Anda di halaman 1dari 12

OLEH:

KELOMPOK 4

I PUTU ANDHIKA WEDHA PRADIPTYA : 1512061028

I GUSTI AYU AYUSYA ANGGAYASTI : 1512061032

NI WAYAN PUTRI AYU RATNA NINGSIH : 1512061033

PENDIDIKAN BAHASA JEPANG


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016/2017
I. PENDAHULUAN
Karakteristik siswa sangatlah beragam, tergantung dengan kecerdasan yang mereka miliki.

Namun selama ini dalam proses pembelajaran hanyalah menekankan pada dua kecerdasan saja,

yaitu logika dan bahasa. Pola piker inilah yang harus diubah dengan teori multiple intelligences

atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai kecerdasan majemuk atau ganda.

Hal ini disebabkan oleh pada masa mereka sekolah, siswa sangat berpotensi
memaksimalkan potensi yang ia miliki dan harapannya dengan adanya pembelajaran yang
beraneka ragam yang sesuai dengan kecerdasan siswa akan meningkatkan kemampuan siswa
tersebut dalam belajar.
Pendidikan memiliki arti proses memanusiakan manusia, sesuai dengan tujuan pendidikan
yaitu pendidikan harus mampu mengembangkan seluruh aspek potensi manusia secara utuh.
Aspek yang dimaksud dalam makalah ini adalah aspek kecerdasan siswa. Menurut Violinda
(2012), kecerdasan merupakan kualitas kemanusiaan yang tidak dapat diabaikan. Keberhasilan
atau capaian sistem pendidikan nasional secara utuh ketika memfungsikan kecerdasan secara
optimal.
Selama ini dunia pendidikan menerapkan bahwa IQ atau Intelligence Quantient menjadi
satu-satunya kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Kwartolo (2012) mengungkapkan bahwa
dengan menerapkan IQ ini kecerdasan lebih ditonjolkan pada salah satu kemampuan otak manusia
yang dibuktikan dengan hanya berhasil meraih nilai A dari tiap pelajaran. Pola pemikiran inilah
yang sebenarnya kurang tepat apabila diterapkan di era globalisasi saat ini. Pendidikan hanya
menekankan pada kemampuan matematika dan bahasa. Siswa dikatakan cerdas saat hasil tes IQ
mereka meraih hasil tinggi atau diatas rata-rata, padahal pada dasarnya tiap siswa memiliki cara
tersendiri bahkan bisa dikatakan unik saat mereka mendapat tugas untuk menyelesaikan suatu
permasalahan yang dihadapi tanpa berdasarkan skor yang diraih pada tes IQ.
Menurut Susanto (2005) kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang
dapat berguna bagi orang lain. Seto Mulyadi (2003) juga mengungkapkan bahwa suatu kekeliruan
besar jika setiap kenaikan kelas, prestasi anak didik hanya diukur dari kemampuan matematika
dan bahasa. Seharusnya dunia pendidikan menggunakan konsep multiple intelligences sebagai
dasar untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan yang dimiliki oleh siswa di sekolah
secara maksimal dan menyeluruh. Sebab pada dasarnya tiap siswa dilahirkan cerdas dengan
menggenggam potensi serta ciri khas masing-masing.
Apakah multiple intelligences itu? Siapa yang mengemukakan konsep tersebut?
Bagaimana konsep tersebut digunakan guna menggali kecerdasan majemuk siswa? Semua
permasalahan ini akan kami bahas dalam bagian kedua atau bagian pembahasan.
II. PEMBAHASAN
II.1 Multiple Intelligence
Kecerdasan atau dalam Bahasa Inggris diartikan sebagai intelligence adalah sebuah karunia
dari Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia yang menjadikannya sebagai salah satu kelebihan
dibandingkan makhluk yang lain. Dengan kecerdasan inilah manusia mampu belajar terus
menerus dan mempertahankannya sehingga meningkatkan kualitas hidupnya.
Budiningsih (2005) menyatakan bahwa kecerdasan adalah suatu kemampuan memecahkan
masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu. Rentang
masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang sederhana hingga kompleks. Seseorang
dinyatakan cerdas apabila ia dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan
mampu menghasilkan sesuatu yang berguna bagi umat manusia.
Istilah multiple intelligence pertama kali dikemukakan oleh Howard Gardner pada tahun
1983. Gardner berusaha memperluas lingkup potensi manusia melampaui batas-batas skor IQ.
Konsep multiple intelligence pada dasarnya adalah perpaduan dari IQ atau kecerdasan otak, EQ
atau kecerdasan emosional, dan SQ atau kecerdasan spiritual.
Pada awal penelitiannya, Gardner mengelompokkan kecerdasan menjadi 7 bagian
diantaranya yaitu :
a. Kecerdasan linguistic
b. Kecerdasan logis-matematis
c. Kecerdasan visual-spasial
d. Kecerdasan kinestesik
e. Kecerdasan musik
f. Kecerdasan interpersonal
g. Kecerdasan intrapersonal
Namun selanjutnya pada buku yang berjudul Intelligence Reframed, Gardner menambahkan
dua jenis kecerdasan baru, yaitu kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensialis. Berbagai
macam kecerdasan yang dirumuskan oleh Gardner dalam perkembangannya akan ada
kemungkinan untuk bertambah. Terbukti dengan yang awalnya hanya berjumlah tujuh, kini
berubah menjadi sembilan.
Tiap jenis kecerdasan memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri yang memang
seharusnya untuk dihargai dan dikembangkan. Berikut uraian serta penjelasan mengenai macam-
macam kecerdasan yang telah digagas oleh Howard Gardner.
1. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan ini memberikan kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata secara
efektif baik lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini biasa dimiliki oleh para penyair, penulis puisi,
jurnalis, orator, dan politisi.
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini akan berbahasa lancar, baik, dan lengkap. Mudah
dalam memahami struktur kata dalam belajar bahasa, mudah dalam mengajarkan atau
menjelaskan, menceritakan hasil pemikirannya kepada orang lain, hebat dalam urusan debat, dan
sebagainya selama berhubungan dengan bahasa.
Manfaat dari penggunaan kecerdasan linguistik ini adalah retorika dimana menggunakan
bahasa guna meyakinkan orang lain agar melakukan hal tertentu, mnemonik dimana
menggunakan bahasa untuk mengingat informasi, penjelasan dimana menggunakan bahasa untuk
menginformasikan, dan metabahasa dimana menggunakan bahasa untuk membicarakan tentang
bahasa itu sendiri.
2. Kecerdasan Logis-Matematis
Kecerdasan ini memberikan kemampuan untuk menggunakan angka secara efektif,
kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap pola-pola dan hubungan yang logis, pertanyaan yang
dalil, fungsi, abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan. Kecerdasan ini biasa dimiliki oleh para
saintis, programmer, logikus, akuntan atau ahli statistik.
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini apabila menghadapi banyak masalah mereka tidak
cepat bingung karena mereka mudah mengelompokkan persoalan baik dengan deduktif atau
induktif, mudah mengembangkan pola sebab akibat.
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini dapat dikembangkan dengan cara pembelajaran
yang melibatkan angka, bagan, grafik, skema, dan tidak banyak tercantum bacaan yang panjang.
3. Kecerdasan Spasial
Kecerdasan ini memberikan kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara
akurat, termasuk kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan
perubahan sesuatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan tersebut, menggambarkan
suatu hal dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta peka terhadap keseimbangan,
relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang. Kecerdasan ini biasanya ada dalam sosok seorang pemburu,
arsitektur, navigator, dan dekorator.
4. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan ini memberikan kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh guna
mengekspresikan ide-ide atau perasaan. Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik tertentu,
diantaranya seperti keseimbangan, ketangkasan, fleksibilitas, serta kecepatan. Kecerdasan ini
dimiliki oleh para aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah.
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini akan mudah dalam mengungkapkan dirinya dengan
gerak tubuh mereka. Mereka mudah menuangkan pikiran, rasa, serta perasaan melalui gerakan
tubuh baik itu gerak tangan, kaki, atau wajah.
5. Kecerdasan Musik
Kecerdasan ini memberikan kemampuan untuk merasakan, mengubah, membedakan,
mengekspresikan bentuk-bentuk musik dan suara. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap
ritme, nada, melodi, dan timbre. Disamping itu kecerdasan ini juga memberikan kemampuan
dalam memainkan alat musik, menyanyi, menciptakan lagu, menikmati lagu, melodi, dan
nyanyian.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini memberikan kemampuan untuk mengerti atau peka terhadap perasaan,
intense, motivasi, watak, dan kepribadian orang lain. Kecerdasan ini meliputi rasa peka terhadap
ekspresi wajah, suara, serta gerak tubuh, serta memberikan kemampuan untuk membedakan
isyarat interpersonal dan merespon secara efektif isyarat tersebut ke berbagai cara yang pragmatis.
Secara umum kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan dalam menjalin relasi,
melaksanakan komunikasi, membentuk serta menjaga hubungan, dan mengetahui macam-macam
peran yang terdapat dalam suatu kelompok. Dalam keseharian, seseorang yang memiliki
kecerdasan ini memiliki ciri yaitu mudah bergaul, bekerja sama, berkomunikasi, dan berempati.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan ini memberikan kemampuan yang memiliki kaitan dengan pengetahuan dalam
diri dan bertindak secara adaptatif yang berdasar atas pengenalan diri sendiri. Kecerdasan ini
memiliki gambaran mengenai suasana hati dan batin, pemahaman dan harga diri, serta
kemampuan untuk mendisiplinkan diri.
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini akan mudah mengatur perasaan dan emosinya yang
akan membuat mereka kelihatan lebih tenang dan mudah berkonsentrasi.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini memberikan kemampuan untuk mengerti mengenai flora dan fauna dengan
baik dalam alam natural, dan menikmati alam dengan menggunakan kemampuan yang produktif
dalam berburu, bertani, dan mengembangkan ilmu pengetahuan alam.
9. Kecerdasan Eksistensi
Kecerdasan ini memberikan kemampuan untuk menempatkan diri sendiri dengan
memerhatikan capaian terjauh dalam dunia. Kecerdasan ini lebih mengarah pada rasa peka dan
kemampuan seseorang untuk mengatasi persoalan terdalam pada eksistensi atau keberadaan
manusia. Kecerdasan ini kadang disebut sebagai kecerdasan spiritual sebab kecerdasan ini bersifat
selalu mencari hubungan antar kebutuhan guna belajar dengan kemampuan dan menciptakan
kesadaran akan kehidupan setelah kematian.

Penjelasan mengenai kesembilan jenis kecerdasan tersebut bukan hanya didapati tanpa
adanya dasar yang jelas, namun kesembilan jenis tersebut diperoleh berdasarkan proses telaah yang
panjang yang didasari atas Dasar Teoritis sehingga kecerdasan tersebut tidak hanya disebut sebagai bakat,
kemampuan, atau keterampilan semata. Dasar teoritis tersebut terdiri dari :

1. Isolasi potensi oleh kerusakan otak,


2. Keberadaan orang-orang yang berbakat, genius, serta individu yang luar biasa,
3. Sejarah perkembangan yang khas dan serangkaian prestasi yang memenuhi syarat untuk
disebut seorang ahli yang dapat didefinisikan dengan baik,
4. Sebuah sejarah evolusi dan kemasukakalan evolusi,
5. Dukungan dari temuan-temuan psikometrik,
6. Dukungan dari tugas-tugas psikologi yang bersifat eksperimental,
7. Sebuah operasi inti yang dapat diidentifikasi,
8. Kepekaan dan kerentanan terhadap pengkodean dalam sebuah sistem simbol.

II.2 Multiple Intelligence dalam Pendidikan

Pada awalnya Multiple Intelligence adalah penjelasan dalam dunia psikologi namun kini
telah dibawa menjadi salah satu dari edukasi, karena tidak bisa dielakkan bahwa dunia pendidikan
tidak bisa lepas dari berbagai pembahasan psikologi terutama upaya mengenal peserta didik baik
dari segi usia, kemampuan, maupun kecerdasan yang dimiliki.

Teori Multiple Intelligence telah digunakan dan dikembangkan dalam sistem pendidikan
negara maju sehingga menghasilkan banyak pengaruh pada perkembangan sistem pendidikannya.
Disini akan dijelaskan mengenai pengaruh teori Multiple Intelligence dalam pendidikan terutama
di bagian kurikulum, pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

1. Kurikulum
Penggunaan teori Multiple Intelligence akan memengaruhi penyusunan kurikulum
khususnya pada pemilihan materi pelajaran melalui topik atau tematik. Dengan model
tematik akan memungkinkan digunakannya pendekatan interdisipliner dari berbagai
sudut seperti pendekatan biologis, ekonomis, lingkungan, fisis, kimia, dan lain-lain
sehingga materi yang dipelajari akan lebih bervariasi dan mencakup semua jenis
kecerdasan yang ada.
2. Pembelajaran
Gardner menemukan banyak siswa yang merasa kecewa dengan cara mengajar
guru mereka di sekolah, rasa kecewa ini disebabkan karena guru tersebut monoton dalam
mengajar sebab mengajar dalam satu model yang sesuai dengan kecerdasan yang
dimilikinya saja, padahal siswa banyak memiliki kecerdasan yang berbeda antara satu
dengan yang lain. Maka dari itu dengan teori Multiple Intelligence maka harus
memerhatikan hal seperti :
 Guru perlu mengerti kecerdasan siswanya
 Guru perlu mengembangkan model mengajar dengan berbagai inteligensi
 Guru perlu mengajar sesuai dengan inteligensi siswa
 Dalam mengevaluasi kemajuan siswa guru perlu menggunakan berbagai model
yang cocok dengan kecerdasan ganda

Strategi pembelajaran Multiple Intelligence adalah berupa rangkaian aktivitas


belajar yang merujuk pada indicator hasil belajar yang sudah ditentukan dan bagaimana
guru tersebut mengemas gaya mengajarnya agar mudah dimengerti oleh siswanya.
Penggunaan strategi ini agar terwujudnya kesesuaian antara gaya mengajar guru dengan
gaya belajar siswa sehingga terciptalah pembelajaran yang tidak monoton namun
menyenangkan dan memotivasi siswa untuk terus belajar.

Teori Multiple Intelligence dapat diterapkan pula dalam penyusunan RPP agar
lebih kreatif. Kreatif berarti kevariatifan dalam metode pembelajaran yang digunakan
dan tentu disesuaikan dengan berbagai macam kecerdasan yang ada. RPP ini hendaknya
dapat membawa siswa untuk belajar lebih aktif dan dapat memberikan pengalaman
nyata yang sulit dilupakan terkait dengan pemecahan masalah dalam kehidupan.

Dalam pengaplikasiannya, teori ini menggunakan berbagai macam metode yang


memang harus sesuai dengan kecerdasan siswa. Sebagai contoh, Linguistik dengan cara
membuat puisi, cerpen, tanya jawab, bercerita, dan bertukar pikiran. Logis Matematis
dengan cara membuat hipotesis, studi kasus, penalaran ilmiah, praktikum, dan
perhitungan. Visual dengan cara fotografi, dekorasi, mind mapping, imajinasi, dan
metafora warna. Kinestesik dengan cara kelas teater, simulasi, gesture, olah tubuh,
outbond, dan petualangan. Musik dengan cara bernyanyi, menciptakan lagu, dan
bersenandung. Interpersonal dengan cara kerja kelompok, belajar kelompok,
kolaborasi, dan negosiasi. Intrapersonal dengan cara berbagi kasih, motivasi diri,
reningan, dan ekspresi diri. Naturalis dengan cara wisata alam, penelitian lingkungan,
belajar di alam terbuka, dan menggunakan hewan atau tumbuhan sebagai alat peraga.

3. Evaluasi Pembelajaran
Dengan sistem pembelajaran dan juga pendekatan yang variatif maka dalam
melaksanakan evaluasi haruslah bervariasi pula. Evaluasi yang dianggap cocok dengan
model pembelajaran Multiple Intelligence adalah dengan melihat kemampuan siswa
dalam situasi yang real, sehingga evaluasi yang dilaksanakan akan lebih autentik dan
menyeluruh.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi sehingga
menjadi autentik dan menyeluruh adalah :
 Guru perlu melihat bagaimana siswa menunjukkan prestasinya berkaitan dengan
kecerdasan yang digunakan
 Guru dapat mengumpulkan dokumen yang dihasilkan mahasiswa selama proses
pembelajaran seperti hasil tes, jurnal, pengamatan, foto, dan lain-lain.
 Guru perlu melihat bagaimana hasil kerja kelompok
 Membuat tes yang bervariasi
III. PENUTUP
KESIMPULAN
Teori Multiple Intelligence muncul sebagai kritik terhadap teori IQ yang membatasi
kecerdasan yang hanya nerpatokan pada kecerdasan logis matematis dan linguistik saja. Dalam
teori Multiple Intelligence ada sembilan jenis kecerdasan yang dimiliki manusia yaitu Linguistik,
Logis Matematis, Visual, Kinestetik, Interpersonal, Intapersonal, Naturalis, Eksistensialis.
Pembelajaran berbasis Multiple Intelligence merupakan salah satu bentuk inovasi
pembelajaran yang dapat menjadi pilihan bagi tenaga pendidik di Indonesia. Melaksanakan
pembelajaran berbasis Multiple Intelligence berarti menggunakan pendekatan interdisipliner
dalam mengembangkan materi pembelajaran, menggunakan multimodel pembelajaran, dan
menggunakan pemilaian autentik dalam evaluasi pembelajarannya. Hal ini bertujuan untuk
mewadahi keberagaman kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Thomas. 2013. Multiple Intelligences in the Classrom, 3rd Edition.

Chatib Munif. 2009. Sekolahnya Manusia; Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia.

Chatib Munif. 2011. Gurunya Manusia; Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara.

Chatib Munif dan Alamsyah Said. 2012. Sekolah Anak-Anak Juara : Berbasis Kecerdasan Jamak dan

Pendidikan Berkeadilan.

Prasetyo, Reza. 2009. Multiply Your Multiple Intelligences : Melatih 8 Kecerdasan Majemuk Pada Anak

dan Dewasa.

Suparno Paul. 2004. Teori Intelligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran.


Kwartolo. 2012. Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom.

Anda mungkin juga menyukai