Anda di halaman 1dari 8

Konsep Pembelajaran Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelegence) Pada

Anak Usia Dini


Vilan Aisyah Melati Putri
Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, Surakarta, Indonesia,
vilanaisyah@gmail.com

Abstrak
Saat anak usia dini, peran orang tua sangat penting dalam perkembangan kecerdasan si
anak. Pendidikan sejak usia dini sangatlah penting, dalam pendidikan anak usia dini perlu
memperhatikan tipe kecerdasan yang dimiliki oleh si anak. Yang harus kita fahami,
bahwa kecerdasan tiap anak itu berbeda – beda. Maka dari itu ketika si orang tua sudah
tau tipe kecerdasan si anak, maka dapat diarahkan dan dikembangkan kecerdasannya
secara optimal. Menurut Howard Gardner kecerdasan majemuk atau Multiple Intelegece
meliputi kecerdasan kata, kecerdasan angka, kecerdasan gambar dan warna, kecerdasan
musik dan lagu, kecerdasan gerak, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan iterpesonal,
kecerdasan naturalis dan kecerdasan eksistensial atau hakikat. Di setiap kecerdasan yang
dimiliki pasti memiliki penanda yang berbeda, pemahaman anak dalam kecerdasan
majemuk dapat di analasis melalui perilaku, bertindak, kepekaan, sesuatu yang terlihat
menonjol, rekasi spontannya, dan sikap. Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini
adalah deskriptif – kualitatif dengan pendekatan literatur review. Kajian menggunakan
sumber literatur yang berkaitan dengan kecerdasan majemuk atau Multiple Intelegence,
bertujuan mengetahui bentuk dari kecerdasan majemuk. Setelah mengetahui apa saja
bentuk kecerdasan majemuk akan menimbulkan kepercayaan bahwa setiap individu
memiliki tipe kecerdasan yang berbeda – beda.
Kata Kunci : Multiple Intelegence, Kecerdasan, Anak Usia Dini

PENDAHULUAN
Multiple Intelegence atau kecerdasan majemuk yang di prakarsai oleh Howard Gardner
pada tahun 1983. Multiple Intelegence menilai manusia tidak hanya berdasarkan nilai mereka.
Akan tetapi dengan menilai kemampuan menyelesaikan sebuah masalah yang di alami dalam
kehidupannya serta kemampuan untuk memperoleh persoalan yang baru untuk dituntaskan.
Multiple intelegent sendiri di dasari oleh dua hal penting yaitu faktor biologi dan faktor budaya,
Multiple Intelegence bagi Gardner dalam buku karyanya “Frames of Mind: Teori Multiple
Intelegence”, saat ini sangat berharga mengingat kecerdasan majemuk itu meliputi baik
kecerdasan bahasa, logika, interpersonal, intrapersonal, musik, visual dan spasial, lalu ada
kinestetik dan kecerdasan alam atau naturalis. Menurut Howard Gardner, kecerdasan tumbuh
dari pengalaman yang dimiliki atau disebut (crystallizing experience) dan dari pengalaman yang
menyedihkan (paralyzing experience). Maka dari sebuah pengalaman yang baik bagi si anak
akan sangat berharga dan sangat berbahaya jika terjadi pengalaman yang tidak baik bagi
seorang anak di masa depannya. Dengan kata lain, anak yang punya didikan kecerdasan
majemuk akan memperoleh perlakuan yang adil, mendapatkan dukungan yang bisa menjadi
sebuah experience yang terkristal (crystallizing experience). Seorang anak akan mendapat
sebuah kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang sehingga disetiap indeks kecerdasan
dapat berkembang dengan optimal dan tumbuh sebagai keterampilan yang abadi.

Setiap anak yang berada di dunia ini mempunyai bermacam kecerdasan dalam tinglat dan
indeks yang berbeda. Dari sini menunjukkan bahwa semua anak, pada hakikatnya adalah cerdas.
Adapun perebdaan terdapat pada tingkatan dan indeks kecerdasannya. Perbedaan ini dapat
ditentukan oleh bermacam faktor, yaitu dari rangsangan yang diberikan pada saat anak masih
berusia dini. Dari sini jika si anak sudah menuju tahap pendidikan, maka apakah dari guru
pendidik mampu menentukan kecerdasan anak dengan cara melihat perilaku, kecenderungan,
minat, cara dan kualitas anak saat bereaksi dengan stimulus atau rangsang yang diberikan. Guru
pendidik dapat mengenali semua indikator kecerdasan, melalui mengidentifikasi setiap indikator
kecerdasan anak dan menyadari pentingnya pengembangan dari semua kecerdasan yang
dimiliki si anak. Dari orang tua sering memandang remeh anaknya, orang tua terkadang sering
menilai anak sebgai sosok yang masih belum memiliki pengalaman yang banyak. Dari situ akan
muncul akbibat dimana anak dianggap sebagai manusia yang mempunyai banyak kelemahan.
Mungkin saja, pada situasi tertentu anak akan memperlihatkan kelebihannya, namun orang tua
senantiasa memandang kelebihan anak itu dalam banyak kelemahan mereka. Pada akhirnya
anak akan senantiasa disalahkan.

Multiple Intelegence adalah sesuatu yang sudah ada dari dalam diri anak sejak dia lahir,
itu bentuk dari anugerah dan bukan sesuatu yang baru sehingga perlu di usahakan untuk dapat
dijadikan hal tersebut sebagai kepunyaan si anak. Jean Piaget seorang tokoh yang mempelajari
perkembangn kognitif, kecerdasan itu akan tumbuh dan berkembang mencapai optimalisasi
dengan sendirinya dalam semua unsur yang berada didalamnya mempunyai fungsi normal
sehingga diri kita tidak perlu mengarahkan apalagi sampai menginstruksikan apa saja yang
perlu dipelajari oleh seseorang. Jadi, bila diri kita tidak mau anak hanya mempelajari ekstra,
menghafal ekstra tanpa mendalami maknanya maka itu bukan belajar tentang kecerdasan
majemuk yang dibutuhkan, melainkan melakukan penataan ulang konsep tentang makna dari
istilah “belajar” yang mungkin selama ini kita percayai sebagai bukti pembenaran. Dari sini,
kecerdasan majemuk membuat kita berpikir bahwa setiap anak – anak memiliki banyak sekali
potensi kecerdasan, dari konsep kecerdasan ini menganggap bahwa anak itu menyimpan potensi
yang sangat luar biasa.

PEMBAHASAN
Multiple Intelegence bersasal dari bahasa inggris dan terbagi menjadi dua kata, yaitu kata
yang pertama adalah kata “multiple” dan kata yang kedua adalah “intelegence”. Kata multiple
berarti banyak atau bisa disebut dengan jamak, sedangkan kata intelegence berarti kecerdasan.
Dalam KBBI menyatakan kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti
kepandaian, ketajaman pikiran). Lalu intelegenci berarti keahlian memecahkan problem dan
kemmapuan untuk beradaptasi, dan belajar dari pengalaman hidup sehari – hari. Maka dari itu,
multiple intelegence adalah kecerdasan ganda atau majemuk yang dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang untuk merampungkan suatu masalah. Kecerdasan itu meliputi daya pikir
dan perkembangan kognitif. Ada empat perkembangan kognitif dari Jean Piaget yaitu (1)
sensori motorik pada anak usia 0-2 tahun, (2) pra operasional pada anak usia 2-7 tahun, (3)
operasional konkret pada anak usia 7-12 tahun, (4) operasional formal pada anak usia >12
tahun. Setiap anak dalam proses pembelajaran memiliki kecerdasan yang berbeda, karena
kecerdasan adalah kapasitas mental umum yang memiliki kemampuan untuk memberikan
alasan, membuat sebuah rencana, memecahkan masalah, berpikir abstrak, mempunyai ide
kompleks, belajar dari sebuah pengalaman, dan apat diukur dengan tes IQ yang tidak
berpengaruh oleh budaya dan genetik yang berperan besar.
Howard Gardner memandang bahwa tidak ada anak yang “bodoh” yang ada hanyalah
anak yang memiliki suatu yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan, akan
tetapi ada orang tua ataupun guru pendidik masih belum bisa menggali kemampuan anak – anak
dengan potensi yang dimilikinya. Maka dari itu ada sembilan macam kecerdasan menurut
Howard Gardner, yaitu:
Kecerdasan Logis Matematis (Logical – Mathematical Intelegence)
kecerdasan logis matematis merupakan kemmpuan yang berkesinambungan dengan
pengaplikasian bilangan dan logika secara efektif. Anak dengan kecerdasan logical –
mathematical yang tinggi memperlihatkan adanya minta yang besar terhadap suatu kegiatan
eksplorasi. Kecerdasan ini memiliki ciri yaitu adanya kepekaan pada bentuk pola hubungan
yang logis, pernyataan dan dalil, fungsi logis dan abstrak yang lain. Anak yang memiliki
kecerdasan matematika yang tinggi biasnya memiliki minat terhadap angka, muah mengerjakan
matematika, senang dalam memecahkan masalah, suka menghitung, lalu mudah mengingat
angka – angka, dan senang menghabiskan waktunya dengan mengerjakan kuis asah otak atau
teks – teks logika.
Kecerdasan Visual Spasial (Visual-Spatial Intelegence)
kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan untuk menangkap visual secara tepat, seperti
yang dipunyai para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator. Anak dengan kecerdasan visual
–spatial yang tinggi cenderung mempunyai pikiran secra visual, kecerdasan ini meliputi
kepekaan terhadap warna, garis, lalu bentuk, ada ruang dan relasi anta unsur tersebut. Anak
yang memiliki kecerdasan dalam spacial biasnya akan lebih mudah mengingat wajah ketimbang
nama, suka menggambar atau membuat sektsa untuk membanunya menyelesaikan problemnya,
suka bermain membangun dan membongkar pasang, senang melihat gambar atau foto dan
membicarakannya, suka memecahkan teka- teki gambar serta ilusi optik dan senang membaca
ataupun menggambar. Anak dengan kecerdasan visual biasanya kaya akan khayalan sehingga
cenderung kreatif dan imajinatif.
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani (Bodily – Kinesthetic Intelegence)
Kecerdasan yang menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan cara
berpikirnya dan perasaan seperti yang terlihat pada seorang aktor, atlet, penari, pemahat, dan
ahli bedah. Anak dengan tipe kecerdasan ini senang bergerak dan menyentuh, mereka memiliki
kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan saat bergerak. Cara
pengeksplorasiannya menggunakan otot – otot yang ada di tubuhnya.
Kecerdasan Musikal (Musical Intelegence)
Kecerdasan musikal merupakan kemampuan untuk mengekspresikan, mengembangkan dan
menikmati adanya bentuk musik dan suara. Anak dengan kecerdasan musikal yang tinggi dapat
dengan mudah mengenali dan mengingat nada – nada, dia juga dapat merubah kata menjadi
sebuah lagu, dan dapat menciptakan lagu dan menyanyikan lagu dengan baik. anak dengan
kecerdasan ini pandai dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna pada suara dalam
setiap komposii musik.
Kecerdasan Intrapersonal (Interpersonal Intelegence)
Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk bertindak secara adaptatif yang
berdasar pada pengenalan diri, yang berkaitan dengan penegtahua akan diri sendiri. Anak
dengan tipe kecerdasan ini yang menonjol adalah memiliki kepekaan perasaan di setiap situasi
yang tengah berlangsung, dapat memahami diri snediri, dan mampu mengendalikan diri saat
disituasi konflik. Anak dengan tipe kecerdasan ini mengetahui apa yang dapat dilakukannya dan
apa yang tidak dapat diperbuatnya saat berada dilingkungan sosial. Dan mereka tau kepada
siapa mereka akan meminta bantuan saat diperlukan.
Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan orang lain. Anak dengan kecerdasan
ini mampu memiliki interaksi yang baik degan orang lain, pandai menjalinn hubungan sosial
sekitar, mampu mengetahui dan menggunakan cara yang beragam saat berinteraksi dengan
sekitar. Anak dengan tipe ini mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan
orang lain dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
Kecerdasan Linguistik/ Bahasa (Linguistic Intelegence)
Kecerdasan yang mampu menggunakan dan mengolah suatu kata secara efektif baik secara lisan
maupun tulisan. Anak dengan tipe kecerdasan ini biasanya senang membaca, pandai bercerita,
gemar menulis cerita atau puisi, suka dan mau belajar bahasa asing. Kecerdasan ini mendikte
kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berkaitan dengan proses.
Kecerdasan Natural (Naturalist Intelegence)
Kemmapua untuk dapat mengerti apa itu flora dan fauna dengan baik. Anak denga tipe
kecerdasan ini memiliki ketertarikan besar dengan alam sekitar, termasuk binatang di saat usia
dini. Anak menikmati benda – benda dan history yang berkaitan dengan fenomena alam, seperti
halnya bagaiman terjadi da terbentuknya awan dan hujan, asal – usul suatu binatang dan ingin
tahu tentang pertumbuhan tanaman dan tata surya.
Kecerdasan Eksistensialis
Tipe kecerdasan ini berkaitan dengan kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjwab
pertanyaan tentang eksistensi dirinya sebagai manusia, orang ini tidak puas menerima adanya
namun mencoba untuk menyadari dan mencari sebuah jawaban yang mendalam tentang siapa
dirinya, apa hubungannya dengan manusia dan masyarakat sekitarnya, dengan alam semesta
yang luas ini dan kemana kehidupan ini akan berakhir. Contoh orang yang memiliki
eksistensialis yang tinggi adalah seorang filosof.
Pada teori multiple intelegence atau kecerdasan majemuk ini merupakan bentuk validasi
tertinggi berupa gagasan bahwa perbedaan setiap individu sangat penting. Setelah melihat
gambaran mengenai kecerdasan yang dimiliki anak, tidak hanya kemampuan linguistik maupun
yang logis dan matematis, sehingga kemmapuan yang dimiliki anak dapat diakui dan
dikembangngkan. Kita juga harus mengetahui kalau setiap anak memiliki ke delapan
kecerdasan itu dengan kemampuan yang dimilikinya berbeda. Biasanya kemampuan yang
dimiliki anak itu sering terabaikan oleh sekolah, dikarenakan sekolah masih melihat kalau anak
yang cerdas merupakam anal yang pintar dalam pelajaran matematik dan bahasa. Sehingga ada
anak yang masih kurang dalam memahami pelajaran itu merasakemampuan yang ada pada
dirinya seperti tidak terlihat. Maka dari itu sekolah mampu bisa menggali kemampuan anak
yang mmempunyai potensi selain matematik dan bahasa saja, dengan menerapkan cara
pembelajaran di kelas menggunakan teori yaitu multiple intelegence, agar setiap anak dapat
menunjukkan potensi yang dimilikinya selama ini.
Penerapan Pembelajaran Dengan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelegence) Pada Anak
Usia Dini
Yang pertama belajar dengn cara linguistik merupakan cara belajar yang baik dan tepat untuk
anak yang memiliki tipe kecerdasan linguistik adalah dengan berbicara, mendengarkan dan
melihat. Dari memahami kempampuan tersebut, orang tua mampu memberi dukungan belajar
dengan rutin mengajak anak untuk bercerita dengan mmebelikan buku bacaan dan memberi
pengajaran sedikit mengenai menulis kepada anak.
Yang kedua belajar dengan cara logi – matematis, anak yang mempunyai kecerdasan tipe ini
belajarnya menggunakan konsep dan mencari pola. Pada waktu luang, orang tua dapat
mengajaka nak untuk bermain dengan permainan strategi berupa catur ataupun monopoli.
Yang ketiga belajar dengan visula spasial, anak yang mempunyai kecerdasan ini cara belajar
yang paling efektifnya adalah dengan menggambar, lalu menonton film, melihat peta serta
diagram, pada kecerdasan ini anak pintar dalam hal melukis jadi sebagai orang tua dapat
mengembangkan bakat yang dimiliki si anak.
Yang keempat belajar dengan cara kinestetik jasmani, tipe belajar yang ini cocok untuk anak
yang punya kecerdasan kinestetik dan jasmani. Orang tua dapat mengajak anak berolahraga,
bermain seni peran dan snei tari, ataupun smeua kegiatan yang melibatkan fisik dan sentuhan.
Yang kelima belajar dengan tipe kecerdasan musikal, tipe belajar ini dapat dilakukan dengan
cara memperdengarkan iraman dan melodi lagu untuk membantu dalam belajranya, jadi orang
tua harus bisa memaklumi anak yang belajar dengan cara yang seperti itu.
Yang keenam belajar dengan cara antarpribadi, tipe kecerdasan ini sangat pas belajar dengan
bentuk belajat kelompok dan bekerja sama dalam menyelesaikan problem yang ada, sehingga
anak perlu interaksi dengan orang yang ada disekitarnya.
Yang ketujuh belajar dengan cara intrapersonal, tipe kecerdasan ini cocok untuk belajar secara
independen karena kepribadian ini anak inin independen, karena anak memiliki cara belajar
yang mereka tentukan sendiri sesuai dengan yang mereka inginkan untuk mencapai yang
diinginkannya. Anak dengan kecerdasan ini membutuhkan ruang privasi dirumah untuk
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
Yang kedelapan belajar dengan cara natural, tipe belajar yang cocok adalah dengan mengajak
anak untuk belajar di alam terbuka, anak akan menikmati dan dapat melajar mengidentifikasi
apa yang dilihatnya, lalu anak dapat mempelajari sebagai cara anak untuk belajar memahami
sesuatu.
Penerapan Strategi Pembelajaran Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelegence) di Sekolah
pada Anak Usia Dini
Dari semua macam kecerdasan yang dimiliki anak dan juga setiap anak memiliki cara belajar
atau karakteristik yang berbeda disetiap anak mampu mengembangkan kecerdasan tersebut.
Pada teori kecerdasan majemuk memberi pendekatan yang pragmatis [ada bagaimanakita sebgai
guru pendidik dapat menerjemahkan kecerdasan dan mengajari sebagai guru pendidik yang
mampu memanfaatkan kelebihan anka didiknya untuk membantu dalam proses belajarnya. Gru
pendidik mampu memberi pelayan dengan berbagai style belajar yang sesuai sehinggap dapat
mengembangkan kecerdasan tersebut. Karena kecerdasan yang ada pada diri anak didik dapat
atau tidak berkembangn tergantung bagaimana gaya mengajar guru pendidik ke anak didiknya,
jika cara belajarnya sudah sesuai maka anak didik akan mudah memahamai apa yang diajarkan.
Dalam mengembangkan kecerdasan majemuk ini, guru pendidik dapat melakukan, yaitu :
Perencanaan Pembelajaran dapat dilakuakn dengan menentuka topik belajar yang lebih
spesifik, pengajuan pertanyaan – pertanyaan pokok berkaitan dengan kecerdasan majemuk,
pembuatan teknik dan materi belajar dapat digunakan untuk mengkaji topik dari berbagai
kecerdasan, guru melakukan identifikasi, memilih strategi belajar yang sesuai dengan tujuan
belajar, penetapan rencana pemeblajaran dan implementasi rencana pemebelajaran.
Penerapan Strategi Pembelajaran dengan menerapkan strategi disetiap tipe kecerdasan,
sebagai contoh kecerdasan logis matematis adalah dengan kuantifikasi dan kalkulasi dan
berpikir ilmiah dan kecerdasan visula spasial dengan visualisasi, isyarat, warna dan sketsa ide.
Guru pendidik mampu menerapkan gaya pengajaran disetiap karakteristik yang ada di setiap
tipe kecerdasan.
Evaluasi dan penilaian setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda, maka dari itu butuh
enilaian kemajuan belajar yang pas dengan cara belajar setiap anak, maka dari itu teknik
penilaian otentik merupakan teknik yang tepat untuk mengetahui kemajuan belajar dalam
pembahasan ini. Pada teknik ini lebih menekankan pada penilaian yang disesuaikan dengan
kondisi si anak didiknya. Pada teknik ini memberi kesemptan ke anak untuk menunjukkan
performasi belajar sesuai cara mereka snediri dengan menggunakan kecerdasan yang berbeda.
Dapat dipahami bahwa kecerdasan anak tidak hanya ditentukan oeleh nilai saja akan
tetapi anak memiliki sejumlah kecerdasan yang berwujud dalam berbagai keterampila dan
kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian guru mapun orang tua dapat melihat
kemampuan anaknya dengan menerapkan mulitple intelegence karena dengan mengetahui itu,
dapat memabntu anak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. disetiapa anak berpotensi
memiliki satu atau dua kecerdasan saja. Secerdas apapaun seseorang pasti ia juga mempunyai
kelemahan intelegensi di bidang kecerdasan yang lain.

PENUTUP
Anak memiliki kemampuan yang berbeda diantara anak lainnya dalam hal belajar, sering
dikaitkan bahwa anak yang pandai adalah anak yang pintar dalam hal matematika dan bahasa,
tetapi anak yang tidak dapat menguasi itu menjadikan anak merasa kemampuannya yang lain
tidak penting. Padahal setiap anak manusia itu memiliki potensi yang seupa untuk tumbuh dan
berkembang hanya saja cara belajar yang di dapat anak tersebut belum tepat saja. Dengan
mengahrgai setiap kekurangan atau perbedaan anak itu lebih penting ketimbang harus memberi
lebel negatif kepada mereka. Dengan teori multiple intelegence yang menggunakan berbaai
jenis kecerdasan yang dapat digunakan dalam prose belajar, agara kedepannya dapat membantu
tiap anak dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, dapat memberi motivasi naka
dalam beljar anak agar tidak merasa bosan, dan memebantu orang tua dan guru pendidik dalam
memahami cara belajar yang baik dan tepat untuk anak. Sehingga, anak bisa menunjukkan
potensi yang ada pada dirinya dan kegiatan belajar mengjar dapat berjalan dengan baik. dengan
perancnagan pemebelajaran yang baik akan memberi peluang anak untuk mengembangkan
kecerdasan yang dimiliknya.
DAFTAR PUSTAKA
A.B Afdhila dan S.A Mahendra (2020). Mengembangkan Multiple Intelegence Dengn Bermain
pada Anak Usia Dini. Jurnal Care. 8(1).
Ardimen (2016) Pengembagan Multiple Intelegence Melalui Pembelajaran Integratif Berbasis
Games. Jurnal Edukasi, 2(2)
F.M.A Simorangkir dan S.T Darindra (2019). Implementation of Multiple Intelegences
Approach Based On Batak Angkola Culture in Learning Thematic For Class IV SD
Negeri 100620 Pagarutan Julu South Tapanuli District. Doi:
https://doi.org/10.33258/birle.v2i4.538
Facilitating Multiple Intelegnce Through Multimodal Leraning Analystics (Ayesha.,2018)
Habibi Yuliana dkk (2017) Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini Berbasis Multiple
Intelegence. Jurnal Madaniyah. 7(2). Pemalang
Hasnidar dkk (2020). Developing of Multiple Intelegences in student with the Two Sty Two
Strays Type. Jurnal Pendidikan.4(2) Enrekang.
Howard Gardne’s Theory of Multiple Intelegences. http://www.multi-intell.com/MI_chart.html
Indria Anita (2020). Multiple Intelegence. Jurnal Kajian dan Pengembangan Umat.3(1), 30-32.
M. Abdul Latif dan Fatmawati (2019). Implementasi Model Pembelajaran Sentra di TK Amal
Insani Yogyakarta. Golden Age Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. 4(2).
M. Rahman Ibrahim (2018). Metode Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Mjemuk (multiple
intelegence) terhadap siswa. https://osf.io/8r9hy/download diakses pada tanggal 17
Oktober 2022.
Moh. Alamsyah dan Ardiansyah (2021). Mengembangkan Kecerdasan Multipke Intelegence
Anak Usia Dini. 13(1), 116-121.
Multiple Intelegences and Physical Education Curriculum: Application and Reflection of Every
Education Level in Indonesia.(Al Ardha et al.,2018)
Musfiroh Tadkiroatun. Multiple Intelegences dan Implikasinya dalam Pendidikan. Pusdi
PAUD,LemlitUNY.http://staffnew.uny.ac.id/upload/132104302/pengabdian/
MULTIPLE+INTELLIGENCES.pdf . diakses pada 17 Oktober 2022.
N. Hidayatun Rofiah. Menerapakn Multiple Intelegences Dalam Pembelajaran di Sekolah
Dasar. Jurnal Dinmika Pendidikan Dasar.8(1)
R.Yavich dan I.Rotnitsky (2020). Multiple Intelegences and Succes in Scholl Studies.
International Jurnal of Higher Education. 9(6).
Rr.V Dewi Kesuma dkk (2021). Metode Stimulasi Multiple Intelegences Bagi Anak Usia Dini.
Cipta Media Nusantara, Surabaya.
S.Sener dan A. Cokcaliskan (2018). An Investigation Between Multiple Intelegences and
Learning Styles. Journal of Education and Training Studies.6(2).
Sukitman Tri. Konsep Pembelajaran Multiple Intelegence Dalam Pendidikan IPS di Sekolah
Dasar. Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.18(1). Sumenep.
Tabi’in (2017) Penerapan Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk (Multiple
Intelegence) pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Islam, 2(1), 50-66.

Anda mungkin juga menyukai