Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

MAMPU MEMAHAMI TENTANG INTELEGENSI DAN PERANANNYA DALAM


BELAJAR

DOSEN PENGAMPU : Drs. Taufik sakni M.Pd.I


DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 2
1. ELY ERMAWATI
2. M.IKHBAR PRADANA
3. RIZKI ANUGRAH
4. UNTUNG

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (STIT-YPI) LAHAT
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanallahu wata’ala yang dengan rahmat-nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah psikologi pendidikan, dengan judul
mampu memahami tentang intelegensi dan peranannya dalam belajar tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Sallahu
alaihi wasallam, sebagai pedoman hidup manusia sampai akhir zaman.

Dalam pembuatan makalah ini, tentu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Drs. Taufik sakni M.Pd.I selaku dosen pengampu yang telah membimbing kami selama
ini. Tentunya makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin yaa robbal ‘Alamin.

Lahat, 26 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang………..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................5
BAB II: PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Pengertian intelegensi dalam belajar.......................................................................6
B. Pengaruh intelegensi dalam belajar........................................................................11
BAB III: PENUTUP....................................................................................................................14
A. Kesimpulan…….....................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................15

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang pendidikan inteligensi dimanfaatkan untuk mengetahui sejauh mana
prestasi belajar yang dapat dicapai oleh individu, untuk penyesuaian dalam sekolah, jurusan, dan
perlakuan kepada subjek didik. Dalam penerimaan tes untuk masuk atau melanjutkan pendidikan
serta masuk di suatu bidang kerja pun saat ini salah satunya melalui tes inteligensi. Individu
dalam menyelesaikan masalah, apakah cepat atau lambat, faktor yang turut menentukan adalah
faktor inteligensi dari individu yang bersangkutan. (Walgito, 2010:210)
Inteligensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang saling berkaitan. Di
mana biasanya anak yang memiliki inteligensi yang tinggi dia akan memiliki prestasi yang
membanggakan di kelasnya, dan dengan prestasi yang dimilikinya ia akan lebih mudah meraih
keberhasilan.
Ada ragam pendapat mengenai inteligensi. Bagi kaum awam, inteligensi dianggap unsur
mutlak dalam menentukan kecerdasan seseorang. Inteligensi sering juga disamakan dengan IQ.
Beberapa pertanyaan umum yang sering muncul berkaitan dengan inteligensi misalnya: apakah
inteligensi itu dan dapatkah inteligensi ditingkatkan, serta apakah tes inteligensi menjadi patokan
kecerdasan seseorang?
Melihat betapa pentingnya manfaat inteligensi sebagaimana disebutkan, dan adanya
ragam pendapat, anggapan serta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan umum mengenai
inteligensi di atas, pada artikel ini akan diuraikan hakikat inteligensi, pengukuran, faktor-faktor
yang mempengaruhi, teori, pengaruh inteligensi pada belajar, dan implikasinya dalam
pendidikan atau pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengertian intelegensi dalam belajar?
2. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi intelegensi?
3. Apa pengaruh intelegensi dalam belajar ?

4
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa pengertian intelegensi dalam belajar
2. Untuk mengetahui apa saja factor- factor yang mempengaruhi intelegensi
3. Untuk mengetahui apa pengaruh intelegensi dalam belajar

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kecerdasan Inteligensi
1. Pengertian inteligensi
Intelegensi adalah sebuah kata yang menyatakan suatu konsep, dan bukan kata yang
menyatakan suatu subtansi, benda atau sesuatu kekuatan.1 Pengertian inteligensi menurut para
ahli
a. Menurut Super dan Cites
Inteligensi adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari
pengalaman
b. Menurut Garrett
Inteligensi setidak-tidaknya mencangkup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk
memecahkan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-
simbol.
c. Anita E. Woolfolk
mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama, intelegensi itu meliputi tiga pengertian,
yaitu (1) kemampuan untuk belajar; (2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; (3)
kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada
umumnya. Selanjutnya Woolfolk mengemukakan bahwa intelegensi itu merupakan satu atau
beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka
memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
d. Alfred Binet
seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi bersama Theodore simon
mendefinisikan intelegensi atas tiga komponen yaitu (a) kemampuan untuk mengarahkan
fikiran atau mengarahkan tindakan; (b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila
tindakan tersebut telah dilaksanakan dan (c) kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau
melakukan autocriticism.
e. David Wechsler
intelegensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dalam
tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta mengahadapi lingkungannya dengan efektif.1

1
Retno Indayati, Psikologi Pendidikan, (Tulungagung: Centre For Studying and Milieu Developmen, 2008), Hal. 70
6
Seorang tokoh psikologi fungsionalisme yang hidup antara tahun 1874-1949, mengatakan
bahwa inteligensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan
kebenaran atau fakta.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan inteligensi adalah faktor internal
yang mencangkup keseluruhan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang siswa, untuk
menyesuaikan diri pada pembelajaran secara cepat dan efektif.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi


Adanya perbedaan tingkat inteligensi antara satu dengan lain orang dipengaruhi oleh beberapa
faktor:
a. Pembawaan. Pembawaan diwarnai oleh ciri-ciri dan sifat-sifat dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan seseorang, yakni dapat tidaknya memecahkan suatu masalah, pertama-tama
ditentukan oleh pembawaanya. Meskipun menerima latihan dan pendidikan yang sama,
namun perbedaan-perbedaan masih tetap ada.
b. Kematangan. Setiap organ manusia (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang apabila
masing-masing telah sanggup menjalankan fungsinya dan tingkat kematangan ini erat
hubungannya dengan umur seseorang.
c. Pembentukan. Ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan inteligensi. Pembentukan sengaja latihan dan pendidikan yang diperoleh
dari sekolah. Pembentukan tidak sengaja didapat dari pengaruh alam sekitar
d. Minat dan pembawaan yang khas. Dalam diri individu terdapat motif-motif yang
mendorong manusia berinteraksi dengan dunia luar, menggunakan dan menyelidiki dunia
luar (manipulate and exploring motives). Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan
terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbul minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik
minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih bain dan giat.
e. Kebebasan. Kebebasan ini berati kebebasan manusia untuk memilih metode-metode untuk
memecahkan masalah. Disamping bebas memilih metode, juga bebas memilih masalah
sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini minat itu tidak selamanya
menjadi syarat dalam perbuatan inteligensi. Untuk meningkatkan inteligensi seorang anak,
kita tidak dapat berpedoman pada satu factor diatas.semua faktor diatas bersangkut paut
satu sama lain. Inteligensi adalah masalah total, karena itu keseluruhan pribadi seseorang
ikut serta menentukan dalam perbuatan inteligensi seseorang2

2
Retno Indayati, Psikologi Pendidikan…,Hal. 71

7
Dari uraian inteligensi di atas dapat ditarik kesimpulan untuk mendapatkan kemampuan
inteligensi terdapat banyak cara untuk mendapatkannya dan cara tersebut akan dimasukan
ke dalam dirinya untuk mendapatkan kemampuan intelek yang tinggi.

3. Macam-Macam Inteligensi
Selain faktor-faktor yang dapat memengaruhi Inteligensi, terdapat pula beberapa jenis
Inteligensi seperti:
1. Kecerdasan Intelektual (IQ), kecerdasan intelektual adalah suatu konsep yang
sulit untuk di definisikan. Secara umum dirumuskan dalam tiga klasifikasi
seperti kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, kemampuan belajar
dan berpikir secara abstrak dan menggunakan simbol serta konsep.
2. Kecerdasan Emosi, kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan
seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri. Kemampuan mengelola emosi
didasarkan pada lima komponen seperti mengenali emosi, mengelola emosi,
motivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan dapat membina
hubungan.
3. Kecerdasan Bahasa, seiring bertambahnya usia seseorang, maka perkembangan
bahasa terus berlanjut, perbendaharaan kosa kata terus meningkat, dan
penggunaan kalimat semakin kompleks.
4. Kecerdasan Sosial, dalam perkembangannya sesorang akan memiliki relasi
dengan teman sebaya atau keluarga bahkan masyarakat umum yang semakin

banyak.

4. Tes Inteligensi
Tes inteligensi adalah tes psikologi yang mengukur inteligensi seseorang. Ada
bermacam macam tes inteligensi. Ada tes inteligensi untuk anak, ada tes inteligensi untuk
orang dewasa. Ada yang diberikan secara individual, ada yang diberikan secara klasikal
atau kelompok. Ada yang lisan ada yang tertulis. Apa yang diukur oleh tes inteligensi yang
satu belum tentu sama dengan apa yang diukur oleh tes inteligensi yang lain, meskipun
kedua duanya bertujuan untuk mengukur inteligensi. Hal ini disebabkan adanya
kemungkinan landasan teori tentang inteligensi pada tes inteligensi yang satu berbeda

8
dengan landasan teori tentang inteligensi pada tes inteligensi yang lain. Mungkin juga dasar
pengukuran yang digunakan berbeda-beda.

Sehubungan dengan apa yang diukur oleh tes inteligensi ada beberapa macam tes
inteligensi:
a. Tes inteligensi umum, yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang umum
mengenai taraf inteligensi umum dari seseorang.3
b. Test inteligensi khusus, yang hanya memberikan keterangan tentang satu segi atau faktor
yang spesifik dari inteligensi.
c. Test inteligensi diferensial, yang memberikan gambaran mengenai kemampuan
seseorang di dalam berbagai segi atau faktor inteligensi yang memungkinkan
didapatkannya profil atau gambaran segi-segi kekuatan dan kelemahan dari
berfungsinya inteligensi seseorang.

5. Klasifikasi Tingkatan Inteligensi


Woodworth dan Marquis (1995) telah menemukan klarifikasi tingkatan kapasitas
intelektual manusia menurut strata IQ-nya seperti tertera dalam table dibawah ini:4
Tabel 2,1 Klasifikasi Skor Kecerdasan Inteligensi (IQ).

No Kelas Interval Skor IQ Klarifikasi

1. 140 –ke atas Genius, luar biasa


2. 120 – 139 Very Superior, Cerdas sekali
3. 110 – 119 Superior, Cerdas
4, 90 – 109 Averaga, Sedang
5. 80 – 89 Dull Average, Bodoh
6. 70 -79 Border Line, Anak pada batas
7. 50 – 69 Debil, Moron
8. 30 – 49 Imbicile, embisil
9. Dibawah 30 Idiot

Bertolak pada tabel tersebut, maka tiap-tiap inteligensi mempunyai ciri-ciri tersendiri
antara lain:

3
Abu Ahmad, Psikologi Umum,(Jakarta: PT RINEKA CIPTA,2003), Hal. 187
4
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Inteligensi Bakat...,Hal.84-85

9
a. Genius (IQ: 140 ke atas). Kemampuan kelompok ini sangat luar biasa, pada umumnya
mereka memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan mampu menemukan
sesuatu yang baru walaupun mereka tidak memperoleh kesempatan belajar secara
formal. Secara tidak langsung, kelompok ini dimiliki oleh semua manusia tanpa melihat
ras, bangsa, kedudukan, jenis kelamin, golongan dan sebagainya.
b. Sangat cerdas (IQ: 130 – 139). Kemampuan mereka yang terkelompok ini lebih cakap
dalam membaca, kemampuan dalam bilangan sangat baik, perbendaharaan kata sangat
kuat dan cepat memahami sesuatu yang bersifat abstrak, juga faktor kesehatan, kekuatan
dan ketangkasan lebih menonjol dibandingkan dengan mereka yang tergolong normal.
c. Cerdas (IQ: 120 – 129). Mereka yang berada dikelompok ini sangat berhasil dalam
pendidikannya, pedidikan sampai jenjang perguruan tinggi dan berada pada kelas-kelas
biasa sehingga menonjol dalam memimpin kelas.
d. Di atas normal (IQ: 110 – 119). Mereka yang bergabung dalam kelompok ini termasuk
kelompok yang normal, tetapi keberadaan kemampuan mereka pada tingkatan yang
tinggi.
e. Normal (IQ: 90 – 109). Kelompok ini kapasitas kemampuan normal atau rata-rata,
dengan menempati posisi dalam presentase yang terbesar.
f. Di bawah normal (IQ: 80 – 89). Kemampuan mereka yang tergabung dalam kelompok
ini adalah normal atau rata-rata atau dalam tingkatan yang terbawah, sehingga mereka
lambat dalam belajar. Sebagai dampaknya mereka hanya bisa menyelesaikan pendidikan
formalnya hingga jenjang SLTP. Dan apabila mereka sampai jenjang yang lebih tinggi
SLTA, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan guru secara individu ataupun kelompok.
g. Bodoh (IQ: 70 79). Posisi mereka dalam kelompok ini adalah antara di atas kelompok
terbelakang dan di bawah kelompok normal. Karena itu kemampuan mereka mengalami
beberapa hambatan dalam berpikir dan bersekolah. Sebagai dampaknya, mereka hanya
mampu menyelesaikan pendidikan formalnya sampai jenjang Sekolah Dasar, dan kalau
ada pihak yang memaksakan mereka sekolah ke jenjang lebih tinggi (SLTP), maka akan
mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas tugasnya, terlebih pada tugas ll
maupun 111.
h. Terbelakang (maron or debil, IQ: 50 69). Kelompok ini sampai pada tingkat tertentu
dapat belajar membaca. menulis, membuat hitungan yang sangat sederhana, dapat
diberikan pekerjaan rutin atau pekerjaan rumah tangga yang rutin untuk dikerjakan

10
tanpa memerlukan perencanaan dan pemecahan. Untuk itu, mereka hanya mampu
menyelesaikan pendidikan formal pada jenjang Sekolah Luar Biasa (SLB).
i. Terbelakang, pada tingkatan kemampuan kelompok ini, dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu:
j. Imbecile (IQ: 30 40). Kelompok ini setingkat lebih tinggi dengan kelompok idiot,
mereka dapat belajar berbahasa, mengurus dirinya sendiri dengan tetap mendapatkan
pengawasan yang agak cermat, dapat diberikan latihan latihan ringan, tetapi dalam
aktifitas kesehari hariannya sangat tergantung pada orang lain. Begitu juga dengan
kecerdasannya, hanya menyamai anak normal yang berumur kurang lebih 3 sampai 7
tahun dan bila dipaksakan memperoleh pendidikan formal, maka dapat dimasukkan
pada sekolah luar biasa (SLB).
k. Idiot (IQ: 0 29). Merupakan kelompok individu terbelakang yang paling
rendah, dengan ciri ciri sebagai berikut: a) Tidak dapat belajar brbahasa dan kalau
dipaksakan bicara, hanya beberapa kata saja, b) Tidak dapat mengurus dirinya sendiri,
seperti: mandi, berpakaian, makan dan lain sebagainya harus diurus orang lain, c)
Tinggal di tempat tidur seumur hidupnya, d) Rata rata perkembangan inteligensinya
sama dengan anak normal yang berusia 2 tahun, e) Sering kali umurnya tidak panjang
sebab IQ nya rendah dan badannya kurang tahan terhadap penyakit, f) Mereka tidak
akan melakukan pendidikan formal, walaupun hanya di SLB

Jadi dapat disimpulkan Inteligensi hanya meruakan nilai atau skor yang diperoleh
dengan tes inteligensi atau pengukuran kecerdasan inteligensi, yang mana dipengaruhi oleh
factor internal siswa dan saat pembelajaran berlangsung

B. Pengaruh Intelegensi Dalam Belajar


Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah inteligensi merupakan salah satu
masalah pokok. Oleh karena itu, peranan inteligensi dalam proses pendidikan ada yang
menganggap demikian pentingnya sehingga dipandang menentukan dalam hal berhasil atau
tidaknya seseorang dalam hal belajar, sedangkan pada sisi lain ada juga yang menganggap
bahwa inteligensi tidak terlalu mempengaruhi dalam hal belajar.Namun, pada umumnya
orang berpendapat bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor penting yang ikut
menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang.

11
Menurut teori Binet dalam Sumadi Suryabrata (2004:133), sifat hakikat inteligensi ada tiga
macam, yaitu:
1. Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan (memperjuangkan) tujuan
tertentu. Makin cerdas seseorang, akan makin cakaplah dia membuat tujuan sendiri,
tidak menunggu perintah saja. Semakin cerdas seseorang, maka dia akan makin
tetap pada tujuan itu, tidak mudah dibelokkan oleh orang lain dan suasana lain.
2. Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud mencapai tujuan. Jadi
makin cerdas seseorang dia akan makin dapat menyesuaikan caracara menghadapi
sesuatu dengan semestinya dan makin dapat bersikap kritis.
3. Kemampuan untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri sendiri,
kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya. Makin cerdas
seseorang makin dapat dia belajar dari kesalahannya, kesalahan yang telah
dibuatnya tidak mudah di ulang lagi.

Seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi cenderung memiliki perbedaan dan
kelebihan dalam menanggapi sesuatu permasalahan demi mencapai tujuannya. Pelajar yang
memiliki inteligensi tinggi dalam proses belajar, dia akan lebih mudah mengatasi
masalahnya dan cenderung bisa mencapai tujuan pembelajaran. Ini dikarenakan seorang
pelajar yang memiliki inteligensi tinggi cenderung bisa menentukan tujuannya tanpa harus
mendapatkan bimbingan lebih dari gurunya, dan dapat menyesuaikan dirinya untuk
mencapai tujuan.
Selain itu, seorang pelajar yang memiliki inteligensi yang tinggi memiliki kemampuan
oto-kritik yang tinggi, sehingga dia bisa memperbaiki diri dari kesalahan yang ada.
Sebaliknya, seorang pelajar dengan inteligensi yang rendah (pada tingkatan di bawah
normal) tidak akan sama kemampuannya dalam kegiatan belajar. Bagi seorang guru dengan
diketahuinya inteligensi akan mempengaruhi dalam perlakuan kepada subjek didik yang
berbeda-beda tersebut.
Seiring dengan pendapat di atas, khadijah (2009:101) mengemukakan, inteligensi
seseorang diyakini sangat berpengaruh pada keberhasilan belajar yang dicapainya.
Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar biasanya berkorelasi searah dengan tingkat
inteligensi. Artinya, semakin tinggi tingkat inteligensi seseorang, maka semakin tinggi
prestasi belajar yang dicapainya. Bahkan menurut sebagian besar ahli, inteligensi
merupakan modal utama dalam belajar dan mencapai hasil yang optimal. Anak yang

12
memiliki skor IQ di bawah 70 tidak mungkin dapat belajar dan mencapai hasil belajar
seperti anak-anak dengan skor IQ normal, apalagi dengan anak-anak jenius.
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak memiliki tingkat inteligensi yang berbeda-
beda. Perbedaan tersebut tampak memberikan warna di dalam kelas. Selama menerima
pelajaran yang diberikan oleh guru, ada anak yang dapat mengerti dengan cepat apa yang
disampaikan oleh guru, dan ada pula anak yang lamban dalam menerima pelajaran, ada
anak yang cepat dan ada yang lamban dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
Perbedaan individu dalam inteligensi ini perlu diketahui dan dipahami oleh guru, terutama
dalam hubungannya dengan pengelompokan siswa. Selain itu, guru harus menyesuaikan
tujuan pembelajarannya dengan kapasitas inteligensi siswa. Perbedaan inteligensi yang
dimiliki oleh siswa membuat guru harus mengupayakan agar pembelajaran yang ia berikan
dapat membantu semua siswa dengan perlakuan metode yang beragam (Khadijah,
2009:102).
Lebih lanjut Khadijah mengatakan (2009:103), perbedaan tersebut juga tampak dari
hasil belajar yang dicapai. Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa
bergantung pada tinggi rendahnya inteligensi yang dimiliki. Meski demikian, inteligensi
bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang.
Seperti telah dikemukakan bahwa banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhinya.
Yang terpenting dalam hal ini adalah guru harus bijaksana dalam menyikapi perbedaan
tersebut.5

5
Khadijah, Nyanyu. 2009. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.

13
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dipahami bahwa intelegensi, yang seringkali
diartikan dengan kecerdasan, adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu
dalam merespon dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kecakapan tersebut meliputi
aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Inteligensi hanya meruakan nilai atau skor yang diperoleh dengan tes inteligensi atau
pengukuran kecerdasan inteligensi, yang mana dipengaruhi oleh factor internal siswa dan saat
pembelajaran berlangsung.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah inteligensi merupakan salah satu masalah
pokok. Oleh karena itu, peranan inteligensi dalam proses pendidikan ada yang menganggap
demikian pentingnya sehingga dipandang menentukan dalam hal berhasil atau tidaknya
seseorang dalam hal belajar, sedangkan pada sisi lain ada juga yang menganggap bahwa
inteligensi tidak terlalu mempengaruhi dalam hal belajar.Namun, pada umumnya orang
berpendapat bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan
berhasil atau gagalnya belajar seseorang.

B.Saran
Dalam makalah ini tentu masih banyak kekurangan, pembaca diharapkan lebih banyak
membaca buku-buku tentang Psikologi Pendidikan, agar lebih banyak menambah ilmu dan
wawasan tentang materi tersebut.
Kritik dan saran juga kami harapkan dari pembaca, untuk membuat makalah-makalah
selanjutnya agar lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Retno Indayati, Psikologi Pendidikan, (Tulungagung: Centre For Studying and Milieu
Developmen, 2008), Hal. 70
Retno Indayati, Psikologi Pendidikan…,Hal. 71
Abu Ahmad, Psikologi Umum,(Jakarta: PT RINEKA CIPTA,2003), Hal. 187
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Inteligensi Bakat...,Hal.84-85
Khadijah, Nyanyu. 2009. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press
http://safrijal1991.blogspot.com/2013/11/nyoe-phon_20.html
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/12192/5/BAB%20II.pdf
https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/xoeb1336983752.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai