Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Sifat Hakikat Intelegensi

Dosem Pembimbing :
Faisal Anwar, M. Ed

Di Susun Oleh :
Melita Asyura Kasra 2111100022
Yunailis 2111100047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

BANDA ACEH

2022
KATA PENGANTAR

 Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan berkat serta karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah  yang berjudul “Sifat hakikat intelegensi” tepat
pada waktunya.
            Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
          Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta
berharap agar makalah ini dapa bermanfaat bagisemua kalangan.

Banda Aceh, 28 mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Intelegensi.........................................................................
2.2 Teori-teori intelegensi .........................................................................
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi ...................................
2.4 Teori-teori kecerdasan majemuk..........................................................
2.5  Sejarah kecerdasan majemuk..............................................................
2.6 Jenis-jenis Kecerdasan Majemuk dan ciri-cirinya...............................
2.7 Strategi pembelajaran di sekolah dengan menggunakan kecerdasan
majemuk.............................................................................................
2.8 Manfaat multiple inteligence dalam proses pendidikan yg di
Laksanakan..........................................................................................
2.9 Peran guru dalam pembelajaran..........................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Di zaman modern saat ini, masyarakat umum mengenal inteligensi sebagai
istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun kemampuan untuk
memecahkan problem yang dihadapi. Gambaran tentang anak yang berintelegensi
tinggi adalah gambaran mengenai siswa yang pintar, siswa yang selalu naik kelas
dengan nilai baik, atau siswa yang jempolan di kelasnya. Bahkan Gambaran ini
meluas pada citra fisik, yaitu citra anak yang wajahnya bersih, berpakaian rapi,
matanya bersinar, atau berkacamata. Sebaliknya, gambaran anak yang
berinteligensi rendah membawa citra seseorang yang lamban berfikir, sulit
mengerti, prestasi belajarnya rendah, dan mulut lebih banyak menganga disertai
tatapan mata bingung.

Pandangan awam sebagaimana digambarkan di atas, walaupun tidak


memberikan arti yang jelas tentang inteligensi namun pada umumnya tidak
berbeda jauh dari makna inteligensi sebagaimana yang dimaksudkan oleh para
ahli. Adapun definisinya, makna inteligensi memang mendeskripsikan kepintaran
dan kebodohan.

Pada umumnya, para ahli menerima pengertian akan inteligensi


sebagaimana istilah tersebut digunakan oleh orang awam. Kekaburan lingkup
konsep mengenai inteligensi menyebabkan sebagian ahli bahkan tidak merasa
perlu untuk berusaha memberikan batasan yang pasti. Bagi mereka ini banyak
diantara definisi yang telah dirumuskan ternyata terlalu luas untuk dapat
disalahkan dan terlalu kabur untuk dapat dimanfaatkan

2.      Rumusan Masalah
a.      Apa defenisi dari kecerdasan (intelegensi) ?
b.      Apa teori-teori tentang kecerdasan (Intelegensi) ?
c. Apa defenisi kecerdasan majemuk ?
d.      Apa ciri-ciri dari setiap jenis kecerdasan majemuk ?
e.      Bagaimana strategi pembelajaran menggunakan kecerdasan majemuk?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Intelegensi


a.    Alfred Binet (1857-1911) & Theodore Simon
Inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk
mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan
bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri
(autocriticism).
b.    Lewis Madison Terman (1916)
Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir
secara abstrak.
c.    H. H. Goddard (1946)
Mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman
seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan untuk
mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang.
d.    V.A.C. Henmon
Mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan
untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh.
e.    Baldwin(1901)
Mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk
memahami.
f.    Edward Lee Thorndike (1913)
Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam memberikan respon
yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta.

g.    Walters dan Gardber (1986)


Mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian
kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah,
atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.
2.2 Teori – teori Intelegensi
Menurut sudut pandang mengenai faktor-faktor yang menjadi elemen
inteligensi, maka teori-teori inteligensi dapat digolongkan dalam paling tidak tiga
golongan. Penggolongan pertama adalah teori-teori yang berorientasi pada faktor
tunggal, yang kedua adalah teori-teori yang berorientasi pada dua faktor, dan yang
ketiga adalah teori yang berorientasi pada faktor ganda. Walaupun demikian,
uraian ringkas mengenai teori-teori inteligensi berikut tidak akan mengutamakan
pengelompokan tersebut. Kita akan menyajikan setiap teori dibawah nama
tokohnya masing-masing1

1. Alfred Binet

Menurut binet, inteligensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang


etrus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang.

2. Edward Lee Thorndike


Menyatakan bahwa inteligensi terdiri atas beragai kemampuan spesifik
yang ditampakkan dalam wujud perilaku inteligen. Oleh karena itu, teorinya
dikategorikan ke dalam teori inteligensi faktor ganda.

3. Charles E. Spearman
Pandangan Spearman (1927) mengenai inteligensi ditunjukkan dalam
teorinya mengenai kemampuan mental yang popular dengan nama teori dua
faktor.

4. Louis Leon Thurstone & Thelma Gwinn Thurstone


Mereka memiliki pandangan mengenai inteligensi yang berbeda dari teori
Thorndike, sekalipun teori mereka dapat juga digolongkan dalam teori faktor
ganda.

1
Drs. Saifuddin Azwar, MA. Pengantar Psikologi Inteligensi. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.hal 14-23
5. Cyril Burt
Ia mengatakan bahwa kemampaun mental terbagi atas beberapa faktor
yang berbeda pada tingkatan-tingkata yang berbeda. Faktor tersebut adalah faktor
umun, faktor-faktor kelompok besar, faktor-faktor kelompok kecil, dan faktor-
faktor spesifik.

Selain itu masih banyak lagi teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli
seperti, Philip Ewart Vernon, Joy Paul Guil ford, Halstead, Donald Olding Hebb,
Raymond Bernard Cattel, Jean Piaget, Howard Gardner.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan (Intelegensi)


Intelegensi tiap individu cenderung berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:

1. Faktor Bawaan atau Keturunan


Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain
ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat
dijumpai anak yang bodoh, cukup pintar dan sangat pintar, meskipun mereka
menerima pelajaran dan pelatihan yang sama. Penelitian membuktikan bahwa
korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak
kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah
pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 – 0,50 dengan ayah
dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya.
Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka
tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling
kenal.

2. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas


Faktor minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif
yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang
diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan
lebih baik. Intelegensi bekerja dalam situasi yang berlain-lainan tingkat
kesukarannya. Sulit tidaknya mengatasi persoalan ditentukan pula oleh
pembawaan.

3. Faktor Pembentukan atau Lingkungan


Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara
pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan
yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya. Walaupun ada ciri-
ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup
menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti.

Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak


sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan
yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang
amat penting.

4. Faktor Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan
telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak
diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-
soal matematika di kelas empat sekolah dasar, Karena soal soal itu masih
terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum
matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat
dengan faktor umur.

Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi cepat tumbuh dan berkembang.


Tumbuh dan berkembangnya intelegensi sedikit banyak sejalan dengan
perkembangan jasmani, umur dan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai
(kematangannya).

5. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam
memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.2

Kelima faktor di atas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan
yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya
berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja
2.4 Teori-teori kecerdasan majemuk
Individu mendapatkan kecerdasan tertentu bukan hanya karena faktor
kelahiran semata, melainkan juga karena perkembangan dan pengalamannya 3.
Memang manusia dianugerahi potensi (fitrah), namun perkembangan selanjutnya
ditentukan oleh interaksi dengan lingkungannya. Individu dan perkembangannya
adalah produk dari hereditas dan lingkungan, keduanya sama-sama berperan
penting bagi perkembangan individu. Kecerdasan adalah bahasa-bahasa yang
dibicarakan oleh semua orang dan sebagian dipengaruhi oleh kebudayaan di mana
orang itu dilahirkan, merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah dan
menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Kecerdasan seseorang
bukan hanya prestasi akademik yang diukur berdasarkan nilai tes standar.

Definisi kecerdasan menurut Piaget sebagaimana dikutip Uno Hamzah


adalah suatu tindakan yang menyebabkan terjadinya perhitungan atas kondisi-
kondisi yang secara optimal bagi organisme dapat hidup berhubungan dengan
lingkungan secara efektif. Sedangkan menurut Feldam dalam Sukmadinata dan
Nana S, kecerdasan merupakan kemampuan untuk memahami dunia, berpikir
2
Drs. Saifuddin Azwar, MA. Pengantar Psikologi Inteligensi. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.hal 72-88
3
Armstrong, Thomas, 7 Kinds of Smart, (Jakarta: PT. GramediaPustaka Utama,
2002)
secara rasional dengan menggunakan sumber-sumber atau referensi secara efektif
pada saat menghadapi sebuah tantangan.

Raymond Cattel dan John Horn berpendapat bahwa manusia mempunyai


dua macam kecerdasan umum, yaitu kecerdasan cair dan kecerdasan kristal.
Kecerdasan cair adalah kecerdasan yang berbasis pada kecerdasan biologis.
Kecerdasan ini meningkat sesuai dengan perkembangan usia, mencapai puncak
saat dewasa dan menurun pada saat tua karena proses biologis tubuh. Kecerdasan
kristal adalah kecerdasan yang diperoleh dari proses pembelajaran dan
pengalaman hidup. Kecerdasan ini dapat terus meningkat tidak ada batas
maksimal selama manusia mau dan bisa belajar. Gardner sendiri mendefinisikan
intelegensi tidak banyak berbeda dengan para ahli yaitu kemampuan untuk
menyelesaikan masalah atau menciptakan produk yang berharga dalam satu atau
beberapa lingkungan budaya dan masyarakat.

Perkembangan selanjutnya, kecerdasan individu akan mulai tampak


terasah ketika dihadapkan pada interaksi sosial. Teori kognitif sosialnya Albert
Bandura serta Lev Vygotsky mengatakan bahwa perkembangan anak ditentukan
pula oleh interaksi mereka dengan teman sebaya dan lingkungannya. David
Perkins dari Harvard University berpendapat bahwa Kecerdasan dipengaruhi dan
dioperasikan oleh beberapa faktor dalam kehidupan yaitu sistem otak, pengalaman
hidup, dan kapasitas untuk pengaturan diri.

Dalam bukunya Frame of Mind, tahun 1983, Howard Gardner


menampilkan Theory of Multiple Intelligences  yang memperkuat perspektifnya
tentang kognisi manusia. Gardner mengatakan bahwa “Intelligence is the ability
to find and solve problems and create Products of value in one’s own
culture”. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang tidak diukur dari hasil tes
psikologi standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang terhadap dua hal,
yakni kebiasaan menyelesaikan masalah (problem solving) secara mandiri dan
kreativitas (creativity) menciptakan produk yang punya nilai budaya. Tanpa sadar,
orang tua dan guru justru membunuh sumber kecerdasan tersebut, yaitu problem
solving dan creativity.

Secara bahasa Multiple Intelligences diartikan Kecerdasan Majemuk. Ada


juga yang mengartikan Kecerdasan Beragam. Awalnya Howard Gardner
menyusun daftar tujuh inteligensi yang dimiliki manusia dalam buku
fenomenalnya, Frames of Mind (1983), yakni kecerdasan linguistik,  kecerdasan
logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan
gerak-badani/kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal. Pada
bukunya Intelligence Reframed (2000), ia menambahkan adanya dua kecerdasan
baru, yaitu kecerdasan naturalis atau lingkungan dan kecerdasan eksistensial.

Akan tetapi, sebenarnya kecerdasan manusia tidak hanya sebatas pada


sembilan kecerdasan yang disebutkan di atas. Teori kecerdasan majemuk Gardner
masih mungkin terus berkembang sehingga pembahasan mengenai kecerdasan
manusia akan selalu menarik. Maka penilaian kecerdasan yang mengacu hanya
pada ranah akademis sangat tidak tepat.

2.5 Sejarah Kecerdasan Majemuk


            Semua berawal dari kegelisahan Howard Gardner, seorang profesor
pendidikan yang mengabdikan dirinya di Universitas Harvard, Amerika Serikat.
Menurutnya, selama ini para pendidik telah melakukan kekeliruan karena
menganggap tes kecerdasan atau tes IQ adalah satu-satunya ukuran yang paling
dapat dijadikan patokan untuk mengukur kecerdasan seseorang.
            Menurut Gadner, kecerdasan manusia juga harus dinilai berdasarkan:
- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi hidup
- Kemampuan menemukan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan atau
dicari solusinya
- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan memberikan penghargaan dalam
budaya seseorang.
            Gardner bersama rekan-rekannya yang mengembangkan penelitian untuk
mengembangkan konsep MI tidak hanya menilai kecerdasan dengan cara menguji
kemahiran seseorang memahami dan menyelesaikan soal-soal logika-matematika
(sebagaimana yang dilakukan dalam tes IQ). Bersama tim, Gardner
mengembangkan cara-cara mengukur kemampuan individu untuk memecahkan
masalah dan menghasilkan sesuatu.
            Dikembangkan dan diungkapkan pertama kali tahun 1983, Gardner
mendefinisikan kecerdasan manusia yang tak berbatas, yang diantaranya dapat
dikelompokkan menjadi delapan kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik (bahasa),
kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan gerak tubuh,
kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan
kecerdasan naturalis. Belakangan Gardner menambahkan satu kecerdasan
tambahan, yaitu kecerdasan spiritual.
            Meskipun menimbulkan pro dan kontra di antara para ahli terutama dalam
mengembangkan tes untuk mengukur MI, namun MI mengantarkan para orang
tua pada sebuah pemahaman baru yang sangat memberikan semangat dan
harapan. Karena pada akhirnya tidak ada anak yang bodoh akibat nilai tes
kecerdasan yang rendah. MI justru membantu orang tua mengenal kekuatan dan
kekurangan anak. Dengan mengenal hal dua hal tersebut lebih dini, Gardner
berharap orang tua mengambil peran penting dalam memberikan stimulasi
terutama dalam rangka menyeimbangkan kehidupan anak.

          Kecerdasan Majemuk adalah kemampuan memecahkan masalah dan


menciptakan produk yang bernilai budaya (anak yang bisa menghasilkan sesuatu
dan bisa dinikmati dalam kehidupan manusia). Secara umum kecerdasan ini
diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam berpikir, bertindak dan berperilaku
sesuai dengan apa yang dihadapi.
            Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur
kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal,
kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal,
kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
2.6 Jenis- Jenis Kecerdasan Majemuk
Berikut ini 9 macam kecerdasan yang telah dipaparkan oleh Gardner yaitu:
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara
efektif, baik untuk memengaruhi maupun memanipulasi. Dalam kehidupan sehari-
hari kecerdasan linguistik bermanfaat untuk: berbicara, mendengarkan, membaca
dan menulis.
Kecerdasan logis- matematis yaitu melibatkan ketrampilan mengolah
angka atau kemahiran mengunakan logika atau akal sehat. Dalam kehidupan
sehari-hari bermanfaat untuk : menganalisa laporan keuangan, memahami
perhitungan utang nasional, atau mencerna laporan sebuah penelitian.
Kecerdasan visual dan spasial yaitu melibatkan kemampuan seseorang
untuk memisualisaikan gambar di dalam kepala (dibayangkan) atau
menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Kecerdasan ini sangat
dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, misalnya: saat menghias
rumah atau merancang taman, menggambar atau melukis, menikmati karya seni.
Kecerdasan musik yaitu melibatkan kemampuan menyanyikan lagu,
mengingat melodi musik, memunyai kepekaan akan irama, atau sekedar
menikmati musik. Manfaat dari kecerdasan ini dapat dirasakan dalam banyak hal 
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: saat menyanyi, memainkan alat musik,
menikmati musik di TV/ Radio.
Kecerdasan interpersonal yaitu melibatkan kemampuan untuk
memahami dan bekerja dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak hal
misalnya: kemampuan berempati, kemampuan memanipulasi, kemampuan
“membaca orang”, kemampuan berteman
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan memahami diri sendiri,
kecerdasan untuk mengetahui “siapa diri saya sebenarnya”, untuk mengetahui
“apa kekuatan dan kelemahan saya”. Ini juga merupakan kecerdasan untuk bisa
merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk memercayai diri sendiri.
Kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan seluruh tubuh dan juga
kecerdasan tangan. Dalam dunia sehari-hari kecerdasan ini sangat dibutuhkan,
misalnya: membuka tutup botol, memasang lampu di rumah, memerbaiki mobil,
olah raga, dan berdansa.
Kecerdasan naturalis yaitu melibatkan kemampuan mengenali bentuk-
bentuk alam di sekitar kita. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan itu sangat
dibutuhkan untuk berkebun, berkemah, atau melakukan proyek ekologi.
Kecerdasan Eksistensial adalah kemampuan dan kepekaan seseorang
untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam mengenai keberadaan manusia,
misal sering muncul pertanyaan dalam diri sendiri mengapa aku ada, apa makna
dari hidupku ini, bagaimana seseoramg bisa mencapai tujuan hidup yang sejati,
mengapa seseorang harus mati, bila sudah mati ke mana.

Ciri-Ciri Kecerdasan Majemuk

1.      Kecerdasan linguistik
Seorang anak yang memunyai kecerdasan linguistik memiliki kepribadian
yaitu peka terhadap bahasa, dapat berbicara dengan teratur dan sistematis,
memiliki penalaran yang tinggi. Disamping itu juga mampu mendengarkan,
membaca dan menulis, lancar dalam mengucapkan kata-kata dan suka bermain
kata-kata serta memiliki ingatan perbendaharaan kata yang kuat.
2.      Kecerdasan logis- matematis
Anak yang memunyai kecerdasan logis matematis memiliki ciri-ciri
kepribadian yaitu anak suka berpikir abstrak dan suka akan keakuratan, menikmati
tugas hitung-menghitung. Memecahkansoal-soaldan computer
dansukamelakukanpenelitiandengancaralogis,  catatantersusunrapidansistematis
3.      Kecerdasan visual danspasial
Ciri kepribadian yang menonjol dalam diri anak yang memiliki
kemampuan visual-spasial adalah anak dapat berpikir dengan menciptakan sketsa
atau sambar, mudah sekali membaca peta dan diagram, mudah ingat bila melihat
gambar, memiliki cita warna tinggi dan mampu menggunakan semua panca indra
untuk melukiskan sesuatu.
4.      Kecerdasan musik
Beberapa sifat yang nampak dalam diri seorang anak yang memiliki
kecerdasan musik adalah anak peka terhadap nada, irama dan warna suara. Peka
terhadap nuansa emosi suatu musik dan peka terhadap gubahan musik yang
bervariasi dan biasanya sangat spiritual.
5.      Kecerdasan interpersonal
Sifat-sifat yang menonjol dalam diri orang anak yang memiliki kecerdasan
interpersonal adalah anak ahli dalam berunding, pintar bergaul dan mampu
membaca niat orang lain serta menikmati saat-saat bersama orang lain. Memiliki
banyak teman, pintar berkomunikasi, suka dengan kegiatan kelompok, gemar
bekerja sama dan menjadi mediator serta pandai membaca situasi.
6.      Kecerdasan intrapersonal 
Sifat-sifat yang dimiliki oleh anak yang memunyai kecerdasan
intrapersonal adalah anak peka terhadap nilai-nilai yang dimiliki, sangat
memahami diri, sadar betul emosi dirinya, peka terhadap tujuan hidupnya, mampu
mengembangkan kepribadiannya, bisa memotivasi diri sendiri, sangat sadar akan
kekuatan dan kelemahanannya.
7.      Kecerdasan kinestetik
Ciri-ciri kepribadian anak dengan kecerdasan kinestetik adalah anak dapat 
bersikap rileks, suka olah raga fisik dan suka menyentuh. Anak ahlibermainperan,
belajardenganbergerak-gerakdanberperansertadalam proses belajar.  Selain itu
anak juga sangat peka dengan kondisi lingkungan fisik, gerak-gerik tubuh terlatih
dan terkendali dan suka bermain dengan sesuatu benda sambil mendengarkan
orang lain berbicara dan sangat berminat dengan bidang mekanik.
8.      Kecerdasan naturalis
Sifat-sifat yang dimiliki anak dengan kecerdasan naturalis adalah anak
suka dengan alam sekitar, lebih senang berada di alam terbuka daripada di
ruangan dan suka berpetualang menjelajah hutan. Anak bisa marah besar jika ada
orang membantai binatang langka, merusak dan membakar hutan, mencemari laut
dan sungai sehingga menimbulkan kematian flora dan fauna serta lebih suka
mengkonsumsi obat dan jamu trasional daripada pabrik. Anak juga lebih senang
menggunakan bahan yang alami dan tidak menimbulkan polusi lingkungan.
9.      Kecerdasan Eksistensial
Sifat-sifat yang dimiliki seorang anak dengan kecerdasan Eksistensial 
adalah anak suka bertanya soal kebenaran dan inti persoalan, kritis, suka
merenung dan melakukan refleksi diri serta senang berdiskusi mengenai hakekat
hidup.

2.7  Strategi Pembelajaran di Sekolah dengan Menggunakan  Kecerdasan


Majemuk.
      Untuk memaksimalkan proses pembelajaran saat di kelas diperlukan
strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kecerdasan majemuk yang
dimiliki oleh masing-masing anak. Strategi pembelajaran yang tepat akan sangat
menolong anak menangkap pelajaran dengan baik.
Saat mengajar anak dengan kecerdasanlinguistik, metode yang digunakan
adalah dengan bercerita, curahgagasan (brainstorming) dan dengan tape
recorder atau menulisjurnal. Sedangkan anak yang memiliki kecerdasan logis-
matematis yang digunakan adalah dengan kalkulasi dan kuantifikasi, klasifikasi
dan kategori atau penalaran ilmiah.
Sedangkan anak dengan kecerdasan visual dan spasial strategi
pembelajaran dengan  visualisasi, penggunaan warna, gambar dan sketsa gagasan
serta  simbol grafis. Anak yang memiliki kecerdasan musik mengajarnya dengan
irama, lagu, rap, senandung dan konsep musikal serta dengan musik suasana.
Anak dengan kecerdasan interpersonaldapat belajar dengan barbagi rasa
dengantemansekelas, kerjakelompok, permainan dan simulasi.
Apabila mengajar anak dengan kecerdasan intrapersonal dapat
menggunakan refleksi, hubungan materi dengan pengalaman pribadi, waktu
memilih dan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan serta  perumusan
tujuan. Jika anak memiliki kecerdasan kinestetik  dapat belajar dari teater kelas,
konsep kinestetis dan peta tubuh. Anak yang memiliki kecerdasan naturalis dapat
belajar dengan jalan-jalan di alam terbuka dan melihat ke luar jendela serta
tanaman sebagai dekorasi atau membawa hewan piaraan di kelas.
Sedangkan anak dengan kecerdasan eksistensial untuk
mengembangkannya yaitu dengan mendengarkan kotbah, membaca buku-buku
rohani , filsafat, buku theologia, mengadakan refleksi diri, menghadiri upacara
kematian, diskusi dengan ahli filsafat dan theolog, mengikuti reatreat dan
dinamika kelompok.

2.8    Manfaat Multiple Inteligences di Dalam Proses Pendidikan yang


Dilaksanakan
Kita dapat menggunakan kerangka kecerdasan majemuk  dalam      
melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang dapat dilakukan
seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, dan melihat
pertunjukan dapat menjadi pintu masuk yang vital ke dalam proses belajar.
Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar 
menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika). Jika aktivitas ini
dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.
Dengan kecerdasan majemuk, maka anda menyediakan kesempatan bagi
siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya.
Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat dalam
mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas
siswa di dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat.
Siswa akan mampu menunjukkan dan bebagi tentang kelebihan yang
dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu
motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang spesialis.
Pada saat anda mengajar untuk memahami siswa akan mendapatkan
pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari
solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
Kecerdasan Majemuk memberikan pandangan bahwa terdapat sembilan
macam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakan antara satu
dengan yang lainnya adalah komposisi atau dominasi dari kecerdasn tersebut.
2.9 Peran Guru  dalam Pembelajaran
Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak
ataupun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar
dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam hidupnya. Mengingat akan
pentingnya pendidikan maka pemerintah pun mencanagkan program wajib belajar
sembilan tahun. Melakukan perubahan kurikulum dan untuk mencoba
mengakomodasikan kebutuhan siswa.
Kecerdasan intelektual bukan hanya mencakup kecerdasan logika dan
verba , tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musikal, visual-spartial,
interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.
Kita cenderung hanya menghargai orang yang memang ahli di dalam
kemampuan logika dan bahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang
terhadap orang-orang yang memiliki talenta(gift) di dalam kecerdasan yang
lainnya.
Melihat betapa penting proses pembelajaran bagi manusia terlepas sedikit 
atau banyak, peran guru sangat penting . Guru sebagai sosok pribadi , manusia
yang monopluralis memiliki banyak kelemahan dan kelebihan. Namun demikian
kelemahan yang dimiliki seorang guru selayaknya tidak menjadi penghambat dari
berlangsungnya proses pembelajaran itu sendiri.
Mengingat manusia adalah makhuk monopluralis , yaitu manusia yang
memiliki banyak unsur kodrat (plural), namun merupakan  satu kesatuan yang
utuh. Jika ditinjau dari kedudukannya, susunan, dan sifatnya,  manusia bersifat
monodualis. Sebagai makhluk Tuhan dan sebagai makhluk individu yang terdiri
dari unsur jiwa dan raga.
Maka guru dalam proses pembelajaran juga  harus memandang siswa
sebagai makhluk monopluralis. Dengan demikian  maka semua potensi yang
dimiliki oleh siswa dapat berkembang dengan optimal.Dan semua potensi yang
dimilikinya dapat digunakan untuk memanusiakan manusia dalam proses
pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran  
A. Kesimpulan
  Kecerdasan atau intelegensi adalah kemampuan adaptasi dan menggunakan
pengetahuan yang di miliki dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup
seseorang. Beberapa teori menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan
dasar yang dimiliki oleh individu dalam menentukan tujuan hidupnya..
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan
matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual
spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal,
dan kecerdasan naturalis.
Dengan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, siswa yang dengan
beragam dominasi kecerdasan dapat terfasilitasi pada saat belajar sehingga hasil
belajar siswa  dari segi kognitif ( prestasi belajar) dan afektif (minat) meningkat.
Maka guru dalam proses pembelajaran juga  harus memandang siswa sebagai
makhluk yang memiliki banyak unsur dari dirinya. Dengan demikian  maka
semua potensi yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang dengan optimal.

B. Saran
    Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini,
maka penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari para
pembaca  demi kesempurnaan  makalah ini. Atas masukan kritikan dan sarannya,
penulis ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Aryanti dan Wahyuni.2003. Multiple Intelligences & Application.Salatiga ;
Gernard, howard.2011. Frames of Mind: The Theory of Multiples Intelligence.
New York ; Basic Book
Sandjaja, stefanus.2006. Teori Multiple Intelligences dan Aplikasinya di
Pendidikan Anak Usia Dini.Semarang

Anda mungkin juga menyukai