OLEH
ZAKA ASSHADRI
20073067
2021
PENGERTIAN INTELEGENSI DALAM BELAJAR
inteligensi adalah suatu keahlian yang ada dalam diri manusia untuk menyelesaikan persoalan
dan sebuah skill untuk belajar dari kejadian atau pengalaman yang sudah didapat maupun dialami.
Dalam dunia anak usia dini, inteligensi sangat penting, atau juga bisa inteligensi ini berarti kecerdasan.
Ada beberapa pengertian inteligensi menurut para ahli, salah satunya ahli Lewis Terman (1900).
Menurut Terman, inteligensi merupakan satu kemampuan tunggal yang disebut usia mental (mental
age). Yang dimaksud usia mental disini adalah suatu kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan
rata-rata usia anak tertentu.
Menurut Howard Gardner (1983), intelegensi tidak hanya mempunyai satu kemampuan tetapi
intilegensi mempunyai kemampuan ganda (Mulitiple Intelligence) dan menurut gardner multiple
intelligence memiliki 9 kemampuan yaitu: (a) Linguistic, (b) mathematic-logis, (c) ruang, (d)
kinestetik-badani, (e) musical, (f) interpersonal, (g) intrapersonal, (h) lingkungan atau naturalis, (i)
eksistensi. Sedangkan menurut Sternberg (1931), memiliki pendapat bahwa intelegensi mempunyai
tiga pengelompokkan, sehingga pengelompokkan ini dinamakan triarkis yang terdiri dari: konseptual,
kreatif, dan kosntektual.
Sternbeg (2009), menyatakan bahwa anak-anak yang memiliki pola triarkis akan terlihat
berbeda di sekolah. Para siswa yang tinggi dalam kemampuan analitik akan menyukai sekolah yang
konvensional. Mereka yang memiliki kemampuan ini sering kali berhasil dalam menerima instruksi
langsung. Sedangkan, anak-anak yang mempunyai kemampuan intelegensi kreatif yang tinggi selalu
tidak menduduki rangking atas dikelasnya. Meskipun demikian, banyak anak-anak yang lain berhasil
dengan baik untuk bidang - bidang diluar tuntutan didalam kelas. Mereka mungkin unggul dalam
keterampilan sosial dan memiliki akal sehat yang baik.
Menurut Gardner, setiap manusia pasti memiliki semua kemampuan tipe inteligensi yang
berbeda-beda. Sebagai akibatnya, kita memilih untuk mempelajari dan memproses informasi dengan
berbagai macam cara. Manusia akan berusaha belajar dengan baik ketika mereka dapat melakukan
pengaplikasian berbagai tipe inteligensi sesuai dengan kemampuan mereka masing- masing.
Klasifikasi IQ
Kecerdasan atau yang biasa kita sebut dengan IQ (Intelegent Quotient) merupakan score/nilai yang
menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang berdasarkan perbandingan dengan sesamanya dalam satu
populasi. Untuk mengetahui level atau tingkatan dimana kondisi IQ seseorang dapat dilihat dengan
melakukan tes Psikotes dengan berbagai macam jenis tes yang tentunya dilakukan oleh orang-orang
yang memang memiliki lisensi untuk mengetes. Tingkatan-tingkatan IQ seseorang dapat digolongkan
pada tingkatan:
Pada anak-anak di Indonesia pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan pada tingkat normal
atau rata-rata meskipun ada juga anak-anak yang berada pada tingkat kecerdasan superior atau jenius
dan juga ada anak-anak pada tingkatan Dull Normal hingga keterbelakangan mental, tetapi untuk
tingkat ini tidak melebihi dari jumlah anak yang memiliki kecerdasan normal atau rata-rata.
Pembahasan berfokus pada anak tingkat kecerdasan Superior, istilah kecerdasan Superior di
dalam kamus Psikologi karangan J.P Chaplin, mendenfenisikan Superior sebagai satu tingkat
kemampuan mental umum, yang dilampaui oleh 15% dari populasi. Pada skala Stanford Binnet,
merupakan IQ yang ekuivalen dengan nilai 120 (1986 :494). Sementara itu, Sutratinah Tirtonegara
(1982: 14), menyatakan bahwa anak anak superior memiliki arti anak-anak yang memiliki kemampuan
intelektual yang tinggi atau superior dalam bidang akademik dengan skor IQ pada tes intelegensi
menunjukkan angka mulai dari 120 – 129.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan superior tentunya memiliki karakteristik yang khas,
kharakteristik ini merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang yang menunjukan perbedaan antara
seseorang dengan orang yang lain. Menurut pendapat ahli, mereka mengemukakan bahwa anak-anak
superior sejak kecil lebih aktif dan lebih menaruh perhatian terhadap lingkungannya. Walaupun
pengecualian-pengecualian selalu ada; misalnya beberapa anak superior lambat dalam perkembangan
motorik (Parker (1975:12)), Sedangkan menurut Vernon (1977:79) perkembangan fisik dan motorik
tidak jelas merupakan tanda dari keunggulan mental, namun anak-anak yang superior ini sekurang-
kurangnya normal dalam perkembangan fisik dan motorik.
7. Gemar membaca
8. Tidak pernah mendapat kesulitan dari pelajaran di sekolah. Perkembangan fisik, psiskis, dan
bahasanya lebih pesat dari pada anak normal
Untuk mengidentifikasi seorang anak apakah memiliki kecerdasan superior atau tidak dapat melalui
dua hal:
1. Identifikasi melalui studi kasus yaitu memperoleh sebanyak mungkin informasi tentang anak yang
diperkirakan superior dari sumber-sumber yang berbeda, misalnya dari guru, orang tua, teman
sebaya atau dari anak itu sendiri. Untuk itu dapat disusun suatu daftar pertanyaan/ kuesioner atau
checklist untuk diisi masing-masing sumber. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan dan diserahkan
pada suatu panitia seleksi atau pada kepala sekolah.
2. Menggunakan tes
Konsep Multiple Intelegensi (MI), menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame of Mind:
The Theory of Multiple intelegences, ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu yaitu
linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan
naturalis. Melalui delapan jenis kecerdasan ini, setiap individu mengakses informasi yang akan masuk
ke dalam dirinya. Karena itu Amstrong (2002) menyebutkan, kecerdasan tersebut merupakan modalitas
untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada
dasarnya setiap anak cerdas. Sebelum menerapkan MI sebagai suatu strategi dalam pengembangan
potensi seseorang, perlu kita kenali atau pahami ciri-ciri yang dimiliki seseorang.
1. Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki ciri antara lain (a) suka menulis kreatif, (b) suka
mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, (c) sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-
hal kecil, (d) membaca di waktu senggang, (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah, (f) suka
mengisi teka-teki silang, (f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g) unggul dalam mata pelajaran
bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).
(b) suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?,
(e) menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika
dan IPA.
(d) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya,
(h) lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian,
(b) aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard,
(c) perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya,
(d) menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya,
(e) memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit,
memahat,
(i) berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif.
(d) bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain,
(f) banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.
(c) suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang,
(e) suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya,
(f) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.
Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah, setiap kecerdasan dalam upaya mengelola
informasi bekerja secara spasial dalam sistem otak manusia. Tetapi pada saat mengeluarkannya, ke
delapan jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk menghasilkan informasi sesuai yang dibutuhkan.
Usaha guru membantu siswa dalam belajar sesuai dengan potensinya
Contextual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu gurumengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, yangmendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya denganpenerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan dan keterampilan siswa dapatdiperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri
pengetahuan dan keterampilan baruketika ia belajar.
3. Quantum learning
mulai diujicobakan oleh Bobby DePorter, Eric Jensen dan Greg Simmons lewat programyang
diberi nama Super Camp. Quantum learning menerapkan tiga keterampilan dasaryang sangat
diperlukan dalam proses belajar. Tiga keterampilan dasar itu meliputiketerampilan akademis,
prestasi fisik dan keterampilan hidup (Rakhmat, 1997 dalamhttp://hidayah-ilayya.blogspot.com).
strategi pembelajaran yang diterapkan quantumlearning menekankan partisipasi aktif siswa untuk
menenukan makna dan menciptakankaitan materi dengan kehidupan sehari-hari.
Pada beberapa model pembelajaran kooperatif juga menjadi salah satu alternatifcara belajar aktif
siswa untuk mengembangkan potensi siswa. Belajar kooperatif adalahsuatu keberhasilan strategi
pengajaran di dalam kelompok kecil, dimana setiap siswadengan kemampuan yang berbeda-beda,
menggunakan kegiatan pembelajaran yangbervariasi untuk memperbaiki pemahaman mereka
terhadap subjek .