Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang unik. Artinya, tidak ada satu individu pun
yang persis sama denga individu yang lain. Salah satu perbedaan yang sering
kita jumpai adalah kecepatan dan kemampuan individu dalam memecahkan
suatu masalah atau persoalan yang di hadapi. Untuk memecahkan masalah
atau persoalan yang sama, ada individu yang mampu dengan cepat
memecahkannya, namun ada juga individu yang lambat bahkan tidak mampu
memecahkannya.

Hal itulah yang memperkuat pendapat bahwa taraf kecerdasan atau


inteligensi itu memang ada, dan berbeda – beda antara satu individu dengan
individu yang lain. Individu yang taraf inteligensinya tinggi akan mudah
memecahkan suatu persoalan, sedangkan individu yang taraf inteligensinya
rendah hanya mampu memecahkan masalah yang mudah. Misalnya, pada
beberapa mahasiswa yang menghadapi soal ujian yang sama, ada yang
mampu dengan cepat dan benar menyelesaikan soal tersebut dan ada juga
yang sebaliknya.

Inteligensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan


dasar yang bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau kecakapan atau
kemampuan dasar yang bersifat khusus disebut dengan bakat (aptitude).
Dalam proses belajar – mengajar, prestasi belajar mahasiswa salah satunya di
tentukan oleh inteligensi. Oleh sebab itu, kami akan membahas tentang
intelegensi, bakat dan kreativitas.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dalam pembuatan makalah ini, kami memiliki


beberapa rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu :

1. Apa yang dimaksud intelegensi ?


2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi dan faktor-
faktor yang menyebabkannya ?
3. Apa yang dimaksud bakat ?
4. Apa saja jenis tes bakat ?
5. Bagaimana konsep kreativitas dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kreativitas ?
6. Bagaimana cara memotivasi kreativitas ?
7. Bagaimanakah aplikasi intelegensi dan kreativitas terhadap
keperawatan ?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, yang menjadi tujuan dalam
pembuatan makalah ini, yaitu :

1. Mengetahui dan mampu menjelaskan apa yang dimaksud


intelegensi.

2. Mengetahui dan mampu menjelaskan apa saja faktor-faktor yang


mempengaruhi intelegensi dan faktor-faktor yang
menyebabkannya.

3. Mengetahui dan mampu menjelaskan apa yang dimaksud bakat.

4. Mengetahui dan mampu menjelaskan apa saja jenis tes bakat.

5. Mengetahui dan mampu menjelaskan bagaimana konsep kreativitas


dan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas.

6. Mengetahui dan mampu menjelaskan bagaimana cara memotivasi


kreativitas.

7. Mengetahui dan mampu menjelaskan bagaimana aplikasi


intelegensi dan kreativitas terhadap keperawatan.

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Intelegensi

Istilah inteligensi, atau yang dalam bahasa inggris disebut “Intelligence”,


berasal dari kata “intelligere” yang artinya menghubungkan atau menyatukan
satu sama lain. Beberapa definisi inteligensi, sebagaimana dikemukakan oleh
para ahli, dijelaskan sebagai berikut :

a. Terman (1923) dalam Sukardi (1997) mengungkapkan bahwa


inteligensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak.
b. Ebbinghaus (1897) dalam Suryabrata (1984) mendefinisikan
inteligensi sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi.
c. Thorndike (1959) dalam Walgito (2001) mengungkapkan bahwa
inteligensi adalah hal yang dapat dinilai sebagai kemampuan untuk
menentukan ketidaklengkapan dari berbagai kemungkinan yang
terjadi dalam perjuangan hidup individu.
d. Biner (1894) dalam Sukardi (1997) menyebutkan bahwa inteligensi
adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu
tujuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai
tujuan tersebut dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri.
e. Wechler (1958) dalam Sarwono (2000) mengatakan bahwa
inteligensi adalah kemampuan individu untuk berfikir dan
bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan
secara efektif.
f. Sukardi (1997) mengungkapkan bahwa inteligensi pada hakikatnya
adalah suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk
memperoleh suatu kecakapan yang mengandung beberapa
komponen.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah


kemampuan dasar yang bersifat umum untuk berpikir abstrak dan membuat
kombinasi.

4
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi

Inteligensi memiliki faktor yang berperan dalam pembentukannya. Tiga


faktor penting tersebut yang berperan dalam menentukan inteligensi
seseorang meliputi :
a. Herediter (pembawaan), merupakan faktor utama dan terpenting
dalam menentukan inteligensi.
Contoh : mahasiswa tingkat I Akademi Keperawatan mengerjakan
soal ujian akhir semester (UAS) dengan ketentuan soal, materi, dan
waktu yag sama. Sehubungan dengan itu, mengapa ada mahasiswa
yang cepat selesai mengerjakan soal dan ada mahasiswa yang
lambat mengerjakannya sehingga ada mahasiswa yang nilainya
bagus dan ada yang jelek? Dari uraian tersebut, terlihat bahwa
salah satu faktor penentunya adalah IQ. Jadi, orang yang memiliki
IQ tinggi akan cepat menyelesaikan soal ujian dengan memperoleh
nilai yang bagus dan sebaliknya.
b. Kematangan, menyangkut pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikologis yang dipengaruhi faktor internal.
Contoh : apabila anak usia 6 tahun diberi soal penjumlahan dan
pengurangan sampai dengan 100, mereka masih mampu
mengerjakannya karena faktor kematangan untuk soal tersebut
sudah dimiliki. Akan tetapi, apabila mereka diberikan soal
Matematika untuk anak SLTP, seperti 2x + 10 = 2, berapa nilai x?
Jelas sekali, anak tersebut belum matang untuk berpikir abstrak
seperti itu.
c. Pembentukan, yaitu perkembangan individu yang dipengaruhi
faktor lingkungan.
Contoh : pada umumnya, anak yag normal dan berumur 12 tahun
sudah mengenal dengan baik penghitungan yang menyangkut
penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian.
Pertanyaannya adalah apakah setiap anak yang normal dan berumur
12 tahun sudah pasti mengenal itu. Dan bagaimana jika anak
tersebut hidup diaerah terpencil, tidk sekolah, dan tidak ada yang
mengajari. Walaupun anak sudah matang untuk perhitungan

5
tersebut, tetapi karena tidak dibentuk oleh lingkunga, akhirnya
tidak dapat mengerjakan soal.

2.3 Gangguan Intelegensi serta Fator yang Menyebabkannya

Individu tidak selamanya mengalami hidup normal. Dalam hidup, selalu


ada gangguan dan hambatan yang dialami individu. Begitu juga dalam hal
inteligensi, beberapa individu dapat mengalami gangguan inteligensi.

Gangguan inteligensi dapat terjadi karena kerusakan otak, psikosis, dan


sosio – budaya. Kerusakan otak yang menyebabkan gangguan inteligensi
terjadi pada (trauma), inflamasi, neoplasma, dan gangguan pembuluh darah.
Sementara itu, psikosis yang menyebabkan gangguan inteligensi terjadi
secara fungsonal atau karena adanya Sindrom Otak Organik (SOO). Terakhir,
faktor sosio-budaya yang menyebabkan gangguan inteligensi adalah memberi
makanan yang kurang protein pada anak usia kurang dari 5 tahun. Berikut ini
akan dijelaskan gangguan inteligens yang umum dialami individu, yaitu
retardasi mental dan demensia.

A. Retardasi Mental
Merupakan istilah yang ering kita engar dalam kehidupan sehari –
hari. Maramis (1999) mengungkapkan bahwa retardasi mental ialah
keadaan inteligensi yang kurang (abnormal) sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak – kanak) atau
keadaan kekurangan inteligensi sehingga daya guna sosial dan
pekerjaan seseorang menjadi terganggu. Retardasi mental dapat terjadi
karena adanya retardasi mental primer dan sekunder.
Retardasi mental primer merupakan faktor keturunan atau
retardasi mental genetik. Umumnya kejadian retardai ini tidak
diketahui atau biasa disebut retardasi mental simplek. Sementara itu,
retardasi mental sekunder merupakan faktor dari luar yang diketahui
dan memengaruhi otak (pada periode prenatal, perinatal, an postnatal).
Misalnya, infeksi/intoksikasi, rudapaksa (trauma), gangguan
metabolisme/gizi, penyakit otak, kelainan kromosom, prematuritas,
dan gangguan jiwa berat.

6
Selanjutnya, retardasi mental memiliki beberapa tingkatan.
Menurut kesepakatan American Association of Mental Retardation
dalam Sarwono (2000), tingkat retardasi mental meliputi :
a. Retardasi mental lambat belajar (slow learner). IQ = 85 –
90.
b. Retardasi mental taraf perbatasan (borderline). IQ = 70 –
84.
c. Retardasi mental ringan (mild). IQ = 55 – 69
d. Retardasi mental sedang (moderate). IQ = 36 – 54
e. Retardasi mental berat (severe) IQ = 20 – 35
f. Retardasi mental sangat berat (profound) IQ = 0 – 19

Sementara itu,penderita retardasi mental memiliki pendidikan


khusus yang ditujukan bagi mereka. Pendidikan bagi penderita
retardasi mental tersebut adalah Sekolah Luar Biasa (SLB) bagian C
(Tuna Mental). Adapun tanda – tanda retardasi mental yang diderita
oleh mereka adalah:

a. Taraf kecerdasan (IQ) sangat rendah.


b. Daya ingat ( memori ) lemah.
c. Tidak mampu mengurus diri sendiri
d. Tidak peduli terhadap lingkungan ( apatis )
e. Minat hanya mengarah pada hal – hal yang sederhana.
f. Perhatian mudah berpindah – pindah (labil)
g. Miskin dan keterbatasan emosi (hanya terdapat perasaan
takut, marah, senang, benci, an terkejut)
h. Kelainan jasmani yang khas.

B. Demensia.
Adalah kemunduran inteligensi karena kerusakanotak yang sudah
tidak dapat diperbaiki lagi (irreversible). Sementara itu, Maramis
(1999) mengungkapkan bahwa demensia adalah kemunduran fungsi
mental umum, terutama inteligensi, yang disebabkan oleh kerusakan
jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi (irreversible). Ada dua
macam demensia, yaitu demensia senelis, dan demensia presenelis.
Pertama, demensia senelis. Demensia senelis adalah demensia yang
gejalanya muncul pada usia tua, yaitu setelah usia 60 tahun.
Penyebabnya adalah usia lanjut. Gejala fisik yang terjadi adalah atropi
pada kulit dan otot, kulit tipis dan keriput, berjalan tidak stabil, bicara

7
pelan, suara kasar, serta tremor pada tangan dan kepala. Sementara itu,
gejala psikologik nyang ditampilkan adalah kemunduran mental
umum atau sering disebut demensia simplek, delirium, bingung,
depresi, agitasi, paranoid, dan bisa terjadi gangguan ingatan.
Kedua, demensia presenilis. Demensia presenilis adalah demensia
yang gejalanya muncul sebelum masa senil (usia tua). Penyebabnya
belum diketahui dengan pasti. Demensia presenilis ada dua macam,
yaitu penyakit Alzheimer dan Morbus pic. Penyakit Alzheimer adalah
jenis penyakit demensia senilis yang terjadi antara umur 50 tahun
sampai 60 tahun. Penyebabnya adalah atrofi otak pada lapis luar,
terutama bagian frontal dan temporal. Gejalanya timbul secara
perlahan, tidak ada ciri khas gangguan inteligensi dan perilaku,
diantaranya disorientasi, gangguan ingatan, emosi labil, kekeliruan
mengenai hitungan dan pembicaraan sehari – hari, afasia, perseverasi,
logoklonia, gelisah dan hiperaktif.
Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan perawat sebagai
pemberi asuhan kepada penderita demensia adalah pengajaran kepada
keluarga agar memperhatikan dan memuaskan kebutuhan rasa kasih
sayang, harga diri, rasa masuk hitungan, rasa tercapainya sesuatu,
pertahanan perasaan aman, dan harga diri. Upayakan kamar penderita
dalam keadaan terang, taruh barang – barang yang sudah dikenal sejak
dahulu.

2.4 Konsep Bakat dan Jenis Tes Bakat

A. Definisi Bakat

Dikemukakan oleh beberapa ahli psikologi. Micheel (1960) dalam


Notoatmodjo (1993) mengungkapkan bahwa bakat adalah kemampuan
individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada
latihan mengenai hal tersebut. Sementara itu, Guilford (1959) dalam
Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa bakat berhubungan dengan
kecakapan untuk melakukan sesuatu.

8
Sukardi (1997) juga mengungkapkan hal senada terkait definisi bakat,
yaitu suatu kondisi atau suatu kualitas yang dimiliki individu yang
memungkinkan individu tersebut untuk berkembang pada masa
mendatang. Terakhir, Woordworth & Marquis (1957) dalam Notoatmodjo
(1993) mengungkapkan bahwa bakat adalah salah satu kemampuan
manusia yang meliputi achievement/actual ability (diukur dengan tes
tertentu), capacity/ability (diukur secara langsung), dan aptitude (kualitas
psikis yang hanya dapat diungkapkan dengan tes).

B. Faktor yang Terkandung dalam Bakat

Guilford (1967b) mengungkapkan bahwa tiga dimensi yang


terkandung dalam faktor bakat adalah :

a. Dimensi perseptual, yaitu kemampuan dalam melakukan persepsi


yang mencakup kepekaan indera, perhatian, orientasi ruang dan
waktu, dan kecepatan persepsi.
b. Dimensi psikomotor, mencakup kekuatan, impuls, kecepatan gerak,
kecermatan, dan koordinasi.
c. Dimensi intelektual, mencakup ingatan, pengenalan, berpikir, dan
evaluasi.

C. Jenis Tes Bakat

Dalam penerapannya, tes bakat memiliki beberapa jenis. Jenis tes


bakat tersebut terdiri dari Differential Aptitude Test (DAT), Scholastic
Aptitude Test (SAT), dan General Aptitude Test Battery (GATB). DAT
adalah test bakat yang telah di polakan dan dibakukan untuk mengukur
perbedaan bakat individu. Test ini terdiri dari delapan tes, yaitu penalaran
verbal, kemampuan angka, penalaran abstrak, penalaran mekanik, relasi
ruang, kecepatan dalam pengurusan administrasi, ketelitian dan
kecermatan serta penguasaan bahasa.

Sementara itu, SAT adalah test bakat yang telah dipolakan dan
dibakukan untuk mengetahui bakat individu pada mata kuliah/mata

9
pelajaran tertentu di sekolah atau akademis. Terakhir, GATB adalah tes
bakat secara umumyang di desain secara batere untuk mengetahui bakat
individu, meliputi tes ketangkasan verbal, kecerdasan numerik (angka),
kecerdasan spasial mengenai ruang dan tempat, persepsi bentuk, persepsi
administrasi, koordinasi motorik, dan ketangkasan kerajinan tangan.
GATB dikembangkan oleh United States Employment Service.

D. Hubungan Bakat dan Intelegensi

Bakat adalah taraf kecerdasan individu yang bersifat khusus dalam


bidang atau pekerjaan tertentu, sedangkan inteligensi adalah taraf
kecerdasan yang bersifat umum. Bakat dan inteligensi memiliki sifat yang
mirip, dapat dipelajari, dan dilatih. Inteligensi merupakan kemampuan
mental sebagai fungsi dasar, sedangkan bakat merupakan kemampuan
mental yang sudah dipengaruhi pengalaman. Dengan kata lain, bakat dan
inteligensi mempunyai hubuingan erat dan saling mengisi.

2.5 Konsep Kreativitas

Dalam diri individu, terdapat kekuatan yang mampu menggerakkan


kemajuan untuk penulusuran, pengembangan, dan penemuan baru di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekuatan tersebut dinamakan kreativitas,
yaitu kekuatan yang diperlukan individu untuk melakukan pengembangan diri
dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi sebagai usaha mencapai
suatu kemajuan. Kreativitas individu pada umumnya terkait dengan prestasi
untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru, dan cara untuk
menemukan pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan oleh banyak
orang.

Ciri suatu perilaku yang kreatif adalah adanya suatu hasil yang baru
sebagai akibat tingkah laku tersebut. Kreativitas seseorang berhubungan
dengan motivasi dan pengalaman serta di pengaruhi oleh inteligensi, cara
berfikir, ingatan, minat dan emosi, bakat, sikap, persepsi, perasaan, dan

10

Anda mungkin juga menyukai