Tugas Kelompok
Disusun dalam rangka UAS tugas mata kuliah
Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pengampu : Dr. Setiyo Utoyo, M.Pd.
Disusun Oleh :
Seroja (23022033)
Zakia Asyifa (23022116)
Phinike Gina Gresia Br Surbakti (23022027)
Abstrak
Kecerdasan jamak adalah teori kecerdasan yang mengemukakan bahwa individu memiliki
paling tidak 8 jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal- linguistik, logis matematis, visual-
spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis. Kecerdasan jamak anak
usia dini merupakan kemampuan yang berkembang dari hasil interaksi anak usia dini dan
lingkungan di sekitarnya. Setiap kecerdasan dalam multiple intelligences memiliki indikator
tertentu. Kecerdasan majemuk anak diidentifikasi melalui observasi terhadap perilaku,
tindakan, kecenderungan bertindak, kepekaan anak terhadap sesuatu, kemampuan yang
menonjol, reaksi spontan, sikap, dan kesenangan. Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai
kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting
yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan pengertian ini, dapat
dipahami bahwa inteligensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ
dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya. Akan tetapi inteligensi memuat
kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang
bermacam-macam.
Kata Kunci : kecerdasan jamak, anak usia dini
Abstrac
Multiple intelligence is a theory of intelligence which suggests that individuals have at least 8
types of intelligence, namely verbal-linguistic, mathematical-logical, visual-spatial,
kinesthetic, musical, intrapersonal, interpersonal and naturalist intelligence. The multiple
intelligences of early childhood are abilities that develop as a result of interactions between
early childhood and the environment around them. Each intelligence in multiple intelligences
has certain indicators. Children's multiple intelligences are identified through observation of
children's behavior, actions, tendencies to act, sensitivity to something, outstanding abilities,
spontaneous reactions, attitudes and enjoyment. Gardner defines intelligence as the ability to
solve problems and produce products in a variety of settings and in real situations. Based on
this understanding, it can be understood that intelligence is not a person's ability to answer IQ
test questions in a closed room independent of their environment. However, intelligence
contains a person's ability to solve real problems and in various situations.
Keywords : Multiple intelligence, early childhood
PENDAHULUAN
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia delapan tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Di Indonesia Pendidikan anak
usia dini diselenggarakan pada jalur formal, non formal, maupun informal. Pada jalur formal
pendidikan anak usia dini berbentuk taman kanak-kanak (TK), jalur non formal berbentuk
Kelompok bermain (KB) dan informal berbentuk tempat penitipan anak yang berfungi untuk
membina, menumbuhkan, mengembangkan seluruh potensi anak usia dini pada umur 0-8
tahun secara optimal, sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap
perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
Potensi yang dimiliki anak-anak usia dini memiliki keunikan yang beragam serta tahap
perkembangan bakat dan minat yang berbeda-beda. Untuk menstimulasi bakat dan minat
anak yang berbeda ada sebuah teori yang menunjukkan bahwa Teori Kecerdasan majemuk
(Multiple Intelligence) merupakan teori yang dicetuskan oleh Howard Gardner. Teori
Kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner
seorang professor psikologi dari Harvard University akan dijadikan acuan untuk lebih
memahami bakat dan kecerdasan individu.
Kata Multiple Intelligences terbagi menjadi dua kata, yakni pertama kata “Multiple” yang
artinya Jamak atau banyak, sedangkan kata keduanya “Intelligences’ yang memiliki arti
kecerdasan. Adapun definisi kecerdasan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Surayin,
2010: 87) yaitu kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman
pikiran).
Intelligence (kecerdasan) merupakan istilah yang sulit untuk didefinisikan hingga
menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda diantara para ilmuwan. Definisi lain tentang
kecerdasan mencakup kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan
lingkungan saat ini, kemampuan untuk mengevaluasi dan menilai, kemampuan untuk
memahami ide-ide yang kompleks, kemampuan untuk berpikir produktif, kemampuan untuk
belajar dengan cepat, belajar dari pengalaman, dan bahkan kemampuan untuk memahami
hubungan. (Yaumi, 2012: 9-10)
Menurut Howard Gardner kita harus melihat bagaimana anak merespon beragam bidang
kemampuan anak, termasuk musik, menari dan hubungan interpersonal. Bagi Howard
Gardner, cara mudah untuk memikirkan ini adalah dengan menggunakan banyak jenis
"Intelligensi" (kecerdasan). Seorang anak akan paling kreatif di bidang dimana ia memiliki
kecerdasan menonjol. Menurut Howard Gardner ada 8 kecerdasan majemuk, yaitu linguistic
(kata), logis matematis (angka), visual spasial (gambar), kinestetik jasmani (tubuh), musical 5
(music), antar pribadi (orang), intrapribadi (diri), dan naturalis (alam) (Thomas Amstrong,
2002:25).
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran terkait Kecerdasan Jamak
Pembelajaran dengan kecerdasan jamak merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
dirancang untuk menarik perhatian anak, meningkatkan motivasi, dan meningkatkan prestasi
anak. Metode ini didasarkan pada teori kecerdasan ganda yang dikemukakan oleh Howard
Gardner. Menurut Gardner bahwa setiap individu memiliki berbagai jenis kecerdasan yang
berbeda-beda, dan pembelajaran yang efektif harus memanfaatkan semua jenis kecerdasan
ini.
Dalam pembelajaran dengan kecerdasan jamak, guru dapat menggunakan berbagai cara untuk
menyampaikan materi pelajaran agar lebih efektif. Beberapa cara yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Kata-kata (Linguistic Intelligence): Dengan cara menggunakan kata-kata dan bahasa
untuk menyampaikan materi pelajaran. Misalnya, menggunakan cerita, pantun, atau
puisi dalam pembelajaran bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.
2. Angka atau logika (Logical-Mathematical Intelligence): Dengan cara menggunakan
angka dan logika dalam pembelajaran. Misalnya, menggunakan rumus matematika
atau perhitungan logika dalam memecahkan masalah.
3. Gambar (Spatial-Visual Intelligence): Dengan cara menggunakan gambar atau
visualisasi dalam pembelajaran. Misalnya, menggunakan peta konsep atau gambar-
gambar menarik untuk memahamkan materi pelajaran.
4. Musik (Musical Intelligence):Dengan cara menggunakan musik dalam pembelajaran.
Misalnya, mengarang lagu-lagu untuk mengingat kosa kata atau menggunakan musik
sebagai latar belakang dalam pembelajaran.
5. Pengalaman fisik (Bodily-Kinesthetic Intelligence):Dengan cara melibatkan anak
dalam pengalaman fisik dalam pembelajaran. Misalnya, melibatkan siswa dalam
drama atau tari-tarian untuk mempelajari bahasa Inggris.
6. Pengalaman sosial (Interpersonal Intelligence): Dengan cara melibatkan anak dalam
pengalaman sosial dalam pembelajaran. Misalnya, mengobservasi sistem perdagangan
di pasar tradisional atau melakukan kegiatan kelompok.
7. Refleksi diri (Intrapersonal Intelligence): Dengan cara mendorong anak untuk
merenung diri sendiri dalam pembelajaran. Misalnya, melakukan refleksi diri
terhadap materi pelajaran.
8. Pengalaman di lapangan (Naturalist Intelligence): Dengan Cara membawa anak ke
luar kelas untuk mengamati alam dan lingkungan sekitar. Misalnya, mengajak anak
menikmati alam terbuka, mengamati flora dan fauna, atau melakukan kegiatan di
alam terbuka.
9. Peristiwa (Existence Intelligence): Dengan cara menggunakan peristiwa atau kejadian
dalam pembelajaran. Misalnya, mempelajari sejarah nasional dengan mengaitkannya
dengan peristiwa-peristiwa penting.
10. Refleksi diri dan alam (Spiritual Intelligence): Dengan cara mendorong anak untuk
merenungkan diri sendiri dan menghubungkannya dengan alam atau spiritualitas.
Misalnya, membuat komik atau cerita bergambar tentang Pendidikan Agama Islam.
Pembelajaran dengan kecerdasan jamak juga dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran,
baik yang bersifat eksak maupun sosial, termasuk ilmu agama. Pembelajaran tematik, yang
mengintegrasikan berbagai bidang studi, juga dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam
pembelajaran dengan kecerdasan jamak.
B. Strategi Pembelajaran Multiple Intelligence
Salah satu strategi yang dapat membantu guru saat melakukan pembelajaran dikelas
adalah strategi pembelajaran berbasis kecerdasan jamak atau lebih dikenal dengan sebutan
multiple intelligences. Strategi pembelajaran yang berbasis kecerdasan jamak adalah sebuah
strategi guru yang menekankan pada beberapa kecerdasan peserta didik diantaranya
kecerdasan berbahasa, logis matematis, visual-spasial, musik, interpersonal, intrapersonal,
natural, kinestetik, dan eksistensial.
Penggunaan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan jamak, peserta didik yang
tidak nyaman atau tidak tertarik mengikuti pelajaran, tiba-tiba menjadi luar biasa tertarik.
Kondisi peserta didik itulah yang merupakan spesial moment. Peserta didik senantiasa
penasaran dan bertanya besok belajar apa lagi ya? atau besok menolong siapa lagi ya? karena
proses pelajaran selalu diawali dengan scene setting (aktivitas awal yang dilakukan guru
untuk membangun konsep awal pembelajaran) yang mengajak peserta didik untuk
memahami, menyelamatkan, dan menolong sesuatu.
Hal ini akan menanamkan karakter penolong di dalam jiwa peserta didik. Bukan
hanya itu karakterkarakter yang lain juga bisa ditanamkan dalam kehidupan keseharian
peserta didik. Hal ini tentu tidak lepas dari keikhlasan dan kesadaran seorang guru melakukan
perbaikan dalam pembelajaran. Dengan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan jamak
guru semakin terpancar keyakinannya menemukan suatu strategi yang menyenangkan dalam
pembelajaran sehingga semakin trampil dan kreatif, serta rendah hati karena setiap hari
menemukan hal-hal yang luar biasa dalam proses pembelajaran yang diharapkan. Akan tetapi
tidak semua guru setuju dan menyukai strategi pembelajaran berbasis kecerdasan jamak
karena sebagian guru masih memiliki paradigma lama dan tidak mengajar dengan hati, tapi
karena untuk memenuhi kebutuhan semata.
pendidikan pada taman kanak-kanak berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan anak usia
dini sebagai berikut:
a. belajar melalui bermain;
b. berorientasi;
c. kegiatan belajar mengembangkan kecerdasan secara terpadu;
d. menggunakan pendekatan kelompok, klasikal dan individual;
e. lingkungan kondusif;
f. menggunakan berbagai model pembelajaran;
g. mengembangkan keterampilan hidup dan hidup beragama;
h. menggunakan media dan sumber belajar ; dan
i. pembelajaran yang berorientasi kepada prinsip perkembangan belajar anak usia dini.
Langkah-langkah guru dalam mengembangkan kecerdasan intrapersonal anak usia dini
melalui sentra main peran
1. Guru selalu melibatkan anak secara bersama-sama dalam semua kegiatan sentra.
Dalam pembelajaran sentra guru selalu melibatkan partisipasi anak.Upaya guru dalam
mengembangkan kecerdasan intrapersonal anak adalah merangsang minat anak dan
selalu melibatkan anak dalam kegiatan sentra. Partisipasi anak dalam kegiatan sentra
ini juga disesuaikan dengan karakter atau pribadi anak, agar anak lebih mudah dalam
memahaminya.
2. Melibatkan orang tua dalam pembelajaran anak
Dalam pembelajaran, para guru juga melibatkan peran orang tua. Pembelajaran akan
berjalan dengan baik jika orang tua juga berperan. Sebagaimana lingkungan belajar
utama anak adalah keluarga. Ayah dan ibulah yang berperan dalam pembelajaran
anak ketika di rumah.
3. Selalu memotivasi dan memberi semangat kepada anak
Dukungan dan semangat dari guru sangat penting bagi perkembangan anak. Ketika
anak melakukan suatu kegiatan atau memerankan tokoh atau peran dalam suatu cerita.
Motivasi atau dukungan semangat guru ini sangat berpengaruh dalam menumbuhkan
rasa percaya diri anak. Dengan munculnya kepercayaan diri, anak tidak akan minder
untuk tampil di depan umum.
4. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator
Di dalam kegiatan sentra main peran, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.
Peran fasilitator yang dilakukan oleh guru adalah menyiapkan segala peralatan yang
digunakan dalam sentra bermain peran dan menjadi penghubung antara satu anak
dengan anak yang lainnya. sedangkan peran sebagai motivator adalah selalu
memberikan semangat dan motivasi, mendampingi dan memberikan pemaknaan
terhadap peran yang telah dilakukan oleh anak usia dini setelah selesai bermain di
sentra main peran.
5. Selalu menyiapkan cerita yang menarik untuk anak pada setiap harinya
Untuk membuat anak-anak tertarik dalam memainkan suatu peran/tokoh, guru harus
menyiapkan cerita atau kegiatan yang menarik sesuai tema.
Setiap anak memiliki kecerdasan dari sembilan kecerdasan majemuk. Apabila guru,
orangtua dan lingkungannya selalu memberikan stimulus yang tepat, setiap kecerdasannya
berpotensi memunculkan kemampuankemampuan yang dahsyat.Anak-anak memiliki variasi
potensi kecerdasan masing-masing.Ada yang hanya punya satu kecerdasan yang dominan,
sedangkan yang lainnya rendah.Ada yang memiliki dua, tiga, atau bahkan semua
kecerdasannya dominan.Namun menurut Howard Gardner, tidak ada manusia bodoh,
terutama jika diberikan stimulus pada lingkungan yang tepat.
KESIMPULAN
Sangat penting bagi guru dalam memilih metode dan menentukan teknik, strategi, dan
pendekatan untuk pengembangan kecerdasan interpersonal anak usia dini saat belajar dari
rumah yang sesuai kebutuhan anak. Adapun metode, teknik, strategi, dan pendekatan
haruslah mudah diaplikasikan orang tua di rumah selama BDR karena hasil penelitian ini
juga menandaskan bahwa terdapat tiga kelompok penting yang dapat membantu
mengembangkan kecerdasan interpersonal anak usia dini saat belajar dari rumah yaitu, guru,
orang tua dan juga teman sebaya (dengan interaksi yang dilakukan sebaiknya tidak langsung).
Terkait dengan pemilihan metode, teknik, strategi, dan pendekatan untuk pengembangan
kecerdasan interpersonal anak usia dini saat belajar dari rumah harus mengutamakan prinsip
mengandung aktivitas yang menyenangkan, bermakna dan seperti kegatan bermain,
bercakap-cakap dan juga menuangkan pengalaman dalam bentuk tulisan ataupun cerita.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Linda. 1997. Variations on a Theme: How Teachers Interpret MI Theory.
Educational Leadership. 55(1), 14-19. Beauregard St. Alexandria, USA: ASCD.
https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/ibtida/article/download/127/129
McKenzie, W. 2005. Multiple Intelligences and Instructional Technology. ISTE (International
Society for Technology Education).https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/ikhtibar/article/
download/502/1159
Gardner, Howard. 1983.Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences.New York,
USA: Basic Books Inc. https://sg.docworkspace.com/d/sIGWatOZN5cHbqwY?sa=e1&st=0t
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/thufula/article/download/1938/pdf
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/LIK/article/viewFile/531/488
https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/wisdom/article/download/2144/1376