Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inilah yang terjadi dinegara kita, yang mana siswa dituntut untuk mencapai nilai standar
yang artinya siswa harus dapat mencapai kepada nilai standart yang telah ditentukan oleh Badan
Standar Kelulusan Nasional pusat dalam ujian nasional (UAN). Kalau kita amati, sistem proses
belajar mengajar di Indonesia masih menekankan kepada inetelektual semata. Contohnya dalam
pemahaman mengenai rukun iman maupun rukun islam. Para anak didik masih dituntut dalam
sistem hafalan. Sedang kita ketahui, bahwa dengan sistem tersebut, anak didik tidak mengetaui
mengenai maksud dari kelima rukun islam maupun keenam rukun iman yang mereka hafalkan
tersebut.

Sekarang yang menjadi permasalahan, apakah didalam proses belajar mengajar (dalam
meningkatkan kecerdasan siswa) dikalangan kita (umat islam) hanya mengedepankan intelektual,
sedang kita tahu bahwa selain intelektual, masih ada bentuk kecerdasan yang harus kita kembang
kan.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa saja pengertian dari kecerdasan jamak?
2) Apa macam-macam kecerdasan jamak
3) Apa peran orang tua dalam mengembangkan kecerdasan anak usia dini?
4) Bagaimana kecerdasan emosi pada remaja?

1.3 Tujuan
1) Bagi seorang pendidik, sebagai masukan dalam pengelolaan pembelajara
2) Untuk mengetahui apa sajakah macam-macam kecerdasan jamak dalam psikologi
pendidikan.
3) Mengetahui lebih jauh tentang pentingnya peran orang tua dalam menstimulus
kecerdasan anak.
4) Mengetahui bagaimana kecerdasan emosi pada remaja.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori Kecerdasan Jamak


Pendidikan merupakan hal yang tidak akan pernah luput dalam kondisi apapun.
Teknologi yang semakin maju juga akan menjadi bagian terpenting dalam peningkatan proses
pendidikan. Setiap masa menjadi bagian yang terpenting dari sebuah kondisi bagaimana
pseorang pendidik harus terus mengupdate Ilmu pengetahuan, memberikan pendidikan yang
maksimal sesuai dengan tuntutan zaman dan kondisi.
Hasil penelitian semakin hari semakin menambah referensi bagi pendidik untuk terus
menyesuaikan dan menerapkannya dalam memahami kondisi peserta didik agar terus dapat
mengoptimalkan potensi peserta didik bagaimana pun caranya. Pemahaman akan teori
kecerdasan jamak yang dikenal juga dengan istilah multiple intelegensi merupakan salah satu
point terpenting untuk memaksimalkan potensi peserta didik yang kita didik sesuai dengan
harapan.

2.2 Pengertian Kecerdasan Jamak


Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya peserta
didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah
normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf
kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Kata Multiple Intelligences terbagi menjadi dua kata, yakni pertama kata "Multiple" yang
artinya Jamak atau banyak, sedangkan kata keduanya "Intelligences' yang memiliki arti
kecerdasan. Adapun definisi kecerdasan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Surayin,
2010:87) yaitu kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran).
Intelligence (kecerdasan) merupakan istilah yang sulit untuk didefinisikan hingga menimbulkan
pemahaman yang berbeda-beda diantara para ilmuwan. Definisi lain tentang kecerdasan
mencakup kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan lingkungan saat ini,
kemampuan untuk mengevaluasi dan menilai, kemampuan untuk memahami ide-ide yang
kompleks, kemampuan untuk berpikir produktif, kemampuan untuk belajar dengan cepat. belajar
dari pengalaman, dan bahkan kemampuan untuk memahami hubungan (Yaumi, 2012:9-10).

2
Gardner menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah, menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya
masyarakat. la memiliki pandangan yang pluralistik mengenai pemikiran. Howard Gardner
mengemukakan bahwa tolak ukur teori kecerdasan jamak adalah pada kemampuan untuk
menyelesaikan masalah dan menciptakan suatu produk atau karya.
Secara rinci, Gardner juga menyatakan bahwa kecerdasan merupakan:
1. Kemampuan untuk menciptakan suatu produk yang efektif atau menyumbangkan
pelayanan yang bernilai dalam suatu budaya.
2. Sebuah perangkat keterampilan menemukan atau menciptakan bagi seseorang dalam
memecahkan permasalahan dalam hidupnya.
3. Potensi untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang melibatkan
penggunaan pemahaman baru.

Bandler dan Grinder dalam DePotter (1993:39) mengemukakan bahwa kecerdasan


merupakan ungkapan dari cara berpikir seseorang yang dapat dijadikan modalitas belajar, hampir
semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar yang berperan sebagai saringan untuk
pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi; sedangkan Markova meyakini bahwa individu tidak
hanya cenderung pada satu modalitas, akan tetapi mereka juga memanfaatkan kombinasi
modalitas tertentu yang member mereka bakat dan kekurangan alami tertentu.
Adapun modalitas yang dimiliki oleh setiap individu dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
modalitas auditorial, kinestetika dan visual (Sujiono, 2009:176). Teori kecerdasan majemuk
(KM) adalah validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Aulia Jasmine,
2012:11)

2.3 Macam-Macam Kecerdasan Jamak

Berbagi ilmu dari Profesor Gardner yang telah menemukan teori kecerdasan majemuk
atau Multiple Intelligences, bahwa ada banyak kecerdasan yang dimiliki setiap orang. Teori ini
juga menekankan pentingnya "model" atau teladan yang sudah berhasil mengembangkan salah
satu kecerdasan hingga puncak. Dalam buku konsep dan makna pembelajaran (Sagala, 2005:84)
memaparkan 8 kecerdasan yaitu kecerdasan verbal/ bahasa, kecerdasan logika/matematika,

3
kecerdasan spasial/ visual, kecerdasan tubuh/kinestetik, kecerdasan musical/ ritmik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spiritual. Disini kita akan membahasa satu
per satu kecerdasan di atas. Selain penjelasan bentuk kecerdasan, juga dikaitkan dengan
pelajaran yang diajarkan di sekolah serta tokoh atau profesi yang memiliki kecerdasan tersebut.
a. Kecerdasan verbal (bahasa) merupakan bentuk kepekaan terhadap makna dan susunan
kata serta kemampuan menggunakan bahasa yang beragam untuk mengungkapkan dan
menafsirkan makna yang kompleks. Berkaitan dengan pelajaran bahasa. William
Shakespeare, Martin Luther King Jr, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Hilman
"Lupus Hariwijaya” merupakan tokoh yang berhasil menunjukkan kecerdasan ini hingga
puncak, demikian pula para jurnalis hebat, ahli bahasa, sastrawan, orator pasti memiliki
kecerdasan ini.
b. Kecerdasan Logika/ Matematika. Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah
distandarisasi dan diukur. Kecerdasan ini merupakan pikiran analitis dan ilmiah, dan
dapat dilihat pada ilmuwan, pemrogram komputer, akuntan, bankir, dan tentu saja ahli
matematika. Berkaitan dengan pelajaran matematika. Tokoh yang terkenal antara lain
Madame Currie, Blaise Pascal, BJ. Habibie.
c. Kecerdasan Spasial/Visual. Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan
imaji mental dan menciptakan representasi grafis, mereka sanggup berpikir tiga dimensi,
mampu mencipta ulang dunia visual. Kecerdasan ini dapat ditemukan pada pelukis,
pematung, programmer komputer, desainer, arsitek. Berhubungan dengan pelajaran
menggambar. Tokoh yang dapat diceritakan berkaitan dengan kecerdasan ini, misalnya
Picasso, Walt Disney, Garin Nugroho.
d. Kecerdasan Tubuh/Kinestetik Bentuk kecerdasan ini memungkinkan terjadinya
hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas seperti
menari, melakukan pantomim, berolahraga, seni bela diri dan memainkan drama. Sebut
saja Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti. Kecerdasan ini
berkaitan dengan pejaran olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler seperti menari, bermain
teater, pantomim.
e. Kecerdasan Musical/Ritmik. Bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola musik dan
ritmik secara natural dan kemudian dapat memproduksinya Bentuk kecerdasan ini sangat
menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas unutk mengubah kesadaran kita,

4
menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi otak. Berkaitan dengan kegiatan
ekstrakurikuler. Tokoh yang sudah mengembangkan kecerdasan ini misalnya Stevie
Wonder, Melly Goeslow, Titik Puspa.
f. Kecerdasan Interpersonal. Bentuk kecerdasan ini wajib bagi tugas ditempat kerja
seperti negosiasi dan menyediakan umpan balik atau evaluasi. Berkaitan dengan
pelajaran PPKn, sosiologi. Manajer, konselor, terapis, politikus, mediator menunjukkan
bentuk kecerdasan ini. Mereka biasanya pintar membaca suasana hati, temperamen,
motivasi dan maksud orang lain, Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi memanfaatkan
kecerdasan ini untuk mengubah dunia.
g. Kecerdasan Intrapersonal. Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk
memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Kita
sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan. Berkaitan dengan jurusan
psikologi atau filsafat. Tokoh sukses yang dapat dikenalkan untuk memperkaya
kecerdasan ini adalah para pemimpin keagamaan dan para psikolog.
h. Kecerdasan Spiritual. Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah kombinasi
dan kesadaran interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan sebuah komponen
"nilai yang ditambahkan padanya. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah,
yang menuntun diri kita menjadi manusia yang utuh, berada pada bagian yang paling
dalam diri kita.

Sementara, Munif Chatib menjelaskan bahwa nama jenis-jenis kecerdasan tersebut tidak
berkorelasi langsung dengan nilai yang diperoleh pada pelajaran tertentu karena multiple
intelligences bukan studi dan bukan pula kurikulum. Kemiripan nama-nama kecerdasan tidak
menunjukkan nama bidang studi, Multiple intelligences merupakan pengenalan peserta didik
untuk menentukan strategi mengajar guru. Adapun nama jenis-jenis kecerdasan menurut Munif
Chatib, diantaranya yaitu:

1. Kecerdasan Linguistik (Cerdas Bahasa)


2. Kecerdasan Logis-Matematis (Cerdas Angka)
3. Kecerdasan Kinestesis (Cerdas Olah Tubuh-Jasmani)
4. Kecerdasan Spasial-Visual (Cerdas Ruang dan Gambar)

5
5. Kecerdasan Musik (Cerdas Musik)
6. Kecerdasan Interpersonal (Cerdas Bergaul)
7. Kecerdasan Intrapersonal (Cerdas Diri)
8. Kecerdasan Naturalis (Cerdas Alam)
9. Kecerdasan Eksistensialis (Cerdas Spiritual)

Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan peran guru amat penting untuk
memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya. Faktor-faktor
pendukung kecerdasan anak itu antara lain dapat diasah dan dibentuk dari dalam diri anak atau
dari hasil didikan orang tua. Di bawah ini merupakan beberapa contoh yang mendukung
kecerdasan anak tersebut:

1. Motivasi adalah bagaimana cara orang tua untuk memberi semangat kepada anak agar
mereka mau belajar, karena tanpa hal tersebut maka anak akan menjadi pribadi mudah
menyerah dan putus asa sehingga anak menjadi malas untuk belajar.
2. IQ (Intelectual Quotient) adalah kemampuan seorang anak untuk belajar menggunakan
kepintaran otak kiri dan kanannya. Setiap anak mempunyai IQ yang berbeda tergantung
dari latihan-latihan dan kemampuan otak nya untuk menyerap pelajaran yang masuk.
3. EQ (Emotional Quotient) adalah kemampuan seorang anak untuk mengusai dirinya dan
dapat mengendalikan emosi sehingga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dan
berkomunikasi dengan orang lain dan lingkungannya.
4. Kecerdasan visual adalah kemampuan seorang anak untuk menuangkan apa yang ada
dalam pikirannya kedalam bentuk kreatifitas, misal: Menggambar, mewarnai.

5. Faktor lingkungan. Karena lingkungan yang baik dan positif baik dirumah dan sekolah
dapat memberikan pengaruh terhadap kepribadian dan perilaku anak untuk membantu
mereka mengembangkan kecerdasannya
6. Kecerdasan berkomunikasi dapat melatih anak dalam berkomunikasi yang baik dapat
membuat anak belajar dan berani dalam menuangkan pikiran dan gagasanya.

6
2.4 Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini
Peran orang tua berpengaruh sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan emosi anak
usia dini. Orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak. Orang tua juga memiliki peran
untuk mengasuh dan membimbing anaknya dengan memberikan contoh yang baik dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga memperkenalkan anaknya kedalam
hal-hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak
dimengerti oleh anak. Orang tua adalah pusat kehidupan rohani anak dan sebagai penyebab
sosialisasi dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikiranya dikemudian hari
akan terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya dipermulaan hidupnya dahulu. orang tua
atau ibu bapak memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak.
(Meriyati, 2018)
Perkembangan emosi anak sangat dipengaruhi oleh peran orang tua. Pendidik pertama
bagi anak adalah orang tua itu sendiri. Pada usia emas, anak usia dini cenderung sangat dekat
dengan orang tuanya terutama ibu. Peran orang tua dalam perkembangan emosi sangat penting.
Mengingat anak usia dini sangat percaya dan menggantungkan kepercayaan sepenuhnya kepada
orang tua. Sikap orang tua yang menunjang potensi anak antara lain: 1) menghargai pendapat
anak serta mendorongnya untuk mengungkapkannya, (2) memberi waktu kepada anak untuk
berpikir, merenung, dan berkhayal, (3) membolehkan anak untuk mengambil keputusan sendiri,
(4) mendorong anak untuk banyak bertanya, (5) meyakinkan anak bahwa orangtua menghargai
apa yang ingin di coba, dilakukan dan dihasilkan (6) menunjang dan mendorong kegiatan anak,
(7) menikmati keberadaannya bersama anak, (8) memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada
anak, (9) mendorong kemandirian anak dalam bekerja dan (10) menjalin hubungan kerja sama
yang baik dengan anak.
Orang tua mempunyai peran dalam perkembangan emosi anak usia dini, maka orang tua
dalam hal ini harus memaksimalkan peranya. Secara garis besar peran orang tua terhadap
perkembangan anak usia dini mempunyai 4 peran yaitu peran sebagai pendidik, peran sebagai
pengasuh, peran sebagai motivator dan peran sebagai model.

2.5 Kecerdasan Emosi Pada Remaja


Kecerdasan emosi atau emotional intelligence adalah kemampuan seseorang mengelola
emosi dalam kaitannya dengan orang lain atau rangsangan dari luar. Kecerdasan emosi

7
mencakup pengendalian diri terutama berkaitan dengan relasi, berempati kepada orang lain,
mengelola rasa gembira dan sedih, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi
diri. Orang yang memiliki kecerdasan tinggi antara lain memiliki ciri-ciri kehidupan sosialnya
mantap, mudah bergaul dan jenaka, simpatik dan hangat dalam hubungan, dan tidak mudah takut
atau gelisah. Mereka merasa nyaman dengan dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya.
Di dalam diri seseorang emosi itu tidak hanya satu saja namun berbagai macam emosi
seperti emosi cinta, emosi bahagia, emosi sedih, emosi takut, emosi terkejut, emosi marah, dan
emosi cemas. Banyak juga cara-cara seseorang dalam mengendalikan emosinya, maka hal ini
tergantung kepada orang tersebut bagaimana kemampuannya dalam mengendalikan emosi yang
sedang dialaminya jika seseorang mampu mengendalikan emosinya maka akan berdampak
positif pada dirinya, jika seseorang tidak mampu mengendalikan emosi maka akan berdampak
negatitif pada dirinya. Pada umumnya para remaja sering mengalami kesulitan dalam
mengendalikan emosi.(Dewi & Yusri, 2023)
Remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuji masa dewasa. Pada masa ini
juga memiliki tantangan tersendiri, di mana remaja di anggap sudah lebih mapan dibandingkan
masa sebelumnya yakni saat menjadi masa kanak-kanak, namun di satu sisi remaja dianggap
belum sepenuhnya dapat bertanggung jawab. Masa ini juga disebut masa mencari identitas diri,
menemukan siapa mereka dan arah tujuan hidupnya, bereksplorasi terhadap perannya. Kondisi
ini yang menyebabkan remaja sering kali mengidentifikasi dirinya dengan teman sebayanya,
karena apa yang dilakukannya akan diterima dan diakui keeksistensiannya oleh teman-temannya.
Pada masa remaja ini juga merupakan masa pubertas yakni masa di mana terjadi perubahan cepat
pada kematangan fisik yang meliputi perubahan-perubahan tubuh dan hormon terutama terjadi
selama masa remaja awal, di mana hormon-hormon ini memengaruhi remaja untuk
bereksplorasi. Kondisi ini lah yang membuat remaja sering kali terdorong untuk mencoba hal-hal
baru, yang sifatnya menantang, bahkan untuk tindakan yang terlarang sekalipun (Haerani, H., &
Daulay, 2020).

2.6 Perbedaan Tingkat Kecerdasan


Terkait dengan definisi kecerdasan, Wasty Soemanto (2006: 143) menambahkan bahwa
pemecahan masalah dalam hal ini mencakup segala situasi, baik permasalahan pribadi, sosial,
akademik-kultural, serta ekonomi keluarga, bahkan permasalah belajar juga termasuk di

8
dalamnya. Perbedaan kecerdasan seseorang dapat dilihat melalui proses tes yang hasilnya
diwujudkan dalam bentuk skor tes IQ dengan rentang mendekati 0 sampai 200, dengan rata-
rata 100.
Selain itu, terdapat pengelompokan lain dengan skor > 130 yang disebut dengan gifteds
dan skor < 70 yang disebut dengan retarded atau anak terbelakang.
a. Gifted (Anak Cerdas)
Kelompok ini merupakan kelompok dengan IQ di atas 140. Hasil penelitian Terman dan
kawan-kawan dalam Sugihartono dkk. (2007: 41), menunjukkan beberapa hal antara lain:
1) kelompok ini hanya 1% dari populasi,
2) Sepertiga dari mereka merupakan anak para profesional, setengahnya anak-anak para
pengusaha, dan hanya 7% dari kelas menengah ke bawah.
3) mereka menunjukkan kesuksesan dalam hidup selanjutnya,
4) sebagian dari mereka terlibat kasus kriminal, dropout, dan gagal dalam beberapa
pekerjaan, dan
5) memiliki perkembangan fisik, berat, dan tinggi badan di atas rata-rata dengan
kemampuan penyesuaian diri baik.
Selain kemampuan-kemampuan di atas rata-rata yang dimiliki, anak-anak gifted juga
memiliki kemungkinan mengalami kesulitan yang cukup serius dalam mengikuti proses
pendidikan. Siswa tersebut mengalami masalah proses belajar dalam bentuk mudah bosan
dengan teman sebaya, bosan dengan proses pembelajaran dan metode yang digunakan guru,
sering dianggap guru tidak sopan dan cenderung cari perhatian, frustasi, mudah tersinggung,
dan menarik diri.
b. Retarded (Anak Terbelakang)
Menurut Sugihartono dkk. (2007: 44-45), retarded atau anak terbelakang memiliki skor IQ di
bawah 70 sampai dengan di bawah 20, yaitu moron (IQ 50-70), imbecil (IQ 20-50), dan idiot (IQ
di bawah 20). Klasifikasi baru yang digunakan adalah menurut Panel Mental Retardasi
sebagai berikut.
1) Mild Retardation (IQ 50-70)
Anak ini sering tidak terlihat sebagai anak terbelakang mental. la mampu mempelajari
keterampilan-keterampilan praktis, seperti membaca, menghitung, dan bersekolah sampai level
kelas 6. Namun demikian, ia tidak dapat dididik di sekolah biasa, harus di sekolah luar biasa.

9
Dalam perkembangannya, ia mampu mencapai keterampilan sosial dan beberapa aktivitas
pekerjaan untuk memelihara diri meskipun lambat, seperti makan, berbicara, dan berjalan serta
penyesuaian sosial.
2) Moderate (IQ 36-50)
Anak ini tampak lambat dalam beraktivitas misalnya berbicara. Ia juga mampu dilatih
melakukan aktivitas untuk memelihara diri sendiri seperti makan, mandi, dan berpakaian sendiri.
Ia juga mampu berkomunikasi meskipun dengan sangat sederhana, dapat dilatih keterampilan-
keterampilan sederhana, dan dapat berjalan di tempat atau lingkungan yang ia kenali. Namun
demikian, biasanya ia tidak mampu merawat diri sendiri.

3) Severe Retardation (IQ 20-36)


Anak ini memiliki tingkat perkembangan motorik yang lambat, memiliki kemampuan
komunikasi yang sangat sedikit, mampu dilatih untuk melakukan aktivitas yang dapat menolong
diri sendiri seperti makan. Ia juga mampu mengikuti aktivitas keseharian yang bersifat rutin dan
berulang. Namun demikian, ia membutuhkan petunjuk dan pengawasan dalam kehidupan di
lingkungan sekitarnya.

4) Profound Retardation (IQ di bawah 20)


Anak ini memiliki kemampuan minimal dalam fungsi-fungsi motorik, lambat dalam setiap aspek
perkembangan, menunjukkan emosi dasar. Ia masih dapat dilatih untuk melakukan aktivitas
dasar menggunakan tangan, kaki, dan rahang. Namun demikian, ia sangat membutuhkan
perawatan dan pendampingan karena tidak mampu merawat diri serta penggunaan Bahasa yang
primitif.

10
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah membaca materi diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa kecerdasan merupakan
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan lingkungan saat ini, yang
mencakup kemampuan untuk mengevaluasi dan menilai, kemampuan untuk memahami ide-ide
yang kompleks, kemampuan untuk berpikir produktif, kemampuan untuk belajar dengan cepat.
Selain itu kecerdasan terbagi menajadi 8 macam yaitu : kecerdasan verbal/ bahasa, kecerdasan
logika/matematika, kecerdasan spasial/ visual, kecerdasan tubuh/kinestetik, kecerdasan musical/
ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spiritual.

Selain itu dapat diketahui bahwa orang tua mempunyai peran yang sangat penting bagi
anak usia dini untuk menstimulus kecerdasan serta keterampilan pedagogiknya. Sebagai seorang
calon pendidik, kita diwajibkan untuk mengetahui segala macam emosi yang ada pada anak-
anak. Ketika kita memahami segala macam keterampilan serta emosi peserta didik, hal itu akan
memudahkan kita dalam proses pembelajan serta kita dapat mengetahui metode yang tepat dan
efektif untuk dilakukan sesuai kebutuhannya.

3.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Kami
menyadari masih terdapat bebagai kekurangan di dalamnya, baik dari segi susunan maupun
isinya, maka dari itu kami mengharapkan kritikan dan saran dari anda sekalian sebagai bahan
pertimbangan kami dalam Menyusun makalh ini di kemudian hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S. R., & Yusri, F. (2023). Kecerdasan Emosi Pada Remaja. Educativo: Jurnal Pendidikan,
2(1), 65–71. https://doi.org/10.56248/educativo.v2i1.109

Rusli, N.F.K & Mirawati. (2022). Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Anak Usia Dini. Educatum : Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(1), 89–95.
https://doi.org/10.56248/educatum.v1i1.38

Santrock, J.W. (2011). Educational Psychology (5th ed). New York : McGraw Hill.

Slavin, R. E. (2009). Educational Psychology Theory and Practice. New York: Pearson
Education, Inc

12

Anda mungkin juga menyukai