Anda di halaman 1dari 5

motivator.

Peran fasilitator yang dilakukan oleh guru adalah menyiapkan segala


peralatan yang digunakan dalam sentra bermain peran dan menjadi penghubung
antara satu anak dengan anak yang lainnya.sedangkan peran sebagai motivator
adalah selalu memberikan semangat dan motivasi, mendampingi dan memberikan
pemaknaan terhadap peran yang telah dilakukan oleh anak usia dini setelah selesai
bermain di sentra main peran
motivator.Peran fasilitator yang dilakukan oleh guru adalah menyiapkan segala
peralatan yang digunakan dalam sentra bermain peran dan menjadi penghubung
antara satu anak dengan anak yang lainnya.sedangkan peran sebagai motivator
adalah selalu memberikan semangat dan motivasi, mendampingi dan memberikan
pemaknaan terhadap peran yang telah dilakukan oleh anak usia dini setelah selesai
bermain di sentra main peran
motivator.Peran fasilitator yang dilakukan oleh guru adalah menyiapkan segala
peralatan yang digunakan dalam sentra bermain peran dan menjadi penghubung
antara satu anak dengan anak yang lainnya.sedangkan peran sebagai motivator
adalah selalu memberikan semangat dan motivasi, mendampingi dan memberikan
pemaknaan terhadap peran yang telah dilakukan oleh anak usia dini setelah selesai
bermain di sentra main peran
motivator.Peran fasilitator yang dilakukan oleh guru adalah menyiapkan segala
peralatan yang digunakan dalam sentra bermain peran dan menjadi penghubung
antara satu anak dengan anak yang lainnya.sedangkan peran sebagai motivator
adalah selalu memberikan semangat dan motivasi, mendampingi dan memberikan
pemaknaan terhadap peran yang telah dilakukan oleh anak usia dini setelah selesai
bermain di sentra main peran
Nama: Tiara Sabrina Wulandari
Nim: 22058210
Prodi: Pendidikan sosiologi
Mata kuliah: Psikologi Pendidikan

Kecerdasan Dalam Proses Pembelajaran

A. Pengertian Kecerdasan

Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, cepat tanggap dalam
menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar keterangan. Kecerdasan adalah
kesempurnaan perkembangan akal budi. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan
fikiran. Kecerdasan atau yang biasa disebut dengan inteligensi berasal dari bahasa Latin
"intelligence" yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to
relate. to bind together).
Menurut Dusek kecerdasan dapat didefinisikan melalui dua jalan yaitu secara kuantitatif dan
kualitatif. Secara kuantitatif, kecerdasan adalah proses belajar untuk memecahkan masalah yang
dapat diukur dengan tes inteligensi, sedangkan secara kualitatif kecerdasan merupakan suatu cara
berpikir dalam membentuk konstruk bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi dari
luar yang disesuaikan dengan dirinya. Howard Gardner berpendapatkecerdasan adalah
kemamuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.
Lebih lanjut, Raymond Bernard Cattel mengklasifikasikan kemampuan mental menjadi dua
macam, yaitu inteligensi fluid (gf) dan inteligensi crystallized (gc).
Berdasarkan pengertian kecerdasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah
kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah
yang menuntut kemampuan fikiran serta dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan


 Kecerdasan intelektual adalah kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi dan
memiliki daya kreasi serta inovasi.
 Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan impuls emosianal,
kemampuan untuk membaca perasaan orang lain dan kemampuan untuk membina
hubungan yang baik dengan orang lain.
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang, Yitu factor yang
bersifat bawaan atau genetic (temperamen), factor yang berasal dari lingkungan keluarga (cara
asuh orang tua), dan factor pendidikan emosi yang diperoleh di sekolah. Cara asuh atau pola
asuh yang diterapkan orang tua terhadap anaknya dapat mempengaruhi kecerdasan emosi anak.
Dalam penelitian ini pola asuh tidak memiliki hubungan dengan kecerdasan emosi. Hal ini
karena selain pola asuh. Aspek genetic dan lingkungan menjadi factor penentu juga.
C. Klasifikasi Kecerdasan Intelektual (IQ)

a) Idiot (IQ: 0-29)


Idiot merupakan kelompok individu terbelakang yang paling rendah. Tidak dapat berbicara atau
hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja. Biasanya tidak dapat mengurus dirinya sendiri,
seperti: mandi, berpakaian, makan, dan sebagainya, dia harus diurus oleh orang lain.
b) Imbecile (IQ: 30-40)
Imbecile setingkat lebih tinggi dari anak idiot. Ia dapat belajar berbahasa. Dapat mengurus
dirinya sendiri dengan pengawasan yang teliti.
c) Moron atau Debil (mentally handicapped/mentally retarded), (IQ: 50-69)
Kelompok ini sampai tingkat tertentu dapat belajar membaca, menulis dan membuat
perhitungan-perhitungan sederhana, dapat diberikan pekerjaan rutin tertentu yang tidak
memerlukan perencanaan dan pemecahan.
d) Kelompok bodoh (dull/borderline) (IQ: 70-79)
Kelompok ini berada di atas kelompok terbelakang dan di bawah kelompok normal (sebagai
batas). Secara bersusah payah dengan beberapa hambatan, individu tersebut dapat melaksanakan
sekolah lanjutan pertama tetapi sukar sekali untuk dapat menyelesaikan kelas-kelas terakhir di
sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP).
e) Normal rendah (below average), (IQ: 80-89)
Kelompok ini termasuk kelompok normal, rata-rata atau sedang tetapi pada tingkat bawah,
mereka agak lambat dalam belajar.
f) Normal sedang, (IQ: 90-109)
Kelompok ini merupakan kelompok yang normal atau rata-rata. Mereka merupakan kelompok
yang terbesar persentasenya dalam populasi penduduk.
g) Normal tinggi (above average), (IQ: 110-119)
Kelompok ini merupakan kelompok individu yang normal tetapi berada pada tingkat yang tinggi.
h) Cerdas (superior), (IQ: 120-129)
Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik Mereka seringkali terdapat
dalam kelas biasa.
i) Sangat cerdas (very superior/gifted), (IQ: 130-139)
Anak-anak gifted/very superior lebih cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan tentang
bilangan yang sangat baik, perbendaharaan kata yang luas dan cepat memahami pengertian yang
abstrak.
j) Genius (IQ: 140 ke atas)
Kelompok ini kemampuannya sangat luar biasa. Mereka pada umumnya memiliki kemampuan
untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang baru, walaupun mereka tidak
bersekolah. Kelompok ini berada dalam semua ras dan bangsa, dalam semua tingkat ekonomi,
baik laki-laki atau perempuan. Contoh orang genius adalah Edison dan Einstain.

D. Jenis-Jenis Kecerdasan (berdasarkan teori multiple intelligence)


a) Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa, termasuk bahasa
ibu dan bahasa-bahasa asing, untuk mengekspresikan yang ada di dalam pikiran dan memahami
orang lain. Mereka menggunakan kata untuk membujuk, mengajak, membantah, menghibur, atau
membelajarkan orang lain.
b) Kecerdasan Logis-Matematik
Kecerdasan matematik adalah kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan, mengenal
pola-pola dan aturan. Kecerdasan matematika disebut juga kecerdasan logis dan penalaran
karena merupakan dasar dalam memecahkan masalah dengan memahami prinsip-prinsip yang
mendasari sistem kausal atau dapat memanipulasi bilangan, kuantitas, dan ope rasi.
c) Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk memahami gambar-gambar dan bentuk. Orang yang
memiliki kecerdasan ini cenderung berpikir dengan gambar dan sangat baik ketika belajar
melalui presentasi visual seperti film, gambar, video, dan demonstrasi yang menggunakan alat
peraga.
d) Kecerdasan Berirama-Musik
Kecerdasan berirama-musik adalah kapasitas berpikir tentang musik seperti mampu mendengar,
mengenal, mengingat, dan bahkan memanipulasi pola- pola musik. Orang yang memiliki
kecerdasan musik dianggap memiliki apresiasi yang kuat terhadap musik, dengan mudah
mengingat lagu-lagu dan melodi. Kecerdasan musik juga meliputi kemampuan memersepsi dan
memahami, mencipta dan menyanyikan bentuk-bentuk musikal dan para ahli mengakui bahwa
musik merangsang aktivitas kognitif dalam otak dan mendorong kecerdasan.
e) Kecerdasan Jasmaniah-Kinestetik
Kecerdasan jasmaniah-kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh dalam
mengekspresikan ide, perasaan dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau
mentransformasi sesuatu.
f) Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membaca tanda dan isyarat sosial,
komunikasi verbal dan non-verbal, dan mampu menyesuaikan gaya komunikasi secara tepat.
Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi melakukan negosiasi hubungan
dengan keterampilan dan kemahiran karena orang tersebut mengerti kebutuhan tentang empati,
kasih sayang, pemahaman, ketegasan, dan ekspresi dari kebutuhan dan keinginan.
g) Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan yang bersumber pada pemahaman diri secara
menyeluruh guna menghadapi, merencanakan, dan memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung memiliki kesadaran diri yang tinggi di
mana mereka mampu memproses tujuan yang jelas tentang segala sesuatu yang dilakukan
sekarang dan masa yang datang.
h) Kecerdasan Naturalistik
Kecerdasan naturalistik adalah kemampuan dalam mengenal dan mengklasifikasi berbagai
spesies termasuk flora dan fauna dalam suatu lingkungan. Orang yang memiliki kecerdasan
naturalistik yang kuat mempunyai ketertarikan pada dunia luar atau dunia binatang, ketertarikan
ini mulai muncul sejak dini. Mereka menunjukkan minat yang luar biasa pada mata pelajaran
seperti biologi, ilmu hewan (zoology), ilmu tumbuh-tumbuhan (botany), ilmu tanah (geology),
ilmu cuaca (meteorology), ilmu falak (astronomi), dan paleontologi.
E. Upaya Pendidik dalam Mengembangkan Kecerdasan Peserta Didik dalam Proses
Pembelajaran
1) Guru selalu melibatkan anak secara bersama-sama dalam sebuah kegiatan sentra.
Dalam pembelajaran sentra guru selalu melibatkan partisipasi anak. Partisipasi anak dalam
kegiatan sentra ini juga disesuaikan dengan karakter atau pribadi anak, agar anak lebih mudah
dalam memahaminya.
2) Melibatkan orang tua dalam pembelajaran anak
Dalam pembelajaran, para guru juga melibatkan peran orang tua. Sebagaimana lingkungan
belajar utama anak adalah keluarga. Ayah dan ibulah yang berperan dalam pembelajaran anak
ketika di rumah.
3) Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.
Di dalam kegiatan sentra main peran, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Peran
fasilitator yang dilakukan oleh guru adalah menyiapkan segala peralatan yang digunakan dalam
sentra bermain peran dan menjadi penghubung antara satu anak dengan anak yang lainnya.
Sedangkan peran sebagai motivator adalah selalu memberikan semangat dan motivasi,
mendampingi dan memberikan pemaknaan terhadap peran yang telah dilakukan oleh anak usia
dini setelah selesai bermain di sentra main peran.
4) Selalu menyiapkan cerita yang menarik untuk anak pada setiap harinya.
Untuk membuat anak-anak tertarik dalam memainkan suatu peran/tokoh, guru harus menyiapkan
cerita atau kegiatan yang menarik sesuai tema.

Anda mungkin juga menyukai