Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadimanusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yangdemokratis dan bertanggung jawab. Hal ini tertuang pada Undang-undang
RepublikIndonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal3. Dalam pasal
tersebut jelas disebutkan, bahwa tujuan pendidikan adalah menciptakan siswa yang cakap dan mandiri.
Kecakapan dan kemandirian ini tidakmuncul begitu saja, ada proses yang harus dilalui. Salah satu proses
yang harusdilalui adalah proses pendidikan. Pendidikan akan membantu seseorang
dalammengembangkan kecakapan dan kemandiriannya

Realitanya dunia pendidikan masih menempatkan kualitas intelektualnya(pengetahuan). Tingkat


pengetahuan diukur melalui kecerdasan yang menonjolkankemampuan otak manusia yang indikatornya
ditunjukkan dengan nilai seseorangmelalui data kuantitatif (nilai 8, 9, dan seterusnya) dan data kualitatif
(nilai A,B,dan seterusnya). Pola ini menekankan pada kemampuan logika matematis dan bahasa.
Sehingga ketika seseorang dikatakan cerdas apabila mereka memperolehhasil tes IQ dengan nilai tinggi.
Padahal pada umumnya para siswa mempunyai banyak cara yang unik dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya dan tidakhanya berkenaan dengan perolehan skor tes IQ yang tinggi. Akibatnya, maka
siswacerdas belum tentu akan mempunya akhlak baik yang sesuai dengan harapan bangsadan Negara.
Dalam diri manusia tidak hanya ada kecerdasan IQ yang itu berhubungan dengan angka-angka saja,
tetapi terdapat kecerdasan yang lain

Teori kecerdasan ganda (multiple intelligences) memandang kecerdasantidak hanya berdasarkan


kemampuan logika atau bahasa saja, namun memilikikecerdasan-kecerdasan lain yang selama ini tidak
menjadi perhatian. Kecerdasantidak dilihat sebagai berhasil dengan baik mengerjakan tes atau
mengingat sejumlahtugas tertentu, namun sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan
menghasilkan sesuatu yang berharga dalam lingkungannya. Hal ini terjadi karenaseperti yang
diungkapkan oleh Kuhn (1962) bahwa : (a)inteligensi bukanlah hargamati atau secara statis terberi saat
lahir; (b) inteligensi dapat dipelajari, diajarkan,dan ditingkatkan; serta (c) inteligensi merupakan suatu
fenomena yang bersifatmultidimensional dan dapat muncul dalam berbagai tingkat dalam otak/
pikiran/system kebutuhan kita. Dalam hal ini teori tentang multiple intelligence yang dicetuskan oleh
Howard Gardner menjadi salah satu rujukan dalammembangun dan mengembangkan pembelajaran di
kelas dengan memperhatikanseluruh kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.

B.Rumusan Masalah

1 Bagaimana Konsep Teori Multiple Intellegences?

2.Bagaimana Aspek Multiple Intellegences ?

3.Bagaimana pembelajaran yang berbasis Multiple Intellegences ?

C.Tujuan Penulisan

1.Dapat mengetahui Konsep TeoriMultiple Intellegences?


2.Dapat mengetahui Aspek Multiple Intellegences ?

3.Dapat mengetahui pembelajaran yang berbasisMultiple Intellegences?

3.BAB II

PEMBAHASAN

A.Konsep Teori

Multiple Intelligences

Multiple Intelligences yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai kecerdasan majemuk atau
kecerdasan ganda dikembangkan oleh Howard Gardner,ahli psikologi perkembangan dan guru besar
pendidikan pada Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Teorinya tentang

Multiple Intelligences

dipublikasikan pada tahun 1993. Gardner mendefinisikan inteligensisebagai kemampuan untuk


memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalamsuatu setting yang bermacam-macam dan
dalam situasi yang nyata.1

Sebelum muncul teori multiple intelligence, teori kecerdasan lebih cenderungdiartikan secara
sempit. Kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan olehkemampuannya dalam menyelesaikan
serangkaian tes IQ, kemudian tes itu diubahmenjadi angka standar kecerdasan. Gardner berhasil
mendobrak dominasi teori dantes IQ yang sejak 1905 banyak digunakan oleh para pakar psikolog di
dunia.2

Kecerdasan menurut Gardner diartikan sebagai suatu kemampuan, dengan proses


kelengkapannya, yang sanggup menangani kandungan masalah yangspesifik di dunia. Meskipun
demikian, tidak berarti bahwa orang yang memiliki jenis kecerdasan tertentu, kecerdasan musikal
misalnya, akan menunjukkankemampuan tersebut dalam setiap aspek hidupnya. Dikatakan lebih lanjut
bahwasetiap orang memiliki delapan jenis kecerdasan dalam tingkat yang berbeda-beda.Kedelapan jenis
kecerdasan itu memiliki komponen inti dan ciri-ciri. Kehadiranciri-ciri pada individu menentukan kadar
profil kecerdasannya. Dalam kehidupannyata, kecerdasan-kecerdasan itu hadir dan muncul bersama-
sama atau berurutandalam suatu atau lebih aktivitas. Dalam kasus khusus, ditengarai adanya
individusavant, yakni orang yang memiliki tingkat kecerdasan yang sangat tinggi pada satu jenis
kecerdasan, namun rendah dalam kecerdasan yang lain.

1 Paul Suparno,

Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah(Yogyakarta : Kanisius,2004), hlm. 12 Chatib,


Munif.Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia

,(Bandung: Kaifa, 2013), hlm.132

B.Aspek Multiple Intelligences

Gardner menemukan setidaknya sembilan inteligensi yang dimiliki peserta didik,yaitu :

1. Inteligensi linguistik (linguistic intelligence)

Adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah katakata secara efektif baik secara oral maupun
tertulis. Anak yang memiliki intelegensi linguistiktinggi akan berbahasa lancar, baik, dan lengkap, mudah
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan mudah belajar beberapa
bahasa.Kegiatan yang cocok bagi orang yang memiliki intelegensi linguistik antara lain; pencipta puisi,
editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, danorator.

2. Inteligensi matematis-logis (logical-mathematical intelligence)

Adalah kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logikasecara efektif. Anak yang
memiliki intelegensi matematis-logis menonjol, dapatdengan mudah melakukan tugas memikirkan
sistem-sistem yang abstrak, sepertimatematika dan filsafat, mudah belajar berhitung, kalkulus, dan
bermain denganangka. Bahkan ia dengan senang menggeluti simbol angka dalam bukumatematika
daripada kalimat yang panjang-panjang.

3. Inteligensi ruang-visual ( spatial intelligence)

Adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, sepertidimiliki para pemburu,
arsitek, navigator, dan dekorator. Juga kepekaan terhadapkeseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan
ruang.

4. Inteligensi kinestetik-badani (bodily-kinesthetik intelligence)

Adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untukmengekspresikan gagasan dan
perasaan seperti ada pada aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah.

5. Inteligensi Musikal (musical intelligence)

Adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentu-bentuk musik dan
suara. Termasuk kepekaan akan ritme, melodi, danintonasi, kemampuan memainkan alat musik,
kemampuan menyanyi, menciptalagu, dan kemampuan menikmati lagu, musik, dan nyanyian

.6. Inteligensi interpersonal (interpersonal intelligence)


Adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan,intensi, motivasi, watak,
temperamen orang lain. Kemampuan untuk menjalinrelasi dan komunikasi dengan berbagai orang.
Seperti dipunyai oleh parakomunikator, fasilitator, dan penggerak massa.

7. Inteligensi intrapersonal (intrapersonal intelligence)

Adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dankemampuan untuk
bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri.

8. Inteligensi lingkungan/naturalis (naturalist intelligence)

Adalah kemampuan untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik.Kemampuan untuk memahami
dan menikmati alam, dan menggunakankemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan
mengembangkan pengetahuan akan alam.

9. Inteligensi eksistensial (existencial intelligence)

Adalah kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untukmenjawab persoalan-


persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia.

D.Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences

Menurut Gardner, kesembilan jenis inteligensi di atas terdapat dalam dirisetiap orang, hanya
kadarnya tidak selalu sama. Untuk orang tertentu suatuinteligensi lebih menonjol daripada inteligensi
lain. Inteligensi bukanlahkemampuan yang tetap tak berubah sepanjang hayat. Inteligensi
dapatdikembangkan dan ditingkatkan secara memadai sehingga dapat berfungsi bagi pemiliknya. Di
sinilah pendidik memiliki andil besar untuk membantu perkembangan inteligensi peserta didik. Karena
itu, guru perlu memahami teori Multiple Intelligences agar pembelajaran di kelas berlangsung optimal.

Setiap anak memiliki kecerdasan dan kemampuan berbeda dalam memahamisebuah mata
pelajaran. Seorang pendidik tidaklah boleh memaksakan siswanyauntuk memahami setiap pelajaran
dengan pemahaman yang sama dan sempurnadengan satu takaran kecerdasan,sebab keadaan anak
dalam satu kelas berbeda-beda.Dengan segala macam keadaan siswa, kewajiban seorang pendidik
adalah

3 Ibid ., hlm. 19

4 Amir Hamzah,Teori Multiple Intelligences dan Implikasinya Terhadap Pengelolaan Pembelajaran

, Jurnal : Tadrîs. Volume 4. Nomor 2. 2009, hlm. 254-256

mengakui keberdaannya dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Seorang pendidik harus mengakui
dan harus menghargai bakat dan hasil karya siswa-siswanya.5 Siswa akan lebih mudah memahami
pelajaran jika materinya disajikansesuai dengan inteligensi yang menonjol dalam diri siswa. Misalnya,
bila siswamenonjol dalam inteligensi musikal, ia akan mudah memahami mata pelajarantertentu,
misalnya biologi, jika dijelaskan dengan memasukkan unsur musik kedalamnya. Jika siswa menonjol
dalam inteligensi visual, ia akan lebih mudahmenangkap pelajaran jika dijelaskan menggunakan
bermacam-macam bentuk yangdapat diamati. Oleh karena inteligensi siswa di kelas beragam, maka guru
bidangstudi apapun perlu memasukkan dan mengolah materi yang akan diajarkan sesuaidengan
inteligensi siswa-siswa tersebut. Mereka perlu mengajar dengan model bervariasi sehingga setiap siswa
merasa dibantu secara tepat. Karena itu, akansangat baik jika sebelum mengajar, setiap guru mencoba
mengenali inteligensi apasaja yang dimiliki anak didiknya.

Biasanya guru, karena memiliki inteligensi tertentu yang menonjol,cenderung menggunakan


pendekatan yang sesuai dengan inteligensi tersebut secaraterus menerus. Guru yang menonjol dalam
inteligensi linguistik akan senangmengajar dengan menggunakan model inteligensi itu, seperti
berceramah, bercerita panjang lebar, dengan puisi, membaca, dan sebagainya. Guru yang
inteligensimatematis-logisnya menonjol akan lebih senang mengajar dengan menekankancara
pendekatan matematis-logis; secara sistematis, dengan skema, bagan, rumus,dan sebagainya. Guru
tersebut jarang mengajar dengan menggunakan inteligensikinestetik-badani, interpersonal, ruang-visual,
natural, atau lainnya, yang mungkinlebih cocok untuk siswa. Akibatnya, siswa yang tidak memiliki
inteligensi samadengan yang digunakan guru, kurang merasa terbantu secara baik dalam
belajarnya.Bahkan bisa jadi siswa tersebut merasa tidak diajar apapun, karena guru mengajardengan
pendekatan yang cocok untuk dirinya sendiri.

Muncul pertanyaan, apakah guru yang kurang menonjol pada inteligensitertentu dapat
mengembangkan strategi mengajar dengan inteligensi tersebut?.Misalnya, guru yang menonjol dalam
inteligensi linguistik, yang senang mengajar

5 Mulyasa,Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung:


Rosdakarya), hlm.46.

dengan bercerita, bisa mengembangkan strategi mengajar dengan inteligensimatematis-logis, padahal ia


tidak menonjol dalam inteligensi ini?. MenurutGardner, bisa. Secara umum seorang guru bisa
mengembangkan strategi pembelajaran dengan menggunakan inteligensi lain yang tidak
dikuasainya.Caranya, dengan berlatih terus menerus. Misalnya, guru yang inteligensimusikalnya kurang,
dapat mengajar dengan menggunakan lagu atau musik asal dia berlatih terus menerus. Tentu kualitasnya
tidak sebaik dengan guru yang inteligensimusikalnya menonjol, namun cukup untuk mengajar siswa.

Dengan demikian, guru tidak boleh merasa tidak dapat berkembang lagi,tetapi harus lebih yakin
bahwa selalu dapat mengembangkan cara mengajar mereka.Jika anak didik dapat dibantu
mengembangkan inteligensi mereka, guru pun jugadapat dikembangkan. Tentu butuh semangat dan
upaya kuat.

Di samping berpengaruh terhadap strategi pembelajaran, teori Multiple Intelligences juga


berdampak pada rangkaian kegiatan pembelajaran lainnya,seperti peralatan, pengaturan kelas, dan
evaluasi. Karena harus menggunakanstrategi beragam sesuai inteligensi siswa, tentu perlu dilengkapi
peralatan memadaisesuai strategi yang dipakai. Demikian pula dengan pengaturan kelas, tidak bisahanya
diatur dalam satu kedudukan yang tetap, berbaris dari depan ke belakang.Kadang kelas perlu diatur
melingkar, berkelompok-kelompok kecil, atau bisa jadikelas perlu dikosongkan dari kursi. Bahkan suatu
ketika siswa, missalnya untukmengembangkan inteligensi naural, perlu diajak keluar ruangan melihat
taman,hutan, gunung, dan alam raya. Dalam hal evaluasipun juga perlu beragam sesuaiinteligensi para
siswa. Sistem evaluasi yang hanya menggunakan tes tertulistidaklah cukup karena tidak mengungkapkan
inteligensi siswa yang beragam.Gardner mencontohkan, ada seorang siswa yang cerdas dalam
menganalisis flora-fauna, dan sangat kreatif menjelaskan kepada siswa lain. Namun dalam ujian,dengan
soal esai, siswa tersebut selalu gagal. Gurunya tidak mengerti penyebabnya.Ternyata siswa tersebut
menonjol dalam inteligensi linguistik dan natural, sehinggaia membutuhkan cara evaluasi lain, mungkin
dengan lisan atau dimintamengekspresikan dengan cara lain.

Dalam penilaian multiple intelegence haruslah jujur dan adil sehingga suatu jenis kecerdasan
dapat dinilai dan dipertimbangkan langsung tidak melewati kecerdasan lainnya. Gardner menyarankan
agar guru memberi siswa obyek-obyekkongret untuk dimanipulasi bagi semua ranah kecerdasan.
Perangkat yangdigunakan adalah, diagnosis, pengamatan, check list, catatan singkat, portofolio,refleksi.

Dengan berkembangnya konsep multiple intelligences dan denganditerimanya teori tersebut


dalam dunia pendidikan, maka mau tidak mau pendidik perlu membantu tumbuh kembang anak dalam
berbagai rencana, pelaksanaan, danevaluasi program yang memberi wadah bagi perkembangan semua
jenis kecerdasanmereka. Tugas ini menjadi sedemikian penting mengingat perkembangan dan
perwujudan semua jenis kecerdasan tersebut esensial bagi anak dalam mengatasi permasalahan-
permasalahan dalam kehidupan, dan memperoleh kehidupan itusendiri.

6 Ellison dalam Julia Jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelegences

,Bandung:Nuansa, 2007, hlm. 191

7 Tadkiroatun Musfiroh,Multiple Intelligences dan Implikasina Dalam Pendidikan,

Jurnal:Pusdi PAUD, Lemlit UNY), hlm. 9

PENUTUP

A.Kesimpulan

Kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang meliputi pengetahuan,


keterampilan dan keahlian untuk menyelesaikan masalahnya.Padahakikatnya setiap individu memiliki
beberapa kecerdasan diantaranya kecerdasan bahasa/linguistik, logis-matematis, visualspasial,
kinestetik, interpersonal,intrapersonal, musikal, dan naturalis.Tetapi kombinasi dan porsi kecerdasan
yangdimiliki tiap individu tidak sama tergantung pada bagaimana cara mengembangkansegala
kecerdasan yang telah ada.Dengan memahami bahwa tiap individu terlahirdengan berbagai jenis
kecerdasan, diharapkan para pendidik tidak hanyamenganggap bahwa siswa yang cerdas dan berprestasi
hanyalah siswa yang cerdassecara akademik. Karena ada berbagai potensi besar lainnya yang dimiliki
siswaselain kemampuan dibidang akademik saja. Kedelapan kecerdasan dapat beroperasidalam
mendampingi secara independen satu sama lain. Berbekal teori kecerdasanmajemuk seorang guru
secara tidak langsung dapat menguasai dan belajar berbagaimetode pembelajaran. Sehingga fungsi guru
sebagai pendidik, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, pendorong kreativitas, pembangkit,
evaluatorsehingga anak didik dapat berhasil secara optimal

Dalam dunia pendidikan, teori Multiple Intelligences mulai diterima karenadianggap lebih
melayani semua kecerdasan yang dimiliki anak. Konsep Multiple Intelligences menjadikan pendidik lebih
arif melihat perbedaan, dan menjadikananak merasa lebih diterima dan dilayani. Konsep ini
“menghapus” mitos anakcerdas dan tidak cerdas, karena menurut konsep ini, semua anak hakikatnya
cerdas.Hanya saja konsep cerdas itu perlu diredefinisi dengan landasan baru.

8 Nurul Hidayati Rofiah, Menerapkan Multiple Intelligences dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jurnal
Dinamika Pendidikan Dasar Volume 8, No 1, Maret 2016: 68 - 79

DAFTAR PUSTAKA

Amir Hamzah, 2009,Teori Multiple Intelligences dan Implikasinya

Terhadap Pengelolaan Pembelajaran jurnal. Tadrîs. Volume 4. Nomor 2,

Chatib, Munif. 2013. Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis MultipleIntelligences di

Indonesia. Bandung: Kaifa Ellison dalam Julia Jasmine, 2007, Panduan Praktis Mengajar Berbasis

Multiple Intelegences Bandung: Nuansa.

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatifdan Menyenangkan,


Bandung: rosdakarya

Nurul Hidayati Rofiah, 2016 Menerapkan Multiple Intelligences dalam Pembelajaran di Sekolah
Dasar,Jurnal Dinamika Pendidikan DasarVolume 8, No 1, Maret 2016: 68 – 79

Suparno, Paul. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah.Yogyakarta : Kanisius, 2004.

Tadkiroatun Musfiroh,Multiple Intelligences dan Implikasinya Dalam Pendidikan,

Jurnal, Yogyakarta: Pusdi PAUD, Lemlit UNY.

Anda mungkin juga menyukai