Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

PERKEMBANGAN DAN KECERDASAN KREATIVITAS SERTA IMPLIKASINYA


DALAM PENDIDIKAN
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pembimbing : Setya Wahyuningsih.,S.Pd., M.Pd,.

Disusun Oleh :

Aceng Irham A 182151138

Fitriani Muldiana 182151021

Dina Alfiana 182151083

Doni 182151028

Siti Fatimah 182151082

Kelas : C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Mahakuasa atas rahmat dan anugerah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“PERKEMBANGAN DAN KECERDASAN KREATIVITAS SERTA IMPLIKASINYA
DALAM PENDIDIKAN” ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu, juga untuk lebih memperluas pengetahuan kami
sebagai penyusun dan untuk seluruh pembaca. Kami telah berusaha untuk dapat menyusun
makalah ini dengan maksimal. Namun, kami pun menyadari bahwa kami memiliki
keterbatasan sebagaimana layaknya manusia biasa. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika
ada kesalahan dan kekurangan, baik dari segi teknik penulisan maupun dari isi makalah ini.
Kami sangat berharap kritik dan saran dari dosen pengampu dan juga semua pembaca untuk
dapat menyempurnakan makalah ini.

Tasikmalaya, April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 1
1.4. Manfaat Penulisan..................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Kecerdasan (Intelegensi) ....................................................................... 3
2.2. 3 Bentuk Utama Intelegensi ..................................................................................... 5
2.3. Macam-Macam Intelegensi ...................................................................................... 5
2.4. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi .................................................... 8
2.5. Intelegensi dan IQ ................................................................................................... 11
2.6. Pengertian Kreativitas ............................................................................................ 14
2.7. Periode Perkembangan Kreativitas ....................................................................... 17
2.8. Factor Variasi Kreativitas ...................................................................................... 18
2.9. Hubungan Kecerdasan dengan kreativitas ........................................................... 20
2.10. Bahaya yang Mengancam Pertumbuhan Kreativitas ...................................... 21
2.11. Dominasi Kinerja Otak ....................................................................................... 24
2.12. Hambatan Perkembangan Kecerdasan dan Kreativitas ................................. 28
BAB III.................................................................................................................................... 36
3.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 36
3.2. Saran......................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 38

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kecerdasan dan kreativitas merupakan karunia yang diberikan oleh

Allah SWT kepada setiap hambaNya sebagai modal dalam proses

pengembangan dan usaha mempertahankan hidup seorang manusia.

Kecerdasan (intelegensi) dan kreativitas seorang individu berkembang

sejalan dengan proses interaksi dia dengan lingkungan sekitarnya.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, rumusan masalahnya ialah:

a. Apa saja cakupan intelegensi?

b. Bagaimana dominasi kinerja otak?

c. Apa saja hambatan dalam perkembangan kecerdasan dan kreativitas

pada manusia?

1.3. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, tujuan penyeusun menulis makalah ini

ialah:

a. Mengetahui isi saja cakupan intelegensi.

b. Mengetahui dominasi kinerja otak.

c. Mengetahui hambatan dalam perkembangan kecerdasan dan

kreativitas pada manusia.

1.4. Manfaat Penulisan

Dari makalah ini, diharapkan bisa mengandung manfaat:

1
a. Sebagai pengetahuan bagi penyusun mengenai perkembangan dan

kecerdasan kretivitas serta implikasinya dalam pendidikan.

b. Sebagai sumber bacaan / referensi bagi pembaca terkait materi tentang

perkembangan dan kecerdasan kretivitas serta implikasinya dalam

pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kecerdasan (Intelegensi)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, kecerdasan

(Intelegensi) adalah daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat,

baik secara fisik maupun mental, terhadap pengalaman baru, membuat

pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai

apabila di hadapkan pada fakta atau kondisi baru. Istilah kecerdasan itu di

turunkan dari kata inteligensi. Intelegensi merupakan suatu kata yang

memiliki makna sangat abstrak. Walaupun nampak abstrak, telah banyak

para ahli psikologi yang telah mencoba mengembangkan teorinya dalam

memahami inteligensi. Diantaranya:

a. Menurut William Stern


Intelegensi adalah merupakan suatu kemampuan untuk menyesuaikan

diri pada tuntutan baru dibantu dengan penggunaan afungsi berpikir.

b. Menurut Binet

Intelegensi adalah merupakan kemampuan yang diperoleh melalui

keturunan, kemampuan yang diwarisi dan dimiliki sejak lahir dan

tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh lingkungan.

c. Menurut Wechler (1958)

Intelegensi sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir

dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan

menguasai lingkungan secara efektif.

d. Ahli-ahli lain

3
1) Kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah

2) Kecerdasan adalah sebagai kapasitas beradaptasi dan belajar dari

pengalaman.

3) Kecerdasan meliputi karakteristik seperti kreativitas, dan keahlian

interpersonal.

4) Kecerdasan adalah istilah umum yang digunakan untuk

menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan.

Pada hakekatnya ada dua pandangan yang berkembang dalam

memahami intelegensi,yaitu intelegensi sebagai faktor tunggal dan faktor

multipel. Adapun tokoh yang mengembangkan pandangannya terhadap

inteligensi sebagai faktor tunggal adalah jensen ,Ebbinghaus,dan Terman

Jensen (1979) mengartikan inteligensi sebagai mental umum(general

mental ability). Ebbinghaus (Rochmat Wahab,1987) menyatakan bahwa

inteligensi sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi, sedangkan

terman mengemukakan bahawa inteligensi adalah kemampuan untuk

berfikir abstrak.

Selanjutnya di jelaskan bahwa inteligensi merupakan suatu

kemampuan multipeldi perkuat oleh pendapat Kail & Pallegreno

(stantrock and yussen,1992) yang menegaskan bahwa inteligensi itu dapat

di jelaskan dengan terminologi pengetahuan dan penalaran. Sementara itu

Robbert Sternberg(1982) yang mengemukakan bahwa pada prinsipnya

ada tiga karakteristik utama, yaitu kemampuan herbal, pemecahan

masalah praktis ,dan kemampuan sosial. Adapn ahli lainnya yang tidak

kalah populernya yaitu Howard Gardner yang menegaskan bahwa

4
inteligasi seharusnya di definisikan sebagai seperangkat kemampuan

untuk memproses operasi yang memungkinkan individu mampu

memecahkan masalah, menciptakan produk, menemukan pengetahuan

yang baru selama dalam kegiatan yang bermuatan nilai secara kultural.

Berdasarkan rumusan rumusan tersebut di atas, maka dapatlah di

kemukakan bahwa secara umum kecerdasan(intelegensi) dapat di

definisikan sebagai suatu konsep abstrak yang di ukur secara tidak

langsung oleh para psikolog melalui tes intelegensi untuk mengestimasi

proses intelektual. Adapun komponen utama inteligensi, yaitu

kemampuan verbal, keterampilan pemecahan masalah, kemampuan

belajar dan kemampuan baradabtasi dengan pengalaman dalam kehidupan

sehari-hari. Intelegensi adalah kemampuan mental untuk

memahami,menganalisis secara kritis cermat dan teliti, serta

menghasilkan ide-ide baru secara efektif dan efisien.

2.2. 3 Bentuk Utama Intelegensi


a. Intelegensi analitis adalah kemampuan untuk menilai, mengevaluasi,

membandingkan, dan mempertentangkan.

b. Intelegensi kreatif adalah kemampuan untuk mencipta, mendesain,

menemukan, dan mengimajinasikan.

c. Intelegensi praktis adalah kemampuan untuk menggunakan,

megaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktikan.

2.3. Macam-Macam Intelegensi


Menurut Gradner, macam-macam intelegensi yaitu:

a. Keahlian Verbal

5
Keahlian verbal merupakan kemampuan untuk berpikir dengan kata

dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna. Misal:

penulis, wartawan, pembicara, dsb. Ciri-cirinya, ialah:

1) Dapat berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau

mengajar dengan efektif lewat kata-kata

2) Gemar membaca dan dapat mengartikan bahasa tulisan dengan

jelas

b. Keahlian Matematika

Keahlian matematikan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan

operasi matematika, seperti insinyur, ilmuwan, akuntan, dsb. Ciri-

cirinya, ialah:

1) Mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi

2) Berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis

3) Pandangan hidupnya bersifat rasional

c. Keahlian Spasial

Keahlian spasial merupakan kemampuan yang dimiliki oleh arsitek,

perupa, pelaut,dsb. Yang merupakan keahlian berpikir tiga dimensi.

Ciri-cirinya, ialah:

1) Kepekaan tajam untuk detail visual, keseimbangan, warna, garis,

bentuk dan ruang

2) Mudah memperkirakan jarak dan ruang

3) Membuat sketsa ide dengan jelas

d. Keahlian Kinestetik

6
Kemampuan untuk memanipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal

fisik merupakan pegertiann dari keahlian kinestetik. Ciri-cirinya,

ialah:

1) Menikmati kegiatan fisik (olahraga)

2) Cekatan dan tidak bias tinggal diam

3) Berminat dengan segala sesuatu

e. Keahlian Musik

Ciri orang yang memiliki keahlian ini adalah sensitive terhadap nada,

melodi, irama, dan suara. Ciri-cirinya, ialah:

1) Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat

2) Dapat mengikuti irama

3) Mendengar music dengan tingkat ketajaman lebih

f. Keahlian Interpersonal

Kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan

orang lain. Keahlian ini biasa dimiliki oleh orang-orang yang berani

tampil di khalayak ramai, seperti guru, dan professional kesehatan.

Ciri-cirinya, ialah:

1) Membedakan berbagai macam emosi

2) Mudah mengakses perasaan sendiri

3) Menggunakan pemahamannya untuk memperkaya dan

membimbing hidupnya

4) Mawas diri dan suka meditasi

5) Lebih suka kerja sendiri

g. Keahlian Intrapersonal

7
Keahlian ini menjadikan orang yang memilikinya mampu memahami

diri sendiri dan menata kehidupannya dengan efektif, misal teolog,

psikologi, dsb. Ciri-cirinya, ialah:

1) Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka

2) Menjalin kontak mata dengan baik

3) Menunjukan empati pada orang lain

4) Mendorong orang lain menyampaikan kisahnya

h. Keahlian Naturalis

Keahlian naturalis merupakan keahlian yang dimiliki dalam megamati

pola-pola di alam dan memahami sistema alam maupun buatan

manusia. Ciri-cirinya, ialah:

1) Mencintai lingkungan

2) Mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang

3) Senang kegiatan di luar (alam)

2.4. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi


Menurut Piaget, factor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan,

diantaranya : pembawaan, kematangan, pembentukan pribadi, minat dan

pembawaan yang khas, serta kebebasan. Beberapa tokoh memberikan

tambahan mengenai factor kecerdasan emosional, diantaranya:

Goleman (1997) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kecerdasan emosi individu yaitu: (a) Lingkungan

keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam

mempelajari emosi. Kecerdasan emosi dapat diajarkan pada saat masih

bayi melalui ekspresi. Peristiwa emosional yang terjadi pada masa anak-

8
anak akan melekat dan menetap secara permanen hingga dewasa.

Kehidupan emosional yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi

anak kelak dikemudian hari. (b) Lingkungan non keluarga. Hal ini yang

terkait adalah lingkungan masyarakat dan pendidikan. Kecerdasan emosi

ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental anak.

Pembelajaran ini biasanya ditujukan dalam suatu aktivitas bermain peran

sebagai seseorang diluar dirinya dengan emosi yang menyertai keadaan

orang lain (Goleman, 1997).

Menurut Le Dove (Goleman, 1997) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain: (a) Fisik. Secara fisik

bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh terhadap

kecerdasan emosi seseorang adalah anatomi saraf emosinya. Bagian otak

yang digunakan untuk berfikir yaitu konteks (kadang kadang disebut juga

neo konteks). Sebagai bagian yang berada dibagian otak yang mengurusi

emosi yaitu system limbic, tetapi sesungguhnya antara kedua bagian

inilah yang menentukan kecerdasan emosi seseorang. (1) Konteks.

Bagian ini berupa bagian berlipat-lipat kira-kira 3 milimeter yang

membungkus hemisfer serebral dalam otak. Konteks berperan penting

dalam memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa

mengalami perasaan tertentu dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk

mengatasinya. Konteks khusus lobus prefrontal, dapat bertindak sebagai

saklar peredam yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum berbuat

sesuatu. (2) System limbic. Bagian ini sering disebut sebagai emosi otak

yang letaknya jauh didalam hemisfer otak besar dan terutama

9
bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan implus. Sistem limbic

meliputi hippocampus, tempat berlangsungnya proses pembelajaran

emosi dan tempat disimpannya emosi. Selain itu ada amygdala yang

dipandang sebagai pusat pengendalian emosi pada otak. (b) Psikis.

Kecerdasan emosi selain dipengaruhi oleh kepribadian individu, juga

dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu. Berdasarkan uraian

tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat

mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan psikis.

Secara fisik terletak di bagian otak yaitu konteks dan sistem limbic,

secara psikis meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga.

Menurut Dinkmeyer (1965) faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan

emosi anak adalah faktor kondisi fisik dan kesehatan, tingkat intelegensi,

lingkungan sosial, dan keluarga. Anak yang memiliki kesehatan yang

kurang baik dan sering lelah cenderung menunjukkan reaksi emosional

yang berlebihan. Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menerapkan

disiplin yang berlebihan cenderung lebih emosional. Pola asuh orang tua

berpengaruh terhadap kecerdasan emosi anak dimana anak yang dimanja,

diabaikan atau dikontrol dengan ketat (overprotective) dalam keluarga

cenderung menunjukkan reaksi emosional yang negatif (Dinkmeyer,

1965).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai

faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi. Dalam penelitian ini faktor

yang akan diteliti adalah pola asuh orang tua yang berkaitan dengan

10
emotion coaching yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya sebab

emotion coaching yang diberikan oleh orang tua sejak dini berpengaruh

terhadap perkembangan emosi anak pada tahapan selanjutnya. Pendapat

ini didukung oleh hasil penelitian yang dikemukakan oleh Collins &

Kuczaj (1991) bahwa parenting style (pola asuh orang tua) memiliki

pengaruh yang kuat terhadap perkembangan anak.

2.5. Intelegensi dan IQ


IQ merupakan salah satu cara dalam mengklasifikasikan tingkat

kecerdasan, secara konvensional klasifikasi kecerdasan dewasa ini masih

mengikuti klasifikasi yang di kembangkan oleh Binet dan Simon,dan

diantaranya: pertama, retardasi mental yang meliputi idiot dengan IQ 30

ke bawah,embisil dengan IQ 31-50,debil dengan IQ 51-70; kedua,slow-

learner dengan IQ 71-90; ketiga, normal (rata-rata) dengan IQ 91-110;

keempat, rapid-learner dengan IQ 111-130; dan kelima gifted dengan IQ

131 ke atas.

Pertama, bahwa skor IQ tradisional-sebagaimana yang di kembangkan

oleh Stanford-binet-menjelaskan bahwa skor IQ itu di peroleh dengan

mengkonversikan skor mentah dengan usia mental atau mental age (MA)

yang menunjukkan usia anak berdasarkan skor yang diperoleh. Misalnya,

jika skor mentah rata rata anak usia 8 tahun itu 40, maka skor mentah 40

itu sama dengan usia mental 8 tahun. Skor IQ dapat di hitung melalui

membagi usia mental anak dengan usia kronologis atau chronological age

(CA) dengan mengalikan dengan 100. Anak yang mendapat di atas IQ

100 menunjukkan pada kelompok anak yang berkecerdasan di atas rata-

11
rata,sedangkan anak yang mendapat skor di bawah IQ 100 menunjukkan

pada kelompok yang berkecerdasan rendah.

Kedua, metode modern membedakan IQ secara langsung antara skor

mentah seorang anak dengan skor anak-anak lainnya yang berusia

kronologis sama. Ini dapat disebut juga Deviation IQ, karena IQ-nya di

dasarkan pada penyimpanan ringkat kinerja anak dari rata-rata anak yang

seusia. Ketika tes di susun berdasarkan sampel individu yang

representatif. Kinerja setiap tingkat usia untuk sebagian besar skornya

jatuh mendekati pusat ( rata-rata) dan semakin sedikit menuju ke ekstrim

kanan dan kiri, sehingga wujudnya seperti kurva normal. Dua hal yang

penting di kurva ini, yaitu rata-rata (mean) dan sampingan (deviation)

yang memberikan ukuran variabilitas skor dari rata-rata.

IQ adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan IQ

(Intelligence Quotient) yang hanya memberikan sedikit indikasi mengenai

taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan

seseorang secara keseluruhan.

MA = Adalah kemampuan lebih yang dimliki individu pada saat itu

CA = Adalah yang seharusnya dimiliki oleh individu pada saat itu

𝑀𝐴
𝐼𝑄 = × 100
𝐶𝐴

Intelegensi juga dapat diukur. Pengukuran ini harus didapatkan dari

data kelompok seperti pada contoh berikut:

Seorang anak bernama A berumur 5 tahun mengikuti tes inteligensi yang

terdiri dari enam butir soal tes inteligensi

12
Dari data tersebut inteligensi A dapat dihitung sebagai berikut:

(1) CA = 5 tahun,

(2) MA = 6 tahun + 3/6 tahun = 6,5 tahun,

(3) IQ = (MA/CA) x 100 = (6,5/5) x 100 = 130.

Penggolongan daerah-daerah dapat mengikuti klasifikasi IQ yang dibuat

oleh Woodworth dan Marquis (Suryabrata, 2002 : 157) sebagai berikut:

Pada dasarnya kemampuan manusia dapat di bedakan atas kemampuan

intelektual dan non-intelektual. Demikian jga kemampuan intelektual ada

yang bersifat potensial dan aktual. Kemampuan intelektual potensial

dapat dipresentasikan dengan kecerdasan atau inteligensi,sedangkan

kemampuan intelektual aktual sering di gambarkan dengan prestasi

belajar. Bila di telaah lebih jauh, prestasi belajar berkaitan erat dengan

13
kecerdasan (inteligensi) bahkan prestasi belajar sangat ditentukan oleh

faktor kecerdasan.

Walaupun IQ berkontribusi terhadap prestasi belajar,faktor belajar

bukanlah satu satunya faktor yang sangat menentukan keberhasilan

belajar anak, karena hubungan keduanya sangatlah komplek, bahkan

sangat ditentukan oleh berbagai faktor lainnya, misalnya motivasi dan

karakteristik kepribadiannya. Selanjutnya sebagaimana dengan

perkembangan kecerdasan anak? Kiranya tidaklah dapat di ragukan

bahwa intervensi sejak dini (baik di lingkungan keluarga maupun di

sekolah) memiliki sumbangan yang berarti bagi perkembangan

kecerdasan anak. Bertitik tolak dari kondisi tersebut, Cecci (1991)

menegaskan bahwa sekolah dapat berpengaruh positif terhadap tingkat

keceradasan, paling tidak melalui tiga cara, yaitu mengajar anak tantang

pengetahuan faktual sesuai dengan pertanyaan yang diujikan;

mempromosikan keterampilan memproses informasi, seperti strategi

mengingat dan katagorisasi melaui item-item tes; mendorong sikap dan

nilai yang mampu memelihara kinerja dalam menyelesaikan ujian sukses,

seperti mendengarkan dengan sungguh-sungguh pertanyaan orang dewasa

(guru), menjawab dengan ketentuan waktu, dan mencoba bekerja keras.

2.6. Pengertian Kreativitas


Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan

komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan

sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Kreativitas pada dasarnya

merupakan suatu istilah yang mudah diucapkan dan sulit di definisikan

secara pasti, sehingga merupakan istilah yang ambigius. Ada beberapa

14
makna populer kreativitas, di antaranya: pertama, kreativitas menekankan

pada upaya membuat sesuatu yang baru dan berbeda. Kedua, kreativitas

menganggap bahwa sesuatu yang baru dan asli itu terjadi karena

kebetulan, misalnya ketika anak kecil menumpuk batu dan berbentuk

rumah akhirnya bangunan itu disebut rumah. Ketiga, kreativitas dapat di

pahami sebagai apa saja yang telah tercipta sebagai sesuatu yang baru dan

berbeda dari apa yang telah ada sebelumnya. Keempat, kreativitas itu

merupakan suatu proses yang unik-suatu proses yang diperlukan tidak

untuk tujuan yang lain, kecuali untuk menghasilkan sesuatu yang baru,

berbeda dan asli. Kelima,kreativitas sering di anggap sama dengan

intelegensi atau kecerdasan yang tinggi. Orang yang ber-IQ yang sangat

tinggi itu disebut genius dan orang awam sering mengatakan bahwa orang

jenius disebut sebagai orang kreatif, walaupun sedikit bukti bahwa orang

orang yang ber-IQ tinggi itu juga memiliki kreativitas yang tinggi.

Keenam, kreativitas itu merupakan kemampuan bawaan yang tidak ada

hubungannya dengan belajar atau pengaruh lingkungan. Ketujuh,

kreativitas dianggap sebagai sinonim dengan imaginasi dan fantasi seperti

suatu bentuk permainan mental. Kedelapan, konsep kreativitas yang

populer lainnya menunjukkan bahwa semua orang dapat di kelompokkan

secara garis besar menjadi dua kelompok, yaitu “conformer” dan

“creator”. Conformer diharapkan kedatangannya di tengah tengah orang

lain tidak akan mengganggunya atau menyebabkan masalah, namun

creator diharapkan dapat dapat memberikan kontribusi berupa ide-ide

15
yang orisinil,pendapat yang berbeda, atau cara-cara baru dalam

menghadapi dan memecahkan masalah.

Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak-biasa

(unnusual) dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai

persoalan. Secara komprehensif kreativitas dapat diartikan sebagai

kemampuan berfikir, bersikap, dan bertindak tentang sesuatu cara yang

baru dan tidak biasa (unnusual) guna memecahkan berbagai persolan,

sehingga dapat menghasilkan penyelesaian yang orisinil dan bermanfaat.

Berikut beberapa pengertian kreativitas menurut beberapa ilmuwan:

a. Santrock (2008:366) kreativitas ialah kemampuan berpikir tentang

sesuatu dengan cara baru dan tak biasa dan menghasilkan solusi

yang unik atas suatu problem. Selain itu Samsunuwiyati

(2010:175) berpendapat bahwa kreativitas merupakan konsep

yang majemuk dan multi-dimensional, sehingga sulit didefinisikan

secara operasional.

b. Rogers (dalam Utami Munandar, 2009:18)

mengemukakan kreativitasadalah kecenderungan untuk

mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk

berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk

mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan

organisme.

c. Yatim Riyanto (2012:232) kreativitas merupakan istilah yang

banyak digunakan baik dilingkungan sekolah maupun diluar

16
sekolah. Definisi lain menurut Moreno (dalam Yatim Riyanto,

2012:233) kreativitas merupakan sesuatu yang baru bagi diri

sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi

oranglain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang siswa

menciptakan untuk dirinya sendiri suatu hubungan baru dengan

siswa/orang lain.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka kreativitas dapat

dirumuskan sebagai suatu proses aktivitas kognitif seseorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa karya baru maupun karya

kombinasi yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang ada

sebelumnya.

2.7. Periode Perkembangan Kreativitas


a. 5 SAMPAI 6 TAHUN

Sebelum anak siap memasuki sekolah, mereka belajar bahwa

mereka harus menerima perintah dan menyesuaikan diri dengan

peraturan dan perintah orang dewasa di rumah dan kelak di sekolah.

Semakin keras kekuasaan orang dewasa, semakin beku kreativitas

anak tersebut.

b. 8 SAMPAI 10 TAHUN

Keinginan untuk diterima sebagai anggota gang mencapai

puncaknya pada usia ini. kebanyakan anak merasa bahwa untuk dapat

diterima, mereka harus dapat menyesuaikan diri dengan pola gang

yang telah ditentukan dan setiap penyimpangan membahayakan

proses penerimaan.

c. 13 SAMPAI 15 TAHUN

17
Upaya untuk memperoleh persetujuan teman sebaya, terutama dari

anggota jenis kelamin yang berlawanan, mengandalikan pola perilaku

anak remaja. Seprti halnya anak yang berada pada usia gang, remaja

menyesuaikan dirinya dengan harapan untuk mendapatkan

persetujuan dan penerimaan.

d. 17 SAMPAI 19 TAHUN

Pada usia ini upaya untuk memperoleh persetujuan dan

penerimaan, dan juga latihan untuk pekerjaan yang dipilih, mungkin

akan mengekang kreativitas. Apabila pekerjaan menuntut konformitas

dengan pola standar serta keharusan mengikuti perintah dan peraturan

tertentu, sebagaimana halnya dengan kebanyakan pekerjaan rutin, hal

itu akan membekukan kreativitas.

2.8. Factor Variasi Kreativitas


a. Jenis Kelamin

Anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk mandiri, didesak

oleh teman sebayanya untuk lebih mengambil risiko, dan didorong

oleh para orang tua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan

orisinalitas. Torrance mengatakan, “tidak perlu diragukan bahwa

sikap dan perlakuan masyarakat terhadap anak perempuan dan wanita

mempengaruhi perkembangan kreativitas dan perilaku mereka.

b. Status Sosioekonomi

Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung

lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Yang pertama,

kebanyakan dibesarkan dengan cara mendidik anak secara demokratis,

sedangkan yang terakhir mungkin lebih mengalami pendidikan yang

18
otoriter. Lebih penting lagi, lingkungan untuk kelompok

sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan

untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan

bagi kreativitas. Misalnya, anak kecil dari lingkungan yang

kekurangan hanya mempunyai sedikit bahan kreatif untuk bermain

dan sedikit dorongan untuk bereksperimen dengan lilin, lukisan, dan

boneka dibandingkan dengan mereka yang mempunyai lingkungan

sosioekonomi yang lebih baik.

c. Urutan Kelahiran

Studi-studi mengenai urutan kelahiran dan pengaruhnya terhadap

perkembangan anak melaporkan bahwa anak dari berbagai urutan

kelahiran menunjukan tingkat kreativitas yang berbeda. Penjelasan

mengenai perbedaan ini lebih menekankan lingkungan daripada

bawaan. Anak yang lahir ditengah, lahir belakangan, dan anak tunggal

mungkin lebih kreatif dari yang lahir pertama. Umumnya, anak yang

lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan

orang tua dari mereka yang lahir kemudian tekanan ini lebih

mendorong anak untuk menjadi penurut daripada pencipta. Anak

tunggal agak bebas dari tekanan orang tua, yang umum terjadi

dirumah yang ada saudara kandung lainnya dan juga diberi

kesempatan untuk mengembangkan individualitasnya.

d. Ukuran Keluarga

Anak dari keluarga kecil, bilamana kondisi sama, cenderung lebih

kreatif dari anak keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara mendidik

19
anak ytang otoriter dan kondisi sosioekonomi yang kurang

menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi

perkembangan kreativitas.

e. Lingkungan Kota Versus Lingkungan Pedesaan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak

lingkungan pedesaan. Di pedesaan anak-anak lebih umum dididik

secara otoriter dan lingkungan pedesaan kurang merangsang

kreativitas dibandingkan lingkungan kota dan sekitarnya.

f. Inteligensi

Pada setiap umur, anak yang pandai menunjukkan kreativitas yang

lebih besar dari anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih

banyak gagasan baru untuk menangani suasana konflik sosial dan

mampu merumuskan lebih banyak penyesalan bagi konflik tersebut.

Ini merupakan salah satu alasan mengapa mereka lebih sering terpilih

sebagai pemimpin dibandingkan teman seusia mereka yang kurang

pandai.

2.9. Hubungan Kecerdasan dengan kreativitas


Apakah kecerdasan dan kreativitas tinggi akan berjalan seiring,

sebagian besar bergatung pada faktor di luar kreativitas dan kecerdasan.

Faktor dalam lingkungan atau dalam diri seseorang sering mengganggu

perkembangan kreativitas. Misalnya cara mendidik anak yang sangat

otoriter di rumah atau di sekolah selama bertahun-tahun pembentukan awal

akan membekukan kreativitas, tetapi tidak mempengaruhi kecerdasan

tinggi. Dalam kondisi demikian, hubungan antara intelegensi dan

kreativitas akan rendah.

20
Akan tetapi, terdapat hubungan positif antara kecerdasan dan

kreativitas. Kreativitas yang menjurus ke penciptaan sesuatu yang baru

bergantung pada kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan yang umum

diterima. Pengetahuan tersebut kemudian diatur dan diolah dalam bentuk

baru dan orisinil. Ia menggunakan pengetahuan yang diterima sebelumnya

dan ini bergantung pada kemampuan intelektual seseorang.

Bila tidak ada hambatan yang mengganggu perkembangan kreativitas,

cukup aman untuk mengatakan bahwa semakin cerdas anak semakin dapat

ia menjadi kreatif. Sebaliknya, dapat dipersoalkan apakah anak dengan

kecerdasan yang sangat rendah dapat menjadi lebih kreatif sekalipun dalam

lingkungan yang sangat menguntungkan.

2.10. Bahaya yang Mengancam Pertumbuhan Kreativitas

Kreativitas sangat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial

yang baik sehingga segala sesuatu yang menghalangi perkembangannya

merupakan bahaya. Apabila kondisi lingkungan mempercepat

perkembangan kekuatan mental atau cara berpikir yang konvergen ia

akan menghambat perkembangan keluwesan mental atau cara berpikir

yang divergen.

Yang sama bahayanya adalah segala sesuatu yang menyebabkan

terlalu banyak waktu tersita untuk bentuk kreativitas tertentu, yang jika

dilakukan kadang-kadang dapat membuahkan hasil yang menguntungkan,

tetapi merugikan jika dikerjakan berlebihan.

a. Kegagalan merangsang kreativitas

21
Walaupun dasar kreativitas diturunkan, seperti halnya semua

potensi bawaan, perkembangannya harus dirangsang. Setiap kondisi yang

menghambat rangsangan ini akan menghalangi perkembangannya.

Kreativitas tampak sejak awal dan pertama-tama terlihat dari cara

bayi bermain dengan mainannya. Pada waktu itu setiap hal yang

menghambat perkembangan kreativitas akan membekukan kreativitas itu.

Salah satu hambatan yang paling umum adalah kurangnya rangsangan.

b. Ketidakmampuan mendeteksi kreativitas pada waktu yang tepat

Sampai saat anak kecil mempunyai pengetahuan dan kecakapan

untuk berpikir dan melakukan kegiatan kreatif, tidak ada cara pasti bagi

orang dalam lingkungannya untuk mengetahui apa saja potensi

kreativitasnya. Dan sampai terdapat tes untuk mendeteksi potensi

kreativitas, mereka tidak akan dapat menemukan potensi tersebut.

Dalam kondisi demikian tidak mengherankan apabila rangsangan

terhadap perkembangan kreativitas diabaikan. Cara satu-satunya untuk

menanggulangi bahaya ini adalah dengan menggandaikan bahwa setiap

anak mempunyai potensi untuk kreatif, walaupun dengan tingkatan yang

berbeda-beda dan member mereka rangsangan yang diperlukan pada usia

dini.

c. Sikap sosial yang tidak menguntungkan bagi kreativitas

Faktor social sering menghalangi perkembangan kreativitas. Faktor

penghambat ini terwujud dalam dua bentuk umum :pertama, sikap yang

tidak positif terhadap anak yang kreatif, dan kedua, kurangnya

penghargaan social terhadap kreativitas.

22
Sikap sosial yang menghambat dan kurangnya penghargaan tidak

saja mengurangi kreativitas, tetapi bahkan lebih buruk lagi, sering kali

menunjang perilaku menyimpang dengan mengembangkan konsep diri

yang tidak positif pada anak.

d. Kondisi rumah yang tidak menguntungkan

Di rumah terdapat banyak kondisi yang mempengaruhi

perkembangan kreativitas. Karena rumah merupakan lingkungan pertama

anak, setiap kondisi yang mengganggu perkembangan kreativitas pada saat

siap berkembang sangat membahayakan. Beberapa kondisi rumah yang

tidak menguntungkan kreativitas, yaitu:

1. Membatasi eksplorasi

2. Keterpaduan waktu

3. Dorongan kebersamaan keluarga

4. Membatasi khayalan

5. Peralatan bermain yang sangat terstruktur

6. Orang tua yang konservatif

7. Orang tua yang terlalumelindungi

8. Disiplin yang otoriter

e. Kondisi Sekolah yang Tidak Menguntungkan

Apabila kondisi sekolah tidak menguntungkan maka dapat

menghambat rangsangan kreativitas yang disediakan dalam lingkungan

rumah yang baik. Diantara banyak kondisi sekolah yang mengganggu

perkembangan kreativitas ialah kelas dengan jumlah murid yang sangat

besar yang menuntut adanya disiplin kaku; tekanan kuat pada proses

23
menghafal; larangan terhadap apa saja yang tidak sesuai dengan yang

orisinal; acara kegiatan kelas yang terjadwal ketat; displin keras dan

otoriter; dan keyakinan pada guru bahwa anak yang kreatif lebih sulit

ditangani dan pekerjaan mereka sukar dinilai dibandingkan anak biasa.

f. Melamun berlebihan

Melamun merupakan salah satu bentuk kreativitas yang potensial

paling berbahaya karena melamun mudah sekali menjadi cara untuk

menghindar dari kenyataan . melamun yang berlebihan sangat berbahaya

untuk penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, dua kriteria dapat

digunakan untuk menentukan apakah hal itu berlebihan atau tidak.

Pertama, kesukaan anak pada jenis kegiatan bermain ini dan kedua jenis

lamunan yang mendominasi.

2.11. Dominasi Kinerja Otak

Perbedaan fungsi otak kanan dan otak kiri (Sumber: healthline.com)

24
Otak besar ini terdiri dari dua belahan, yaitu kiri dan kanan. Kedua

belahan tersebut tentunya mempunyai struktur yang sangat kompleks dan

fungsi yang berbeda. Ada yang bilang bahwa mereka yang lebih dominan

dengan otak kiri lebih pintar matematika, sedangkan mereka yang lebih

dominan dengan otak kanan lebih unggul dalam kreativitas. Teori

mengenai perbedaan fungsi otak kiri dan otak kanan ini telah populer sejak

tahun 1960an, dari hasil penelitian Roger Sperry. Sperry merupakan

seorang neuropsikolog yang menemukan bahwa akal manusia terdiri atas

dua bagian. Menurut Sperry, masing-masing bagian otak memiliki fungsi

spesial tanpa harus bergantung satu dengan yang lainnya.

Fungsi otak kiri (Sumber: slidemodel.com)

Otak Kiri

Otak kiri lebih unggul pada hal-hal yang berhubungan dengan logika dan rasio

manusia, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat dari

25
matematika. Jadi, pernyataan yang mengatakan jika seseorang yang pandai

matematika lebih dominan dengan otak kiri adalah benar. Beberapa pakar

menyebut bahwa otak kiri merupakan pusat dari Intelligence Quotient (IQ).

Orang yang dominan dengan otak kirinya, lebih pandai melakukan analisa dan

proses logis, tetapi kurang pandai dalam hal hubungan sosial. Oleh karena itu,

orang yang lebih dominan dengan otak kiri akan mengutamakan logika dalam

proses pengambilan keputusan dan melakukan sesuatu dengan perhitungan yang

matang. Saat kita ingin mengungkapkan sebuah fakta, otak kiri juga lah yang akan

menariknya dari memori kita.

Fungsi otak kanan (Sumber: slidemodel.com)

Otak Kanan

Sementara itu, otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional

Quotient (EQ). Misalnya seperti sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia

26
lain, serta pengendalian emosi. Otak kanan juga berfungsi untuk semua jenis

kegiatan kreatif, seperti menari, menggambar, atau menyanyi.

Otak bagian kanan bertanggung jawab atas kemampuan spasial seseorang, yaitu

meliputi pengenalan wajah dan pengolahan musik. Otak kanan juga dapat

melakukan beberapa fungsi matematika lho Squad, tetapi hanya perkiraan kasar

dan perbandingan. Bagian ini jugalah yang membantu citra visual dari apa yang

kita lihat. Saat seseorang berbicara, otak kanan yang akan membantu untuk

menafsirkan konteks dan nada lawan bicara.

Perbedaan otak kanan dan otak kiri (Sumber: livescience.com)

27
Idealnya, otak kiri dan otak kanan manusia haruslah seimbang dan berfungsi

dengan optimal. Karena orang dengan otak kanan dan kiri yang seimbang tentu

dapat menjadi orang yang cerdas sekaligus pandai bergaul atau bersosialisasi.

Nah, terdapat banyak cara untuk mengetahui apakah seseorang itu lebih dominan

otak kanan atau kiri, misalnya dengan melihat perilakunya sehari-hari. Tentu

kalian pernah melihat ‘kanSquad, ada teman kalian yang pandai di sekolah tetapi

tidak pandai bergaul. Ada juga yang pandai bergaul, tetapi kurang pandai di

sekolah. Keadaan semacam ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara

otak kanan dan otak kiri. Selain dari perilaku sehari-hari, kita juga dapat

menggunakan alat Electroencephalograph untuk mengamati bagian otak mana

yang paling aktif.

Untuk mengoptimalkan dan menyeimbangkan kinerja dua belahan otak, ada

beberapa cara mudah yang dapat dilakukan. Kalian bisa mencoba menggunakan

tangan yang tidak sering digunakan untuk melakukan aktivitas seperti misalnya

untuk memegang gagang pintu atau menggosok gigi. Coba juga menulis dengan

menggunakan tangan yang tidak biasa digunakan atau menggambar dengan kedua

tangan secara bersamaan.

2.12. Hambatan Perkembangan Kecerdasan dan Kreativitas


a. Kecerdasan (Tuna Grahita):

1) Pengertian Anak Tuna Grahita

Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia

dikenal dengan nama : lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita

dan tunagrahita.

Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped,

28
Mentally Retardid. Anak tunagrahita adalah bagian dari anak luar biasa.

Anak luar biasa yaitu anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari

anak normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual, sosial, emosi

dan atau gabungan dari hal-hal tadi, sehingga mereka membutuhkan

layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara

optimal.

Jadi anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau

keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal,

sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi,

maupun sosial, dan karena memerlukan layanan pendidikan khusus.

2) Klasifikasi Anak Tuna Grahita

Potensi dan kemampuan setiap anak berbeda-beda demikian juga dengan

anak tunagrahita, maka untuk kepentingan pendidikannya,

pengelompokkan anak tunagrahita sangat diperlukan. Pengelompokkan itu

berdasarkan berat ringannya ketunaan, atas dasar itu anak tungrahita dapat

dikelompokkan.

a) Tuna grahita Ringan (Debil)

Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya

tidak berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara

kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka

masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak

tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas

IV SD Umum.

b) Tunagrahita Sedang atau Imbesil

29
Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih. Tampang atau kondisi

fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagrahita yang

mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50.

Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat ke;las II SD Umum.

c) Tunagrahita Berat atau Idiot

Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu

menerima pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk

kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah. Dalam kegiatan

sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.

Contoh perbedaan kemampuan belajar dan penyelesaian tugas anak

tunagrahita berdasarkan ekuivalensi usia kalender (CA) dengan Usia

Mental (MA) sebagai berikut: Nama Umur (CA) IQ Umur kecerdasan

(MA) Kemampuan mempelajari dan melakukan tugas

Si A 10 th 100 10 tahun Ia tidak kesulitan mempelajari kemampuan tugas-

tugas seumurnya karena CA-nya, sama dengan MA-nya (normal)

Si B 10 th 70-55 7-5,5 tahun Ia dapat mempelajari materi

pembelajaran/tugas anak usia 5,5 tahun sampai dengan 7 tahun

Si C 10 th 55-40 5,5-4 tahun Ia dapat mempelajari materi

pembelajaran/tugas anak usia 4 tahun sampai dengan 5,5 tahun

Si D 10 th 40-25 4 th -2,5 tahun Ia dapat mempelajari materi

pembelajaran/tugas anat usia 4 tahun sampai 2,5 tahun

Si E 10 th 25 ke 2,5 tahun ke bawah Ia dapat mempelajari materi

pembelajaran/tugas anak usia 2,5 tahun ke bawah

30
3) FAKTOR PENYEBAB ANAK TUNAGRAHITA

Faktor -faktor penyebab terjadinya tunagrahita

1. Prenatal (sebelum lahir)

Adalah proses sebelum dilahirkan (dalam kandungan)

 Adanya faktor genetika

 Ibu waktu hamil perokok berat dan minuman keras

 Ibu yang mengalami depresi berat

 Ibu mengalami kecelakaan waktu hamil (benturan)

 Ibu hamil yang kekurangan gizi

 Ibu hamil pemakai obat-obatan (naza)

 Campak

 Diabetes

 Cacar

2. Natal (waktu lahir)

Adalah proses ibu melahirkan yang

 Sudah terlalu lama, dapat mengakibatkan kekurangan oksigen pada bayi,

 Tulang panggul ibu yang terlalu kecil dapat menyebabkan otak terjepit

dan menimbulkan pendarahan pada otak (anoxia),

 Sewaktu melahirkan menggunakan alat bantu (penjepit, tang)

 Melahirkan belum waktunya (prematur)

 Ibu yang mempunyai penyakit kelamin

3. Pos natal (sesudah lahir)

Adalah setelah ibu melahirkan

31
 Anak mengalami kecelakaan (jatuh mengenai bagian kepala)

 Anak mengalami gizi buruk, busung lapar, demam tinggi yang disertai

kejang-kejang

 radang selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan seorang anak

menjadi ketunaan (tunagrahita).

E. PELAYANAN ANAK TUNAGRAHITA

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 bahwa setiap warga

negara berhak untuk mendapatkan pengajaran. Demikian halnya dengan

anak tunagrahita berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sekolah-sekolah

untuk melayani pendidikan anak luarbiasa (tunagrahita) yaitu Sekolah

Luar Biasa (SLB) atau sekolah berkebutuhan khusus.

Sekolah untuk anak luar biasa terdiri dari :

1. SLB – A untuk anak Tunanetra

2. SLB – B untuk anak Tunarungu

3. SLB – C untuk anak Tunagrahita

4. SLB – D untuk anak Tunadaksa

5. SLB – E untuk anak Tunalaras

6. SLB – F untuk anak Berbakat

7. SLB – G untuk anak cacat ganda

Pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita/retadasi mental dapat

diberikan pada:

1) Kelas Transisi.

Kelas ini diperuntukkan bagi anak yang memerlukan layanan khusus

32
termasuk anak tunagrahita. Kelas tansisi sedapat mungkin berada

disekolah regler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi

dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan

pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi

sesuai kebutuhan anak.

2) Sekolah Khusus (Sekolah Luar Biasa bagian C dan C1/SLB-C, C1).

Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita model ini diberikan pada

Sekolah Luar Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan

pembimbing/pengajar guru khusus dan teman sekelas yang dianggap sama

keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar sepanjang hari

penuh di kelas khusus. Untuk anak tunagrahita ringan dapat bersekolah di

SLB-C, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat bersekolah di SLB-C1

3) Pendidikan Terpadu.

Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah reguler.

Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di kelas yang

sama dengan bimbingan guru reguler. Untuk matapelajaran tertentu, jika

anak mempunyai kesulitan, anak tunagrahita akan mendapat

bimbingan/remedial dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB

terdekat, pada ruang khusus atau ruang sumber. Biasanya anak yang

belajar di sekolah terpadu adalah anak yang tergolong tunagrahita ringan,

yang termasuk kedalam kategori borderline yang biasanya mempunyai

kesulitan-kesulitan dalam belajar (Learning Difficulties) atau disebut

dengan lamban belajar (Slow Learner).

4) Program Sekolah di Rumah.

33
Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu

mengkuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya:

sakit. Proram dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB

(GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas kerjasama antara orangtua,

sekolah, dan masyarakat.

5) Pendidikan Inklusif.

Sejalan dengan perkembangan layaan pendidikan untuk anak

berkebutuhan khusus, terdapat kecenderungan baru yaitu model

Pendidikan Inklusi. Model ini menekankan pada keterpaduan penuh,

menghilangkan labelisasi anak dengan prinsip “Education for All”.

Layanan pendidikan inklusi diselenggarakan pada sekolah reguler. Anak

tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas dan

guru/pembimbing yang sama. Pada kelas inklusi, siswa dibimbing oleh 2

(dua) oarang guru, satu guru reguler dan satu lagu guru khusus. Guna guru

khusus untuk memberikan bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak

tersenut mempunyai kesulitan di dalam kelas. Semua anak diberlakukan

dan mempunyai hak serta kewajiban yang sama. Tapi saat ini pelayanan

pendidikan inklusi masih dalam tahap rintisan.

6) Panti (Griya) Rehabilitasi.

Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang

mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya

memiliki kelainan ganda seperti penglihatan, pendengaran, atau motorik.

Program di panti lebih terfokus pada perawatan. Pengembangan dalam pati

ini terbatas dalam hal:

34
a. Pengenalan diri

b. Sensori motor dan persepsi

c. Motorik kasar dan ambulasi (pindak dari satu tempat ke tempat lain)

d. Kemampuan berbahasa dan komunikasi

e. Bina diri dan kemampuan sosial.

35
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Intelek adalah kecakapan mental yang menggambarkan kemampuan

berpikir. Banyak definisi tentang intelegensi, namun makna intelegensi

dapat diartikan sebagai kemampuan sesorang dalam berpikir dan

bertindak. Kemampuan berpikir diukur dengan test intelegensi. Test

itelegensi yang terkenal adalah test binet-simon. Hasil test intelegensi

dinyatakan dalam bentuk nilai iq, dan hal itu banyak gunanya, karena

tingkat intelegensi berpengaruh terhadap banyak aspek.

Kreativitas tidak selalu berjalan seiring dengan kecerdasan. Namun,

kreativitas mempunyai hubungan positif terhadap terhadap kecerdasan.

Nilai-nilai kreativitas meliputi: kepemimpinan, kesenangan dan kepuasan

pribadi, prestasi, serta menambah bumbu dalam permainan anak. Terdapat

banyak cara untuk mengekspresikan kreativitas selama masa kanak-kanak

antara lain: permaianan animisme, permainan drama, permaianan

konstruktif, teman imaginer, melamun, dusta putih, lelucon, bercerita,

aspirasi untuk berprestasi, dan konsep diri yang ideal. Bahaya yang

mengancam kreativitas mencangkup kegagalan untuk merangsang

kreativitas, ketidakmampuan mendeteksi kreativitas pada waktu yang

tepat, sikap sosial yang tidak menguntungkan bagi kreativitas, kondisi

rumah yang tidak menguntungkan, kondisi sekolah yang tidak

menguntungkan dan melamun berlebihan.

36
3.2.Saran

Salah satu komponen yang penting dalam pengembangan kreativitas

peserta didik adalah peranan guru. Untuk itu, penulis ingin memberikan

sedikit saran untuk para guru di sekolah-sekolah. Para guru hendaknya

mengembangkan intelegensi dan kreativitas siswa secara bersama-sama,

tetapi kenyataannya guru hanya mengembangkan intelegensinya saja.

Padahal, unsur kreativitas akan lebih dominan dibandingkan intelegensi

untuk kesuksesan peserta didik di masa depan. Semoga kualitas

pendidikan bangsa Indonesia meningkat dari waktu ke waktu. Aamiin

37
DAFTAR PUSTAKA

Alfari, Shabrina. 2018. Perbedaan Fungsi Otak Kiri dan Otak Kanan. Online. Tersedia di
https://blog.ruangguru.com/tag/wow-ternyata. Tanggal akses 25 Maret 2019
Anonim. -. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi. Online. Tersedia
di http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=600221497270398293#_ftn3.
Tanggal akses 25 Maret 2019
Anonim. 2010. Perkebangan kecerdasan dan kreativitas anak. Online. Tersedia di
http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/10/perkembangan-kecerdasan-dan-
kreativitas-anak-318216.html. Tanggal akses 25 Maret 2019
Arianto, Siwi. 2010. Makalah Anak Dengan Gangguan Intelektual (Tunagrahita).
Surakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret dipublikasikan.

Santrock, Jhon. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media

Hurlok, elzabeth B. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

38

Anda mungkin juga menyukai