DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH :
COVER
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
KATA
PENGANTAR...............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan
Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB 2 ISI
A. Perkembangan Intelek....................................................................................................3
B. Bakat Khusus..................................................................................................................8
C. Perkembangan
Sosial....................................................................................................11
D. Perkembangan Bahasa..................................................................................................14
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek, Bakat Khusus, Sosial, dan
Bahasa..........................................................................................................................15
F. Upaya Pengembangan Perkembangan Intelek, Bakat Khusus, Sosial, dan Bahasa.....19
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................21
B. Saran.............................................................................................................................21
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................22
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan
Intelek,Sosial,dan Bahasa” ini dengan tepat waktu. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intelegensi atau sering banyak digunakan dengan sebulan kecerdasan, suatu karunia yg
dimiliki individu untuk mengembangkan dan mempertahankan hidupnya, serta bagaimana
individu itu berusaha menghambakan dirinya kepada PenciptaNya.
Ketika baru lahir seorang anak sudah mempunyai kecerdasan, hanya sangat bergantung
pada orang lain untuk memenuhi perkembangan hidupnya. Dalam perkembangannya anak
makin meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi ketergantungan dirinya pada
orang lain dan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Manusia tumbuh dan berkembang pada masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa
langkah dan jenjang . Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangan itu pada dasarnya
merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan .Interaksi sosial merupakan
proses sosialisasi yang mendudukan anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses
sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap
lingkungan kehidupan sosial .
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana penjelasan dari Perkembangan Intelek?
2. Apa yang dimaksud dengan Bakat Khusus?
3. Bagaimana penjelasan dari Perkembangan Sosial?
4. Bagaimana penjelasan dari Perkembangan Bahasa?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Intelek, Bakat Khusus, Sosial, dan
Bahasa?
6. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam pengembangan Perkembangan Intelek, Bakat
Khusus, Sosial, dan Bahasa?
C. Tujuan
1. Mengetahui penjelasan dari Perkembangan Intelek.
1
2. Mengetahui maksud dari Bakat Khusus.
3. Mengetahui penjelasan dari Perkembangan Sosial.
4. Mengetahui penjelasan dari Perkembangan Bahasa.
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Intelek, Bakat Khusus, Sosial, dan
Bahasa.
6. Mengetahui upaya yang dilakukan dalam pengembangan Perkembangan Intelek,
Bakat Khusus, Sosial, dan Bahasa
2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Intelek
1. Pengertian Intelek dan Intelegensi
Menurut English and English dalam bukunya “ A Comprehensive Dictionary of
Psychologi and psychoanalitical Terms”, istilah intellect berarti antara lain : (1) kekuatan
mental dimana manusia dapat berpikir; (2) suatu rumpun nama untuk proses kognitif,
terutama untuk aktivitas yang berkenaan dengan berpikir (misalnya menghubungkan,
menimbang, dan memahami); (3) kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk
berpikir; (dibandingkan dengan intelligence. Intelligence = intellect).
Menurut kamus Webster New World Dictionary of the American Language, istilah
intellect berarti :
1. Kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti; kecakapan untuk mengamati
hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. Dengan demikian
kecakapan berbeda dari kemauan dan perasaan,
2. Kecakapan mental yang besar, sangat intelligence, dan
3. Pikiran atau inteligensi.
Banyak rumusan tentang intelegensi, seperti yang dikemukakan oleh Singgih Gunarsa
dalam bukunya Psikologi Remaja (1991), ia mengajukan beberapa rumus inteligensi
sebagai berikut :
1. Intelegensi merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang yang
memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut
dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.
2. Intelegensi adalah suatu bentuk tingkah laku tertentu yang tampil dalam kelancaran
tingkah laku.
3. Intelegensi meliputi pengalaman-pengalaman dan kemampuan bertambahnya
pengertian dan tingkah laku dengan pola-pola baru dan mempergunakannya secara
efektif.
Wechler (1958) merumuskan intelegensi sebagai “keseluruhan kemampuan individu
untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai
3
lingkungan secara efektif .” Rumusan-rumusan tersebut mengungkapkan bahwa makna
inteligensi mengandung unsur-unsur yang sama dengan yang dimaksudkan dalam istilah
intelek, yang menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir dan bertindak. Salah
satu tes intelegensi yang terkenal adalah tes yang dikembangkan oleh Alfred Binet (1857-
1911). Binet, seorang ahli ilmu jiwa (psycholog) Perancis, meintis mengembangkan tes
inteligensi yang agak umum. Tes Binet ini disempurnakan oleh Theodore Simon, sehingga
tes tersebut terkenal dengan sebutan “Tes Binet Simon”. Hasil tes inteligensi dinyatakan
dalam angka, yang menggambarkan perbandingan antara umur kemampuan mental atau
kecerdasan (mental age disingkat MA) dan umur kalender (chronological age disingkat
CA) dengan sebutan Intelligence Quotient yang disingkat IQ artinya perbandingan
kecerdasan. Rumus perhitungan yang diajukan adalah:
MA
IQ = X 100
CA
Apabila tes tersebut diberikan kepada anak umur tertentu dan ia dapat menjawab
dengan betul seluruhnya, berarti umur kecerdasannya (MA) sama dengan umur kalender
(CA), maka nilai IQ yang didapat anak itu sama dengan 100. Nilai ini menggambarkan
kemampuan seorang anak yang bormal.
Pada usia remaja, IQ dihitung dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang
terdiri dari berbagai soal (hitungan, kata-kata, gambar-gambar, dan semacamnya) dan
menghitung berapa banyaknya pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar kemudian
membandingkannya dengan sebuah daftar (yang dibuat berdasarkan penelitian yang
terpercaya). Dengan cara itu didapatkan nilai IQ orang yang bersangkutan.
2. Hubungan antara Intelek dan Tingkah Laku
Kemampuan berpikir abstrak menunjukkan perhatian seseorang kepada kejadian dan
peristiwa yang tidak konkret seperti misalnya pilihan pekerjaan, corak hidup masyarakat,
pilihan pasangan hidup yang sebenarnya masih jauh didepannya, dan lain-lain. Bagi
remaja, corak perilaku pribadinya dihari depan dan corak tingkah lakunya sekarang akan
berbeda. Kemampuan abstraksi akan berperan dalam perkembangan kepribadian.
Mereka dapat memikirkan perihal diri sendiri. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi
diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik diri. Hasil penelitian tentang dirinya
tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sering terlihat seseorang untuk menyembnyikan
atau merahasiakan nya. Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi yang akan datang
4
nyata dalam pikirannya, perihal keadaan diri yang tercermin sebagai suatu kemungkinan
bentuk kelak dikemudian hari.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkan sikap
kritis terhadap situasi dan orang tua. Setiap pendapat orang tua dibandingkan dengan teori
yang diikuti dan diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah
umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, dan adat istiadat yang berlaku
di lingkungan keluarga sering terasa terjadi/ada pertentangan dengan sikap kritis yang
tampak pada perilakunya.
Kemampuan abstraksi mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan
keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirnya. Situasi ini (yang diakibatkan
kemampuan bastraks akhirnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa).
Disamping itu pengaruh egosentris masih terlihat pada pikirannya
1. Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitikberatkan pikiran sendiri tanpa
memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang
mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain
dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain daripada
tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan diri sendiri dianggap sama dengan
pandangan orang lain mengenai dirinya.
Egoisentrisme inilah yang menyebabkan “kekakuan” para remaja ddalam cara berpikir
maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak bertalian
dengan perkembangan fiisk yang dirasakan mencekam dirinya, karena disangkanya orang
lain sepemikiran dan ikut tidak puas mengenai penampilan dirinya. Hal ini menimbulkan
perasaan “seperti” selalu diamati orang lain, persaan malu dan membatasi gerak-geriknya.
Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku yang kaku.
Melalui banyaknya pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi
pendapat orang lain, maka egosentrisitas pada remaja sudah sedemikian kecilnya,
sehingga berarti remaja sudah dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pendapat
dan pandangan orang lain.
3. Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat
perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya 3-4 tahun
pertama menunjukkan perkembagan kemampuan yang hebat, selanjutkan akan terjadi
perkembangan yang teratur. Pada awal remaja, kira-kira 12 tahun anak berada pada masa
5
yang disebut “masa operasi formal” (berpikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berpikir
dengan mempertimbangkan hal yang “mungkin” disamping hal yang nyata (real)
(Gleitman, 1986:475-476). Pada usia remaja ini anak sudah dapat berpikir abstrak dan
hipotek. Dalam berpikir operasional formal setidak-tidaknya mempunyai dua sifat yang
penting, yaitu :
a. Sifat Deduktif Hipotesis
Dalam menyelesaikan masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan
pemikiran teoritik. Ia menganalisis masalah dan mengajukan cara-cara penyelesaian
hipotesis yang mugkin. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara
berpikir induktif disamping deduktif, oleh sebab itu dari sifat analisis yang ia lakukan,
ia dapat membuat suatu strategi penyelesaian. Analisis teoritik ini dapat dilakukan
secara verbal. Anak lalu mengajukan pendapat-pendapat atau prediksi tertentu, yang
juga disebut proorsi-proporsi, kemudian mencari hubungan-hubungan antara proporsi
yang berbeda-beda tadi. Berhubungan dengan itu maka berpikir operasional juga
disebut proposisional.
b. Berpikir Operasional juga Berpikir Kombinatoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara
bagaimana melakukan analisis. Misalnya anak diberi lima buah gelas berisi cairan
tertentu. Suatu kombinasi cairan dan membuat cairan tadi berubah warna. Anak
diminta untuk mencari kombinasi ini.
Jadi, yang berpikir operasional formal memungkinkan orang untuk mempunyai
tingkah laku problem solving yang betul-betul ilmiah serta memungkinkan untuk
mengadakan pengujian hipotesis dengan variabel-variabel tergantung yang mungkin
ada. Berpikir abstrak atau formal operation ini merupakan cara berpikir yang bertalian
dengan hal-hal yang tidak terlihat dan kejadian-kejadian yang tidak langsung dihayati.
Cara berpikir terlepas dari tempat dan waktu, dengan cara hipotesis, deduktif yang
sistematis, tidak selalu dicapi oleh semua remaja. Tercapai atau tidak tercapainya cara
berpikir ini tergantung juga pada tingkat intelegensi dan kebudayaan sekitarnya.
Seorang remaja yang dengan kemampuan intelegensi terletak dibawah normal atau
nilai IQ kurang dari 90%, tidak akan mencapai taraf berpikir yang abstrak.
Seorang remaja dengan kemampuan berpikir normal tetapi hidup dalam lingkungan
atau kebudayaan yang tidak merangsang cara berpikir, misalnya tidak adanya
kesempatan untuk menambah pengetahuan, pergi ke sekolah tetapi tidak adanya
6
fasilitas yang dibutuhkan, maka remaja itu sampai dewasa pun tidak akan sampai pada
taraf berpikir abstrak.
4. Perbedaan Individu dalam Kemampuan dan Perkembangan Intelek
Seperti diketahui, manusia itu berbeda satu sama lain dalam berbegai hal, juga tentang
inteligensinya. Inteligensi itu sendiri oleh David Wechler (1958) didefinisikan sebagai
“keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta
mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”. Berdasarkan nilai IQ atau
kecerdasannya manusia dapat dikategorikan menjadi 6 kelompok, yaitu:
1. Di bawah 70, anak mengalami kelainan mental
2. 71 – 85, anak di bawah normal (bodoh)
3. 86 – 1115, anak yang normal
4. 116 – 130, anak di atas normal (pandai)
5. 131 – 145, anak yang superior (cerdas)
6. 145 ke atas, anak genius (istimewa)
Diantara berbagai skala IQ yang diajukan oleh berbagai ahli, paling banyak digunakan
adalah skala yang dikembangkan oleh Wechler dan Bellevue (Sarlito, 1991 : 78).
Pengukuran IQ yang dilakukan oleh Wechler dan Bellevue diarahkan pada suatu teori
bahwa ada yang dinamakan faktor umum ( General Factor) pada intelgensi itu. General
faktor inilah yang diukur dengan IQ tersebut. Dengan demikian, orang yang ber IQ 120,
misalnya akan berpenampilan sama dengan orang lain yang ber IQ 120 juga. Kalau ada
perbedaan maka hal itu disebabkan oleh faktor-faktor lain diluar inteligensi, seperti: minat,
pengalaman, sikap, dan sebagainya.
Sarjana lain, seperti Thurstone, mengatakan bahwa faktor umum itu tidak ada, yang
ada hanya sekelompok faktor khusus yang diberi nama Kemampuan Mental Primer yang
terdiri dari 7 faktor yaitu : (1) kemampuan verbal (verbal comprehention), (2) kemampuan
angka (numerical ability), (3) tilikan keruangan, (4) kemampuan pengindraan, (5) ingatan,
(6) penalaran, dan (7) kelancaran berbahasa.
Menurut Piaget, inteligensi mempunyai beberapa sifat :
1. Inteligensi adalah interaksi aktif dengan lingkungan.
2. Inteligensi meliputi struktur organisasi perbuatan dan pikirian, dan interaksi yang
bersangkutan antara individu dan lingkungannya.
3. Struktur tersebut dalam perkembangannya mengalami perubahan kualitatif.
4. Dengan bertambahnya usia, penyesuaian diri lebih mudah karena proses
keseimbangan yang bertambah luas.
7
5. Perubahan kualitatif pada inteligensi timbul pada masa yang mengikuti suatu
rangkaian tertentu.
Sebagai kesimpulan dari berbagai pendekatan/teori psikologi yang telah dikemukakan,
menunjukkan bahwa inteligensi itu bersifat individual, artinya antara satu dengan yang
lainnya tidak sama persis kualitas IQ-nya.
B. Bakat Khusus
Merupakan kenyataan yang berlaku dimana-mana bahwa manusia berbeda satu sama lain
dalam berbagai hal, antara lain dalam intelipensi, bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani,
dan perilaku social. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa ada perbedaan antar individu satu
dengan yang lain dalam tingkat kemampuan atau prestasi mereka dalam bidang musik, seni,
mekanik, pidato, kepemimpinan dan olahraga, serta bidang-bidang lain. Sejauh mana
perbedaan-perbedaan itu dibawa sejak lahir atau hasil dari latihan atau pengalaman, akan
merupakan topik yang menarik dan sangat penting.
Menurut William B. Michael (Sumadi Suryabrata, 1991 :168) bakat diartikan sebagai
berikut:“An aptitude may be defined as a person’s capacity, or hypothetical potential, for
acquisition of a certain more or less well defined pattern or behavior involved in the
performance of a task respect to which the individual has llad little or no previous
training”. Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan individu untuk
melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali atau tidak tergantung pada latihan
sebelumnya
Menurut Bingham (Sumadi Suryabrata, 1991: 168 – 169) memberikan definisi bakat
sebagai berikut:“An aptitude ... as a condition or set characteristics regarded as
symptomatic of an individual’s ability to acquire with training some (usually specified)
knowledge, skill, or set of responses such as the ability to speak a language, to produe
music, ... etc”. Dari definisi itu, Bingham menitik beratkan pada segi apa yang dapat
dilakukan oleh individu, jadi segi performance, setelah individu mendapatkan latihan.
8
Woodworth dan Marquis memberikan definisi: “aptitude is predictable achievement
and can be measured by specially devised test” (Woodworth dan Marquis, 1957, p.58).
Bakat (aptitude), oleh Woodworth dan Marquis dimasukkan dalam kemampuan (ability).
Menurut dia ability mempunyai tiga arti, yaitu:
1) Achievement yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan
alat atau tes tertentu.
2) Capacity yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak
langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana
kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang
intensif dan pengalaman.
3) Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang
sengaja dibuat untuk itu.
Gulford ( Sumadi Suryabrata, 1991:169) mengemukakan bahwa bakat itu mencakup
tiga dimensi psikologis yaitu:
1) Dimensi Perseptual
Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan ini
meliputi faktor-faktor antara lain:
a) Kepekaan indera.
b) Perhatian.
c) Orientasi waktu.
d) Luasnya daerah persepsi.
e) Kecepatan persepsi, dan sebagainya.
2) Dimensi Psikomotor
Dimensi psikomotor ini mencakup enam faktor, yaitu:
a) Kekuatan.
b) Impuls.
c) Kecepatan gerak.
d) Ketelitian, yang terdiri atas: faktor kecepatan statis, yang menitikberatkan pada
posisi dan faktor ketepatan dinamis, yang menitikberatkan pada getaran.
e) Koordinasi.
f) Keluwesan.
3) Dimensi Intelektual
9
Dimensi inilah yang umumnya mendapat sorotan luas, karena memang dimensi
inilah yang mempunyai implikasi sangat luas. Dimensi ini meliputi lima faktor,
yaitu:
a) Faktor ingatan, yang mencakup: substansi, relasi, dan sistem.
b) Faktor pengenalan, yang mencakup: keseluruhan informasi, golongan (kelas),
hubungan-hubungan, bentuk atau struktur, dan kesimpulan.
c) Faktor evaluatif, yang mencakup: identitas, relasi-relasi, sistem, dan penting
tidaknya problem (kepekaan terhadap problem yang dihadapi).
d) Faktor berpikir konvergen, yang mencakup: nama-nama, hubungan-hubungan,
sistem-sistem, transformasi, dan implikasi-implikasi yang unik.
e) Faktor berpikir divergen, yang mencakup:
(1) Untuk menghasilkan unit-unit, seperti: word fluency, ideational fluency.
(2) Untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan.
(3) Kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan.
(4) Untuk menghasilkan sistem, seperti: expressional fluency.
(5) Untuk transformasi divergen.
(6) Untuk menyusun bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka.
Dari ilustrasi diatas mennjukan betapa rumitnya kualitas manusia yang disebut bakat.
Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential
ability) yang masih perlu dikembangkanatau dilatih. Kemampuan adalah daya untuk
melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan
menunjukan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat
memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang
akan datang.
10
Dalam mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus akan sangat tergantung pada
konteks kebudayaan dimana seseorang individu hidup dan dibesarkan. Contohnya,
seorang anak yang dilahirkan dari keluarga seniman kemungkinan besar anak tersebut
memiliki darah seni dari keluarganya.
11
individu satu dengan yang lain memiliki bakat khusus yang sama tetapi kualitasnya
berbeda.
Contohnya, ada anak yang memiliki bakat intelektual umum, biasanya anak tersebut
mempunyai taraf intelegensi yang tinggi dan menunjukkan prestasi sekolah yang
menonjol. Adapula yang mempunyai bakat akademis khusus, misalnya dalam matematika
dan bahasa, sedangkan dalam mata pelajaran lain belum tentu menonjol.
C. Perkembangan Sosial
Pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi yang dibangun oleh
seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan
orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, sehingga masyarakat secara luas.
Perkembangan sosial adalah proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah
komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial
adalah mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri.
Perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketiak anak berinteraksi dengan orang
lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak dapat
dipisahkan. Dengan kata lain membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosional.
Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif melalui kegiatan yang terarah dari
individu dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes.
Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan sosial
itu.
Jadi, dapat diartikan bahwa perkembangan sosial akan menekankan perhatiannya kepada
pertumbuhan yang bersifat progresif. Seorang individu yang lebih besar tidak bersifat statis
12
dalam pergaulannya, karena dirangsang oleh lingkungan sosial, adat istiadat, kebiasaan-
kebiasaan kelompok dimana ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.
Lain halnya dengan pendapat Combs dan Slaby dalam Skripsi yang ditulis Lahari
(2012:35) mendefinisikan keterampilan sosial yaitu: kemampuan berinteraksi dengan orang
lain dalam konteks sosial dengan cara-cara yang khusus yang dapat diterima secara sosial
maupun nilai-nilai dan disaat yang sama berguna bagi dirinya dan orang lain. Pengertian lain
mengenai keterampilan sosial dapat dilihat juga dari pendapatLibet dan Lewinsohn dalam
skripsi yang ditulis Lahari (2012:34) yang menyatakan bahwa Keterampilan sosial (Social
Skill) Laharkemampuan yang kompleks untuk menunjukkan perilaku yang baik dinilai secara
positif atau negative oleh lingkungan, dan jika perilaku itu tidak baik akan diberikan
punishment olehlingkungan. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan sosial adalah sebuah kemampuan berinteraksi, berkomunikasi, kemampuan
untuk dapat menunjukkan perilaku yang baik, serta kemampuan menjalin hubunganbaik
dengan orang lain digunakan seseorang untuk dapat berperilaku sesuaidengan apa yang
diharapkan oleh sosial. Oleh sebab itu maka keterampilansosial sangat penting untuk dilatih
dandikembangkan sejak usia dini karena keterampilan sosial yang tepat membuat anak
mampu menempatkan diri dalam suatu situasi sosial.
Keterampilan sosial yang tepat membuat anak dapat diterima dengan baik di lingkungan
sosialnya. Menurut Sueann Robinson Ambron (dalam Yusuf, 2010: 123) mengartikan bahwa
sosialisasi ialah sebagai proses belajar yang membimbing anak kearah perkembangan
kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan
efektif. Menurut Hurlock (2011: 251) perkembangan sosial adalah mereka yang perilakunya
mencerminkan kebersihan di dalam tiga proses sosialisasi, sehingga mereka cocok dengan
kelompok tempat mereka menggabungkan diri dan diterima sebagai anggota kelompok.
Menurut Suyadi (2010: 108) mengartikan bahwa perkembangan sosial adalah tingkat
jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orangtua,saudara, teman bermain,
sehingga masyarakat luas. Menurut Hurlock dalam ingridwati Kurnia (2007) belajar hidup
bermasyarakat sekurang-kurangnya memerlukan tiga proses, yaitu sebagai berikut:
1) Belajar berprilaku yang dapat diterima secara sosial agar dapat diterima dalam kelompok
maka peserta didik usia SD/MI sebagai anggota harus menyesuaikan.perilakunya dengan
standar kelompok tersebut.
2) Memainkan peranan sosial yang dapat diterimaAgar dapat diterima dalam kelompok
13
selain uaikan perilaku dengan standar kelompok, peserta didik juga dituntut untuk
memainkan peran social dalam bentuk pola-pola kebiasaan yang telah disetujui dan
ditentukan oleh para anggota kelompok.
3) Perkembangan sikap sosial untuk dapat bergaul dengan masyarakat, peserta didik juga
harus menyukai orang atau terlibat dalam aktivitas sosial tertentu. Pada awal manusia
dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi
dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan
pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan
orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal
manusia lain, terutama ibu dananggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti
senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan
kasih sayang
Pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku. Dalam perkembangan sosial anak,
mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri,
yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain.
Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang
menyembunyikannya atau merahasiakannya.
D. Perkembangan Bahasa
Perkembangan kata dan kalimat, Kata-kata pertama adalah kata-kata lisan pertama yang
diucapkan oleh seorang anak setelah mampu bicara atau berkomunikasi dengan orang lain.
Kata-kata pertama merupakan cara seorang anak untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain, dan biasanya dianggap sebagai proses perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh
kematangan kognitif. Kematangan kognitif tersebut biasanya ditandai dengan kemampuan
anak untuk merangkai susuan kata dalam berbicara baik dengan orang tua atau orang lain.
Kemampuan ini akan terus berkembang jika anak sering berkomunikasi ataupun berinteraksi
dengan orang lain.
Oleh karena itu, menurut Schaerlaekens yang dikutip dari Dariyo, Psikologi
Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama terdapat tiga tahap perkembangan kalimat pada
anak usia lima tahun pertama yaitu:
14
a) Periode prelingual (usia 0-1 th): ditandai dengan kemampuan bayi untuk mengoceh
sebagai cara berkomunikasi dengan orangtuanya. Pada saat itu bayi tampak pasif
menerima stimuls eksternal yang diebrikan oleh orangtuanya, tetapi bayi mampu
memberikan respons yang berbeda-beda terhadap stimulus tersebut.misalkan: bayi akan
tersenyum terhadap orang yang dianggapnya ramah dan akan menagis dan menjerit
kepada orang yang dianggap tidak ramah atau ditakutinya.
b) Periode Lingual dini (usia 1-2½ tahun): ditandai dengan kemampuan anak dalam
membuat kalimat satu kata maupun dua kata dalam suatu percakapan denga orang lain.
Periode ini terbagi atas 3 tahap yaitu (a) periode kalimat satu kata (holophrase) yaitu
kemampuan anak untuk membuat kalimat yang hanya terdiri dari satu kata yang
mengandung pengertian secara menyeluruh dalam suatu pembicaraan. Misal: anak
mengatakan ”ibu”. Hal ini dapat berarti: ”ibu tolong saya”, ”itu ibu”, ”ibu ke sini”. (b)
periode kalimat dua kata yaitu periode perkembangan bahasa yang ditandai dengan
kemampuan anak membuat kalimat dua kata sebagai ungkapan komunikasi dengan
orang lain. Bahasa kalimatnya belum sempurna karena tidak sesuai dengan susunan
kalimat Subyek (S), Predikat (P) dan Obyek (O) misal: kakak jatuh, lihat gambar. dan
(c) periode kalimat lebih dari dua kata yaitu periode perkembangan bahasa yang
ditandai dengan kemampuan anak untuk membuat kalimat secara sempurnasesuai
dengan susunan S-P-O. Kemampuan ini membuat anak mampu berkomunikasi aktif
dengan orang lain. Pada tahap ini terjadi perubahan cara pandang. Anak sudah
memahami pemikiran dan perasaan orang lain dan mengakibatkan berkurangnya sifat
egois anak. Misal: ”Saya makan nasi”.
c) Periode Diferensiasi (usia 2½ -5 tahun), ditandai dengan kemampuan anak untuk
mengusai bahasa sesuai dengan aturan tata bahasa yang baik dan sempura yaitu
kalimatnya terdiri dari Subyek Predikat dan Obyek. Perbendaharaan kayanya pun sudah
berkembang baik dari segi kualitas dan kuantitas.
15
b. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga
seseorang dapat berfikir proposional.
c. Adanya kebebasan berfikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun
hipotesis yang radikal, kebebasan menjejaki masalah secara keseluruhan.
A. Faktor Hereditas
Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya
kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan apakah akan
menjadi kemampuan berfikir setara normal, di atas normal atau di bawah normal.
Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila
lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan
lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.
B. Faktor Lingkungan
Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam memengaruhi
perkembangan intelek anak, yaitu :
a. Keluarga
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah
memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga
anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir.
Cara-cara yang digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada anak untuk
merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan
keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat
keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak.
Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orangtua.
b. Sekolah
16
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggungjawab untuk meningkatkan
perkembangan anak tersebut perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru
hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak di tangannya.
Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Keluarga
b. Kematangan
17
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis
sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat
orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu
kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam
masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya.
d. Pendidikan
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Umur Anak
18
b. Kondisi Lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar
dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan
dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai,
pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
c. Kecerdasan Anak
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi
yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya.
Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus
sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah.
e. Kondisi Fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu
kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak
sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
Menurut Paget sebagian besar anak usia remaja mampu memahami konsep-konsep
abstrak dalam batas-batas tertentu. Menurut Bruner, siswa pada usia ini belajar
menggunakan bentuk-bentuk dengan cara yang makin canggih. Guru dapat membantu
mereka melakukan hal ini dengan selalu menggunakan pendekatan keterampilan proses
(discovery approach) dan dengan member penekanan pada penguasaan konsep-konsep
dan abstraksi- abstraksi.
19
2. Upaya Pengembangan Bakat khusus Remaja dan Implikasi- Implikasi dalam
Penyelenggaraan Pendidikan
Bagaimana kita dapat mengenal dan mengidentifikasi para remaja yang mempunyai
bakat khusus? Bagaimana karakteristik atau ciri- ciri mereka? Alat-alat apa yang dapat
digunakan untuk mengetahui bakat-bakat khusus mereka? Semua informasi ini diperlukan
sebelum dilakukan upaya pengembangan bakat-bakat khusus remaja.
Pada akhir masa remaja anak sudah banyak memikirkan tentang apa yang ingin ia
lakukan dan apa yang ia mampu lakukan. Makin banyak mendengar tentang macam-
macam kemungkinan, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam pekerjaan, dapat
membuatnya ragu- ragu mengenai apa yang sebetulnya paling cocok baginya. Dengan
pengenalan bakat yang dimilikinya dan upaya pengembangannya dapat membantu untuk
dapat menentukan pilihan yang tepat dan menyiapkan dirinya untuk dapat mencapai
tujuan- tujuanya.
Remaja dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang
terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Ia (mereka) belum memahami benar
tentang norma- norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat. Keduanya
dapat menimbulkan hubungan sosial yang kurang serasi, karena ia (mereka) sukar untuk
menerimanormasesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat.
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa- siswa yang bervariasi bahasanya, baik
kemampuanaya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan
20
strategi belajar mengajar bidang bahasa denga memfokuskan pada potensi dan
kemampuan anak.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bakat adalah sifat atau kemampuan potensial yang dimiliki seseorang dan dapat
berkembang amat baik jika mendapat rangsangan yang tepat. Secara umum bakat itu
mencakup tiga dimensi, yaitu dimensi perseptual, psikomotor, dan intelektual. Oleh karena
itu bakat mempunyai kaitan erat dengan keberhasilan (prestasi hasil belajar) di sekolah,
sekalipun terdapat juga perkecualian-perkecualian perkembangan bakat seseorang
dipengaruhi oleh faktor dalam anak dan faktor lingkungan.
21
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi keluarga, kematangan anak, status sosial
ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas menta terutama intelek dan emosi.
B. Saran
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan. Menyadari
kekurangan itu kami mohon dengan kerendahan hati untuk memberikan segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca bagi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTKA
Blog Berbagai Ilmu.2012.Perkembangan Intelek, Sosial, dan Bahasa. Diakses pada 27 Mei
2022, dari http://ramliberbagiilmu.blogspot.com/2012/03/perkembangan-intelek-sosial-dan
bahasa.html?m=1
Dina's Blog. 2018. Bakat dan Contoh Kasus. Diakses pada 1 Juni 2022, dari
https://dinanurhasnia22.blogspot.com/2018/01/bakat-dan-contoh-kasus.html
Go_Blog.2012.Bakat Khusus. Diakses pada 1 Juni 2022, dari
http://lieachd.blogspot.com/2012/05/bakat-khusus.html
Kumpulan Makalahku. 2014. Perkembangan Intelek, Sosial, dan Bahasa. Diakses pada 1 Juni
2022, dari http://coretanlailamaidah.blogspot.com/2014/11/perkembangan-intelek-sosial-dan-
bahasa.html
Mas Japran. 2014. Makalah Perkembangan Intelek Sosial dan Bahasa. Diakses pada 27 Mei
2022, dari http://mblojunior.blogspot.com/2014/08/makalah-perkembangan-intelek-sosial-
dan.html?m=1
Psycho Logy Mania. 2012. Pengertian Perkembangan Sosial. Diakses pada 1 Juni 2022, dari
https://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-perkembangan-sosial.html?m=1
22
Sunarto, Agung Hartono.,Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: PT RINEKA CIPTA.2013
23