sering dijadikan tolak ukur
untuk mengukur kemampuan berpikir, berkomunikasi, mengetahui, memahami, menganalisis,
menentukan, dan menjelaskan sesuatu yang dimiliki oleh seseorang.
Seseorang yang memiliki IQ tingkat ini sangat sulit untuk mengurus kebutuhannya sediri, ia
sangat membutuhkan bantuan orang lain dalam hidupnya. Pemilik IQ ini memiliki kemampuan
yang sangat lemah, bahkan tidak bisa berbicara, serta sangat sulit bertahan hidup.
Tingkatan imbecile ini sedikit lebih daripada idiot, walaupun masih membutukan orang lain
dalam kehidupan sehari-harinya.
Anak-anak yang memiliki IQ debil ini sudah lebih baik daripada tingkatan sebelumya karena
anak-anak yang memniliki IQ ini telah mengikuti pendidikan formal, mesipun di Sekolah Luar
Biasa (SLB). SLB sangat penting bagi anak-anak yang memiliki IQ debil ini.
Anak-anak yang memiliki IQ dull ini tidak lagi tergolong yang terbelakang namun masih belum
dapat digolongkan kepada anak-anak normal.
Anak-anak yang memiliki IQ ini telah digolongkan menjadi anak normal, namun masih berada
diposisi terbawah. Anak-anak yang memiliki IQ ini biasanya lambat dalam memahami pelajaran
di sekolah.
IQ normal sedang inilah yang banyak dimiliki oleh populasi manusia di bumi, tidak terlalu
rendah dan tidak terlalu tinggi serta kecerdasannya juga normal.
Anak yang memiliki IQ ini masih termasuk normal, tapi lebih cerdass dalam mengikuti pelajaran
di sekolah.
Kategori individu yang sangat berpotensi berhasil dalam pendidikan formalnya. Mereka sering
kali berada di kelas-kelas umum dan memiliki nilai-nilai yang tinggi.
9) Tingkatan IQ Gifted / Very Superior / Sangat Cerdas ( 130-139 )
Kategori very superior ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam hal menulis, membaca,
mudah memahami ilmu-ilmu eksak dengan mudah, bijak mengatur keuangan, dan cepat
memahami sesuatu. Rata-rata, anak yang berada di kategori very superior ini umumnya
menonjol dalam faktor kesehatan, ketangkasan, dan kekuatan.
Individu yang memiliki IQ genius ini telah mampu menyelesaikan masalah dan mampu
menemukan penemuan baaru tanpa mengikuti pendidikan formal. Contoh tokoh yang memiliki
IQ Genius ini adalah Albert Einstein, B.J Habibie, Thomas Alva Edison, dll.
Dalam dunia pendidikan, teori multiple intelligences mulai diterima karena dianggap lebih
melayani semua kecerdasan yang dimiliki anak. Konsep MI menjadikan pendidik lebih arif
melihat perbedaan, dan menjadikan anak merasa lebih diterima dan dilayani. Konsep ini
“menghapus” mitos anak cerdas dan tidak cerdas, karena menurut konsep ini, semua anak
pada dasarnya cerdas.
Howard Gardner menunjukkan bahwa tiap-tiap kecerdasan memiliki ciri-ciri yang dapat
dikategorikan ke dalam satu jenis kecerdasan tertentu. Apabila dikaitkan dengan komponen inti
adalah sebagai berikut.
1. Verbal/Linguistic Intelligence
Kecerdasan ini ditunjukkan dengan kepekaan seseorang pada bunyi, struktur, makna, fungsi
kata, dan bahasa. Orang atau anak yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan
efektif dalam hal :
b. mengarang cerita
2. Logical/mathematical Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan pada pola-pola logis dan memiliki kemampuan
mencerna pola-pola tersebut, termasuk juga numerik serta mampu mengolah alur pemikiran
yang panjang. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam
hal :
c. memperkirakan
d. memprediksi
e. bereksperimen
j. membuat langkah-langkah
m. menggunakan algoritme
3. Visual/Spatial Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat dan
mentransformasi persepsi awal. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai
dan efektif dalam hal :
a. arsitektur, bangunan
b. dekorasi
e. koordinasi warna
h. desain interior
4. Bodily/kinesthetic Intelligences
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengelola
objek. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
b. atletik
5. Musical/Rhythmic Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan menciptakan dan mengapresiasi irama pola
titinada, dan warna nada; apresiasi bentuk-bentuk ekspresi musikal. Seseorang yang cerdas
dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
6. Interpersonal Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan mencerna dan merespon secara tepat suasana
hati, temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini
cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
b. berkomunikasi
c. berinteraksi
f. berteman
7. Intrapersonal Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan memahami perasaan sendiri dan kemampuan
membedakan emosi; pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri. Seseorang yang
cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. berfantasi, “bermimpi”
c. mengontrol perasaan
f. introspeksi
i. memotivai diri
8. Naturalist Intelligence
h. meramal cuaca
i. menjaga lingkungan
Guru bisa menjadi inspirator bagi siswa dengan berbagai langkah seperti memberikan contoh
sikap teladaan dan menunjukkan keahliannya untuk dapat menginspirasi siswa. Guru sebagai
observer/pengamat dengan melakukan pengamatan kebiasaan dan kegemaran siswa, lalu
mengkaji dam mempelajari serta berkonsutasi dengan wali kelas daan orang tua siswa yang
bersangkutan. Guru yang memiliki pengalaman lebih harus memberikan semangat kepada
siswa untuk belajar dengan baik serta memotivasi siswa sesuai dengan potensi yang ada,
karena massing-masing siswa memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda-beda.