Anda di halaman 1dari 20

KALIMAT EFEKTIF

Kalimat adalah bagian ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan
predikat (P) dan intonasi finalnya menunjukan bagian ujaran/tulisan itu sudah lengkap
dengan makna (bernada berita, tanya, atau perintah).

A. Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku tata bahasa lazim disebut
jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Kalimat bahasa Indonesia sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni Subjek
dan Predikat. Unsur lain (O, Pel, dan Ket) dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau
wajib tidak hadir dalam suatu kalimat.
Contoh:
(S) Pembawa acara yang kocak itu // membeli // bunga.
S P O

(P) Tukul // (adalah) pembawa acara yang kocak.


S P

(O) Amira // menelepon // pembawa acara yang kocak itu.


S P O

(Pel) Pasulap itu // menjadi // pembawa acara yang kocak.


S P Pel

(Ket)Adi // pergi // (dengan) pembawa acara yang kocak itu.


S P Ket

1
1. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan apa
subjek (S), yaitu pelaku/ tokoh atau sosok di dalam suatu kalimat.
Contoh:
(1) Kuda merumput
(2) Ibu sedang tidur siang
(3) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
Contoh kalimat yang belum mempunyai predikat (P) karena tidak ada kata-kata
yang menunjuk perbuatan, sifat/keadaan pelakunya.
(1) anak yang gendut lagi lucu itu ….
(2) kantor yang terletak di Jalan Gatot Subroto ….
(3) Bandung yang dikenal sebagai kota kembang ….

2. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok, sesuatu
hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagian besar subjek
diisi oleh kata benda/frasa nominal, klausa, atau frasa verbal.
Contoh:
(1) Ayahku sedang melukis
(2) Meja direktur besar
(3) Yang berbaju batik dosen saya
(4) Berjalan kaki menyehatkan badan
(5) Membangun jalan layang sangat mahal
Selain ciri di atas Subjek juga dapat dikenali dengan cara bertanya dengan memakai
kata tanya siapa (yang) …. atau apa (yang) ….
Contoh:
(1) Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
(2) Di sini melayani resep obat generik.
(3) Melamun sepanjang malam.

2
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi Predikat. Objek pada umumnya
diisi oleh nomina, frasa nomina, atau klausa. Letak objek selalu di belakang predikat
yang berupa verba transitif, yaitu yang menuntut wajib hadirnya Objek.
Contoh:
(1) Anita menimang ….
(2) Arsitek merancang ….
(3) Juru masak menggoreng ….
Jika predikat diisi verba intransitif, objek tidak diperlukan.
Contoh:
(1) Nenek mandi.
(2) Komputerku rusak.
(3) Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi Subjek kalimatnya dipasifkan.
Contoh:
(1) Orang itu menipu adik saya[O].
Adik saya [S] ditipu oleh orang itu.
(2) Siti mencubit lengan Cyntia [O].
Lengan Cyntia [S] dicubit oleh Siti.

4. Pelengkap
Pelengkap (Pel.) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi informasi
yang mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
Contoh:
(1) Melengkapi struktur, misalnya:
Negara Republik Indonesia/ berdasarkan / Pancasila.
S P Pel.
(2) Mengkhususkan makna objek, misalnya
Ibu/ membawakan / saya / oleh-oleh.
S P O Pel.

3
5. Keterangan
Keterangan (Ket.) adalah bagian kalimat yang menerangkan predikat dan klausa
dalam sebuah kalimat.
Posisi Keterangan manasuka, diawal, ditengah, atau di akhir kalimat. Pengisi
keterangan adalah adverbial, frasa nomina, frasa preposisional, atau klausa.
Contoh:
(1) Diana mengambalikan air minum untuk adinya dari kulkas. (Ket. Tempat).
(2) Andi sekarang sedang belajar menyanyi. (Ket.waktu)
(3) Lia memotong tali dengan gunting. (Ket. Alat)
(4) Anak yang baik itu berkorban demi orang tuannya. (Ket tujuan)
(5) Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan hati-hati. (Ket. cara)
(6) Amir pergi dengan teman-teman sekantornya menonton drama. (Ket. Penyerta)
(7) Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus ujian. (Ket. Penyebab).

B. Jenis-jenis Kalimat

1. Jenis Kalimat Menurut Strutur Gramatikanya


Menurut strukturnya, kalimat berjenis tunggal (simpleks) dan majemuk (kompleks).
Yang majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif),
ataupun campuran (koordinatif subordinatif). Semuanya dipakai dalam karangan
yang baik sesuai dengan pokok pikiran yang diajukan. Gagasan yang tunggal
dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan
kalimat majemuk.
a. Kalimat Tunggal (Simpleks)
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat, tetapi yang masing-
masing dapat berupa bentuk majemuk.
Misalnya,
Amin (dan saya) menulis (dan membaca).
Kami bekerja bakti.

4
Mereka menonton film ditengah kota.
b. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terdiri atas dua suku kalimat (klausa), atau lebih, yang
bebas atau lebih. Tanda koma memisahkan suku kalimat itu jika subjeknya
berbeda, jika kata penghubungnya menunjukan pertentangan, atau jika suku
kalimat itu panjang-panjang. Gagasan yang segi-seginya sama pentingnya
(semua kalimat tunggal) di tuangkan kedalam kalimat majemuk setara.
Misalnya,
Penduduk RT kami rata-rata masih muda, tetapi warga RT Kampung Jati pada
umumnya tua-tua.
Kami membaca, dan mereka bermain pingpong.
c. Kalimat Majemuk Tak Setara (Bertingkat)
Kalimat majemuk tak setara terdiri atas satu kalimat yang bebas dan suku
kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat jenis itu menggambarkan
taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk.
Inti gagasan dituangkan ke dalam suku induk sedangkan pertaliannya dari sudut
pandangan waktu, sebab akibat, tujuan, dan syarat isi dengan aspek gagasan
yang lain, yang terungkap dalam suku anak, akan ternyata dari tata susunannya.
Misalnya,
Karena sudah malam, kami ingin pulang.
Para pemain boleh beristirahat jika sudah lelah.
Ketika di Jakarta, saya berkenalan dengan rekan dari daerah lain.
d. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri dari dua suku bebas atau lebih (sifat kesetaraaanya) dan
satu suku terikat atau lebih (sifat kesetaraannya).
Misalnya,
Karena sudah malam, kami berhenti dan semua kawan kami langsung pulang.
Kami pulang, tetapi semua kawan kami masih tinggal karena belum selesai
pekerjaaanya.

5
2. Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorikanya)
Bentuk reotrikanya di sini berarti rancangan, gaya, tata susunan, atau arsitektur
kalimat yang menentukan efeknya terhadap pendengar atau pembacanya. Kalimat
yang secara gramatikal sudah baik belum tentu mamuaskan dari sudut retorikanya.
Unsur kalimat harus dikendalikan dan dikelompokan; kata yang tepat harus dipilih
dan ditata, sehingga hasilnya menunjukan keserasian. Pendek kata, kalimat itu harus
efektif. Menurut bentuk retorikanya, kalimat dapat digolongkan jadi kalimat yang
melepas (induk-anak), kalimat yang berklimaks (anak-induk), dan kalimat yang
berimbang (setara atau campuran).
a. Kalimat yang Melepas (lose sentence)
Kalimat yang melepas, mulai dengan struktur S-P (atau suku induk) yang diikuti
unsur tambahan yang sifatnya manasuka. Kalimat itu sudah lengkap walaupun
unsur tambahan itu dihilangkan.
Misalnya,
Saya tidak akan datang jika nanti hujan.
Kami belajar di aula.
b. Kalimat yang Berklimaks (periodic sentence)
Kalimat yang berklimaks mulai unsur tambahan yang diikuti oleh struktur utama
(atau suku induk) sehingga membangun ketegangan. Kalimat itu baru selesai
dan lengkap dengan adanya kata yang terakhir.
Misalnya,
Jika nanti hujan, saya tidak akan datang.
Belajar di aula, kami. Di aula, kami belajar. Belajar, kami di aula.
c. Kalimat yang Berimbang (balanced sentence)
Kalimat yang berimbang ialah kalimat majemuk setara atau campuran yang
strukturnya memperlihatkan kesejajaran. Gagasan yang menunjukan penalaran
yang sejalan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya,
Petatar boleh belajar, boleh bersantai.
Mereka memilih buku ini, atau menghafalkan diktat ini.

6
3. Jenis kalimat menurut fungsinya
a. Kalimat Pernyataan/Berita (kalimat deklaratif)
Kalimat pernyataan berita adalah kalimat yang dipakai oleh penutur untuk
menyatakan suatu berita kepada mitra komunikasinya. Dalam bahasa lisan
kalimat berita dengan intonasi turun dan pada bahasa tulis kalimat berita
bertanda baca akhir titik.
Contoh:
(1) Pembagian beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi.
(2) Perayaan HUT RI ke-64 berlangsung meriah.
b. Kalimat Pertanyaan (kalimat interogatif)
Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dipakai oleh penutur/penulis untuk
memperoleh informasi atau reaksi berupa jawaban yang diharapkan dari mitra
komunikasinya. Pada bahasa lisan berintonasi akhir naik dan pada bahasa tulis
kalimatnya diakhiri dengan tanda tanya. Selain hadirnya tanda tanya, dalam
kalimat tanya sering pula hadir kata tanya apa(kah), bagaimana, di mana, siapa,
yang mana, kapan, berapa.
Contoh:
(1) Apakah barang ini milik Saudara?
(2) Kapan kakakmu berangkat ke Surabaya?
(3) Siapakah tokoh pendiri Perguruan Taman Siswa?
c. Kalimat Perintah/Permintaan (kalimat imperatif)
Kalimat perintah/permintaan dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang
orang berbuat sesuatu. Dalam bahasa lisan kalimat ini berintonasi akhir menurun
dan pada bahasa tulis kalimat ini diakhiri dengan tanda seru atau tanda titik.
Kalimat perintah dipilah menjadi kalimat perintah suruhan, kalimat perintah
halus, kalimat perintah permohonan, kalimat perintah ajakan dan harapan,
kalimat perintah larangan, dan kalimat perintah pembiaran.
Contoh:
Kalimat perintah halus

7
(1) Tolonglah bawa sepeda motor ini ke bengkel.
(2) Silakan kamu pergi ke belakang sekarang.
(3) Keputusan itu kiranya dapat kamu perhatikan.
Kalimat perintah langsung:
(1) Pergilah kamu sekarang!
(2) Ayo, cari buku itu sampai dapat!
(3) Mari kita bernyanyi bersama-sama!
Kalimat perintah larangan langsung
(1) Janganlah kamu pergi sekarang!
(2) Jangan buang sampah di sini!
Kalimat perintah larangan halus
(1) Terima kasih Anda tidak merokok!
(2) Terima kasih Anda tidak bercanda di ruangan ini!
Kalimat permintaan/permohonan
Mohon hadiah ini Bapak terima.
Kalimat perintah ajakan dan harapan
Ayolah, kita belajar.
Kalimat perintah pembiaran
(1) Biarkan(lah) dia di sini sebentar.
(2) Biarlah dia menemani orang tuanya.
d. Kalimat Seruan (kalimat ekslamatif)
Kalimat seruan dipakai oleh penutur untuk mengungkapkan perasaan emosi
yang kuat, termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan.
Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi naik dan pada bahasa tulis ditandai
dengan tanda seru atau tanda titik pada akhir kalimatnya.
Contoh:
(1) Hai, ini dia yang kita cari!
(2) Wah, pintar benar anak ini.

e. Kalimat Tidak Lengkap (Kalimat Minor)

8
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak berpredikat atau tidak
bersubjek.
Contoh:
(1) Dilarang masuk.
(2) Angkat tangan!
(3) Selamat jalan.
f. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjek sehingga
membentuk pola P-S.
Contoh:
(1) Menangis pacarku karena sedihnya.
(2) Matikan televisi itu.

C. Struktur Kalimat
1. Pola Kalimat Dasar
Pola kalimat dasar sekurang-kurangnya terdiri atas subjek (S) dan predikat (P).
Pola kalimat dasar mempunyai ciri-ciri:
(1) Berupa kalimat tunggal (satu S, satu P, satu O, satu Pel, satu K)
(2) Sekurang-kurangnya terdiri satu subjek (S) dan satu Predikat (P),
(3) Selalu diawali dengan subjek.
(4) Berbentuk kalimat aktif.
(5) Unsur tersebut ada yang berupa kata dan ada yang berupa frasa.
(6) Dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas subjek, predikat,
objek, dan keterangan.
Contoh Kalimat Dasar:

(1) Kami / berdiskusi.


S P
(2) Para siswa / sedang belajar.
S P

9
(3) Mereka / sedang mendiskusikan / tugas kelompok.
S P O

(4) Mereka / sedang pempelajari / kalimat dasar.


S P O

(5) Ekonomi daerah itu / berdasarkan / pertanian.


S P Pel.

(6) Ketua partai itu / menjadi / calon presiden.


S P Pel.

(7) Mereka / membelikan / saya / sepatu.


S P O Pel.

(8) Mereka / menjuluki / dia / sang penyelamat.


S P O Pel.

(9) Para kepala negara Asean/ sedang bersidang / di Bali


S P K
(10)Beberapa karyawan/sedang membahas /kasus bisnis/ di ruang rapat.
S P O K

D. Kalimat Efektif
Kalimat Efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat
menyampaikan informasi secara tepat. Kalimat Efektif ialah kalimat yang memiliki
kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.

10
1. Ciri-ciri kalimat efektif
a. Kesepadanan Struktur
Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa
yang dipakai. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang
kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti:
1) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Kejelasan predikat
dan subjek suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan kata depan
di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan
sebagainya didepan subjek.
Contoh:
(a) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah. (salah)
(b) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)
2) Tidak terdapat subjek yang ganda
Contoh:
(a) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
(b) Soal itu kurang jelas.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Dalam penyusunan laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
(b) Soal itu bagi saya kurang jelas.
3) Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
(a) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
(b) Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli
sepeda motor Suzuki.
Perbaikannya sebagai berikut:

11
(a) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama. Atau Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak
dapat mengikuti acara pertama.
(b) Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki. Atau Kakaknya membeli sepeda motot Honda. Akan
tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
4) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
(a) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
(b) Kampus kami yang terletak di Jalan Ciledug Raya.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
(b) Kampus kami terletak di jalan Ciledug Raya.
b. Kepararelan Bentuk
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.
Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan
seterusnya juga harus menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
1) Harga minyak dibekukan atau dinaikan secara luwes.
2) Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan
pelabelan buku.
3) Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha?

c. Ketegasan Makna
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat. Berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat:
1) Meletakan kata yang ditonjolkan itu didepan kalimat. (Diawal kalimat)
Contoh:

12
(a) Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah Presiden mengharapkan.
(b) Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya : Harapan Presiden.
2) Membuat urutan yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disum-
bangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
3) Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan.
4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5) Mempergunakan partikel penekanan/penegasan.
Contoh:
Saudaralah yang harus bertanggungjawab.

d. Kehematan Kata
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan:
1) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Contoh:
(a) Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

13
(b) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden
datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut:
(a) Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
(b) Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden datang.
2) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
super-ordinat pada hiponim kata.
Contoh:
(a) Kata merah sudah mencakupi kata warna.
(b) Kata beo sudah mencakupi kata burung.
Perhatikan :
(a) Ia memakai baju warna merah.
(b) Di mana engkau menangkap burung beo itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi:
(a) Ia memakai baju merah.
(b) Di mana engkau menangkap beo itu?
3) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Contoh:
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata hanya bersinonim dengan kata saja.
Kata sejak bersinonim dengan kata dari.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini:
(a) Dia hanya membawa badannya saja.
(b) Sejak dari pagi dia bermenung.
Perbaikannya:
(a) Dia hanya membawa badannya.
(b) Sejak pagi dia bermenung.
4) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakan kata-kata
yang berbentuk jamak. Contoh:

14
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
para tamu-tamu para tamu
para hadirin hadirin
data-data data
fakta-fakta fakta

e. Kecermatan Penalaran
Yang dimaksud cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Kalimat di atas memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa
atau perguruan tinggi.
f. Kepaduan /Koheren
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang diampaikannya tidak terpecah-pecah. Kalimat yang
padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris. Oleh karena itu hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Contoh Kalimat yang unsurnya tidak koheren:
1) Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
(tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas)
2) Saya punya rumah baru saja diperbaiki.
(struktur kalimat tidak benar/rancu)
3) Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani.
(unsur S-P-O tidak berkaitan erat)
Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:
1) Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
2) Rumah saya baru saja diperbaiki.
3) Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.

15
g. Kelogisan Bahasa
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan
Kalimat dibawah ini:
1) Waktu dan tempat kami persilakan.
2) Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal).
Yang logis adalah sebagai berikut.
1) Bapak Menteri kami persilakan.
2) Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.

2. Kesalahan Kalimat

Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamaran atau jenis komunikasi lain,
seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik memungkinkan
karangan dapat diterima oleh siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, salah
tindakan, dan sebagainya.
a. Kesalahan Struktur
1) Kalimat aktif tanpa subjek
Misalnya:
(a) Menurut ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera
bangkit jika hukum ditegakan. (salah)
(b) Ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera bangkit jika
hukum ditegakan. (benar)
2) Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata depan ini subjek
berubah fungsi menjadi keterangan.
Misalnya:
(a) Di Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean. (salah)
(b) Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean. (benar)
(c) Di Jakarta terdapat pusat perdagangan terbesar di Asean. (benar)

16
3) Tanpa unsur predikat, menempatkan kata yang di depan predikat, dengan
kata ini predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek.
Misalnya:
(a) Petani yang bekerja di sawah. (salah)
(b) Petani bekerja di sawah. (benar)
4) Menempatkan kata depan di depan objek, seharusnya kata kerja transitif
langsung diikuti objek dan tidak disisipi kata depan.
Misalnya:
(a) Mereka mendiskusikan tentang keselamatan kerja. (salah)
(b) Mereka mendiskusikan keselamatan kerja. (benar)
5) Menempatkan kata penghubung intrakalimat tunggal pada awal kalimat.
Misalnya:
(a) Ia Pandai. Sehingga selalu mendapat beasiswa. (salah).
(b) Ia pandai sehingga selalu mendapat beasiswa. (benar)
6) Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan anak kalimat.
Misalnya:
(a) Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah)
(b) Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja keras. (benar)
7) Salah urutan
(a) Buku itu saya sudah baca. (salah)
(b) Saya sudah membaca buku itu. (benar)
b. Kesalahan Diksi
Diksi kalimat salah jika:
1) Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar supaya, adalah
merupakan, bagi untuk, demi untuk, naik ke atas, turun ke bawah, dan lain-
lain.
Misalnya:
(a) Ia selalu bekerja keras agar supaya mampu membiayai ketiga anaknya
yang masih kuliah di perguruan tinggi. (salah)
(b) Ia bekerja keras agar mampu membiayai ketiga anaknya yang kuliah di
perguruan tinggi. (benar)

17
(c) Ia bekerja keras supaya mampu membiayai ketiga anaknya yang kuliah
di perguruan tinggi. (benar)
2) Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang
mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain.
Misalnya:
(a) Kampung di mana kami bertempat tinggal sepuluh tahun yang lalu, kini
telah menjadi kota. (salah)
(b) Kampung tempat kami bertempat tinggal sepuluh tahun yang lalu, kini
telah menjadi kota. (benar)
3) Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan:
tidak hanya – tetapi seharusnya tidak … tetapi atau tidak hanya – tetapi juga,
bukan hanya – tetapi juga seharusnya bukan hanya – melainkan juga
Misalnya:
(a) Ia tidak hanya pandai melainkan juga rajin. (salah)
(b) Ia bukan hanya pandai melainkan juga rajin. (benar)
(c) Ia tidak hanya pandai tetapi juga rajin. (benar)
4) Menggunakan kata berpasangan secara idiomatik yang tidak bersesuaian.
Misalnya:
sesuai bagi seharusnya sesuai dengan,
membicarakan tentang seharusnya berbicara tentang atau membicarakan
sesuatu.
Misalnya:
(a) Pekerjaan itu sesuai bagi minat orang tersebut. (salah)
(b) Pekerjaan itu sesuai dengan minat orang tersebut. (benar)
Diksi Kalimat Kurang Baik (kurang santun)
1) Menonjolkan akunya dalam suasana formal, misalnya aku dan saya.
2) Pilihan kata yang mengekspresikan data secara subjektif, misalnya: Menurut
pendapat saya … sebaiknya data menunjukan bahwa …, penelitiaan
mebuktikan bahwa …., pengalaman membuktikan bahwa …
3) Menggunakan kata yang tidak jelas maknanya.

18
4) Diksi tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi.
5) Penolakan dan pembuktian tanpa makna kata yang pasti (eksak).
c. Kesalahan Ejaan
Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya
memperkecil kualitas kalimat melainkan juga dapat mengakibatkan kesalahan
kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ejaan perlu diperhatikan dalam
keseluruhan penulisan.
Jenis kesalahan ejaan:
a. Penggunaan huruf kapital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal
b. Pemenggalan kata
c. Penulisan unsur serapan
d. Penulisan kata asing tidak dicetak miring
e. Penggunaan tanda baca
f. Penulisan kalimat atau paragraf.
g. Penulisan keterangan tambahan. Penulisan aposisi
h. Penulisan judul buku, judul makalah. Skripsi, disertasi, tesis, surat kabar,
majalah, jurnal
i. Penulisan bab, subbab, bagian, subbagian
j. Penulisan data pustaka dalam teks, catatan kaki, dan bibliografi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Alwi, Hasan, dkk. 2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo

Finoza, Lamuddin. 2010. Komposisi Bahasa Indonesia. Cet. Ke-XVIII. Jakarta: Diksi
Insan Mulia.

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Cet. Ke- 10. Ende:
Nusa Indah.

Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Widjono, Hs. 2008. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

20

Anda mungkin juga menyukai