Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang. Kecerdasan anak adalah salah satu yang menjadi idaman banyak orang tua. Karena orang tua tentunya menginginkan mempunyai anak-anak yang cerdas dalam kehidupannya dan juga demi masa depannya. Yang dimaksud dengan kecerdasan adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses dan gagalnya Peserta Didik belajar di sekolah. Peserta Didik mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar untuk diharapkan memperoleh prestasi yang tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis dia akan sukses belajar di sekolah. Di Indonesia pengembangan kecerdasan anak untuk menuju tingkat keberhasilan atau kesuksesan dalam berhasil itu ditinjau dari intelektual. Contohnya dalam sistem pendidikan Indonesia menekankan tingkat kecerdasan dinilai dari segi matematika (logika) dan bahasa. Dalam praktek anak akan mengalami kenaikan kelas dinilai dari aspek tersebut. Padahal ini adalah satu pemikirin kecerdasan yang masih tradisional. Hal ini juga diungkapkan oleh pakar perkembangan dan pemerhati anak, Seto Mulyadi. Setelah adanya kekeliruan di pendidikan Indonesia dalam peningkatan kecerdasan anak. Padahal sekolah sekolah swasta telah menjamur dimulai dari sekolah kanak-kanak atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai tingkat yang tertinggi perguruan tinggi. Dengan semakin menjamurnya sekolah-sekolah seharusnya tingkat pendidikan Indonesia semakin professional, tapi kenyataannya masih tetap dalam pendidikan pengembangan yang tradisional. Dengan adanya kekeliruan tentang kecerdasan yang hanya mencakup dua aspek yaitu matematika (logika) dan bahasa. Sebaiknya selain dari aspek tersebut harus juga meliputi beberapa aspek yang lain yaitu kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan tersebut disebut dengan

kecerdasan jamak (multiple intelligences) yang diperkanalkan oleh Howard Gardner tahun 1983. Menurut Gardner sebaiknya harus memperhatikan orang-orang yang memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan seseorang. Misalnya arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, dan lain-lain. B. Masalah Berdasakan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka akan disampaikan pada karya ilmiah ini tentang bagaimana cara pengembangan kecerdasan jamak pada Anak Usia Dini (AUD). C. Tujuan Mengembangkan kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak . Maka dari itu tujuan dari pengembangan kecerdasan jamak pada Anak Usia Dini untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan dasar yang dimiliki setiap anak. Melatih anak meningkatkan kecerdasan jamak dan menstimulasi nya. Jika anak sering dilatih dan difasilitasi untuk mengembangkan kecerdasan nya maka akan terlihat kecenderungan yang menonjol dari salah satu kecerdasan jamak tersebut dalam diri anak.. D. Manfaat Mengembangkan kecerdasan jamak pada anak usia dini maka akan

meningkatkan kecerdasan pada diri anak tersebut, seperti yang kita ketahui anak tidak luput dengan kegiatan bermain. Sehingga dalam bermain anak harus ada unsur pendidikan untuk menstimulasi kecerdasannya. Tetapi tetap diolah dan ditampilkan semenarik mungkin. Jadi anak nyaman bermain sekaligus belajar. Jika sering menstimulus nantinya kita akan tahu bakat anak dilihat dari kecenderungan yang menonjol salah satu dari kecerdasan jamak tersebut, yang akan menjadikan bekal dasar demi meraih kesuksesan hidup pada diri anak setelah tumbuh menjadi orang dewasa. Membangun kecerdasan anak adalah ibarat membangun sebuah rumah yang mempunyai beberapa pilar tembok atau kayu sebagai penyangganya. Jika membangun pilar tembok semakin kokoh rumah tersebut berdiri.

BAB II PENERAPAN KERCEDASAN MAJEMUK

A. Landasan Teori Pada Anak Usia Dini Kecerdasan dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah.Kecerdasan berkaitan dengan daya pikir dan perkembangan kognitif. Pencetus teori perkembangan kognitif adalah Jean Piaget. Ada empat tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu sensorimotor (0-2 thn), praoperasional (2-7 thn), operasional konkret (7-12 thn), dan operasional formal (> 12 thn). Kecerdasan ada yang membaginya menjadi IQ, SQ & EQ. Sedangkan Howard Gardner membagi kecerdasan menjadi 10 kecerdasan. Pada mulanya individu dikatakan cerdas apabila memiliki word smart dan number smart. Pendapat tersebut tampaknya mengabaikan dan mengesampingkan kecerdasan lain seperti kecerdasan dalam bidang seni, kepribadian dan lainnya, sehingga pendapat tersebut mengalami perubahan. Orang berpendapat bahwa IQ (Iintelligence Quotient) merupakan salah satu faktor besar yang mempengaruhi keberhasilan dan kehidupan individu. Pernyataan tersebut tidak selalu tepat. Fenomena membuktikan sebagian orang yang memiliki IQ tinggi, tapi tidak sukses dalam kehidupannya. Skor IQ yang tinggi bukanlah segalanya. Sesungguhnya tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang ada adalah anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan. Dalam kehidupannya, individu perlu mengasah IQ (Iintelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spritual Quotient) agar kehidupannya berhasil. Prof. Dr.Howard Gardner seorang psikolog dan ahli pendidikan dari Universitas Harvard AS merumuskan teori yang disebut Multiple Intelligences (kecerdasan ganda/majemuk)/MI. Multiple Intelligences dikenalkan melalui karya Gardner yang berjudul frames of mind. Asumsi MI muncul karena hasil penelitian Gardner yang memberikan gambaran bahwa individu dapat mencapai keberhasilan tidak hanya mengandalkan IQ tinggi. Awalnya multiple intelligences yang dicetuskan oleh Gardner berjumlah 8 jenis kecerdasan, namun seiring perkembangan pengetahuan, multiple intelligences berkembang menjadi 9 jenis kecerdasan, diantaranya:

1. Inteligensi linguistik (linguistic intelligence) Yaitu kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun secara tertulis. Misalnya pencipta puisi, editor , jurnalis, pendongeng. Kecerdasan linguistik terdiri dari linguistik tertulis maupun lisan. Linguistik tertulis misalnya karya puisi dan karangan cerita. Sedangkan linguistik lisan berupa bercerita dan mendongeng. Pengembangan intelegensi linguistik anak-anak dapat diasah dengan main tebak kata, memperkaya kosakata, membuat pantun dan puisi sederhana, menceritakan kembali isi cerita dan sebagainya. Anak yang memiliki intelegensi linguistik umumnya mampu membaca dan mengerti apa yang dibaca, mampu mendengar dengan baik dan memberikan tanggapan dalam komunikasi verbal, mampu menulis dan berbicara secara efektif dan memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata. Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum, pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio/TV, dan sebagainya. 2. Inteligensi matematis-logis (logical -mathematical intelligence) Yaitu kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika. Jalan pikiran bernalar dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat. Pengembangan intelegensi matematis logis anak-anak dapat diasah dengan bermain maze, bermain balok dan sebagainya. Anak yang memiliki intelegensi matematis logis umumnya mampu mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat, mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut dan pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis/programer komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IP /Fisika, dan sebagainya. 3. Inteligensi ruang (spatial intelligence) Yaitu kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat dan kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat serta mempunyai daya imaginasi secara tepat. Pengembangan intelegensi ruang anak-anak dapat diasah dengan

menggambar , melukis, membentuk dan sebagainya. Anak yang memiliki intelegensi ruang umumnya senang mencoret-coret, menggambar, melukis

dan membuat patung, kaya akan khayalan, imajinasi dan kreatif, menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya, pandai bermain puzzle, maze, belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan warna dan menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat. Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya. 4. Inteligensi kinestetik-badani (bodilykinesthetic intelligence) Yaitu

kemampuan menggunakan tubuh atau geraktubuh untuk mengekspresikan ga gasan dan perasaan. Pengembangan intelegensi kinestetik badani anak-anak dapat diasah dengan menari, senam, menirukan gerakan, pantomim dan sebagainya. Anak yang memiliki intelegensi kinestetik badani umumnya memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak, menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play, permainan yang menggunakan fisik, senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat, suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari dan suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa yang dialami atau dilihat. Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik/montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet profesional, dan sebagainya. 5. Inteligensi musikal (musical intelligence) Yaitu kemampuan untuk

mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi, dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik. Pengembangan intelegensi musikal anak dapat diasah dengan menyanyi, mencipta lagu, memainkan alat musik dan sebagainya. anak yang memiliki intelegensi musikal umumnya menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat musik, mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara, mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu, senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu, mampu menciptakan komposisi musik, senang bermain dengan suara dan menyukai dan mampu bernyanyi. Profesi:DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi musik, penulis lagu,

insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi, guru musik, penulis lirik lagu, dan sebagainya. 6. Inteligensi interpersonal (Interpersonal Intelligence)Yaitu kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan , intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain. Pengembangan intelegensi interpersonal anak-anak dapat diasah dengan bermain bersama, kegiatan outbound, makan bersama, kerja bakti, drama dan sebagainya. Anak yang memiliki intelegensi interpersonal umumnya mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan pikiran dan perasaan dan mampu bekerja mandiri dan mengembangkan konsep diri dengan baik. Profesi:administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia / humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya. 7. Inteligensi intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)Yaitu kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengalaman diri serta mampu berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran tinggi akan gagasan-gagasan. Mereka mudah berkonsentrasi dengan baik, suka bekerja sendiri dan cenderung pendiam. Pengembangan intelegensi intrapersonal anak-anak dapat diasah dengan melatih kesabaran dan ketlatenan melalui meronce, kebiasaan meminta maaf, memberikan penghargaan terhadap hasil karya teman dan sebagainya. Anak yang memiliki intelegensi intrapersonal umumnya memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan sosial, memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan efektif, baik secara verbal maupun non-verbal, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang berbeda, mampu menerima umpan balik yang disampaikan orang lain, dan mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu berempati dan mau mengerti orang lain. Profesi : ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi, perencana program, pengusaha, dan sebagainya. 8. Inteligensi lingkungan/naturalis (naturalist intelligence)Yaitu kemampuan untuk mengerti flora dan fauna dengan baik, menikmati alam, mengenal

tanaman dan binatang dengan baik. Pengembangan intelegensi lingkungan anak-anak dapat diasah dengan mengajak menanam atau berkebun, mengamati pertumbuhan tanaman, beternak dan sebagainya.Anak yang memilikiintelegensi lingkungan/naturalis umumnya suka mengamati,

mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam, tanaman atau hewan, antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia, senang memelihara tanaman, hewan, senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna, dan senang melakukan aktivitas outdoor seperti jalan-jalan. Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna/flora, penjaga museum zoologi / botani dan kebun binatang, dan sebagainya. 9. Inteligensi eksistensial (Existential Intelligence) Yaitu kemampuan yang berkaitan dengan kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia, anak belajar sesuatu dengan melihat gambaran besar, Mengapa kita di sini? Untuk apa kita di sini? Bagaimana posisiku dalam keluarga, sekolah dan kawan-kawan?. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan kebutuhan untuk belajar. Pengembangan intelegensi eksistensial anak-anak dapat diasah dengan menceritakan tujuan manusia hidup, apa saja yang harus dilakukan dan sebagainya. Anak yang memiliki intelegensi eksistensial umumnya memiliki kesadaran tinggi dalam menjalankan kewajiban terhadap Tuhan dan memiliki upaya untuk menjadi lebih baik.

Kecerdasan ada kaitannya dengan keterampilan dalam menggambar, melukis, mencorat-coret, menyanyi, membayangkan suatu konsep, membuat kerajinan tangan, mengunjungi berbagai tempat, melakukan permainan konstruktif-kreatif, mengatur, dan merancang. Sehingga yang menjadi komponen inti dari kecerdasan visual-spasial adalah kepekaan untuk merasakan dan membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menggambar, memotert, membuat patung, maupun mendesain.

B. Metode Penelitian. Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan atau pengumpulan data sekaligus pada satu waktu (point time approach) (Nursalam, 2003). Sampel dalam penelitian ini adalah anak dan orangtua dari anak prasekolah di PAUD AN NAHL Bojonggede yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusinya adalah anak yang berusia 3-6 tahun, anak yang memiliki kondisi sehat fisik dan mental, orangtua yang bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent. Penelitian ini dilakukan di tempat PAUD AN NAHL Bojonggede pada tanggal 8 November 2013. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner yang digunakan untuk menilai pola asuh orang tua terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang didistribusikan kepada orang tua, sedangkan lembar observasi diisi oleh pemulis yang digunakan untuk menilai perkembangan kecerdasan majemuk anak. Biodata Anak Nama Lengkap Nama Panggilan Jenis Kelamin : Lia Aulia zen : Aulia : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 21 Januari 2009 Alamat Agama Anak ke : Kp. Waringin Jaya Bojonggede RT 002/002 : Islam : Pertama dari dua bersaudara

C. Alat Pengambilan Data Dalam pengambilan data akan melakukan: 1. Observasi terhadap perilaku anak ketika sedang bermain peran dan penulis akan menyiapkan daftar observasi yaitu dengan chek list yang mana berdasarkan dari kegiatan anak di sekolah. 2. Wawancara terhadap Orang Tua anak dengan kuesioner mengenai kecerdasan majemuk dan pengembangannya

D. Pengolahan dan Penganalisisan Data Setelah dilakukan pengambilan data dengan observasi terhadap anak yang bernama aulia saat belajar dikelas, dan hasilnya adalah sebagai berikut. 1. Anak mampu melihat dan mengamati, mengenali wajah, benda, bentukbentuk, warna-warna, detail dan pemandangan. 2. Anak mudah memahami gambar dan ilustrasi daripada teks atau tulisan. 3. Anak sangat rapi dalam menggambar. 4. Saat mewarnai gambar anak sangat peka terhadap warna. 5. Anak bila di minta untuk menggambar sebuah objek anak tersebut mampu menggambar sesuai dengan apa yang dilihatnya. 6. Anak di kelas suka membuat coret-coret di buku kerja, kertas, atau bahanbahan lain. 7. Anak menikmati membuat bangunan tiga dimensi, seperti origami yang di ajarkan guru. Ia juga mampu merubah objek-objek dalam imajinasinya serta mampu membayangkan untuk memindahkan benda dalam imajinasinya. Setelah itu dilakukan pengambilan data kuesioner terhadap orang tua murid di tempat PAUD AN NAHL dan wawancara terhadap Orang tua dari aulia hasilnya adalah sebagai berikut : Kuesioner Orang tua Aulia Pertanyaan Intelejensi linguistic Menulis lebih baik Mudah bercerita dan membuat lelucon Mempunyai ingatan yang baik akan nama, tampat, dan hari Menyukai membaca buku Menulis dengan ejaan yang baik dan teliti Menyukai mendengarkan kata-kata yang diucapkan Mempunyai kemampuan vocabulary yang baik Berkomunikasi dengan yang lain dalam kata-kata yang teratur. Intelegensi matematis logis Suka menanyakan bagaimana sesuatu itu bekerja Menghitung secara cepat Menyukai matematika Menyukai permainan matematika dalam computer Berpikir lebih abstrak dan konseptual dari rata-rata kelas Hasil

10

Mempunyai kepekaan dengan sebab-akibat dalam suatu persoalan Intelegensi ruang/visual Melaporkan secara jelas dengan gambar visual Membaca denah, peta, dan diagram lebih mudah dari membaca teks Menyukai kegiatan-kegiatan seni Menggambar lebih baik dari rata-rata kelas Suka melihat film, slide, dan presentasi visual yang lain Bila membaca, lebih menyukai gambar dari pada teks Intelegensi kinestetik tubuh Menonjol dalam salah satu bidang olah raga Selalu ingin bergerak bila duduk terlalu lama di suatu tempat Mudah menirukan gerak dan gaya seseorang Mempunyai cara mengekspresikan diri secara dramatic Menyukai bekerja dengan lumpur untuk membuat bangunan Intelegensi musical Mengingat melodi musik dengan baik Mempunyai suara yang bagus Memainkan alat musik dan bernyanyi dengan baik Mempunyai cara ritmik dalam bicara dan bergerak Peka terhadap suara sekitar Integensi interpersonal (social) Menyukai sosialisasi dengan teman Kelihatan dapat menjadi pemimpin yang natural Suka memberikan nasihat pada teman yang sedang kesulitan Mempunyai dua atau tiga teman dekat Mudah empati pada orang lain Intelegensi intrapersonal Mempunyai kemampuan yang kuat dan percaya diri Mempunyai pandangan yang relistik tentang kemampuan dan kelemahannya Selalu melakukan pelajaran dengan baik meskipun terlambat Dapat belajar dari kesuksesan dan kegagalan Mempunyai self sistem yang tinggi

Dari hasil observasi dan kuesioner, penulis menyimpulkan bahwa anak tersebut lebih yang menonjol pada kecerdasan spasial yakni kekuatan memikirkan satu bentuk nyata serta sesudah itu memecahkan beraneka permasalahan sehubungan dengan kekuatan ini. Ternyata ia lebih mampu serta cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas spasial daripada tugas- tugas lainnya. untuk itu, orang tua hams memahami betul tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan anak pada setiap tahapan usianya.

11

Setelah melakukan penelitian, penulis mengajukan sebuah pertanyaan kepada orang tua murid mengenai bagaimanakah mengembangkan kecerdasan spasial yang dimiliki oleh anak tersebut. Untuk pengembangannya orang tua akan berikan anak kegiatan seni terutama dalam bidang menggambar, nonton film dan pergi ke galeri pameran agar menambah jiwa seni anak tersebut. Orang tua tersebut kedepannya nanti lebih menjurus ke pendidikan desain grafis karena anak tersebut minatnya lebih tinggi ke grafis atau gambar.

12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI) merupakan istilah yang relatif baru yang dikenalkan oleh Howard Gardner. menjelaskan bahwa Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini. Selain itu juga menjelaskan ada delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa (linguistic), musik (musical), logika-matematika (logical-mathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal),

interpersonal (interpersonal), dan naturalis (naturalits). Setiap siswa memiliki keunikan masing-masing. Mereka memiliki kecerdasan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainya. B. Saran. Orangtua sebaiknya tidak melarang kegiatan anaknya, karena banyaknya larangan yang diterima oleh si kecil akan menghambat sisi kreativitas anak untuk berani mengekspresikan dirinya. Selain itu larangan yang diberikan atau memarahinya tidak akan memberitahu anak apa yang salah dan bagaimana yang benar. Karena itu orangtua harus menyediakan sarana bagi anak sesuai dengan bakatnya.

13

DAFTAR PUSTAKA

Suciati, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. http://karakteristik-kecerdasan-jamak-dalam-perspektif _ hazar31.wordpress.com (diakses pada tanggal 01 November 2013) http://Konsep Kecerdasan Majemuk Menurut Gardner _ Asahan News (diakses pada 09 November 2013) http://www.jelajahunik.us/2012/04/9-jenis-kecerdasan-manusia.html (diakses pada tanggal 09 November 2013)

Anda mungkin juga menyukai