PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dikotomi anak cerdas dan tidak cerdas, serta pemberian label hiperaktif,
gangguan belajar, dan prestasi di bawah kemampuan, mendorong para pendidik
untuk mempelajari teori Multiple Intelligences. Setelah menemukan delapan bukti
dari teorinya, Gardner meneguhkan kriteria temuannya tentang sembilan
kecerdasan dalam multiple intelligences.
Howard Gardner (1993; Armstrong, 1993) menyadari bahwa banyak orang
bertanya-tanya tentang konsep multiple intelligences. Benarkah musikal, visual-
spasial, intrapersonal, dan kinestetik dapat dikategorikan sebagai kecerdasan, dan
bukan bakat? Untuk menguatkan temuan dan keyakinannya, Gardner menyusun
kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap kategori kecerdasan. Kriteria
tersebut didasarkan pada bukti-bukti berikut.
1. Ditemukannya potensi yang terisolasi akibat kerusakan otak. Ini berarti
setiap kecerdasan memiliki sistem otak yang relatif otonom. Terdapat struktur
otak dalam setiap kecerdasan.
2. Ditemukannya orang-orang genius dan idiot savant. Ini berarti, ada
kecerdasan yang sangat tinggi sementara kecerdasan lain hanya berfungsi pada
tingkat rendah.
3. Ditemukannya riwayat perkembangan khusus dan kinerja kondisi puncak
bertaraf ahli yang khas. Hal ini berarti, kecerdasan terbentuk melalui keterlibatan
anak dalam kegiatan dan setiap kecerdasan memiliki waktu kemunculan tertentu.
Musik dan bahasa, misalnya muncul sejak awal dan bertahan hingga usia tua
sementara logiko-matematis mencapai kinerja kondisi puncak pada usia belasan
tahun.
4. Ditemukannya bukti-bukti sejarah dan kenyataan logis evolusioner. Hal ini
berarti, kecerdasan ada pada setiap kurun waktu, meskipun peran dari setiap
kecerdasan tidak sama. Bukti kecerdasan musik ditemukan pada bukti arkeologis
instrumen musik purba.
5. Ditemukannya dukungan dari temuan psikometri atau tes pengujian, seperti
tes verbal IQ dan TPA (verbal-linguistik), penalaran IQ dan TPA (logiko-
matematik), tes bakat seni dan tes memori visual (visual-spasial), tes kebugaran
fisik (kinestetik), sosiogram (interpersonal), tes proyeksi (intrapersonal) untuk
mengenali kecerdasan anak. Saat ini, telah dibuat tes psikometri untuk kecerdasan
majemuk.
6. Ditemukannya dukungan riset psikologi eksperimental, seperti studi
kemampuan mengingat, persepsi, dan atensi. Hal ini menunjukkan bahwa manusia
memiliki kemampuan yang terkotak-kotak, dan bahwa setiap kemampuan
kognitif berlaku khusus untuk satu kecerdasan.
2. Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis sama.
Semua kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan, dan dikembangkan secara
optimal.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
PEMBAHASAN
A. PERAN MI BAGI PERKEMBANGAN ANAK
2. Anak belajar melalui apa yang dilihat dan didengar (reinforce with
picture and sounds).
4. Anak belajar harus berada pada situasi yang santai tetapi menantang
(learn in a relaxed but challenging situation).
5. Belajar melalui musik dan ritme (learn with music and rhythm).
6. Belajar melalui penyatuan gerak tubuh dan aktivitas otak (learn with lots
of movement-use the body and the mind together).
13. Belajar dengan memanfaatkan seluruh alam (use the whole world).
PENUTUP
1. Kesimpulan